• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Viabilitas Benih Pepaya (Carica papaya L.) Setelah Penyimpanan pada Kondisi Kelembaban dan Suhu Kamar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Viabilitas Benih Pepaya (Carica papaya L.) Setelah Penyimpanan pada Kondisi Kelembaban dan Suhu Kamar."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI VIABILI

SETELAH PENYIMP

D

AB

DEPARTEMEN A

FAK

INSTIT

ILITAS BENIH PEPAYA (

Carica papaya

MPANAN PADA KONDISI KELEMBABA

DAN SUHU KAMAR

BRAR ABDUL JABBAR

A24060380

N AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

AKULTAS PERTANIAN

ITUT PERTANIAN BOGOR

2011

i

ya

L.)

BAN

(2)

RINGKASAN

ABRAR ABDUL JABBAR. Evaluasi Viabilitas Benih Pepaya (Carica papaya

L.) Setelah Penyimpanan pada Kondisi Kelembaban dan Suhu Kamar. (Dibimbing oleh M. R. SUHARTANTO).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi viabilitas lima varietas/genotipe benih pepaya yang telah disimpan pada periode 6 - 180 minggu dalam kondisi kamar dengan RH 55 - 77% dan suhu 25.6 - 30.90C. Benih pepaya yang diuji berasal dari Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, yaitu Varietas Arum Bogor, Prima, Carisya, Genotipe IPB 5 dan IPB 8.

Penelitian dilakukan mulai dari Mei - November 2010, di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian terdiri atas lima percobaan terpisah yang dilakukan berdasarkan pengujian benih dari setiap varietas/genotipe pepaya. Masing-masing percobaan dilakukan dengan menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan tiga unit ulangan. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan pra perkecambahan menggunakan air murni, larutan atonik 0.5% atau larutan KNO310%. Uji lanjut

dengan menggunakanDuncan’s MultipleRange Test(DMRT) pada taraf 5%. Benih pepaya Varietas Prima, Carisya dan Genotipe IPB 5 memiliki nilai viabilitas tinggi dengan persentase daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM) mencapai >75 % dalam kondisi kelembaban dan suhu kamar selama 29 minggu. Pada kondisi yang sama benih pepaya Genotipe IPB 8 mampu disimpan hingga periode penyimpanan 27 minggu, sedangkan Varietas Arum Bogor memiliki nilai viabilitas rendah (<50%) hingga periode penyimpanan 32 minggu. Perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3 10%

(3)

i

EVALUASI VIABILITAS BENIH PEPAYA (

Carica papaya

L.)

SETELAH PENYIMPANAN PADA KONDISI KELEMBABAN

DAN SUHU KAMAR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ABRAR ABDUL JABBAR A24060380

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : EVALUASI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papayaL.) SETELAH PENYIMPANAN PADA KONDISI KELEMBABAN DAN SUHU KAMAR

Nama : ABRAR ABDUL JABBAR NIM : A24060380

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. R. Suhartanto, MSi. NIP. 19630923 198811 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 20 Mei 1987 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Yusuf Usman dan Ibu Sri Yati.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Tunas Bangsa pada tahun 1994. Tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDI Al-Hidayah, Jakarta. Pendidikan lanjutan tingkat pertama ditempuh di SLTPN 212, Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMUN 60 Jakarta.

Tahun 2006 penulis masuk IPB melalui jalur USMI. Penulis diterima di Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan antara lain, kepanitiaan Pelatihan Pembuatan Kertas dari Limbah Kokon Ulat Sutera (IAAS); Manajemen Kebun Pepaya IPB 9 (AGH 43); Manajemen Kebun Rosella (F-Teknopark); Pelaksana Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat terkait Pengembangan Ubijalar Ayamurasaki di Desa Situ Udik Bogor, Pembangunan Saluran Irigasi di Desa Sukaharja Bogor, dan Pembangunan Saluran Air di Desa Sukaharja Bogor; Ketua Pelaksanan Program Pengabdian Masyarakat (DPD PKS) terkait Pengembangan Tanaman Rosella di Wilayah Kota Bogor 2010; serta Ketua Pelaksanan Program Mahasiswa Wirausaha IPB 2010.

Organisasi yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahan adalah IAAS

(International Association of Students in Agricultural and Related Sciences),

IMTR (Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong), FKRD-A (Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian), UKM PANAHAN IPB, dan GREDA-C (Garden

and Decoration Club). Prestasi yang pernah diraih penulis selama masa

perkuliahan adalah Juara 2 Lomba Recycle Things dalam PIKNAS IV, Juara 1 Lomba Kreasi Pertanian Tingkat IPB, Juara 3 Community Development

Competition ITB Fair, Juara 1 Kompetisi Pemberdayaan Masyarakat IPB Social

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. M. R. Suhartanto, MSi yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, arahan dan semangat selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulusnya kepada : 1. Ibu, Ayah dan Kakak Nurbaitissalami atas dukungan, doa dan kasih sayangnya. 2. Paramyta Nila Permanasari, SP yang selalu memberikan dukungan moril untuk

penyelesaian tugas skripsi ini.

3. Mas Awang yang sudah banyak membantu untuk penyedian bahan penelitian 4. Mbak Lasih yang sudah banyak membantu untuk penyediaan alat penelitian. 5. Ibu Puri dan Bapak Wasta atas bantuannya.

6. Teman- teman AGH 43 seluruhnya atas bantuan, dukungan dan motivasinya untuk penyelesaian tugas skripsi ini, terutama untuk, Dedi Cahyadi, Kusmanto, Fa Hima, Noni Husna Inayyah, Dita Nurul Latifa, Candra Catur dan Andy Wijaya.

7. Kakak kelas AGH 42 yang telah memberikan dukungan : Abdul Hakim dan Suwarno.

8. Kakak kelas AGH 41 yang telah memberikan dukungan : Wacih Tresna dan Agus Yudhanto.

9. Rekan satu Comdev: Desty Dwi Sulistiowaty, Saidatul Husna, Yuni, Vicky dan Dini.

10. Teman- teman diluar AGH: Eka (AGB 43), Feni (BIOKIM 43), Ifa (IAAS 43), Tiara (STAT 43) dan Yuas (FIS 43).

11. Teman- teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Agustus 2011

(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Potensi dan Manfaat Komoditas Pepaya ... 4

Karakteristik Fisiologis Benih Pepaya... 6

Sifat Benih Pepaya ... 8

Perkecambahan Benih ... 9

Dormansi Benih Pepaya...10

Senyawa Pra Perkecambahan Benih...11

BAHAN DAN METODE...13

Tempat dan Waktu Penelitian ...13

Bahan dan Alat ...13

Metode Penelitian...13

Rancangan Penelitian...13

Pelaksanaan Penelitian...15

Pengamatan dan Pengumpulan Data ...16

HASIL DAN PEMBAHASAN...19

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...19

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...20

Evaluasi terhadap Benih Varietas Arum Bogor yang Tidak Tumbuh 21 Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...22

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...23

Evaluasi terhadap Benih Varietas Prima yang Tidak Tumbuh ...24

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...25

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...25

Evaluasi terhadap Benih Varietas Carisya yang Tidak Tumbuh...27

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5...27

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5 ...28

(8)

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8...31

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8...31

Evaluasi terhadap Benih Genotipe IPB 8 yang Tidak Tumbuh ...33

KESIMPULAN DAN SARAN...34

Kesimpulan ...34

Saran ...34

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kelompok Periode Simpan Benih pada Masing-Masing Varietas

/Genotipe Pepaya, serta Kadar Air Benihnya ...14 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...19 3. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih

terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...20 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...22 5. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih

terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...23 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...25 7. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih

terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...26 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5...28 9. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih

terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5...29 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8...31 11. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Varietas/genotipe pepaya IPB, (a) Arum Bogor, (b) Prima,

(c) Carisya, (d) IPB 5, (e) IPB 8 ... 5 2. Grafik Benih Utuh Pepaya Varietas Arum Bogor yang Masih Segar

Pasca Semai selama 30 HST ...21 3. Grafik Benih Utuh Pepaya Varietas Prima yang Masih Segar Pasca

Semai Selama 30 HST ...24 4. Grafik Benih Utuh Pepaya Varietas Carisya yang Masih Segar Pasca

Semai Selama 30 HST ...27 5. Grafik Benih Utuh Pepaya Genotipe IPB 5 yang Masih Segar Pasca

Semai Selama 30 HST ...30 6. Grafik Benih Utuh Pepaya Genotipe IPB 8 yang Masih Segar Pasca

(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...39 2. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...40 3. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...41 4. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5...42 5. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8...43 6. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 21 minggu) ...44 7. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 27 minggu) ...44 8. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (32 minggu) ...45 9. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (64 minggu) ...45 10. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (10 minggu)...46 11. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (71 minggu)...46 12. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (135 minggu)...47 13. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Carisya (6 minggu) ...47 14. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Carisya (29 minggu) ...48 15. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (10 minggu)...48 16. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (29 minggu)...49 17. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (27 minggu)...49 18. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

(12)

19. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (84 minggu)...50 20. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (92 minggu)...51 21. Data Warna Benih Pepaya Antar Varietas/Genotipe...52 22. Skema Alur Pelaksanaan Penelitian ...53 23. Keragaan Ukuran Benih Antar Varietas/Genotipe, A) Arum Bogor,

B) Prima, C) Carisya, D) IPB 5 dan E) IPB 8...54 24. Keragaan Kecambah Normal, A) Kecambah dengan Struktur

Daun Cacat Ringan, B) Kecambah dengan Struktur Daun Normal, C) Kecambah dengan Struktur Lengkap...54 25. Keragaan Kecambah Abnormal, A) Kecambah Tumbuh Kerdil,

B) Kecambah Terserang Cendawan, C) Kecambah dengan

Struktur Esensial Tidak Lengkap ...54 26. Keragaan Benih Utuh Pasca Semai, A) Benih Utuh, B) Benih

Utuh Segar, C) Benih Utuh Busuk ...55 27. Keragaan Benih Tumbuh setelah 30 HST, A) Benih Tumbuh

dengan Struktur Akar yang Muncul, B) Benih Tumbuh dengan Struktur Akar dan Hipokotil, C) Benih Tumbuh dengan Struktur

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian dengan potensi yang besar untuk menghasilkan komoditas buah-buahan tropis. Salah satunya adalah pepaya sebagai buah konsumsi kaya manfaat yang dapat diterima luas oleh masyarakat. Berdasarkan data FAO (2008), dinyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke empat sebagai negara produsen komoditas pepaya terbesar di dunia, di bawah India, Brazil dan Nigeria, dengan total produksi 653 276 ton.

Indonesia sebagai salah satu negara produsen pepaya terbesar di dunia ternyata belum mampu menjaga kestabilan peningkatan produksi setiap tahunnya. Nilai produksi pepaya cenderung fluktuatif. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2008), dinyatakan bahwa total produksi buah pepaya nasional mengalami peningkatan dari tahun 2003, yaitu 626 745 ton menjadi 732 611 ton pada tahun 2004. Produksi buah pepaya mengalami penurunan produksi pada tahun 2005 menjadi 548 657 ton dan meningkat kembali sampai dengan tahun 2007 menjadi 621 524 ton.

Pengembangan pepaya di Indonesia saat ini tidak terlepas dari kebutuhan akan adanya varietas yang sesuai pasar dan benih bermutu dengan jumlah yang mencukupi. Sampai dengan saat ini penggunaan benih sebagai bahan perbanyakan tanaman pepaya masih diunggulkan jika dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif melalui stek atau pun kultur jaringan, sehingga sangat penting artinya menjaga mutu benih guna mencapai produksi pepaya yang optimum dan untuk kebutuhan pasar. Dias et al. (2010) bahkan menyatakan harga benih pepaya di tingkat internasional memiliki nilai yang cukup potensial, yaitu sekitar US$ 4 000 per kilogram.

(14)

kondisi udara beroksigen, sehingga mengakibatkan dormansi. Dias et al. (2010) menambahkan bahwa benih segar pepaya mengalami dormansi pascapanen yang akan pecah setelah enam bulan penyimpanan.

Viabilitas benih pepaya juga dipengaruhi oleh kandungan kadar air dan sifat dari benih antar varietas. Menurut Dias et al. (2010), benih pepaya pada kondisi kelembaban dan suhu kamar dapat mempertahankan viabilitas benih selama 12 bulan dengan KA 8 % atau 11 %. Wulandari (2009) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa benih pepaya bersifat ortodoks (Varietas Sukma dan Calina) karena tahan simpan pada suhu ± -20ºC dan intermediet (Varietas Arum Bogor) karena tidak tahan simpan pada suhu ± -20ºC. Jika benih pepaya memiliki sifat ortodoks, maka ada kemungkinan benih dapat disimpan untuk periode jangka panjang, lebih dari 12 bulan.

Upaya untuk meningkatkan viabilitas benih pepaya dapat dilakukan dengan cara menerapkan perlakuan pra perkecambahan benih. KNO3 dan atonik

merupakan senyawa yang biasa digunakan untuk perlakuan pra perkecambahan benih. Furutani dan Nagao (1993) menyatakan bahwa benih pepaya yang direndam dalam larutan KNO31 M memperlihatkan tingkat perkecambahan yang

lebih tinggi, yaitu sebesar 50 % jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya 11 %. Sementara itu Djanaguiraman et al. (2005) juga menyatakan perlakuan larutan atonik dengan konsentrasi 3 ppm pada benih kapas dan tomat dapat menghasilkan nilai perkecambahan yang maksimum.

Pengujian terhadap viabilitas benih dari beberapa varietas/genotipe pepaya penting untuk dilakukan, terutama pengujian terhadap benih pepaya yang telah mengalami penyimpanan. Berdasarkan karakter benih pepaya yang cepat mengalami deteriorasi, dapat mengalami dormansi, serta memiliki sifat ortodoks dan intermediet, maka pengujian benih dengan perlakuan pra perkecambahan melalui metode perendaman benih dalam larutan senyawa KNO3 atau atonik

menarik untuk dipelajari.

(15)

3

IPB 5 dan IPB 8. Diharapkan dengan pengujian yang dilakukan ini dapat menentukan mutu benih dari kelima jenis pepaya tersebut dan kedepannya dapat digunakan untuk menentukan strategi pengadaan dan penyimpanan benih pepaya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi viabilitas benih lima varietas/genotipe pepaya yang telah disimpan pada periode 6 - 180 minggu dalam kondisi kelembaban dan suhu kamar, serta melihat pengaruh perlakuan pra perkecambahan (KNO3dan atonik) terhadap perkecambahan benih pepaya.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan nilai viabilitas antar kelompok periode simpan benih pepaya dari masing-masing varietas/genotipe.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi dan Manfaat Komoditas Pepaya

Menurut sejarah, tanaman pepaya berasal dari Amerika Tengah. Beberapa literatur memastikan bahwa plasma nutfah pepaya berasal dari negara Meksiko dan Kosta Rika. Pedagang Spanyol telah berjasa dalam menyebarluaskan tanaman pepaya dari kawasan Amerika ke berbagai negara di dunia. Daerah pusat penyebaran tanaman pepaya diantaranya adalah Florida, Hawai, India, Afrika Selatan dan Australia. Dalam perkembangan selanjutnya, budidaya tanaman pepaya telah menyebar luas di negara-negara yang telah dikenal daerah pertaniannya, baik negara yang beriklim tropis, maupun negara subtropis (Rukmana, 1995).

Di Indonesia, tanaman pepaya tersebar di berbagai daerah dan bahkan telah menjadi tanaman perkarangan pada umumnya. Sentra penanaman pepaya di Indonesia meliputi daerah Jawa Barat (Sukabumi), Jawa Timur (Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), dan Sulawesi Utara (Manado) (BPPT, 2005).

Pepaya tergolong komoditas yang populer serta memiliki manfaat yang cukup beragam. Buah pepaya masak yang mudah rusak dapat diolah menjadi sari pepaya atau dodol pepaya. Buah pepaya pada industri makanan sering dijadikan bahan baku pembuatan saus tomat atau cabai, yaitu untuk menambah cita rasa, warna dan kadar vitamin. Batangnya dapat dijadikan bahan campuran pada pakan ternak melalui proses pengeringan dan pengirisan. Selain itu, produk sampingan pepaya dalam bentuk enzim papain dari getah pepaya juga sering dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pengolahan daging kalengan, bir, permen karet serta industri farmasi sebagai bahan pemecah protein (Rahardi, 2004).

(17)
(18)

Karakteristik Fisiologis Benih Pepaya

Ada beberapa karakteristik fisiologis dari benih pepaya yang penting untuk diketahui. Berdasarkan hasil penelitian Furutani dan Nagao (1989), diketahui bahwa perkecambahan benih pepaya meningkat ketika dilakukan perlakuan suhu berganti dari suhu 240C sebelum ditransfer pada suhu 320C. Namun, perlakuan suhu berganti dari suhu 320C ke suhu 240C ternyata tidak meningkatkan perkecambahan. Perlakuan suhu berganti pada benih pepaya dari suhu 24 0C dan kemudian dikecambahkan pada suhu 320C ternyata dapat mencegah benih dari pengaruh dormansi.

Benih pepaya yang diproses dari buah masak pohon akan memiliki viabilitas dan vigor yang tinggi. Benih pepaya yang berasal dari buah matang atau buah lewat matang adalah yang paling tepat untuk perbanyakan (Sangakkara ,1995). Sementara Lubangaol (2008) menyatakan bahwa benih yang berasal dari buah pepaya mengkal yang telah diperam selama 0 hari memiliki viabilitas dan vigor benih yang rendah. Pemeraman buah pepaya mengkal dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih. Pemeraman buah pepaya mengkal selama 4 dan 7 hari menghasilkan viabilitas dan vigor yang sama baiknya dengan benih yang berasal dari buah pepaya matang pohon dengan semburat kuning 80 - 85 %. Hal serupa juga dinyatakan oleh Murniati dan Fatimah (2008), yaitu benih pepaya yang berasal dari buah yang dipanen saat semburat 30 - 40 % kuning kemudian diikuti pemeraman selama empat hari ternyata memiliki potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, kecepatan tumbuh benih dan indeks vigor yang sama baik dengan benih yang berasal dari buah pepaya matang pohon (80 - 90% kuning).

(19)

7

sifat benih yang tahan terhadap pengeringan. Viabilitas benih genotipe IPB 8 mengalami penurunan nyata yang dipengaruhi oleh lama pengeringan, tetapi berdasarkan hasil uji tetrazolium (TTZ) masih menunjukkan adanya benih yang hidup sebesar 52% (Pramoedinata, 2007).

Perkecambahan pada benih pepaya ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor cahaya, tetapi juga kulit (testa) benih. Dalam kondisi gelap, daya berkecambah benih pepaya yang dikeringkan dengan cahaya matahari belum dapat mencapai daya berkecambah maksimum, tetapi hanya 21.7%. Tingkat pengupasan kulit benih ternyata berpengaruh terhadap daya berkecambah benih dalam kondisi gelap. Benih yang dibuang sedikit kulitnya menunjukkan rata-rata daya berkecambah 35%, sedangkan yang dikupas seluruhnya 54.42%. Kemungkinan peranan cahaya dalam perkecambahan benih pepaya adalah dalam pembentukkan Phytochrome infra merah. Berkembangnya benih yang dikupas kulitnya pada kondisi gelap disebabkan benih telah membentukPhytocromepada saat benih dikupas. Jadi, tidak berkecambahnya benih pada kondisi gelap bukan disebabkan impermeabilitas kulit benih terhadap air (Suwarno, 1984).

Kematangan buah akan berefek pada kualitas benih pepaya. Sangakkara, (1995) menyatakan bahwa tingkat kedewasaan, kehadiran sarkotesta dan metode pengeringan berefek pada kualitas benih. Sementara Sariet al. (2005) menyatakan bahwa penurunan kadar air benih pepaya hingga sekitar 6% dan dengan adanya sarkotesta yang tetap dipertahankan selama proses pengeringan tidak menyebabkan hilangan viabilitas benih. Namun demikian, pada uji perkecambahan tidak semua menunjukkan hasil yang sama dengan uji tetrazolium. Benih pepaya Varietas Arum Bogor tanpa sarkotesta dapat dikeringkan dengan aman hingga kadar air 6% tanpa adanya kerusakan akibat desikasi dan tanpa terjadinya induksi dormansi.

(20)

bahwa kualitas benih dapat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dari induk, kematangan benih pada saat panen, prosedur ekstraksi benih dan kondisi penyimpanan.

Sifat Benih Pepaya

Benih pepaya tergolong benih intermediet. Benih pepaya bersifat intermediet dan dapat disimpan selama 3 - 6 tahun pada suhu 50C dan RH 40 - 60%, tetapi akan kehilangan viabilitas jika disimpan pada suhu di bawah 00C (Walters dan Towill, 2000). Sementara Sari et al. (2005) menyatakan bahwa benih pepaya termasuk golongan benih ortodoks karena hasil penelitiannya pada benih pepaya Arum Bogor menyebutkan bahwa penurunan kadar air benih tanpa sarkotesta hingga 6 % tidak menyebabkan hilangnya viabilitas maupun terjadinya dormansi.

Benih pepaya disamping tergolong benih ortodoks, ternyata juga tergolong intermediet. Wulandari (2009), berdasarkan hasil penelitiannya mengenai sifat benih menyatakan bahwa benih pepaya memiliki sifat ortodoks dan intermediet. Benih pepaya Varietas Sukma masih memiliki viabilitas hingga akhir periode simpan pada suhu dingin (± -20ºC). Pada perlakuan suhu kamar, viabilitas benih dapat dipertahankan hingga akhir penyimpanan. Diduga benih pepaya Varietas Sukma memiliki sifat benih ortodoks. Benih pepaya Varietas Arum Bogor yang disimpan pada suhu dingin telah kehilangan viabilitas sejak awal periode penyimpanan. Benih pada kondisi suhu kamar dapat dipertahankan viabilitasnya hingga penyimpanan bulan ketiga. Diduga benih pepaya Varietas Arum Bogor memiliki sifat benih intermediet. Pada benih pepaya Varietas Calina yang disimpan pada suhu kamar maupun suhu dingin, viabilitas benih tetap dapat dipertahankan hingga akhir periode simpan. Diduga benih pepaya Varietas Calina menunjukkan sifat benih ortodoks.

(21)

9

Hampir semua benih tidak tahan pada desikasi sampai 15% - 20% KA menunjukkan sifat rekalsitran (≥ 70% RH pada 200

C). Jika semua atau sebagian besar benih bertahan pada proses desikasi sebelum simpan, tetapi banyak yang mati setelah 12 bulan lama penyimpanan maka kemungkinan benih memiliki sifat intermediet. Jika semua atau sebagian besar benih bertahan pada proses desikasi sebelum simpan, serta banyak benih hidup setelah 12 bulan lama penyimpanan maka kemungkinan benih memiliki sifat ortodoks (Hong dan Ellis, 1996).

Perkecambahan Benih

Perkecambahan yang terjadi pada benih dipengaruhi oleh faktor yang bersifat eksternal maupun internal. Menurut Stabell et al. (1988), suplai oksigen level tinggi dapat menstimulasi benih untuk berkecambah. Sementara Nerson (2007) menyatakan bahwa temperatur yang tepat kemungkinan menjadi faktor paling penting , tetapi perubahan komposisi gas , potensial air dan hormon juga termasuk faktor yang mengatur perkecambahan.

Diketahui bahwa perlakuan primingdapat memberikan pengaruh positif pada benih. Nerson (2007) menyatakan bahwa perlakuanpriming dapat meningkatkan perkecambahan, khususnya ketika diaplikasikan pada benih berkualitas rendah atau benih pada kondisi stres lingkungan. Erinnovita et al.(2008) menambahkan bahwa perlakuan priming dengan pasir pada benih kacang panjang (Vigna

unguiculata Hask. Ssp. Sesquipedalis) dapat meningkatkan daya tumbuh

sebanyak 33.33% menjadi 52.00% dan meningkatkan kecepatan tumbuh sebesar 1.72%/etmal menjadi 2.65%/etmal.

Desikasi benih pepaya sampai kadar air lebih rendah dari 10% akan mengurangi tingkat perkecambahan secara signifikan. Pengeringan benih pepaya di bawah naungan dan suhu lingkungan akan menjaga tingkat perkecambahan pada derajat yang lebih tinggi dibandingkan bila benih dikeringkan menggunakan oven (Sangakkara, 1995).

(22)

mengurangi angka perkecambahan benih, terutama ketika benih dikeringkan dengan oven (Sangakkara, 1995).

Benih pepaya yang dikeringkan dengan sinar matahari menunjukkan daya berkecambah yang paling tinggi dalam kondisi gelap dibandingkan dengan benih lainnya. Hal ini disebabkan karena intensitas cahaya yang diterima embrio pada saat benih dikeringkan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, bahkan pada benih yang tidak dikeringkan atau dikeringkan dengan oven 400C hampir tak ada cahaya yang mencapai embrio (Suwarno, 1984).

Dormansi Benih Pepaya

Dormansi adalah suatu keadaan benih hidup yang tidak tumbuh pada kondisi lingkungan yang cukup mendukungnya untuk tumbuh. Menurut Sariet al. (2005), benih pepaya yang mengalami proses pengeringan dengan sarkotesta yang tetap melekat menyebabkan benih mengalami induksi dormansi. Upaya mempertahankan sarkotesta dengan kandungan senyawa fenoliknya yang tinggi pada saat proses desikasi dalam kondisi udara beroksigen diduga meningkatkan impermeabilitas benih pepaya dan mengakibatkan dormansi. Dias et al. (2010) menambahkan bahwa benih segar pepaya dapat mengalami dormansi pascapanen yang dimana akan pecah setelah enam bulan penyimpanan.

(23)

11

Senyawa Pra Perkecambahan Benih

Senyawa pra perkecambahan benih berfungsi untuk meningkatkan kemampuan benih untuk dapat berkecambah, seperti halnya atonik dan KNO3. Menurut

Djumiayah dan Aliudindalam Sumpena (2006), atonik adalah zat tumbuh buatan yang mengandung bahan aktif isomer nitrofen 01 yang fungsinya dapat merangsang pertumbuhan dan mengatasi kerontokan bunga. Ursulum dalam Sumpena (2006) menambahkan bahwa atonik mudah diserap dalam jaringan tanaman, mempercepat aliran protoplasma di dalam sel dan merangsang perakaran sehingga mampu memberikan kekuatan bagi seluruh sel tanaman.

Terbukti pada beberapa percobaan yang telah dilakukan, atonik dapat memberikan pengaruh positif pada perkecambahan benih. Menurut Zaghdani (2002), perlakuan pra perkecambahan pada benih tomat menggunakan larutan atonik 0.25 ml/l ternyata dapat meningkatkan persentase perkecambahan, kecambah normal dan panjang akar. Pada benih mentimun, perlakuan pra perkecambahan menggunakan larutan atonik 0.25 ml/l yang direndam selama delapan jam secara signifikan meningkatkan persentase rasio kecambah vigor dan memiliki kecenderungan meningkatkan persentase perkecambahan akhir dan rasio kecambah normal. Djanaguiramanet al. (2005) juga menyatakan bahwa perlakuan atonik dengan konsentrasi 3 ppm pada benih kapas dan tomat dapat menghasilkan perkecambahan yang maksimum. Sumpena (2006) menambahkan bahwa pemberian atonik dengan konsentrasi 2.0 ml/l meningkatkan vigor kecambah normal tanaman mentimun kultivar "Saturnus".

Kalium nitrat (KNO3) merupakan bahan kimia yang paling banyak digunakan

untuk mempromosikan perkecambahan benih. Konsentrasi 0.1% sampai 0.2% KNO3biasa digunakan dalam pengujian perkecambahan serta direkomendasikan

oleh badan resmi asosiasi analisis benih dan asosiasi internasional pengujian perkecambahan untuk banyak spesies benih tanaman (Copeland dan Mc Donald, 2001). Berdasarkan hasil penelitian Furutani dan Nagao (1993), benih pepaya yang direndam dalam larutan KNO31 M memperlihatkan tingkat perkecambahan

yang lebih tinggi dari pada kontrol, yaitu sebesar 50% jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya 11%. Perendaman benih pepaya pada larutan KNO3mengatasi

(24)

Sari et al. (2005) juga menyatakan bahwa kehadiran lautan KNO3 mampu

meningkatkan kecepatan tumbuh benih. Secara umum perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3yang dilakukan pada benih pepaya mampu

meningkatkan vigor berbeda nyata dengan benih tanpa perlakuan larutan KNO3.

Namun, perlakuan larutan KNO3 belum cukup untuk mematahkan dormansi

pada benih bersarkotesta.

Perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3juga memiliki efek positif

terhadap perkecambahan benih Prunus avium L tanpa dan dengan kulit benih. Perendaman pada 7.500 ppm dan 10.000 ppm larutan KNO3 memberikan hasil

perkecambahan yang signifikan, yaitu 64.54% untuk benih yang masih tertutup kulit benih dan 74.24% untuk benih tanpa kulit benih (Çetinbaş dan Koyuncu, 2006). Yucel dan Yilmaz (2009) menambahkan bahwa konsentrasi rendah dari KNO3 (0.5%, 1%) dapat meningkatkan persentase perkecambahan benih Salvia

cyanescans, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi dapat menghambat

(25)

13

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian kadar air dan viabilitas benih. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei sampai dengan November 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih pepaya yang telah disimpan pada periode 6-180 minggu dalam kondisi kamar dengan RH 55-77% dan suhu 25.6-30.90C. Benih pepaya berasal dari Varietas Arum Bogor, Prima, Carisya, Genotipe IPB 5 dan IPB 8 yang didapatkan dari PKBT IPB.

Bahan lain yang digunakan, yaitu air murni, larutan senyawa pra perkecambahan (KNO3 dan atonik), pasir, dithane dan plastik. Peralatan yang

digunakan, yaitu tray (200 lubang), hygro-thermometer, gelas ukur, gelas kultur kecil, pipet, timbangan digital, alat siram (sprayer) dan seperangkat alat pengujian kadar air yang meliputi desikator, cawan, pencapit, oven dengan suhu 103 ± 2oC, serta alat tulis.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

(26)

Tabel 1. Kelompok Periode Simpan Benih pada Masing-Masing Varietas /Genotipe Pepaya, serta Kadar Air Benihnya

Nomor

Percobaan Varietas/GenotipeBenih Pepaya Kelompok PeriodeSimpan Benih Kadar AirBenih

1 Arum Bogor

21 Minggu 10.55%

27 Minggu 11.48%

32 Minggu 7.36%

39 Minggu 8.08%

48 Minggu 10.74%

64 Minggu 10.60%

112 Minggu 8.40%

180 Minggu 9.47%

2 Prima

10 Minggu 12.25%

29 Minggu

-71 Minggu 10.01%

123 Minggu 8.66%

131 Minggu 10.05%

135 Minggu 9.74%

3 Carisya

6 Minggu 11.18%

29 Minggu 8.76%

62 Minggu 6.89%

86 Minggu 11.88%

120 Minggu 13.56%

4 IPB 5

10 Minggu 13.61%

29 Minggu 12.22%

69 Minggu 13.45%

115 Minggu 12.85%

141 Minggu 9.60%

5 IPB 8

27 Minggu 11.38%

83 Minggu 11.10%

84 Minggu 11.31%

92 Minggu 11.18%

142 Minggu 9.77%

156 Minggu 10.71%

Setiap kelompok periode simpan benih diuji dengan perlakuan pra perkecambahan. Perlakuan pra perkecambahan yang digunakan adalah :

a. Perendaman benih pada air murni (P1) b. Perendaman benih pada larutan atonik (P2) c. Perendaman benih pada larutan KNO3 (P3)

(27)

15

Uji dari setiap satu kombinasi perlakuan (perlakukan pra perkecambahan x kelompok periode simpan benih) dilakukan secara triplo. Benih pepaya yang akan disemai, juga dilakukan pengujian kadar air untuk menentukan kadar air awal benih. Pengujian kadar air dilakukan secara duplo.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan tiga unit ulangan. Model rancangan yang digunakan adalah:

Yij= μ + αi+εij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan pra perkecambahan ke-i dan ulangan

ke-j

μ = rataan umum

αi = pengaruh perlakuan pra perkecambahan ke-i

εij = pengaruh acak pada perlakuan pra perkecambahan ke-i dan ulangan ke-j

i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakanDuncan’s MultipleRange Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

a. Pengelompokkan Benih Pepaya

(28)

b. Pengamatan Karakter Fisik Benih dari Setiap Varietas/Genotipe Pepaya Pengamatan karakter fisik benih setiap varietas/genotipe pepaya dilakukan sebelum dilaksanakannya pengujian viabilitas dan vigor benih. Pengamatan Karakter fisik benih meliputi bobot 100 butir benih, panjang benih, lebar benih dan warna benih.

c. Pembuatan Larutan Atonik dan Larutan KNO3

Larutan atonik dan KNO3 merupakan bentuk perlakuan pra perkecambahan

pada benih pepaya. Komposisi bahan aktif yang terkandung dalam senyawa atonik meliputi natrium ortho-nitrofenol 2 g/l (gram/liter), natrium para-nitrofenol 3 g/l, natrium 2-4 dinitrofenol 0.5 g/l dan natrium 5 nitroguaiakol 1 g/l. Cara membuat larutan atonik 0.5% adalah dengan mengencerkan 5 ml larutan atonik murni dengan air hingga mencapai volume 1000 ml. Larutan KNO310% dibuat dengan

cara menimbang 3 g KNO3, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga

mencapai volume 30 ml (volume larutan yang dipakai untuk merendam benih). d. Penyemaian Benih

Benih yang telah dikelompokkan kemudian siap untuk disemai dalam tray berisi media pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir yang telah diayak halus dan telah diberi perlakuan pestisidadithane2 g/l (Wulandari, 2009).

Sebelum disemai, benih direndam pada air murni atau larutan pra perkecambahan (atonik atau KNO3) selama satu jam. Masing-masing lubangtray

diisi oleh satu benih.Tray yang telah diisi oleh benih kemudian diletakkan pada lokasi yang cukup tersinari cahaya matahari. Penyiraman dilakukan setiap hari, tepatnya pagi hari. Apabila kondisi cuaca kering dengan suhu yang relatif tinggi maka penyiraman dapat dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore hari.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

a. Daya Berkecambah (DB)

(29)

17

DB = ∑ KN I + ∑ KN II

∑ BT x 100%

Keterangan :

DB = Daya berkecambah benih

KN I = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari pertama KN II = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari kedua BT = Jumlah benih yang disemai

b. Indeks Vigor (IV)

Indeks vigor (IV) ditentukan dengan cara menghitung persentase kecambah normal (KN) yang tumbuh pada perhitungan pertama. Pengamatan indeks vigor dilakukan pada perhitungan pertama, yaitu pada saat 14 HST. IV dihitung dengan menggunakan rumus :

IV = ∑ KN I

∑ BT x 100% Keterangan :

IV = Indeks vigor

KN I = Jumlah kecambah normal pada pengamatan hari pertama BT = Jumlah benih yang disemai

c. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum (PTM) benih diperoleh dengan menghitung jumlah benih yang mampu tumbuh menjadi kecambah normal maupun kecambah abnormal. PTM benih dihitung pada akhir periode pengamatan yang dilakukan pada 30 HST. PTM dihitung dengan menggunakan rumus :

PTM = ∑ KNA

∑ BT x 100%

Keterangan :

PTM = Persentase potensi tumbuh maksimum

KNA = Jumlah kecambah normal + kecambah abnormal BT = Jumlah benih yang disemai

d. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)

Kecepatan tumbuh benih (KCT) diperoleh dengan menghitung persentase

(30)

waktu perkecambahan dalam kondisi optimum. Kecepatan tumbuh benih (KCT)

dihitung dengan menggunakan rumus :

N W N W N W Nn Wn

KCT  1 1 2 2 3 3

Keterangan :

KCT = Kecepatan tumbuh benih (% KN/etmal)

N 1, 2, ..., a = Pertambahan persentase kecambah normal pada setiap W 1, 2, .., a W 1, 2, ..., a = Periode dari saat semai hingga pengamatan ke-1, 2, ..., a (etmal) e. Panjang Hipokotil Kecambah (PH)

Panjang hipokotil kecambah diukur pangkal hipokotil sampai dengan titik tumbuh daun. Pengukuran panjang hipokotil dilakukan pada 30 HST. Satuan dalam sentimeter (cm).

f. Benih Utuh yang Masih Segar

Benih utuh diamati pada akhir periode percobaan. Pengamatan terhadap benih utuh dilakukan melalui metode pemotongan benih tidak tumbuh yang masih tersisa pada media pasir. Hal ini bertujuan untuk melihat benih yang masih segar dengan kemungkinan keadaan embrio benih yang masih hidup. Jumlah benih utuh yang masih segar dinyatakan dalam satuan persen (%).

g. Kadar Air (KA) Benih

Kadar air benih diukur dengan metode langsung menggunakan oven bersuhu 103 ± 20C selama 17 jam (Wulandari, 2009). Kadar air benih dinyatakan dalam persen (%) dengan ketelitian dua desimal. Penghitungan KA menggunakan rumus sebagai berikut :

KA = M2 − M3

M2 − M1 x 100%

Keterangan : KA = Persentase kadar air M1 = Bobot cawan + tutup

(31)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor

Benih pepaya Varietas Arum Bogor memiliki ciri fisik meliputi bobot 100 butir 1.4 g, panjang 5.1 cm dan lebar 3.6 cm. Pengujian yang dilakukan terhadap beberapa kelompok periode simpan benih Varietas Arum Bogor menunjukkan hasil perlakuan pra perkecambahan benih berpengaruh nyata meningkatkan nilai viabilitas terhadap parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur indeks vigor (IV) pada kelompok benih periode simpan 21 minggu dan 27 minggu, serta terhadap tolok ukur panjang hipokotil (PH) pada kelompok benih periode simpan 32 minggu (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor Periode Simpan Tolok Ukur Perlakuan Pra

Perkecambahan

KK (%)

21 Minggu IV (%) * 38.63 %

DB (%) tn 43.70%

PTM (%) tn 40.39%

KCT(%/etmal) tn 12.82%

PH (%) tn 3.27%

27 Minggu IV (%) * 37.52%

DB (%) tn 42.34%

PTM (%) tn 42.34%

KCT(%/etmal) tn 12.55%

PH (%) tn 5.29%

32 Minggu IV (%) tn 111.65%

DB (%) tn 43.90%

PTM (%) tn 46.76%

KCT(%/etmal) tn 16.73%

PH (%) * 3.72%

64 Minggu IV (%) tn 35,66 %

DB (%) tn 54.50%

PTM (%) tn 54.50%

KCT(%/etmal) tn 7.73%

PH (%) tn 44.76%

(32)

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor

Benih pepaya Varietas Arum Bogor memiliki nilai viabilitas rendah dengan persentase perkecambahan <50% yang dapat dilihat pada tolok ukur daya berkecambah (DB) maupun potensi tumbuh maksimum (PTM). Dapat dilihat pula benih Varietas Arum Bogor dominan tidak lagi memiliki viabilitas memasuki periode simpan 39 minggu hingga periode simpan 180 minggu (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor

Periode Ket : nilai 0 pada tabel menunjukkan benih yang tidak tumbuh ; nilai transformasi dapat dilihat

(33)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

21 27 32 39 48 64 112 180

B

e

ni

h

Ut

u

h

(%)

Periode Simpan (Minggu)

Air

Atonik

(34)

(Lampiran 21). Sedangkan data bobot 100 butir benih pepaya Varietas Arum Bogor menunjukkan bobot lebih ringan dibandingkan dengan bobot benih pepaya varietas/genotipe lainnya dan ternyata memiliki nilai viabilitas benih yang rendah (Tabel 3). Menurut Wulandari (2009), benih pepaya Varietas Arum Bogor memiliki ketahanan viabilitas yang rendah dan bersifat intermediet.

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima

Benih pepaya Varietas Prima memiliki ciri fisik diantaranya bobot 100 butir 2 g , panjang 6.7 cm dan lebar 4.4 cm. Pengujian yang dilakukan terhadap beberapa kelompok periode simpan benih Varietas Prima menunjukkan perlakuan pra perkecambahan tidak memberikan pengaruh nyata pada peningkatan nilai viabilitas benih periode simpan 10 - 135 minggu (Tabel 4).

Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima

Periode Simpan Tolok Ukur Perlakuan Pra Perkecambahan

KK (%)

10 Minggu IV (%) tn 12.85%

DB (%) tn 13.40%

PTM (%) tn 13.40%

KCT(%/etmal) tn 4.11%

PH (%) tn 1.28%

29 Minggu* IV (%) - 0%

DB (%) - 0%

PTM (%) - 0%

KCT(%/etmal) - 0%

PH (%) - 0%

71 Minggu IV (%) tn 32.98%

DB (%) tn 32.98%

PTM (%) tn 32.98%

KCT(%/etmal) tn 3.33%

PH (%) tn 53.80%

135 Minggu IV (%) tn 32.98%

DB (%) tn 32.98%

PTM (%) tn 32.98%

KCT(%/etmal) tn 3.33%

PH (%) tn 36.80%

(35)

23

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima

Benih pepaya Varietas Prima memiliki nilai viabilitas tinggi pada kelompok benih periode simpan 10 - 29 minggu dengan persentase mencapai >75% yang dapat dilihat pada tolok ukur daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM). Memasuki periode simpan 71 minggu hingga 135 minggu, hampir seluruh benih tidak lagi memiliki viabilitas (Tabel 5). Diduga benih pepaya kelompok periode simpan 71 - 135 minggu telah banyak yang mati.

Tabel 5. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima

Periode

Ket : * = data berasal dari satu ulangan karena kurangnya benih ; nilai 0 pada tabel menunjukkan benih yang tidak tumbuh ; nilai transformasi dapat dilihat pada Lampiran 2; pada setiap baris lama simpan, nilai pada kolom karakter pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 5 juga menunjukkan perlakuan pra perkecambahan menggunakan larutan atonik 0.5% atau KNO3 10% terhadap benih pepaya Varietas Prima tidak

(36)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

10 29 71 123 131 135

B

en

ih

Ut

u

h

(

%

)

Periode Simpan (Minggu)

Air

Atonik

(37)

25

Menurut Schmidt dalam Suita dan Nurhasybi (2008), benih yang berukuran besar cenderung berkecambah lebih cepat dan menghasilkan semai yang lebih besar dan vigor daripada benih yang berukuran lebih kecil. Hal ini mungkin dikarena ukuran embrio dan cadangan makanan yang lebih besar pada benih.

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya

Benih pepaya Varietas Carisya memiliki ciri fisik diantaranya bobot 100 butir 1.3 g, panjang 5.4 cm dan lebar 3.6 cm. Pengujian yang dilakukan terhadap beberapa kelompok periode simpan benih pepaya Varietas Carisya menunjukkan hasil perlakuan pra perkecambahan sangat berpengaruh nyata meningkatkan nilai viabilitas terhadap parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur panjang hipokotil (PH) pada kelompok periode simpan 29 minggu (Tabel 6).

Tabel 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya

Periode Simpan Tolok Ukur Perlakuan Pra Perkecambahan

KK (%)

6 Minggu IV (%) tn 36.02%

DB (%) tn 32.89%

PTM (%) tn 30.38%

KCT(%/etmal) tn 17.58%

PH (%) tn 4.78%

29 Minggu IV (%) tn 28.70%

DB (%) tn 15.62%

PTM (%) tn 12.69%

KCT(%/etmal) tn 6.73%

PH (%) ** 0.77%

Ket : kelompok benih periode simpan 62 minggu, 86 minggu dan 120 minggu tidak ditampilkan karena seluruh benih tidak tumbuh ; tn = tidak nyata ; ** = berbeda

sangat nyata pada taraf á = 1% ; KK= koefisien keragaman

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya

(38)

viabilitas. Diduga benih pepaya periode simpan 62 - 120 minggu telah mati. Tabel 7. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap

Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya Periode

Ket : nilai 0 pada tabel menunjukkan benih yang tidak tumbuh ; nilai transformasi dapat dilihat pada Lampiran 3 ; pada setiap baris lama simpan, nilai pada kolom karakter pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 7 juga menunjukkan perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3 10% yang dilakukan terhadap benih pepaya Varietas Carisya memberikan

hasil terbaik pada parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur PH pada kelompok benih periode simpan 29 minggu. Namun, perlakuan KNO3 dan

(39)

0 5 10 15 20 25 30 35

6 29 62 86 120

B

en

ih

Ut

u

h

(

%

)

Periode Simpan (Minggu)

Air

Atonik

(40)

beberapa kelompok periode simpan benih Genotipe IPB 5 menunjukkan hasil perlakuan pra perkecambahan benih berpengaruh nyata meningkatkan nilai viabilitas terhadap parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur panjang hipokotil (PH) pada kelompok benih periode simpan 10 minggu (Tabel 8).

Tabel 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5

Periode Simpan Tolok Ukur Perlakuan Pra Perkecambahan

KK (%)

10 Minggu IV (%) tn 18.34%

DB (%) tn 20.70%

PTM (%) tn 20.70%

KCT(%/etmal) tn 7.15%

PH (%) * 2.12%

29 Minggu IV (%) tn 28.04%

DB (%) tn 26.10%

PTM (%) tn 22.91%

KCT(%/etmal) tn 9.36%

PH (%) tn 3.51%

Ket : kelompok benih periode simpan 69 minggu, 115 minggu dan 141 minggu tidak ditampilkan karena seluruh benih tidak tumbuh ; tn = tidak nyata ; * = berpengaruh nyata pada taraf á = 5% ; KK= koefisien keragaman

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5

Berdasarkan Tabel 9, benih pepaya Genotipe IPB 5 memiliki nilai viabilitas tinggi pada kelompok benih periode simpan 10 - 29 minggu dengan persentase mencapai >75% yang dapat dilihat pada tolok ukur daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM). Memasuki periode simpan 69 minggu hingga 141 minggu terlihat benih genotipe IPB 5 tidak lagi memiliki viabilitas. Diduga benih pepaya periode simpan 69 - 141 minggu telah mati.

Tabel 9 juga menunjukkan hasil yang sama dengan yang terjadi pada benih pepaya Varietas Carisya, yaitu perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3 10% yang dilakukan terhadap benih pepaya Genotipe IPB 5 memberikan

hasil terbaik pada parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur PH pada kelompok benih periode simpan 10 minggu. Namun, perlakuan KNO3

(41)

29

Furutani dan Nagao (1993) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa benih pepaya yang direndam dalam larutan KNO3 1 M memperlihatkan tingkat

perkecambahan yang lebih tinggi dari pada kontrol, yaitu sebesar 50 % jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya 11%. Sedangkan Sumpena (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian atonik dengan konsentrasi 2.0 ml/l dapat meningkatkan vigor kecambah normal tanaman mentimun kultivar "Saturnus".

Tabel 9. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5

Periode

Ket : nilai 0 pada tabel menunjukkan benih yang tidak tumbuh ; nilai transformasi dapat dilihat pada Lampiran 4 ; pada setiap baris lama simpan, nilai pada kolom karakter pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

(42)

0 10 20 30 40 50

10 29 69 115 141

B

en

ih

Ut

u

h

(

%

)

Periode Simpan (Minggu)

Air

Atonik

(43)

31

Pengujian Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8

Benih pepaya Genotipe IPB 8 memiliki ciri fisik diantaranya bobot 100 butir 1.9 g , panjang 6.4 cm dan lebar 3.9 cm. Pengujian yang dilakukan menunjukkan hasil perlakuan pra perkecambahan benih sangat berpengaruh nyata meningkatkan nilai viabilitas terhadap parameter vigor kekuatan tumbuh benih dengan tolok ukur indeks vigor (IV) dan berpengaruh nyata meningkatkan nilai viabilitas pada tolok ukur kecepatan tumbuh benih (KCT) pada kelompok benih periode simpan

27 minggu (Tabel 10).

Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8

Periode Simpan Tolok Ukur Perlakuan Pra Perkecambahan

KK (%)

27 Minggu IV (%) ** 10.72 %

DB (%) tn 18.27 %

PTM (%) tn 19.44 %

KCT(%/etmal) * 5.07 %

PH (%) tn 3.93%

83 Minggu IV (%) tn 32.98%

DB (%) tn 42.02%

PTM (%) tn 42.02%

KCT(%/etmal) tn 4.66%

PH (%) tn 44.20%

84 Minggu IV (%) tn 32.98%

DB (%) tn 32.98%

PTM (%) tn 32.98%

KCT(%/etmal) tn 3.33%

PH (%) tn 35.65%

92 Minggu IV (%) tn 32.98%

DB (%) tn 32.98%

PTM (%) tn 32.98%

KCT(%/etmal) tn 3.33%

PH (%) tn 36.80%

Ket : kelompok benih periode simpan 142 minggu dan 156 minggu tidak ditampilkan karena seluruh benih tidak tumbuh ; tn = tidak nyata ; * = berpengaruh nyata pada taraf á = 5% ; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf á = 1% ; KK= koefisien keragaman

Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8

(44)

potensi tumbuh maksimum (PTM). Memasuki periode simpan 83 minggu hingga 156 minggu, terlihat sebagian besar benih pepaya Genotipe IPB 8 tidak lagi memiliki viabilitas. Diduga benih pepaya periode simpan 83 - 156 minggu telah banyak yang mati.

Tabel 11 juga memperlihatkan perlakuan pra perkecambahan menggunakan larutan KNO310% dapat memberikan hasil terbaik pada parameter vigor kekuatan

tumbuh benih dengan tolok ukur IV dan KCT pada kelompok benih periode

simpan 27 minggu. Menurut Sariet al.(2005), kehadiran larutan KNO3mampu

meningkatkan KCT benih dan secara umum dapat meningkatkan vigor.

Tabel 11. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8

Periode Ket : nilai 0 pada tabel menunjukkan benih yang tidak tumbuh ; nilai transformasi dapat dilihat

pada Lampiran 5 ; pada setiap baris lama simpan, nilai pada kolom karakter pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

(45)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

27 83 84 92 142 156

P

er

se

n

ta

se

(

%

)

Periode Simpan (Minggu)

Air

Atonik

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Benih pepaya Varietas Prima, Carisya dan Genotipe IPB 5 memiliki nilai viabilitas tinggi dengan persentase daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM) mencapai >75 % dalam kondisi kelembaban dan suhu kamar selama 29 minggu. Pada kondisi yang sama benih pepaya Genotipe IPB 8 mampu disimpan hingga periode penyimpanan 27 minggu, sedangkan Varietas Arum Bogor memiliki nilai viabilitas rendah dengan persentase daya berkecambah (DB) dan potensi tumbuh maksimum (PTM) <50% hingga periode penyimpanan 32 minggu.

Perlakuan pra perkecambahan dengan larutan KNO3 10% dibandingkan

dengan larutan atonik 0.5% atau air murni dapat meningkatkan nilai vigor benih pepaya Varietas Arum Bogor, Carisya, Genotipe IPB 5 dan IPB 8, tetapi tidak mempengaruhi nilai viabilitasnya. Nilai viabilitas dan vigor benih pepaya Varietas Prima tidak dipengaruhi oleh seluruh jenis perlakuan pra perkecambahan.

Saran

(47)

35

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. 2005. Budidaya pertanian tanaman pepaya (Carica papaya L.). http://www.iptek.net.id [17 April 2011].

Çetinbaş, M. and Koyuncu. 2006. Improving germination of

Prunus avium L. seed by gibberellic acid, potasium nitrate and thio urea. Hort. Sci. 33 (3): 119-123.

Copeland, L. O. and M. B. Mc. Donald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Fourth Edition. Klower Academic Publishers. New York. 390p.

Departemen Pertanian. 2008. Produksi tanaman buah-buahan di Indonesia periode 2003 - 2008. http://www.hortikultura.deptan.go.id [31 Maret 2010]. Dias, D. C. F. D. S., W. T. Estanislau, F. L. Finger, E. M. Alvarenga, and L. A. D.

S. Dias. 2010. Physiological and enzymatic alterations in papaya seed during storage. Revista Brasileira de Sementes 32 (1): 148-157.

Djanaguiraman, M, J. A. Sheeba, D. D. Devi, and U. Bangarusamy. 2005. Effect of atonik seed treatment on seedling physiology of cotton and tomato. Journal of Biological Sciences 5(2): 163-169.

Ellis, R. H., T. D. Hong and E. H. Roberts. 1991. Effect of storage temperature and moisture on germination of papaya seeds. Seed Science Research 1:67-72.

Erinnovita. M. Sari dan D. Guntoro. 2008. Invigorasi benih untuk memperbaiki perkecambahan kacang panjang (Vigna unguiculata Hask. Ssp.

Sesquipedalis) pada cekaman salinitas. Bul. Agron. 36 (6) : 214 -220.

FAOSTAT. 2008. Food and agricultural commodities production. http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx.[1 Februari 2011].

Furutani, S. C. and M. A. Nagao. 1989. Influence of prreconditioning temperatures on papaya seed germination. J. Haw. Pac. Agri. 2: 22-23. Furutani, S. C. and M. A. Nagao. 1993. Improvement of papaya seedling

emergence by KNO3treatment and afterripening. J. Haw. Pac. Agri. 4:

57-61.

(48)

Lumbangaol, P. 2008. Pengaruh Pemeraman Buah dan Letak Benih dalam Buah Terhadap Viabilitas Benih Pepaya. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Bogor. 32 hal.

Maisyaroch, S dan F. C. Suwarno. 1986. Pengaruh ukuran benih dan letaknya di dalam buah terhadap penampakan seks dan vigor bibit pepaya (Carica

papayaL.). Bul. Agr. Vol. XVIII. No.I.

Murniati, E. M. Sari dan E. Fatimah. 2008. Pengaruh pemeraman buah dan periode simpan terhadap viabilitas benih pepaya (Carica papaya L.). Bul. Agron. 36 (6) : 139–145.

Nerson, H. 2007. Seed production and germinability of cucurbit crops. Seed Science and Biotecnology 1(1): 1-10.

Pramoedinata, E. 2007. Ketahanan Benih Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Pengeringan. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika. 2009. Profil Produk Pengembangan Buah Unggulan. LPPM–Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal.

Rahardi, F. 2004. Mengurai Benang Kusut Agribisnis Buah Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta. 152 hal.

Rukmana, H.R. 1995. Seri Budidaya Pepaya. Kanisius. Yogyakarta. 73 hal. Sangakkara, U.R. 1995. Influence of seed ripeness, sarcotesta, drying and storage

on germinability of papaya(Carica papayaL.) seed. Pertanika J. Trop.Agric. Sci. 18(3): 193-199.

Sari, M., E. Murniati dan R. Suhartanto. 2005. Pengaruh sarcotesta dan pengeringan benih serta perlakuan pendahuluan terhadap benih pepaya

(Carica papayaL.). Buletin Agronomi 33 (2): 23–30.

Sari, M., M. R. Suhartanto dan E. Murniati. 2007. Pengaruhsarcotestadan kadar air terhadap kandungan total fenol dan daya simpan benih pepaya (Carica

papayaL.) . Bul. Agron. 35 (1) : 44 -49.

Stabell, E., M. K. Upadhyayah and B. E. Ellis. 1988. Role of seed coat in regulation of seed dormancy in houndstongue (Cynoglossum officinale). Weed Science 46 : 344-350.

(49)

37

Sumpena, U. 2006. Respon hasil, viabilitas dan vigor benih mentimun (Cucumis

sativusL.) kultivar saturnus terhadap perlakuan atonik. J. Agrivigor 5 (3) :

287-292.

Suwarno, F. C. 1984. Pengaruh cahaya dan perlakuan benih terhadap perkecambahan benih pepaya (Carica papaya L.). Bulletin Agronomi, 15 (3):48–60.

Walters, C. and L. Towill. 2000. Seeds and Pollen National Center for Genetic Resources Preservation. Preservation of Plant Germplasm Research.USDA-ARS, Fort Collins, CO. 8p.

Wulandari, R. 2009. Pengujian Benih Pepaya (Carica papaya L.) dengan Penyimpanan Suhu Dingin . Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Yucel, E. and G. Yilmaz. 2009. Effect of different alkaline metal salts (NaCl, KNO3), acid concetrations (H2SO4) and growth regulator (GA3) on the

germination ofSalvia cyanescansBoiss. and Bal. seeds. Journal of Science 22(3): 123-127.

(50)
(51)

39

Lampiran 1. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor Periode Ket : data IV, DB, PTM dan KCTditransformasi ke dalam arcsin √ y; kelompok benih periode

(52)

Lampiran 2. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima

Periode

Ket : data IV, DB, PTM dan KCTditransformasi ke dalam arcsin√y; kelompok benih periode

(53)

41

Lampiran 3. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya

Periode

Ket : data IV, DB, PTM dan KCTditransformasi ke dalam arcsin √ y; kelompok benih periode

(54)

Lampiran 4. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5

Periode

Ket : data IV, DB, PTM dan KCTditransformasi ke dalam arcsin √ y; kelompok benih periode

(55)

43

Lampiran 5. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8

Periode Ket : data IV, DB, PTM dan KCTditransformasi ke dalam arcsin √ y; kelompok benih periode

(56)

Lampiran 6. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 21 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 578.3420222 289.1710111 5.38*

(%) Galat 6 322.5614667 53.7602444

Umum 8 900.9034889

DB

Umum 8 492.3988000

PTM Perlakuan 2 302.7770889 151.3885444 2.26tn

(%) Galat 6 401.8919333 66.9819889

Umum 8 704.6690222

KCT Perlakuan 2 8.12008889 4.06004444 2.58tn

(%/etmal) Galat 6 9.45406667 1.57567778

Umum 8 17.57415556

PH

Umum 8 17.57415556

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

* : Berpengaruh nyata pada taraf á = 5%

Lampiran 7. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 27 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 317.3552667 158.6776333 9.24*

(%) Galat 6 103.0613333 17.1768889

Umum 8 420.4166000

DB

Umum 8 293.3690222

PTM Perlakuan 2 76.0080889 38.0040444 1.05tn

(%) Galat 6 217.3609333 36.2268222

Umum 8 293.3690222

KCT Perlakuan 2 5.88895556 2.94447778 2.47tn

(%/etmal) Galat 6 7.14566667 1.19094444

Umum 8 13.03462222

PH

Umum 8 1.64500000

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

(57)

45

Lampiran 8. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (32 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 448.795267 224.397633 0.99tn

(%) Galat 6 1359.871933 226.645322

Umum 8 1808.667200

DB

Umum 8 497.2518222

PTM Perlakuan 2 223.9774889 111.9887444 1.83tn

(%) Galat 6 368.1150000 61.3525000

Umum 8 592.0924889

KCT Perlakuan 2 6.85182222 3.42591111 1.40tn

(%/etmal) Galat 6 14.66266667 2.44377778

Umum 8 21.51448889

PH

Umum 8 2.16475556

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

* : Berpengaruh nyata pada taraf á = 5%

Lampiran 9. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (64 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 10.79575556 5.39787778 1.00tn

(%) Galat 6 32.38726667 5.39787778

Umum 8 43.18302222

DB

Umum 8 164.7992222

PTM Perlakuan 2 8.4524222 4.2262111 0.16tn

(%) Galat 6 156.3468000 26.0578000

Umum 8 164.7992222

KCT Perlakuan 2 0.07348889 0.03674444 0.17tn

(%/etmal) Galat 6 1.31486667 0.21914444

Umum 8 1.38835556

PH

Umum 8 3.20584257

(58)

Lampiran 10. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Prima (10 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 21.3604667 10.6802333 0.22tn

(%) Galat 6 291.0109333 48.5018222

Umum 8 312.3714000

DB

Umum 8 344.4442222

PTM Perlakuan 2 18.5424889 9.2712444 0.17tn

(%) Galat 6 325.9017333 54.3169556

Umum 8 344.4442222

KCT Perlakuan 2 0.08000000 0.04000000 0.09tn

(%/etmal) Galat 6 2.64000000 0.44000000

Umum 8 2.72000000

PH

Umum 8 0.47275556

Ket: tn : Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 11. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Prima (71 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 9.04542222 4.52271111 1.00tn

(%) Galat 6 27.13626667 4.52271111

Umum 8 36.18168889

DB

Umum 8 36.18168889

PTM Perlakuan 2 9.04542222 4.52271111 1.00tn

(%) Galat 6 27.13626667 4.52271111

Umum 8 36.18168889

KCT Perlakuan 2 0.07475556 0.03737778 1.00tn

(%/etmal) Galat 6 0.22426667 0.03737778

Umum 8 0.29902222

PH

Umum 8 3.43736997

(59)

47

Lampiran 12. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Prima (135 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 9.04542222 4.52271111 1.00tn

(%) Galat 6 27.13626667 4.52271111

Umum 8 36.18168889

DB

Umum 8 36.18168889

PTM Perlakuan 2 9.04542222 4.52271111 1.00tn

(%) Galat 6 27.13626667 4.52271111

Umum 8 36.18168889

KCT Perlakuan 2 0.07475556 0.03737778 1.00tn

(%/etmal) Galat 6 0.22426667 0.03737778

Umum 8 0.29902222

PH

Umum 8 1.40743474

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 13. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Carisya (6 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 1099.134489 549.567244 3.10tn

(%) Galat 6 1064.209667 177.368278

Umum 8 2163.344156

DB

Umum 8 1706.763800

PTM Perlakuan 2 497.406600 248.703300 1.65tn

(%) Galat 6 904.288800 150.714800

Umum 8 1401.695400

KCT Perlakuan 2 21.72446667 10.86223333 1.48tn

(%/etmal) Galat 6 43.94873333 7.32478889

Umum 8 65.67320000

PH

Umum 8 4.58160000

(60)

Lampiran 14. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Varietas Carisya (29 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 239.9432000 119.9716000 2.37tn

(%) Galat 6 303.4438000 50.5739667

Umum 8 543.3870000

DB

Umum 8 757.2416222

PTM Perlakuan 2 228.5282000 114.2641000 2.05tn

(%) Galat 6 334.4762000 55.7460333

Umum 8 563.0044000

KCT Perlakuan 2 3.79042222 1.89521111 1.96tn

(%/etmal) Galat 6 5.80166667 0.96694444

Umum 8 9.59208889

PH

Umum 8 0.36680000

Ket: tn : Tidak berpengaruh nyata

** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf á = 1%

Lampiran 15. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (10 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 177.7120667 88.8560333 1.79tn

(%) Galat 6 297.2485333 49.5414222

Umum 8 474.9606000

DB

Umum 8 755.6156889

PTM Perlakuan 2 137.4077556 68.7038778 0.66tn

(%) Galat 6 618.2079333 103.0346556

Umum 8 755.6156889

KCT Perlakuan 2 1.66802222 0.83401111 0.66tn

(%/etmal) Galat 6 7.53673333 1.25612222

Umum 8 9.20475556

PH

Umum 8 2.21655556

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

(61)

49

Lampiran 16. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (29 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 455.401489 227.700744 1.98tn

(%) Galat 6 690.095800 115.015967

Umum 8 1145.497289

DB

Umum 8 1324.251022

PTM Perlakuan 2 433.215756 216.607878 1.56tn

(%) Galat 6 831.103600 138.517267

Umum 8 1264.319356

KCT Perlakuan 2 6.50575556 3.25287778 1.68tn

(%/etmal) Galat 6 11.63520000 1.93920000

Umum 8 18.14095556

PH

Umum 8 2.12748889

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

Lampiran 17. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (27 minggu)

Karakter Pengamatan

Sumber Keragaman

db JK KT F hitung

IV Perlakuan 2 489.1517556 244.5758778 14.33**

(%) Galat 6 102.3974000 17.0662333

Umum 8 591.5491556

DB

Umum 8 1265.600200

PTM Perlakuan 2 628.086867 314.043433 3.18tn

(%) Galat 6 592.277733 98.712956

Umum 8 1220.364600

KCT Perlakuan 2 6.33680000 3.16840000 5.42*

(%/etmal) Galat 6 3.50480000 0.58413333

Umum 8 9.84160000

PH

Umum 8 3.23820000

Ket : tn : Tidak berpengaruh nyata

Gambar

Tabel 1. Kelompok Periode Simpan Benih pada Masing-Masing Varietas/Genotipe Pepaya, serta Kadar Air Benihnya
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra PerkecambahanBenih  terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor
Tabel 3. Nilai Tengah Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan Benih terhadapViabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor
Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Pra PerkecambahanBenih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Benih pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu dingin dengan KA benih awal 8.41 % mengalami penurunan viabilitas hingga akhir periode penyimpanan dan tidak menunjukkan adanya

Perlakuan varietas beberapa benih pepaya berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan berat brangkasan segar, dan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar,

abnormal, dan benih yang belum tumbuh), laju perkecambahan, indeks vigor, bobot segar kecambah, dan bobot kering kecambah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Parameter yang diamati adalah kadar air benih, laju perkecambahan, uji daya kecambah (kecambah normal, abnormal, dan benih yang belum tumbuh), indeks vigor, bobot segar kecambah,

Pengaruh Pemeraman Buah dan Letak Benih Dalam Buah Terhadap Viabilitas Benih Pepaya ( Carica papaya L.).Institut Pertanian Bogor.. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu

Persentase perkecambahan benih dengan inter- aksi antara perlakuan media simpan dan periode simpan menunjukan bahwa benih yang disimpan pada media simpan serbuk gergaji

Persentase perkecambahan benih dengan inter- aksi antara perlakuan media simpan dan periode simpan menunjukan bahwa benih yang disimpan pada media simpan serbuk gergaji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeraman berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh benih, persentase perkecambahan total, persentase perkecambahan normal, bobot