• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Penyampaian Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor Dengan Model Supply Chain Operations Reference

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Penyampaian Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor Dengan Model Supply Chain Operations Reference"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations Reference. Dibawah bimbingan Heti Mulyati.

Kegiatan memenuhi permintaan pelanggan melibatkan banyak pihak yang kegiatannya harus bersinergi, sehingga perusahaan perlu menerapkan konsep

Supply Chain Management (SCM). Kinerja SCM perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik. Penelitian ini menganalisis proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok di PT Toyota-Astra

Motor (TAM) dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Tujuan penelitian ini mengidentifikasi model rantai pasok suku cadang yang diterapkan PT TAM dan menganalisis kinerja penyampaian suku cadang PT TAM dengan model SCOR.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei, arsip data order dan waktu pengiriman milik perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen milik perusahaan. Analisis menggunakan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR diolah dengan aplikasi program Microsoft Excel.

Anggota rantai pasok suku cadang PT TAM yaitu Supplier (mata rantai 1),

PT TAM (mata rantai 2) sebagai agen tunggal pemegang merk Toyota, Main

Dealer Toyota (mata rantai 3), Sub Dealer/Branch/VSP dan Partshop (mata rantai

4) yang secara langsung melayani End-User yaitu pemilik kendaraan Toyota

(mata rantai 5). SCOR Level 1 mendefinisikan lima proses inti SCOR (plan, source, make, deliver, dan return) pada setiap rantai pasok PT TAM yang menjadi ruang lingkup bagi setiap elemen rantai pasok dalam perolehan bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi sehingga seluruh elemen rantai pasok memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Berdasarkan pengukuran dengan metrik kinerja level 1 SCOR, kinerja PT TAM dalam menyampaikan order dengan tepat waktu (delivery performance) sangat

baik (diatas 90%), lead time pemenuhan order tipe 3 untuk P. Sumatera =6-7 hari,

P. Jawa=1-3 hari, P. Sulawesi=10-16 hari dan P. Irian=25-28 hari, dan supply

chain response time yang dibutuhkan PT TAM adalah nol hari.

SCOR Level 2 menghubungkan antara proses SCOR dengan tipe proses (planning, execution and enable) sehingga perusahaan dapat menentukan kategori proses yang paling cocok dengan bentuk rantai pasoknya. Kategori proses yang

sangat kritis untuk PT TAM adalah kategori proses Deliver Stocked Product (D1).

SCOR Level 3 menampilkan aliran kerja dan informasi kategori proses D1 pada PT TAM yang kemudian diuraikan menjadi rincian tugas pada Level 4 sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksana/praktisi. Berdasarkan analisis model SCOR, SCM suku cadang PT TAM telah memiliki kinerja yang sangat baik karena telah

menerapkan strategi yang tepat terutama dalam hal pemilihan supplier dan pihak

(3)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR

DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

Menyetujui,

Bogor, 21 Januari 2008

Heti Mulyati, S.TP., MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis adalah

anak ke dua dari Ir. Slamet Wiyoso dan Ir. Sri Wiji Astuti. Penulis mengikuti

pendidikan di SDN Kalisari 02 Pagi Jakarta pada tahun 1991-1997. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 103 Jakarta pada tahun 1997-2000 dan

SMUN 39 Jakarta pada tahun 2000-2003 dalam program IPA. Pada tahun 2003,

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Pada masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

sebagai anggota Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang rantai pasok

bisnis suku cadang PT TAM dan analisa kinerjanya menggunakan model Supply

Chain Operations Reference (SCOR). Skripsi ini berjudul Kinerja Penyampaian

Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations

Reference.

Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, perhatian, dan motivasi kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Eko Rudi Cahyadi,

S.Hut., MM sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan kepada

penulis.

3. Bapak Sulaksono dan Bapak Ikhsanudin Zaenuri sebagai pembimbing

penelitian di PT. Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic Division.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

5. Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta atas dukungan, kasih sayang dan

do’a yang tulus.

6. Semua pihak yang telah membantu mewujudkan skripsi ini.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran

diperlukan untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi lingkungan akademis dan semua pihak yang

membacanya.

Bogor, 31 Januari 2008

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management .. ... 5

2.2. Prinsip Dasar SCM ... 6

2.3. Area Cakupan SCM ... 7

2.4. Strategi Supply Chain ... 8

2.5. Kriteria Sukses SCM ... 9

2.6. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10

2.7. Model Supply Chain Operations Reference ... 10

2.8. SCOR Project Roadmap ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Kerangka Pemikiran ... 15

3.2. Tahapan Penelitian ... 17

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.4. Pengumpulan Data ... 19

(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 22

4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD ... 26

4.3. Identifikasi Rantai Pasok ... 29

4.4. Analisis Model SCOR ... 32

4.4.1. Level 1 ... 34

4.4.2. Level 2 ... 45

4.4.3. Level 3 ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Ukuran metrik level 1 model SCOR ... 21

2 Waktu dan cara pengiriman order tipe 1 ... 27

3 Waktu dan cara pengiriman order tipe 2 ... 28

4 Waktu dan cara pengiriman order tipe 3 ... 28

5 Ruang lingkup elemen-elemen SCOR pada rantai pasok PT TAM ... 38

6 Perhitungan delivery performance pada PT TAM ... 40

7 Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta ... 42

8 Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta ... 42

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 SCOR Level 1 framework ... 12

2 SCOR project roadmap ... 14

3 Kerangka pemikiran penelitian ... 16

4 Alur tahapan penelitian ... 18

5 Struktur organisasi Toyota-Astra Motor ... 24

6 Struktrur organisasi TAM-SPLD... 25

7 Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota .. 29

8 SCOR framework ... 32

9 Pola mata rantai kritikal ... 33

10 SCOR configuration toolkit ... 46

11 Kategori proses dalam SCOR Level 2 ... 47

12 Customer-facing map ... 52

13 Alur kerja dan informasi elemen Deliver Stocked Product ... 55

(11)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations Reference. Dibawah bimbingan Heti Mulyati.

Kegiatan memenuhi permintaan pelanggan melibatkan banyak pihak yang kegiatannya harus bersinergi, sehingga perusahaan perlu menerapkan konsep

Supply Chain Management (SCM). Kinerja SCM perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik. Penelitian ini menganalisis proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok di PT Toyota-Astra

Motor (TAM) dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Tujuan penelitian ini mengidentifikasi model rantai pasok suku cadang yang diterapkan PT TAM dan menganalisis kinerja penyampaian suku cadang PT TAM dengan model SCOR.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei, arsip data order dan waktu pengiriman milik perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen milik perusahaan. Analisis menggunakan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR diolah dengan aplikasi program Microsoft Excel.

Anggota rantai pasok suku cadang PT TAM yaitu Supplier (mata rantai 1),

PT TAM (mata rantai 2) sebagai agen tunggal pemegang merk Toyota, Main

Dealer Toyota (mata rantai 3), Sub Dealer/Branch/VSP dan Partshop (mata rantai

4) yang secara langsung melayani End-User yaitu pemilik kendaraan Toyota

(mata rantai 5). SCOR Level 1 mendefinisikan lima proses inti SCOR (plan, source, make, deliver, dan return) pada setiap rantai pasok PT TAM yang menjadi ruang lingkup bagi setiap elemen rantai pasok dalam perolehan bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi sehingga seluruh elemen rantai pasok memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Berdasarkan pengukuran dengan metrik kinerja level 1 SCOR, kinerja PT TAM dalam menyampaikan order dengan tepat waktu (delivery performance) sangat

baik (diatas 90%), lead time pemenuhan order tipe 3 untuk P. Sumatera =6-7 hari,

P. Jawa=1-3 hari, P. Sulawesi=10-16 hari dan P. Irian=25-28 hari, dan supply

chain response time yang dibutuhkan PT TAM adalah nol hari.

SCOR Level 2 menghubungkan antara proses SCOR dengan tipe proses (planning, execution and enable) sehingga perusahaan dapat menentukan kategori proses yang paling cocok dengan bentuk rantai pasoknya. Kategori proses yang

sangat kritis untuk PT TAM adalah kategori proses Deliver Stocked Product (D1).

SCOR Level 3 menampilkan aliran kerja dan informasi kategori proses D1 pada PT TAM yang kemudian diuraikan menjadi rincian tugas pada Level 4 sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksana/praktisi. Berdasarkan analisis model SCOR, SCM suku cadang PT TAM telah memiliki kinerja yang sangat baik karena telah

menerapkan strategi yang tepat terutama dalam hal pemilihan supplier dan pihak

(13)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR

DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NISAA’ MARDHIYYAH

H24103115

Menyetujui,

Bogor, 21 Januari 2008

Heti Mulyati, S.TP., MT Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis adalah

anak ke dua dari Ir. Slamet Wiyoso dan Ir. Sri Wiji Astuti. Penulis mengikuti

pendidikan di SDN Kalisari 02 Pagi Jakarta pada tahun 1991-1997. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 103 Jakarta pada tahun 1997-2000 dan

SMUN 39 Jakarta pada tahun 2000-2003 dalam program IPA. Pada tahun 2003,

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Pada masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

sebagai anggota Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang rantai pasok

bisnis suku cadang PT TAM dan analisa kinerjanya menggunakan model Supply

Chain Operations Reference (SCOR). Skripsi ini berjudul Kinerja Penyampaian

Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations

Reference.

Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, perhatian, dan motivasi kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Eko Rudi Cahyadi,

S.Hut., MM sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan kepada

penulis.

3. Bapak Sulaksono dan Bapak Ikhsanudin Zaenuri sebagai pembimbing

penelitian di PT. Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic Division.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

5. Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta atas dukungan, kasih sayang dan

do’a yang tulus.

6. Semua pihak yang telah membantu mewujudkan skripsi ini.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran

diperlukan untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi lingkungan akademis dan semua pihak yang

membacanya.

Bogor, 31 Januari 2008

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management .. ... 5

2.2. Prinsip Dasar SCM ... 6

2.3. Area Cakupan SCM ... 7

2.4. Strategi Supply Chain ... 8

2.5. Kriteria Sukses SCM ... 9

2.6. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10

2.7. Model Supply Chain Operations Reference ... 10

2.8. SCOR Project Roadmap ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Kerangka Pemikiran ... 15

3.2. Tahapan Penelitian ... 17

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.4. Pengumpulan Data ... 19

(18)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 22

4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD ... 26

4.3. Identifikasi Rantai Pasok ... 29

4.4. Analisis Model SCOR ... 32

4.4.1. Level 1 ... 34

4.4.2. Level 2 ... 45

4.4.3. Level 3 ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(19)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Ukuran metrik level 1 model SCOR ... 21

2 Waktu dan cara pengiriman order tipe 1 ... 27

3 Waktu dan cara pengiriman order tipe 2 ... 28

4 Waktu dan cara pengiriman order tipe 3 ... 28

5 Ruang lingkup elemen-elemen SCOR pada rantai pasok PT TAM ... 38

6 Perhitungan delivery performance pada PT TAM ... 40

7 Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta ... 42

8 Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta ... 42

(20)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 SCOR Level 1 framework ... 12

2 SCOR project roadmap ... 14

3 Kerangka pemikiran penelitian ... 16

4 Alur tahapan penelitian ... 18

5 Struktur organisasi Toyota-Astra Motor ... 24

6 Struktrur organisasi TAM-SPLD... 25

7 Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota .. 29

8 SCOR framework ... 32

9 Pola mata rantai kritikal ... 33

10 SCOR configuration toolkit ... 46

11 Kategori proses dalam SCOR Level 2 ... 47

12 Customer-facing map ... 52

13 Alur kerja dan informasi elemen Deliver Stocked Product ... 55

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Contoh perhitungan metrik delivery performance ... 64

2 Contoh perhitungan metrik order fulfillment lead time ... 65

3 Rincian tugas bagian Supply Operation dan Warehouse ... 66

(22)

1.1. Latar Belakang

Sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan

dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan.

Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan

mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi dan mengutamakan kepuasan

pelanggan, sehingga memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk

perusahaan.

Kegiatan pemenuhan tuntutan pasar ini semestinya melibatkan banyak pihak

yang terkait dengan perusahaan (stakeholders). Kegiatannya harus bersinergi satu

sama lain, sehingga perusahaan sebaiknya melakukan rekayasa manajemen

dengan menerapkan konsep Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain

Management (SCM). Semangat kolaborasi, integrasi dan koordinasi untuk

mewujudkan sinergisme dalam rangka memuaskan konsumen akhir merupakan

tujuan dari SCM sehingga rantai pasok tersebut mampu bersaing dan

mendapatkan keuntungan.

Kekuatan rantai pasok sangat penting untuk memenangkan keunggulan

bersaing. Saat ini persaingan terjadi bukan hanya antara perusahaan dengan

perusahaan lainnya, tetapi antara rantai pasok suatu perusahaan dengan rantai

pasok perusahaan lainnya. SCM yang baik pada rantai pasok perusahaan

membuat perusahaan mampu menyajikan produk yang dikehendaki atau sesuai

dengan kemauan konsumen akhir, serta dapat memasok barang ke pasar dengan

cepat dan tepat waktu sehingga lebih unggul dari para pesaingnya.

Peran seluruh elemen dalam rantai pasok sangat penting dalam mencapai

kepuasan konsumen akhir. Efisiensi harus dapat tercapai pada setiap elemen

rantai pasok. Rantai pasok yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk

akhir yang murah, berkualitas, bervariasi, dan tepat waktu sehingga target pasar

dapat dipenuhi dan menghasilkan keuntungan usaha bagi perusahaan.

Struktur rantai pasok yang kompleks dan melibatkan banyak pihak baik

internal maupun eksternal perusahaan merupakan tantangan dalam mengelola

(23)

kompleksitas struktur rantai pasok dapat menyebabkan timbulnya konflik

kepentingan antara elemen rantai pasok. Hal ini disebabkan dalam mencapai

tujuan SCM mungkin saja harus mengorbankan aspek efisiensi pada satu atau

beberapa elemen rantai pasok sehingga mengurangi keuntungan fasilitas tersebut

dalam program jangka pendek.

Permasalahan kedua dalam SCM adalah kesulitan membangun kesepahaman

dalam mengelola rantai pasok. Kemungkinan ada satu atau lebih elemen yang

dengan sengaja tidak konsisten pada tujuan sistem. Oleh karena itu perlu adanya

kontrol dan bantuan teknis maupun manajemen dari perusahaan dalam aspek

produksi dan operasi pada setiap elemen rantai pasok. Permasalahan ketiga

adalah kemampuan dalam mengelola informasi antara elemen satu dengan lainnya

kemungkinan besar tidak merata. Hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam hal

sinergi pada aspek produksi, persediaan dan lainnya.

Permasalahan keempat yaitu masalah pengendalian kualitas yang menjadi

komitmen dalam rantai pasok dapat meretakkan soliditas rantai pasok, karena

lemahnya pengendalian kualitas pada satu elemen rantai pasok mempengaruhi

produk akhir, sehingga menjatuhkan nama seluruh elemen rantai pasok tersebut.

Pada kasus demikian akan dilakukan sangsi dengan cara penolakan produk

elemen tersebut. Penolakan produk ini akan menyebabkan stagnasi produksi yang

akhirnya menyebabkan stagnasi pada rantai pasok. Permasalahan yang kelima,

pengukuran kinerja rantai pasok menjadi masalah bagi banyak perusahaan yang

menerapkan SCM. Banyak perusahaan tidak mengetahui bagaimana mengukur

kinerja rantai pasok, sedangkan pengukuran kinerja rantai pasok yang baik sangat

penting untuk mengukur produktivitas dan efisiensi yang ada.

Rantai pasok harus memiliki kinerja yang baik agar dapat mengoptimalkan

keuntungan pada setiap bagian rantai pasok. Kinerja manajemen rantai pasok

perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik terutama

jika dilakukan perubahan terhadap struktur rantai pasok. Dengan melakukan

evaluasi, perusahaan menjadi lebih tahu apa yang harus dilakukan sehingga

kinerja SCM di perusahaan tersebut menjadi lebih baik di masa depan.

Salah satu perusahaan yang telah menerapkan konsep SCM adalah PT

(24)

yang terbaik di bidangnya dan terus meningkatkan kualitas produk untuk

memenuhi tuntutan konsumen lokal maupun standar internasional. Perusahaan

selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan terus menerus

melakukan peningkatan pelayanan dengan dilandasi konsep “customer first”.

Bagi PT TAM, kepuasan pelanggan adalah segalanya dan mutlak harus

ditingkatkan (www.toyota.co.id). Salah satu kegiatan bisnis PT TAM adalah

mendistribusikan suku cadang asli Toyota kepada ratusan dealer yang tersebar di

seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara.

Pemilihan TAM sebagai obyek studi berdasarkan pada pertimbangan, yaitu

TAM telah mengimplementasikan SCM dalam kegiatan bisnisnya. Oleh karena

itu, pengukuran kinerja perlu dilakukan berdasarkan konsep SCM. Penilaian

kinerja SCM pada rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM dianalisis

berdasarkan model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Model ini

digunakan karena bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan

data serta dapat mengidentifikasi di mana perbaikan perlu dilakukan untuk

menciptakan keunggulan bersaing.

Model SCOR adalah suatu model acuan proses untuk operasi rantai pasok

yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), Pittsburgh, PA. SCC

adalah suatu lembaga non-profit yang dibentuk pada tahun 1996 oleh Pittiglio

Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan AMR Research untuk mengembangkan

suatu model implementasi rantai pasok yang telah merekrut sekitar 750 anggota di

seluruh dunia dengan cabang di Eropa, Jepang, Korea, Amerika Latin, Australia,

New Zealand, dan Asia Tenggara (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

analisis SCOR dalam penerapan SCM di PT TAM.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana model rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM ?

2. Bagaimana kinerja penyampaian suku cadang PT TAM berdasarkan

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi model rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM.

2. Menganalisis kinerja penyampaian PT TAM dengan model SCOR.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan kondisi rantai pasok bisnis suku cadang PT

TAM dengan analisa menggunakan model SCOR. Dalam penelitian ini terdapat

batasan-batasan yang terdiri dari:

1. Penelitian hanya dilakukan di Supply Operation Departement, Service Parts

Logistic Division yang mengurusi pelayanan order kepada pelanggan (delivery)

sehingga ukuran kinerja SCOR level 1 yang dapat diidentifikasi adalah kinerja

penyampaian yang dilihat dari sisi pelanggan (customer facing).

2. Benchmarking untuk metrik level 1 SCOR terhadap industri sejenis tidak

dilakukan karena tidak tersedianya informasi, sehingga benchmark

menggunakan data target internal yang sudah ditetapkan perusahaan. Analisa

SCORcard dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan selama tiga bulan

berturut-turut yaitu bulan Juli, Agustus, dan September 2007 dengan

pertimbangan data yang masih baru dapat mencerminkan kondisi perusahaan

saat ini.

3. Data order dan pengiriman yang diolah adalah order tipe 1, 2 dan 3 untuk

bengkel dan toko di DKI Jakarta dan order tipe 1 dan 3 untuk delapan sub

(26)

1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan

perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu

produk ke tangan pemakai akhir secara bersama-sama. Perusahaan-perusahaan

tersebut biasanya pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta

perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan-perusahaan jasa logistik.

Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), supply chain (rantai pengadaan) adalah

suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada

para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari

berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama,

yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang

tersebut. Sedangkan menurut Nahmias (2005), sebuah supply chain adalah

seluruh jaringan terkait pada aktivitas dari sebuah firma yang mengaitkan

pemasok, pabrik, gudang, toko, dan pelanggan.

The Council of Logistics Management mendefinisikan bahwa Supply Chain

Management adalah sistematika, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional

dalam sebuah perusahaan swasta dan menyeberangi bidang usaha dalam supply

chain untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan individu

dan supply chain sebagai keseluruhan. Menurut Heizer dan Render (2005),

definisi supply chain management adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan

bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir,

serta pengiriman ke pelanggan.

Simchi-Levi et al. (2000) mendefinisikan supply chain management sebagai

serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier,

pengusaha, gudang (warehouse), dan toko secara efisien, sehingga produk

dihasilkan dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang tepat, untuk

meminimalisasikan biaya ketika memuaskan pelanggan. Sedangkan definisi dari

Ross (1998), supply chain management adalah filosofi manajemen yang secara

terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk

(27)

berada dalam satu supply chain. Filosofi ini digunakan untuk memasuki sistem

supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang

berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa,

dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) yang

bersifat unik.

Menurut Said (2006), SCM adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa

mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan

menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama.

Hanna dan Newman (2001) mendefinisikan SCM sebagai konfigurasi, koordinasi,

dan peningkatan dari sebuah gabungan rangkaian operasi yang saling terkait.

Henkoff dalam Nahmias (2005) menyatakan sebutan distribusi, logistik, atau

supply chain management yaitu merupakan proses dimana perusahaan

memindahkan material, komponen, dan produk ke pelanggan. Persaingan yang

ketat dengan para kompetitor mengharuskan perusahaan mengirim barang dalam

jumlah yang tepat, lokasi tepat dan tepat waktu.

2.2. Prinsip Dasar SCM

Supply chain adalah logistics network. Dalam hubungan ini, Indrajit (2002)

mengidentifikasi beberapa pelaku utama supply chain yang merupakan

perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu suppliers,

manufacturer, distribution, retail outlets, dan customers.

Menurut Said (2006), prinsip dasar SCM seharusnya meliputi lima hal, yaitu:

a. Prinsip integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM

berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling

ketergantungan.

b. Prinsip jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang

selaras.

c. Prinsip ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen

pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.

d. Prinsip saling tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk

(28)

e. Prinsip komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan

untuk menjadi ketepatan informasi dan material.

2.3. Area Cakupan SCM

Menurut Miranda dan Amin (2006), supply chain management terdiri atas

tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu :

1. Struktur jaringan supply chain, yaitu jaringan kerja anggota dan hubungan

dengan anggota supply chain lainnya.

Anggota supply chain meliputi semua perusahaan dan organisasi yang

berhubungan dengan perusahaan focal baik secara langsung maupun tidak

langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point

of consumption.

2. Proses bisnis supply chain, yaitu aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai

keluaran tertentu bagi pelanggan, meliputi :

a. Customer Relationship Management (CRM)

b. Customer Service Management (CSM)

c. Demand Management, yang menyeimbangkan kebutuhan pelanggan

dengan kemampuan supply perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli

pelanggan dan kapan.

d. Customer order fulfillment

e. Manufacturing flow management

f. Procurement

g. Pengembangan produk dan komersialisasi

3. Komponen manajemen supply chain berupa variabel-variabel manajerial

dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.

Komponen utamanya adalah :

a. Metode perencanaan dan pengendalian

b. Struktur aliran kinerja/aktivitas kerja

c. Struktur organisasi

d. Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi

e. Struktur fasilitas aliran produk

(29)

g. Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership)

h. Struktur resiko dan reward

i. Budaya dan sikap

Menurut Punjawan (2000), ada tiga macam aliran yang harus dikelola dalam

suatu supply chain. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir

(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke

pabrik untuk diproduksi menjadi produk jadi yang kemudian dikirim ke

distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran

uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi

yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Hal ini juga diungkapkan

oleh Hau Lee pada Stanford Supply Chain Forum (1999), SCM berhubungan erat

dengan aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan

yang terdiri dari pemasok, pabrik, distributor dan pelanggan.

Dengan demikian semua kegiatan yang terkait dengan aliran material,

informasi dan uang di sepanjang supply chain adalah kegiatan-kegiatan dalam

cakupan SCM. Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur,

kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah kegiatan-kegiatan merancang

produk baru (product development), mendapatkan bahan baku (procurement),

merencanakan produksi dan persediaan (planning & control), melakukan produksi

(production), dan melakukan pengiriman/distribusi (distribution).

2.4. Strategi Supply Chain

Strategi supply chain mencakup hal yang lebih luas dan keluar dari batas

internal sebuah perusahaan. Di dalamnya akan tercakup keputusan strategis

tentang jaringan pasokan (supply network) yang menyangkut keputusan tentang

pemasok mana yang akan dipilih, pemasok mana yang akan diajak sebagai mitra

jangka panjang, dimana saja lokasi gudang dan pusat distribusi akan didirikan,

apakah akan melakukan sendiri kegiatan logistik, (warehousing, trasportasi, dan

lain-lain) atau menyerahkannya ke pihak ketiga, dan sebagainya.

Menurut Punjawan (2005), strategi supply chain didefinisikan sebagai

(30)

rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan

sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.

Strategi supply chain memiliki tujuan jangka panjang. Tujuan-tujuan

strategis tersebut perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau

setidaknya bertahan dalam persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan

persaingan pasar maka supply chain harus menyediakan produk yang murah,

berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Keempat tujuan strategis tersebut sangat

penting di mata pelanggan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka supply chain harus bisa

menerjemahkan tujuan-tujuan diatas ke dalam kemampuan sumber daya yang

dimiliki. Dalam konteks operasi supply chain, tujuan-tujuan di atas bisa dicapai

apabila supply chain memiliki kemampuan untuk beroperasi secara efisien,

menciptakan kualitas, cepat, fleksibel dan inovatif.

2.5. Kriteria Sukses SCM

Menurut Cohen dan Roussel dalam Said, dkk (2006) terdapat empat kriteria

SCM sukses, yaitu: sesuai dengan strategi bisnis, mampu memenuhi keinginan

konsumen, mampu memahami posisinya dalam jaringan, dan adaptif. Untuk

memenuhi empat kriteria sukses ini, Cohen dan Roussel dalam Said, dkk (2006)

mengusulkan lima jalan menuju sukses dalam implementasi SCM yang terdiri

dari :

1. View SCM as a Strategic Asset. Dalam hal ini SCM diposisikan sebagai alat

bersaing strategik bagi perusahaan sehingga perlu diperhatikan oleh seluruh

organisasi dan seirama dengan bisnis organisasi.

2. Effective End-to-End Process Architecture. Membangun rancangan SCM

secara terintegrasi mulai dari pemasok terujung sampai ke konsumen akhir.

3. Powerful Organization. Ini berarti struktur organisasi SCM haruslah menjadi

bagian terintegrasi dari organisasi secara keseluruhan, tanggung jawab dan

peran jelas, dan diisi oleh personel sebagai komponen.

4. Right Collaborative Model. Karena adalah jaringan yang pasti melibatkan

pihak luar, maka perusahaan perlu membangun pola-pola kerjasama bersifat

(31)

5. Metrics to manage performance. Untuk memastikan tercapainya sasaran

SCM, maka diperlukan alat pantau yang bisa mengukur kinerja seluruh rantai

SCM.

2.6. Definisi Kinerja dan Penilaian Kinerja

Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output dan sesuatu yang

dihasilkan dari proses produk dan jasa yang bisa dievaluasi dan dibandingkan

secara relatif dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu, dan organisasi lain

(Hertz, 2007). Yuwono dkk. (2002), mendefinisikan penilaian kinerja sebagai

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai

yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi

pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan

penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas, perencanaan dan pengendalian.

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik terhadap efektifitas

operasional suatu organisasi, bagan organisasi dan karyawannya berdasarkan

sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran

kinerja merupakan suatu bagian dari proses manajemen strategi yang dapat

memberikan informasi strategi yang menyeluruh bagi para pembuat keputusan.

Penilaian kinerja berada pada tahap implementasi, sedangkan hasil

pengukurannya berada pada tahap pemantauan yang kemudian dikomunikasikan

untuk memberikan umpan balik dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 2001).

2.7. Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Model SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR

mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Menurut Punjawan (2005), pada

dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini

mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process

reengineering, benchmarking, dan process measurement ke dalam kerangka lalu

lintas fungsi dalam supply chain (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). Ketiga

(32)

a) Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks

yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be).

b) Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional

dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan

kinerja “best in class” yang diperoleh.

c) Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan

memperbaiki proses-proses supply chain.

Di bawah SCOR, SCM didefinisikan sebagai proses perencanaan (plan),

pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver), dan

pengembalian (return) yang saling terintegrasi mulai dari pemasok paling awal

(supplier’s supplier) sampai ke konsumen paling akhir (costumer’s customer), dan

semua diluruskan oleh strategi operasional, aliran material, kerja dan informasi

(Bolstorff dan Rosenbaum, 2003) seperti terlihat pada Gambar 1. Kelima elemen

proses tersebut memiliki fungsi berikut:

a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk

menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,

produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan

distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi,

perencanaan material, perencanaan kapasitas dan menyelaraskan rencana

kesatuan rantai pasok dengan rencana keuangan.

b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari

pemasok, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk

barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja

pemasok dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah

barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order, atau engineer-to-order

products.

c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi

produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa

dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan

(make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order), atau engineer-to-order. Proses

(33)

kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang

setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi, dan

sebagainya.

d. Deliver merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang

maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan

distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari

pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan

pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk

karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi

produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian

dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga

merupakan bagian dan proses return.

Gambar 1. SCOR Level 1 framework (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR meliputi tiga level

proses. Ketiga level tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian

(34)

proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari

elemen-elemen proses. Ketiga level tersebut adalah:

Level 1. Top level (tipe proses) mendefinisikan cakupan untuk lima proses

manajemen inti model SCOR, yaitu plan, source, make, deliver, dan

return dalam rantai pasok perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka

terukur.

Level 2. Configuration level (kategori proses) mendefinisikan bentuk dari

perencanaan (planning) dan pelaksanaan (execution) proses dalam aliran

material, menggunakan kategori standar seperti stock, to-order dan

engineer-to-order. Rantai pasok perusahaan bisa dikonfigurasi pada

level ini dari 30 kategori proses inti. Perusahaan menerapkan strategi

operasi mereka berdasarkan bentuk yang dipilih untuk rantai pasok

mereka.

Level 3. Process element level (proses penguraian) mendefinisikan proses bisnis

yang digunakan untuk transaksi penjualan order, pembelian order,

pemrosesan order, hak pengembalian, penambahan lagi/penggantian

persediaan dan peramalan. Level ini mengandung definisi elemen

proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta

referensi (benchmark dan best practice).

Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR bisa mengukur

kinerja supply chain secara obyektif berdasarkan data dan dapat mengidentifikasi

di mana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Implementasi SCOR tentu saja membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk

menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang

diinginkan.

2.8. SCOR Project Roadmap

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR dapat membantu

perusahaan menafsirkan dan meningkatkan ukuran spesifik kinerja rantai pasok

(35)

1. Menganalisis dasar dari persaingan yang berfokus pada metrik supply chain

dan strategi operasi yang membantu memahami bagaimana rantai pasok

perusahaan dan bagaimana kinerja mereka dibandingkan dengan pesaing.

2. Menggambarkan aliran material supply chain yang membantu

mengoptimalkan ketidakefisienan aliran material.

3. Meluruskan tingkat kinerja, praktek, dan sistem aliran informasi dan kerja

yang membantu mengoptimalkan produktivitas transaksi.

4. Merencanakan dan menerapkan perbaikan supply chain untuk meningkatkan

kinerja.

Gambar 2. SCOR project roadmap (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)

(36)

3.1. Kerangka Pemikiran

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi

tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon

permintaan, adanya variasi produk dan harga yang murah. Dalam rangka

memenuhi kepuasan pelanggan dan meningkatkan daya saing, perusahaan

melakukan kolaborasi, integrasi dan koordinasi dengan para sub

kontraktor/vendor membentuk suatu rantai pasok.

Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan konsep SCM adalah PT TAM.

Konsep SCM yang sudah dijalankan oleh PT TAM perlu dikaji kinerja rantai

pasoknya berdasarkan model SCOR. Hal tersebut penting untuk dilakukan dalam

rangka umpan balik bagi perusahaan untuk tetap pada kebijakan perusahaan

sebelumnya atau perlu melakukan suatu perubahan, sehingga kepuasan seluruh

pelanggan Toyota terpenuhi. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 3.

Perusahaan dengan rantai pasoknya dapat berkembang apabila memiliki

keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing dibangun melalui upaya perusahaan

mewujudkan kepuasan pelanggan sehingga pasar yang telah dibangun dapat

dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan karena kepuasan pelanggan dapat

menarik pelanggan baru atau merupakan promosi yang efektif di pasar.

Kepuasan pelanggan dapat terwujud apabila perusahaan dapat memenuhi

tuntutan pelanggan dalam hal pemenuhan kualitas yang inginkan pelanggan

dengan harga yang murah, kecepatan merespon perkembangan permintaan dan

peningkatan variasi produk. Untuk memenuhi tuntutan pelanggan tersebut

perusahaan membangun jejaring dengan vendor-vendor dan sub konkraktor,

melakukan koordinasi dan berkolaborasi seoptimal mungkin sehingga terbentuk

rantai pasok yang mampu bersaing di pasar.

Kekuatan rantai pasok sangat ditentukan oleh kinerja rantai pasok.

Sedangkan kinerja rantai pasok sangat dipengaruhi oleh strategi manajemen rantai

pasok yang diterapkan. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja rantai

(37)

Keunggulan Bersaing

Harga, mutu, ketepatan jumlah dan waktu pemenuhan order

Strategi Manajemen Rantai Pasok

Kinerja Rantai Pasok

Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan model SCOR

TAM melakukan kolaborasi, integrasi, dan koordinasi dengan sub kontraktor/vendor

Kinerja Rantai Pasok Terukur

Tolok Ukur Kinerja Penyampaian dengan

Key Performance Indicator (KPI) :

delivery performance, lead time

dan supply chain response time

Bagus

Ya

Tidak

(38)

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terbagi atas tiga tahap. Pertama adalah tahap persiapan yang

diawali dengan penentuan tema penelitian, penyusunan proposal, dan penjajakan

tempat penelitian. Pencarian literatur yang relevan dan mendukung dilakukan

untuk memperkaya pengetahuan peneliti akan aspek kajian yang akan dilakukan.

Kerangka pemikiran dibuat untuk memandu alur analisis dalam penelitian. Dalam

kerangka pemikiran ditentukan variabel-variabel yang berkaitan dan

mempengaruhi rantai pasok dan alat analisis yang akan dipakai.

Dalam tahap persiapan ini dibuat desain penelitian yang berisi panduan untuk

kegiatan pengumpulan data dan metode analisis yang akan digunakan. Desain

penelitian ini disusun atas bimbingan pihak perusahaan dan mendapat persetujuan

dari pihak perusahaan.

Tahap selanjutnya adalah studi lapangan dan pengumpulan data. Pada tahap

ini, penulis mengumpulkan data-data baik melalui wawancara langsung dengan

pihak perusahaan maupun data sekunder yaitu laporan dan catatan perusahaan.

Dalam pengumpulan dan pencarian data, penulis juga dibimbing oleh pihak

perusahaan yang ahli di bidang ini.

Setelah pengumpulan data selesai, maka dilakukan pengolahan data dan

analisa pada data yang diperoleh dengan alat analisis yang telah dipilih, yaitu

pengukuran kinerja rantai pasok dengan model SCOR. Hasil yang diperoleh akan

direkomendasikan kembali kepada perusahaan sebagai pertimbangan untuk

evaluasi dan perbaikan lebih lanjut. Secara sistematis tahapan penelitian ini

(39)

Persetujuan

Tidak Ya

Tidak Ya

Tidak

Ya Re konfirmasi kepada tempat

pengamat- an

Pemilihan Tema: Kinerja SCM

Penyusunan Proposal

Perbaikan

Perbaikan Penyusunan

Desain Penelitian

Pengumpulan Data: data primer & sekunder

Analisis model SCOR dan Penulisan Laporan

Hasil Penelitian

Masukan untuk TAM Perbaikan Tahap Persiapan

Tahap I

Tahap II

Persetujuan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap III

Tahap Input, Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 4. Alur tahapan penelitian

Input metrik level 1: - data order

(40)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic

Division (TAM-SPLD) yang berlokasi di Jl. Gaya Motor III, Sunter II, Jakarta

Utara. Pemilihan lokasi dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa PT TAM

adalah salah satu perusahaan besar yang telah menerapkan manajemen rantai

pasok dengan baik. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan

bulan Desember 2007.

3.4. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer maupun sekunder. Data primer

diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak

perusahaan yang berkaitan dengan logistik perusahaan. Data sekunder diperoleh

dari literatur yang relevan, dokumen dan laporan yang dimiliki oleh perusahaan

dan instansi terkait.

Data yang diperlukan meliputi:

1. Data tentang gambaran umum perusahaan meliputi sejarah dan

perkembangannya, struktur organisasi dan manajemen, serta bidang usaha

yang merupakan data sekunder dari dokumen milik perusahaan.

2. Data tentang struktur rantai pasok perusahaan berupa data primer yang

diperoleh dari secara langsung melalui wawancara dengan pihak perusahaan

dan survai ke lapangan.

3. Data yang diperlukan untuk menganalisis kinerja SCM perusahaan (input

analisis metrik level 1 model SCOR), yaitu data order suku cadang dan waktu

pengiriman mulai bulan Juli sampai dengan September 2007. Data primer

tersebut diperoleh dari arsip milik perusahaan.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok PT TAM

dianalisis dengan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Metrik kinerja

level 1 SCOR digunakan sebagai metrik standar untuk mengukur kinerja

(41)

input dalam perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR akan diolah dengan

menggunakan aplikasi program Microsoft Excel. Analisis hasil pengolahan data

dilakukan secara kualitatif sesuai standar kinerja yang disepakati bersama dengan

perusahaan.

Kinerja perusahaan dalam hal menyampaikan suku cadang yang dipesan oleh

pelanggan merupakan tolok ukur yang dilihat dari aspek kepentingan pelanggan

(customer facing). Pada aspek ini, variabel yang diukur adalah delivery reliability,

responsiveness dan flexibility. Metrik kinerja level 1 SCOR, khusus aspek

kepentingan pelanggan adalah :

1. Delivery Reliability

Variabel delivery reliability parameternya adalah delivery performance dan

perfect order fulfillment.

a. Kinerja Penyampaian (Delivery Performance)

Kinerja penyampaian mengukur persentase pesanan yang dapat

terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu dan

pada tanggal yang diminta pelanggan.

b. Pemenuhan Pesanan dengan Sempurna(Perfect Order Fulfillment)

Pemenuhan pesanan dengan sempurna mengukur persentase dari pesanan

yang terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu

dan pada tanggal yang diminta pelanggan serta tidak ada perbedaan (cocok)

antara pesanan pembelian, faktur dan tanda terima.

2. Responsiveness

Variabel responsiveness parameternya adalah Order Fulfillment Lead Time

(Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan) yang mengukur banyaknya hari yang

diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai

dengan penyerahan pada pelanggan.

3. Flexibility

Variabel flexibility parameternya adalah Supply Chain Response Time

(Waktu Merespon Rantai Pasok) yang mengukur banyaknya hari yang digunakan

(42)

nyata/signifikan (mencapai 20% peningkatan atau pengurangan) yang tidak

terduga sebelumnya tanpa biaya tambahan atau denda (meliputi aspek

perencanaan, penelusuran pemasok, produksi, dan pengiriman pesanan).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat bagan ukuran metrik level 1 model

SCOR analisis dalam Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran metrik level 1 model SCOR

Variabel Parameter Ukuran (satuan)

Delivery Performance

Jumlah total pengiriman pesanan yang tepat waktu dan lengkap sesuai

perjanjian tanggal dengan pelanggan (%)

Delivery Reliability

Perfect Order Fulfillment

Jumlah total pengiriman pesanan yang tepat waktu dan lengkap tanpa

Penyesuaian Kredit, termasuk sesuai

invoice (harga, jumlah item dan item

number) dan receipt (bill of lading and

packing slip) (%)

Responsiveness Order

Fulfillment Lead Time

Waktu yang diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai dengan penyerahan pada pelanggan (hari)

Aspek kepentingan pelanggan

Flexibility Supply Chain

Response Time

Waktu yang dibutuhkan suatu rantai pasok untuk merespon 20% peningkatan atau pengurangan tidak direncanakan tanpa adanya biaya atau jasa tambahan (hari)

Sumber: Bolstorff, 2003

(43)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Pada tanggal 2 April 1971 PT Toyota-Astra Motor (TAM) diresmikan

sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia dengan modal

disetor Rp. 19.500.000.000 dari pemegang saham Toyota Motor Corporation

(95%) dan PT. Astra International Tbk (5%). PT TAM mulai beroperasi pada

tanggal 1 Januari 1972.

Pada tahun 1973 didirikan pabrik perakitan PT Multi Astra. Pada tahun

1976 berdiri PT Toyota Mobilindo sebagai pabrik komponen. Pada tahun 1982

pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi. Empat perusahaan

Toyota di Indonesia yaitu PT Toyota-Astra Motor, PT Multi Astra, PT Toyota

Mobilindo dan PT Toyota Engine Indonesia pada tahun 1996 merger menjadi satu

perusahaan PT Toyota-Astra Motor dan bergerak dalam bidang manufaktur dan

distribusi.

Pada tanggal 20 Februari 2003, PT Astra International Tbk (AI) dan Toyota

Motor Corporation (TMC), sebagai perusahaan induk PT Toyota Astra Motor

(TAM), mengumumkan bahwa keduanya mencapai kesepakatan dalam suatu

persetujuan dasar untuk mereorganisasi PT TAM menjadi dua entitas bisnis, yakni

yang bergerak dalam bidang manufaktur dan distribusi. Kesepakatan tersebut

dituangkan dalam bentuk penandatangan Nota Kesepahaman (MOU) oleh

Presiden Direktur AI, Budi Setiadharma, Wakil Presiden Direktur AI, Michael D.

Ruslim dan Managing Director TMC, Akio Toyoda di Jakarta.

Sesuai dengan rencana reorganisasi PT TAM tersebut, TMC akan menjadi

pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 95% pada perusahaan

manufaktur yang akan mengembangkan kegiatan operasinya sebagai pusat

produksi dan pemasok global kendaraan serbaguna dan mesin berbahan bakar

bensin. Sementara itu, AI akan menjadi pemegang saham mayoritas (dengan

kepemilikan 51%) di perusahaan distribusi, yang akan mengendalikan kegiatan

penjualan (sales) di Indonesia. Keduanya, baik AI maupun TMC, akan tetap

(44)

simultan memperkuat aktivitas penjualan di Indonesia dengan menempatkan

Indonesia sebagai basis pemasok dan penjualan yang signifikan.

Pada tanggal 1 Agustus 2003, MOU tersebut direalisasikan dan dilakukan

restrukturisasi permodalan dalam perusahaan (PT TAM) antara Toyota Motor

Corporation dan PT Astra International Tbk sehingga komposisi permodalan

mereka dalam PT TAM menjadi 51% saham PT Astra International Tbk dan 49%

saham Toyota Motor Corporation. Pada proses restrukturisasi tersebut, PT TAM

juga melepas sektor usahanya di bidang industri manufaktur kepada PT Toyota

Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan PT. Toyota-Astra Motor kembali

menjadi distributor tunggal produk bermerek dagang Toyota dan berkantor pusat

di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta.

Pada saat penelitian ini dilakukan, PT TAM telah berlaku sebagai

distributor tunggal merek Toyota yang bertanggung jawab atas pelayanan purna

jual (after-sales service) kendaraan tersebut. PT TAM mempunyai struktur

(45)
(46)

Service Parts Logistic

LK3 Committee Warehouse Supply Operation

Parts Control New Model & PN

Information

PN Information

Local Parts

Inventory & System Control

Order Processing

Shipping Import Parts

Receiving & Quality

Parts Issuing

Productivity Control & Adm.

New Model Project Control

SP Relocation Committee Kaizen Group

(47)

Filosofi Perusahaan PT TAM, yaitu :

1. Memberikan kontribusi kepada negara dan masyarakat melalui

profesionalisme dalam memasarkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi di

dalam era persaingan global

2. Tumbuh bersama-sama karyawan, dealer dan pemasok dengan

mengedepankan rasa saling percaya dan saling menghormati

Visi perusahaan adalah “menjadi perusahaan otomotif yang paling sukses

dan dihormati di kawasan Asia Tenggara dengan memberikan pengalaman terbaik

dalam kepemilikan kendaraan.” Sedangkan misi perusahaan adalah :

1. Secara berkesinambungan menyediakan produk dan jasa yang berkualitas

tinggi serta memenuhi kebutuhan pelanggan melalui program pemasaran yang

terbaik

2. Mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan menciptakan

lingkungan kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan

pelanggan

3. Memperkuat kolaborasi dengan produsen, dealer utama dan dealer-dealer

melalui komunikasi dan kerjasama yang lebih baik

4. Mengembangkan operasi perusahaan yang sehat dalam segala aspek, misalnya

pemenuhan peraturan, lingkungan dan lain-lain.

4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD

TAM-Service Parts Logistic Division (TAM-SPLD) adalah divisi yang

bertanggung jawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota untuk

ratusan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara.

Supply Operation adalah salah satu departemen dalam SPLD yang bertugas

mengelola order dari pelanggan. Pengelolaan order ini meliputi penerimaan

order, pemrosesan order, serta pengiriman suku cadang ke pelanggan TAM (main

dealer Toyota). Struktur organisasi TAM-SPLD dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan tingkat kepentingan dan skala prioritas, sistem proses order di

(48)

1. Proses Real Time Invoicing (Tipe 1)

Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat

kepada dealer atau pelanggan (untuk kasus emergency). Tipe order yang

dipergunakan untuk proses real time invoicing adalah tipe order 1 (emergency

order). Sedangkan jenis order untuk proses real time invoicing dibagi

menjadi dua, yaitu :

1) Vehicle Off Road (VOR) Order digunakan untuk pemesanan suku cadang

yang benar-benar diperlukan (kendaraan tidak bisa jalan tanpa suku

cadang tersebut dan atau memenuhi peraturan perundangan).

2) Emergency Order Biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan critical

items dari dealer atau pelanggan.

Order tipe 1 diproses setiap saat ketika order masuk ke TAM-SPLD,

sedangkan waktu dan cara pengirimannya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Waktu dan cara pengiriman order tipe 1

Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman

™ Wilayah Luar Jakarta

Pkl. 08.00-12.00 Hari yang sama (N) Via Udara (oleh Ekspedisi)

Pkl. 12.00-15.30 Esok hari (N+1) Via Udara (oleh Ekspedisi)

™ Wilayah Jakarta

Pkl. 08.00-13.30 Hari yang sama (N) Pengiriman langsung

Hari yang sama (N) Diambil sendiri

Pkl. 13.30-15.30

Esok hari (N+1) Pengiriman langsung

2. Proses Route Invoicing (Tipe 2)

Fasilitas ini digunakan untuk melayani order workshop dalam kota,

dimana waktu proses order ditentukan secara berkala (scheduling) dan di

sinkronkan dengan waktu pengiriman suku cadang. Tipe order yang

dipergunakan untuk proses route invoicing adalah tipe order 2 (route order).

Order tipe 2 diproses sesuai cut-off time yang telah ditentukan, sedangkan

(49)

Tabel 3. Waktu dan cara pengiriman order tipe 2

Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman

Pkl. 08.00-13.00 Hari yang sama (N)

Via Darat/Laut

- Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung

(Jakarta)

Pkl. 13.00-15.30 Esok hari (N+1)

Via Darat/Laut

- Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung

(Jakarta)

3. Proses Batch Invoicing (Tipe 3)

Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan bagi pesanan atau

order dari dealer yang merupakan order untuk pergantian persediaan. Tipe

order yang dipergunakan untuk proses batch invoicing adalah tipe order 3

(replenishment order). Proses print-out order untuk tipe ini dilakukan dua kali

dalam sehari untuk wilayah Jakarta dan luar Jakarta. Waktu dan cara

pengiriman suku cadang yang dipesan dengan tipe order ini dapat dilihat pada

Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Waktu dan cara pengiriman order tipe 3

Waktu Print-out Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman

Pkl. 13.00 (Jakarta) N+1

(dari proses order) Pengiriman langsung

Pkl. 14.00 (luar Jakarta) N+1

(dari proses order)

Via Darat/Laut

- Oleh Ekspedisi (luar Jakarta)

4. Proses Firm Order (Tipe F)

Fasilitas ini digunakan untuk pemesanan suku cadang yang life time-nya

pendek atau suku cadang yang perlu sering diganti (fast moving part) dan

harus selalu ada persediaan di gudang dealer. Tipe order yang dipergunakan

untuk proses firm order adalah tipe order F. Sistem order dilakukan

berdasarkan kesepakatan antara TAM dengan dealer mengenai waktu supply.

Order tipe F ini sangat dicermati penangannya oleh PT TAM karena

jumlahnya sangat banyak, sehingga jika harus memiliki persediaan di gudang,

akan memerlukan ruang yang sangat besar. Oleh karena itu PT TAM

mengatur persediaannya pada gudang-gudang milik main dealer. Suku

cadang yang dipesan dengan proses firm order (order tipe F) dapat dikirim

(50)

4.3. Identifikasi Rantai Pasok

Rantai Pasok dalam bisnis suku cadang asli Toyota yang dikelola PT TAM

dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu Supplier (Pemasok), PT TAM

sebagai agen tunggal pemegang merek dagang (Trade Mark), Main Dealer,

Sub-Dealer/Branch/VSP-Part Shop serta End User (Pemilik/Pemakai kendaraan

bermotor merek Toyota.

Hasil identifikasi rantai pasok suku cadang asli kendaraan merek Toyota

yang dikelola PT. TAM dapat dilihat pada Gambar 7.

MATA RANTAI 5

TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN

TAM

Sub Dealer/ Branch/VSP

Main Dealer

Partshops

End-User

Sub-Depot

Astra International (Auto 2000) New Ratna Motor Agung Automall Hadji Kalla Hasjrat Abadi

MATA RANTAI 4 MATA RANTAI 1

MATA RANTAI 2

MATA RANTAI 3

Supply

Order

(51)

1. Supplier (Pemasok)

Supplier merupakan mata rantai pertama dalam jaringan bisnis suku

cadang PT Toyota-Astra Motor. Supplier menyediakan suku cadang yang

akan didistribusikan oleh PT Toyota-Astra Motor. Suku cadang asli Toyota

didapatkan dari beberapa sumber antara lain:

a. TMC (Toyota Motor Corp.) Jepang.

b. TMAP (Toyota Motor Asia Pacific) sebagai importir non TMC (3rd

Country) dimana barangnya bersumber dari Thailand, Taiwan, Malaysia,

Philipina dan Australia, dll.

c. Local Supplier (pabrik lokal) yaitu: PT Bando, PT Denso Indonesia, PT

Kayaba dll, termasuk diantaranya in House Product Pabrik TMMIN (body

parts).

Persentase sumber pemerolehan suku cadang dari pemasok lokal, TMC, dan

TMAP bagi TAM masing-masing adalah 54%, 36% dan 10%. Selanjutnya

supplier disebut sebagai mata rantai 1.

2. PT Toyota-Astra Motor

PT TAM merupakan mata rantai kedua yang merupakan agen tunggal

pemegang merek Toyota dan bertanggungjawab atas pelayanan purna jual

kendaraan. TAM-Service Parts Logistic Division adalah divisi yang

bertanggungjawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota

untuk kebutuhan pelanggan. Semua suku cadang yang didistribusikan oleh PT

TAM telah memenuhi standar mutu yang diawasi oleh TMC.

PT TAM melakukan pengiriman ke sub depo (50%), non depo untuk

daerah Jakarta dan sekitarnya (43%), dan ekspor (7%) untuk suku cadang

Toyota yang diproduksi di Indonesia. Selanjutnya PT. TAM disebut sebagai

mata rantai 2.

3. Main Dealer

Main dealer merupakan mata rantai ketiga dalam jaringan bisnis TAM.

Lima dealer utama Toyota yaitu: PT Astra Internasional (Auto 2000), PT New

Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, dan NV Hadji Kalla

Trd.Co. TAM melakukan pengiriman langsung ke main dealer tersebut atau

Gambar

Gambar 1.  SCOR Level 1 framework (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)
Gambar 2.  SCOR project roadmap (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)
Gambar 3.  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 4.  Alur tahapan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, tujuan khusus penelitian adalah dapat melakukan pengukuran kinerja rantai pasokan perusahaan dengan pendekatan SCOR (Supply Chain Operations Reference) sebagai acuan

Model yang digunakan untuk menilai performansi dari rantai pasok di perusahaan ini adalah model Supply Chain Operations Refer ence (SCOR) pada level 1.Dari hasil

Penilaian rantai pasok dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui nilai kinerja rantai pasok perusahaan, mengetahui atribut kinerja apa saja yang menjadi

Tujuan penelitian merupakan tahapan yang akan dicapai pada penelitian ini, pada tahap ini peneliti melakukan pengukuran setiap atribut performansi rantai pasok dengan

Nilai pencapaian setiap KPI yang telah didapat sebelumnya diolah dengan bobot dari masing-masing proses inti, atribut kinerja, dan KPI untuk mendapatkan indeks

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran kinerja lima proses inti pada supply chain perusahaan dengan menggunakan metode SCOR,