• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hasil Uji Mantoux Dan Status Imunisasi BCG Pada Anak Yang Kontak Dengan TB Paru Dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Hasil Uji Mantoux Dan Status Imunisasi BCG Pada Anak Yang Kontak Dengan TB Paru Dewasa"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN HASIL UJI MANTOUX DAN STATUS IMUNISASI BCG PADA ANAK YANG KONTAK DENGAN TB PARU DEWASA

FADILAH HARAHAP 087103042/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Tesis : Hubungan hasil uji Mantoux dan status imunisasi BCG pada anak yang kontak dengan TB paru dewasa

Nama Mahasiswa : Fadilah Harahap

Nomor Induk Mahasiswa : 087103042

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) Ketua

Dr. Muhammad Ali, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)

(3)

Tanggal Lulus: PERNYATAAN

HUBUNGAN HASIL UJI MANTOUX DAN STATUS IMUNISASI BCG PADA ANAK YANG KONTAK DENGAN TB PARU DEWASA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 2012

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir

pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU

/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di

masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Ridwan M. Daulay, SpA(K) dan Dr. Muhammad Ali,

SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang

(6)

2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

3. Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K), Prof. Dr. M. Sjabaroeddin Loebis,

SpA(K), Dr. Taufik, SKM yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian

tesis ini.

4. Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K), yang telah memberikan izin kepada saya

untuk melakukan penelitian ditempat praktek beliau sekaligus membimbing

dan membantu saya dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP

H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu

saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, K’Novaily

Zuliartha, Kak Ade Amelia, Nelly S, K’Tuty Ahyani, Julia Fitriany, K’Erika

Panjaitan, K’Hilda, K’Mauliza, K’Nelly. Terimakasih untuk kebersamaan kita

dalam menjalani pendidikan selama ini.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis

ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya H. Lisanuddin

Hrp dan Hj. Dasiner serta mertua saya Drs. H. Zulkarnain Mtd, dan Hj. Nuralam atas

(7)

sampaikan kepada suamiku tercinta Mhd. Dedy Kusuma Mtd, SE, yang dengan

segala pengertian dan bantuannya baik moril maupun materil membuat saya mampu

menyelesaikan tesis ini. Begitu juga buat anak-anakku tersayang, Ameera Mufida

Mtd dan Ginda Arkan Haikal yang merupakan sumber kekuatan dan semangat bagi

saya.

Akhir kata ,penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 2012

(8)
(9)

3.2. Tempat dan Waktu 15

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel 26

Tabel 4.2. Rerata diameter indurasi uji Mantoux pada

kedua kelompok 27

Tabel 4.3. Hubungan status imunisasi BCG terhadap

hasil uji Mantoux 28

Tabel 4.4. Perbedaan rerata diameter indurasi uji Mantoux

berdasarkan usia dan status nutrisi 28

Tabel 4.5. Perbedaan rerata diameter indurasi uji Mantoux

berdasarkan riwayat kontak 29

Tabel 4.6. Analisis korelasi dan regresi lama imunisasi BCG

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cara penyuntikan uji Mantoux 10

Gambar 2.2. Hasil indurasi uji M antoux 11

Gambar 2.3. Kerangka konseptual penelitian 14

Gambar 4.1 Grafik korelasi lama imunisasi

BCG terhadap indurasi uji Mantoux. 30

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

TB : Tuberkulosis

M. tuberculosis : Mycobacterium tuberculosis

M. bovis : Mycobacterium bovis

M. atipik : Mycobacterium atipik

BCG : Bacillus Calmette Guerrin

HIV : Human Immunodeficiency Virus

WHO : World Health Organisation

(13)

% : persen

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

AAP : American Academy of Pediatrics

OT : old tuberculin

DS : direct smear

BB : berat badan

TB : tinggi badan

mm : millimeter

PPD : purified protein derivative

TU : tuberculin unit

CD4 : cluster differentiation-4

CD8 : cluster differentiation-8

MHC : Mean Heavy Chain

Th1 : T helper-1

Th2 : T helper-2

TNF : Tumor Necrosis Factor

IFN : interferon

IL-3 : interleukin-3

IL-4 : interleukin-4

IL-5 : interleukin-5

(14)

IL-10 : interleukin-10

GM-CSF : granulocyte-macrophage colony-stimulating

factor

BP4 : Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru

KMS : Kartu Menuju Sehat

n : jumlah sampel

Zα : deviat baku normal untuk α

Zβ : deviat baku normal untuk β

α : kesalahan tipe I

β : kesalahan tipe II

P : tingkat kemaknaan

x2 : uji chi square

Rp : Rupiah

SD : Standard Deviasi

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

≥ : lebih besar atau sama dengan

≤ : lebih kecil atau sama dengan

< : lebih kecil/kurang dari

SPSS : Statistical Package for Social Science

(15)

IK : interval kepercayaan

dkk : dan kawan-kawan

HUBUNGAN HASIL UJI MANTOUX DAN STATUS IMUNISASI BCG PADA ANAK YANG KONTAK DENGAN TB PARU DEWASA

Fadilah Harahap, Ridwan M. Daulay, Muhammad Ali, Wisman Dalimunthe, Rini S

(16)

Abstrak

Latar Belakang. Kasus infeksi tuberkulosis masih sangat tinggi di Indonesia. Pada anak, sumber penularan TB adalah penderita TB paru dewasa dengan Basil Tahan Asam (BTA) sputum positif. Uji Mantoux merupakan alat diagnostik untuk mendeteksi infeksi TB. Imunisasi BCG telah lama digunakan untuk pencegahan TB tetapi sampai saat ini efikasinya masih diperdebatkan.

Tujuan. Untuk menilai hubungan hasil uji Mantoux dan status imunisasi BCG pada anak yang kontak dengan TB paru dewasa.

Metode. Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan Februari – Maret 2011. Data mengenai TB paru dewasa dengan BTA sputum positif diperoleh dari salah satu tempat praktek swasta dokter spesialis paru dan BP4 (Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit Paru-paru) di Medan. Uji Mantoux dilakukan untuk mendeteksi infeksi TB pada anak-anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan TB dewasa. Sampel dibagi dua yaitu kelompok yang sudah dan belum diimunisasi BCG.

Hasil. Terdapat 50 anak pada masing-masing kelompok. Jumlah hasil uji Mantoux yang positif pada kelompok yang sudah diimunisasi dan belum diimunisasi adalah 9 dan 33 orang anak. Rerata diameter indurasi yang timbul pada kelompok imunisasi

dan belum imunisasi adalah 7,6 mm dan 9,6 mm (IK 95% -4.25;0.20, P=0.074).

Pada anak yang kontak dengan TB paru dewasa dengan BTA sputum positif,

imunisasi BCG merupakan faktor protektif terhadap infeksi tuberkulosis dengan odds

ratio (OR) 0.113 (IK 95% 0.045;0.286, P=0.0001)).

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara hasil uji Mantoux dan status Imunisasi BCG

Kata kunci. Imunisasi BCG, Uji Mantoux, Kontak serumah, tuberkulosis

Theassociation between Mantoux test result and BCG vaccination in children who have contact with adult pulmonary tuberculosis

(17)

CO-AUTHORS Ridwan Daulay, Muhammad Ali, Wisman Dalimunthe, Rini Savitri Daulay

INSTITUTION Department of Child Health, Medical school, University of Sumatera Utara / H. Adam Malik Hospital, Medan-Indonesia

Background. Tuberculosis infection is highly prevalence in Indonesia. The source of transmission of TB to a child is usually an adult pulmonary tuberculosis with sputum smear-positive and Mantoux test is a diagnostic tool for tuberculosis infection. The BCG vaccine has been used for the prevention of TB but the efficacy was still debated.

Objective. To assess the association of Mantoux test result and BCG vaccination in children who have contact with adult pulmonary tuberculosis

Methods. A cross sectional study was conducted in February - March 2011. Information about the adult tuberculosis with sputum smear positive collected from pulmonologist practice and BP4 (Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit Paru-paru) in Medan. On the infants and children( three month until five years old), who have household contact with them we performed Tuberculin Skin Test (TST) to detect tuberculosis infection. We devided the participants into two groups, BCG vaccinated and BCG unvaccinated. Chi-square test was used to determine the association between BCG vaccination and Mantoux test result.

Results. There were 50 children in each group. Amount of the positive result of Mantoux test in vaccinated and unvaccinated groups were 9 and 33, respectively. The diameter of induration in vaccinated and unvaccinated groups were 7,6 mm and 9,6 mm,

respectively (95% CI -4.25;0.20, P=0.074). In children in household

(18)

infection with odds ratio (OR) 0.113 (95%CI 0.045;0.286, P=0.0001).

Conclusions. There was association between Mantoux test result and BCG vaccination

(19)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Pada anak, sumber penularan TB adalah

penderita TB dewasa dengan basil tahan asam (BTA) sputum positif.

Jumlah kasus TB pada anak antara 10% sampai 20% dari semua kasus

TB. Saat ini M. tuberculosis menginfeksi sepertiga dari populasi dunia.1

Di Indonesia, TB masih merupakan masalah yang menonjol, bahkan

secara global, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai

penyumbang kasus terbanyak di dunia.Selama ini, program TB nasional

lebih ditekankan pada pasien TB dewasa, sehingga penanganan TB anak

belum mendapat perhatian yang memadai,2,3

Di Indonesia, imunisasi Bacille Calmette-Guerin (BCG) merupakan

salah satu cara untuk menurunkan kejadian TB pada anak, tetapi

perdebatan mengenai efektivitas BCG dalam memproteksi bayi/anak

terhadap TB masih terus berlangsung. Efek proteksi atau efektivitas BCG

berdasarkan publikasi dari berbagai negara bervariasi dari 0% - 80%.

Beberapa penelitian menyatakan status imunisasi BCG tidak

mempengaruhi kejadian infeksi TB pada anak yang kontak dengan

penderita TB dewasa, tetapi penelitian yang lain mengatakan bahwa

(20)

dengan penderita TB dewasa.2 Anak dengan riwayat kontak terhadap

penderita TB dewasa memiliki faktor risiko terinfeksi TB sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah anak tersebut telah

mengalami infeksi atau tidak.3 Saat ini, uji tuberkulin merupakan salah

satu metode yang dapat dipercaya untuk mendeteksi infeksi TB.

Imunisasi BCG dapat mempengaruhi indurasi hasil uji tuberkulin cara

Mantoux sampai 5 tahun setelah imunisasi BCG.2

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

- Apakah ada perbedaan hasil uji Mantoux terhadap anak yang sudah

dan belum mendapat imunisasi BCG yang tinggal serumah dengan

penderita TB dewasa BTA sputum positif?

- Apakah ada perbedaan diameter indurasi uji Mantoux berdasarkan

status nutrisi, usia, riwayat kontak pada anak yang sudah dan belum

mendapat imunisasi BCG serta berdasarkan lama waktu setelah

pemberian imunisasi BCG?

(21)

- Ada perbedaan hasil uji Mantoux pada anak yang sudah dan belum

diimunisasi BCG yang tinggal serumah dengan penderita TB dewasa

BTA sputum positif.

- Ada perbedaan diameter indurasi uji Mantoux berdasarkan status

nutrisi, usia, riwayat kontak pada anak yang sudah dan belum

mendapat imunisasi BCG serta berdasarkan lama waktu setelah

pemberian imunisasi BCG

1.4. Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui hubungan hasil uji Mantoux dengan status

imunisasi BCG pada anak yang tinggal serumah dengan penderita TB

dewasa BTA sputum positif.

- Untuk mengetahui bagaimana perbedaan diameter indurasi uji

Mantoux berdasarkan status nutrisi, usia, riwayat kontak pada anak

yang sudah dan belum mendapat imunisasi BCG serta berdasarkan

lama waktu setelah pemberian imunisasi BCG

1.5 . Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang daya proteksi imunisasi BCG

terhadap infeksi TB alamiah pada anak yang tinggal serumah dengan

(22)

2. Sebagai skrining infeksi TB terhadap anak yang tinggal serumah

(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi

Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh

dunia, dan World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi TB

akan terus meningkat.4,5 Tahun 1995, WHO memperkirakan sedikitnya 180

juta anak usia <15 tahun terinfeksi M. tuberculosis di seluruh dunia.6,7

Laporan WHO tahun 1998, menyebutkan bahwa satu orang terinfeksi TB

setiap empat detik dan satu orang meninggal akibat infeksi TB setiap sepuluh

detik.7 Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang terabaikan selama

beberapa tahun dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di

negara berkembang,8 dengan jumlah kematian lebih dari 2 juta pertahun.9

Sepanjang dasawarsa terakhir, jumlah kasus baru TB terus meningkat

di seluruh dunia, 95% kasus terjadi di negara berkembang.1-3 Di Indonesia,

berdasarkan laporan WHO tahun 2009, insidensi TB sebesar 228 per 100

000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB 39 per 100 000 penduduk

atau 250 orang per hari. Di Medan, berdasarkan laporan Depkes RI tahun

2000-2010, angka penjaringan suspek TB adalah 264 per 100 000 penduduk

dengan proporsi pasien TB paru positif diantara suspek TB sebesar 10.3 %.10

Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada saat ini, diduga

disebabkan oleh berbagai hal, yaitu diagnosis tidak tepat, pengobatan kurang

(24)

endemik HIV, migrasi penduduk, mengobati sendiri (self treatment),

meningkatnya kemiskinan, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

Infeksi TB ini disebut sebagai the re-emerging disease.2

2.2. Patogenesis Penyakit TB

Infeksi primer terjadi pada anak yang sebelumnya belum pernah terpajan

dengan kuman TB.1 Droplet yang terhirup masuk kedalam paru, karena

ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dapat masuk sampai ke alveolus.

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB

yang masuk ke paru, pada sebahagian kasus akan dihancurkan oleh

imunitas nonspesifik, namun pada sebahagian kasus lainnya, tidak dapat

menghancurkan seluruh kuman TB, sehingga kuman TB ini akan

berkembang biak dalam makrofag dan menyebabkan lisis makrofag dan

membentuk lesi yang disebut fokus primer Ghon.3

Melalui aliran saluran limfe, dari fokus Ghon, kuman TB akan dibawa

ke kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi

di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis). Gabungan

antara fokus primer Ghon, limfangitis dan limfadenitis dinamakan kompleks

primer (primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB

sampai terbentuk kompleks primer disebut masa inkubasi. Masa inkubasi TB

berlangsung sekitar 2-12 minggu, biasanya 4-8 minggu. Setelah kompleks

(25)

adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tuberkuloprotein yaitu uji tuberkulin

positif dan infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi.3

Sistem imun yang berperan penting dalam imunologi TB adalah

imunitas seluler.3 Bukti secara eksperimental menunjukkan, bahwa

pertahanan anti mikobakteri adalah makrofag dan limfosit T. Sel fagosit

mononuklear atau makrofag berperan sebagai efektor utama sedangkan

limfosit T sebagai pendukung proteksi atau kekebalan. Limfosit T tidak

bekerja sendiri tetapi harus berinteraksi dengan sel-sel imun lainnya untuk

mencapai proteksi yang optimal. Semua populasi sel T (CD4, CD8, dan sel T

memori) berperan dalam proteksi. Sel limfosit T dapat dibagi menjadi sel T

CD4 yang mengenal peptida antigenik yang dipresentasikan oleh molekul

MHC kelas II dan sel T CD8 yang mengenal peptida antigenik yang

dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I.11

Berdasarkan fungsinya Sel T CD4 dibedakan menjadi 2 sub populasi

yaitu sel Th1 dan Th2. Sel Th1 menghasilkan IFN, IL-2 dan limfotoksin yang

berfungsi meningkatkan aktivitas mikrobisidal makrofag serta menimbulkan

hipersensitivitas tipe lambat. Sedangkan sel Th2 menghasilkan 4, 5,

IL-6 dan IL-10 yang berfungsi merangsang diferensiasi dan pertumbuhan sel B.

Sel Th1 dan sel Th2 menghasilkan IL-3, GM-CSF (Granulocyt

Macrophage-Colony Stimulating Factor) dan TNF. Baik Th1 dan Th2 berpengaruh

(26)

Meskipun beberapa penelitian menitikberatkan pada fungsi sel T CD4

yang berperan sebagai antimikobakteri melalui produksi sitokin dan aktivasi

makrofag, mekanisme lain dari sel T pada sistem pertahanan tubuh adalah

melalui sitolisis langsung oleh makrofag dan sel fagosit yang terinfeksi M.

tuberculosis. Sel T CD8 merupakan populasi sel T sitolitik yang mempunyai

fungsi pertahanan terhadap patogen intraseluler. Peran sel T CD8 dapat

dibuktikan dengan percobaan bahwa deplesi sel T CD8 akan memperburuk

infeksi M. tuberculosis dan imunisasi BCG pada tikus, dan transfer sel CD8

yang selektif akan melindungi terhadap tuberkulosis. Berbagai studi in vitro

menunjukkan bahwa sel T CD4 yang reaktif terhadap mikobakterium sangat

potensial menghasilkan IFN. Namun IFN juga dihasilkan oleh sel T CD8 yang

spesifik terhadap mikobakterium.11

2.3. Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun

timbulnya penyakit TB pada anak.3,12,13 Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi

faktor risiko infeksi dan faktor risiko penyakit.

2.3.1 Risiko Infeksi TB

Kejadian infeksi TB tidak sama pada semua kelompok umur. Kemungkinan

terjadinya infeksi lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Selain

itu, juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh anak. Kondisi yang membuat

(27)

epidemik dari infeksi HIV saat ini, meningkatkan insidensi kejadian infeksi TB

anak. Suatu penelitian di Kenya melaporkan prevalensi TB meningkat 50%

pada yang terinfeksi HIV.12 Risiko infeksi juga meningkat pada anak-anak

yang tinggal serumah dengan penderita TB dewasa terutama anak-anak

yang kontak dengan penderita dewasa dengan BTA sputum positif.12,13

Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal yaitu ukuran rumah,

kepadatan penghuni dan ventilasi rumah.12

2.3.2. Risiko Sakit TB

Risiko sakit TB pada anak dipengaruhi oleh usia. Anak-anak usia ≤ 5 tahun

yang telah terinfeksi TB memiliki risiko lebih besar untuk mengalami progresi

infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang

sempurna. Selain itu, juga dipengaruhi oleh konversi uji tuberkulin dalam satu

tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromais, kepadatan hunian,

dan virulensi M. tuberculosis.3

2.4. Diagnosis

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada

pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura dan

biopsi jaringan. Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti

disebabkan oleh dua hal, yaitu sulitnya pengambilan sputum dan jumlah

(28)

Pada anak, diagnosis TB, ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto toraks, dan pemeriksaan

laboratorium. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA sputum

positif, uji tuberkulin positif, gejala klinis TB dan foto toraks sugestif TB,

merupakan dasar untuk menyatakan anak sakit TB.2,3

2.5. Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini, mempunyai

sensitivitas dan spesifitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi

tuberkulosis.14 Terdapat dua teknik melakukan uji tuberkulin kulit yaitu secara

Mantoux dan multiple punction. Uji tuberkulin secara Mantoux merupakan

metode standar untuk menentukan infeksi TB, dan Committee on Infectious

Disease of the American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan uji

tuberkulin cara Mantoux sebagai prosedur standar untuk skrining infeksi TB

karena memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik.3,14-17

Tuberkulin yang pertama dibuat oleh Koch disebut dengan old

tuberculin (OT), kemudian tahun 1930-an Florence Seibert membuat

presipitasi dari OT yang dinamakan dengan purified protein derivative (PPD).

PPD inilah yang sekarang banyak digunakan. Berdasarkan potensinya,

kekuatan tuberkulin terbagi menjadi 3 yaitu: first strength, intermediate

strength, dan second strength. Kekuatan yang mempunyai sensitivitas dan

(29)

2TU dan PPD S 5TU. Tuberkulin yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

PPD RT 23 2TU buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD buatan

Biofarma.3,18

Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan penyuntikan 0.1 ml

tuberkulin PPD RT 23 2TU atau PPD S 5TU secara intrakutan di bagian volar

lengan kiri bawah. Pembacaan dilakukan setelah 48-72 jam setelah

penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul bukan

hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk

menentukan tepi indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter

transversal indurasi diukur dengan alat pengukur transparan. 3,15,19

Gambar 2.1. cara penyuntikan uji Mantoux.20

Secara umum, hasil uji tuberkulin dinyatakan positif jika indurasi ≥ 10 mm,

sedangkan pada anak usia < 5 tahun yang telah diimunisasi BCG hasil

tuberkulin positif jika indurasi ≥15 mm. 3 Penelitian di Kanada tentang

pengaruh BCG saat neonatus terhadap hasil indurasi uji tuberkulin, cut off

(30)

pengaruh BCG.21 Pengaruh BCG secara bertahap akan semakin berkurang

dengan berjalannya waktu, dan paling lama berlangsung hingga 5 tahun

setelah penyuntikan, sehingga jika membaca hasil tuberkulin pada anak

berusia lebih dari 5 tahun, faktor BCG dapat diabaikan. Selain itu infeksi M.

atipik juga dapat mempengaruhi hasil pembacaan uji tuberkulin.3,22

Gambar 2.2. Hasil indurasi uji Mantoux.23

Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun

(imunokompromais) maka cut off-point hasil positif yang digunakan adalah ≥5

mm. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien gizi buruk, infeksi HIV,

keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau pasien yang mendapat

imunosupresan jangka panjang (≥2 minggu). Pada keadaan tersebut, uji

tuberkulin dapat positif sehingga pasien dengan dugaan anergi tetap

dilakukan uji tuberkulin jika dicurigai TB.3,21,24

2.6. Imunisasi Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Strategi utama dalam pencegahan dan kontrol TB adalah deteksi dini dan

(31)

BCG.25 Vaksin BCG dikembangkan oleh Camille Calmett dan Albert Guerin

sejak tahun 1906, dan pada tahun 1921 vaksin BCG yang berasal dari strain

M. bovis yang dilemahkan mulai digunakan pada manusia.26,27

Tujuan imunisasi BCG, diharapkan infeksi primer M. tuberculosis yang

berbahaya diganti dengan infeksi BCG yang tidak berbahaya dan timbul

aktivasi imunitas seluler terhadap M. tuberculosis. Anak yang sudah

diimunisasi BCG jika terinfeksi TB alamiah maka sel limfosit T memori segera

berproliferasi, berdifferensiasi, mengaktifkan makrofag dan memproduksi

sitokin. Sitokin akan meningkatkan kemampuan makrofag dalam mekanisme

mikrobisida dan telah dibuktikan bahwa sitokin ini mampu menghambat

pertumbuhan basil, dan menghambat mobilitas makrofag yang terinfeksi

sehingga tidak terjadi penyebaran infeksi secara hematogen.3

Selama ini, lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan di

seluruh dunia. Meskipun demikian, perdebatan mengenai efektivitas BCG

dalam memproteksi bayi/anak terhadap TB masih terus berlangsung.3 Sejak

tahun 1975, telah banyak penelitian kasus kontrol yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas BCG. Daya proteksi BCG untuk mencegah meningitis

TB dan TB milier pada anak 52%-100%, sedangkan untuk mencegah TB

paru 2%-80%. Efek proteksi vaksin BCG pada anak maupun dewasa, tidak

ditemukan lagi lima tahun setelah penyuntikan.25 Hingga saat ini, pemberian

imunisasi BCG masih menjadi bagian dari strategi WHO dalam

(32)

termasuk Indonesia. Satgas imunisasi IDAI merekomendasikan pemberian

BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian BCG setelah usia 1 bulan lebih baik.3

Imunisasi BCG memiliki efek proteksi terhadap penyakit TB, selain itu juga

memiliki efek proteksi terhadap infeksi TB alamiah. Suatu penelitian yang

dilakukan pada anak yang terpapar dengan penderita TB dewasa di Turki

melaporkan, BCG dapat mencegah infeksi TB sebesar 40%. Penelitian ini

menggunakan uji ELISpot dalam mendeteksi infeksi TB dimana ELISpot ini

spesifik untuk infeksi akibat M.tuberculosis.26

Imunisasi BCG dapat mempengaruhi hasil uji tuberkulin, dan belum

ada metode yang reliable yang dapat membedakan hasil uji tuberkulin akibat

imunisasi BCG atau infeksi M. tuberculosis.Interferon-γ disebutkan memiliki

spesifitas yang lebih baik dibanding uji tuberkulin untuk mendeteksi infeksi M.

(33)

2.7.Kerangka konseptual

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.3. Kerangka konseptual

APC mempresentasikan Ag melalui MHC kls I & II kepada Sel T CD4 & T CD8

Aktivasi makrofag &“killing” sel target Differensiasi cel T CD-4 & CD-8

(34)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kotamadya Medan terhadap anak-anak penderita TB

dewasa yang datang berobat ke praktek swasta dokter spesialis paru dan

Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit Paru (BP4) di Medan. Penelitian

dilakukan pada bulan Februari-April 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak-anak usia 3 bulan–5 tahun yang tinggal serumah

dengan penderita TB dewasa BTA sputum positif. Populasi terjangkau adalah

anak-anak usia 3 bulan–5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB

dewasa BTA sputum positif yang datang berobat ke praktek swasta dokter

spesialis paru dan BP4 di Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk

uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu:28

(35)

n1 =n2 = (Zα √2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2 )2

(P1 – P2)2

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II

α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Zβ = 0,842

P1 = proporsi untuk kelompok I yaitu proporsi hasil uji Mantoux positif

pada anak yang belum diimunisasi BCG= 46%.13

P2 = proporsi untuk kelompok II = proporsi hasil uji Mantoux positif pada

anak yang sudah diimunisasi BCG = 20%

P = P1+P2 = 0,46 + 0,20 = 0,33

2 2

(36)

Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebesar 50 orang untuk

masing-masing kelompok.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Bayi berusia 3 bulan–5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita

TB dewasa BTA sputum positif

2. Bersedia ikut dalam penelitian dan mengisi surat persetujuan setelah

penjelasan atau informed consent

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Anak gizi buruk

2. Anak yang dalam keadaan immunokompromais seperti mendapat

terapi kortikosteroid jangka lama, obat sitostastika, dan obat lain yang

bersifat imunosupresi, anak yang menderita campak, gondongan,

tuberkulosis berat, tipus abdominalis, penyakit keganasan, dan kondisi

lain yang mempengaruhi status imunitas

3. Mendapat imunisasi vaksin hidup dalam 6 minggu terakhir

(37)

3.6. Persetujuan/Informed consent

Semua sampel akan diminta persetujuan dari orangtua setelah terlebih

dahulu diberi penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan dan kondisi

anak yang rentan terhadap infeksi TB serta manfaat yang diperoleh dari

penelitian.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

1. Penderita TB dewasa BTA sputum positif diperoleh berdasarkan data

dari praktek swasta dokter spesialis paru dan BP4 di Medan, kemudian

dicari bayi/anak yang berusia 3 bulan–5 tahun yang tinggal bersama

mereka. Diberi penjelasan mengenai penelitian, dan diminta

persetujuan agar anaknya dapat dimasukkan sebagai sampel

penelitian.

2. Karakteristik dasar dan informasi mengenai sampel diperoleh dengan

pengisian kuisioner oleh orangtua. Status nutrisi dihitung dengan

(38)

3. Anak dengan gizi buruk, dan dalam kondisi immunosupresi serta

mendapat imunisasi vaksin hidup dalam 6 minggu terakhir dikeluarkan

dari penelitian.

4. Sampel dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan status

imunisasi BCG, yaitu yang belum dan sudah mendapat imunisasi

BCG. Status imunisasi diperoleh berdasarkan keterangan orangtua

dan parut BCG yang ditemukan pada deltoid atau jika tercatat dalam

KMS.

5. Dilakukan uji Mantoux terhadap semua sampel, dengan menggunakan

PPD RT 23 2TU buatan Biofarma Bandung dengan dosis 0.1 ml.

Penyuntikan dilakukan secara intrakutan di bagian volar lengan kiri

bawah dengan memakai jarum suntik no 27.Daerah tempat suntikan

dibersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi air bersih, kemudian

penyuntikan dilakukan secara perlahan. Setelah posisi jarum suntik

tepat intrakutan, posisi jarum dibuat sejajar dengan permukaan kulit

dan sedikit didorong. Apabila suntikan benar, maka akan timbul

indurasi yang berwarna kepucatan. Untuk anak berikutnya jarum suntik

diganti dengan yang baru.

6. Hasil uji Mantoux dibaca setelah 48-72 jam oleh peneliti sendiri.

Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi.

Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi

(39)

diameter transversal terpanjang dengan menggunakan penggaris

transparan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satu desimal

millimeter, jika tidak timbul indurasi, dilaporkan sebagai 0 mm. Bila

timbul bula atau vesikel juga dicatat.

7. Uji Mantoux dikatakan positif, jika diameter indurasi ≥ 10 mm pada

anak yang belum diimunisasi BCG dan ≥ 15 mm pada anak yang

(40)

Alur Penelitian

ANAK USIA 3 BULAN - 5 TAHUN YANG KONTAK DENGAN PENDERITA TB DEWASA BTA

SPUTUM POSITIF

BELUM IMUNISASI BCG SUDAH IMUNISASI BCG

UJI MANTOUX UJI MANTOUX

POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF

ANAK USIA 3 BULAN - 5 TAHUN YANG KONTAK DENGAN PENDERITA TB DEWASA BTA

(41)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas Skala

Status imunisasi BCG Nominal dikotom

Status nutrisi Ordinal

Usia Ordinal

Riwayat kontak Nominal

Variabel tergantung

Hasil uji Mantoux Nominal dikotom

Diameter indurasi uji Mantoux Rasio

3.10. Definisi Operasional

1. Riwayat kontak ditentukan jika anak tinggal serumah dengan penderita

TB dewasa BTA sputum positif minimal selama 3 bulan.13

2. BTA positif jika pada pemeriksaan BTA Direct Smear (DS) dari sputum

didapati M. tuberculosis minimal dengan satu kali pemeriksaan.29

Pada penelitian ini data tersebut diperoleh dari praktek swasta dokter

spesialis paru dan BP4 di Medan.

3. Status imunisasi BCG dikatakan positif menurut keterangan orangtua

(42)

dan negatif berdasarkan keterangan orang tua dan tidak ada parut

bekas imunisasi BCG atau tidak tercatat di KMS.

4. Hasil uji Mantoux dikatakan positif jika diameter indurasi transversal ≥

10 mm untuk anak yang belum diimunisasi BCG dan ≥ 15 mm pada

anak yang telah mendapat imunisasi BCG.2,3,20

5. Umur sampel ditentukan berdasarkan umur kalender.

6. Status nutrisi anak ditetapkan dengan teknik antropometri standar

berdasarkan CDC NCHS-WHO.

BB/TB : >120% : kegemukan / obesitas

BB/TB : 110%-120% : overweight

BB/TB : 90%-110% : normal

BB/TB : 70%-90% : gizi kurang

BB/TB : <70% : gizi buruk

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk melihat hubungan antara status imunisasi BCG dengan hasil uji

Mantoux digunakan uji kai-kuadrat sedangkan untuk menilai ada tidaknya

perbedaan rerata indurasi uji Mantoux berdasarkan usia dan status nutrisi

dipakai uji anova. Uji t dipakai untuk menilai perbedaan rerata indurasi uji

Mantoux berdasarkan riwayat kontak, sedangkan untuk menilai perbedaan

rerata indurasi uji Mantoux berdasarkan lama waktu setelah pemberian

(43)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu tempat praktek swasta dokter

spesialis paru di jalan Jemadi no.8 Pulau Brayan Darat yang berjarak ± 12 km

dari pusat kota Medan dan Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit

Paru-paru (BP4) di jalan Asrama no.18 Simpang Gaperta yang berjarak ± 20 km

dari pusat kota Medan.

Dari 82 orang penderita TB paru dewasa dengan BTA sputum positif,

didapati 100 orang anak usia 3 bulan sampai 5 tahun yang tinggal serumah

dengan mereka. Dari 82 penderita TB dewasa ini, terdapat 14 penderita yang

memiliki kontak dengan dua orang anak dan dua orang penderita yang

kontak dengan tiga orang anak, sisanya 66 orang masing-masing kontak

dengan satu orang anak. Dari 100 orang anak ini, masing-masing 50 orang

yang sudah diimunisasi BCG dan 50 orang yang belum diimunisasi BCG.

Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok yang sudah

dan belum diimunisasi terdapat pada table 4.1. Rerata umur, jenis kelamin,

berat badan, dan tinggi badan kelompok yang sudah dan belum imunisasi

BCG tidak jauh berbeda. Tidak ada anak dengan status nutrisi gizi buruk.

Jumlah sampel yang memiliki saudara dua orang ditemukan terbanyak pada

(44)

Tabel 4.1.Karakteristik dasar sampel

(45)

Demikan juga sebagian besar pendidikan terakhir ayah dan ibu pada kedua

kelompok adalah Sekolah Menengah Umum (SMU). Pekerjaan orangtua

terbanyak adalah wiraswasta, dengan penghasilan terbanyak pada kisaran

500 ribu sampai 1 juta pada kedua kelompok.

Selanjutnya pada kelompok yang sudah dan belum diimunisasi BCG

dilakukan uji Mantoux. Kedua kelompok ini sama-sama memiliki riwayat

kontak dengan penderita TB paru dewasa BTA sputum positif. Penilaian uji

Mantoux meliputi diameter indurasi yang timbul dan penilaian infeksi TB

positif atau negatif, sesuai dengan cut off poin yang digunakan yaitu ≥15 mm

untuk anak yang sudah diimunisasi dan ≥10 mm untuk anak yang belum

diimunisasi.

Tabel 4.2 Rerata diameter indurasi uji Mantoux pada kedua kelompok

Uji Mantoux BCG (+) BCG (-) IK 95% P

Diameter indurasi (mm), rerata (SD)

7.6 (5.98)

9.6 (4.89)

-4.25;0.20 0.074

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa diameter indurasi uji Mantoux, antara kelompok

yang sudah diimunisasi BCG dengan yang belum diimunisasi BCG tidak

(46)

Meskipun tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara diameter indurasi

uji Mantoux pada kelompok yang sudah diimunisasi BCG dengan yang belum

imunisasi BCG, tetapi penilaian antara status imunisasi terhadap hasil uji

Mantoux dijumpai perbedaan yang signifikan, dengan odds ratio (OR) 0.11

yang berarti bahwa status imunisasi BCG merupakan faktor protektif terhadap

hasil uji Mantoux test (Tabel 4.3)

Tabel 4.3. Hubungan status imunisasi BCG terhadap uji Mantoux

Hasil uji Mantoux P OR (IK 95%)

Negatif Positif

Imunisasi BCG: Positif Negatif

41 17

9 33

0.0001 0.113 (0.045;0.286)

(47)

Dari hasil analisa menggunakan uji anova untuk melihat ada tidaknya

perbedaan rerata indurasi mantoux berdasarkan usia dan status nutrisi untuk

kedua kelompok menunjukkan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

(P>0.05).

(48)

Dari tabel 5 diperoleh bahwa tidak ditemukan perbedaan rerata indurasi uji

Mantoux yang signifikan antara riwayat kontak dengan orangtua dan bukan

orangtua.

Tabel 4.6. Analisis korelasi dan regresi lama imunisasi BCG dengan indurasi uji Mantoux

Variabel r R2 Persamaan garis P

Lama imunisasi BCG 0.166 0.03 5.82+0.056*lama imunisasi BCG 0.25

Dari hasil analisis korelasi dan regresi linier terbukti bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna lama imunisasi BCG terhadap indurasi Mantoux

(49)

Lama/Jarak Imunisasi

60 50

40 30

20 10

0

Indur

asi

20

10

0

-10

Gambar 4.1. Grafik korelasi lama imunisasi terhadap indurasi uji Mantoux

BAB 5. PEMBAHASAN

Tuberkulosis merupakan suatu “infectious airborne disease” yang menjadi

masalah kesehatan global di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat sembilan Indurasi = 5,88 + 0,06 * lama

(50)

juta kasus baru diseluruh dunia. TB merupakan peyebab kematian terbanyak

kedua akibat penyakit infeksi yang dapat dicegah atau diobati setelah

HIV/AIDS.30

Risiko infeksi TB meningkat pada anak yang lebih muda, anak yang

dalam keadaan imunokompromais, dan anak yang memiliki riwayat kontak

dengan penderita TB paru dewasa terutama dengan BTA sputum positif.12,13

Penelitian di Laos, melaporkan faktor risiko terjadinya infeksi TB pada anak

yang kontak dengan penderita TB meningkat 3.3 kali pada anak yang kontak

dengan penderita TB dengan BTA sputum positif.31 Hal yang sama juga

dilaporkan pada penelitian di Istambul, Turki, risiko infeksi paling tinggi terjadi

pada anak yang kontak dengan BTA sputum positif dan dijumpai kavitas

pada foto toraks.32 Pada penelitian ini, kami ingin menilai status imunisasi

BCG sebagai risiko infeksi TB yang ditandai dengan uji Mantoux dan semua

anak pada penelitian ini sejak awal sudah memilliki risiko infeksi TB yang

sama yaitu memiliki riwayat kontak dengan penderita TB paru dewasa BTA

sputum positif, tetapi pemeriksaan terhadap gambaran foto toraks tidak

dilakukan.

Penelitian di Greenland, Denmark, melaporkan risiko infeksi TB pada

anak dihubungkan dengan tingkat pendidikan ibu, dimana pendidikan ibu

menurunkan risiko infeksi TB pada anak, tetapi tidak berhubungan dengan

tingkat pendidikan ayah.33 Pada penelitian ini, kami tidak meneliti hubungan

(51)

BCG memiliki tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi dibanding kelompok

yang belum mendapat imunisasi BCG.

Respon imunologi yang paling berperan dalam infeksi tuberkulosis

adalah reaksi imunitas seluler.3,11 Sampai saat ini, uji tuberkulin merupakan

alat diagnostik yang sering digunakan dengan sensitivitas dan spesifitas yang

cukup baik untuk mendiagnosis infeksi TB.16,19 Tetapi, uji Mantoux memiliki

kelemahan yaitu tidak bisa membedakan hasil indurasi akibat imunisasi BCG,

infeksi M.atipik atau memang murni karena infeksi TB alamiah.14,18 Selain itu,

uji Mantoux juga tidak dapat membedakan antara infeksi TB dan sakit TB.

Penelitian di Veracruz, Mexico, melaporkan uji tuberkulin masih sangat

berperan dalam mendeteksi infeksi TB anak walaupun sudah mendapat

imunisasi BCG.34

Secara umum, infeksi TB yang terjadi ditandai dengan diameter indurasi

uji tuberkulin ≥10 mm. 3 Beberapa penelitian memiliki cut off point yang

berbeda untuk anak yang sudah mendapat imunisasi BCG. Penelitian meta

analisis di Vancouver, melaporkan, pada anak yang sudah mendapat

imunisasi BCG kemungkinan hasil uji tuberkulinnya positif sebesar 26.5 kali

dibanding yang tidak diimunisasi BCG, dan diameter indurasi uji tuberkulin ≥

15 mm lebih memungkinkan sebagai suatu infeksi TB pada anak yang sudah

diimunisasi BCG.35 Hal yang sama juga dilaporkan pada penelitian di

(52)

Pada penelitian ini, kami memakai cut off point indurasi uji Mantoux

untuk kelompok yang sudah mendapat imunisasi BCG ≥15 mm, sesuai

dengan hasil penelitian meta analisis yang dilakukan di Vancouver dan

Kanada.

Pada penelitian ini, rerata diameter indurasi uji Mantoux ditemukan

tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang sudah diimunisasi

dan yang belum diimunisasi BCG. Berbeda dari hasil penelitan di

Kocaeli,Turki, dilaporkan bahwa rerata diameter indurasi dari uji Mantoux

signifikan lebih tinggi pada kelompok anak-anak yang sudah diimunisasi BCG

dibandingkan dengan anak-anak yang belum imunisasi BCG.36

Jumlah hasil uji Mantoux yang positif pada kelompok yang sudah

diimunisasi dan belum diimunisasi pada penelitian ini adalah 18% dan 66%.

Sedangkan jumlah hasil uji Mantoux yang negatif adalah 82% dan 34%. Hal

ini berbeda dengan penelitian di Umerkot, Pakistan, yang melaporkan jumlah

hasil uji Mantoux yang positif pada kelompok yang memiliki skar BCG dan

yang tidak mempunyai skar BCG adalah 19% dan 81%, sedangkan jumlah

hasil uji Mantoux yang negatif adalah 11.7% dan 88.3%.37 Penelitian di

Kerala, India, melaporkan hasil uji tuberkulin positif lebih banyak pada anak

yang belum diimunisasi BCG (24%) dibanding anak yang sudah mendapat

imunisasi BCG (9.7%).38 Perbedaan hasil ini dapat diakibatkan karena

(53)

dan status nutrisi saat imunisasi, virulensi kuman TB dan prevalensi M.atipik

di lingkungan.3,37

Selama ini, lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan di

seluruh dunia. Meskipun demikian, perdebatan mengenai efektivitas BCG

dalam memproteksi bayi/anak terhadap TB masih terus berlangsung.3

Imunisasi BCG mempengaruhi hasil uji Mantoux dan dapat memberikan hasil

false positive. Pengaruh BCG terhadap hasil uji Mantoux akan semakin

berkurang dan paling lama bertahan sampai lima tahun setelah

penyuntikan.3,25

Sebuah sistematic review di Brazil, melaporkan bahwa imunisasi BCG

memiliki efek proteksi yang tinggi dalam mencegah TB milier dan meningitis

TB, tetapi efek proteksinya memiliki variasi yang lebar untuk mencegah

tuberkulosis paru, dimana beberapa hasil penelitian melaporkan tidak ada

efek proteksi dan penelitian yang lainnya melaporkan efek proteksinya

hampir 80%.26 Efek proteksi vaksin BCG dipengaruhi oleh metode dan cara

pemberian vaksin serta karakteristik populasi yang diteliti.25 Pada penelitian

ini didapatkan hubungan yang signifikan antara hasil uji Mantoux dengan

imunisasi BCG yaitu dengan P=0.0001 dan odds ratio (OR) 0.113 yang

menunjukan bahwa imunisasi BCG memiliki efek proteksi terhadap infeksi

tuberkulosis. Hasil yang sama dilaporkan oleh penelitian di Turki, yang

dilakukan pada anak yang terpapar dengan penderita TB dewasa. Penelitian

(54)

diimunisasi BCG memiliki odds ratio (OR) 0.60 untuk infeksi TB dibandingkan

anak yang tidak diimunisasi BCG.39 Penelitian di India juga melaporkan,

bahwa anak yang tidak diimunisasi BCG memiliki faktor risiko untuk terinfeksi

TB.13

Pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang signifikan rerata

indurasi uji Mantoux berdasarkan usia dan status nutrisi. Hal ini berbeda

dengan penelitian di India, dimana dijumpai perbedaan yang signifikan rerata

indurasi uji Mantoux berdasarkan status nutrisi dan usia <2 tahun.13

Perbedaan ini dapat disebabkan karena pada penelitian ini tidak dijumpai

anak dengan status nutrisi gizi buruk, dan juga rerata usia juga tidak jauh

berbeda.

Pada penelitian ini juga tidak dijumpai hubungan yang bermakna lama

imunisasi dengan hasil indurasi uji Mantoux. Hal ini sama dengan penelitian

di Turki, dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil indurasi uji

Mantoux pada kelompok usia yang berbeda sampai usia 6 tahun.40 Berbeda

dengan penelitian di Iran, dilaporkan bahwa hasil indurasi uji Mantoux

(55)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapati bahwa semua sampel memiliki karakteristik dasar

yang hampir sama, tidak ada anak yang menderita gizi buruk dan memiliki

rerata usia yang hampir sama. Diameter rerata hasil indurasi uji Mantoux

juga tidak berbeda secara signifikan pada kedua kelompok, tetapi terdapat

perbedaan bermakna jumlah hasil uji Mantoux positif dan negatif pada kedua

kelompok. Selain itu tidak dijumpai perbedaan yang signifikan diameter

indurasi uji Mantoux dengan status nutrisi, usia, riwayat kontak orangtua dan

bukan orangtua. Lama pemberian imunisasi BCG juga tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan hasil indurasi uji Mantoux.

6.2 SARAN

Perlu dikembangkan pemakaian uji yang lain untuk mendeteksi infeksi M.

tuberculosis tanpa ada pengaruh dari infeksi M.atipik dan imunisasi BCG.

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai hubungan status imunisasi

BCG dengan hasil uji Mantoux dan faktor yang mempengaruhinya. Juga

perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan pada

anak yang mendapat imunisasi BCG saat usia yang sama.

(56)

Tuberkulosis merupakan suatu “infectious airborne disease” yang menjadi

masalah kesehatan global di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat sembilan

juta kasus baru TB di seluruh dunia. Pada anak, sumber penularan TB

adalah penderita TB paru dewasa dengan Basil Tahan Asam (BTA) sputum

positif.. Uji Mantoux merupakan alat diagnostik untuk mendeteksi infeksi TB.

Imunisasi BCG telah lama digunakan untuk pencegahan TB tetapi sampai

saat ini efikasinya masih diperdebatkan.

Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan hasil uji Mantoux dan

status imunisasi BCG pada anak yang kontak dengan TB paru dewasa.

Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional yang dilakukan

pada bulan Februari–April 2011. Data mengenai TB paru dewasa dengan

BTA sputum positif diperoleh dari salah satu tempat praktek swasta dokter

spesialis paru dan BP4 (Balai Pengobatan Pemberantasan Penyakit

Paru-paru) di Medan.

Sampel adalah anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun, memiliki riwayat

kontak dengan penderita TB paru dewasa BTA sputum positif dan orangtua

bersedia mengisi informed consent. Anak yang dalam keadaan

imunokompromais, gizi buruk, mendapat vaksin hidup dalam 6 minggu

terakhir dan telah dilakukan uji tuberkulin cara Mantoux dalam 2 minggu

terakhir dikeluarkan dari penelitian. Sampel dibagi kedalam dua kelompok

(57)

kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang sama yaitu dilakukan uji

tuberkulin cara Mantoux untuk mendeteksi adanya infeksi M. tuberculosis.

Hasil dijumpai tidak ada perbedaan yang signifikan rerata diameter

indurasi ui Mantoux pada kedua kelompok, tetapi ada perbedaan yang

signifikan jumlah hasil uji Mantoux positif dan negatif pada kedua kelompok.

Selain itu, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan diameter indurasi dengan

status nutrisi, usia, riwayat kontak orangtua dan bukan orangtua. Juga tidak

dijumpai hubungan yang bermakna diameter indurasi uji Mantoux dengan

(58)

SUMMARY

Tuberculosis (TB) is an infectious airbone disease and become a major global

health problem. Each year, there are around nine million new cases of TB.

Adult pulmonary tuberculosis with sputum smear positive are source of TB

infection in children. Tuberculin test is standart method to detect TB infection.

Bacille Calmette-Guerin (BCG) vaccination has been used for the prevention

of TB but the efficacy was still debated.

The aim of study to assess the association of Mantoux test result and

BCG vaccination in children who have contact with adult pulmonary

tuberculosis and to asses differences of Mantoux test induration associated

with nutritional status, age, kind of TB contact and duration after BCG

vaccination. A cross sectional study was conducted on February 2011- April

2011 among household contacts of adult pulmonary TB with sputum smear

positive registered at pulmonary specialist outpatient and Balai Pengobatan

Pemberantasan Penyakit Paru paru (BP4) in Medan.

Children age 3 month- 5 years who live with adult pulmonary TB with

sputum smear positive and approval from parent and willing to filled out the

questionnaire included in study. Children under immunocompromised state,

severe malnutrition, got a live vaccine immunization in the last 6 weeks and

performed Mantoux test in last 2 weeks excluded from study. Participants

devided into two groups, BCG vaccinated and BCG unvaccinated. Mantoux

(59)

The result no significant difference diameter induration of Mantoux test

in both group, but has significant difference. amount of positive and negative

result of Mantoux test in both group. Association between diameter induration

of Mantoux test with nutritional status, age, kind of TB contact, and duration

(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. TB/HIV a clinical manual. Geneva: WHO; 2004

2. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB, penyunting. Pedoman nasional tuberkulosis anak. Edisi ke-2. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI; 2007

3. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A, penyunting. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008

4. Inselman LS. Tuberculin skin testing and interpretation in children. Pediatr Allergy Immunol. 2003; 16:225-35.

5. Alberaez A, Nelson KE, Munoz A. BCG vaccine effectiveness in preventing tuberculosis and its interaction with human immunodeficiency virus infection. Int J Epidemiol. 2000; 29:1085-91.

6. Lienhardt C, Sillah J, Fielding K, Donkor S, Manneh K, Warndorff D, dkk. Risk factors for tuberculosis infection in children in contact with infectious tuberculosis cases in the Gambia, West Africa. Pediatrics. 2003; 111:e608-14.

7. Tornee S, Kaewkungwal J, Fungladda W, Silachamroon U, Akarasewi P, Sunakorn P. Risk factors for tuberculosis infection among household contact in Bangkok, Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2004; 35:375-83.

8. Aziz N, Hasan S, Munir M, Tayyab M, Chaudrhy NA. Risk to household contact of tuberculosis patients based on mantoux test and antibody titre. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2008; 20:47-50.

9. Diel R, Ernst M, Doscher G, Karbe LV, Greinert U, Niemann S, dkk. Avoiding the effect of BCG vaccination in detecting mycobacterium tuberculosis infection with a blood test. Eur Respir J. 2006; 28:16-23.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Situasi epidemiologi TB di Indonesia. Diunduh dari: Diakses Februari 2010

11. Handayani S. Respon imunitas seluler pada infeksi tuberculosis paru. Cermin Dunia Kedokteran. 2002; 137:34-7

12. Gie RP, Beyer N, Enarson DA. Epidemiology of childhood tuberculosis. Dalam: Schaaf HS, Zumla AI, penyunting. Tuberculosis a comprehensive clinical reference. Cape Town: Saunders, 2009. h.38-43.

13. Singh M, Mynak ML, Kumar L, Mathew JL, Kindal SK. Prevalence and risk factors for transmission of infection among children in household contact with adult having pulmonary tuberculosis. Arch Dis Child. 2005; 90:624-8 14. Enarson DA. Use of the tuberculin skin test in children. Pediatr Respir

(61)

15. Abay SE, Mistik S. Tuberculin reaction in children and affecting factors. Chest Medicine On-line. 2005.

16. Departement of Health & Human Service. TB elimination tuberculin skin testing. Diunduh dari:

17. Serwint JR, Hall BS, Baldwin RM, Virden JM. Outcomes of annual tuberculosis screening by mantoux test in children considered to be at high risk: result from one urban clinic. Pediatrics. 1997; 99:529-33.

18. Miller FJW. Tuberculin sensitivity and the tuberculin test. Dalam: Miller FJW, penyunting. Tuberculosis in children evolution, epidemiology, treatment, prevention. London: Churchill Livingstone, 1982. h.18-36.

19. NHS Departement of Health Publications. The mantoux test administration, reading, and interpretation. Diunduh dari:

20. Lyng P. The Mantoux test. Diunduh dari:

21. Reid JK, Ward H, Marciniuk D, Hudson S, Smith P,Hoeppner V. The effect of neonatal bacilli calmette-guerin vaccination on purified derivate skin test results in Canadian Aboriginal children. Chest. 2007; 131:1806-10.

22. Alseda M, Godoy P. Tuberculin reaction size in tuberculosis patient contacts. Arch Bronconeumol. 2007; 3:161-4.

23. Loebis MS, penyunting. Atlas of paediatrics in the tropic. Medan: Departemen of Pediatrics Universitas Sumatera Utara; 2008

24. Thaithumyanon P, Thisyakorn U, Punnahitananda S, Praisuwanna P, Ruxrungtham K. Safety and immunogenicity of bacillus calmette guerin vaccine in children born to HIV-1 infected women. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2000; 31:482-6.

25. Center for Disease Control and Prevention. The role of BCG vaccine in the prevention and control of tuberculosis in the United States. 1996; 45:1-19.

26. Pereira SM, Souza OM, Ximenes R, Barreto M. BCG vaccine against tuberculosis: its protective effect and vaccination policies. Rev Saude Publica. 2007; 41:1-7.

27. Sanofi Pasteur. BCG vaccine (freze-dried). Diunduh dari http://www.sanofi

Pasteur.ca. Diakses Juni 2010.

28. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto HS. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismail S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2008. h.302-31.

29. Varaine F, Henkens M, Grouzard V, penyunting. Tuberculosis practical guide for clinicians, nurses, laboratory technicians and medical auxiliaries. Sans Frontieres: WHO; 2010

(62)

31. Nguyen H, Odermatt P, Slesak G, Barennes H. Risk of latent tuberculosis infection in children living in households with tuberculosis patients: a cross sectional survey in remote northern Lao People's Democratic Republic.

BMC Infect Dis. 2009; 9:1-9

32. Talay F, Kumbetli S. Risk factors affecting the development of tuberculosis infection and disease in household contacts of patients with pulmonary tuberculosis. Turkish Respir J. 2008; 9:34-7

33. Soborg B,Andersen AB, Melbye M,Wohlfahrt J,Andersson M, Biggar RJ,

dkk. Risk factors for Mycobacterium tuberculosis infection among children

in Greenland. Bull WHO.2011; 89:741–8E

34. Sancho F, Lourdes G, Eugenia JC, Manuel PM, Leticia DF,

Canizales-Quintero S, dkk. Is tuberculin skin testing useful to diagnose latent

tuberculosis in BCG-vaccinated children?. Int J of Epid. 2006; 35:1447–54 35. Wang L, Turner MO, Elwood RK, Schulzer M, FitzGerald JM. A meta-analysis of the effect of Bacille Calmette Guérin vaccination on tuberculin skin test measurements. Thorax. 2002; 57:804–9

36. Gundogdu Z, Aydogan M, Sami E, Gokalp AS. Effect of number of BCG vaccination on tuberculin induration size. J Pediatr Child Health. 2007; 43:476-9

37. Rathi SK, Akhtar S, Rahbar MH, Azam SI. Prevalence and risk factors associated with tuberculin skin test positivity among household contacts of smear-positive pulmonary tuberculosis cases in Umerkot, Pakistan. Int J Tuberc Lung Dis. 2002; 6:851-7.

38. Pulickal AS, Fernandez GV. Comparison of the prevalence of tuberculosis infection in BCG vaccinated versus nonvaccinated school age children

[Abstrak]. Indian Pediatr. 2007; 44(5):344-7.

39. Soysal A, Millington KA, Bakir M, Dosanjh D, Deeks JJ, Staveley I, dkk. Effect of BCG vaccination on risk of Mycobacterium tuberculosis infection in children with household tuberculosis contact: a prospective community based study. The Lancet. 2005; 366:1443-51.

40. Bozaykut A, Ipek IO, Ozkars MY, Seren P, Atay E, Atay Z. Effect of BCG vaccine on tuberculin skin tests in 1-6 year-old children. Acta Paediatr. 2002; 91:235-8.

(63)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr Fadilah Harahap

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak

FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. dr. Ridwan M.Daulay. SpA(K)

2. dr. Muhammad Ali, SpA(K)

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 5.000.000

2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 3.000.000

3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000

4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000

(64)

3. Jadwal Penelitian

WAKTU

KEGIATAN

APRIL 2010

JUNI 2010

JULI 2011

MEI 2012

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan laporan Pengiriman Laporan

(65)

4. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua

Bapak/Ibu Yth,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul:

“HUBUNGAN HASIL UJI MANTOUX DAN STATUS IMUNISASI BCG PADA ANAK YANG KONTAK DENGAN TB PARU DEWASA”

Dari penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa riwayat kontak dengan penderita TB dewasa pada anak, merupakan salah satu resiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya infeksi TB. Angka kejadian infeksi Mycobacterium tuberculosis di negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi, dimana Indonesia menjadi penyumbang terbesar ketiga penyakit Tuberkulosis di dunia setelah India dan China.

Untuk mengetahui terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis adalah dengan melakukan Uji Tuberkulin dengan cara Mantoux pada anak, seperti yang akan kami lakukan pada anak Bapak/Ibu. Uji Tuberkulin dengan cara Mantoux dilakukan dengan cara melakukan jungkit kulit dengan alat suntik dan memberikan sedikit obat melalui jarum suntik tersebut (0,1 ml) di lengan kiri anak. Pembacaan terhadap hasil akan kami lakukan 3 hari kemudian (setelah 72 jam).

(66)

Penelitian ini juga memberI manfaat bagi anak-anak bapak/Ibu sekalian, sebab dapat diketahui apakah anak-anak bapak/ibu telah terinfeksi atau tidak oleh TB, sehingga dapat diberi penanganan yang tepat.

Kerjasama Bapak/Ibu sangat diharapkan dalam penelitian ini. Bila masih ada hal-hal yang belum jelas menyangkut penelitian ini, setiap saat dapat ditanyakan kepada peneliti: Dr. Fadilah Harahap.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta terhadap anak Bapak/Ibu dalam penelitian yang telah disiapkan.

Medan, Februari 2011 Peneliti,

(67)

5. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P

Alamat : ...

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan Uji Tuberkulin terhadap anak saya :

Nama : ... Umur ... tahun

Alamat Rumah : ...

(68)

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat

ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2011

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

Dr. Fadilah Harahap …... .………...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ...

(69)

Hubungan hasil uji Mantoux dan status imunisasi BCG pada anak yang kontak dengan TB paru dewasa

LEMBAR KUESIONER

Nomor urut pemeriksaan :………..

Alamat :……….

Tanggal :……….

Pewawancara :………..

Nama Lengkap : ………...

I. DATA PRIBADI

Jenis Kelamin : LK / PR

Umur : ...tahun...bulan

Anak ke : ….…………dari………..bersaudara

Alamat : ……….

...

Pekerjaan orangtua : ( ) petani

( ) wiraswasta

( ) pegawai negeri

( ) lain-lain

Penghasilan orangtua : Rp………bulan

Tingkat pendidikan orangtua : ayah ibu

(70)

( ) ( ) Sekolah dasar

( ) ( ) SLTP

( ) ( ) SLTA

( ) ( ) Perguruan tinggi

NO

II. PEMERIKSAAN FISIK

VARIABEL HASIL

1 Berat Badan kg

2 Tinggi Badan Cm

3 Skar BCG Positif/Negatif

4 Hasil Mantoux Positif/ Negatif

Status Nutrisi :

- BB / TB : …………%

Indikator Malnutrisi : - Gizi buruk : BB / TB < 70%

Hasil Mantoux positif :

Anak sudah diimunisasi BCG : ≥ 15 mm

Anak belum diimunisasi BCG : ≥ 10 mm

(71)

III. ANAMNESE

1. Apakah anak ada makan obat TBC dalam satu bulan terakhir? A. Ya

B. Tidak

2. Apakah anak pernah demam berulang dalam 3 bulan terakhir? A. Ya

B. Tidak

3. Apakah anak mengalami batuk dalam 1 bulan ini ? A. Ya

B. Tidak

4. Apakah berat badan anak menurun dalam 1 bulan ini? A. Ya

B. Tidak

5. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG? A. Ya

B. Tidak

Bila Ya, kapan : ………… skar BCG: ………

6. Apakah anak sekarang sedang minum obat tertentu (obat rutin)? A. Ya

B. Tidak

Bila Ya, apa nama obatnya : ………

7. Apakah anak sedang menderita suatu penyakit? A. Ya

B. Tidak

Bila Ya, apa nama penyakitnya/gejalanya : ………

(72)

B. Tidak

Bila Ya, siapa : ………

9. Apakah dikeluarga ada yang menderita batuk lama? C. Ya

D. Tidak

Bila Ya, siapa : ………

10. Apakah anak ada mendapat imunisasi dalam 6 minggu terakhir A. Ya, sebutkan………

(73)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Fadilah Harahap

Tempat dan Tanggal Lahir : Sibuhuan, 12 Februari 1982

Alamat : Jl. Bambu runcing no 48 Medan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SDN 1 Sibuhuan tahun 1994

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Sibuhuan, tamat tahun 1997

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 2 Plus Sipirok , tamat tahun 2000

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat tahun

2005

Magister Kedokteran Klinik : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat

tahun 2012

PEKERJAAN

2006 – 2007 : Dokter PNS di Padang sidempuan

PERTEMUAN ILMIAH/ PELATIHAN

1. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ilmu Kesehatan Anak di Medan, tahun

2010, sebagai peserta

2. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V Ikatan Dokter Anak Indonesia

Cabang Sumatera Utara, tahun 2012 sebagai peserta

PENELITIAN

1. Hubungan hasil uji Mantoux dan status imunisasi BCG pada anak yang kontak dengan penderita TB paru dewasa

ORGANISASI

Gambar

Gambar 2.1. cara penyuntikan uji Mantoux.20
Gambar 2.3. Kerangka konseptual
Tabel 4.1.Karakteristik dasar sampel
Tabel 4.2 Rerata diameter indurasi uji Mantoux pada kedua kelompok
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

UI-P DI EMPAT UNGKIJNGAN PERADIIAN MAHXAMAH ACI]NG RI,PUBUK INDONESIA KOORDINATOR WIIr'lYAH KAIIMANTAN BANAT.. Dua Riba Enafi Belat sesuai

Kurangnya pemahaman individu akan ajaran agama dan minimnya pengertian norma dalam masyarakat yang semakin tergerus oleh zaman yang modern ini, kurang pengawasan dan

Perlakuan perendaman pada suhu 45 °C selama 10 menit adalah perlakuan pemanasan yang tepat karena dengan waktu perlakuan yang singkat dapat mengurangi 9 jenis

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, &#34;Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari

This possibility was too hastily rejected by the decipherers (Documents, pp. They were concerned chiefly with the suggestion of Merlingen that the Greeks were a

Apabila dilihat dari jumlah PTS di wilayah Jawa Barat yang termasuk dalam daftar pelaksana SPMI-PT yang baik menurut Dirjen Dikti Depdiknas RI di atas, dapat

Untuk pemeriksaan tidak langsung dilakukan desinfeksi jaringan akar dengan mengusap permukaan jaringan menggunakan sodium hipoklorit (NaOCl) 1%atau etanol 70% dengan