• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Kewajaran Tindak Tutur Keluhan Dalam Film A Man Apart Tayangan Televisi Dan CD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Kewajaran Tindak Tutur Keluhan Dalam Film A Man Apart Tayangan Televisi Dan CD"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN

TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART

TAYANGAN TELEVISI DAN CD

TESIS

Oleh

IDAWATI SITUMORANG

127009036/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2014

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN

TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART

TAYANGAN TELEVISI DAN CD

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

IDAWATI SITUMORANG

127009036/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD

Nama Mahasiswa : Idawati Situmorang Nomor Pokok : 127009036

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Roswita Silalahi, M.Hum.) (Dr. Muhizar Muchtar, M.S.)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.d.) (Dr. Syahron Lubis, M.A.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 08 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Roswita Silalahi, M.Hum. Anggota : 1. Dr. Muhizar Muchtar, M.S. 2. Dr. Syahron Lubis, M.A. 3. Dr. M. Husnan Lubis, M.A.

(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

“TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Univeritas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari

hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan

sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, September 2014

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhan, dan (2) mendeskripsikan tingkat kewajaran subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart. Teori yang digunakan dalam menganalisis teknik penerjemahan adalah teori Molina dan Albir (2002:509) dan teori Larson (1984:497) dalam menganalisis tingkat kewajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD. Ujaran tersebut berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, teknik harafiah menempati urutan pertama (45,25%), reduksi (17,88%), penambahan (10,06%), adaptasi budaya (5,59%), padanan lazim (5,03%), transposisi (4,47%), kreasi diskursif (2,79%), kompresi linguistik (2,23%), amplifikasi (1,68%), peminjaman murni (1,68%), modulasi (1,68%), peminjaman alamiah (1,12%), dan urutan terakhir adalah penghilangan (0,56%). Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, teknik harafiah menempati urutan pertama berjumlah (46,43%), reduksi (17,86%), penambahan (8,33%), kreasi diskursif (7,14%), padanan lazim (4,17%), adaptasi budaya (4,17%), transposisi (3,57%), penghilangan (2,38%), modulasi (1,79%), peminjaman murni (1,19%), peminjaman alamiah (1,19%) serta disusul kemudian dengan urutan terakhir yaitu generalisasi, kompresi linguistik dan amplifikasi masing-masing (0,60%). Berdasarkan hasil analisis pada tingkat kewajaran yang merujuk pada subtitle yang dikomunikasikan dengan akurat dan menggunakan bahasa yang alami ke dalam bahasa sasaran menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, 32 data (64%) diterjemahkan secara wajar, 13 data (26%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 5 data (10%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, 12 data (24%) diterjemahkan secara wajar, 22 data (44%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 16 data (32%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Subtitle TV lebih wajar dibandingkan

subtitle CD. Hal ini disebabkan karena makna subtitle TV lebih akurat dan penerjemah TV menggunakan bahasa yang lebih lazim bagi penonton atau masyarakat bahasa.

(7)

ABSTRACT

This study focuses on comparing the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The objectives of this study are (1) to describe the translation techniques used by the TV and CD subtitler in translating the speech act of complaint, and (2) to describe the naturalness level of the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart. The theory used to analyze the translation techniques is the theory of Molina Albir (2000:509) dan Larson (1984:497) to analyze the naturalness level. This is a descriptive qualitative study. The data are the speeches consisting of the speech act of complaint in English and the Indonesian subtitles in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The data are that words, phrases, clauses and sentences. The findings show in terms of translation techniques used by the subtitler TV that from 50 data, the literal translation has the highest percentage(45,25%), reduction (17,88%), addition (10,06%), cultural adaptation (5,59%), established equivalent (5,03%),transposition(4,47%), discursive creation(2,79%), linguistic compression (2,23%), naturalized borrowing (1,12%) and the lowest percentage is deletion (0,56%). On the other hand, in terms of translation techniques used by the subtitler CD from 50 data show that literal translation has the highest percentage (46,43%), reduction (17,86%), addition (8,33%), discursive creation (7,14%), established equivalent (4,17%), cultural adaptation (4,17%), transposition (3,57%), omission (2,38%), modulation (1,79%), pure borrowing (1,19%), naturalized borrowing (1,19%), and the lowest percentage are generalization, linguistic compression and amplification respectively (0,60%). Based on the analysis conducted on naturalness level referring to the subtitles communicated accurately and use common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language from 50 data shown in TV show that 32 data (64%) are natural, 13 data(26%) are less natural, and 5 data(10%) are unnatural. On the other hand, from 50 data shown in CD, 12 data (24%) are natural, 22 data (44%) are less natural, 16 data (32%) are unnatural. The conclusion is that TV subtitles are more natural than that are CD because subtitles TV are more accurate and TV subtitler uses common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih

dan pertolongan-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini tidak akan pernah terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan

moral dan spritual dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&h, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Program

Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Linguistik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

memberikan motivasi kepada para mahasiswa dan berperan besar terhadap

kemajuan pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana yang memadai

di program studi Linguistik.

5. Ibu Dr. Roswita Silalahi, M.Hum, sebagai pembimbing I yang telah

membantu, mengarahkan, serta mengkritisi isi tulisan ini dengan penuh

tanggung jawab yang tulus hingga terwujudnya penulisan tesis ini dengan

baik.

6. Bapak Dr. Muhizar Muchtar, M.S selaku Pembimbing II yang sangat

antusias memberikan dukungan, saran dan kritikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik.

7. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., Dr. Syahron Lubis, M.A., dan Dr.

(9)

memberikan dukungan, saran dan ide yang sangat luar biasa hingga

terwujudnya penulisan tesis ini dan dapat terselesaikan dengan baik.

8. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD., sebagai penerjemah professional

yang telah membimbing penulis sewaktu magang ‘attachement’ di Pusat

Bahasa. Nasihat beliau agar mahasiswa berpandangan positif dan ikhlas

akan selalu diamalkan dalam hidup penulis.

9. Ibu Dr. Nurlela M.Hum., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Fakultas

Ilmu Budaya Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak membantu urusan administrasi sehingga dapat berjalan

dengan baik.

10.Ibu Dra. Hayati Chalil, M.Hum., selaku Koordinator Kajian Terjemahan

Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Linguistik

Universitas Sumatera Utara yang dengan pengabdian dan semangat yang

luar biasa dalam memberikan ide dan saran untuk kesempurnaan penulisan

tesis ini.

11.Seluruh dosen pengajar di Program Studi Magister Linguistik Terjemahan

Universitas Sumatera Utara tanpa kecuali sebagai motor penggerak dunia

pendidikan yang berdasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik

dalam memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan maupun yang

berkaitan dengan terjemahan, dan tidak lupa juga kepada seluruh staf

pegawai Program Studi Magister Linguistik maupun karyawan

perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah mengabdikan diri

dengan tulus dalam pelayanan administrasi kepada penulis hingga tesis ini

dapat terselesaikan dengan baik.

12.Seluruh teman seangkatan S2 Linguistik Program Pascasarjana Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang saling menyemangati untuk

menyelesaikan tesis ini khususnya untuk kak Juliana, kak Wahyuni

Sadaah, Maya Sari, Angela Adriana Sembiring, kak Tina Ria Zen, kak

Susi Masniari Nasution, kak Yulia Fitra, Dian Marisha,Marina Sihombing

(10)

13.Seluruh keluarga, bapak dan mama tercinta, kakak dan abang penulis

yang telah mendukung secara moril dan materil, serta memberikan kasih

sayang untuk terus bersemangat dalam menyelesaikan tesis ini.

14. Sahabat penulisBinsar Silalahi, S.T., dan Mariana Natalia Siburian, S.S.

yang selalu mendoakan, mendukung, dan membantu penulis dengan tulus

dan kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Namun, penulis yakin tesis ini dapat memberikan manfaat

kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan memberkati.

Medan, Mei 2014

Penulis

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama : Idawati Situmorang

Tempat/ Tgl. Lahir : Pasir Mandoge, 18 September 1988 Pekerjaan : Guru SMP/ SMA W.R. Supratman 2 Alamat : Jln A.H. Nasution Gang Karya April HP : 081269478783

2. RIWAYAT

PENDIDIKAN

1. Pascasarjana : Linguistik USU

2. S1 :

Sastra Inggris USU

3. SLTA : SMA N 4 Siantar

4. SLTP :

SLTP Swasta PTPN 4 Pasir Mandoge

5. SD : SD Negeri 016528 Ujung Sipinggan, Pasir

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..i

ABSRACT………...ii

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….vi

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR SINGKATAN………x

DAFTAR TABEL……….xi

DAFTAR GAMBAR………xii

BAB I PENDAHULUAN……….……...1

1.1 Latar Belakang Penelitian ……….……... 1

1.2 Batasan Masalah………...9

1.3 Rumusan Masalah………..……...…..10

1.4 Tujuan Penelitian……….………..….…...10

1.5 Manfaat Penelitian………..……….…….11

1.5.1 Manfaat Teoretis……….….11

1.5.2 Manfaat Praktis………...11

1.6 Klarifikasi Makna Istilah………..………....….……...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..………14

2.1 Konsep Dasar………..………...….... 14

(13)

2.1.1.1 Definisi Terjemahan dan Penerjemahan.…………..15

2.1.2Subtitlling...… ………...………...16

2.1.2.1 Pengertian Subtitlling ……….……….…..16

2.1.2.2 Jenis-jenis Subtitling………..…………...17

2.1.2.3 Kesulitan dalam Subtitling……..………….....18

2.1.3 Pragmatik……….……..………….……...19

2.1.3.1Tindak Tutur (Speech Act)……...…..….….……...20

2.1.3.2 Tindak Tutur Keluhan……..……….24

2.1.3.3 Kategori Tindak Tutur Keluhan…….……….24

2.2 Landasan Teori………...……….………...…...26

2.2.1 Teknik Penerjemahan………...…….…….………..27

2.2.2 Kewajaran (Naturalness)…… ………...37

2.3 Penelitian yang Terdahulu………..………...….40

2.4 Kerangka Teori……….………..………....47

BAB III METODE PENELITIAN………...49

3.1 Metode Penelitian……...………..…..……….49

3.2 Data dan Sumber Data………….…………..………....……….49

3.2.1 Data………..……….………...…………...49

3.2.2 Sumber Data……..………..…………..………50

3.3 Teknik Cuplikan……..……….……….…...50

3.4 Teknik Pengumpulan Data…..…………..……..…...51

3.4.1 Analisis isi (Content analysis)… ………….………..51

3.5 Teknik Analisis Data………....52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….………..57

(14)

4.1.1 Teknik Penerjemahan TV dan CD………..…….58

4.2 Perbandingan Teknik Penerjemahan TV dan CD………..………..65

4.2.1 Teknik Penerjemahan TV dan CD...134

4.2.1.1 Teknik Penerjemahan TV…...134

4.2.1.2 Teknik Penerjemahan CD…...138

4.3 Tingkat Kewajaran Subtitle TVdan CD………...…..142

4.3.1 Tingkat Kewajaran Subtitle TV……….………..….142

4.3.1.1 Subtitle Wajar……….…...……...……….142

4.3.1.2 Subtitle Kurang wajar………..….….……...………143

4.3.1.3 Subtitle Tidak Wajar…………...………..…………144

4.3.2 Tingkat Kewajaran Subtitle CD…….…….………..146

4.3.2.1 Subtitle Wajar………...……....146

4.3.2.2 Subtitle Kurang Wajar……….……….147

4.3.2.3 Subtitle Tidak Wajar………...………...148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. ……….…...152

5.1 Simpulan………...………..152

5.2 Saran……….………..………153

(15)

DAFTAR SINGKATAN

BSu = Bahasa sumber

BSa = Bahasa sasaran

CD = Compact disk

KM = Kata makian

Lsg = Langsung

Tlsg = Tidak langsung

TKM = Tanpa kata makian

TP = Teknik Penerjemahan

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan………..………39

4.1 Teknik Penerjemahan Tunggal TV dan CD………...59

4.2 Teknik Penerjemahan Kuplet TV dan CD………..………...60

4.3 Teknik Penerjemahan Triplet TV dan CD……….…………...61

4.4 Teknik Penerjemahan Kwartet TV dan CD………..………..…...62

4.5 Teknik Penerjemahan Kuintet TV dan CD………...……...63

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori………...48

3.1 Interactive Model of Analysis………53

4.1 Frekuensi Teknik Penerjemahan TV………137

4.2 Frekuensi Teknik Penerjemahan CD………..………141

4.3 Tingkat Kewajaran Subtitle TV………..……….145

(18)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhan, dan (2) mendeskripsikan tingkat kewajaran subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart. Teori yang digunakan dalam menganalisis teknik penerjemahan adalah teori Molina dan Albir (2002:509) dan teori Larson (1984:497) dalam menganalisis tingkat kewajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD. Ujaran tersebut berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, teknik harafiah menempati urutan pertama (45,25%), reduksi (17,88%), penambahan (10,06%), adaptasi budaya (5,59%), padanan lazim (5,03%), transposisi (4,47%), kreasi diskursif (2,79%), kompresi linguistik (2,23%), amplifikasi (1,68%), peminjaman murni (1,68%), modulasi (1,68%), peminjaman alamiah (1,12%), dan urutan terakhir adalah penghilangan (0,56%). Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, teknik harafiah menempati urutan pertama berjumlah (46,43%), reduksi (17,86%), penambahan (8,33%), kreasi diskursif (7,14%), padanan lazim (4,17%), adaptasi budaya (4,17%), transposisi (3,57%), penghilangan (2,38%), modulasi (1,79%), peminjaman murni (1,19%), peminjaman alamiah (1,19%) serta disusul kemudian dengan urutan terakhir yaitu generalisasi, kompresi linguistik dan amplifikasi masing-masing (0,60%). Berdasarkan hasil analisis pada tingkat kewajaran yang merujuk pada subtitle yang dikomunikasikan dengan akurat dan menggunakan bahasa yang alami ke dalam bahasa sasaran menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, 32 data (64%) diterjemahkan secara wajar, 13 data (26%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 5 data (10%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, 12 data (24%) diterjemahkan secara wajar, 22 data (44%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 16 data (32%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Subtitle TV lebih wajar dibandingkan

subtitle CD. Hal ini disebabkan karena makna subtitle TV lebih akurat dan penerjemah TV menggunakan bahasa yang lebih lazim bagi penonton atau masyarakat bahasa.

(19)

ABSTRACT

This study focuses on comparing the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The objectives of this study are (1) to describe the translation techniques used by the TV and CD subtitler in translating the speech act of complaint, and (2) to describe the naturalness level of the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart. The theory used to analyze the translation techniques is the theory of Molina Albir (2000:509) dan Larson (1984:497) to analyze the naturalness level. This is a descriptive qualitative study. The data are the speeches consisting of the speech act of complaint in English and the Indonesian subtitles in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The data are that words, phrases, clauses and sentences. The findings show in terms of translation techniques used by the subtitler TV that from 50 data, the literal translation has the highest percentage(45,25%), reduction (17,88%), addition (10,06%), cultural adaptation (5,59%), established equivalent (5,03%),transposition(4,47%), discursive creation(2,79%), linguistic compression (2,23%), naturalized borrowing (1,12%) and the lowest percentage is deletion (0,56%). On the other hand, in terms of translation techniques used by the subtitler CD from 50 data show that literal translation has the highest percentage (46,43%), reduction (17,86%), addition (8,33%), discursive creation (7,14%), established equivalent (4,17%), cultural adaptation (4,17%), transposition (3,57%), omission (2,38%), modulation (1,79%), pure borrowing (1,19%), naturalized borrowing (1,19%), and the lowest percentage are generalization, linguistic compression and amplification respectively (0,60%). Based on the analysis conducted on naturalness level referring to the subtitles communicated accurately and use common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language from 50 data shown in TV show that 32 data (64%) are natural, 13 data(26%) are less natural, and 5 data(10%) are unnatural. On the other hand, from 50 data shown in CD, 12 data (24%) are natural, 22 data (44%) are less natural, 16 data (32%) are unnatural. The conclusion is that TV subtitles are more natural than that are CD because subtitles TV are more accurate and TV subtitler uses common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, teknologi berkembang semakin pesat dan mempengaruhi

setiap aspek kehidupan manusia.Pertukaran ilmu, budaya, dan kegiatan sosial

lainnya semakin mudah dilakukan. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi

industri perfiliman yang semakin pesat.Menonton film merupakan salah satu

hiburan yang sangat diminati disetiap negara termasuk Indonesia. Film-film yang

beredar pun sangat beragam, baik film lokal maupun film asing. Tidak

dipungkiri bahwa sebagain besar film asing tersebut menggunakan bahasa

Inggris dan yang menjadi kendala adalah tidak semua masyarakat Indonesia

mengerti bahasa Inggris.Bagaimana mereka mengerti film yang mereka tonton

jika mereka tidak mengerti setiap ucapan yang disampaikan dalam film

tersebut.Sehingga dalam hal ini, kehadiran terjemahan dalam industri perfiliman

sangat dibutuhkan.

Dalam penerjemahan teks film, ada dua jenis penerjemahan yaitu

subtitling dan dubbing. Shuttleworth dan Cowie (1997:161) menyatakan bahwa

subtitlingis the process of providing synchronized captions for film and

television dialogue (and more recently for live opera). Hal ini sejalan dengan

(21)

supplementing the original voice soundtrack by adding written text.Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa subtitling adalahpengalihan pesan

dari bahasa sumber (bahasa lisan) kedalam bahasa sasaran dalam bentuk

tulis/teks. Definisi dubbing dikemukakan oleh Shuttleworth dan Cowie

(1997:45) sebagai berikut:

Dubbingisthe process in which the foreign dialogue is adjusted to the mouth movement of the actor in the film and which is designed to give the impression that the actors whom the audiences see are actually the speaking in TL.

Kutipan diatas menjelaskan bahwa dubbingadalah pengalihan pesan dari

bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa) dalam bentuk suara yang

melibatkan dua bahasa untuk menyampaikan pesan yang sepadan dari bahasa

sumber(BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa). Larson (1984:17) mengatakan

bahwa penerjemahan adalah pengalihan amanat dari teks bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal dan leksikal

bahasa sasaran yang wajar.Oleh karena itu, dibutuhkan kompetensi penerjemah

sehingga pesan yang disampaikan benar-benar akurat dan wajar di dalam

budaya sasaran.

Pembuatan subtitle film pada dasarnya bukan pekerjaan yang mudah

dilakukan karena dibatasi oleh dua faktoryaitu media dan waktu. Faktor media

artinya bahwa teks terjemahan akan ditampilkan dilayar dengan ruang yang jauh

lebih sempit daripada buku atau novel. Faktor waktu artinya bahwa subtitle harus

ditampilkan tepat pada saat dialog film diucapkan. Dalam membuat subtitle

(22)

dalam bahasa sasaran, melainkan penerjemah harus menjembatani dua budaya

yang berbeda sehingga seorang penerjemah harus paham terhadap film dan

konteks yang akan diterjemahkannya (Tobing, 2012:18).

Karena subtitle harus dibaca singkat dalam beberapa detik, penerjemah

teks film yang baik haruslah mampu menolong penonton untuk menikmati dan

memahami film, bukan membuatnya sibuk membaca subtitle yang terlalu

panjang. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus dapat memastikan bahwa

suatu subtitle dapat dibaca dan dipahami dengan mudah.Sering ditemukan bahwa

satu film diterjemahkan oleh lebih dari satu penerjemah. Suatu film yang

memiliki judul yang sama mempunyai subtitle yang berbeda, contohnya film yang

ditayangkan ditelevisi (TV) memiliki subtitle yang berbeda dengan film yang

ditayangkan di compact disk (CD). Hal ini disebabkan karena film yang

diterjemahkan oleh penerjemah yang berbeda akan menghasilkan terjemahan yang

berbeda pula. Penerjemah adalah manusia yang memiliki pemikiran yang berbeda.

Proses penerjemahan yang dilakukan oleh penerjemah terjadi secara kognitif,

suatu proses yang terjadi di dalam otak penerjemah. Proses kognitif itu disebut

juga kotak hitam atau black box penerjemahkarena proses itu tidak dapat diamati

dan dilihat secara langsung oleh mata manusia (Nababan,2007:16). Setiap

penerjemah mengalami pengalaman yang berbeda ketika menerjemahkan bahasa

sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran(BSa), contohnya, hambatan yang ditemui

dan teknik yang tepat untuk memecahkan masalah.Perbedaan hasil terjemahan

(23)

Sebuah film adalah sebuah perwujudan atau refleksi dari kehidupan

nyata.Setiap film mengandung ujaran/tuturan yang disampaikan oleh para

karakter yang bermain didalamnya.Setiap kata, frasa, klausa dan kalimat yang

disampaikan oleh para karakter merealisasikan keinginan, maksud, dan emosi

mereka, seperti saat mereka marah, senang, sedih, mengeluh, bertanya, menolak,

meminta dan lain-lain. Tuturan-tuturan para karakter tersebut dinamakan tindak

tutur (speech act). Pada dasarnya speech act berasal dari dua kata yaitu speech

(ujaran) dan act (tindakan). Speech act is the action performed via

utterances(Yule, 1996:47). Kata-kata yang disampaikan oleh sipenutur tidak

hanya mengandung makna harafiah tetapi juga mengandung suatu tindakan.

Misalnya, dalam kalimat apakah kamu mempunyai uang?.Kalimat ini tidak

hanya sebagai kalimat tanya(request information) yang menanyakan petutur

apakah dia mempunyai uang pada saat itu, tetapi si penutur mungkin bermaksud

untuk meminjam uang (borrowing something) kepada si petutur.Suatu ujaran

/tuturan penutur dapat mengandung maksud yang berbeda-beda tergantung pada

konteks yang menyertainya.Telah dijelaskan sebelumnya bahwa film merupakan

refleksi kehidupan nyata sehingga suatu film mengandung banyak sekali tindak

tutur.Salah satunya adalah tindak tutur keluhan(speech act of complaint).

Definisi tindak tutur keluhan (speech act of complaint)dikemukakan oleh

Trosborg (1995:311) sebagai berikut:

(24)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tindak tutur keluhan didefinisikan

sebagai tindak tutur ilokusi, penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan

negatif kepada orang lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap

bahwa petutur bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang

dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak

langsung.Dalam tindak tutur keluhan, ekspresi yang direalisasikan si penutur

adalah ekspresi negatif sehingga sering sekali ditemukan kata-kata kasar dan

makian didalamnya.Mengingat banyaknya media yang dapat menampilkan sebuah

film, subtitle yang dihasilkan pun memiliki tingkat kesopanan dan kesusilaan

yang berbeda. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa setiap penerjemah

memiliki teknik penerjemahan yang berbeda-beda dalam proses penerjemahan.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam tindak tutur keluhanekspresi

yang direalisasikan si penutur adalah ekspresi negatif yang sering sekali

ditemukan kata-kata kasar dan makian didalamnyasehingga peneliti merasa

tertarik untuk meneliti teknikpenerjemahan dan tingkat kewajaransubtitletindak

tutur keluhan tayangan televisi dan CD. Hal ini juga disebabkan karena keduanya

dikonsumsi oleh banyak pihak dari berbagai umur, anak-anak, remaja, dewasa

maupun orang tua.

Stasiun Global TV dipilih sebagai stasiun yang menayangkan sumber

data karena Global TV menayangkan film BigMovies GTV khususnya film yang

berbahasa Inggris. Film-film yang ditayangkan oleh Global TV adalah film-film

yang sangat diminati oleh masyarakat. Film A Man Apart dijadikan sebagai

sumber data karenasubtitle film tersebut sudah dibandingkan dengan subtitle

(25)

America, Mrs Smith, Taken, Riddick, King Arthur, Harry Potter, Bridge of

Dragons, Black Hawk Down dan Fast and Farious. Film A Man

Apartmengandung banyak sekali tindak tutur keluhan (speech act of complaint)

yang sangat bervariasi berdasarkan tingkat kekerasannya. Film ini banyak

menampilkan orang kulit hitam (negro) sebagai pemainnya. Seperti yang

diketahui bahwa orang kulit hitam (negro) identik dengan kata-kata kasar. Film

ini juga sangat diminati oleh para pecinta film barat (Hollywood). Walaupun film

ini diproduksi pada tahun 2003, namun masih ditayangkan bukan hanya di

stasiun Global TV saja tetapi juga di stasiun televisi lainnya.

Film ini berkisah tentang Sean Vetter(Vin Diesel) dan rekannya

DemetriusHicks(Larenz Tate) yang merupakan bekas anak jalanan di Los

Angeles. Kini mereka bekerja sebagai agen DEA AS, agen pembasmi

narkoba.Mereka harus mengatasi kasus yang telah berlangsung selama tujuh

tahun, yaitu peredaran narkotika di sepanjang perbatasan Amerika dan

Meksiko.Mereka terkenal dengan taktik jalanannya yang jitu. Kepiawaian mereka

terbukti ketika harus meringkus Baja Cartel yang terkenal yaitu Memo Lucero

Geno, seorang Kolombia yang membangun markas obat bius di Tijuana, bagian

utara Meksiko, yang menjadi produsen dan pengedar obat bius terbesar di

dunia. Setelah berhasil memenjarakan Lucero di sebuah penjara dengan tingkat

keamanan yang ketat, Vetter akhirnya dapat pulang ke rumah beristirahat dari

dunia pekerjaannya yang keras dan kejam serta bertemu dengan istri yang

dicintainya, Stacy.Namun dalam penangkapan Lucero, seorang tokoh misterius

yang kejam yang dijuluki Diablo muncul. Vetter dan Hicks pun mulai melacak

(26)

masalah menjadi lebih rumit dengan merampas kehidupan Vetter, yakni

membunuh Stacy.Vetter menempuh berbagai cara untuk meringkus Diablo. Vetter

terpaksa bekerjasama dengan Lucero yang berada di penjara. Dia tidak berhenti

mencari cara untuk melakukan perhitungan dan balas dendam terhadap pembunuh

istrinya. Dia juga mempertaruhkan nyawanya untuk menghadapi bahaya diantara

keadilan dan ketidakadilan, serta pertarungan antara idealisme dan dedikasinya

sebagai anggota polisi.

Berikut beberapa perbedaan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A

Man Apart tayangan televisi dan CD:

Bahasa Inggris (BSu) My lawyeris gonnahave a field daywith youpsychofuck!

Subtitle (TV) Pengacarakuakanberurusandenganmupsikopat!

- Teknik Penerjemahan

(TV)

Harafiah,Kesepadanan lazim, Peminjaman alamiah,Reduksi

Bahasa Inggris (BSu) My lawyeris gonnahave a field daywith youpsychofuck!

Subtitle

( CD)

Pengacarakuada pengalaman menanganimaniakmacam kalian!

Teknik Penerjemahan (CD)

Harafiah, Kreasi diskursif, Penambahan

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya perbedaan subtitle tayangan TV dan

CD. Teknik harafiah digunakan oleh penerjemah TV dalam menerjemahkan

klausa my lawyer is gonna menjadi pengacaraku akan dan frasa with you menjadi

denganmu. Kemudian, teknik padanan lazim digunakan dalam menerjemahkan

suatu ungkapan have a field day menjadi berurusan. Penerjemah TV

(27)

dalam menerjemahkan kata psychomenjadi psikopat.Oxford Advanced Learners

Dictionary (2000:1064) mendefinisikan kata psycho sebagai (informal) a person

who is mentally ill and who behaves in a very strange violent way.Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008:1109) mendefinisikan psikopatsebagai orang yang karena

kelainan jiwa menunjukkan perilaku yangmenyimpang sehingga mengalami

kesulitan dalam pergaulan. Kata psycho ditujukan kepada Sean yang dianggap

Hollywood Jack sebagai orang gila karena Sean telah membuat keributan hanya

karena masalah kecil. Kata fuck

Sama seperti penerjemah TV, penerjemah CD menggunakan teknik

harafiah dalam menerjemahkan frasa

yang terdapat di dalam bahasa sumber direduksi

karena hanya merupakan penekanan emosi si penutur.

my lawyer menjadi pengacaraku.Namun,

Kata is gonna yang terdapat dalam BSu direduksi. Teknik kreasi diskursif

digunakan penerjemah CD dalam menerjemahkan ungkapan have a field day

menjadi ada pengalaman menanganidan kata psycho menjadi maniak. Pada

dasarnya, kata maniak tidak sepadan dengan kata psycho. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008:874), “maniak adalah orang yg tergila-gila akan sesuatu

atau orang yg sangat menyukai sesuatu.” Orang yang tergila-gila dengan sesuatu

sangat berbeda dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan

mental. Sama seperti penerjemah TV, teknik reduksi digunakan dalam mereduksi

kata fuck yang terdapat di dalam BSu. Teknik penambahan digunakan penerjemah

CD dalam menambahkan frasa macam kalian

Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap penerjemah akan

menghasilkan terjemahan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penerjemah

(28)

kompetensi penerjemah yang berbeda satu dengan yang lain. Setiap penerjemah

memiliki teknikpenerjemahan (TP) yang berbedadan berpengaruh terhadap hasil

terjemahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat kewajaran

terjemahan antara kedua subtitletersebut. Apakah subtitle disampaikan dengan

wajar, alamiah dan mencerminkan tindak tutur bahasa sasaran karena masalah

kewajaran inilah yang akan ditangkap oleh penonton sebagai subtitle yang alami

dan dapat dimengerti. Jika subtitle yang dihasilkan berlangsung dengan baik

penonton akan merasa puas dan tidak terganggu, sebaliknya jika hal ini tidak

berlangsung dengan baik dapat mengganggu keasyikan penonton, bahkan

penonton tidak mengerti dengan subtitleyang ditampilkan karena tidak sesuai

dengan bahasa mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan mendeskripsikan

teknikpenerjemahan yang digunakan oleh penerjemah televisi dan penerjemah

CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhandalam film A Man Apartdan

tingkat kewajaransubtitle tindaktutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan

televisi dan CD dengan menggunakan teori teknik penerjemahan oleh Molina

dan Albir (2002:509) serta parameter penilaian tingkat kewajaran terjemahan

oleh Larson (1984:497). Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Teknik

Penerjemahan dan Tingkat Kewajaran Tindak Tutur Keluhan dalam Film A

Man Apart Tayangan Televisi dan CD.

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan agar penelitian ini tidak terlalu luas.

(29)

dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Maksudnya adalah bahwa

subtitle yang mengandung tindak tutur keluhan yang dijadikan data dalam

penelitian ini. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak

tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man

Apart tayangan Global TVdan film yang sama dalam tayangan CD untuk

dianalisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi teknik penerjemahan yang

digunakan penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkansubtitletindak tutur

keluhan dalam film A Man Apartdan untuk mendeskripsikan tingkat kewajaran

subtiletindak tutur keluhan tayangan televisi dan CD sehingga dapat menjawab

rumusan masalah.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai

berikut:

1. Teknikpenerjemahanapakah yang digunakan oleh penerjemah televisi dan

penerjemah CD dalam menerjemahkantindak tutur keluhan dalam film A Man

Apart?

2. Bagaimanakah tingkat kewajaransubtitletindak tutur keluhandalam film A

Man Apart tayangan televisi dan CD?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Teknikpenerjemahanyang digunakan oleh penerjemah televisi dan penerjemah

(30)

2. Tingkat kewajaransubtitletindak tutur keluhan dalam film A Man Apart

tayangan televisi dan CD.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemahaman teknik

penerjemahan teks film khususnya dalam menerjemahkan bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

membantu dan menjadi pedoman dalam mendeskripsikan tingkat kewajaran

subtitle film. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi referensi dan bahan

rujukan dalam mendapatkan terjemahan tindak tutur keluhan yang wajar dan

sesuai dengan bahasa sasaran dan menyumbang kepada ilmu pengetahuan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi praktisi penerjemah dalam

menerjemahkan tindak tutur keluhan dari bahasa Inggris (BSu) ke dalam bahasa

Indonesia (BSa). Penelitian ini berguna memberikan masukan dan wawasan bagi

peneliti selanjutnya dalam memahami kewajaran subtitle yang sesuai dengan

bahasa sasaran. Selanjutnya, penelitian ini juga sebagai bahan bacaan bagi

pembaca, akedemisi dan praktisi bahwa kewajaran suatu terjemahan merupakan

suatu unsur yang sangat penting dalam menghasilkan suatu terjemahan yang baik

dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran. Penelitian ini juga

memberikan informasi dan rujukan bagi penelitian lanjutan dan sebagai bahan

perbandingan untuk melakukan kajian lanjut sehingga dapat memperkaya

(31)

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Klarifikasi makna istilah dibuat untuk menghindari kesalahpahaman akan makna

istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa yang diterjemahkan. Dalam

penelitian ini bahasa sumbernya adalah bahasa Inggris.

2. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa terjemahan. Dalam penelitian ini

bahasa sasarannya adalah bahasa Indonesia.

3. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan

video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau

proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan

dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya

(Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 pasal 1 ayat

(1)).

4. Subtitle adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (bahasa lisan)

kedalam bahasa sasaran yang ditampilkan dalam bentuk teks tulis

(Shuttleworth dan Cowie, 19997:161)

5. Pragmatik adalah kajian tentang makna yang disampaikan oleh penutur

dan ditafsirkan oleh pendengar atau mitra tutur (Yule 1996:3).

6. Tindak tutur(Speech act) adalah ujaran yang mengandung tindakan (Yule

(32)

7. Tindak tutur keluhan(Speech act of complaint) adalahtindak tutur ilokusi,

penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan negatif kepada orang

lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap bahwa petutur

bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang

dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak

langsung (Trosborg (1995:312).

8. Teknik penerjemahansebagai prosedur untuk menganalisis dan

mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan

dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir,

2002:509).

9. Kewajaran (naturalness) adalah makna dalam BSu dikomunikasikan

dengan akurat,makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan latar belakang mengapa penelitian

ini dilakukan, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian ini. Selanjutnya,

pada bab ini ada empat bagian yang akan dijelaskan. Pertama, konsep dasar yang

meliputi teori penerjemahan, subtitle, dan pragmatik. Kedua, landasan teori yang

berhubungan dengan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis

permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi teori teknik penerjemahan oleh

Molina dan Albir (2002:509)dan teori kewajaranoleh Larson (1984:497). Ketiga

adalah mengenai penelitian yang terdahulu. Yang terakhir adalah kerangka teori.

2.1 Konsep dasar

Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan pembahasan dalam

tesis ini yang perlu diuraikan. Konsep-konsep dasar ini kemudian dijadikan

definisi operasional yang mempresentasikan cakupan pembahasan dan akan

dijadikan penegasan atas beberapa ide yang berkaitan dalam tesis ini.

(34)

2.1.1 Teori Penerjemahan

2.1.1.1 Definisi Terjemahan dan Penerjemahan

Terjemahan (translation) mengacu pada produk dari suatu proses

penerjemahan, hal ini sejalan dengan pendapat Moentaha (2006:9), “terjemahan

sebagai hasil dari proses penerjemahan.”Larson (1989:3) mendefinisikan

penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran

melalui langkah yaitu:(1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi

komunikasi, dan konteks budaya dari bahasa sumber, (2) menganalisa teks bahasa

sumber untuk menemukan maknanya, dan (3) mengungkapkan kembali makna

yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai

dalam bahasa sasaran.

Menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali ke dalam bahasa

sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan

yang berlaku dalam bahasa sasaran.Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan

erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa

sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan aturan

tata krama bahasa tersebut (Simatupang, 2002:2).Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa penerjemahan adalah upaya atau kegiatan mengganti pesan

(35)

2.1.2 Subtitling

2.1.2.1 Pengertian Subtitling

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 pasal 1 ayat

(1) tentang perfilman menyebutkan bahwa film adalah karya cipta seni dan

budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat

berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,

piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses

lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau

ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.Dengan

perkembangan film yang begitu pesat, banyak film beredar dimasyarakat, baik

film lokal maupun film mancanegara.

Subtitling adalah proses penerjemahan teks film. Shuttleworth dan

Cowie (1997:161) menyatakan bahwa subtitling isthe process of providing

synchronized captions for film and television dialogue (and more recently for

live opera). O’Connel (2007:169) menjelaskan bahwa subtitling is defined as

supplementing the original voice soundtrack by adding written text. Dari kedua

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subtitlingmerupakan pengalihan pesan

dari bahasa sumber (bahasa lisan) kedalam bahasa sasaran dalam bentuk

tulis/teksyang ditampilkan bersamaan pada saat dialog diucapkan. Pembuatan

subtitle film pada dasarnya bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan karena

dibatasi oleh dua faktoryaitu media dan waktu. Dari faktor media artinya bahwa

teks terjemahan akan ditampilkan dilayar dengan ruang yang jauh lebih sempit

(36)

subtitling, yaitu: posisi layar harus di bagian bawah, jumlah baris maksimal dua

baris, jumlah karakter perbaris kurang dari 35 karakter. Faktor waktu artinya

bahwa penerjemah dihadapkan dengan kesulitan ketentuan waktu pemunculan

subtitling. Ada beberapa ketentuan waktu kemunculuan subtitling, yaitu: durasi

untuk dua garis penuh adalah 3-6 detik, durasi satu baris tunggal (7-8 kata)

adalah kurang dari 3,5 detik, durasi subtitling satu kata tunggal adalah 1,5 detik,

waktu muncul setelah ujaran tokoh adalah 0,25 detik, waktu menghilang setelah

ujaran tokoh adalah 2 detik, waktu antara dua subtitling berturutan adalah 0,25

detik, dan subtitling harus menghilang sebelum “cut” karena “cut” menunjukkan

perubahan tematik (Hastuti, 2011:59).

2.1.2.2Jenis-jenis Subtitling

Menurut Gottlieb (1998:247)subtitling dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Intralinguistik

Intralinguistik merupakan bentuk subtitling yang bersifat vertikal karena

menampilkan subtitlingyang sesuai dengan bahasa asli, perubahan hanya terjadi

dalambentuk mode karena hanya menuangkan informasi lisan ke dalam bentuk

teks. Bentuk subtitling ini biasanya digunakan dalam program-program televisi

lokal yag ditujukan kepada penonton yang memiliki gangguan pendengaran dan

sejenisnya dan juga digunakanpada program bahasa asing untuk pembelajaran

(37)

b. Interlinguistik

Interlinguistik merupakan bentuk subtitlingyang bersifat diagonal karena

penerjemah mentrasfer informasi lisan ke dalam bahasa asing sehingga terjadi

perubahan mode dan bahasa.

Sementara itu, berdasarkan segi teknisnya subtitling dibagi menjadi dua

bagian, yaitu closed subtitling dan open subtitling(O’Connel 2007:125).

a) Closed subtitling

Jenis ini muncul dalam bentuk teletext yang bersifat pilihan artinyabahwa teks

bisa dimunculkan atau tidak sesuai dengan keinginan penonton.

b) Open subtitling

Open subtitling adalah jenis subtitling yang sering ditemukan pada program

televisi. Penonton tidak dapat menghilangkan subtitling yang terdapat dalam

film tersebut. Dengan kata lain, subtitling tersebut muncul dan menyatu

dengan film.

2.1.2.3 Kesulitan dalam Subtitling

Hatim dan Mason (1997:78) menyatakan empat kendala utama dalam

subtitling yang mengakibatkan kesulitan-kesulitan tertentu oleh penerjemah,

yaitu:

1. Pergeseran mode dari lisan ke dalam tulisan. Hal ini akan memungkinkan

ciri-ciri tutur tertentu, seperti dialek tidak baku,intonasi alihkode dan turn

(38)

2. Terikat oleh media atau saluran pengalihan pesan tersebut yang dilakukan

meliputi batasan waktu dan tempat terkait dengan jumlah baris dan

karakter pertayang.

3. Terjadinya reduksi data teks sumber. Oleh karena itu, penerjemah harus

bekerja keras untuk berusaha mengalihkan teks sumber ke dalam bahasa

sasaran yang lebih ringkas tanpa mengurangi makna dari pesan yang akan

disampaikan.

4. Kesesuaian dengan gambar visual. Karena gambar visual dan audio

merupakan hal yang tidak terpisahkan dari film, maka koherensi antara

teks dan gambar bergerak harus sesuai.

2.1.3 Pragmatik

Yule (1996:3) berpendapat bahwa pragmatik adalah kajian tentang makna

yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar atau mitra tutur.

Kajian ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud

orang dengan tuturan-tuturannyadaripada dengan makna terpisah dari kata atau

frasa yang digunakan dalam tuturan itu. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat

Peccei (1999:2) yang menyatakan bahwapragmatics concentrates on those

aspects of meaning that can not be predicted by linguist knowledge alone and

takes into account knowledge about the physical and social world.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa orientasi pengkajian

pragmatik adalah suatu komunikasi praktis, pada tataran praktis akan muncul

berbagai faktor diluar bahasa yang memberi peranan penting dalam makna dan

(39)

komunikasi tersebut adalah siapa yang berbahasa dengan siapa; untuk tujuan apa;

dalam situasi apa(tempat dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain,

kebudayaan dan suasana); dengan jalur apa (lisan atau tulisan); media apa (tatap

muka, telepon, surat, dan sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap,

ceramah, upacara, dan sebagainya). Dalam mengkaji suatu makna, pragmatik

merujuk pada apa yang dikatakan oleh si penutur, untuk apa penutur

mengutarakan suatu kata, frasa atau kalimat. Dengan kata lain pragmatik

mengkaji maksud ujaran penutur dengan konteks situasi yang dibangun dalam

suatu ujaran. Oleh karena itu, kaidah pragmatik sangatlah cocok jika dihubungkan

dengan subtitling yang dalam penerapannya mengkaji suatu makna tidak hanya

berdasar pada nilai semantis suatu ujaran/ dialog, tetapi unsur lain seperti situasi,

karakter dan jenis film yang dapat mempengaruhi suatu makna. Dalam

penerjemahan teks film, penerjemah harus memiliki kepekaan dalam memahami

konteks agar mampu menciptakan terjemahan yang sepadan dengan pesan yang

dimaksudkan.

2.1.3.1 Tindak tutur (Speech act)

Yule ( 1996: 47) mengatakan bahwa speech act isactions performed via

utterances. Ketika seseorang berbicara dia tidak hanya sedang mempertukarkan

informasi tetapi juga melakukan sebuah tindakan.Dari pendapat Yule, dapat

disimpulkan bahwa kata yang disampaikan oleh sipenutur tidak hanya

mengandung makna harafiah tetapi juga mengandung suatu tindakan. Misalnya

dalam kalimat aku lapar.Kalimat ini tidak hanya sebagai pernyataan

(40)

mungkin bermaksud untuk meminta sesuatu untuk dimakan.Peran konteks

kalimat harus diperhatikan karena suatu ujaran/tuturan penutur dapat

mengandung maksud yang berbeda-beda tergantung pada konteks yang

menyertainya.

Yule (1996:48-49) membagi tindak tutur menjadi tiga bagian yaitu:

1. Tindak lokusi

Tindak lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur dasar untuk

menyatakan sesuatu. Contohnya, dalam kalimat saya haus hanya

menyatakan keadaan si penutur dalam keadaan haus tanpa ada

kecendrungan untuk melakukan sesuatu atau untuk mempengaruhi mitra

tuturnya.

2. Tindak ilokusi

Tindak ilokusi (illocotionary act)adalah tindak tutur yang berfungsi

untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan

untuk melakukan sesuatu. Contohnya adalah sebuah pernyataan,

penawaran, dan penjelasan. Jika kalimat saya sedang belajardiucapkan

oleh seseorang kepada temannya yang ingin mengajaknya jalan-jalan,

kalimat ini bukan saja merupakan informasi kepada temannya tetapi juga

menyuruh temannya untuk tidak mengganggunya.

3. Tindak perlokusi

Tindak perlokusi (perlocutionary act) adalah tindak tutur yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Contohnya dalam

(41)

siswa kepada ibu gurunya ketika dia ditanya kenapa dia tidak datang

pada saat ujian berlangsung, maka ilokusinya adalah untuk minta maaf,

dan perlokusinya adalah ibu guru bisa memakluminya.

Yule (1996: 53) mengkategorikan tindak tutur menjadi lima jenis

berdasarkan fungsinya yaitu:

1) Deklaratif (Declarations)

Jenis tindak tutur yang mengubah keadaan dunia karena ucapan ataupun

ujaran seseorang. Biasanya orang yang bersangkutan adalah orang yang

memiliki jabatan tertentu seperti juri, wasit, pendeta, dosen dan

sebagainya.

Contoh :

Priest : I now pronounce you husband and wife

(Pendeta : Sekarang, kamu adalah suami istri)

2) Representatif (Representatives)

Representatif adalah tindak tutur yang menyatakan kepercayaan atau

ketidakpercayaan penutur kepada sesuatu, seperti menyatakan,

menegaskan, menyimpulkan, dan mendeskripsikan.

Contoh :

(42)

(Bumi bulat)

3) Ekspresif (Expressives)

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan tentang perasaan

penutur. Penutur mengekspresikan keadaan psikologi yang dialaminya

seperti memuji, mengkritik, mengeluh, tidak suka, meminta maaf dan

mengucapkan terimakasih.

Contoh:

You broke my car again!

(Kau merusak mobilku lagi!)

4) Direktif(Directives)

Direktif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan keinginan

penutur. Keinginan tersebut cenderung meminta petutur melakukan

sesuatu seperti menyuruh, memohon, meminta, memberi saran dan

memerintah.

Contoh:

Can you open the door, please!

(Tolong, buka pintu itu!)

(43)

Komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan penutur untuk

melibatkan diri mereka serta membuat komitmen terhadap suatu tindakan

di masa yang akan datang seperti berjanji, mengancam, menyanggupi,

dan bersumpah.

Contoh:

I’ll marry you

(Aku akan menikahimu)

2.1.3.2Tindak Tutur Keluhan( Speech act of complaint)

Trosborg (1995:311) menyatakan:

Speech act of complaint as an illocutionary act in which the speaker (the complainer) express his or her disapproval, negative feeling, etc, toward the state of affairs described in the proportion (the complainable) and for which he or she holds the hearer (the complainee) responsible, either directly or indirectly.

Kutipan di atas menjelaskan bahwatindak tutur keluhan didefinisikan

sebagai tindak tutur ilokusi, penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan

negatif kepada orang lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap

bahwa petutur bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang

dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.3.3Kategori Tindak Tutur Keluhan

Tindak tutur keluhandibagai menjadi dua kategori yaitu tindak tutur

(44)

tuturkeluhan tidak langsung (indirect complaint)adalah penutur menyampaikan

keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada hubungannya dengan isi keluhan

yang disampaikan oleh penutur. Keluhan tersebut bisa mengenai dirinya sendiri,

sesuatu atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan tersebut diucapkan.

BSu :They expect us to go into a building full of cartel gunmen unarmed?

BSa : Mereka ingin kita masuk ke gedung berisi ajudan kartel bersenjata

tanpa senjata?

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Tindak tutur keluhan langsung (direct complaint)adalahpenutur mengungkapkan

perasaan tidak senang/kekesalan, ketidakpuasan, kekecewaan, ketidaksetujuan,

ketidaksukaan, dan perasaan negatif lainnya secara langsung kepada mitra tutur

yang dianggap bertanggung jawab akan hal itu (Trosborg, 1995:312).

Contoh:

BSu :We’re clear that you wouldn’t be going in therewithout us.

BSa : Ya, kami jelas, kau tak akan melakukan penangkapan tanpa kami.

(45)

2.2 Landasan Teori

Bagian ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan untuk

menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Sehubungan dengan hal

tersebut, teori yang digunakan adalah teknik penerjemahan dan kewajaran

terjemahan.Teori teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir

(2002:509-511) dan teori kewajaran (naturalness)terjemahan yang dikemukakan

oleh Larson (1984:497). Adapun latar belakang penggunaan teori-teori tersebut

sebagai landasan teori dalam penelitan ini karena teori-teori tersebut sangat

sesuai untuk menganalisis segala permasalahan penelitian ini. Teknik

penerjemahan oleh Molina dan Albir(2002: 509-511)sangat terperinci dan jelas,

memudahkan dalam mengklarifikasi setiap data yang diteliti. Teknik ini juga

mampu menjawab setiap kesulitan dalam penerjemahan teks film dan sangat

membantu dalam membandingkan teknik penerjemahan subtitle TV dan CD dari

sudut pandang yang berbeda. Selanjutnya, teori kewajaran terjemahan

(naturalness)oleh Larson(1984:497)juga sangat sesuai digunakan untuk

menganalisis kewajaran subtitle tindak tutur keluhan. Penulis menggunakan

format penilaian yang berkaitan dengan aspek-aspek kewajaran yang merujuk

(46)

2.2.1 Teknik Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan

sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana

kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai

satuan lingual. Penelitian ini menggunakan empat belas teknik penerjemahan

Molina dan Albir. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan oleh Molina

dan Albir (2002: 509-511).

1. Adaptasi (Adaptation)

Teknik ini dikenal dengan adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan

menggantikan unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya yang

mempunyai sifat yang sama dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dapat terjadi

karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur

budaya tersebut lebih akrab bagi pembaca BSa.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Get out of here,knucklehed!

Pergi dari sini,bodoh! Adaptasi

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Kata knucklehead di dalam bahasa sumberdikategorikan sebagai bad

language yang sering digunakan oleh orang barat dalam mengumpat. The Online

Slang Dictionarymenjelaskan bahwaknuckleheadis slang languageto say an

unintelligent person

(47)

BSa, penerjemah perlu menggunakan teknik adaptasi budaya dalam

menerjemahkan kata knucklehead. Kata bodohdipilih penerjemah untuk

mentransfer makna knucklehead. Kata bodoh masih sesuai dengan konteks situasi

dalam film tersebut. Kata bodoh mewakili kata knucklehead

2. Amplifikasi (Amplification)

yang biasanya

digunakan masyarakat bahasa sasaran dalam mengumpat.

Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yangmengeksplisitkan atau

memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sasaran. Teknik ini

sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrasa eksklitatif.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

What’s up with all damn cars out here?

Kenapa banyak mobil polisi narkotikadiluar sana?

Amplifikasi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Frasa damn cars diterjemahkan menjadi mobil polisi narkotika. Apabila diamati

dengan teliti frasa tersebut diterjemahkan dengan menggnakan teknik amplifikasi

dengan mengeksplisitkan suatu yang implisit dalam BSa. Frasa damn cars

dieksplisitkan menjadi mobil poilisi narkotika yang disesuaikan dengan konteks

film tersebut.

3. Peminjaman (Borrowing)

Peminjaman adalah teknik penerjemahan dengan meminjam kata atau ungkapan

dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) atau

(48)

penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan

TV

My lawyer is gonna have field day with youpsycho fuck!

Pengacaraku akanberurusan dengamu psikopat!

Peminjaman alamiah

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Penerjemah menggunakan teknik peminjaman alamiah (peminjaman yang

dinaturalisasi) dalam menerjemahkan kata psychomejadi psikopat.Oxford

Advanced Learners Dictionary (2000:1064) mendefinisikan kata psycho

4. Kalke(Calque)

sebagai

(informal) a person who is mentally ill and who behaves in a very strange violent

way.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1109) mendefinisikan psikopatsebagai

orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yangmenyimpang

sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan.

Teknik penerjemahan dengan menerjemahkan frasa atau kata bahasa sumber

secara literal. Interferensi sruktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri

khas dari teknik ini. Dalam banyak kasus, teknik kalke mirip dengan teknik

peminjaman murni dan alamiah. Perbedaannya adalah bahwa teknik ini biasanya

diterapkan pada tataran frasa dengan jalan tidak mengubah susunan kata

(word-for-word translation) atau mengubah susunan kata (literal translation) tetapi

(49)

5.Kompensasi (Compensation)

Kompensasi adalah teknik memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh

stilistik (gaya) teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran.

6.Deskripsi (Description)

Teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan

deskripsi bentuk dan fungsinya.

7. Kreasi diskursif (Discursive creation)

Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak

terduga atau keluar dari konteks dengan tujuan menarik perhatian pembaca.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

What’s up with all damn cars out here?

Kenapa banyak mobil polisi narkotikadiluar sana?

Amplifikasi

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan CD)

8. Kesepadanan lazim (Established equivalent)

Teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan

kamus atau penggunaan sehari-hari).

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

You gotta be kidding me, Frost.

Kau pasti bercanda,Frost. Kesepadanan lazim

(50)

Ungkapan You gotta be kidding mediterjemahkan menjadi Kau pasti bercanda.

9. Generalisasi (Generalization)

Penerjemah menerjemahkan ungkapan tersebut sesuai dengan ungkapan yang

lazim digunakan dalam bahasa sasaran dalam kata lain ungkapan tersebut sering

digunakan dalam bahasa sehari-hari.

Teknik generalisasi adalah menggunakan istilah yang lebih umum atau lebih

netral.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

They would scalp me Mereka akan

and send my brain to my momma

membunuh

Generalisasi ku dan mengirimkan otakku ke ibuku

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan CD)

Penerjemah menggunakan teknik generalisasi dengan menggunakan istilah yang

lebih umum dan netral (subordinat ke superordinat). Kata scalpditerjemahkan

menjadi membunuh.

10. Amplifikasi linguistik (Linguistic amplification)

Menguliti kepala merupakan salah satu tindakan

pembunuhan.

Teknik ini menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik

ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih

suara (dubbing).

11. Kompresi linguistik (Linguistic compression)

Kompresi linguistik (pemampatan) merupakan teknik penerjemahan yang dapat

(51)

penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks

bahasa sasaran.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Hey, wait a minute! what you call yourself doing?

Tunggu, apa yang kalian Kompresi linguistik lakukan?

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV)

12. Penerjemahan harafiah (Literal translation)

Teknik harafiah adalah teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam

menerjemahkan ungkapan secara harafiah. Teknik ini mempersyaratkan

pemadanan leksikal yang masih terkait dengan bahasa sumber tetapi susunan

leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah

sasaran.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

This ain’t your car, you get away from here!

Ini bukan mobilmu, menjaulah dari sini!

Harafiah

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan CD)

13. Modulasi (Modulation)

Teknik penerjemahan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori

kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Pengubahan sudut pandang

(52)

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

We ain’t got all night, man.

Waktu kita tidak banyak bung

Modulasi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

14. Partikularisasi (Particularization)

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih konkrit atau spesifik (superordinat ke

subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

15. Reduksi (Reduction)

Teknik reduksi dilakukan untuk mereduksi makna yang dianggap tidak penting di

dalam bahasa sasaran. Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks

bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Man, you’ve been out for while, you lost a lot of blood!

Kau sudah lama pingsan, kau kehilangan banyak darah!

Reduksi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Kata manyang terdapat di dalam bahasa sumber direduksi atau tidak

diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan anggapan tidak menimbulkan

distorsi makna.

16. Substitusi (Substitution)

Teknik ini mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau

Gambar

Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 3.1. Interactive Model of Analysis (Miles dan  Huberman, 1994:12)
Tabel 4.2. Teknik Penerjemahan Kuplet TV dan CD
+4

Referensi

Dokumen terkait

Website sebagai bagian dari teknologi internet berperan penting dalam penyebaran informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain yang

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA/14/II/2017/ULP, tanggal 8 Pebruari 2017, sehubungan dengan pengadaan pekerjaan tersebut di atas, kami Unit

Sistem ini membahas mengenai sistem pengolahan data pembayaran Toko Kosmetik Lyraas Skincare yang digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram (ERD)

Namun beberapa hal yang dapat membuat WAP lebih unggul adalah media untuk mengakses layanan WAP ini bersifat mobile, dengan kata lain WAP bisa dibuka kapan saja dan dimana saja ,

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil serta Surat Ijin (SIUP) untuk menjalankan kegiatan usaha bidang

cultural heritage site, infrastructure network, low-medium scale home industry of silver, leather and traditional food stalls as element at risks.The previous research has revealed

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/12/17 Time: 16:58. Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections

Disamping itu, terdapat berbagai hambatan yang menyebabkan Knowledge Management menjadi sulit untuk dapat diimplementasikan pada UKM, yaitu tidak adanya alat yang