• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA STRUKTUR KOMUNITAS IKAN

DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,

PULAU SUMBAWA

YULIA SARTIKA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Yulia Sartika Dewi

(4)

ABSTRAK

YULIA SARTIKA DEWI. Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa. Dibimbing oleh MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL.

Sungai Sekongang merupakan satu dari empat sungai yang berada di kawasan tambang emas Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), Sumbawa. Dinamika struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai Sekongkang masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis komunitas ikan yang ada di bagian hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa selama periode tahun 2008-2013 dengan menganalisis variasi spasial dan temporal komunitas ikan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder bulan April dan September dari hasil monitoring PT. NNT. Data-data dianalisis kelimpahan relatif, indeks

keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C). Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang selama 2008-2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13 famili dan 6 ordo. Ikan yang terbanyak ditemukan adalah famili Gobiidae, Poechilidae, dan Eleotrididae.

Nilai H’, E, dan C di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30; 0,62; dan 0,15. Keanekaragaman ikan di hulu Sungai Sekongkang cukup tinggi dan kemerataan spesiesnya merata sehingga tidak ada spesies tertentu yang mendominasi pada komunitas ikan di sungai tersebut. Komunitas ikan di ekosistem tersebut dipengaruhi oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan, dan ketersediaan habitat.

Kata kunci: dominansi, keanekaragaman, keseragaman, komunitas ikan, Sungai Sekongkang

ABSTRACT

YULIA SARTIKA DEWI. Dynamic of Fish Community Structure in Headwater Stream of Sekongkang River, Sumbawa Island. Supervised by MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL.

Sekongkang River is one of four rivers in Batu Hijau mining area of PT Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), Sumbawa. The dynamic of fish community in Sekongkang River was unknown. The aim of this research is to analyse the diversity of fish community in headwater stream of Sekongkang River, Sumbawa Island during 2008-2013 spatial and temporal. Primary and secondary data were used in this research, collected in April and September from monitoring result of

PT. NNT. The data was analyzed for relative abundance, diversity index (H’),

eveness index (E), and dominance index (C). The amount of total fishes caught in headwater stream of Sekongkang river during 2008-2013 were 2640 individuals consist of 40 species from 13 families of 6 order. The most abundance fishes were

(5)

0,62; and 0,15. Fish diversity in the upper Sekongkang river was high evently distributed with no dominated species in fish community. Factors affecting fish community is addressed to habitat heterogenity, water quality, and habitat availability.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber daya Perairan

DINAMIKA STRUKTUR KOMUNITAS IKAN

DI BAGIAN HULU SUNGAI SEKONGKANG,

PULAU SUMBAWA

YULIA SARTIKA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Dinamika Struktur Komunitas Ikan di Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa

Nama : Yulia Sartika Dewi NIM : C24090052

Disetujui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Dinamika Struktur Komunitas Ikan di

Bagian Hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelasaikan studi di Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen pembimbing. 2. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji.

3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumber daya Perairan.

4. Prof Mennofatria Boer selaku dosen pembimbing akademik.

5. Keluarga tercinta ayah Surachman, Ibu Tungging Sarwo Rini, kakak Endy Kurniawan dan Bagus Ananta Wibawa yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya.

6. Sahabat tercinta Indri Dwi Handayani, Kania Dewi Nastiti, Yuni Tri Utami, Irma Oktiani, Silvia Kusumarini, Mega Magaretha Rachmadianti yang telah memberikan semangat.

7. Aisya Intan Widya Satria, Teman-teman MSP 46, MSP 48, MSP 47, MSP 45, serta Teman-teman Puri Fikriyyah.

8. Semua civitas akademika MSP.

9. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN………... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Alat dan Bahan ... 3

Pengumpulan Data ... 3

Prosedur Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Kelimpahan Relatif Ikan ... 6

Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan ... 10

Alternatif Pengelolaan ... 16

SIMPULAN DAN SARAN ... 16

Simpulan ... 16

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 17

LAMPIRAN……….. 20

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan………6

2 Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang………11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian……….3

2 Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang ……….9

3 Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai

Sekongkang ……….12

4 Indeks keanekaragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap

stasiun pengambilan sampel………13

5 Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap

stasiun pengambilan sampel………14

6 Indeks dominansi ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun

pengambilan sampel………14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data kelimpahan relatif spesies di hulu Sungai Sekongkang………..21

2 Data kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang………22

3 Data jumlah ikan yang ditangkap, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi di hulu Sungai Sekongkang …………..22

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sungai merupakan salah satu tipe perairan mengalir yang alirannya berasal dari hulu hingga bermuara di hilir. Sungai merupakan tempat interaksi antara komponen biotik maupun abiotik yang saling terkait dan membentuk sistem. Perairan sungai banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, industri, dan rumah tangga, yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kondisi ekosistem tersebut.

Komunitas adalah beberapa kumpulan populasi makhluk hidup di wilayah atau area tertentu (Krebs 1972). Struktur komunitas merupakan jumlah kelimpahan setiap jenis dalam komunitas tersebut dan dapat dideskripsikan melalui variasi total dan subtotal dari kelimpahannya maupun dengan estimasi biomasa (Korkmaz and Zencir 2009). Struktur komunitas ikan mengkaji keragaman hayati ikan yang menyusun suatu ekosistem perairan. Ikan memiliki fungsi ekologis di sungai dan keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan perairan sehingga ikan dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan. Keragaman spesies ikan dapat menunjukkan tingkat kompleksitas dan kestabilan dari komunitas ikan tersebut. Pengaruh kegiatan antropogenik atau faktor alami lainnya yang dapat mengubah kualitas dan kondisi perairan sungai akan berdampak pada kehidupan ikan. Perubahan kualitas air baik sifat fisika atau kimia dapat mempengaruhi keberadaan komunitas ikan. Keadaan ini mengakibatkan perubahan keragaman spesies ikan yang terdapat pada komunitas ikan di sungai dari waktu ke waktu.

Kawasan Batu Hijau, Sumbawa memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak diantaranya tambang emas dan empat sungai yang bermuara ke Samudera Hindia. Keempat sungai tersebut berada di sekitar kawasan tambang emas milik PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), sungai-sungai tersebut yakni Sungai Sekongkang, Sejorong, Tongkoloka, dan Tatarloka. Sungai Sekongkang merupakan sungai yang alirannya melewati desa Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah hingga bermuara di Samudera Hindia. Umumnya sungai tersebut memiliki karakteristik substrat berbatu, berarus deras, dan ikan-ikan yang hidup di bagian hulu memiliki adaptasi pada arus deras. Masyarakat sekitar memanfaatkan sungai tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi, dan menangkap ikan. Di daerah dekat hulu Sungai Sekongkang terdapat kegiatan pertambangan emas yang juga memanfaatkan daerah aliran sungai tersebut. Sungai Sekongkang merupakan salah satu sungai yang terkena dampak dari kegiatan tersebut (Nurlela 2002).Ekosistem perairan tersebut menjadi habitat bagi beberapa jenis ikan diantaranya dari famili Gobiidae.

(15)

2

PT. Newmont Nusa Tenggara terkait dengan kegiatan penambangan emas dikawasan Batu Hijau. Monitoring dilakukan sejak tahun 1990-an dengan melakukan eksplorasi data jenis dan kelimpahan ikan untuk dapat memantau struktur komunitas ikan di sungai tersebut. Saat ini masih sedikit informasi mengenai perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai dinamika struktur komunitas ikan di Sungai Sekongkang untuk mengetahui keanekaragaman hayati, khususnya ikan yang menyusun ekosistem tersebut. Pengetahuan keanekaragaman hayati ini dapat dijadikan indikator perubahan kualitas lingkungan perairan sungai dan membantu upaya konservasi di masa datang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis komunitas ikan yang ada di bagian hulu Sungai Sekongkang, Pulau Sumbawa selama periode tahun 2008 hingga 2013 dengan menganalisis variasi spasial dan temporal komunitas ikan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi dan perkembangan keanekaragam hayati khususnya ikan yang ada di Sungai Sekongkang serta sebagai informasi upaya pelestarian keanekaragaman hayati di sungai tersebut.

Perumusan Masalah

Sungai Sekongang merupakan salah satu sungai yang berada di kawasan tambang emas Batu Hijau, Sumbawa. Sungai ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Berbagai kegiatan yang ada di sekitar aliran sungai dari bagian hulu hingga hilir memberikan dampak pada kondisi dan kualitas perairannya. Hal ini berpengaruh pada biota, terutama ikan yang menyusun ekosistem kawasan sungai tersebut.

Perubahan lingkungan akan berpengaruh kepada jenis ikan yang hidup di sungai. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk mentoleransi perubahan lingkungan. Ikan dengan kemampuan tinggi dalam mentoleransi perubahan kondisi perairan akan lebih bertahan daripada ikan dengan kemampuan yang rendah. Hal ini akan berdampak pada perubahan komunitas ikan yang menyusun ekosistem Sungai Sekongkang. Jumlah dan jenis ikan yang menyusun komunitas tersebut akan berubah seiring dengan kemampuan adaptasi ikan. Perubahan spesies ikan didalam komunitas mempengaruhi keanekaragaman spesies ikan di Sungai Sekongkang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap perubahan struktur komunitas ikan yang menyusun ekosistem di Sungai Sekongkang.

METODE PENELITIAN

(16)

3 Ikan-ikan hasil tangkapan dianalisis di laboratorium Biomakro 1, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi data primer yaitu buku identifikasi ikan ciptaan Kottelat et al. (1993), Allen (2000), alat tulis, pinset, kaca pembesar, dan kamera. Alat yang digunakan untuk menganalisis data sekunder dan data primer yaitu laptop atau PC dengan sistem operasi Windows 7 dan program Microsoft Excel. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu ikan hasil tangkapan di hulu Sungai Sekongkang, formalin 10%, dan data sekunder tahun 2008-2013 hasil monitoring PT. Newmont Nusa Tenggara.

Pengumpulan Data

(17)

4

ikan dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling based from profesionalism. Stasiun pengambilan contoh ditentukan berdasarkan perbedaan karakteristik lingkungannya dan setiap populasi ikan yang ada di habitat tersebut memiliki peluang yang tidak sama untuk tertangkap. Ikan ditangkap menggunakan alat electrofishing. Penangkapan ikan dilakukan selama 1 jam sepanjang 1-2 km di setiap stasiun pengambilan contoh. Jalur penangkapan berbentuk zig zag dan berlawanan dengan arah aliran arus air. Ikan hasil tangkapan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi ikan di laboratorium Biomakro 1, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Analisis Data

Data yang dianalisis untuk ikan-ikan sungai meliputi data kelimpahan relatif, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Data tersebut dianalisis menurut kaidah sebagai berikut:

Kelimpahan Relatif

Komposisi ikan dapat dilihat berdasarkan kelimpahan ikan yang ada disuatu ekosistem. Kelimpahan dapat diukur menggunakan densitas, biomasa, atau produktivitas (Krebs 1972). Perhitungan kelimpahan relatif berdasarkan presentase perbandingan jumlah spesies, dihitung menggunakan persamaan (Krebs 1972) :

Kr = niN × % Keterangan :

Kr = kelimpahan relatif

ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah total individu semua spesies yang tertangkap

Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks keanekaragaman jenis adalah indeks untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis dalam komunitas dan menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu tiap spesies (Odum 1971). Keanekaragaman tergantung pada jumlah spesies dan kelimpahan setiap spesies yang ditemukan di dalam komunitas (Jain et al. 2012). Keanekaragaman ikan dihitung dengan

ni = jumlah individu spesies ke-i

(18)

5

Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman merupakan indeks yang menggambarkan ukuran jumlah individu antara spesies dalam suatu komunitas ikan (Odum 1996 in Jukri

et al. 2013). Keseragaman merupakan ukuran dari kelimpahan relatif dari setiap spesies-spesies yang berbeda yang menyusun keanekaragaman disuatu ekosistem (Jain et al. 2012). Indeks tersebut menunjukkan kemerataan sebaran individu setiap spesies. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Keseragaman dalam komunitas dapat dihitung dengan persamaan indeks keseragaman (evennes) (Odum 1971; Krebs 1972; Ludwig and Reynolds 1988) :

E =ln SH′ Keterangan :

E = indeks keseragaman

H’= indeks Shannon

S = jumlah jenis spesies didalam komunitas

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 hingga 1. Nilai indeks mendekati nol menunjukkan bahwa jumlah individu disatu atau beberapa spesies relatif banyak tetapi beberapa spesies yang lainnya memiliki jumlah individu yang relatif sedikit atau kemerataan antara spesiesnya rendah. Nilai indeks mendekati satu menunjukkan bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama atau kemerataan antara spesies relatif merata.

Indeks Dominansi

Spesies dominan dapat diketahui berdasarkan jumlah kelimpahan spesies atau biomasanya dalam suatu komunitas. Spesies kunci tidak selalu menjadi spesies yang dominan dikomunitas (Krebs 2008). Dominansi suatu spesies di dalam komunitas dihitung menggunakan persamaan (Odum 1971) :

C = ∑ (niN)2

n

i=0

Keterangan :

C = indeks dominansi

ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah total individu semua spesies

(19)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Relatif Ikan

Ikan yang ditangkap di bagian hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008 hingga 2013 berjumlah 2640 ekor yang terdiri dari 40 jenis spesies ikan dari 13 famili dan 6 ordo. Komposisi ikan yang ditangkap pada stasiun SEK 12 berjumlah 1225 ekor yang terdiri dari 26 jenis spesies dan stasiun SEK 20 berjumlah 1415 ekor yang terdiri dari 32 jenis spesies. Jumlah jenis ikan yang ditangkap di stasiun SEK 20 lebih banyak daripada di stasiun SEK 12. Stasiun SEK 12 terletak lebih ke arah hulu dibandingkan dengan stasiun SEK 20. Menurut Ostrand and Wilde (2002), komposisi spesies ikan di sungai berubah dari bagian hulu ke hilir. Hal ini karena adanya perbedaan faktor kimia, fisika, dan karakteristik habitat di hulu maupun hilir sehingga terjadi heterogenitas habitat. Heterogenitas meningkat sepanjang gradien hulu ke hilir sehingga akan berpengaruh pada komunitas ikan yang menghuni daerah tersebut (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, arus sungai semakin lamban dan unsur hara atau makanan bagi ikan semakin meningkat jumlahnya mengakibatkan ikan yang ditemukan juga semakin beragam. Semakin ke arah hulu, arus semakin cepat sehingga diperlukan adaptasi-adaptasi khusus pada ikan untuk bertahan hidup. Arus merupakan faktor pembatas dan pengontrol bagi organisme di sungai. Kecepatan arus mempengaruhi distribusi ikan di sungai daripada faktor abiotik lainnya (Casatti and Castro 1998). Data jenis dan kelimpahan relatif ikan di Sungai Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan

Organisme SEK 12

Xiphophorus helleri 4,16 23,18 14,36 E. Ordo Perciformes

- Famili Anabantidae

(20)

7 Tabel 1 Lanjutan

1 2 3 4

- Famili Belontiidae

Trichogaster trichopterus - 0,07 0,04

- Famili Chandidae

Chandidae sp. - 0.28 0.15

- Famili Cichlidae

Oreochromis mossambicus - 0,07 0,04

- Famili Eleotrididae

Belobranchus belobranchus 8,49 2,54 5,03

Butis butis - 0,07 0,04

Eleotris melanosoma 1,14 1,63 1,40

Ophieleotris aporos 0,08 0,57 0,34

- Famili Gobiidae

Awaous sp. 0,49 - 0,23

Glossogobius biocellatus - 0,07 0,04

Glossogobius celebius - 0,07 0,04

Glossogobius giuris - 0,07 0,04

Glossogobius sp. - 1,06 0,57

Gobiidae sp. - 0,14 0,08

Lentipes sp. 1,39 - 0,64

Papillogobius reichei 0,33 2,97 1,74

Pseudogobiopsis sp. 0,16 - 0,08

Redigobius isognathus 0,08 0,14 0,11

Redigobius sp. - 0,21 0,11

Schismatogobius bruynisi 0,08 0,21 0,15

Schismatogobius marmoratus 0,08 - 0,04

Sicyopterus cynocephalus 10.12 1.27 5.38

Sicyopterus longifilis 28,24 17,53 22,50

Sicyopterus microcephalus 22,45 22,61 22,54

Sicyopus sp. 0,41 0,14 0,27

Stenogobius sp. 0,41 - 0,19

Stiphodon elegans 12,24 13,85 13,11

Stiphodon semoni 2,69 0,57 1,55

(21)

8

stasiun SEK 20 ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi yaitu Xiphophorus helleri (23,18%), S. microcephalus (22,61%), dan S. longifilis (17,53%). Spesies ikan yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi dikedua stasiun tersebut jenisnya hampir sama. S. microcephalus dan S. longifilis merupakan spesies yang jumlahnya cukup melimpah dikedua stasiun. Hal ini disebabkan kedua spesies ikan ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik untuk bertahan hidup di sungai bagian hulu.

Data tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa spesies-spesies ikan dengan kelimpahan relatif spesies tertinggi yang terdapat di hulu Sungai Sekongkang yaitu S. microcephalus (22,54%), S. longifilis (22,50%), Xiphophorus helleri

(14,36%), Stiphodon elegans (13,11%) dan S. cynocephalus (5,38%). Kelima ikan tersebut merupakan spesies ikan yang ditemukan di kedua stasiun pengamatan. Hal ini menunjukkan habitat Sungai Sekongkang merupakan tempat yang baik untuk hidup ikan-ikan tersebut. S. microcephalus, S. longifilis, Stiphodon elegans,

dan S. cynocephalus merupakan spesies native yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik di bagian hulu sungai. Keempat spesies ikan tersebut memiliki bentuk sirip ventral yang menyerupai cakram untuk memudahkan ikan-ikan tersebut hidup di kondisi sungai dengan arus yang deras. Selain itu, kondisi substrat Sungai Sekongkang yang berbatu membantu ikan-ikan tersebut untuk menempel pada substrat dan berlindung dari arus yang deras. Menurut Boseto et al. (2007), habitat yang baik bagi ikan-ikan tersebut adalah sungai dengan substrat berbatu atau berkerikil. Xiphophorus helleri merupakan spesies ikan introduksi yang kelimpahan spesiesnya paling tinggi jika dibandingkan dengan spesies introduksi lainnya yang ditemukan di Sungai Sekongkang. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang dapat bereproduksi secara optimal pada suhu 22-26oC (Tamaru et al. 2001). Kelimpahan spesies ikan tersebut tinggi disebabkan kondisi perairan Sungai Sekongkang cukup efektif untuk berkembang biak. Jenis makanan yang dimakan oleh ikan ini bermacam-macam atau bersifat omnivora sehingga memudahkan ikan ini untuk berkembang (Kottelat et al. 1993; Tamaru

et al. 2001).

Ikan-ikan yang tertangkap di hulu Sungai Sekongkang terdiri dari 13 famili. Berdasarkan jumlah jenis spesies yang terdapat pada masing-masing famili, famili Gobiidae memiliki jenis spesies terbanyak yaitu 21 jenis spesies; Cyprinidae dan Eleotrididae terdiri dari empat jenis spesies; Poeciliidae terdiri dari dua jenis spesies; sedangkan Anabantidae, Anguillidae, Belontiidae, Chandidae, Cichlidae, Kuhlidae, Oryziidae, Rhyacichthydae, dan Synbranchidae masing-masing terdiri dari satu jenis spesies. Data kelimpahan relatif famili ikan di bagian hulu Sungai Sekongkang dapat dilihat pada Gambar 2.

(22)

9 kolom perairan sehingga famili Gobiidae menggunakan sirip ventralnya untuk menempel pada substrat. Hal ini membuat famili Gobiidae lebih efisien dalam memanfaatkan energinya dibandingkan dengan jenis famili ikan lainnya (Ryan 1991). Menurut Boseto et al. (2007), famili Gobiidae juga dapat hidup dengan baik pada kondisi substrat berbatu atau kerikil dan kualitas air yang masih baik. Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Sekongkang merupakan habitat yang baik bagi kehidupan ikan-ikan dari famili Gobiidae.

Gambar 2 Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang Famili Eleotrididae merupakan spesies yang jumlah jenis spesiesnya paling banyak ditemukan di hulu Sungai Sekongkang setelah Gobiidae. Sebagian besar spesies dari famili ini berada di stasiun SEK 20 yang letaknya lebih ke arah hilir dibandingkan stasiun SEK 12. Menurut Tweedley et al. (2013), famili ini lebih banyak ditemukan di daerah hulu sungai dengan ketinggian yang lebih rendah dan memiliki tipe substrat berpasir serta terdapat endapan sedimen. Tipe substrat juga mempengaruhi struktur komunitas ikan di sungai. Hal ini karena beberapa jenis spesies ikan sungai hidupnya tergantung pada karakteristik tipe substratnya dan komponen tipe substrat untuk setiap individu berbeda-beda (Lyons 1989; Doughty

and Maitland 1994; Pires et al. 1999 in Humpl and Pivincka 2006). Substrat merupakan salah satu faktor yang penting untuk kehidupan famili Gobiidae dan Eleotrididae karena ikan-ikan tersebut memanfaatkan substrat untuk berlindung dan mencari makan. Eleotrididae juga memiliki kemampuan memanjat atau bergerak naik ke arah hulu dengan bantuan sirip ventralnya (Ryan 1991).

Famili Gobiidae dan Eleotrididae merupakan ikan-ikan yang memiliki kemampuan adaptasi morfologi yang baik untuk hidup di sungai bagian hulu yang

(23)

10

berarus deras. Hal ini mengakibatkan famili kedua ikan ini jumlahnya relatif melimpah di Sungai Sekongkang. Selain itu, rata-rata spesies dari kedua famili ikan ini bersifat amphidromus yaitu melakukan ruaya dari sungai ke laut untuk melangsungkan fase hidupnya (Ryan 1991; Tweedley et al. 2013). Famili Gobiidae bereproduksi di hulu sungai dan telur-telurnya akan hanyut terbawa air ke laut. Hal ini akan lebih menguntungkan famili Gobiidae karena lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan ikan jenis lainnya untuk beruaya guna bereproduksi (Ryan 1991). Setelah menjalani masa larva di lautan, ikan ini akan beruaya kembali ke hulu sungai sehingga ikan-ikan Gobiidae yang banyak ditemukan di hulu Sungai Sekongkang masih dalam tahap juvenil. Distribusi famili Gobiidae tergolong luas karena famili tersebut bersifat euryhaline. Menurut Tweedley et al. (2013), distribusi larva dan juvenil muda dari famili Eleotrididae juga berada di lautan sehingga banyak ditemukan juvenil famili tersebut di Sungai Sekongkang.

Kelimpahan relatif famili ikan Gobiidae juga tinggi di bagian hulu Sungai Sekongkang disebabkan trofik level ikan tersebut luas. Famili ini bersifat herbivor, bahkan dapat bersifat omnivor hingga karnivor (Ryan 1991). Trofik level yang luas menguntungkan famili ini dalam berkembang karena perubahan trofik level sesuai dengan fase hidup Gobiidae sehingga memudahkan ikan untuk makan. Famili Poeciliidae merupakan famili ikan introduksi yang kelimpahannya cukup tinggi di Sungai Sekongkang. Famili tersebut bersifat omnivor sehingga memudahkan ikan tersebut dalam mencari makanannya (Tamaru et al. 2001).

Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan

Data hasil ikan yang ditangkap di hulu Sungai Sekongkang dari tahun 2008 hingga 2013 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di Sungai Sekongkang berturut-turut adalah 2,30;

0,62; dan 0,15. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tersebut memperlihatkan nilai

yang cukup tinggi sehingga bagian hulu Sungai Sekongkang memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Jenis substrat di Sungai Sekongkang yang berupa batuan berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan yang ada di sungai tersebut. Sungai dengan substrat berbatu atau berkerikil mempunyai keanekaragaman spesies yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai yang memiliki substrat berlumpur. Hal ini karena batuan akan menyediakan relung atau

niche yang lebih luas untuk ikan (Boseto et al. 2007). Menurut Kristina (2001), keanekaragaman spesies yang tinggi dapat mengindikasikan stabilitas suatu ekosistem. Suatu ekosistem yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi menunjukkan keseimbangan di dalam ekosistem tersebut lebih baik dan memiliki elastisitas yang tinggi dalam menghadapi bencana, seperti penyakit, predator, dan lainnya dibandingkan dengan ekosistem yang memilki keanekaragaman spesies rendah.

(24)

11 tidak terjadi dominansi atau tidak ada spesies tertentu yang mendominasi sehingga spesies-spesies ikan di sungai tersebut terdistribusi secara merata. Data jumlah spesies, indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah spesies, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi ikan di hulu Sungai Sekongkang

Tahun Musim

Berdasarkan waktu pengamatan, ikan yang ditangkap setiap tahun pada musim kemarau rata-rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada saat musim hujan. Berdasarkan Gambar 3, hasil ikan yang ditangkap dari tahun 2008-2013

menunjukkan nilai H’ ikan di Sungai Sekongkang berkisar 0,78-2,10; E berkisar 0,40-0,76; dan C berkisar 0,17-0,67. Nilai ketiga indeks tersebut pada masing-masing musim berbeda-beda. Musim kemarau menunjukkan nilai H’, E, dan C berturut-turut berkisar 1,01-2,10; 0,43-0,76; 0,17-0,58. Nilai-nilai indeks tersebut pada musim hujan berturut-turut yaitu 0,78-1,75; 0,40-0,66; 0,25-0,67.

(25)

12

Gambar 3 Indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, dan jumlah jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan di hulu Sungai Sekongkang

Nilai H’ dan E pada musim kemarau nilainya lebih tinggi daripada saat musim hujan. Namun, keanekaragaman dan keseragaman ikan di kedua musim masih tergolong tinggi. Sebaliknya, pada musim hujan nilai C lebih tinggi daripada musim kemarau. Jumlah individu dan keanekaragaman ikan pada musim kemarau berbeda dengan musim hujan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan ketersediaan habitat ikan di sungai pada kedua musim. Debit sungai pada musim kemarau lebih kecil daripada saat musim hujan sehingga habitat ikan menjadi berkurang. Jumlah ikan yang ditangkap menjadi semakin sedikit. Namun, keanekaragaman dan keseragaman ikan di musim kemarau lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim hujan. Menurut Simanjuntak (2012), ikan yang ditangkap dimusim kemarau lebih beragam daripada musim hujan karena pada saat musim hujan kekeruhan air meningkat akibat adanya run off sehingga berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan spesies ikan. Indeks dominansi ikan pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini

(26)

13 dikarenakan saat musim hujan ikan-ikan yang mampu bertahan hidup merupakan ikan yang dapat bertahan pada kondisi perairan dengan kekeruhan yang tinggi. Famili ikan yang jumlah jenis dan tangkapannya terbanyak pada kedua musim adalah Gobiidae. Famili Gobiidae merupakan jenis famili ikan yang umumnya memiliki keanekaragaman dan jumlah spesies yang tinggi di hulu-hulu sungai tropis di kawasan Indo Pasifik (Ryan 1991; Jenkins et al. 2010; McDowall 2010; Thuesen et al. 2011 in Tweedley et al. 2013).

Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK 12 nilainya rata-rata lebih

rendah daripada di stasiun SEK 20. Nilai H’ pada musim kemarau di stasiun SEK

12 berkisar 0,90-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,76-1,99.

Musim hujan menunjukkan hasil H’ yang berbeda dengan musim kemarau.

Stasiun SEK 12 memiliki nilai H’ rata-rata yang lebih tinggi daripada stasiun SEK 20 yakni berkisar 0,80-1,69 sedangkan di stasiun SEK 20 berkisar 0,65-1,65.

Nilai E di stasiun SEK 12 pada musim kemarau rata-rata berkisar 0,43-0,93 sedangkan pada musim hujan rata-rata berkisar 0,48-0,81. Nilai E di stasiun SEK 20 rata-rata pada musim kemarau berkisar 0,42-0,69 sedangkan pada musim hujan nilainya rata-rata berkisar 0,37-0,75. Rata-rata nilai tersebut lebih tinggi pada musim kemarau daripada saat musim hujan.

Musim kemarau di stasiun SEK 12 menunjukkan nilai C berkisar 0,20-0,61 sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,21-0,67. Musim hujan di stasiun SEK 12 nilai C rata-ratanya berkisar 0,25-0,59 sedangkan di stasiun SEK 20 nilainya berkisar 0,27-0,72. Grafik nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun pengambilan sampel dapat dilihat secara berturut-turut pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6.

(27)

14

Gambar 5 Indeks keseragaman ikan berdasarkan waktu pengamatan di setiap stasiun pengambilan sampel

(28)

15 Interaksi antara habitat dan variasi musiman dalam keanekaragaman merupakan salah satu hal yang penting untuk membentuk komunitas ikan sungai (Suarez et al. 2007). Menurut Ostrad and Wilde (2002), keanekaragaman meningkat secara gradien dari hulu ke hilir. Keanekaragaman ikan pada musim kemarau di stasiun SEK 12 nilainya lebih kecil daripada SEK 20 dan sebaliknya pada musim hujan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan ukuran dan heterogenitas habitat dikedua musim. Perubahan ukuran dan heterogenitas habitat berkorelasi positif dengan gradien sungai dari hulu ke hilir tetapi berkorelasi negatif dengan arus sungai (Taylor et al. 2006). Semakin ke arah hilir, ukuran dan heterogenitas habitat semakin meningkat tetapi kecepatan arus semakin berkurang.

Luas dan kedalaman sungai semakin meningkat di bagian hilir sehingga habitat bagi ikan semakin besar jika dibandingkan dengan bagian hulu. Debit sungai pada musim kemarau jumlahnya menurun dan menjadi semakin mengecil pada lokasi yang berada lebih ke arah hulu. Hal ini berpengaruh terhadap ukuran atau ketersediaan habitat bagi ikan di sungai. Oleh karena itu, pada stasiun SEK 20 yang letaknya lebih ke arah hilir, ikan yang ditangkap lebih beragam daripada stasiun SEK 12. Kondisi perairan seperti arus yang meningkat ke arah hulu berpengaruh terhadap laju limpasan air di sungai. Perairan sungai yang masih memiliki konektivitas tinggi dengan daratan membuat kondisi perairan banyak terpengaruh oleh daratan. Kekeruhan yang meningkat pada musim hujan akibat adanya run off berakibat pada keberadaan ikan di sungai. Semakin ke arah hulu arus semakin cepat sehingga bahan tersuspensi dan terlarut dalam air semakin cepat terbilas atau tersapu. Sebaliknya, semakin ke arah hilir arus semakin lambat dan mengakibatkan bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat terbilas dari perairan sehingga di bagian hilir terjadi proses sedimentasi yang lebih tinggi. Perbedaan karakteristik dan kondisi habitat memiliki peran penting pada kelimpahan dan keanekaragaman ikan dalam suatu komunitas (Langeani et al. 2005). Hal ini mengakibatkan stasiun SEK 20 keanekaragamannya lebih rendah dibandingkan stasiun SEK 12 karena kekeruhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan hidup ikan.

Keseragaman spesies di stasiun SEK 12 pada musim kemarau dan hujan lebih tinggi daripada SEK 20. Nilai indeks keseragaman pada stasiun tersebut mendekati nilai satu yang berarti masing-masing spesies yang ditangkap jumlahnya relatif merata. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat (Fachrul 2007 in Jukri et al. 2013). Keseragaman ikan pada stasiun SEK 12 yang sama-sama tinggi dikedua musim dikarenakan perubahan kondisi habitat terutama kondisi fisik perairan pada kedua musim di stasiun tersebut tidak begitu berbeda secara signifikan dibandingkan dengan stasiun SEK 20.

(29)

16

seperti kekeruhan lebih tinggi nilainya sehingga ukuran habitat untuk ikan menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada musim hujan di stasiun SEK 20 ada beberapa spesies yang lebih mendominasi karena ikan tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi perairan dengan kekeruhan tinggi.

Ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang dari tahun 2008-2013 didominasi oleh spesies native dan hanya ada tiga spesies dari 40 spesies ikan yang ditangkap merupakan jenis ikan introduksi. Ikan introduksi yang ditangkap yaitu Oreochromis mossambicus, Poecilia sp. dan Xiphophorus helleri.

Kelimpahan relatif spesies Oreochromis mossambicus dan Poecilia sp. tidak cukup tinggi atau tergolong rendah di Sungai Sekongkang. Jenis spesies introduksi yang cukup tinggi kelimpahannya adalah Xiphophorus helleri tetapi jumlahnnya tidak cukup tinggi jika dibandingkan dengan kelimpahan spesies

native yang ada. Banyaknya spesies native yang ditangkap dibandingkan dengan spesies introduksi menunjukkan kondisi ekosistem perairan Sungai Sekongkang masih tergolong baik. Hal ini dikarenakan adanya spesies introduksi tidak mempengaruhi keberadaan spesies native di sungai tersebut (Boseto et al. 2007).

Alternatif Pengelolaan

Sungai Sekongkang merupakan sungai yang masih memiliki kondisi perairan yang baik bagi habitat ikan. Keanekaragaman ikan di sungai tersebut juga tergolong cukup tinggi dan tidak adanya spesies tertentu yang mendominasi komunitas ikan di sungai tersebut. Sebagian besar ikan yang ada di Sungai Sekongkang yaitu famili Gobiidae yang bersifat amphidromus atau melakukan ruaya dari sungai ke laut. Telur ikan ini akan terbawa arus sungai dari hulu hingga ke laut. Kemudian larva ikan ini akan kembali lagi ke hulu. Kegiatan pembangunan bendungan di daerah aliran Sungai Sekongkang dapat memutus aliran sungai yang akan berdampak pada terganggunya fase perkembangan ikan tersebut. Oleh karena itu, upaya yang diperlukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan famili Gobiidae yaitu dengan membuat tangga ruaya sehingga mempermudah ikan dalam beruaya. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk menjaga kualitas air Sungai Sekongkang sehingga air sungai tidak tercemar seperti tidak membuang limbah pertambangan ke aliran Sungai Sekongkang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(30)

17 hilir. Komunitas ikan pada musim kemarau memiliki keanekaragaman dan keseragaman spesies yang lebih tinggi daripada musim hujan. Keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi komunitas ikan di Sungai Sekongkang dipengaruhi oleh faktor heterogenitas habitat, kondisi perairan, dan ketersediaan habitat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian terkait konektivitas antar habitat stasiun pengamatan dan aspek reproduksi dan kebiasaan makanan ikan-ikan yang banyak ditangkap di Sungai Sekongkang. Selain itu, perlu dilakukan penelitian kondisi kualitas air menggunakan bioindikator selain ikan, seperti makroinvertebrata.

DAFTAR PUSTAKA

Allen G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Australia (AUS): Periplus Edition (HK) Ltd.

Boseto D, Clare M, Patrick P, Tikai P. 2007. Biodiversity and conservation of freshwater fishes in selected rivers on Chioseul Island, Solomon Island. J. Nat of Scien. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 29]; 3; 16-21. Tersedia pada: http://www.publish.csiro.au/journals/spjnx.

Casatti L, Castro RMC. 1998. A fish community of the Sao Francisco River headwater riffles, southeastern Brazil. J. Ichtyol Explor Fresh. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]; 9(3); 229-242. Tersedia pada: http://www.sfrancisco.bio.br/arquivos/Casatti%20L001%20.pdf.

Humpl M, Pivincka K. 2006. Fish assemblages as influenced by environmental factor in streams in protected areas of the Czech Republic. J. Ecol Fresh Fish. 15: 96-103. doi: 10.1111/j.1600-0633.2006.00126.x.

Jain R, Choudhary P, Dhakad NK. 2013. Study on ichtyofaunal diversity of Baliwali Tank in Indore (M.P). J. Chem, Biol, and Phys Scien. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 4]; 3(1): 336-344. Tersedia pada: http: // jcbsc.org/ journal/ Paper/ Vol_3_I_1_2012/B18.pdf

Jukri M, Emiyarti, Kamri S. 2013. Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. J Min Laut Indones. 01(01):23-37.

Korkmaz AS, Zencir O. 2009. Fish community structure in Suveri Stream, Central Anatolia, Turkey. J. Anim Veter. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]; 8(11): 2305-2310. Tersedia pada: http : //docsdrive.com /pdfs /medwelljournals /javaa/2009/2305-2310.pdf.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore (SG): Periplus Edition.

Krebs CJ. 1972. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York (US) : Harper and Row Publisher.

(31)

18

Kristina EL. 2001. Komposisi jenis ikan Sungai Cimanuk segmen Kabupaten Garut serta pola pertumbuhan dan reproduksi ikan yang dominan [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Langeani F, Casatti L, Gameiro HS, Carmo AB, Rossa-Feres DC. 2005. Riffle Pyrenean river: spatio-temporal variability and reach-scale habitat. J. Envir Engin and Manag. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 25]; 11(6): 1111-1124. Tersedia pada: http: //omicron.ch.tuiasi.ro/EEMJ/

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology A Primer On Methods and Computing. United States of America (US) : Jhon Willey and Sons, Inc. Nurlela I. 2002. Pola pertumbuhan dan kebiasaan makanan ikan Sicyopterus

microcephalus (Gobiidae) pada sungai-sungai di kawasan pertambangan emas PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) Sumbawa, Nusa Tenggara Barat [skripsi] . Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd ed. Philadelphia (US) : Saunders College Publishing.

Ostrand KG, Wilde GR. 2002. Seasonal and spatial variation in a praire stream-fish assemblage. J. Ecol Fresh Fish. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]; 11: 137-149. Tersedia pada: http://www.biol.ttu.edu /faculty /gwilde /Shared%20Documents/Reprints/OstrandWildestreamfish.pdf.

Ryan PA. 1991. The success of the Gobiidae in tropical Pacific insular streams. J. of Zool. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 30]; 18: 25-30. Tersedia pada: http://www.botany.hawaii.edu/basch/uhnpscesu/pdfs/sam/Ryan1991WS.p df.

Simanjuntak CPH. 2012. Keragaman dan distribusi spasio-temporal iktiofauna Sungai Asahan bagian hulu dan anak sungainya. [Internet]. Prosiding Seminar Nasional Ikan VII. Makassar (ID). : MSP. hlm 43-60. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia pada: http: //msp.fpik.ipb.ac.id/ download/ publikasi/ charles/ PRO2012_CPH.pdf

Suarez TR, Valerio SB, Tondano KK, Florentino AC, Felipe TRA, Xiemens LQL, Lourenco LS. 2007. Fish diversity in headwater steram of Paraguay and Parana Basins. J. Brazil Arch Biol Tech. [Internet]. [diunduh pada 2013 Mar 4]; 50: 1033-1042. Tersedia pada: http : //www.scielo.br /pdf /babt /v50n6 /14.pdf.

Tamaru CS, Cole B, Bailey R, Brown C, Ako H. 2001. A Manual for Commercial Production of the Swordtail, Xiphophorus helleri. Hawaii (US): CTSA Publication Number 128.

Taylor CM, Thomas LH, Riccardo AF, Lance RW, Thomas RB, Melvin LW. 2006. Distribution, abundance, and diversity of stream fishes under variable environmental conditions. J Fish Aquat. 63:43-54. doi:10.1139/F05-203.

(32)
(33)

20

(34)

21 Lampiran 1 Data kelimpahan relatif spesies di hulu Sungai Sekongkang

Spesies Jumlah pi KR (%)

Anabas testudineus 3 0.0011 0.11

Anguilla marmorata 30 0.0114 1.14

Trichogaster trichopterus 1 0.0004 0.04

Chandidae sp. 4 0.0015 0.15

Oreochromis mossambicus 1 0.0004 0.04

Puntius binotatus 109 0.0413 4.13

Puntius orphoides 30 0.0114 1.14

Puntius sp. 1 0.0004 0.04

Rasbora lateristriata 1 0.0004 0.04

Belobranchus belobranchus 140 0.0530 5.30

Butis butis 1 0.0004 0.04

Eleotris melanosoma 37 0.0140 1.40

Ophieleotris aporos 9 0.0034 0.34

Awaous sp. 6 0.0023 0.23

Glossogobius biocellatus 1 0.0004 0.04

Glossogobius celebius 1 0.0004 0.04

Glossogobius giuris 1 0.0004 0.04

Glossogobius sp. 15 0.0057 0.57

Gobiidae sp. 2 0.0008 0.08

Lentipes sp. 17 0.0064 0.64

Papillogobius reichei 46 0.0174 1.74

Pseudogobiopsis sp. 2 0.0008 0.08

Redigobius isognathus 3 0.0011 0.11

Redigobius sp. 3 0.0011 0.11

Schismatogobius bruynisi 4 0.0015 0.15

Schismatogobius marmoratus 1 0.0004 0.04

Sicyopterus cyanocephalus 32 0.0121 1.21

Sicyopterus cynocephalus 110 0.0417 4.17

Sicyopterus longifilis 594 0.2250 22.50

Sicyopterus microcephalus 595 0.2254 22.54

Sicyopus sp. 7 0.0027 0.27

Stenogobius sp. 5 0.0019 0.19

Stiphodon elegans 346 0.1311 13.11

Stiphodon semoni 41 0.0155 1.55

Stiphodon sp. 42 0.0159 1.59

Kuhlia marginata 1 0.0004 0.04

Oryzias javanicus 10 0.0038 0.38

Poecilia sp. 3 0.0011 0.11

Xiphophorus helleri 379 0.1436 14.36

Rhyacichthys aspro 1 0.0004 0.04

(35)

22

Lampiran 2 Data kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang

Famili Jumlah pi KR (%)

Anabantidae 3 0.0011 0.11

Anguillidae 30 0.0114 1.14

Belontiidae 1 0.0004 0.04

Chandidae 4 0.0015 0.15

Cichlidae 1 0.0004 0.04

Cyprinidae 141 0.0534 5.34

Eleotrididae 187 0.0708 7.08

Gobiidae 1874 0.7098 70.98

Kuhlidae 1 0.0004 0.04

Oryziidae 10 0.0038 0.38

PoeciliIdae 382 0.1447 14.47

Rhyacichthyidae 1 0.0004 0.04

Synbranchidae 5 0.0019 0.19

Lampiran 3 Data jumlah ikan yang ditangkap, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi di hulu Sungai Sekongkang

Indeks n H' E C

Stasiun SEK 12 1225 2.1602 0.6554 0.1654

SEK 20 1415 2.1978 0.6342 0.1597

Waktu

2008 kemarau 71 1.0095 0.5188 0.5144 hujan 170 1.3729 0.5525 0.4279 2009 kemarau 207 2.1012 0.7416 0.1693 hujan 412 1.7476 0.6622 0.2518 2010 kemarau 344 1.0699 0.5498 0.4337 hujan 178 0.7754 0.3985 0.6713 2011 kemarau 192 1.3866 0.6311 0.3905 hujan 107 1.3414 0.5594 0.4139 2012 kemarau 193 1.5857 0.7625 0.2893 hujan 452 1.3356 0.5570 0.3891 2013 kemarau 314 1.0390 0.4333 0.5798

(36)

23 Lampiran 4 Ikan-ikan yang ditangkap di Sungai Sekongkang

Eleotris melanosoma Ophieleotris aporos Stiphodon elegans Belobranchus belobranchus

Sicyopterus cynocephalus

(37)

24

Schismatogobius marmoratus Monopterus albus

(38)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 10 Juli 1991 dari ayah Surachman dan ibu Tungging Sarwo Rini. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kebumen dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Iktiologi pada tahun ajaran 2011/2012, 2011/2012, dan 2012/2013, asisten praktikum Iktiologi Fungsional pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, asisten praktikum Biologi Laut pada tahun ajaran 2012/2013 serta asisten praktikum Avertebrata Air pada tahun ajaran 2013/2014. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi dan kepanitiaan. Penulis pernah aktif sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan BEM FPIK Ekspansi Biru 2011 dan sekretaris Departemen Sosial dan Lingkungan BEM FPIK Biru Bersatu 2012. Bulan Juni-Juli 2012 penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field2012 dengan Tema “Pengembangan

Perikanan Darat dan Pesisir di Kabupaten Pekalongan” yang diselenggarakan oleh

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1  Kelimpahan relatif spesies ikan berdasarkan stasiun pengamatan
Tabel 1 Lanjutan
Gambar 2  Kelimpahan relatif famili ikan di hulu Sungai Sekongkang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui besar penerimaan/revenue dan pendapatan serta R/C rasio usahatani jeruk Siam di Desa Bayung Gede,

Dari berbagai pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi Asatidz TPQ Baiturrahman Demuk Pucanglaban Tulungagung yaitu dengan mengadakan evaluasi, sehingga

Sehubungan dengan pentingnya marketing mix terhadap keputusan konsumen melakukan guna meningkatkan penjualan perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Wina Sanjaya (2011:48), mengatakan “dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah menyusun perencanaan,

Pemilik proyek (owner ) merupakan faktor penentu dalam Pencapaian keberhasilan suatu proyek. Pada umumnya pemilik proyek/owner mempunyai 3 tujuan yaitu, pekerjaan baik, murah

Hasil uji stabilitas fisik suspensi eritromisin, formula yang paling baik adalah formula 1 dengan konsentrasi PGA 5% karena memiliki ukuran partikel yang kecil dan

Memiliki perilaku jujur, disiplin , tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga dan teman.. Keimanan berdasarkan ketaatan

1. Pertama kali, baik anda maupun pasien seharusnya berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan untuk memohon bantuan & bimbingan Tuhan serta agar memperoleh hasil kesembuhan yang