GUSTIA NUR ARIA M.
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RINGKASAN
GUSTIA N.A.M. A54104037. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota Sukabumi. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan
M.D. DJAMALUDIN.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi. Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi penjaja jamu gendong, 2) mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong, 3) mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong, 4) menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong, 4) menganalisis loyalitas konsumen, 5) menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan jamu gendong, 6) menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen, 7) merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.
Disain penelitian ini cross sectional study, dengan pendekatan surveydan
dilaksanakan di Kota Sukabumi pada bulan Februari hingga Maret 2008.
Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dan pemilihan sampel dilakukan
secara snowball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang
konsumen jamu gendong dan 15 orang penjaja jamu gendong.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Data ini meliputi karakteristik konsumen, perilaku konsumsi, karakteristik penjaja jamu gendong, tingkat kepuasan terhadap 20 atribut, dan loyalitas konsumen. Sedangkan data sekunder adalah karakteristik lokasi yang diperoleh dari data
monografi Kota Sukabumi. Data diolah menggunakan program Microsoft Excel
dan SPSS versi 13.0 for windows. Untuk menganalisis tingkat kepuasan
konsumen digunakan traditional approach analysis, loyalitas konsumen
menggunakan persentase tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual, likes the
brand, satisfied, dan committed buyer, hubungan karakteristik konsumen dengan
tingkat kepuasan menggunakan uji Chi square, dan atribut-atribut yang
mendasari tingkat kepuasan konsumen menggunakan analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penjaja jamu gendong yang
menjadi responden berjenis kelamin perempuan dengan usia 21-40 tahun (66.7%) yang merupakan Suku Jawa (100%). Sebagian besar penjaja jamu (73.3%) berasal dari daerah Solo dan 100% berstatus sudah menikah. Tingkat pendidikan terakhir penjaja 60% adalah SD dan tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 700.001-1.000.000 (46.7%) dan tingkat pendapatan (Rp/hari) dari berjualan jamu gendong Rp 40.001-100.000 (46.6%). Sebanyak
40% penjaja jamu gendong sudah tinggal di Kota Sukabumi selama ≥ 24-49
tahun dengan alasan ikut ajakan suami (33.3%). Pada umumnya 46.7% penjaja
sudah cukup lama berjualan jamu gendong yaitu ≥ 19-40 tahun. Sebagian besar
penjaja (66.7%) berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebanyak 86.7% penjaja jamu gendong berjualan pada pagi hari dan 100% penjaja membuat jamu gendongnya sendiri. Sebagian besar penjaja jamu gendong (93.3%) membeli bahan baku jamu di pasar. Dan hampir separuhnya (46.6%) mengeluarkan modal usaha sebesar > Rp 50.000-100.000.
ibu rumah tangga. Sebesar 53% tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 600.001-1.500.000.
Jenis jamu gendong yang biasa dikonsumsi adalah kunyit asem (65%) dan 63% konsumen mengkonsumsi jamu gendong dengan alasan untuk memelihara kesehatan. Sepertiga konsumen (31%) dipengaruhi orangtua saat mengkonsumsi jamu gendong. Sebesar 77% konsumen mengkonsumsi jamu gendong pada pagi hari dengan frekuensi 2-4 kali (43%). Tingkat pengeluaran (Rp/minggu) untuk mengkonsumsi jamu gendong Rp 3.001-5.000 (30%).
Lebih dari separuh konsumen (75%) merasa puas terhadap jamu gendong secara umum. Selain itu konsumen juga merasa puas terhadap berbagai atribut produk jamu gendong seperti khasiat (72%), warna (69%), aroma (78%), rasa (82%), variasi (78%), kemudahan memperoleh jamu gendong (88%), harga (83%), kebersihan gelas (63%), kebersihan bakul (71%), kebersihan botol (72%), kebersihan lap (66%), kebersihan air (68%), dan kandungan jamu gendong (78%). Dari tingkat kepuasan pada berbagai atribut produk jamu gendong tersebut terlihat bahwa persentase yang paling kecil yaitu kepuasan terhadap kebersihan gelas.
Sebagian besar konsumen juga puas terhadap berbagai atribut pelayanan penjaja jamu gendong. Tingkat kepuasan konsumen terhadap keterampilan penjaja jamu gendong sebesar 85%, kecepatan penjaja dalam melayani konsumen sebesar 82%, kecepatan penjaja dalam menangani keluhan sebesar 75%, ketepatan penjaja jamu dalam memenuhi pesanan sebesar 84%, keramahan penjaja jamu sebesar 86%, penampilan penjaja jamu sebesar 66%, kemampuan berkomunikasi 83%, dan kebersihan penjaja jamu gendong 75%. Dari berbagai atribut pelayanan ini persentase terkecil tingkat kepuasan konsumen yaitu pada penampilan penjaja jamu gendong.
Loyalitas konsumen dinilai berdasarkan tingkatan loyalitas. Konsumen
yang termasuk dalam tingkatan switcher buyer sebesar 9%, tingkatan habitual
buyer sebesar 65%, tingkatan satisfied sebesar 80%, tingkatan likes the brand
sebesar 83%, dan yang termasuk pada tingkatan committed buyer sebesar 25%.
Bisa disimpulkan bahwa konsumen sudah yang cukup loyal namun tidak sampai mempromosikan kepada orang lain. Rata-rata indeks loyalitas konsumen amu gendong adaah 23.3 (kategori loyal).
Sebagian besar konsumen (81.2%) yang merasa puas terhadap jamu gendong pada usia 21-40 tahun, tidak ada hubungan yang signifikan antara usia konsumen dengan tingkat kepuasan Pada umumnya Suku bangsa Sunda (80%) dan Luar Sunda (80%) yang merasa puas terhadap jamu gendong dan tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan tingkat kepuasan terhadap jamu gendong. Sedangkan status pernikahan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai status sudah menikah (85.9%). Sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai tingkat pendidikan terakhir SD (96%) dan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan. Sebagian besar konsumen (81%) merasa puas terhadap jamu gendong adalah konsumen yang tidak bekerja, namun tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepuasan. Sedangkan tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen (84.7%) yang merasa puas mempunyai pendapatan keluarga
(Rp/bulan) sebesar ≤ Rp 1.500.000.
jamu gendong, keramahan dan daya tanggap penjaja jamu gendong, dan faktor yang terakhir adalah faktor bauran pemasaran.
Strategi pemasaran yang disarankan terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi produk diantaranya menjaga kebersihan jamu gendong baik produk juga penjaja, mencantumkan label nama jenis jamu gendong pada setiap botolnya menghadirkan varian rasa seperti campuran ekstrak buah-buahan asli seperti lemon, anggur, atau tambahan rasa lain untuk mengurangi rasa pahit ini, memperhatikan kualitas dari produk jamu gendong buatan tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. strategi harga dengan mempertahankan harga yang terjangkau. Strategi promosi
yaitu mengandalkan promosi word of mouth. Dan strategi distribusi dengan
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
JAMU GENDONG DI KOTA SUKABUMI
GUSTIA NUR ARIA M.
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul : Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota Sukabumi
Nama Mahasiswa : Gustia Nur Aria M.
Nomor Pokok : A54104037
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc
NIP. 131 578 791 NIP. 131 622 683
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PRAKATA
Alahamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menacapai gelar Sarjana Pertanian di Program Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ir. M. D. Djamaludin, M.Sc selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan
juga memberikan semangat spiritual sejak pembuatan proposal hingga akhir
penulisan ini.
2. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar juga dosen
penguji (terima kasih atas saran-sarannya yang membuat skripsi ini jauh
lebih baik lagi).
3. My lovely Mom (telapak kaki surgaku) and My Dad, serta adikku Zetvin yang
sudah memberikan do’a dan cinta kasih yang tak terhingga. Tiada yang bisa
menggantikan kalian semua di hatiku.
4. Uci Sanusi&Zaman family (bangga sekali menjadi bagian dari keluarga ini)
dan semua penjaja jamu dan ketua paguyuban di Kota Sukabumi, yang telah
membantu dalam pengumpulan data.
5. Sahabat tersayang Hilda “ne”, Raditha “nyuk”, Aini A, Monik, Wieke “coy”,
Fika, Ria, Yuli, Lia M, Irwan, Gandi Belammy, Ria “nenk”, my lovely Roomate
Desiana, teman-teman seperjuanganku Henny, Yesa, Bagus dan semua
mahasiswa GMSK angkatan 39, 40, 42, 43 and specially angkatan 41 (love
you all..), semua staf pengajar dan TU GMSK (atas semua ilmu dan bantuan
yang telah diberikan selama ini), Kedawung Crews, dan Perwira 41’ers.
Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan dari
Allah S.W.T, Amien. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor Juni 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1986 di Kota Sukabumi.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sukardi
dan Onih Rohani.
Penulis merupakan lulusan dari TK Trisula pada tahun 1991, SD Negeri
Selabatu 1 tahun 1998, SMP Negeri 1 Sukabumi tahun 2001, dan SMA Negeri 3
Sukabumi tahun 2004, kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti Agriaswara, Himpunanan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi
Pertanian (HIMAGITA) sebagai Biro Kaderisasi, Pengembangan, dan
Pengawasan Organisasi, Himpunan Mahasiswa Sukabumi sebagai Biro
Informasi dan Komunikasi. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreativitas
Mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dengan judul “Optimalisasi Buah Pala
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA Jamu ... 5
Kajian Penelitian Terdahulu ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu ... 19
Teknik Pemilihan Responden ... 19
Jenis dan Sumber Data ... 19
Pengolahan dan Analisis Data ... 21
Definisi Operasional ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Sukabumi ... 25
Gambaran Umum Penjaja Jamu Gendong di Kota Sukabumi ... 26
Karakteristik Penjaja Jamu Gendong ... 28
Karakteristik Konsumen Jamu Gendong ... 33
Perilaku Konsumsi ... 36
Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 40
Loyalitas Konsumen Jamu Gendong ... 49
Halaman
Hubungan Antara Kepuasan dengan Karakteristik Konsumen
Jamu Gendong ... 54
Atribut-atribut Yang Mendasari Tingkat Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 56
Strategi Pemasaran jamu gendong ... 64
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 68
Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
GUSTIA NUR ARIA M.
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RINGKASAN
GUSTIA N.A.M. A54104037. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota Sukabumi. Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan
M.D. DJAMALUDIN.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi. Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi penjaja jamu gendong, 2) mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong, 3) mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong, 4) menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong, 4) menganalisis loyalitas konsumen, 5) menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan jamu gendong, 6) menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen, 7) merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.
Disain penelitian ini cross sectional study, dengan pendekatan surveydan
dilaksanakan di Kota Sukabumi pada bulan Februari hingga Maret 2008.
Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dan pemilihan sampel dilakukan
secara snowball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang
konsumen jamu gendong dan 15 orang penjaja jamu gendong.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Data ini meliputi karakteristik konsumen, perilaku konsumsi, karakteristik penjaja jamu gendong, tingkat kepuasan terhadap 20 atribut, dan loyalitas konsumen. Sedangkan data sekunder adalah karakteristik lokasi yang diperoleh dari data
monografi Kota Sukabumi. Data diolah menggunakan program Microsoft Excel
dan SPSS versi 13.0 for windows. Untuk menganalisis tingkat kepuasan
konsumen digunakan traditional approach analysis, loyalitas konsumen
menggunakan persentase tingkatan loyalitas yaitu switcher, habitual, likes the
brand, satisfied, dan committed buyer, hubungan karakteristik konsumen dengan
tingkat kepuasan menggunakan uji Chi square, dan atribut-atribut yang
mendasari tingkat kepuasan konsumen menggunakan analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua penjaja jamu gendong yang
menjadi responden berjenis kelamin perempuan dengan usia 21-40 tahun (66.7%) yang merupakan Suku Jawa (100%). Sebagian besar penjaja jamu (73.3%) berasal dari daerah Solo dan 100% berstatus sudah menikah. Tingkat pendidikan terakhir penjaja 60% adalah SD dan tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 700.001-1.000.000 (46.7%) dan tingkat pendapatan (Rp/hari) dari berjualan jamu gendong Rp 40.001-100.000 (46.6%). Sebanyak
40% penjaja jamu gendong sudah tinggal di Kota Sukabumi selama ≥ 24-49
tahun dengan alasan ikut ajakan suami (33.3%). Pada umumnya 46.7% penjaja
sudah cukup lama berjualan jamu gendong yaitu ≥ 19-40 tahun. Sebagian besar
penjaja (66.7%) berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebanyak 86.7% penjaja jamu gendong berjualan pada pagi hari dan 100% penjaja membuat jamu gendongnya sendiri. Sebagian besar penjaja jamu gendong (93.3%) membeli bahan baku jamu di pasar. Dan hampir separuhnya (46.6%) mengeluarkan modal usaha sebesar > Rp 50.000-100.000.
ibu rumah tangga. Sebesar 53% tingkat pendapatan keluarga (Rp/bulan) adalah Rp 600.001-1.500.000.
Jenis jamu gendong yang biasa dikonsumsi adalah kunyit asem (65%) dan 63% konsumen mengkonsumsi jamu gendong dengan alasan untuk memelihara kesehatan. Sepertiga konsumen (31%) dipengaruhi orangtua saat mengkonsumsi jamu gendong. Sebesar 77% konsumen mengkonsumsi jamu gendong pada pagi hari dengan frekuensi 2-4 kali (43%). Tingkat pengeluaran (Rp/minggu) untuk mengkonsumsi jamu gendong Rp 3.001-5.000 (30%).
Lebih dari separuh konsumen (75%) merasa puas terhadap jamu gendong secara umum. Selain itu konsumen juga merasa puas terhadap berbagai atribut produk jamu gendong seperti khasiat (72%), warna (69%), aroma (78%), rasa (82%), variasi (78%), kemudahan memperoleh jamu gendong (88%), harga (83%), kebersihan gelas (63%), kebersihan bakul (71%), kebersihan botol (72%), kebersihan lap (66%), kebersihan air (68%), dan kandungan jamu gendong (78%). Dari tingkat kepuasan pada berbagai atribut produk jamu gendong tersebut terlihat bahwa persentase yang paling kecil yaitu kepuasan terhadap kebersihan gelas.
Sebagian besar konsumen juga puas terhadap berbagai atribut pelayanan penjaja jamu gendong. Tingkat kepuasan konsumen terhadap keterampilan penjaja jamu gendong sebesar 85%, kecepatan penjaja dalam melayani konsumen sebesar 82%, kecepatan penjaja dalam menangani keluhan sebesar 75%, ketepatan penjaja jamu dalam memenuhi pesanan sebesar 84%, keramahan penjaja jamu sebesar 86%, penampilan penjaja jamu sebesar 66%, kemampuan berkomunikasi 83%, dan kebersihan penjaja jamu gendong 75%. Dari berbagai atribut pelayanan ini persentase terkecil tingkat kepuasan konsumen yaitu pada penampilan penjaja jamu gendong.
Loyalitas konsumen dinilai berdasarkan tingkatan loyalitas. Konsumen
yang termasuk dalam tingkatan switcher buyer sebesar 9%, tingkatan habitual
buyer sebesar 65%, tingkatan satisfied sebesar 80%, tingkatan likes the brand
sebesar 83%, dan yang termasuk pada tingkatan committed buyer sebesar 25%.
Bisa disimpulkan bahwa konsumen sudah yang cukup loyal namun tidak sampai mempromosikan kepada orang lain. Rata-rata indeks loyalitas konsumen amu gendong adaah 23.3 (kategori loyal).
Sebagian besar konsumen (81.2%) yang merasa puas terhadap jamu gendong pada usia 21-40 tahun, tidak ada hubungan yang signifikan antara usia konsumen dengan tingkat kepuasan Pada umumnya Suku bangsa Sunda (80%) dan Luar Sunda (80%) yang merasa puas terhadap jamu gendong dan tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan tingkat kepuasan terhadap jamu gendong. Sedangkan status pernikahan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai status sudah menikah (85.9%). Sebagian besar konsumen yang merasa puas mempunyai tingkat pendidikan terakhir SD (96%) dan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan. Sebagian besar konsumen (81%) merasa puas terhadap jamu gendong adalah konsumen yang tidak bekerja, namun tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kepuasan. Sedangkan tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan (p<0.05), dan sebagian besar konsumen (84.7%) yang merasa puas mempunyai pendapatan keluarga
(Rp/bulan) sebesar ≤ Rp 1.500.000.
jamu gendong, keramahan dan daya tanggap penjaja jamu gendong, dan faktor yang terakhir adalah faktor bauran pemasaran.
Strategi pemasaran yang disarankan terdiri dari 4 bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi produk diantaranya menjaga kebersihan jamu gendong baik produk juga penjaja, mencantumkan label nama jenis jamu gendong pada setiap botolnya menghadirkan varian rasa seperti campuran ekstrak buah-buahan asli seperti lemon, anggur, atau tambahan rasa lain untuk mengurangi rasa pahit ini, memperhatikan kualitas dari produk jamu gendong buatan tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. strategi harga dengan mempertahankan harga yang terjangkau. Strategi promosi
yaitu mengandalkan promosi word of mouth. Dan strategi distribusi dengan
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
JAMU GENDONG DI KOTA SUKABUMI
GUSTIA NUR ARIA M.
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul : Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota Sukabumi
Nama Mahasiswa : Gustia Nur Aria M.
Nomor Pokok : A54104037
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc
NIP. 131 578 791 NIP. 131 622 683
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
PRAKATA
Alahamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menacapai gelar Sarjana Pertanian di Program Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ir. M. D. Djamaludin, M.Sc selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan
juga memberikan semangat spiritual sejak pembuatan proposal hingga akhir
penulisan ini.
2. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar juga dosen
penguji (terima kasih atas saran-sarannya yang membuat skripsi ini jauh
lebih baik lagi).
3. My lovely Mom (telapak kaki surgaku) and My Dad, serta adikku Zetvin yang
sudah memberikan do’a dan cinta kasih yang tak terhingga. Tiada yang bisa
menggantikan kalian semua di hatiku.
4. Uci Sanusi&Zaman family (bangga sekali menjadi bagian dari keluarga ini)
dan semua penjaja jamu dan ketua paguyuban di Kota Sukabumi, yang telah
membantu dalam pengumpulan data.
5. Sahabat tersayang Hilda “ne”, Raditha “nyuk”, Aini A, Monik, Wieke “coy”,
Fika, Ria, Yuli, Lia M, Irwan, Gandi Belammy, Ria “nenk”, my lovely Roomate
Desiana, teman-teman seperjuanganku Henny, Yesa, Bagus dan semua
mahasiswa GMSK angkatan 39, 40, 42, 43 and specially angkatan 41 (love
you all..), semua staf pengajar dan TU GMSK (atas semua ilmu dan bantuan
yang telah diberikan selama ini), Kedawung Crews, dan Perwira 41’ers.
Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan dari
Allah S.W.T, Amien. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor Juni 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1986 di Kota Sukabumi.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sukardi
dan Onih Rohani.
Penulis merupakan lulusan dari TK Trisula pada tahun 1991, SD Negeri
Selabatu 1 tahun 1998, SMP Negeri 1 Sukabumi tahun 2001, dan SMA Negeri 3
Sukabumi tahun 2004, kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI. Penulis memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi
kemahasiswaan seperti Agriaswara, Himpunanan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi
Pertanian (HIMAGITA) sebagai Biro Kaderisasi, Pengembangan, dan
Pengawasan Organisasi, Himpunan Mahasiswa Sukabumi sebagai Biro
Informasi dan Komunikasi. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreativitas
Mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dengan judul “Optimalisasi Buah Pala
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA Jamu ... 5
Kajian Penelitian Terdahulu ... 15
KERANGKA PEMIKIRAN ... 17
METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu ... 19
Teknik Pemilihan Responden ... 19
Jenis dan Sumber Data ... 19
Pengolahan dan Analisis Data ... 21
Definisi Operasional ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Sukabumi ... 25
Gambaran Umum Penjaja Jamu Gendong di Kota Sukabumi ... 26
Karakteristik Penjaja Jamu Gendong ... 28
Karakteristik Konsumen Jamu Gendong ... 33
Perilaku Konsumsi ... 36
Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 40
Loyalitas Konsumen Jamu Gendong ... 49
Halaman
Hubungan Antara Kepuasan dengan Karakteristik Konsumen
Jamu Gendong ... 54
Atribut-atribut Yang Mendasari Tingkat Kepuasan Konsumen Jamu Gendong ... 56
Strategi Pemasaran jamu gendong ... 64
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 68
Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data... 20
2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Sukabumi tahun 2007... 26
3 Usia penjaja jamu gendong ... 28
4 Tingkat pendidikan penjaja jamu gendong ... 29
5 Tingkat pendapatan keluarga penjaja jamu gendong ... 30
6 Tingkat pendapatan dari berjualan jamu gendong ... 30
7 Lama penjaja jamu gendong tinggal di Sukabumi ... 31
8 Alasan penjaja jamu gendong tinggal di Sukabumi ... 31
9 Lama penjaja berjualan jamu gendong ... 32
10 Waktu berjualan jamu gendong ... 32
11 Modal usaha untuk berjualn jamu gendong ... 33
12 Usia konsumen jamu gendong ... 34
13 Suku bangsa/asal daerah konsumen jamu gendong ... 34
14 Status pernikahan konsumen jamu gendong ... 35
15 Tingkat pendidikan konsumen jamu gendong ... 35
16 Pekerjaan konsumen jamu gendong ... 35
17 Tingkat pendapatan keluarga konsumen jamu gendong ... 36
18 Jenis jamu gendong yang sering dikonsumsi ... 37
19 Alasan konsumen mengkonsumsi jamu gendong ... 37
20 Kelompok acuan yang mempengaruhi konsumen mengkonsumsi jamu gendong ... 38
21 Waktu konsumsi jamu gendong ... 38
22 Frekuensi mengkonsumsi jamu gendong ... 39
23 Tingkat pengeluaran/minggu untuk mengkonsumsi jamu gendong ... 40
24 Tingkat kepuasan terhadap berbagai atribut jamu gendong ... 41
25 Tingkat kepuasan konsumen jamu gendong secara umum... 47
26 Rata-rata tingkat kepuasan konsumen jamu gendong ... 48
27 Hasil perhitungan switcher buyer ... 50
28 Perilaku responden jika jamu gendong yang dicari tidak tersedia ... 50
29 Hasil perhitungan habitual buyer ... 51
Halaman
31 Hasil perhitungan likes the brand ... 52 32 Hasil perhitungan committed buyer ... 53 33 Indeks loyalitas jamu gendong ... 54
34 Tabulasi silang tingkat kepuasan konsumen berdasarkan
karakteristik konsumen ... 56
35 Enam faktor utama hasil analisis faktor ... 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Diagram konsep kepuasan konsumen ... 10
2 Piramida loyalitas ... 13
3 Kerangka pemikiran... 17
4 Piramida loyalitas jamu gendong ... 54
5 Foto penjaja jamu gendong ... 102
6 Foto bakul dan botol jamu gendong ... 102
7 Foto penjaja jamu gendong laki-laki ... 102
8 Foto bakul penjaja jamu gendong yang menggunakan motor ... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Jenis data, skala pengukuran, cara dan alat pengumpulan data
serta metode pengolahan data ... 73
2 Contoh kuisioner penjaja jamu gendong ... 77
3 Contoh kuisioner konsumen jamu gendong ... 79
4 Tahapan dalam análisis faktor ... 84
5 Hasil output awal análisis faktor ... 86
6 Hasil output akhir análisis faktor………. 93
7 Hasil uji reliabilitas………100
8 Peta lokasi Kota Sukabumi……….101
9 Dokumentasi ... .. 102
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia kaya akan hasil alam dan tanaman obatnya. Menurut data dari
Departemen Kehutanan RI, dari seluruh luasan hutan hujan tropis di Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar 30.000 spesies tanaman yang tumbuh di dalamnya.
Dari spesies tanaman yang ada tersebut lebih dari 8.000 spesies merupakan
tanaman obat yang mempunyai khasiat obat dan baru 800-1.200 spesies yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakat (Martha Tilaar Innovation Center 2002).
Tanaman/tumbuhan obat mempunyai beberapa manfaat terutama bagi manusia
yaitu sebagai obat, makanan dan minuman kesehatan, zat pewarna,
rempah-rempah, kosmetika, insektisida, pakan/obat ternak dan lain-lain. Untuk mencapai
manfaat-manfaat di atas maka diperlukan budidaya tanaman obat dengan cara
membuat suatu produk salah satunya jamu.
Manusia sejak dahulu senantiasa mencari akal bagaimana
mempertahankan kehidupan dan tetap sehat, mencari apa saja yang ditemukan
di sekelilingnya dan dari situlah jamu-jamu perawatan tradisional ditemukan.
Sejalan dengan kuatnya budaya pemanfaatan obat tradisional, kesadaran
masyarakat yang tinggi untuk melestarikan budaya tersebut, dan harga jual jamu
yang lebih terjangkau oleh golongan masyarakat menengah ke bawah bila
dibandingkan dengan obat modern memungkinkan terjadinya peningkatan
pengadaan dan pemanfaatan jamu secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal
tersebut, Menteri Kesehatan juga telah mencanangkan Gerakan Hidup Sehat
menuju tahun 2010 yaitu hidup sehat dengan kembali ke alam (back to nature)
dengan memanfaatkan obat asli Indonesia.
Menurut World Health Organization (WHO), kira-kira 80% dari penduduk
dunia tahun 2007 yang berjumlah 7.9 miliar, percaya pada manfaat
tumbuh-tumbuhan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh, dan masyarakat modern pun
akhirnya lebih menyukai pemakaian bahan-bahan alam segar untuk suplemen,
makanan, minuman, sarana kecantikan serta penampilan bagi pria dan wanita
(Dwiyono 2007). Melihat fakta yang ada tersebut, maka pengembangan
pengobatan secara tradisional tentunya semakin dapat merambah permintaan
Jamu adalah salah satu bentuk dari pemanfaatan dan pemasaran
tanaman obat. Pada dasarnya pemanfaatan dan pemasaran bahan tanaman
obat telah dilakukan di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Jamu digolongkan
menjadi tiga kelompok yaitu jamu gendong, jamu kemasan modern dan
fitofarmaka. Menurut Syukur dan Hernani (2002), pemanfaatan tanaman obat
Indonesia akan terus menerus meningkat dikarenakan kuatnya keterkaitan
bangsa Indonesia terhadap kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku
jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa
negara.
Saat ini sejumlah industri jamu tradisional telah memproduksi jamu yang
berfungsi untuk pengobatan. Perubahan citra pada jamu memang sangat
mendukung pertumbuhan industri jamu. Indonesia memiliki 27 perusahaan jamu
yang tersebar di berbagai daerah. Dari 27 perusahaan jamu tersebut, terdapat 15
perusahaan jamu yang tercatat di wilayah Jawa Tengah (BPS 1999, diacu dalam
Lianawaty 2002). Selain itu, jumlah penjaja jamu gendong dari tahun ke tahun
semakin tinggi. Data di Departemen Kesehatan RI menunjukkan peningkatan
tersebut, yaitu 13.128 pada tahun 1989 menjadi 25.077 pada tahun 1995.
Demikian pula angka untuk Jawa Timur yang menunjukkan jumlah 3.306 pada
tahun 1995, yaitu menduduki urutan jumlah terbanyak ketiga setelah Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Menurut Muchtaruddin dkk (1976), diacu dalam Pali
(1994) profesi penjual jamu gendong menjadi menarik jika ditinjau dari fenomena
yang terjadi saat ini, yaitu di tengah-tengah maraknya industri-industri jamu besar
yang kian menjamur, jamu gendong masih tetap eksis bahkan makin meningkat
jumlahnya.
Melihat jumlah yang terus meningkat tersebut, dapat diperkirakan bahwa
pemanfaatan jamu gendong masih sangat tinggi. Masyarakat masih berminat
untuk mengkonsumsi jamu gendong sebagai salah satu upaya untuk perawatan
kesehatan. Salah satu alasan mengapa jamu gendong dalam beberapa tahun
terakhir ini sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah
akibat terjadinya krisis moneter yang melanda Bangsa Indonesia saat itu.
Masyarakat tidak mampu membeli obat-obatan hasil produk farmasi, maka
mereka berusaha mengkonsumsi jamu-jamu sebagai wujud dari paradigma
sehat. Keadaan seperti inilah yang membuat pengobatan tradisional peninggalan
nenek moyang tersebut dari dahulu hingga saat ini semakin mudah untuk
Perumusan Masalah
Pasar produk jamu terus berkembang, terlihat dari semakin banyaknya
industri kecil atau penjual jamu yang bergerak dalam industri ini.
Keberlangsungan profesi penjual jamu gendong sampai saat ini, dikarenakan
masih adanya permintaan konsumen terhadap produk minuman tradisional,
khususnya minuman jamu gendong. Jumlah relatif permintaan konsumen
terhadap minuman jamu gendong untuk setiap penjual yaitu kurang lebih 40-50
gelas setiap hari (Pinontoan 2005).
Pemasaran produk jamu yang baik adalah yang berorientasi pada
permintaan konsumen. Kajian empirik menunjukkan bahwa terdapat berbagai
alasan konsumen mengkonsumsi jamu gendong. Salah satunya karena jamu
merupakan budaya, maka penggunaannya pun sudah merupakan suatu tradisi.
Tradisi ini diartikan sebagai adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek
moyang, yang masih dijalankan dalam masyarakat (Pali 1994).
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu:
1. Bagaimana karakteristik penjaja jamu gendong?
2. Bagaimana karakteristik konsumen jamu gendong?
3. Bagaimana perilaku konsumsi jamu gendong?
4. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen jamu gendong?
5. Seberapa besar loyalitas konsumen jamu gendong?
6. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan
terhadap jamu gendong?
7. Atribut-atribut apa saja yang mendasari tingkat kepuasan konsumen jamu
gendong?
8. Bagaimana strategi pemasaran jamu gendong dilihat dari hasil penelitian?
Tujuan Tujuan Umum :
Menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik penjaja jamu gendong
2. Mengidentifikasi karakteristik konsumen jamu gendong.
3. Mengidentifikasi perilaku konsumsi jamu gendong.
4. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap jamu gendong.
6. Menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan tingkat kepuasan
jamu gendong.
7. Menganalisis atribut-atribut yang mendasari tingkat kepuasan konsumen
jamu gendong.
8. Merumuskan saran berupa strategi pemasaran berdasarkan hasil penelitian.
Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini diantaranya untuk:
1. Pemerintah
Memberikan informasi kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan
mengawasi masalah keamanan jamu gendong.
2. Penjual/produsen
Memberikan informasi kepada penjaja jamu gendong mengenai seberapa
besar konsumen jamu gendong merasakan puas dan loyal terhadap jamu
gendong. Informasi yang diperoleh juga diharapkan mampu menjadi bahan
pertimbangan produsen jamu gendong untuk melakukan strategi pemasaran
yang lebih baik.
3. Konsumen
Memperoleh informasi mengenai beberapa faktor yang harus diperhatikan
saat mengkonsumsi jamu gendong.
4. Peneliti/mahasiswa
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai perilaku konsumen dan
TINJAUAN PUSTAKA
Jamu
Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan
tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif.
Konotasi tradisional selalu melekat pada jamu sebab jamu memang sudah
dikenal lama sejak jaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke
Indonesia. Jamu semula hanya dikenal di daerah Wonogiri-Surakarta kemudian
meluas ke daerah-daerah lain yang selintas terkesan seiring dengan program
transmigrasi. Penggunaan jamu yang memasyarakat ini sudah menjadi
kebiasaan turun temurun secara tradisional dan diwariskan dari generasi ke
generasi tanpa perubahan sedikitpun, baik mengenai bahan tanaman yang
digunakan, cara meramunya maupun kepercayaan terhadap khasiatnya (Sutarno
2000).
Jamu dinilai bermanfaat bagi pemeliharaan kesehatan. Jamu merupakan
ramuan yang muncul sebagai akibat adanya masalah yang dihadapi masyarakat
pada jaman dulu, yaitu bagaimana merawat tubuh dan mengobati berbagai
macam penyakit, dimana pada saat itu belum mengenal ilmu kedokteran modern
mereka hanya mengenal adanya orang-orang ”pintar” dan ramuan-ramuan
tertentu yang diperoleh menurut pengalaman dan perkiraan pribadi. Begitu pula
dengan ramuan khusus wanita, yang muncul akibat adanya masalah kewanitaan
seperti keputihan, ingin awet muda, mempertahankan kondisi tubuh pada saat
hamil, untuk menjaga janin yang ada dalam kandungan, untuk menjaga
kemesraan pasangan suami istri, dan lain-lain (Pali 1994).
Jamu Gendong
Jamu gendong merupakan salah satu warisan jamu kuno yang sampai
saat ini masih digemari masyarakat Indonesia, terutama orang Jawa. Jamu ini
bentuknya cair dan dimasukkan dalam botol yang disusun dalam bakul dan
digendong di punggung. Lalu dijual dengan cara memanggul bakul tersebut
berkeliling kampung dan ditawarkan dari rumah ke rumah. Ciri khas penjual jamu
biasanya menggunakan kebaya. Pada umumnya penjaja jamu gendong adalah
kaum wanita (Sutarno 2000).
Ada berbagai macam jamu dalam jamu gendong yang selalu dijajakan
dibedakan menjadi tiga yaitu: galian puteri, galian singset, dan galian spesial
untuk laki-laki. Ramuan jamu gendong tersebut adalah :
a. Beras kencur, berkhasiat untuk menghilangkan rasa lesu dan mencegah
masuk angin. Bahan pokok utamanya yaitu beras (Oryza sativa L.) dan
kencur (Kaempferia galanga L.).
b. Cabe puyang, berkhasiat untuk menyembuhkan sakit demam dan
menghilangkan pegal linu sehabis kerja berat atau bepergian jauh. Bahan
utamanya cabe (Piper retrofractum Vahl.) dan lempuyang (Zingiber
aromaticum Val.).
c. Pahitan, berkhasiat untuk merangsang atau menambah nafsu makan,
melancarkan peredaran darah sehingga badan terasa segar kembali. Bahan
utamanya pule (Alstonia scholaris L.), jongrahab (Baeckea frutescens L.),
juga bahan penyedap.
d. Jamu galian, bahan utamanya jongrahab, pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.),
mico boong (Melaleuca leucadendra (Stickm) L.).
e. Jamu galian puteri, berkhasiat menjaga bentuk tubuh dan menambah daya
tahan tubuh terutama remaja puteri. Bahan utamanya seperti jamu galian
ditambah delima putih (Punica granatum L.).
f. Jamu galian singset, khasiatnya menghilangkan kelebihan lemak dalam
tubuh serta mengembalikan perasaan muda hanya untuk ibu-ibu. Bahan
utamanya yaitu ramuan utama ditambah daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lmk.) atau kencur.
g. Jamu galian spesial laki-laki, khasiatnya untuk menambah daya atau
kekuatan dan mengembalikan perasaan muda bagi kaum laki-laki. Bahan
utamanya ramuan utama ditambah lada (Piper ningrum L.) (Sutarno, 2000).
Menurut Suharmiati (1998), jamu yang biasa dijual di penjual jamu gendong
adalah :
a. Jamu kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu
'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk
menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula
yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau
sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu
mengatakan bahwa jamu jenis ini baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang
b. Jamu kunci sirih dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk
mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu
untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan,
mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi. Bahan
baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih.
Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual
jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan
jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci
pepet, dan majakan.
c. Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk
meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya
seorang penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk
menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak
dan 'mendinginkan' perut. Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi
antar-pembuat jamu, namun pada umumnya selalu menggunakan bahan
yang terdiri dari kencur, jahe, bangle, laos, kunir, temulawak, puyang, dan
temugiring.
Perbedaan jamu dengan obat
Perbedaan yang paling mencolok antara jamu dengan obat modern
terletak dari bahan pembuatnya. Jamu menggunakan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang langsung diambil dari alam. Sedangkan obat modern dihasilkan
dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis. Oleh karena itu, tingkat efek samping
jamu relatif sangat minim dibanding dengan obat modern. Jamu merupakan obat
alami yang bebas efek samping (Jamu Iboe 2007).
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses
psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan
hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2004).
Kepribadian
Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang
paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia, perbedaan
Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap
lingkungannya secara konsisten (Sumarwan 2004).
Budaya
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi
perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Produk
dan jasa memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi budaya,
karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan
dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk dipindahkan ke konsumen. Makna
budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan
dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk, pertukaran, dan
pembuangan (Sumarwan 2004).
Kajian empirik menunjukan bahwa konsumen jamu gendong
mengkonsumsi jamu karena berbagai alasan, salah satunya karena merupakan
budaya, maka penggunaannya pun sudah merupakan tradisi. Tradisi di sini
diartikan sebagai tingkat sebagai adat kebiasaan yang turun temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat (Depdikbud 1989, diacu
dalam Pali 1994).
Demografi
Konsep subbudaya sangat terkait dengan demografi. Demografi akan
menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Beberapa karakteristik demografi
yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status
keluarga, lokasi geografi dan kelas sosial (Sumarwan 2004).
Pendidikan. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakterstik konsumen yang saling berhubungan. Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi nilai-nilai yag dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan
persepsinya terhadap suatu produk. Pendidikan juga akan mempengaruhi proses
keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2004). Menurut Kasmir
(2006), konsumen yang berpendidikan SD memiliki pola pikir yang berbeda
dalam memilih produk dengan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
atau sarjana. Selain itu pelanggan yang memiliki pendidikan sarjana lebih
bersikap kritis terhadap apa yang akan dibeli.
Jumlah pendapatan akan menggambarkan banyaknya daya beli dari seseorang.
Selain pendidikan, pendapatan juga dapat mempengaruhi proses keputusan dan
pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2004).
Sikap Konsumen
Engel, Blackwell dan Miniard (1993), diacu dalam Sumarwan (2004)
mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang
tidak disukai. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap atribut dan manfaat dari objek tersebut.
Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,
atributnya dan manfaatnya.
Konsumsi
Tahap keempat dari proses keputusan konsumen adalah konsumsi.
Setelah konsumen membeli atau memperoleh produk dan jasa, biasanya akan
diikuti oleh proses konsumsi. Istilah konsumsi memiliki arti yang sangat luas dan
terkait dengan jenis atau kategori produk dan jasa yang dibeli atau dipakai.
Misalnya untuk produk makanan atau minuman maka konsumsi diartikan
dimakan dan diminum, untuk pakaian, perhiasan dan kosmetik konsumsi
diartikan untuk dipakai (Sumarwan 2004).
Menurut penelitian Pali (1994), alasan konsumen mengkonsumsi jamu
gendong karena adanya manfaat yang dirasakan serta merasa lebih segar
dibandingkan jamu pabrik dan harganya lebih murah. Sebagian besar konsumen
mengkonsumsi jamu untuk pemeliharaan kesehatan bukan pengobatan.
Kepuasan Konsumen
Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang
telah dilakukan atau evaluasi alternatif pascakonsumsi. Hasil dari proses evaluasi
adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa. Definisi
kepuasan menurut Engel, Blacwell dan Miniard (1995) adalah evaluasi sesudah
konsumsi dimana terdapat pemilihan alternatif antara mencukupi atau melebihi
harapan. Menurut Mowen & Minor (2002), kepuasan konsumen adalah
keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah
mereka memperoleh dan menggunakannya.
Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan
mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan
dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian
dengan sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibelinya tersebut.
Diskonfirmasi positif jika produk berfungsi lebih baik dari harapan maka
konsumen merasa puas. Konfirmasi sederhana terjadi jika produk tidak
memberikan kepuasan tapi juga tidak mengecewakan. Jika produk berfungsi di
bawah harapan, maka terjadi diskonfirmasi negatif dan konsumen merasa tidak
puas (Sumarwan 2004).
Gambar 1 Diagram konsep kepuasaan pelanggan.
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi
pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa.
Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga
ditentukan oleh kualitas produk, harga, citra, dan faktor-faktor yang bersifat
pribadi serta yang bersifat situasi untuk sesaat (Rangkuti 2006). Menurut Kotler
(2006), kepuasan juga tergantung dari kualitas produk dan kualitas pelayanan.
Kualitas disini adalah keseluruhan fitur dan karakteristik dari suatu produk atau
jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan.
Kepuasan konsumen secara umum dapat diperoleh dari pelayanan yang
baik. Menurut Kasmir (2006), terdapat beberapa ciri pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan terhadap pelanggan, diantaranya yaitu:
1. Memiliki karyawan yang profesional khususnya yang berhadapan
langsung dengan pelanggan.
Tujuan perusahaan
Produk
Nilai produk bagi pelanggan
Kebutuhan dan keinginan pleanggan
Harapan pelanggan terhadap prduk
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang
kelancaran penjualan produk ke pelanggan secara cepat dan tepat waktu.
3. Tersedianya ragam produk yang diinginkan.
4. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan dari awal hingga selesai.
5. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
6. Mampu berkomunikasi secara jelas, menyenangkan, dan mampu
menghadapi keinginan dan kebutuhan pelanggan.
7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang produk yang
dijual dan pengetahuan lainnya.
8. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan sehingga pelayan
merasa yakin dengan apa yang telah dilakukan perusahaan.
Loyalitas
Menurut Peter & Olson (1996), kepuasan terhadap suatu produk akan
mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi kembali produk tersebut
serta memberi tahu kepada orang lain mengenai pengalaman dalam
menggunakan produk tersebut dan hal ini disebut dengan loyalitas. Menurut
Assael (1992), diacu dalam Syarbaini (2004) menyatakan loyalitas terhadap
merek merupakan sikap menyenangi merek yang direferensikan dalam
pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Pernyataan ini
juga didukung oleh Durianto (2004) yang menyatakan bahwa loyalitas merek
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.
Untuk mendeskripsikan perilaku loyalitas Griffin (1995), diacu dalam
Kurniawati (2006) membagi loyalitas menjadi beberapa beberapa kriteria, yaitu:
1. Suspect (tersangka), meliputi semua orang yang akan membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan.
2. Prospect (yang diharapkan), meliputi orang-orang yang memiliki kebutuhan akan barang dan jasa tertentu dan mempunyai keyakinan untuk membelinya.
Para prospect, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah
mengetahui keberadaan perusahaan yang menawarkan barang dan jasa.
Hal ini terjadi karena seseorang telah merekomendasikan barang dan jasa
3. Disqualified prospect (yang tidak berkepentingan), yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang dan jasa tapi tidak mempunyai kemampuan
untuk membelinya.
4. First time customers (pembeli baru), yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kali.
5. Repeat consumers (pembeli berulang-ulang), yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih.
6. Client (pelanggan tetap), yaitu konsumen yang membeli secara teratur. Hubungan perusaahan dengan konsumen tersebut sudah kuat dan
berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik
produk perusahaan pesaing.
7. Advocates (pelanggan tetap pendukung), seperti client akan tetapi jenis konsumen ini juga mengajak relasi lain agar membeli barang dan jasa dari
perusahaan yang bersangkutan.
Loyalitas konsumen khususnya dalam bidang jasa terkait erat dengan
elemen manusia dalam hal ini karyawan. Kinerja karyawan yang baik dapat
menciptakan rasa percaya akan kemampuan penyedia jasa yang pada gilirannya
akan mendorong rasa puas konsumen. Meskipun konsumen yang puas tidak
selalu menjadi konsumen yang loyal namun apabila dalam hubungan antara
penyedia jasa dengan peran karyawan yang handal dapat mempengaruhi
loyalitas melalui rasa puas dan rasa percaya konsumen yang dihasilkan dari
kinerja karyawan (Ferrinawati & Djati 2004).
Adapun tingkatan brand loyalty menurut Durianto (2004) adalah sebagai
berikut:
1. Switcher (berpindah-pindah). Pembeli pada tingkatan ini dikatakan sebagai pembeli yang berada pada tingkatan paling dasar. Semakin tinggi frekuensi
pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek
lain yang mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak
loyal.
2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Pembeli pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas atau setidaknya
mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek
3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi
merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan
pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya
peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat
dengan tindakan mereka beralih merek.
4. Likes the brand (menyukai merek). Pembeli yang masuk dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai produk tersebut.
Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.
Rasa suka pembeli ini bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan
simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang
dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan perceived
quality yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk
dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.
5. Committed buyer (pembeli yang komit). Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan
sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi penting
dan dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi. Pada
tingkatan ini loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan
merek tersebut kepada pihak lain.
Bagi merek yang mempunyai brand equity yang kuat, tingkatan dalam brand
loyalty-nya diharapkan membentuk segitiga terbalik. Maksudnya makin ke atas
makin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar
daripada switcher seperti tampak di gambar berikut:
Gambar 2 Piramida loyalitas.
Committed buyer Liking the brand
Satisfied buyer Habitual buyer
Dimensi Kualitas
Menurut Djunaidi & Setiawan (2006), kualitas suatu produk baik berupa
barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Beberapa
pakar pemasaran seperti Parasuraman, Zeithaml dan Berry melakukan beberapa
penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi kualitas jasa yang biasa disebut sebagai dimensi kualitas. Dalam
perkembangannya, dimensi kualitas yang semula berjumlah sepuluh dirangkum
menjadi lima dimensi pokok, sebagai berikut:
1. Tangible (bukti langsung), meliputi penampilan fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membentuk para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Assurance (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko,
atau keraguan.
5. Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
pelanggan.
Strategi pemasaran
Strategi pemasaran atau yang dikenal sebagai bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran (Kotler 2005).
McCarthy dalam Kotler (2006), mengklasifikasikan alat-alat bauran
pemasaran kedalam empat kelompok atau yang lebih dikenal dengan 4P, yaitu:
1. Product (produk). Produk adalah kumpulan seluruh produk (barang, jasa, dan kombinasinya) yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli.
Konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan ciri paling
bermutu, berkinerja, inovatif. Variabel-variabel pemasaran produk
diantaranya yaitu keragaman produk, kualitas, design, ciri, nama merek,
kemasan, ukuran, pelayanan, imbalan dsb.
2. Price (harga). Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan suatu barang. Harga merupakan salah satu unsur
pemasaran harga diantaranya yaitu daftar harga, potongan harga khusus,
periode pembayaran, dsb.
3. Place (tempat). Tempat dimana terdapat produk untuk digunakan konsumen yang terdiri dari saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokkan,
lokasi, persediaan transportasi, dsb.
4. Promotion (promosi). Promosi merupakan kegiatan mengkomunikasikan manfaat dari suatu produk dan membujuk konsumen untuk membelinya.
Terdiri dari variabel-variabel pemasaran promosi diantaranya yaitu
penjualan, periklanan, tenaga penjualan, kehumasan (public relation),
pemasaran langsung, dsb.
Kajian penelitian terdahulu
Penelitian tentang perilaku konsumen terhadap berbagai produk
obat-obatan tradisional khususnya jamu, belum banyak dilakukan sebelumnya.
Kebanyakan penelitian mengenai jamu yang merupakan produk suatu industri
berskala besar. Sebelumnya terdapat penelitian mengenai jamu gendong yang
dilakukan oleh Pinontoan (2005) dimana penelitian tersebut dilakukan untuk
melihat preferensi konsumen jamu gendong. Dari penelitian tersebut, penulis
tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas
konsumen jamu gendong.
Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas pun banyak digunakan
dalam penelitian di bidang konsumen. Penelitian-penelitian tersebut menjadi
acuan penulis dalam melakukan penelitian ini terutama dalam penggunaan alat
analisis dan penetapan atribut produk.
Adapun atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
penelitian terdahulu seperti Uluum (2005) karena beberapa atribut dalam
penelitian tersebut dinilai identik dengan atribut suatu produk. Selain itu,
atribut-atribut yang digunakan juga mengacu pada lima dimensi jasa menurut
Parasuraman diacu dalam Djunaidi (2004).
Penelitian tentang jamu gendong
Pinontoan (2005) menganalis tentang faktor-faktor preferensi konsumen
terhadap pembelian minuman jamu gendong. Alat analisis yang digunakan
adalah Analisis Faktor dan Multiatribut Angka Ideal.
Melalui pengolahan data dengan Analisis Faktor dihasilkan tujuh faktor
faktor pertama pengetahuan konsumen, faktor kedua bauran pemasaran produk,
faktor ketiga lingkungan sosial konsumen, faktor keempat eksternal, faktor kelima
kualitas produk, faktor keenam ekonomi, dan faktor ketujuh pribadi konsumen.
Adapun atribut-atribut yang diteliti adalah khasiat, higienis, kuantitas,
ketersediaan, kandungan bahan alami, keamanan mengkonsumsi, citra rasa,
harga, rasa manis, dan prestise. Berdasarkan hasil Multiatribut Angka Ideal,
diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan atribut minuman jamu gendong
dipersepsikan baik dimata konsumen dan tingkat kepuasan paling rendah adalah
ketersedian produk (6,49), kebersihan/higienis (5,06), dan citra rasa (4,85).
Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas
Kurniawati (2006) Menganalisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Terhadap Roti Unyil Venus di Kota Bogor. Metode analisis data yang dilakukan
yaitu analisis deskriptif dan teknik yang digunakan untuk mengukur atribut dari
tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan adalah Importance-Performance
Analysis sedangkan uji chi-square digunakan untuk hubungan antara konsumen dan loyalitas.
Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumen merasa cukup puas
terhadap produk dan pelayanan roti unyil Venus yang mempunyai nilai skor
antara 130-169, dan konsumen roti unyil Venus termasuk konsumen yang loyal.
Hal ini terihat dari banyaknya konsumen yang termasuk kriteria clients
(pelanggan tetap).
Uluum (2007) meneliti tentang Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan
Konsumen di Restoran Khas Sunda Cibiuk, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor, Importance
Performance Analysis, dan Customer Satisfaction Index.
Hasilnya adalah karakteristik konsumen Cibiuk digolongkan ke dalam
masyarakat modern perkotaan, termasuk golongan ekonomi menengah ke atas,
berasal dari berbagai suku di Indonesia. Faktor terjadinya keputusan pembelian
adalah tempat dan pelayanan, pengaruh lingkungan, pendapatan dan promosi,
dan motivasi diri konsumen. Tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja yang
diberikan Cibiuk pada tingkatan ”cukup puas”. Variabel yang kinerjanya harus
KERANGKA PEMIKIRAN
Sekarang ini kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan
kualitas hidup yang lebih baik sudah semakin tinggi. Gaya hidup Back To Nature
menjadi pilihan masyarakat untuk menjaga kesehatan, salah satunya dengan
memanfaatkan obat asli Indonesia yaitu jamu.
Jamu merupakan minuman tradisional Indonesia yang sudah dikonsumsi
dari zaman dahulu. Sampai saat ini konsumen jamu masih cukup banyak, terlihat
dari permintaan akan jamu yang semakin tinggi dan jumlah penjaja jamu
gendong yang meningkat. Ada berbagai alasan mengapa masyarakat masih
mengkonsumsi jamu gendong sampai saat ini diantaranya yaitu harga jamu
gendong sangat terjangkau dibandingkan obat-obat farmasi, adanya kebiasaan
dan budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang.
Konsumsi jamu gendong ini dipengaruhi oleh karakteristik dari konsumen
jamu yaitu jenis kelamin, usia, status pernikahan, suku bangsa, pendidikan dan
tingkat pendapatan. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan perilaku konsumsi
pada berbagai karakteristik konsumen dalam mengkonsumsi jamu gendong yang
dijual penjaja jamu.
Berbagai evaluasi dibuat oleh konsumen setelah mengkonsumsi jamu
gendong. Berbagai atribut akan mempengaruhi evaluasi pascakonsumsi jamu
gendong baik atribut yang berasal dari produk itu sendiri atau akibat pelayanan
penjaja jamu gendong. Hal ini akan menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan
dari konsumen. Konsumen akan merasa puas apabila hasil yang dirasakan
sesuai dengan apa yang mereka harapkan sebelum mengkonsumsi jamu
gendong.
Kepuasan konsumen akan memberikan dampak pada konsumen untuk
terus mengkonsumsi jamu gendong tersebut sehingga terjadi loyalitas
konsumen. Analisis loyalitas inilah yang dijadikan para pemasar untuk melakukan
strategi pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan
dan loyalitas konsumen jamu gendong. Penjelasan selengkapnya bisa dilihat di
Gambar 3 Kerangka pemikiran konseptual analisis kepuasan dan loyalitas konsumen jamu gendong di Kota Sukabumi.
METODE PENELITIAN
Disain, Tempat dan Waktu
Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dimana
data dikumpulkan hanya pada satu periode waktu saja. Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan tempat dan konsumen
dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan
kemudahan akses lokasi dan informasi serta kemudahan memperoleh
responden. Luasnya cakupan lokasi penelitian ini diambil dengan pertimbangan
jumlah penjaja jamu gendong yang tersebar dan mempunyai mobilitas yang
cukup tinggi. Adapun waktu pelaksanaannya mulai dari bulan Februari sampai
dengan Maret 2008.
Teknik Pemilihan Responden
Populasi penelitian ini adalah konsumen dan produsen jamu gendong
yang tersebar di Kota Sukabumi. Pengambilan data dilakukan dengan metode
snowball sampling, dimana sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian orang-orang yang menjadi sampel ini memilih responden lain untuk dijadikan
sampel lain sehingga jumlah sampel menjadi lebih banyak. Adapun jumlah
responden yang diambil adalah 100 orang konsumen dan 15 penjaja jamu
gendong.
Jenis dan Sumber Data
Data penelitian terbagi atas dua jenis yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari objek penelitian,
yang dikumpulkan menggunakan kuisioner yang diberikan secara langsung
kepada responden untuk memperoleh informasi. Sedangkan, data sekunder yaitu
data keadaan geografi dan peta Kota Sukabumi, serta data tentang jumlah
penjaja jamu pada setiap paguyuban. Sumber data sekunder adalah berasal dari
penelusuran pustaka berupa buku penunjang dan searching internet.
Pengumpulan data dikumpulkan dengan metode survey dengan maksud
melakukan penjelasan (confirmatory). Alat pengumpul data yang digunakan
Tabel 1 Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara pengumpulan
data 1. Karakteristik penjaja jamu gendong
Jenis kelamin, usia, suku bangsa, asal daerah,
status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, lama domisili, alasan domisili, lama
berjualan, alasan berjualan,waktu berjualan, bahan
baku, dan modal usaha.
Primer Wawancara (kuisioner)
2. Perilaku konsumsi
Jenis jamu, alasan konsumsi, kelompok acuan,
frekuensi, waktu konsumsi, dan tingkat
pengeluaran/minggu untuk jamu gendong.
Primer Wawancara (kuisioner)
3. Karaktersitik konsumen
Jenis kelamin, usia, suku bangsa, status
pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat
pendapatan keluarga/bulan.
Primer Wawancara (kuisioner)
4. Tingkat kepuasan konsumen
(X1) Khasiat jamu gendong; (X2) Warna jamu
gendong; (X3) Aroma jamu gendong; (X4) Rasa
jamu gendong; (X5) Keragaman/variasi jamu
gendong; (X6) Kemudahan memperoleh jamu
gendong; (X7) Harga jamu gendong; (X8)
Kebersihan gelas; (X9) Kebersihan bakul; (X10)
Kebersihan botol; (X11) Kebersihan lap; (X12)
Kebersihan air; (X13) Kandungan bahan-bahan
alami; (X14) Keterampilan penjaja jamu gendong;
(X15) Kecepatan penjaja jamu gendong dalam
melayani konsumen; (X16) Kecepatan penjaja jamu
gendong dalam menanggapi keluhan konsumen;
(X17) Kesesuaian pesanan; (X18) Keramahan dan
kesopanan penjaja jamu gendong; (X19) Penampilan
penjaja jamu gendong; (X20) Kemampuan
berkomunikasi penjaja jamu gendong; (X21)
Kebersihan penjaja jamu gendong.
Primer Wawancara (kuisioner)
5. Loyalitas
Switcer buyer, habitual buyer, satisfied buyer, likes
the brand, dan commited buyer.
Primer Wawancara (kuisioner)
6. Data wilayah
Data monografi dan peta lokasi Kota Sukabumi. Sekunder
Data monografi dan Buku ”Sukabumi
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, koding, skoring, entry
data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis dengan
metode deskriptif dan metode inferensia. Proses pengolahan dan analisis data
menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 13.0 for windows.
Untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen dan penjaja jamu gendong
digunakan analisis deskriptif. Statistik dasar yang digunakan adalah nilai
rata-rata, standar deviasi, quartil, maksimum dan minimum yang digunakan untuk
semua data kuantitatif sedangkan data kualitatif menggunakan proporsi. Hasil
pengolahan data disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi.
Untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen jamu gendong
digunakan teknik traditional approach analysis dimana konsumen diminta
memberikan penilaian atas masing-masing atribut jamu gendong dengan
menggunakan skala likert. Untuk menganalisis atribut-atribut yang mendasari
tingkat kepuasan konsumen digunakan analisis faktor (Principal Component
Analysis). Menurut Simamora 2005, analisis faktor adalah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antar sejumlah
peubah-peubah yang saling independent antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa
dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah
awal. Analisis faktor juga digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan
dalam menjelaskan suatu masalah. Dalam penelitian ini masalah yang ingin
diamati adalah kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi jamu gendong.
Model analisis komponen utama menurut Malhotra (2005), diacu dalam
Uluum (2007) adalah:
Fi =Wi1 X1 +Wi2 X2+ …+ Wi16 X16 Keterangan:
Fi = Skor faktor ke-i, dengan i= 1,2,…,n
Wi= Bobot atau koefisien skor ke-i (diperoleh dari bagian component score coefficient
matrix)
X = Variabel yang telah distandardisasi, meliputi 21 atribut
Langkah-langkah dalam analisis faktor yaitu:
1. Menentukan variabel yang diteliti. Variabel-variabel yang diteliti ditentukan
sebanyak 21 variabel. Sampel yang digunakan adalah 100 responden.
2. Data hasil penelitian diuji kelayakannya dengan menggunakan Barlett’s dan