• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA

JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA

PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA

Oleh :

RIDHO DWIANTO

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto NRP : A 342 04013

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131 124 019

(3)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN

JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS

PERTAMANAN DKI JAKARTA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ridho Dwianto

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

RINGKASAN

RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan

HADI SUSILO ARIFIN).

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk,

seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis

aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur

lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling

terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan

keindahan.

Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang

begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan

kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan

yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain

taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan

lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik

jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang

dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang

terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat

mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga

keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota.

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

(5)

Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari

dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota

dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis

permasalahan-permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk

mengatasinya.

Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi

(studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas

struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang

ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik

lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja

di lapangan.

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu

Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,

ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI

Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan

terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah

satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi

udara di mana kota menjadi tidak nyaman.

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI

Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola

ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970

melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan

semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan

Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau

Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.

Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,

pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,

(6)

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen

lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga

aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang

dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,

penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon,

tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman

perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah,

serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau

bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau

jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain

sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan,

semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air

mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada

elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.

Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal

berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja

pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan

bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang,

kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara

pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi

kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di

ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember

2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan

(7)

bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam

mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya.

Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal

Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis

tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas

Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk

mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi

pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan

pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan

secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.

Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang

dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,

tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan

Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang

dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas

Pertamanan DKI Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi

2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan

3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi

Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan

4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral

Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang

5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan

kebersamaan selama ini

6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi

atas doa dan kebersamaannya selama ini

7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu

8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,

dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang,

kebahagiaan, dan kebersamaannya

9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan

Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang

memerlukannya.

Bogor, Agustus 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke

dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan

Rosmanidar.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan

Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah,

Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan

sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1

Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis

meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir

dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap,

Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

(10)

DAFTAR ISI

2.4 Pengelolaan Lanskap ... 8

2.5 Pemeliharaan ... 9

2.5 Pemeliharaan Ideal ... 9

2.6 Pemeliharaan Fisik ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pelaksanaan ... 13

3.4 Pengumpulan Data ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta ... 15

4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ... 15

4.1.2. Iklim ... 16

4.1.3. Geologi dan Tanah ... 16

4.1.4. Tata Guna Lahan ... 17

4.1.5. Topografi ... 18

(11)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA

JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA

PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA

Oleh :

RIDHO DWIANTO

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto NRP : A 342 04013

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP 131 430 805

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131 124 019

(13)

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN

JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS

PERTAMANAN DKI JAKARTA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ridho Dwianto

A34204013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(14)

RINGKASAN

RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan

HADI SUSILO ARIFIN).

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk,

seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis

aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur

lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling

terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan

keindahan.

Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang

begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan

kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan

yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain

taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan

lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik

jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang

dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang

terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat

mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga

keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota.

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

(15)

Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari

dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota

dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis

permasalahan-permasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk

mengatasinya.

Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi

(studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas

struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang

ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik

lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja

di lapangan.

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu

Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,

ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI

Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan

terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah

satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi

udara di mana kota menjadi tidak nyaman.

Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI

Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola

ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970

melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan

semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan.

Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan

Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau

Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau.

Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan,

pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan,

(16)

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen

lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga

aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum,

pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material)

seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air

mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang

dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput,

penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon,

tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman

perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah,

serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau

bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau

jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain

sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan,

semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air

mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada

elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut.

Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal

berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja

pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan

bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang,

kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara

pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan.

Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi

kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu

program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang

dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di

ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember

2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan

(17)

bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan.

Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam

mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya.

Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal

Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis

tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas

Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk

mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi

pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan

pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan

fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman.

Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan

secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap.

Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang

dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi,

tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan

Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang

dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas

Pertamanan DKI Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi

2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan

3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi

Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan

4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral

Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang

5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan

kebersamaan selama ini

6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi

atas doa dan kebersamaannya selama ini

7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu

8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti,

dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang,

kebahagiaan, dan kebersamaannya

9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan

Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang

memerlukannya.

Bogor, Agustus 2008

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke

dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan

Rosmanidar.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan

Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah,

Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun 1992. Pada tahun 1998, penulis menamatkan

sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1

Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis

meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir

dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap,

Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

(20)

DAFTAR ISI

2.4 Pengelolaan Lanskap ... 8

2.5 Pemeliharaan ... 9

2.5 Pemeliharaan Ideal ... 9

2.6 Pemeliharaan Fisik ... 11

BAB III. METODOLOGI ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Magang ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pelaksanaan ... 13

3.4 Pengumpulan Data ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta ... 15

4.1.1. Letak Geografis dan Administrati ... 15

4.1.2. Iklim ... 16

4.1.3. Geologi dan Tanah ... 16

4.1.4. Tata Guna Lahan ... 17

4.1.5. Topografi ... 18

(21)

4.1.7. Vegetasi ... 19

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi ... 21

4.2. Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta ... 22

4.2.1. Tugas Pokok ... 23

4.3. Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan ... 24

4.4. Zona Pemeliharaan ... ... 26

4.5. Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman 27 4.6. Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan ... 28

4.7. Pengelolaan Tenaga Kerja ... 29

4.8. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan ... 30

4.9. Pengelolaan Peralatan dan Bahan .... ... 32

4.10. Pengelolaan Administrasi ... ... 33

4.11. Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman . 34 4.11.1. Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) .... 34

4.11.1.1. Pembabatan/Pemangkasan Rumput .... 34

4.11.1.2. Pengetrikan Rumput ... 36

4.11.1.3. Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput ... 36

4.11.1.4. Pemangkasan Nonrumput ... 37

4.11.1.5. Pemeliharaan Pohon Pelindung ... 39

4.11.1.6. Penyiraman Tanaman ... 41

4.11.1.7. Pemupukan ... 43

4.11.1.8. Pendangiran dan Penyiangan Gulma ... 46

4.11.1.9. Penyulaman dan Penggantian Tanaman 47 4.11.1.10. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman... 48

4.11.2. Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material).... 50

(22)

4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor ... 52

4.14. Wawancara Pengguna Jalan ... 53

4.15. Rencana Pengelolaan Lanskap ... 61

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Simpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(23)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta ... 17

Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman ... 19

Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 ... 21

Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 29

Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja ... 30

Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan

pemeliharan ... 33

Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja ... 34

Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan ... 52

(24)

v

Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 26

Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air

Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar

FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin ... 27

Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan

Jenderal Sudirman ... 35

Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung

Pemuda ... 36

Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur

separotor Jalan Jenderal Sudirman ... 38

Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air

Mancur Patung Pemuda... 39

Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman. 41

Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur

separator Jalan Jenderal Sudirman... 43

Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman

semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman... 47

Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat

yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman. 51

Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor,

(a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur

(b) cepat Jalan Jenderal Sudirman ... 53

Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

untuk kenyamanan ... 56

(25)

vi Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk

keindahan ... 56

Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan ... 57

Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman ... 58

Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur

Hijau Jalan Jenderal Sudirman ... 59

Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman... 59

Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman ... 60

Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur

(26)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun 2007………. 68 Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan ……….... 69 Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan ... 70 Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur

Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun 2008 …... 71 Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk

seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis

aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,

kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya

baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait

sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan.

Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap

terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara

berkelanjutan.

Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap

tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan

dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan,

kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan

perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman

dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu

ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman.

Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area

rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya.

Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik

(28)

2 dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga

kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang

terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan

kota.

Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang

cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan

yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat

berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang

melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki.

Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk

menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati

keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur

hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan

bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota.

Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang

terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat

mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga

keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan

Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna

jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan

menikmati keindahan jalur hijau tersebut.

1.2 Tujuan Magang

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.

Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah :

1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang

(29)

3 keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan

pemanfaatan potensi yang ada.

2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat

umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis

untuk mengatasinya.

1.3 Kegunaan Magang

Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah :

1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi

persoalan dan tantangan di lapangan.

2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi

kondisi lapangan kerja sesungguhnya.

1.4. Kerangka Pikir

Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di

bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek

pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian

dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana

pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas

(30)

4 Gambar 1. Kerangka Pikir Magang

Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta

Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional

Proses Magang

Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan

(31)

BAB II

manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera

dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki

keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah

suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh

seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006).

Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat

diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak

belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah

antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain

sebagainya.

Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari

aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya

pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari.

Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan

pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out

door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang

keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape).

2.2 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan

tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang

terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat

(32)

6 yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan

tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi.

Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang

berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan,

peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari

ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian.

Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai

tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan

pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang

lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas

geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai

tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan

tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang

fungsi RTH yang bersangkutan.

Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang,

ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh

alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada

wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka

dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan

sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir,

greenways (jalan bebas hambatan, jalan di taman, koridor transportasi,

jalan-jalan setapak, jalan-jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal

rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan

golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya).

Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya

dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk

ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza

kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu :

1) Merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata

(33)

7

2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat

mengurangi pencemaran,

3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya.

Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan

atas:

1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan

lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara.

2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga,

Tempat Pemakaman Umum (TPU).

3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman

lingkungan (community park).

Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi

teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi

arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya.

Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan

lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara

segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan

kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial

ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai

wadah kegiatan ekonomi dan lainnya.

Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif,

higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat

meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka

hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di

mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari,

angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka

hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO2 yang

berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat

bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman.

2.3 Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami

(34)

8 polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat

ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun

Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol,

jalur rel kereta api dan lainnya.

Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan

pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi,

transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi

untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk

wilayah metropolitan.

Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus

dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma

nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro.

Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan

alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi

non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian

yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas.

2.4 Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan,

memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang

maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan

lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan,

pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta

lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan

Arifin, 2005).

Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan

untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada

didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan

pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula.

Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan

(35)

9 aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan

pemeliharaan yang bersifat insidential.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi

pemeliharaan, yaitu:

1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang

didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman

mempunyai tim pemeliharaan sendiri

2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu

pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti

pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai

berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya.

3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu

pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan

pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah

untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau

desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi

2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan

3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan

2.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal

lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau

sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan

fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal

lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman.

2.6. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen

(36)

10 dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan

ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap

mempertahankan disain awal yang telah dibentuk.

Untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam

pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang

pemeliharaan fisik antara lain :

1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen

keras

2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk

memudahkan penggantian/penyulaman.

Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai

berikut (Carpenter et al.,1975) :

1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana

sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan

2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting,

karena biasanya semakin eksotis suatu tanaman semakin sulit

pemeliharaannya.

3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam.

Sedangkan menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk

mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain:

1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga

pemeliharaan fisik mudah dilakukan.

2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga

alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar.

3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan

perkerasan yang sesuai.

4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu

penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya.

Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan

adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan,

tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi

(37)

11

2.7. Pemeliharaan Fisik

Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen

lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke

dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu

jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu

tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik

baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik,

(38)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di

bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta

Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu

mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang

berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan

Juni 2008.

U

(Tanpa skala)

(39)

13

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera,

alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa

kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka.

3.3 Metode Magang

Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi

aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi

mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem

pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di

studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta

pembagian kerja di lapangan.

Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei,

wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari

berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket

untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai

dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya

yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara

kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah

dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang

diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan

pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara

keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan

dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan.

3.4 Pengumpulan Data

Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung

di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang

diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data

yang dibutuhkan antara lain:

1) Sumberdaya

(40)

14

2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan,

b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik,

c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan,

d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis.

3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan,

b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan

c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan

(perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor),

d. Anggaran biaya kegiatan pengelolaan, digunakan untuk

menganalisis :

1. Jenis kegiatan,

2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan,

3. Luas area yang dikelola,

4. Jumlah tenaga kerja,

5. Upah tenaga kerja,

6. Kapasitas kerja,

7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan,

triwulan, semesteran, tahunan insidential).

e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta

1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput),

4. Penyiangan gulma,

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit

tanaman.

4) Lembaga Pengelola

a. Struktur Organisasi,

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta

Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu

Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat,

ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat,

sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI

Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan

terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah

satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi

udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi

kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan

keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik

terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat

dipertahankan (Gambar 3).

Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK

Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km2

dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan

(42)

16

106058’ BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut.

Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa,

Sebelah Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat,

Sebelah Barat : Provinsi Banten.

DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai

daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini

masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta

Pusat (50,4 km2), kota Jakarta Utara (154,01 km2), kota Jakarta Selatan (145,73

km2), kota Jakarta Barat (126,25 km2), dan kota Jakarta Timur (187,73 km2).

Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat

di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang

merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang

terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik

dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah

184.595,89 m2.

4.1.2. Iklim

Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim

tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun

2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,50C,

dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 290C terjadi pada bulan

Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,50C pada bulan Februari. Kelembaban

udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot

dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun.

4.1.3. Geologi dan Tanah

Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning

jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi

(43)

17 dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur

aliran dataran, dan perbukitan.

Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah

mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau

jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan

penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman

merupakan tanah urugan tanah latosol merah.

4.1.4. Tata Guna Lahan

Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat

sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan

lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota

terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata

Ruang Wilayah Jakarta tahun 2010. Selain itu Dinas Pertamanan memiliki

rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan

kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan

lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta

adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air,

dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala

kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi

masyarakat dikota yang bersangkutan.

Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta

No. Variabel Kondisi/Unit

1. Taman kota 2..149.935 m2

2. Jalur hijau jalan 5.626.313 m2

3. Taman bangunan umum 3.690.346 m2

4. Jalur tepian air 571.385 m2

5. Taman rekreasi 8.723.170 m2

Luas Total 20.761.151 m2

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008)

Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan

dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran

udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan

sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat

(44)

18 hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah

taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau

unsur-unsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi

bangunan dan ruang terbukanya.

4.1.5. Topografi

Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas 65.000 Ha. Ketinggian rata-rata

wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00

Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1

m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut

tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi

menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang.

4.1.6. Kualitas Udara

Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin

banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka

hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin

menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan

berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang

tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan

sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang

tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas.

Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya

yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi

penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota

sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin

banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih

kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah

sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga

zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan

kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber

(45)

19 serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan

lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan

juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting

keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota,

jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang

dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya

ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan

kualitas udara kota Jakarta.

4.1.7. Vegetasi

Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di

sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan

tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga

pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah

kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal

Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata

dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat

meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur

hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman

Nama Latin Nama Lokal Kondisi

Pohon

Cassia multijuga Kasia Baik

Delonix regia Flamboyan Baik

Swietenia mahagonii Mahoni Tidak semua baik

Plumeria spp. Kamboja Baik

Pterocarpus indicus Angsana Baik

Pithecolobium dulce Lamtoro Baik

Cerbera odollam Bintaro Baik

Cordia sebestana Jati mas Baik

Polyalthia longifolia Glodogan tiang Tidak semua baik

Ficus benyamina Beringin Baik

Manilkara kauki Sawo kecik Baik

Lagerstroemia indica Bungur Baik

(46)

20 Tabel 2. Lanjutan

Pohon

Teminalia catappa Ketapang Baik

Mimusops elengi Tanjung Baik

Samanea saman Kihujan Baik

Albizia falcataria Sengon Baik

Palem

Roystonea regia Palem raja Baik

Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Baik

Rhapis excelsa Palem wregu Baik

Elaeis guinensis Kelapa Sawit Baik

Perdu

Adenium cutanium Kamboja jepang Baik

Cordyline terminalis Hanjuang merah Baik

Jantropa sp. Batavia Baik

Semak

Ixora javanica Soka Baik

Rora sp. Mawar Baik

Mussaendah sp. Nusa Indah Baik

Neoregelia sp. Nanas hias Baik

Iresine herbstii Bayam merah Baik

Bougenvillea sp. Bugenvil Baik

Arachis pintoii Kacang-kacangan Baik

Codeaum variegatum Puring Baik

Allium tuberosum Kucai Baik

Adiantum cuneatum Suplir Baik

Dracaena sp. Drasena Baik

Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik

Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Baik

Herba

Hyppeastrum sp. bakung Baik

Canna indica kana merah Baik

Zephyranthes candida Bawang-bawangan Baik

Chlorophytum comosum Lili paris Baik

Grasses/Rumput-rumputan

Zoysia matrella Rumput Peking Baik

Axonopus compressus Rumput gajah Baik

Merambat

Ipomoea batatas Telo-telo Baik

(47)

21

4.1.8. Sosial Ekonomi dan Demografi

Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia

menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat

Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga

Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya

lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri

dan lain sebagainya.

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun,

menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga

dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman,

pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah

penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana

umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang

terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan

berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta.

Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah 8.489.910

jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang

terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3).

Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau

Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa,

pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan

lain sebagainya.

Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008

No Wilayah Jumlah (Jiwa)

Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Magang
Gambar 2. Peta  lokasi Jalan Jenderal Sudirman
Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi
Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau  DKI Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

KERANGKA ACUAN PROGRAM KUSTA KUSTA. TAHUN 2017 TAHUN

Apakah Anda pernah mengalami kekerasan psikis selain yang disebutkan di

Variasi kebutuhan dan keperluan pengguna suatu bangunan untuk menjalankan aktivitas dalam gedung tersebut mengharuskan adanya mesin penunjang kegiatan. Oleh karena

Penelitian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh owner atau kontraktor pelaksana dalam pemilihan susunan dan jenis alat berat, jumlah dan tipe alat berat yang

berjudul “ Sistem Pencatatan Koperasi Simpan Pinjam menggunakan Microsoft Access 2010 pada SMP Negeri 2 Talang Kelapa .”.. Laporan akhir ini membahas mengenai pembuatan

Osiloskop berbasis PC dengan modul soundcard internal Untuk komunikasi dengan pemakai, visualisasi alat ukur osiloskop dan tampilan sinyal hasil pengukuran digunakan

22 Keseimbangan tulang merupakan hasil dari formasi dan resorpsi (degradasi). Pada usia menopause akibat defisiensi estrogen resorpsi akan lebih cepat dibandingkan

The area is located at high elevation and dissected topography, but still has water resource as surface water in the form of stream and paunch and groundwater from spring and dug