• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT NANOFILL DENGAN POLIMERISASI SINAR LIGHT CURE DENGAN Perbandingan Kebocoran Tepi Resin Komposit Nanofill Dengan Polimerisasi Sinar Light Cure Dengan Teknik Ramped Dan Pulse Delay.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT NANOFILL DENGAN POLIMERISASI SINAR LIGHT CURE DENGAN Perbandingan Kebocoran Tepi Resin Komposit Nanofill Dengan Polimerisasi Sinar Light Cure Dengan Teknik Ramped Dan Pulse Delay."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT NANOFILL DENGAN POLIMERISASI SINAR LIGHT CURE DENGAN

TEKNIK RAMPED DAN PULSE DELAY

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Kedokteran Gigi

Oleh:

PUSPITA WAHYU NINGRUM

J 520120032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 8 Februari 2016

Penulis

PUSPITA WAHYU NINGRUM

(5)

1

PERBANDINGAN KEBOCORAN TEPI RESIN KOMPOSIT NANOFILL DENGAN POLIMERISASI SINAR LIGHT CURE DENGAN

TEKNIK RAMPED DAN PULSE DELAY

Abstract

Nanofill composite resin has mechanical strength, a good aesthetic and the advantages of nanofill composite resin was a good result of polishing. The weakness of nanofill composite resin was shrinkage which could cause microleakage. Microleakage can be prevented with low radiation levels with soft start radiation. The kind of soft start radiation such as stepped, ramped and pulse delay. The aim of the study was to determined the differences of ramped and pulse delay radiation to nanofill composite resin's microleakage. The study used 32 premolar teeth which been prepared into class V and divided into two groups. Group I teeth were restored with polymerization nanofill composite resin by using ramped radiation technique and in group II by using pulse delay radiation technique during 40 seconds. Specimens were immersed in methylene blue 2% for 24 hours then centrifuged. Teeth were sectioned and evaluated used a stereomicroscope at 12x magnification. Statical analysis were performed with

Shapiro-wilk test (p>0,05), levene’s test (p>0,05) and Independent t-test (p<0,05).

The result showed there were significant differences between ramped and pulse delay radiation to microleakage which the polymerization of microleakage with pulse delay radiation was better than ramped radiation.

Keyword: nanofill, microleakage, ramped , pulse delay

Abstrak

Resin komposit nanofil memiliki kekuatan mekanik dan memiliki estetik yang baik

dan dapat dilakukan polishing dengan hasil yang baik. Kelemahan dari resin

komposit nanofill berupa pengerutan saat polimerisasi sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kebocoran tepi. Kebocoran tepi dapat diatasi dengan tingkat penyinaran yang lambat yaitu dengan menggunakan teknik penyinaran soft

start, macam-macamnya stepped, ramped dan pulse delay. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui perbedaan teknik ramped dan pulse delay terhadap

kebocoran tepi resin komposit nanofill. Penelitian ini menggunakan 32 gigi

premolar rahang atas dipreparasi kavitas klas V kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, kelompok I direstorasi menggunakan resin komposit nanofil

polimerisasi teknik ramped dan kelompok II direstorasi menggunakan resin

komposit nanofil polimerisasi teknik pulse delay selama 40 detik. Gigi direndam dalam larutan methylen blue 2% selama 24 jam kemudian di sentrifugasi. Gigi dibelah kemudian diamati melalui stereomikroskop dengan perbesaran 12x.

Analisis data dilakukan dengan uji normalitas Shapiro-wilk (p>0,05) kemudian

dilanjutkan dengan uji homogenitas levene’s test (p>0,05) setelah itu dilakukan uji

Independent t-test. Hasil uji independent t-test menunjukkan p <0,05 maka,

terdapat perbedaan signifikan antara teknik ramped dan pulse delay terhadap

(6)

2

polimerisasi pulse delay lebih baik dibandingkan resin komposit nanofil dengan

polimerisasi teknik ramped.

Kata kunci: nanofil, kebocoran tepi, ramped, pulse delay

1.PENDAHULUAN

Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan untuk menggantikan jaringan gigi yang hilang dan mampu memodifikasi warna

serta kontur gigi sehingga dapat meningkatkan faktor estetik 1. Menurut Bala dkk,

(2005), kelemahan resin komposit adalah pengerutan selama proses polimerisasi yang menyebabkan terjadinya kehilangan kontak antara resin komposit dengan dinding kavitas sehingga mengakibatkan pembentukan celah pada tepi restorasi. Pengkerutan merupakan masalah yang paling signifikan pada restorasi komposit, karena berpotensi terhadap terbentuknya kebocoran mikro.

Sinar light cure mempunyai 2 metode penyinaran, yaitu fast curing (metode

konvensional) dan soft start. Teknik soft start merupakan metode dengan tingkat

penyinaran yang lambat dapat menghasilkan aliran resin yang lebih tinggi sehingga mengurangi tekanan kontraksi polimerisasi pada restorasi resin komposit 3. Menurut Yap, dkk (2002), teknik penyinaran soft start dibagi menjadi 3 macam teknik, yaitu stepped soft start, ramped, pulse-delayed.

Pada teknik stepped, resin komposit pertama kali di sinari dari intensitas

rendah ke intensitas tinggi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Tujuannya

adalah untuk mengurangi stress selama polimeriasi terjadi 5. Teknik ramped,

penyinaran bertambah secara bertahap dari intensitas awal menuju intensitas maksimum selama 10 detik setelah itu intensitasnya konstan selama penyinaran.

Teknik Pulse delay, penyinaran awal pada intensitas awal, kemudian ada fase

penundaan dan terakhir penyinaran lama dengan intensitas maksimum. Penyinaran ini dilakukan secara berulang sampai akhir penyinaran.

(7)

3

kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan adaptasi tumpatan terhadap dinding kavitas. Jika telah terjadi kebocoran tepi pada tumpatan, maka dapat menimbulkan terjadinya karies sekuder, marginal stain, dan diskolorisasi gigi. Penyebab terjadinya kebocoran tepi tumpatan resin komposit adalah kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas akibat perbedaan koefisien termal ekspansi resin komposit, dentin dan enamel. Kebocoran tepi akan semakin membesar bila

tidak ada sisa email yang mendukung. Tes kebocoran tepi dilakukan dengan cara

subjek penelitian direndam dalam larutan methylen blue 2% di dalam inkubator

suhu 370C selama 24 jam kemudian disentrifus kecepatan 3000 rpm selama 5

menit 7.

2.METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan desain penelitian post test group desain. Penelitian ini menggunakan 32 gigi premolar tanpa karies, fraktur dan cracking sebagai sampel. Gigi dilakukan preparasi kavitas kelas V kemudian gigi di aplikasikan bahan etsa dan bonding. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama diaplikasikan resin

komposit nanofil kemudian disinar dengan teknik ramped selama 40 detik.

Kelompok kedua diaplikasikan resin komposit kemudian disinari dengan teknik pulse delay selama 40 detik. Sampel direndam dalam saliva buatan selama 24 jam

dan diinkubasi dengan suhu 37OC. Seluruh permukaan gigi dilapisi cat kuku 2

lapis kecuali bagian yang direstorasi, dibiarkan mengering di udara terbuka. Semua sampel di rendam dalam larutan methylene blue 2% selama 24 jam kemudian di sentrifugasi selama 5 menit. Kemudian, dibersihkan dari zat warna pada air mengalir. Setelah kering, semua sampel di potong dengan menggunakan diamond disc dari arah vertikal tepat pada bagian tengah restorasi, sehingga gigi

terbelah menjadi bagian mesial dan distal.

Pengukuran kebocoran tepi dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna

methylene blue pada tepi restorasi melalui stereomikroskop. Perbesaran 12 kali

(8)

4

kedalaman penetrasi larutan metilen blue 2% dengan menggunakan pengukur yang terdapat pada stereo mikroskop yang terdiri dari strip, data tersebut dikaliberasikan dalam satuan µm. setiap 1 strip mewakili 60 µm.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Kebocoran tepi resin komposit nanofil dalam penelitian ini diukur

berdasarkan kedalaman penetrasi zat warna methylen blue pada celah interfasial

antara struktur gigi dan restorasi resin komposit.

Tabel 1. Nilai Rerata dan Simpangan Baku Kebocoran tepi

Kelompok N Rerata(µm) ± Simpangan Baku

I 16 794,38 ± 217,68

II 16 494,38 ± 121,26

Keterangan:

I : Resin Komposit nanofil polimerisasi dengan teknik ramped II : Resin Komposit nanofil polimerisasi dengan teknik pulse delay N : Jumlah Sampel

Tabel 2. Uji normalitas data dengan uji Shapiro-wilk

Teknik penyinaran Sig. ramped ,772 pulse delay ,941

Keterangan:

Sig: Tingkat signifikansi uji normalitas Shaphiro-wilk

Tabel 3. Hasil uji homogenitas Levene’s test

Levene’s test Sig.

1760 ,055

Keterangan:

Sig: Nilai signifikansi atau probabilitas

Tabel 4. Hasil uji Independent t-test

Penyinaran Sig.

Teknik ramped ,000

(9)

5

Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan terjadi kebocoran tepi lebih

tinggi pada penyinaran menggunakan teknik ramped. Kebocoran tepi dapat

disebabkan oleh pengerutan material resin komposit saat polimerisasi, kegagalan

sistem bonding, aplikasi resin komposit 11.

Pada Tabel 2 menunjukkan nilai p > 0,05 maka, data pada uji kebocoran tepi

dengan penyinaran teknik ramped dan pulse delay, terdistribusi normal.

Berdasarkan data pada Tabel 3, nilai p > 0,05 maka, variansi data sama dan data pada Tabel 4 menunjukkan nilai p < 0,05 maka, terdapat perbedaan yang

signifikan antara teknik ramped dan pulse delay. Sehingga pada hasil penelitian

menunjukkan hipotesis dari penelitian ini diterima yaitu teknik pulse delay lebih

baik untuk mencegah kebocoran tepi dibandingkan teknik ramped. Jeda pada

teknik pulse delay menyebabkan terjadinya pemanjangan jarak antar monomer

yang terjadi pada tahap terminasi yang dapat menghambat terjadinya pengerutan. Pengerutan yang minimal akan menghasilkan adaptasi tepi marginal yang baik

sehingga nilai kebocoran tepi rendah 8.

Teknik pulse delay terdiri dari penyinaran dengan intensitas rendah 200

mW/cm2 selama 10 detik, kemudian jeda selama 5 detik dan dilanjutkan dengan

penyinaran dengan intensitas 850 mW/cm2 selama 25 detik. Hal ini menunjukkan

ketika material resin komposit dipapar dengan waktu pemaparan yang sama, resin komposit yang dipapar menggunakan teknik penyinaran dengan total energi yang rendah dan disertai interval waktu memiliki tingkat kebocoran tepi yang lebih

rendah dibandingkan teknik penyinaran dengan total energi yang tinggi 8,9.

Kebocoran tepi yang rendah pada teknik penyinaran pulse delay juga dapat

disebabkan penurunan tekanan internal dan contraction stress karena reaksi

polimerisasi yang menurun selama interval waktu. Interval waktu pada teknik pulse delay menyebabkan monomer dapat bergerak lebih leluasa mengisi celah

sehingga menghasilkan tekanan internal dan contraction stress yang kecil 3,10.

Contraction stress yang kecil dibandingkan kekuatan adhesi bahan bonding akan

meminimalisir terbentuknya kebocoran pada tepi tumpatan 3,10.

Terjadinya kebocoran pada teknik ramped disebabkan karena polimerisasi

(10)

6

shrinkage yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran tepi. Berbeda dengan

teknik pulse delay yang memiliki jeda saat penyinaran sehingga meminimalisir

terjadinya shrinkage dan terjadi polimerisasi yang sempurna. Penyinaran pada

teknik ramped tidak terdapat jeda, sehingga pada saat polimerisasi berlangsung,

terjadi pemendekan jarak antar monomer menyebabkan terjadinya pengerutan

polimerisasi yang dapat menyebabkan terjadinya microleakage 4,7.

4.PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kebocoran tepi resin komposit nanofill dengan polimerisasi sinar light cure dengan teknik ramped dan pulse delay dapat disimpulkan bahwa: kebocoran tepi resin komposit nanofil

polimerisasi sinar dengan teknik pulse delay lebih baik dibandingkan resin

komposit nanofil menggunakan teknik ramped.

DAFTAR PUSTAKA

Craig, R. G., Power, J. M. 2002. Restorative Dental Materials. Ed 11. Toronto,

London: The Mosby co: 212.

Bala, O., Uctasli, M., Tuz, M.B. 2005.Hardness of Different Resin-Based Composites Cured by Halogen or Light Emitting Diod. J Oper Dent, Vol. 30: 69-74.

Yoshikawa, T., Burrow, M.F., Tagami, U. 2001. The Effects of Bonding System and Light Curing Method on Reducing Stress of Different C-factor Cavities. J Adhessive Dent. 3: 177-183.

Yap, A.U., Soh, M.S., Siow, K.S., 2002, Post-Gel Shrinkage With Pulse Activation And Soft Start Polymerization, Oper. Dent, 81-7

Malholtra, N., Mala, K., 2010. Light Curing Consideration For Resin Based Composite Materials A Review Part I. Compendium, Vol. 31(7): 498-508.

(11)

7

Mukuan, T., Abidjulu, J., Wicaksono, D.A. 2013.Gambaran Kebocoran Tepi Tumpatan Pasca Restorasi Resin Komposit Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Angkatan 2005-2007.Jurnal e-GiGi. 1(2): 115-120.

Alonso, R., Leonardo, C., Gisele, C., Mario, G., 2009, Association of Photoactivation Methods and Low Modulus Liners pn Marginal

Adaptation of Composite Restoration, Taylor & Francis Health Science

Acta Odontologica Scandinavia, 62:6, 298-304

Bektas, O.O., Hurmuzlu, F., Eren, D. 2012. Effect of The Composite Curing Light Mode on Polymerization Shrinkage of Resin Composite. Cumhuriyet Dent J. 15(1): 1-6

Braga, R.R., Ferracane, J.L. 2004. Alternatives in Polymerization Contraction Stress Management. Crit Rev Oral Biol Med. 15(3):176-184.

Roberson, T.M. 2002. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry, 4th

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik yang

Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti mengelompokkan beberapa variabel yang relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, diantara variabel penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui origami pada anak Kelompok A TK Kusuma Baciro Gondokusuman Yogyakarta. Jenis

permasalahannya dalam penelitian dengan judul: EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada CV Ar Rahman

Berdasarkan pengujian korelasi dengan periode inkubasi dan kejadian penyakit pada tanaman, tidak didapatkan korelasi yang nyata antara periode inkubasi penyakit busuk lunak pada

siswa menyebutkan contoh motif hias pada pertunjukan tari topeng.. siswa membuat motif hias topeng dengan

Pengujian komposit serat ampas tebu berupa uji kekuatan tarik , uji. kekuatan impak, pengaruh terhadap kekuatan kekerasan

keadaan sekarang, tanpa menyebutkan waktu terjadinya secara spesifik, sesuai dengan konteks penggunaannya (perhatikan unsur kebahasaan present perfect tense) 4.6 Menyusun teks