KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI YANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT UMUM Dr.PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2007
SKRIPSI
Oleh:
JUMINAH SIHOMBING NIM. 041000125
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI YANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT UMUM Dr.PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2007
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
JUMINAH SIHOMBING 041000125
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI YANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT UMUM Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh: JUMINAH SIHOMBING
041000125
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2009
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH Drh.Rasmaliah,Mkes
NIP.130702002 NIP.390009523
Penguji II Penguji III
Prof.dr.Nerseri Barus,MPH Drs.Jemadi,Mkes
NIP.130365296 NIP.131996168
Medan, Maret 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Juminah Sihombing
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 17 November 1985
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) Orang Bersaudara
Alamat : Jl. Jati XI No 18 P.Simalingkar Medan.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1991 – 1992 : TK Oikumene Medan
2. Tahun 1992 – 1998 : SD Parulian 5 Medan
3. Tahun 1998 – 2001 : SMP Budi Murni 2 Medan
4. Tahun 2001 – 2004 : SMU Kristen Kalam Kudus Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul ”Karakteristik Penderita Karies Gigi Yang Berobat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku ketua Departemen
Epidemiologi FKM USU dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Ibu drh. Rasmaliah, Mkes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Prof. dr Nerseri Barus, MPH, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
7. Kepala bagian Rekam Medik RSU. Dr. Pirngadi Medan dan seluruh pegawai
yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
8. Kepada Orang tua tercinta L.Sihombing dan T.Limbong, abangku John,
kakakku Ana dan adikku Jetro, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan doa dan semangat kepada penulis.
9. Teman-temanku : Dwi, Henny, Pida, Zra terima kasih buat tiap dukungan, doa
kebersamaan selama menempuh pendidikan di FKM.
10.Martha, Nerrie, Imel, kak imel, tiar, dorry dan seluruh rekan peminatan
epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
perhatian dan kebersamaannya.
11.Teman-teman SLTA KK, Jose, Grace, Lince, Ami, Ekha terima kasih buat
dorongan, dukungan dan doa kalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, Januari 2009
Penulis
ABSTRAK
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan.Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40% penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Di RSU Dr.Pirngadi Medan pada tahun 2007 terdapaat 145 penderita karies gigi.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series, populasi adalah seluruh penderita karies gigi di RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 sebanyak 145 orang dan sampel adalah total sampling.
Ditemukan distribusi proporsi penderita karies gigi di RSU Dr.Pingadi Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yang terbanyak: pada umur >14 tahun (87,6%), jenis kelamin perempuan (60,7%), suku Jawa (53,8%), agama Islam (62,1%), pekerjaan pelajar/mahasiswa (42,1%), sumber pembiayaan askes (59,3%) kombinasi stadium karies superficialis (47,6%), tingkat keparahan ringan (48,3%), tindakan penambalan (71,7%). Hasil analisis statistik chi-square diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan kombinasi stadium karies gigi (p=0,551), jenis kelamin berdasarkan kombinasi stadium karies gigi (p=1,160), suku berdasarkan kombinasi stadium karies gigi (p=0,701) ,pekerjaan berdasarkan kombinasi stadium karies gigi (p=0,150), umur berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,984), jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,308), suku berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,308), pekerjaan berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,733), pada tindakan berdasarkan kombinasi stadium karies gigi terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) artinya pada karies superficialis tindakan yang paling banyak dilakukan adalah penambalan dan pada karies profunda tindakan yang paling banyak dilakukan adalah tindakan pencabutan, pada proporsi tindakan berdasarkan tingkat keparahan karies gigi tidak ada perbedaan yang bermakna( p=0,786).
Kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan lagi penanganan terhadap pasien karies gigi sehingga fungsi gigi dapat dipertahankan.
ABSTRACT
Dental caries is carious lesions of teeth caused of fermentable carbohydrate by oral microorganism. Dental caries will become of dental origin focal infection that is a chronic infection and it become a trigger illness in another area. Surkesnas 1998 showed that about 62,40% community of the have distracted their activity for as long as 4 days and based on SKRT 2004 dental caries prevalence reach 90,05%. In Dr.Pirngadi Medan Hospital in year 2007 there are 145 dental caries patients.
This is a descriptive study with case series design. The population were all dental caries patient in Dr.Pirngadi Medan Hospital at year 2007 counted as 145 person and sample were total sampling.
Based on sociodemography, the distribution proportion of dental caries patients in Dr.Pirngadi Medan Hospital in year 2007 which highest proportions were: at age >14 years (87,6%), female (60,7%), javanese (53,8%), Moslems (62,1%), student (42,1%), covered by askes (59,3%), combined superficialis stadium (47,6%), mild caries (48,3%), filling (71,7%). Chi-square analysis results were there is no significant difference between ages and caries combination stadium (p=0,551), sex and caries combination stadium (p=1,160), ethnics and caries combination stadium (p=0,701), jobs and caries combination stadium (p=0,150), ages and stadium caries (p=0,984), sex and stadium caries (p=0,308), ethnics and stadium caries (p=0,839), jobs and stadium caries (p=0,733), superficialis with filling is significancy higher than profunda with extraction (p=0,000), there is also no significant difference between curative and stadium caries ( p=0,786).
To the Dr.Pirngadi Medan Hospital is encouraged to increase their conservative handling of dental caries patient so that the function of teeth can be maintained.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...i
ABSTRAK...iia ABSTRACT ...iib DAFTAR RIWAYAT HIDUP...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...xi
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Perumusan Masalah...5
1.3Tujuan Penelitian ...5
1.3.1 Tujuan Umum...5
1.3.2 Tujuan Khusus...6
1.4Manfaat Penelitian...7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1Pengertian Karies Gigi ...8
2.2Anatomi Gigi ...9
2.2.1 Bentuk-bentuk Gigi...9
2.2.2 Bagian Gigi ...10
2.2.3 Jaringan Gigi ...10
2.3Klasifikasi Karies Gigi ...11
2.3.1 Berdasarkan stadium(dalamnya karies) ...11
2.3.2 Berdasarkan keparahan/kecepatan berkembangnya ...12
2.4Etiologi Karies Gigi...13
2.4.1 Faktor Host(Tuan Rumah) ...14
2.4.2 Faktor Agent(mikroorganisme) ...15
2.4.3 Substrat/diet...15
2.4.4 Faktor Waktu...16
2.5Epidemiologi Karies Gigi ...17
2.5.1 Distribusi Frekuensi...17
2.5.2 Determinan(Faktor-Faktor yang Mempengaruhi) ...19
2.6Pencegahan ...22
2.6.1 Pencegahan Primordial ...22
2.6.2 Pencegahan Primer...22
2.6.3 Pencegahan Sekunder...23
2.6.4 Pencegahan Tersier...25
BAB 3 KERANGKA KONSEP...26
3.1Model Kerangka Konsep ...26
BAB 4 METODE PENELITIAN ...30
4.1Jenis Penelitian...30
4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ...30
4.2.1 Lokasi Penelitian ...30
4.2.2 Waktu Penelitian...30
4.3Populasi dan Sampel ...30
4.3.1 Populasi ...30
4.3.2 Sampel...31
4.4 Metode Pengumpulan Data...31
4.5Teknik Analisis Data ...31
BAB 5 HASIL PENELITIAN ...32
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...32
5.2Sosiodemografi ...34
5.3Stadium Karies Gigi ...35
5.4Tingkat Keparahan Karies Gigi ...36
5.5Tindakan ...37
5.6Sumber Pembiayaan...37
5.7Analisis Statistik...38
5.7.1 Umur Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...38
5.7.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...39
5.7.3 Suku Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...40
5.7.4 Pekerjaan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...41
5.7.5 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ...42
5.7.6 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies...43
5.7.7 Suku Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies...44
5.7.8 Pekerjaan Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ...45
5.7.9 Tindakan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies...46
5.7.10 Tindakan Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ...46
BAB 6 PEMBAHASAN...48
6.1Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Sosiodemografi...48
6.1.1 Umur ...48
6.1.2 Jenis Kelamin ...50
6.1.3 Suku ...51
6.1.4 Agama ...52
6.1.5 Pekerjaan ...53
6.1.6 Kombinasi Stadium Karies ...54
6.1.7 Tingkat Keparahan Karies...55
6.1.8 Tindakan...56
6.1.9 Sumber Pembiayaan...57
6.2Analisis Statistik...58
6.2.1 Umur Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...58
6.2.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...59
6.2.3 Suku Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...61
6.2.4 Pekerjaan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies ...62
6.2.7 Suku Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies...67
6.2.8 Pekerjaan Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ...68
6.2.9 Tindakan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies...70
6.2.10 Tindakan Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ...71
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN...74
7.1Kesimpulan ...74
7.2Saran ...75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data Lampiran 2 : Output SPSS
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 5 : Tabel Status Kesehatan Gigi pada Anak Usia 12 Tahun pada Tahun 1994-1995
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Sosiodemografi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun
2007 ... 34
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Stadium Karies di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun
2007 ... 35
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies Gigi di RSU. Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2007... 36
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007 ... 37
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan
Tindakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 37
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007 ... 38
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 38
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 39
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Suku Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 40
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 41
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 42 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Suku Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 44
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 45
Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Tindakan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies Penderita Karies Gigi di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 46
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Tindakan Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Penderita Karies Gigi di RSU. Dr.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gigi Permanen... 10
Gambar 2.2. Anatomi Gigi ... 11
Gambar 2.3. Karies Superficialis ... 11
Gambar 2.4. Karies Media ... 12
Gambar 2.5. Karies Profunda ... 12
Gambar 2.6. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies ... 13
Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Umur di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 48
Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 50
Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Suku di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 51
Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Agama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 52
Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Pekerjaan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 53
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007... 54
Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007... 55
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tindakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 56 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi
Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 58
Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di
RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 60
Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Suku Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 61
Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies di
RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 63
Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 64
Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan karies di
RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 66
Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Suku Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan karies di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 67
Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tingkat Keparahan karies di
RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 69
Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tindakan Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies Penderita Karies Gigi di RSU.
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 70
Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Tindakan Berdasarkan Tingkat Keparahan karies Penderita Karies Gigi di RSU.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan sumber daya
manusia serta kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara
keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudayakan di seluruh lapisan
masyarakat.1
Masalah kesehatan gigi di Indonesia sampai saat ini masih perlu
mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan oleh berbagai upaya peningkatan
kesehatan gigi dan mulut yang belum menunjukkan hasil nyata. 2
Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang umur, bangsa
maupun keadaaan ekonomi.3 Di Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia
termasuk Indonesia, ternyata 80%-95% anak di bawah usia 18 tahun terserang
karies gigi.4 Persentase karies gigi bertambah dengan meningkatnya peradaban
manusia. Kondisi gigi yang karies apabila tidak segera dilakukan pencegahan,
sangat berbahaya bagi kesehatan, baik kesehatan rongga mulut maupun kesehatan
seluruh tubuh. 5
Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin atau focal
infection (FI) yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat
menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi
maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan
mikroorganisme, karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah,
produk bakteri berupa toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal inilah yang
mengakibatkan terganggunya organ-organ tubuh antara lain jantung, hati, ginjal
dan pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan memiliki berat
badan lahir rendah. 6
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data
prevalensi karies berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies,
M=missed=gigi yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal) di beberapa negara
adalah sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia
Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46%, dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%.7
Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO
(AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO ) menunjukkan bahwa rata-rata
pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun adalah 2,4. Indonesia
sebagai salah satu Negara anggota SEARO (South East Asia Regional Offices)
memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia yang sama.7 Hal ini
masih jauh dari target WHO dimana indeks DMF-T pada tahun 2010 adalah 1 .8
Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992,
dengan jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan
menunjukkan bahwa persentase penduduk selama satu bulan lalu sakit gigi paling
tinggi di perkotaan adalah Propinsi Kalimantan Tengah 7,46% yang paling rendah
di Propinsi Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling tinggi di Kalimantan
Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah,
dapat diukur dengan ratio tindakan penambalan berbanding pencabutan di
puskesmas adalah 1:4. 9
Survei Badan Litbangkes dan Dinas Kesehatan DKI pada tahun 1993,
dengan sampel 1000 anak balita di Posyandu di 5 Wilayah DKI menemukan
85,90% gigi berlubang/karies, sering mengeluh sakit 17,40%, sering rewel/susah
makan 13,40%.10
Berdasarkan penelitian Budiharto yang dikutip oleh Rusiawati di Wilayah
Jakarta tahun 1993/1994, yaitu pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi, yang
digunakan ibu dan anak untuk keperluan pengobatan preventif hanya 1,00%, bila
dilihat dari keadaan fisik fasilitas alat kesehatan gigi dan dental unit secara
keseluruhan 69,10% dalam keadaan baik. Pengetahuan ibu terhadap kesehatan
gigi termasuk kategori baik 60,00%, sedang dan kurang 40,00% dan bila dilihat
dari pendidikan kesehatan gigi yang diterima ibu dengan baik hanya 21,30%.10
Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi tahun
1994-1995 pada anak usia 12 tahun angka prevalensi karies dan periodontal
menunjukkan sebesar 74,41% dengan DMF-T rata-rata sebesar 2,50 dimana angka
prevalensi tertinggi terdapat di propinsi Sulut yaitu sebesar 96,67% dengan
DMF-T rata-rata 4,12 sedangkan prevalensi terendah terdapat di propinsi Jawa DMF-Tengah
yaitu sebesar 50,67% dengan DMF-T rata-rata 1,27. Di Sumatera Utara angka
prevalensi karies yaitu sebesar 60,00% dengan DMF-T rata-rata 2,46.11 Data
prevalensi dan DMF-T rata-rata untuk ke-27 propinsi pada tahun 1994-1995 dapat
Tindakan menyikat gigi atau kontrol plak merupakan kunci keberhasilan
untuk mempunyai rongga mulut yang sehat dalam upaya pencegahan dan
pemeliharaan mulut yang optimal11 namun pada kenyataannya berdasarkan SKRT
1995 pada umur 1-4 tahun di Indonesia, menyatakan bahwa yang menyikat gigi
sangat baik 1,00%, cukup baik 6,60% ,tidak baik 64,90%, sesuai program UKGS
(Unit Kesehatan Gigi Sekolah) Ditjen Kes Gigi yaitu menyikat gigi setelah
sarapan pagi dan sebelum tidur.10 Hasil Susenas 1998 menunjukkan bahwa
22,80% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,20% yang menyikat
gigi hanya 8,10% menyikat gigi sesuai dengan anjuran program, dengan demikian
masih 69,10% yang menyikat gigi tidak sesuai dengan anjuran program. 13
Menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan
rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar 76,90%.8 Hasil SKRT tahun 1997
pada kelompok usia 18 tahun prevalensi karies masih cukup tinggi yaitu 83,50%
dengan DMF-T rata-rata 2,68.14 Hasil Surkesnas 1998 menunjukan bahwa 62,40%
penduduk merasa terganggu pekerjaan, sekolah, dan kegiatan sehari-hari selama 4
hari. 13
Hasil studi morbiditas SKRT 2001 menunjukkan, dari 10 kelompok
penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut
menduduki urutan pertama (60,00%).Hal yang memprihatinkan dalam SKRT
2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%,
sementara besarnya kerusakan yang belum ditangani di mana memerlukan
penambalan dan atau pencabutan mencapai 82,50%. Berdasarkan SKRT 2001
Dari hasil penelitian Agtini (2000) di 20 SD di kabupaten Bekasi Provinsi
Jawa barat meliputi 2205 murid yang terdiri dari 1098 murid laki-laki dan 1107
murid perempuan yang terdiri dari murid kelas II, IV,dan kelas VI, diperoleh
prevalensi karies gigi yaitu 97,5% dengan DMF-T mendekati 2,84. 16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anitasari,dkk di Kecamatan
Palaran kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur tahun 2004 diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan
gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri.17 Menurut SKRT 2004 prevalensi
karies gigi di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya. 18 Hasil penelitian Wulansari
(2007) di dua sekolah dasar di SDN Sutorejo I dan SDN Mulyorejo I Surabaya
pada 87 orang anak kelas IV dan V SD terdapat 80,00% anak dengan karies. 19
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di bagian poli gigi
dan rekam medis Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan ditemukan bahwa terdapat
145 penderita karies gigi pada tahun 2007.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik penderita karies gigi di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan tahun
2007.
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik penderita karies gigi di Rumah Sakit
Umum Pirngadi Medan Tahun 2007.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan).
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
stadium karies gigi.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
kombinasi stadium karies gigi.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
tingkat keparahan/kecepatan berkembangnya karies gigi.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
tindakan.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi berdasarkan
sumber pembiayaan.
g. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan
kombinasi stadium karies gigi.
h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis kelamin
berdasarkan kombinasi stadium karies gigi.
i. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi suku berdasarkan
kombinasi stadium karies gigi.
j. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan
k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan
tingkat keparahan karies gigi.
l. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis kelamin
berdasarkan tingkat keparahan karies gigi.
m. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi suku berdasarkan
tingkat keparahan karies gigi.
n. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan
tingkat keparahan karies gigi.
o. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi tindakan berdasarkan
kombinasi stadium karies gigi.
p. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi tindakan berdasarkan
tingkat keparahan karies gigi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi pihak Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan terutama dalam peningkatan pelayanan
kesehatan gigi.
1.4.2. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang membutuhkan untuk
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat
yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada
jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.20,21,22
Ketika mendekati pulpa, karies menimbulkan perubahan-perubahan dalam
bentuk dentin reaksioner dan pulpitis (mungkin disertai rasa nyeri) dan bisa
berakibat terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa. Jaringan pulpa mati yang
terinfeksi ini selanjutnya akan menyebabkan perubahan di jaringan periapeks. 21,22
Gejala paling dini suatu karies yang terlihat secara makroskopik adalah
adanya bercak putih. Warnanya sangat berbeda bila dibandingkan dengan enamel
sekitarnya yang masih sehat. Kadang-kadang lesi akan tampak berwarna cokelat
disebabkan oleh materi di sekelilingnya yang terserap ke dalam pori-pori
enamel.22 Karies yang berwarna cokelat hingga kehitaman lebih lama
menimbulkan lubang pada gigi, sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat
menimbulkan lubang. 4
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme,
merupakan penyebab dari karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung
adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dengan fissure yang dalam
mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga
produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan
2.2. Anatomi Gigi
2.2.1. Bentuk-bentuk Gigi23,24
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang.
Di tiap rahang terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus)/seri. Bentuknya seperti sekop dengan tepi
yang lebar untuk menggigit, hanya satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar
daripada gigi insisivus bawah.
b. Dua gigi kaninus/taring yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini
kuat dan menonjol di sudut mulut. Hanya mempunyai satu akar. Berfungsi
untuk mengoyak.
c. Empat gigi pre-molar/geraham kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk
kaleng tipis, mempunyai dua tonjol, satu di sebelah pipi, satu di sebelah lidah.
Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, hanya beberapa yang
memiliki dua akar, fungsinya merobek dan menghaluskan makanan.
d. Enam Gigi Molar/Geraham. Ini adalah gigi-gigi besar di sebelah belakang di
dalam mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar
mempunyai mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang
mempunyai tiga, empat atau lima tonjol. Gigi molar rahang atas mempunyai
Gambar 2.1. Gigi Permanen23
2.2.2. Bagian Gigi23,24
Gigi mempunyai beberapa bagian:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang
rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat kita lihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota
2.2.3. Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari jaringan-jaringan yang berbeda :
a. Enamel (email)
Merupakan lapisan terluar dari mahkota yang sangat keras, yang melindungi
gigi dari kerusakan. Enamel adalah jaringan paling keras di dalam tubuh.
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengadung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat dan fluor), air 1% dan
bahan organik 2%. 20,24,25
c. Cementum adalah jaringan seperti tulang yang meliputi akar gigi. Membantu
menghubungkan antara gigi dengan tulang rahang.25
d. Pulpa adalah jaringan lunak yang mengandung serat-serat pembuluh darah
arteri, vena, lymfe, letaknya di tengah-tengah gigi.25
Gambar 2.2. Anatomi Gigi26
2.3. Klasifikasi Karies Gigi
2.3.1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies) 4
a. Karies Superficialis
dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
b. Karies Media
dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Gambar 2.4. Karies Media27
c. Karies Profunda
dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Gambar 2.5. Karies Profunda27
2.3.2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya21,22
a. Karies Ringan
Jika yang terkena karies adalah daerah yang memang sangat rentan
terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen.
b. Karies Moderat/Sedang
Jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior.
Jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya
bebas karies.
2.4. Etiologi Karies Gigi
Karies dapat berkembang lambat atau cepat. Ini tergantung dari banyak
faktor seperti diet, komposisi saliva, jumlah bakteri, kebersihan gigi dan mulut,
dan kebiasaan- kebiasaan lainnya. Oleh karena itu perkembangan karies pada tiap
orang berbeda-beda.23
Karies terjadi bukan disebabkan satu kejadian saja seperti penyakit
menular lainnya tetapi disebabkan oleh serangkaian proses yang terjadi selama
beberapa kurun waktu. Karies merupakan penyakit yang multifaktorial yaitu
adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat
faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen
atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu yang
digambarkan sebagai model 4 lingkaran .20
Gambar 2.6. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies3
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik,
2.4.1. Faktor Host (Tuan Rumah)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel (email),faktor kimia dan kristalografis, saliva. 20,22
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fissure pada
permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies
gigi. 22
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada
gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air daripada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih
padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan
mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu
terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan meniralisasi gigi
tetap 7-8 tahun.3
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak
sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi
2.4.2. Faktor Agen (Mikroorganisme)
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembangbiak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. 3
Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal
pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus
mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai
juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces. 20,25
Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak
sebagai lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan
30% materi interselular yang pada pokoknya berasal dari bakteri. 25
2.4.3. Substrat/Diet
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang
menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan
demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. 22
Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki
karies gigi.20 Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks
(dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa
dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi, oleh
karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik. 3 Sukrosa merupakan
gula yang paling banyak di konsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies
yang utama. 22
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak
dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.
Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH
normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu konsumsi gula
yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email. 22
2.4.4. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. 20 Adanya kemampuan
saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses
karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan
perbaikan yang silih berganti. 22
Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian
2.5. Epidemiologi Karies Gigi 2.5.1. Distribusi Frekuensi
Kesehatan gigi merupakan salah satu komponen penting dalam kesehatan
tubuh secara keseluruhan, oleh karena itu perawatan gigi sangat penting untuk
mempertahankan gigi selama mungkin. Berdasarkan survei kesehatan gigi yang
dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan RI pada tahun
1994, ternyata jumlah masyarakat yang berkunjung maupun pasien yang dirujuk
ke rumah sakit karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat karies gigi
menduduki jumlah terbesar yaitu 53,05%.28 Karies merupakan penyakit yang
paling sering dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya
menderita karies.15
Karies gigi merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat menyerang
gigi yang mempunyai sifat progresif, yaitu bila tidak dirawat/diobati akan makin
parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh
kembali.26
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil
Kesehatan gigi dan Mulut tahun 1999):
a. Prevalensi menurut jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan perempuan
(91,67%)
b. Prevalensi menurut daerah : Urban (91,06%) dan rural (90,84%)
c. Prevalensi menurut pulau : Jawa & Bali (86,59%), Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,885), Sulawesi (99,28%)
d. Prevalensi menurut umur : 12 tahun (76,62%), 15 tahun (89,38%), 18
Semakin berkembang peradaban manusia maka semakin meningkat pula
kejadian karies gigi. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang banyak
mengkonsumsi makanan kariogenik (makanan bersoda, biskuit, permen, cokelat)
dan gula, jika semakin dekat manusia hidup dengan alam maka semakin sedikit
pula dijumpai karies pada giginya.3
Menurut penelitian Natamiharja tahun 1998 yang dikutip oleh Rusiawati
(2002) pada anak usia 6-13 tahun di 2 SD di Medan terdapat anak dengan karies
pada molar pertama 49,69% dan molar kedua 42,92% sedangkan murid bebas
karies 7,39%.10
Hasil penelitian Situmorang (2004) di dua kecamatan Kota Medan
menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut penduduk masih buruk. Hal
ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies gigi dengan DMF-T; 80,83%
responden mempunyai gigi dengan lesi karies; 50,83% responden gigi dicabut dan
hanya 21,11% gigi di tambal.30
Berdasarkan penelitian Al-Malik (2006) di Saudi Arabia, dari 300 sampel
anak-anak dengan usia 6-7 tahun terdapat 288 anak (96%) terkena karies gigi, dan
hanya 12 orang (4%) yang tidak terkena karies gigi. Dari 288 sampel yang terkena
karies tersebut terdapat 146 (50,7%) laki-laki dan 142(49,3%) perempuan.31
Berdasarkan Profil Kesehatan RI tahun 2004, terdapat 37.285 kasus
pencabutan gigi dan 10.718 kasus penambalan, pada tahun 2006 (Profil Kesehatan
RI tahun 2006) mengalami penurunan yaitu 6.864 kasus pencabutan gigi
sedangkan penumpatan hanya 2.271 kasus. Namun hal ini tidak secara langsung
Penyakit gigi dan mulut dimana karies gigi termasuk didalamnya
menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam hal pengobatan (The
World Oral Health, 2003).34
2.5.2. Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi) a. Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi:
a.1. Periode gigi susu ( 0-5 tahun), sekitar 10% anak usia 2 tahun telah terserang
karies 35
a.2. Periode gigi campuran (6-14 tahun), pada periode ini molar 1 paling sering
terkena karies. 35
a.3. Periode gigi permanen (>14 tahun). Permukaan oklusal molar 2 dan
premolar yang baru saja erupsi mudah terserang karies karena morfologinya
yang memudahkan retensi plak. 35 Umur antara 40-50 terjadi retraksi atau
menurunnya gusi sehingga sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
4
b. Jenis Kelamin36
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India dari total
populasi 150 orang diperoleh kejadian karies lebih tinggi pada pria yaitu 80%
sedangkan wanita 73%. Hal ini terjadi dikarenakan wanita lebih memiliki
keinginan untuk menjaga kebersihannya.
c. Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi
keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa dapat berhubungan dengan persentase
Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga
gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi-gigi yang
tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan meningkatkan
persentase karies pada ras tersebut. 4,37
d. Keturunan4
Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi
yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan
gigi yang cukup baik.
Di samping itu dari 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang
tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik 5 (lima)
pasang dengan persentase karies sedang, sedangkan 40 pasang lagi dengan
persentase karies yang tinggi.
e. Sosial Ekonomi20
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada
kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan
dan pendidikan. Menurut Tirthankar (2002), pendidikan adalah faktor kedua
terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan.
Dalam penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003)
melaporkan jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut di usia 35 tahun sebesar
26,6% pada pendidikan tinggi dan pendidikan rendah sebesar 25,8%.
Hasil penelitian Sondang dan Tetti (2004) pada sekelompok ibu-ibu
rumah tangga berusia 20-45 tahun membuktikan bahwa kelompok pendidikan
rendah, selain itu, skor filling lebih banyak dijumpai pada kelompok pendidikan
tinggi sedangkan skor decayed dan missing lebih banyak pada kelompok
pendidikan rendah.
f. Pengalaman Karies20
Pengalaman karies ternyata memiliki hubungan terhadap perkembangan karies
dimasa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir 60% . Prevalensi karies pada
gigi susu dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.
g. Oral higiene20
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan
karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan
penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi.
h. Makanan4
Makanan sangat bepengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2 :
h.1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya karbohidrat yang
banyak mengandung sukrosa memegang peranan penting dalam
terbentuknya karies.
h.2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan ada 2, yang pertama adalah
makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, dengan perkataan lain
dapat menjadi gosok gigi alami sehingga mengurangi kerusakan gigi.
Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang
dan lain sebagainya, dan yang kedua adalah makanan-makanan yang lunak
dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: permen, cokelat, biskuit
i. Penggunaan Fluor20
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan
bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum
dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologis Dean ditandai dengan
perlindungan terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel yang
minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
2.6. Pencegahan
2.6.1. Pencegahan Primordial4
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin
atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin
(vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan
Magnesium ) juga dibutuhkan.
Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang
diberikan dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal
ini akan berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan
dilahirkan.
2.6.2. Pencegahan Primer
Hal ini ditandai dengan:
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan
plak yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung fluor dan menggunakan benang gigi (dental floss).
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan
penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme.
Aplikasi pit dan fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk
mencegah karies. 20,21
2.6.3. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang
atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang
tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang
kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas. 5
a. Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat
penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja
melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.20
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan
obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak,
maka semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan
diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi di isolasi
dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus
betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan
perlahan-lahan.21
Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam.
Biasanya pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai
terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang
mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran
karies akan semakin cepat. 20
b. Tindakan b.1. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat
disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan.Gigi tersebut
hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan
melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.5
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah
pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak
dan jaringan gigi yang sehat disekitarnya, karena biasanya bakteri-bakteri
penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.
5
Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau
di sekitarnya.Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak
amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen. 13
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk
gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak
amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih
mahal tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar. 26
Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena
lebih mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi
belakang yang digunakan untuk mengunyah. 26
Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi.
Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan
lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi.
Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena
penggosokan gigi yang berlebihan. 26
b.2. Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan
sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah
rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, dimana
biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang
mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien
tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan. 5
2.6.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini lebih ditujukan kepada pencegahan kehilangan fungsi gigi.
KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI 1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin Suku
Agama Pekerjaan 2. Stadium Karies Gigi
3. Tingkat Keparahan Karies Gigi 4. Tindakan
5. Sumber Biaya
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Operasional 3.2.1. Defenisi Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi (lubang gigi) yang dimulai
dari enamel kemudian menjalar pada lapisan dentin dan setengah pulpa
seperti yang tercatat pada kartu status.
3.2.2. Umur
Umur adalah usia penderita karies gigi seperti yang tercatat pada kartu
status.Dikelompokkan dalam kategori:
1. 2-5 tahun 2. 6-14 tahun 3. >14 tahun
Umur dikelompokkan menjadi 2 kategori pada saat uji chi-square, yaitu:
3.2.3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita karies gigi
seperti yang tercatat pada kartu status:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Suku
Suku adalah ras atau etnis tertentu penderita karies gigi yang tercatat pada
kartu status:
1. Batak 2. Jawa 3. Bali
Agar dapat dilakukan uji chi-square maka suku dikelompokkan menjadi 2,
dimana suku Bali digabungkan ke dalam suku Jawa karena budaya suku
Bali memiliki kesamaan dengan suku Jawa. Kategori tersebut adalah:
1. Batak 2. Jawa
3.2.5. Agama
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh penderita karies gigi sesuai
dengan yang tercatat pada kartu status:
1. Islam 2. Kristen
3. Hindu
3.2.6. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas utama atau kegiatan yang dilakukan secara rutin
oleh penderita karies gigi di luar atau di dalam rumah yang dapat
menghasilkan uang seperti yang tertera pada kartu status, yang
1. PNS
2. Pelajar/Mahasiswa 3. Wiraswasta
4. Ibu Rumah Tangga
5. Karyawan
6. Tidak Bekerja
Agar dapat dilakukan uji chi-square maka pekerjaan dikategorikan
menjadi 2 yaitu:
1. Bekerja 2. Tidak bekerja
3.2.7. Kombinasi Stadium Karies Gigi( kedalamannya)
Adalah stadium karies yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan
atas:
1. Superficialis:dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
2. Superficialis + Superficialis
3. Media: dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
4. Media + Media
5. Profunda: dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Agar dapat dilakukan uji chi-square maka kombinasi stadium karies
dikategorikan menjadi 3 yaitu:
1. Superficialis : termasuk stadium superficialis dan superficialis +superficialis
2. Media : termasuk stadium media dan media + media
3. Profunda
3.2.8. Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya Karies Gigi
Adalah tingkat keparahan atau kecepatan berkembangnya karies gigi yang
tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas:
2. Sedang: jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior (gigi gigi geraham kecil).
3. Parah: jika karies telah menyerang gigi anterior (gigi seri), suatu daerah yang biasanya bebas karies.
3.2.9. Tindakan
Adalah segala usaha/tindakan-tindakan medis yang dilakukan terhadap
penderita karies gigi, sesuai dengan yang tertera pada kartu status, yang
dikategorikan atas :
1. Penambalan
2. Pencabutan
3.2.10. Sumber Pembiayaan
Adalah sumber dana/biaya yang digunakan untuk berobat seperti yang
tercantum dalam kartu status, yang dikategorikan atas:
1. Askes
2. Biaya Sendiri (Pasien Umum)
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan
desain case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Alasan
pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Pirngadi
Medan adalah salah satu rumah sakit di kota Medan yang mimiliki fasilitas dan
peralatan yang dibutuhkan dalam mengelola penderita karies gigi dan belum
pernah dilakukan penelitian di rumah sakit tersebut serta tersedianya data tentang
penderita karies gigi.
.4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2008 sampai dengan
Januari tahun 2009. Kegiatan yang dilakukan adalah pencarian literatur,
penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, konsul skripsi dan
sidang skripsi.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh data penderita karies gigi yang datang
berobat gigi selama tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, jumlah
4.3.2. Sampel
Sampel adalah seluruh data penderita karies gigi yang datang berobat gigi
selama tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, dengan jumlah
sampel sama dengan jumlah populasi (total sampling).
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan selama tahun 2007.
4.5. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan komputer program
SPSS. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisis
dengan menggunakan uji Chi-Square pada taraf nyata 0,05 yang kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie, dan diagram
BAB 5
HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian38
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan
diresmikan pada tahun 1930.
Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini
diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritso Bysonoince
dan pemimpinnya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden
Pirngadi Gonggo Putro. Pada tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi
Rumah Sakit Kota Medan yang dipimpim oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa
kepemimpinannya Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan
pada tahun 1952.
Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara
No. 150 tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama
RSU Dr. Pirngadi Medan.
Sejak berdirinya FK USU tanggal 20 agustus 1952, maka RSU Dr.
Pirngadi Medan secara otomatis dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para
mahasiswa FK USU, walaupun penandatanganan perjanjian kerja sama antara FK
USU dengan RSU Dr. Pirngadi Medan sebagai Teaching Hospital (RS
Pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.
Sejalan dengan pelaksanaannya otonomi daerah, maka berdasarkan Perda
Medan sebutan dalam organisasi adalah Badan Pelayanan Kesehatan RSU. Dr.
Pirngadi Kota Medan. Organisasi dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
membawahi 5 bidang yaitu : Bidang Perencanaan dan Rekam Medik, Bidang
Pelayanan Medis dan Penunjang Medis, Bidang Keperawatan, Bidang Pendidikan
dan Penelitian, Bidang Pemeliharaan.
Sesuai dengan tugasnya RSU Dr. Pirngadi Medan melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan pencegahan akibat penyakit, pemulihan dan rujukan, maka RSU Dr.
Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut : menyelenggarakan
pelayanan medis, menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis,
menyelenggarakan asuhan keperawatan, menyelenggarakan pelayanan rujukan,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan, menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
RSU Dr. Pirngadi memiliki 4 bagian poli gigi, dimana masing-masing poli
gigi memiliki fungsi yang berbeda-beda yaitu poli gigi 1 khusus menangani bedah
mulut, poli gigi 2 khusus menangani rongten, poli gigi 3 khusus menangani
5.2. Sosiodemografi
Proporsi penderita karies gigi berdasarkan sosiodemografi yaitu umur,
jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 5.1 :
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
No. Sosiodemografi f %
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat karakteristik penderita karies gigi di
RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 terbesar adalah pada kelompok umur > 14
tahun sebesar 87,6% (127 orang), kemudian kelompok umur 6-14 tahun sebesar
Penderita karies gigi yang terbesar berdasarkan jenis kelamin adalah
perempuan sebesar 60,7% (66 orang), sedangkan penderita laki-laki sebesar
39,3% (57 orang).
Suku yang paling besar adalah Jawa sebesar 53,8% (78 orang), Batak
sebesar 45,5% (66 orang), kemudian suku Bali sebesar 0,7% (1 orang).
Agama terbesar adalah Islam yaitu 62,1% (90 orang), kemudian agama
Kristen sebesar 37,2% (54 orang) dan yang paling sedikit adalah Hindu sebesar
0,7% (1 orang).
Berdasarkan pekerjaan sebesar 42,1% (61 orang) adalah
pelajar/mahasiswa, kemudian 34,4% (50 orang) PNS, wiraswasta sebesar 10,3%
(15 orang), ibu rumah tangga 9,7% (14 orang), Karyawan 2,1% (3 orang) dan
yang tidak bekerja 1,4% (2 orang).
5.3. Stadium Karies Gigi
Proporsi penderita karies gigi di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007
berdasarkan stadium karies yaitu karies superficialis, karies media, karies
profunda dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Stadium Karies Gigi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan tahun 2007
No. Stadium f %
1. 2. 3.
Superficialis Media Profunda
71 35 42
49,0 24,1 28,9 Berdasarkan stadium karies gigi, penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi
Medan tahun 2007 mempunyai kombinasi stadium karies adapun kombinasi
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Kombinasi Stadium Karies Gigi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan tahun 2007
No Kombinasi Stadium Karies f %
terbesar berdasarkan stadium adalah stadium superficialis yaitu sebesar 49,0% (71
orang), profunda 28,97% (42 orang) dan media sebesar 24,13% (35 orang).
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa penderita karies gigi
berdasarkan kombinasi stadium karies terbesar pada stadium superficialis sebesar
46,2% (67 orang) kemudian diikuti dengan profunda 29,0% (42 orang),
media 22,8% (33 orang), superficialis + superficialis sebesar 1,3% (2 orang)
dan media + media 0,7% (1 orang).
5.4. Tingkat Keparahan Karies Gigi
Proporsi penderita karies gigi berdasarkan tingkat keparahan karies di
RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa penderita karies gigi yang
terbesar berdasarkan tingkat keparahan adalah ringan yaitu sebesar 48,3% (70
orang), moderat 33,8% (49 orang), dan parah sebesar 17,9% (26 orang).
5.5. Tindakan
Proporsi penderita karies gigi berdasarkan Tindakan di RSU Dr. Pirngadi
Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Tindakan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan tahun 2007
No. Tindakan f %
1. 2.
Penambalan Pencabutan
104 41
71,7 28,3
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa penderita karies gigi yang
terbesar berdasarkan tindakan adalah penambalan yaitu sebesar 71,7% (104
orang), kemudian 28,3% (41 orang) melakukan tindakan pencabutan.
5.6. Sumber Pembiayaan
Proporsi penderita karies gigi di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007
berdasarkan sumber pembiayaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Berdasarkan Sumber Pembiayaan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan tahun 2007
No. Sumber Pembiayaan f %
1. 2. 3.
Askes
Biaya sendiri (Umum) Jamkesmas
86 56 3
59,3 38,6 2,1
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa penderita karies gigi yang