SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations Reference. Dibawah bimbingan Heti Mulyati.
Kegiatan memenuhi permintaan pelanggan melibatkan banyak pihak yang kegiatannya harus bersinergi, sehingga perusahaan perlu menerapkan konsep
Supply Chain Management (SCM). Kinerja SCM perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik. Penelitian ini menganalisis proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok di PT Toyota-Astra
Motor (TAM) dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR).
Tujuan penelitian ini mengidentifikasi model rantai pasok suku cadang yang diterapkan PT TAM dan menganalisis kinerja penyampaian suku cadang PT TAM dengan model SCOR.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei, arsip data order dan waktu pengiriman milik perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen milik perusahaan. Analisis menggunakan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR diolah dengan aplikasi program Microsoft Excel.
Anggota rantai pasok suku cadang PT TAM yaitu Supplier (mata rantai 1),
PT TAM (mata rantai 2) sebagai agen tunggal pemegang merk Toyota, Main
Dealer Toyota (mata rantai 3), Sub Dealer/Branch/VSP dan Partshop (mata rantai
4) yang secara langsung melayani End-User yaitu pemilik kendaraan Toyota
(mata rantai 5). SCOR Level 1 mendefinisikan lima proses inti SCOR (plan, source, make, deliver, dan return) pada setiap rantai pasok PT TAM yang menjadi ruang lingkup bagi setiap elemen rantai pasok dalam perolehan bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi sehingga seluruh elemen rantai pasok memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Berdasarkan pengukuran dengan metrik kinerja level 1 SCOR, kinerja PT TAM dalam menyampaikan order dengan tepat waktu (delivery performance) sangat
baik (diatas 90%), lead time pemenuhan order tipe 3 untuk P. Sumatera =6-7 hari,
P. Jawa=1-3 hari, P. Sulawesi=10-16 hari dan P. Irian=25-28 hari, dan supply
chain response time yang dibutuhkan PT TAM adalah nol hari.
SCOR Level 2 menghubungkan antara proses SCOR dengan tipe proses (planning, execution and enable) sehingga perusahaan dapat menentukan kategori proses yang paling cocok dengan bentuk rantai pasoknya. Kategori proses yang
sangat kritis untuk PT TAM adalah kategori proses Deliver Stocked Product (D1).
SCOR Level 3 menampilkan aliran kerja dan informasi kategori proses D1 pada PT TAM yang kemudian diuraikan menjadi rincian tugas pada Level 4 sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksana/praktisi. Berdasarkan analisis model SCOR, SCM suku cadang PT TAM telah memiliki kinerja yang sangat baik karena telah
menerapkan strategi yang tepat terutama dalam hal pemilihan supplier dan pihak
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR
DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
Menyetujui,
Bogor, 21 Januari 2008
Heti Mulyati, S.TP., MT Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis adalah
anak ke dua dari Ir. Slamet Wiyoso dan Ir. Sri Wiji Astuti. Penulis mengikuti
pendidikan di SDN Kalisari 02 Pagi Jakarta pada tahun 1991-1997. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 103 Jakarta pada tahun 1997-2000 dan
SMUN 39 Jakarta pada tahun 2000-2003 dalam program IPA. Pada tahun 2003,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Pada masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
sebagai anggota Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang rantai pasok
bisnis suku cadang PT TAM dan analisa kinerjanya menggunakan model Supply
Chain Operations Reference (SCOR). Skripsi ini berjudul Kinerja Penyampaian
Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations
Reference.
Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, perhatian, dan motivasi kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Eko Rudi Cahyadi,
S.Hut., MM sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan kepada
penulis.
3. Bapak Sulaksono dan Bapak Ikhsanudin Zaenuri sebagai pembimbing
penelitian di PT. Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic Division.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.
5. Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta atas dukungan, kasih sayang dan
do’a yang tulus.
6. Semua pihak yang telah membantu mewujudkan skripsi ini.
Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran
diperlukan untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi lingkungan akademis dan semua pihak yang
membacanya.
Bogor, 31 Januari 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management .. ... 5
2.2. Prinsip Dasar SCM ... 6
2.3. Area Cakupan SCM ... 7
2.4. Strategi Supply Chain ... 8
2.5. Kriteria Sukses SCM ... 9
2.6. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10
2.7. Model Supply Chain Operations Reference ... 10
2.8. SCOR Project Roadmap ... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
3.1. Kerangka Pemikiran ... 15
3.2. Tahapan Penelitian ... 17
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.4. Pengumpulan Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 22
4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD ... 26
4.3. Identifikasi Rantai Pasok ... 29
4.4. Analisis Model SCOR ... 32
4.4.1. Level 1 ... 34
4.4.2. Level 2 ... 45
4.4.3. Level 3 ... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
1. Kesimpulan ... 60
2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Ukuran metrik level 1 model SCOR ... 21
2 Waktu dan cara pengiriman order tipe 1 ... 27
3 Waktu dan cara pengiriman order tipe 2 ... 28
4 Waktu dan cara pengiriman order tipe 3 ... 28
5 Ruang lingkup elemen-elemen SCOR pada rantai pasok PT TAM ... 38
6 Perhitungan delivery performance pada PT TAM ... 40
7 Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta ... 42
8 Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta ... 42
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 SCOR Level 1 framework ... 12
2 SCOR project roadmap ... 14
3 Kerangka pemikiran penelitian ... 16
4 Alur tahapan penelitian ... 18
5 Struktur organisasi Toyota-Astra Motor ... 24
6 Struktrur organisasi TAM-SPLD... 25
7 Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota .. 29
8 SCOR framework ... 32
9 Pola mata rantai kritikal ... 33
10 SCOR configuration toolkit ... 46
11 Kategori proses dalam SCOR Level 2 ... 47
12 Customer-facing map ... 52
13 Alur kerja dan informasi elemen Deliver Stocked Product ... 55
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations Reference. Dibawah bimbingan Heti Mulyati.
Kegiatan memenuhi permintaan pelanggan melibatkan banyak pihak yang kegiatannya harus bersinergi, sehingga perusahaan perlu menerapkan konsep
Supply Chain Management (SCM). Kinerja SCM perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik. Penelitian ini menganalisis proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok di PT Toyota-Astra
Motor (TAM) dengan model Supply Chain Operations Reference (SCOR).
Tujuan penelitian ini mengidentifikasi model rantai pasok suku cadang yang diterapkan PT TAM dan menganalisis kinerja penyampaian suku cadang PT TAM dengan model SCOR.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei, arsip data order dan waktu pengiriman milik perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen milik perusahaan. Analisis menggunakan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR diolah dengan aplikasi program Microsoft Excel.
Anggota rantai pasok suku cadang PT TAM yaitu Supplier (mata rantai 1),
PT TAM (mata rantai 2) sebagai agen tunggal pemegang merk Toyota, Main
Dealer Toyota (mata rantai 3), Sub Dealer/Branch/VSP dan Partshop (mata rantai
4) yang secara langsung melayani End-User yaitu pemilik kendaraan Toyota
(mata rantai 5). SCOR Level 1 mendefinisikan lima proses inti SCOR (plan, source, make, deliver, dan return) pada setiap rantai pasok PT TAM yang menjadi ruang lingkup bagi setiap elemen rantai pasok dalam perolehan bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi sehingga seluruh elemen rantai pasok memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Berdasarkan pengukuran dengan metrik kinerja level 1 SCOR, kinerja PT TAM dalam menyampaikan order dengan tepat waktu (delivery performance) sangat
baik (diatas 90%), lead time pemenuhan order tipe 3 untuk P. Sumatera =6-7 hari,
P. Jawa=1-3 hari, P. Sulawesi=10-16 hari dan P. Irian=25-28 hari, dan supply
chain response time yang dibutuhkan PT TAM adalah nol hari.
SCOR Level 2 menghubungkan antara proses SCOR dengan tipe proses (planning, execution and enable) sehingga perusahaan dapat menentukan kategori proses yang paling cocok dengan bentuk rantai pasoknya. Kategori proses yang
sangat kritis untuk PT TAM adalah kategori proses Deliver Stocked Product (D1).
SCOR Level 3 menampilkan aliran kerja dan informasi kategori proses D1 pada PT TAM yang kemudian diuraikan menjadi rincian tugas pada Level 4 sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksana/praktisi. Berdasarkan analisis model SCOR, SCM suku cadang PT TAM telah memiliki kinerja yang sangat baik karena telah
menerapkan strategi yang tepat terutama dalam hal pemilihan supplier dan pihak
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR
DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NISAA’ MARDHIYYAH
H24103115
Menyetujui,
Bogor, 21 Januari 2008
Heti Mulyati, S.TP., MT Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1986. Penulis adalah
anak ke dua dari Ir. Slamet Wiyoso dan Ir. Sri Wiji Astuti. Penulis mengikuti
pendidikan di SDN Kalisari 02 Pagi Jakarta pada tahun 1991-1997. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 103 Jakarta pada tahun 1997-2000 dan
SMUN 39 Jakarta pada tahun 2000-2003 dalam program IPA. Pada tahun 2003,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Pada masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
sebagai anggota Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas tentang rantai pasok
bisnis suku cadang PT TAM dan analisa kinerjanya menggunakan model Supply
Chain Operations Reference (SCOR). Skripsi ini berjudul Kinerja Penyampaian
Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operations
Reference.
Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, perhatian, dan motivasi kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Eko Rudi Cahyadi,
S.Hut., MM sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan kepada
penulis.
3. Bapak Sulaksono dan Bapak Ikhsanudin Zaenuri sebagai pembimbing
penelitian di PT. Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic Division.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.
5. Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta atas dukungan, kasih sayang dan
do’a yang tulus.
6. Semua pihak yang telah membantu mewujudkan skripsi ini.
Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran
diperlukan untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi lingkungan akademis dan semua pihak yang
membacanya.
Bogor, 31 Januari 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management .. ... 5
2.2. Prinsip Dasar SCM ... 6
2.3. Area Cakupan SCM ... 7
2.4. Strategi Supply Chain ... 8
2.5. Kriteria Sukses SCM ... 9
2.6. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 10
2.7. Model Supply Chain Operations Reference ... 10
2.8. SCOR Project Roadmap ... 13
III. METODE PENELITIAN ... 15
3.1. Kerangka Pemikiran ... 15
3.2. Tahapan Penelitian ... 17
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.4. Pengumpulan Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 22
4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD ... 26
4.3. Identifikasi Rantai Pasok ... 29
4.4. Analisis Model SCOR ... 32
4.4.1. Level 1 ... 34
4.4.2. Level 2 ... 45
4.4.3. Level 3 ... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
1. Kesimpulan ... 60
2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Ukuran metrik level 1 model SCOR ... 21
2 Waktu dan cara pengiriman order tipe 1 ... 27
3 Waktu dan cara pengiriman order tipe 2 ... 28
4 Waktu dan cara pengiriman order tipe 3 ... 28
5 Ruang lingkup elemen-elemen SCOR pada rantai pasok PT TAM ... 38
6 Perhitungan delivery performance pada PT TAM ... 40
7 Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta ... 42
8 Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta ... 42
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 SCOR Level 1 framework ... 12
2 SCOR project roadmap ... 14
3 Kerangka pemikiran penelitian ... 16
4 Alur tahapan penelitian ... 18
5 Struktur organisasi Toyota-Astra Motor ... 24
6 Struktrur organisasi TAM-SPLD... 25
7 Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota .. 29
8 SCOR framework ... 32
9 Pola mata rantai kritikal ... 33
10 SCOR configuration toolkit ... 46
11 Kategori proses dalam SCOR Level 2 ... 47
12 Customer-facing map ... 52
13 Alur kerja dan informasi elemen Deliver Stocked Product ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Contoh perhitungan metrik delivery performance ... 64
2 Contoh perhitungan metrik order fulfillment lead time ... 65
3 Rincian tugas bagian Supply Operation dan Warehouse ... 66
1.1. Latar Belakang
Sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan
dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan.
Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan
mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi dan mengutamakan kepuasan
pelanggan, sehingga memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk
perusahaan.
Kegiatan pemenuhan tuntutan pasar ini semestinya melibatkan banyak pihak
yang terkait dengan perusahaan (stakeholders). Kegiatannya harus bersinergi satu
sama lain, sehingga perusahaan sebaiknya melakukan rekayasa manajemen
dengan menerapkan konsep Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain
Management (SCM). Semangat kolaborasi, integrasi dan koordinasi untuk
mewujudkan sinergisme dalam rangka memuaskan konsumen akhir merupakan
tujuan dari SCM sehingga rantai pasok tersebut mampu bersaing dan
mendapatkan keuntungan.
Kekuatan rantai pasok sangat penting untuk memenangkan keunggulan
bersaing. Saat ini persaingan terjadi bukan hanya antara perusahaan dengan
perusahaan lainnya, tetapi antara rantai pasok suatu perusahaan dengan rantai
pasok perusahaan lainnya. SCM yang baik pada rantai pasok perusahaan
membuat perusahaan mampu menyajikan produk yang dikehendaki atau sesuai
dengan kemauan konsumen akhir, serta dapat memasok barang ke pasar dengan
cepat dan tepat waktu sehingga lebih unggul dari para pesaingnya.
Peran seluruh elemen dalam rantai pasok sangat penting dalam mencapai
kepuasan konsumen akhir. Efisiensi harus dapat tercapai pada setiap elemen
rantai pasok. Rantai pasok yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk
akhir yang murah, berkualitas, bervariasi, dan tepat waktu sehingga target pasar
dapat dipenuhi dan menghasilkan keuntungan usaha bagi perusahaan.
Struktur rantai pasok yang kompleks dan melibatkan banyak pihak baik
internal maupun eksternal perusahaan merupakan tantangan dalam mengelola
kompleksitas struktur rantai pasok dapat menyebabkan timbulnya konflik
kepentingan antara elemen rantai pasok. Hal ini disebabkan dalam mencapai
tujuan SCM mungkin saja harus mengorbankan aspek efisiensi pada satu atau
beberapa elemen rantai pasok sehingga mengurangi keuntungan fasilitas tersebut
dalam program jangka pendek.
Permasalahan kedua dalam SCM adalah kesulitan membangun kesepahaman
dalam mengelola rantai pasok. Kemungkinan ada satu atau lebih elemen yang
dengan sengaja tidak konsisten pada tujuan sistem. Oleh karena itu perlu adanya
kontrol dan bantuan teknis maupun manajemen dari perusahaan dalam aspek
produksi dan operasi pada setiap elemen rantai pasok. Permasalahan ketiga
adalah kemampuan dalam mengelola informasi antara elemen satu dengan lainnya
kemungkinan besar tidak merata. Hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam hal
sinergi pada aspek produksi, persediaan dan lainnya.
Permasalahan keempat yaitu masalah pengendalian kualitas yang menjadi
komitmen dalam rantai pasok dapat meretakkan soliditas rantai pasok, karena
lemahnya pengendalian kualitas pada satu elemen rantai pasok mempengaruhi
produk akhir, sehingga menjatuhkan nama seluruh elemen rantai pasok tersebut.
Pada kasus demikian akan dilakukan sangsi dengan cara penolakan produk
elemen tersebut. Penolakan produk ini akan menyebabkan stagnasi produksi yang
akhirnya menyebabkan stagnasi pada rantai pasok. Permasalahan yang kelima,
pengukuran kinerja rantai pasok menjadi masalah bagi banyak perusahaan yang
menerapkan SCM. Banyak perusahaan tidak mengetahui bagaimana mengukur
kinerja rantai pasok, sedangkan pengukuran kinerja rantai pasok yang baik sangat
penting untuk mengukur produktivitas dan efisiensi yang ada.
Rantai pasok harus memiliki kinerja yang baik agar dapat mengoptimalkan
keuntungan pada setiap bagian rantai pasok. Kinerja manajemen rantai pasok
perlu dijaga dengan melakukan evaluasi kinerja SCM secara periodik terutama
jika dilakukan perubahan terhadap struktur rantai pasok. Dengan melakukan
evaluasi, perusahaan menjadi lebih tahu apa yang harus dilakukan sehingga
kinerja SCM di perusahaan tersebut menjadi lebih baik di masa depan.
Salah satu perusahaan yang telah menerapkan konsep SCM adalah PT
yang terbaik di bidangnya dan terus meningkatkan kualitas produk untuk
memenuhi tuntutan konsumen lokal maupun standar internasional. Perusahaan
selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan terus menerus
melakukan peningkatan pelayanan dengan dilandasi konsep “customer first”.
Bagi PT TAM, kepuasan pelanggan adalah segalanya dan mutlak harus
ditingkatkan (www.toyota.co.id). Salah satu kegiatan bisnis PT TAM adalah
mendistribusikan suku cadang asli Toyota kepada ratusan dealer yang tersebar di
seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara.
Pemilihan TAM sebagai obyek studi berdasarkan pada pertimbangan, yaitu
TAM telah mengimplementasikan SCM dalam kegiatan bisnisnya. Oleh karena
itu, pengukuran kinerja perlu dilakukan berdasarkan konsep SCM. Penilaian
kinerja SCM pada rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM dianalisis
berdasarkan model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Model ini
digunakan karena bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan
data serta dapat mengidentifikasi di mana perbaikan perlu dilakukan untuk
menciptakan keunggulan bersaing.
Model SCOR adalah suatu model acuan proses untuk operasi rantai pasok
yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), Pittsburgh, PA. SCC
adalah suatu lembaga non-profit yang dibentuk pada tahun 1996 oleh Pittiglio
Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan AMR Research untuk mengembangkan
suatu model implementasi rantai pasok yang telah merekrut sekitar 750 anggota di
seluruh dunia dengan cabang di Eropa, Jepang, Korea, Amerika Latin, Australia,
New Zealand, dan Asia Tenggara (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). Dengan
demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
analisis SCOR dalam penerapan SCM di PT TAM.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM ?
2. Bagaimana kinerja penyampaian suku cadang PT TAM berdasarkan
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi model rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM.
2. Menganalisis kinerja penyampaian PT TAM dengan model SCOR.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggambarkan kondisi rantai pasok bisnis suku cadang PT
TAM dengan analisa menggunakan model SCOR. Dalam penelitian ini terdapat
batasan-batasan yang terdiri dari:
1. Penelitian hanya dilakukan di Supply Operation Departement, Service Parts
Logistic Division yang mengurusi pelayanan order kepada pelanggan (delivery)
sehingga ukuran kinerja SCOR level 1 yang dapat diidentifikasi adalah kinerja
penyampaian yang dilihat dari sisi pelanggan (customer facing).
2. Benchmarking untuk metrik level 1 SCOR terhadap industri sejenis tidak
dilakukan karena tidak tersedianya informasi, sehingga benchmark
menggunakan data target internal yang sudah ditetapkan perusahaan. Analisa
SCORcard dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan selama tiga bulan
berturut-turut yaitu bulan Juli, Agustus, dan September 2007 dengan
pertimbangan data yang masih baru dapat mencerminkan kondisi perusahaan
saat ini.
3. Data order dan pengiriman yang diolah adalah order tipe 1, 2 dan 3 untuk
bengkel dan toko di DKI Jakarta dan order tipe 1 dan 3 untuk delapan sub
1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management
Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan
perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu
produk ke tangan pemakai akhir secara bersama-sama. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan-perusahaan jasa logistik.
Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), supply chain (rantai pengadaan) adalah
suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada
para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari
berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama,
yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang
tersebut. Sedangkan menurut Nahmias (2005), sebuah supply chain adalah
seluruh jaringan terkait pada aktivitas dari sebuah firma yang mengaitkan
pemasok, pabrik, gudang, toko, dan pelanggan.
The Council of Logistics Management mendefinisikan bahwa Supply Chain
Management adalah sistematika, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional
dalam sebuah perusahaan swasta dan menyeberangi bidang usaha dalam supply
chain untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan individu
dan supply chain sebagai keseluruhan. Menurut Heizer dan Render (2005),
definisi supply chain management adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan
bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir,
serta pengiriman ke pelanggan.
Simchi-Levi et al. (2000) mendefinisikan supply chain management sebagai
serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier,
pengusaha, gudang (warehouse), dan toko secara efisien, sehingga produk
dihasilkan dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang tepat, untuk
meminimalisasikan biaya ketika memuaskan pelanggan. Sedangkan definisi dari
Ross (1998), supply chain management adalah filosofi manajemen yang secara
terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk
berada dalam satu supply chain. Filosofi ini digunakan untuk memasuki sistem
supply yang berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang
berfokus pada pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa,
dan informasi untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) yang
bersifat unik.
Menurut Said (2006), SCM adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa
mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan
menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama.
Hanna dan Newman (2001) mendefinisikan SCM sebagai konfigurasi, koordinasi,
dan peningkatan dari sebuah gabungan rangkaian operasi yang saling terkait.
Henkoff dalam Nahmias (2005) menyatakan sebutan distribusi, logistik, atau
supply chain management yaitu merupakan proses dimana perusahaan
memindahkan material, komponen, dan produk ke pelanggan. Persaingan yang
ketat dengan para kompetitor mengharuskan perusahaan mengirim barang dalam
jumlah yang tepat, lokasi tepat dan tepat waktu.
2.2. Prinsip Dasar SCM
Supply chain adalah logistics network. Dalam hubungan ini, Indrajit (2002)
mengidentifikasi beberapa pelaku utama supply chain yang merupakan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu suppliers,
manufacturer, distribution, retail outlets, dan customers.
Menurut Said (2006), prinsip dasar SCM seharusnya meliputi lima hal, yaitu:
a. Prinsip integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM
berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling
ketergantungan.
b. Prinsip jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang
selaras.
c. Prinsip ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen
pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
d. Prinsip saling tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk
e. Prinsip komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material.
2.3. Area Cakupan SCM
Menurut Miranda dan Amin (2006), supply chain management terdiri atas
tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu :
1. Struktur jaringan supply chain, yaitu jaringan kerja anggota dan hubungan
dengan anggota supply chain lainnya.
Anggota supply chain meliputi semua perusahaan dan organisasi yang
berhubungan dengan perusahaan focal baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui supplier atau pelanggannya dari point of origin hingga point
of consumption.
2. Proses bisnis supply chain, yaitu aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai
keluaran tertentu bagi pelanggan, meliputi :
a. Customer Relationship Management (CRM)
b. Customer Service Management (CSM)
c. Demand Management, yang menyeimbangkan kebutuhan pelanggan
dengan kemampuan supply perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli
pelanggan dan kapan.
d. Customer order fulfillment
e. Manufacturing flow management
f. Procurement
g. Pengembangan produk dan komersialisasi
3. Komponen manajemen supply chain berupa variabel-variabel manajerial
dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.
Komponen utamanya adalah :
a. Metode perencanaan dan pengendalian
b. Struktur aliran kinerja/aktivitas kerja
c. Struktur organisasi
d. Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi
e. Struktur fasilitas aliran produk
g. Struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership)
h. Struktur resiko dan reward
i. Budaya dan sikap
Menurut Punjawan (2000), ada tiga macam aliran yang harus dikelola dalam
suatu supply chain. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir
(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke
pabrik untuk diproduksi menjadi produk jadi yang kemudian dikirim ke
distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran
uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi
yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Hal ini juga diungkapkan
oleh Hau Lee pada Stanford Supply Chain Forum (1999), SCM berhubungan erat
dengan aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan
yang terdiri dari pemasok, pabrik, distributor dan pelanggan.
Dengan demikian semua kegiatan yang terkait dengan aliran material,
informasi dan uang di sepanjang supply chain adalah kegiatan-kegiatan dalam
cakupan SCM. Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur,
kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah kegiatan-kegiatan merancang
produk baru (product development), mendapatkan bahan baku (procurement),
merencanakan produksi dan persediaan (planning & control), melakukan produksi
(production), dan melakukan pengiriman/distribusi (distribution).
2.4. Strategi Supply Chain
Strategi supply chain mencakup hal yang lebih luas dan keluar dari batas
internal sebuah perusahaan. Di dalamnya akan tercakup keputusan strategis
tentang jaringan pasokan (supply network) yang menyangkut keputusan tentang
pemasok mana yang akan dipilih, pemasok mana yang akan diajak sebagai mitra
jangka panjang, dimana saja lokasi gudang dan pusat distribusi akan didirikan,
apakah akan melakukan sendiri kegiatan logistik, (warehousing, trasportasi, dan
lain-lain) atau menyerahkannya ke pihak ketiga, dan sebagainya.
Menurut Punjawan (2005), strategi supply chain didefinisikan sebagai
rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan
sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.
Strategi supply chain memiliki tujuan jangka panjang. Tujuan-tujuan
strategis tersebut perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau
setidaknya bertahan dalam persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan
persaingan pasar maka supply chain harus menyediakan produk yang murah,
berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Keempat tujuan strategis tersebut sangat
penting di mata pelanggan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka supply chain harus bisa
menerjemahkan tujuan-tujuan diatas ke dalam kemampuan sumber daya yang
dimiliki. Dalam konteks operasi supply chain, tujuan-tujuan di atas bisa dicapai
apabila supply chain memiliki kemampuan untuk beroperasi secara efisien,
menciptakan kualitas, cepat, fleksibel dan inovatif.
2.5. Kriteria Sukses SCM
Menurut Cohen dan Roussel dalam Said, dkk (2006) terdapat empat kriteria
SCM sukses, yaitu: sesuai dengan strategi bisnis, mampu memenuhi keinginan
konsumen, mampu memahami posisinya dalam jaringan, dan adaptif. Untuk
memenuhi empat kriteria sukses ini, Cohen dan Roussel dalam Said, dkk (2006)
mengusulkan lima jalan menuju sukses dalam implementasi SCM yang terdiri
dari :
1. View SCM as a Strategic Asset. Dalam hal ini SCM diposisikan sebagai alat
bersaing strategik bagi perusahaan sehingga perlu diperhatikan oleh seluruh
organisasi dan seirama dengan bisnis organisasi.
2. Effective End-to-End Process Architecture. Membangun rancangan SCM
secara terintegrasi mulai dari pemasok terujung sampai ke konsumen akhir.
3. Powerful Organization. Ini berarti struktur organisasi SCM haruslah menjadi
bagian terintegrasi dari organisasi secara keseluruhan, tanggung jawab dan
peran jelas, dan diisi oleh personel sebagai komponen.
4. Right Collaborative Model. Karena adalah jaringan yang pasti melibatkan
pihak luar, maka perusahaan perlu membangun pola-pola kerjasama bersifat
5. Metrics to manage performance. Untuk memastikan tercapainya sasaran
SCM, maka diperlukan alat pantau yang bisa mengukur kinerja seluruh rantai
SCM.
2.6. Definisi Kinerja dan Penilaian Kinerja
Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output dan sesuatu yang
dihasilkan dari proses produk dan jasa yang bisa dievaluasi dan dibandingkan
secara relatif dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu, dan organisasi lain
(Hertz, 2007). Yuwono dkk. (2002), mendefinisikan penilaian kinerja sebagai
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas, perencanaan dan pengendalian.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik terhadap efektifitas
operasional suatu organisasi, bagan organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran
kinerja merupakan suatu bagian dari proses manajemen strategi yang dapat
memberikan informasi strategi yang menyeluruh bagi para pembuat keputusan.
Penilaian kinerja berada pada tahap implementasi, sedangkan hasil
pengukurannya berada pada tahap pemantauan yang kemudian dikomunikasikan
untuk memberikan umpan balik dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 2001).
2.7. Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Model SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR
mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Menurut Punjawan (2005), pada
dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini
mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reengineering, benchmarking, dan process measurement ke dalam kerangka lalu
lintas fungsi dalam supply chain (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). Ketiga
a) Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks
yang terjadi saat ini (as is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to be).
b) Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional
dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan
kinerja “best in class” yang diperoleh.
c) Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan
memperbaiki proses-proses supply chain.
Di bawah SCOR, SCM didefinisikan sebagai proses perencanaan (plan),
pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver), dan
pengembalian (return) yang saling terintegrasi mulai dari pemasok paling awal
(supplier’s supplier) sampai ke konsumen paling akhir (costumer’s customer), dan
semua diluruskan oleh strategi operasional, aliran material, kerja dan informasi
(Bolstorff dan Rosenbaum, 2003) seperti terlihat pada Gambar 1. Kelima elemen
proses tersebut memiliki fungsi berikut:
a. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk
menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan
distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi,
perencanaan material, perencanaan kapasitas dan menyelaraskan rencana
kesatuan rantai pasok dengan rencana keuangan.
b. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi
permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari
pemasok, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk
barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja
pemasok dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah
barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order, atau engineer-to-order
products.
c. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi
produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make atau produksi bisa
dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan
(make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order), atau engineer-to-order. Proses
kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang
setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi, dan
sebagainya.
d. Deliver merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang
maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan
distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari
pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan
pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.
e. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk
karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi
produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian
dan melakukan pengembalian. Post-delivery customer support juga
merupakan bagian dan proses return.
Gambar 1. SCOR Level 1 framework (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)
Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR meliputi tiga level
proses. Ketiga level tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian
proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari
elemen-elemen proses. Ketiga level tersebut adalah:
Level 1. Top level (tipe proses) mendefinisikan cakupan untuk lima proses
manajemen inti model SCOR, yaitu plan, source, make, deliver, dan
return dalam rantai pasok perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka
terukur.
Level 2. Configuration level (kategori proses) mendefinisikan bentuk dari
perencanaan (planning) dan pelaksanaan (execution) proses dalam aliran
material, menggunakan kategori standar seperti stock, to-order dan
engineer-to-order. Rantai pasok perusahaan bisa dikonfigurasi pada
level ini dari 30 kategori proses inti. Perusahaan menerapkan strategi
operasi mereka berdasarkan bentuk yang dipilih untuk rantai pasok
mereka.
Level 3. Process element level (proses penguraian) mendefinisikan proses bisnis
yang digunakan untuk transaksi penjualan order, pembelian order,
pemrosesan order, hak pengembalian, penambahan lagi/penggantian
persediaan dan peramalan. Level ini mengandung definisi elemen
proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta
referensi (benchmark dan best practice).
Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR bisa mengukur
kinerja supply chain secara obyektif berdasarkan data dan dapat mengidentifikasi
di mana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Implementasi SCOR tentu saja membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk
menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang
diinginkan.
2.8. SCOR Project Roadmap
Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR dapat membantu
perusahaan menafsirkan dan meningkatkan ukuran spesifik kinerja rantai pasok
1. Menganalisis dasar dari persaingan yang berfokus pada metrik supply chain
dan strategi operasi yang membantu memahami bagaimana rantai pasok
perusahaan dan bagaimana kinerja mereka dibandingkan dengan pesaing.
2. Menggambarkan aliran material supply chain yang membantu
mengoptimalkan ketidakefisienan aliran material.
3. Meluruskan tingkat kinerja, praktek, dan sistem aliran informasi dan kerja
yang membantu mengoptimalkan produktivitas transaksi.
4. Merencanakan dan menerapkan perbaikan supply chain untuk meningkatkan
kinerja.
Gambar 2. SCOR project roadmap (Bolstorff and Rosenbaum, 2003)
3.1. Kerangka Pemikiran
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi
tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon
permintaan, adanya variasi produk dan harga yang murah. Dalam rangka
memenuhi kepuasan pelanggan dan meningkatkan daya saing, perusahaan
melakukan kolaborasi, integrasi dan koordinasi dengan para sub
kontraktor/vendor membentuk suatu rantai pasok.
Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan konsep SCM adalah PT TAM.
Konsep SCM yang sudah dijalankan oleh PT TAM perlu dikaji kinerja rantai
pasoknya berdasarkan model SCOR. Hal tersebut penting untuk dilakukan dalam
rangka umpan balik bagi perusahaan untuk tetap pada kebijakan perusahaan
sebelumnya atau perlu melakukan suatu perubahan, sehingga kepuasan seluruh
pelanggan Toyota terpenuhi. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 3.
Perusahaan dengan rantai pasoknya dapat berkembang apabila memiliki
keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing dibangun melalui upaya perusahaan
mewujudkan kepuasan pelanggan sehingga pasar yang telah dibangun dapat
dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan karena kepuasan pelanggan dapat
menarik pelanggan baru atau merupakan promosi yang efektif di pasar.
Kepuasan pelanggan dapat terwujud apabila perusahaan dapat memenuhi
tuntutan pelanggan dalam hal pemenuhan kualitas yang inginkan pelanggan
dengan harga yang murah, kecepatan merespon perkembangan permintaan dan
peningkatan variasi produk. Untuk memenuhi tuntutan pelanggan tersebut
perusahaan membangun jejaring dengan vendor-vendor dan sub konkraktor,
melakukan koordinasi dan berkolaborasi seoptimal mungkin sehingga terbentuk
rantai pasok yang mampu bersaing di pasar.
Kekuatan rantai pasok sangat ditentukan oleh kinerja rantai pasok.
Sedangkan kinerja rantai pasok sangat dipengaruhi oleh strategi manajemen rantai
pasok yang diterapkan. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja rantai
Keunggulan Bersaing
Harga, mutu, ketepatan jumlah dan waktu pemenuhan order
Strategi Manajemen Rantai Pasok
Kinerja Rantai Pasok
Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan model SCOR
TAM melakukan kolaborasi, integrasi, dan koordinasi dengan sub kontraktor/vendor
Kinerja Rantai Pasok Terukur
Tolok Ukur Kinerja Penyampaian dengan
Key Performance Indicator (KPI) :
delivery performance, lead time
dan supply chain response time
Bagus
Ya
Tidak
3.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terbagi atas tiga tahap. Pertama adalah tahap persiapan yang
diawali dengan penentuan tema penelitian, penyusunan proposal, dan penjajakan
tempat penelitian. Pencarian literatur yang relevan dan mendukung dilakukan
untuk memperkaya pengetahuan peneliti akan aspek kajian yang akan dilakukan.
Kerangka pemikiran dibuat untuk memandu alur analisis dalam penelitian. Dalam
kerangka pemikiran ditentukan variabel-variabel yang berkaitan dan
mempengaruhi rantai pasok dan alat analisis yang akan dipakai.
Dalam tahap persiapan ini dibuat desain penelitian yang berisi panduan untuk
kegiatan pengumpulan data dan metode analisis yang akan digunakan. Desain
penelitian ini disusun atas bimbingan pihak perusahaan dan mendapat persetujuan
dari pihak perusahaan.
Tahap selanjutnya adalah studi lapangan dan pengumpulan data. Pada tahap
ini, penulis mengumpulkan data-data baik melalui wawancara langsung dengan
pihak perusahaan maupun data sekunder yaitu laporan dan catatan perusahaan.
Dalam pengumpulan dan pencarian data, penulis juga dibimbing oleh pihak
perusahaan yang ahli di bidang ini.
Setelah pengumpulan data selesai, maka dilakukan pengolahan data dan
analisa pada data yang diperoleh dengan alat analisis yang telah dipilih, yaitu
pengukuran kinerja rantai pasok dengan model SCOR. Hasil yang diperoleh akan
direkomendasikan kembali kepada perusahaan sebagai pertimbangan untuk
evaluasi dan perbaikan lebih lanjut. Secara sistematis tahapan penelitian ini
Persetujuan
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak
Ya Re konfirmasi kepada tempat
pengamat- an
Pemilihan Tema: Kinerja SCM
Penyusunan Proposal
Perbaikan
Perbaikan Penyusunan
Desain Penelitian
Pengumpulan Data: data primer & sekunder
Analisis model SCOR dan Penulisan Laporan
Hasil Penelitian
Masukan untuk TAM Perbaikan Tahap Persiapan
Tahap I
Tahap II
Persetujuan
Tahap Pengumpulan Data
Tahap III
Tahap Input, Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 4. Alur tahapan penelitian
Input metrik level 1: - data order
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Toyota-Astra Motor-Service Parts Logistic
Division (TAM-SPLD) yang berlokasi di Jl. Gaya Motor III, Sunter II, Jakarta
Utara. Pemilihan lokasi dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa PT TAM
adalah salah satu perusahaan besar yang telah menerapkan manajemen rantai
pasok dengan baik. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan
bulan Desember 2007.
3.4. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer maupun sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak
perusahaan yang berkaitan dengan logistik perusahaan. Data sekunder diperoleh
dari literatur yang relevan, dokumen dan laporan yang dimiliki oleh perusahaan
dan instansi terkait.
Data yang diperlukan meliputi:
1. Data tentang gambaran umum perusahaan meliputi sejarah dan
perkembangannya, struktur organisasi dan manajemen, serta bidang usaha
yang merupakan data sekunder dari dokumen milik perusahaan.
2. Data tentang struktur rantai pasok perusahaan berupa data primer yang
diperoleh dari secara langsung melalui wawancara dengan pihak perusahaan
dan survai ke lapangan.
3. Data yang diperlukan untuk menganalisis kinerja SCM perusahaan (input
analisis metrik level 1 model SCOR), yaitu data order suku cadang dan waktu
pengiriman mulai bulan Juli sampai dengan September 2007. Data primer
tersebut diperoleh dari arsip milik perusahaan.
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Proses penyampaian suku cadang asli Toyota pada rantai pasok PT TAM
dianalisis dengan model SCOR yang meliputi tiga level proses. Metrik kinerja
level 1 SCOR digunakan sebagai metrik standar untuk mengukur kinerja
input dalam perhitungan metrik kinerja level 1 SCOR akan diolah dengan
menggunakan aplikasi program Microsoft Excel. Analisis hasil pengolahan data
dilakukan secara kualitatif sesuai standar kinerja yang disepakati bersama dengan
perusahaan.
Kinerja perusahaan dalam hal menyampaikan suku cadang yang dipesan oleh
pelanggan merupakan tolok ukur yang dilihat dari aspek kepentingan pelanggan
(customer facing). Pada aspek ini, variabel yang diukur adalah delivery reliability,
responsiveness dan flexibility. Metrik kinerja level 1 SCOR, khusus aspek
kepentingan pelanggan adalah :
1. Delivery Reliability
Variabel delivery reliability parameternya adalah delivery performance dan
perfect order fulfillment.
a. Kinerja Penyampaian (Delivery Performance)
Kinerja penyampaian mengukur persentase pesanan yang dapat
terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu dan
pada tanggal yang diminta pelanggan.
b. Pemenuhan Pesanan dengan Sempurna(Perfect Order Fulfillment)
Pemenuhan pesanan dengan sempurna mengukur persentase dari pesanan
yang terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu
dan pada tanggal yang diminta pelanggan serta tidak ada perbedaan (cocok)
antara pesanan pembelian, faktur dan tanda terima.
2. Responsiveness
Variabel responsiveness parameternya adalah Order Fulfillment Lead Time
(Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan) yang mengukur banyaknya hari yang
diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai
dengan penyerahan pada pelanggan.
3. Flexibility
Variabel flexibility parameternya adalah Supply Chain Response Time
(Waktu Merespon Rantai Pasok) yang mengukur banyaknya hari yang digunakan
nyata/signifikan (mencapai 20% peningkatan atau pengurangan) yang tidak
terduga sebelumnya tanpa biaya tambahan atau denda (meliputi aspek
perencanaan, penelusuran pemasok, produksi, dan pengiriman pesanan).
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat bagan ukuran metrik level 1 model
SCOR analisis dalam Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran metrik level 1 model SCOR
Variabel Parameter Ukuran (satuan)
Delivery Performance
Jumlah total pengiriman pesanan yang tepat waktu dan lengkap sesuai
perjanjian tanggal dengan pelanggan (%)
Delivery Reliability
Perfect Order Fulfillment
Jumlah total pengiriman pesanan yang tepat waktu dan lengkap tanpa
Penyesuaian Kredit, termasuk sesuai
invoice (harga, jumlah item dan item
number) dan receipt (bill of lading and
packing slip) (%)
Responsiveness Order
Fulfillment Lead Time
Waktu yang diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai dengan penyerahan pada pelanggan (hari)
Aspek kepentingan pelanggan
Flexibility Supply Chain
Response Time
Waktu yang dibutuhkan suatu rantai pasok untuk merespon 20% peningkatan atau pengurangan tidak direncanakan tanpa adanya biaya atau jasa tambahan (hari)
Sumber: Bolstorff, 2003
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Pada tanggal 2 April 1971 PT Toyota-Astra Motor (TAM) diresmikan
sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia dengan modal
disetor Rp. 19.500.000.000 dari pemegang saham Toyota Motor Corporation
(95%) dan PT. Astra International Tbk (5%). PT TAM mulai beroperasi pada
tanggal 1 Januari 1972.
Pada tahun 1973 didirikan pabrik perakitan PT Multi Astra. Pada tahun
1976 berdiri PT Toyota Mobilindo sebagai pabrik komponen. Pada tahun 1982
pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi. Empat perusahaan
Toyota di Indonesia yaitu PT Toyota-Astra Motor, PT Multi Astra, PT Toyota
Mobilindo dan PT Toyota Engine Indonesia pada tahun 1996 merger menjadi satu
perusahaan PT Toyota-Astra Motor dan bergerak dalam bidang manufaktur dan
distribusi.
Pada tanggal 20 Februari 2003, PT Astra International Tbk (AI) dan Toyota
Motor Corporation (TMC), sebagai perusahaan induk PT Toyota Astra Motor
(TAM), mengumumkan bahwa keduanya mencapai kesepakatan dalam suatu
persetujuan dasar untuk mereorganisasi PT TAM menjadi dua entitas bisnis, yakni
yang bergerak dalam bidang manufaktur dan distribusi. Kesepakatan tersebut
dituangkan dalam bentuk penandatangan Nota Kesepahaman (MOU) oleh
Presiden Direktur AI, Budi Setiadharma, Wakil Presiden Direktur AI, Michael D.
Ruslim dan Managing Director TMC, Akio Toyoda di Jakarta.
Sesuai dengan rencana reorganisasi PT TAM tersebut, TMC akan menjadi
pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 95% pada perusahaan
manufaktur yang akan mengembangkan kegiatan operasinya sebagai pusat
produksi dan pemasok global kendaraan serbaguna dan mesin berbahan bakar
bensin. Sementara itu, AI akan menjadi pemegang saham mayoritas (dengan
kepemilikan 51%) di perusahaan distribusi, yang akan mengendalikan kegiatan
penjualan (sales) di Indonesia. Keduanya, baik AI maupun TMC, akan tetap
simultan memperkuat aktivitas penjualan di Indonesia dengan menempatkan
Indonesia sebagai basis pemasok dan penjualan yang signifikan.
Pada tanggal 1 Agustus 2003, MOU tersebut direalisasikan dan dilakukan
restrukturisasi permodalan dalam perusahaan (PT TAM) antara Toyota Motor
Corporation dan PT Astra International Tbk sehingga komposisi permodalan
mereka dalam PT TAM menjadi 51% saham PT Astra International Tbk dan 49%
saham Toyota Motor Corporation. Pada proses restrukturisasi tersebut, PT TAM
juga melepas sektor usahanya di bidang industri manufaktur kepada PT Toyota
Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan PT. Toyota-Astra Motor kembali
menjadi distributor tunggal produk bermerek dagang Toyota dan berkantor pusat
di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta.
Pada saat penelitian ini dilakukan, PT TAM telah berlaku sebagai
distributor tunggal merek Toyota yang bertanggung jawab atas pelayanan purna
jual (after-sales service) kendaraan tersebut. PT TAM mempunyai struktur
Service Parts Logistic
LK3 Committee Warehouse Supply Operation
Parts Control New Model & PN
Information
PN Information
Local Parts
Inventory & System Control
Order Processing
Shipping Import Parts
Receiving & Quality
Parts Issuing
Productivity Control & Adm.
New Model Project Control
SP Relocation Committee Kaizen Group
Filosofi Perusahaan PT TAM, yaitu :
1. Memberikan kontribusi kepada negara dan masyarakat melalui
profesionalisme dalam memasarkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi di
dalam era persaingan global
2. Tumbuh bersama-sama karyawan, dealer dan pemasok dengan
mengedepankan rasa saling percaya dan saling menghormati
Visi perusahaan adalah “menjadi perusahaan otomotif yang paling sukses
dan dihormati di kawasan Asia Tenggara dengan memberikan pengalaman terbaik
dalam kepemilikan kendaraan.” Sedangkan misi perusahaan adalah :
1. Secara berkesinambungan menyediakan produk dan jasa yang berkualitas
tinggi serta memenuhi kebutuhan pelanggan melalui program pemasaran yang
terbaik
2. Mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan menciptakan
lingkungan kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan
pelanggan
3. Memperkuat kolaborasi dengan produsen, dealer utama dan dealer-dealer
melalui komunikasi dan kerjasama yang lebih baik
4. Mengembangkan operasi perusahaan yang sehat dalam segala aspek, misalnya
pemenuhan peraturan, lingkungan dan lain-lain.
4.2. Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD
TAM-Service Parts Logistic Division (TAM-SPLD) adalah divisi yang
bertanggung jawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota untuk
ratusan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara.
Supply Operation adalah salah satu departemen dalam SPLD yang bertugas
mengelola order dari pelanggan. Pengelolaan order ini meliputi penerimaan
order, pemrosesan order, serta pengiriman suku cadang ke pelanggan TAM (main
dealer Toyota). Struktur organisasi TAM-SPLD dapat dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan tingkat kepentingan dan skala prioritas, sistem proses order di
1. Proses Real Time Invoicing (Tipe 1)
Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat
kepada dealer atau pelanggan (untuk kasus emergency). Tipe order yang
dipergunakan untuk proses real time invoicing adalah tipe order 1 (emergency
order). Sedangkan jenis order untuk proses real time invoicing dibagi
menjadi dua, yaitu :
1) Vehicle Off Road (VOR) Order digunakan untuk pemesanan suku cadang
yang benar-benar diperlukan (kendaraan tidak bisa jalan tanpa suku
cadang tersebut dan atau memenuhi peraturan perundangan).
2) Emergency Order Biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan critical
items dari dealer atau pelanggan.
Order tipe 1 diproses setiap saat ketika order masuk ke TAM-SPLD,
sedangkan waktu dan cara pengirimannya dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Waktu dan cara pengiriman order tipe 1
Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman
Wilayah Luar Jakarta
Pkl. 08.00-12.00 Hari yang sama (N) Via Udara (oleh Ekspedisi)
Pkl. 12.00-15.30 Esok hari (N+1) Via Udara (oleh Ekspedisi)
Wilayah Jakarta
Pkl. 08.00-13.30 Hari yang sama (N) Pengiriman langsung
Hari yang sama (N) Diambil sendiri
Pkl. 13.30-15.30
Esok hari (N+1) Pengiriman langsung
2. Proses Route Invoicing (Tipe 2)
Fasilitas ini digunakan untuk melayani order workshop dalam kota,
dimana waktu proses order ditentukan secara berkala (scheduling) dan di
sinkronkan dengan waktu pengiriman suku cadang. Tipe order yang
dipergunakan untuk proses route invoicing adalah tipe order 2 (route order).
Order tipe 2 diproses sesuai cut-off time yang telah ditentukan, sedangkan
Tabel 3. Waktu dan cara pengiriman order tipe 2
Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman
Pkl. 08.00-13.00 Hari yang sama (N)
Via Darat/Laut
- Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung
(Jakarta)
Pkl. 13.00-15.30 Esok hari (N+1)
Via Darat/Laut
- Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung
(Jakarta)
3. Proses Batch Invoicing (Tipe 3)
Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan bagi pesanan atau
order dari dealer yang merupakan order untuk pergantian persediaan. Tipe
order yang dipergunakan untuk proses batch invoicing adalah tipe order 3
(replenishment order). Proses print-out order untuk tipe ini dilakukan dua kali
dalam sehari untuk wilayah Jakarta dan luar Jakarta. Waktu dan cara
pengiriman suku cadang yang dipesan dengan tipe order ini dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Waktu dan cara pengiriman order tipe 3
Waktu Print-out Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman
Pkl. 13.00 (Jakarta) N+1
(dari proses order) Pengiriman langsung
Pkl. 14.00 (luar Jakarta) N+1
(dari proses order)
Via Darat/Laut
- Oleh Ekspedisi (luar Jakarta)
4. Proses Firm Order (Tipe F)
Fasilitas ini digunakan untuk pemesanan suku cadang yang life time-nya
pendek atau suku cadang yang perlu sering diganti (fast moving part) dan
harus selalu ada persediaan di gudang dealer. Tipe order yang dipergunakan
untuk proses firm order adalah tipe order F. Sistem order dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara TAM dengan dealer mengenai waktu supply.
Order tipe F ini sangat dicermati penangannya oleh PT TAM karena
jumlahnya sangat banyak, sehingga jika harus memiliki persediaan di gudang,
akan memerlukan ruang yang sangat besar. Oleh karena itu PT TAM
mengatur persediaannya pada gudang-gudang milik main dealer. Suku
cadang yang dipesan dengan proses firm order (order tipe F) dapat dikirim
4.3. Identifikasi Rantai Pasok
Rantai Pasok dalam bisnis suku cadang asli Toyota yang dikelola PT TAM
dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu Supplier (Pemasok), PT TAM
sebagai agen tunggal pemegang merek dagang (Trade Mark), Main Dealer,
Sub-Dealer/Branch/VSP-Part Shop serta End User (Pemilik/Pemakai kendaraan
bermotor merek Toyota.
Hasil identifikasi rantai pasok suku cadang asli kendaraan merek Toyota
yang dikelola PT. TAM dapat dilihat pada Gambar 7.
MATA RANTAI 5
TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN
TAM
Sub Dealer/ Branch/VSP
Main Dealer
Partshops
End-User
Sub-Depot
Astra International (Auto 2000) New Ratna Motor Agung Automall Hadji Kalla Hasjrat Abadi
MATA RANTAI 4 MATA RANTAI 1
MATA RANTAI 2
MATA RANTAI 3
Supply
Order
1. Supplier (Pemasok)
Supplier merupakan mata rantai pertama dalam jaringan bisnis suku
cadang PT Toyota-Astra Motor. Supplier menyediakan suku cadang yang
akan didistribusikan oleh PT Toyota-Astra Motor. Suku cadang asli Toyota
didapatkan dari beberapa sumber antara lain:
a. TMC (Toyota Motor Corp.) Jepang.
b. TMAP (Toyota Motor Asia Pacific) sebagai importir non TMC (3rd
Country) dimana barangnya bersumber dari Thailand, Taiwan, Malaysia,
Philipina dan Australia, dll.
c. Local Supplier (pabrik lokal) yaitu: PT Bando, PT Denso Indonesia, PT
Kayaba dll, termasuk diantaranya in House Product Pabrik TMMIN (body
parts).
Persentase sumber pemerolehan suku cadang dari pemasok lokal, TMC, dan
TMAP bagi TAM masing-masing adalah 54%, 36% dan 10%. Selanjutnya
supplier disebut sebagai mata rantai 1.
2. PT Toyota-Astra Motor
PT TAM merupakan mata rantai kedua yang merupakan agen tunggal
pemegang merek Toyota dan bertanggungjawab atas pelayanan purna jual
kendaraan. TAM-Service Parts Logistic Division adalah divisi yang
bertanggungjawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota
untuk kebutuhan pelanggan. Semua suku cadang yang didistribusikan oleh PT
TAM telah memenuhi standar mutu yang diawasi oleh TMC.
PT TAM melakukan pengiriman ke sub depo (50%), non depo untuk
daerah Jakarta dan sekitarnya (43%), dan ekspor (7%) untuk suku cadang
Toyota yang diproduksi di Indonesia. Selanjutnya PT. TAM disebut sebagai
mata rantai 2.
3. Main Dealer
Main dealer merupakan mata rantai ketiga dalam jaringan bisnis TAM.
Lima dealer utama Toyota yaitu: PT Astra Internasional (Auto 2000), PT New
Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, dan NV Hadji Kalla
Trd.Co. TAM melakukan pengiriman langsung ke main dealer tersebut atau