• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos Di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos Di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS FISIKA-KIMIA SEDIMEN

SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP STRUKTUR

KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI ESTUARI

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL. Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Harpasis S. Sanusi dan Fredinan Yulianda

Kualitas perairan akan mempengaruhi kualitas sedimen dan struktur komunitas makrozoobentos yang dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam suatu ekosistem perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi habitat perairan Percut Sei Tuan melalui pengukuran dan analisis faktor-faktor fisika-kimia sedimen dan biologi serta menentukan hubungan antara komunitas makrozoobentos dengan faktor fisika kimia sedimen.

(3)

ABSTRACT

HANIFAH MUTIA ZNA. Physical-Chemical Quality of Sediment and It's Relation to Macrozoobenthos Community Structures in Percut Sei Tuan Estuary, Deli Serdang Regency. Under the supervision of Harpasis S. Sanusi and Fredinan Yulianda

Water quality will affect sediment quality and community structure of macrozoobenthos which considered as biological indicators in an aquatic ecosystem. The purpose of the research was to determine the habitate condition especially sediment quality of Percut Sei Tuan Estuarine based on their physical-chemical and biological parameters. The other purpose was to determine the correlation between the community structure of macrozoobenthos and the physical-chemical parameters of sediment. The results show that water quality

generally inaccordance with national water quality standard criteria (KEPMEN NO. 51/MNLH/I/2004) for aquatic living purposes. Based on potential

redox value, the sediment was grouped into oxidation up to reduction zone whics is marked by black colour. The number of macrozoobenthos species found during

research were 29 species which consist of 7 Bivalvia, 21 Gastropods and 1 Polychaeta. Sediment texture is dominated by sand fraction with benthic

(4)

KUALITAS FISIKA-KIMIA SEDIMEN

SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP STRUKTUR

KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI ESTUARI

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Tesis : Kualitas Fisika-Kimia Sedimen dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Nama : Hanifah Mutia Z. N. Amrul

NIM : C 651040111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Harpasis S. Sanusi, M.Sc.

Dr. Fredinan Yulianda, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana

Kelautan

Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Natadiputro, M.S.

(6)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kualitas Fisika-Kimia Sedimen dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2007

Hanifah Mutia Z.N.Amrul

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 29 September 1977 sebagai anak kedua dari Ayah Delyusri Amrul dan Bundo Erma Zaida. Menikah dengan Hasri Abdillah pada tanggal 8 Juli 2006 di Medan.

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah hanya kepada Allah SWT karena atas ridho dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Harpasis S. Sanusi, M.Sc. dan Dr. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas semua pengorbanannya baik waktu, tenaga, pikiran, petunjuk serta pengarahan dan dorongan semangat dari awal hingga berakhirnya penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Dr. Isdradjad Setyobudiandi selaku penguji luar komisi, atas segala saran dan petunjuk demi kesempurnaan tesis ini.

2. Kepala Laboratorium Pengelolaan Mutu Lingkungan (Dr. Pina L. Barus M.Si)

Kepala Laboratorium Ilmu-ilmu Dasar Biologi USU (Dra. Nunuk Priyani, M.Sc.), Kepala Laboratorium Ekologi Perairan Biologi

USU (Dra. Hesti Wahyuningsih, M.Si.) Kepala PUSLIT-SDAL USU (Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc.), Analis Laboratorium Ilmu

Tanah USU (Bapak Suid), Analis Laboratorium PTKI Medan (Ibu Darni) yang telah banyak membantu dalam penyediaan peralatan dan analisis sampel. 3. Suamiku (Hasri Abdillah), Kedua orang tua (Delyusri Amrul dan Erma Zaida), Ibu dan Bapak (Nurzaimah dan Haryono), Abang (Delkhalifa Amrul) dan Adik-adikku (Dian, Naylus, Emil, Ima, Ami, Siti, Keke dan Koko) dan seluruh keluargan besarku di Medan, atas dorongan dan dukungannya.

(9)

5. Iwan, Mutia, Ninit, Teman-teman IKL 2004 dan Keluarga besar SA (Ratih, Siti, Misri, Diah, Zikra, Wita, Nunung) atas dorongan dan bantuannya serta teman setia dalam penulisan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2007

(10)

DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN

Latar Belakang ... Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Kerangka Pendekatan Masalah ... TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Estuari ... Faktor Fisika dan Kimia Perairan ... Faktor Fisika dan Kimia Sedimen ... Makrozoobentos ... METODE PENELITIAN

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat ... Pengukuran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi ... Metode Pengambilan Sedimen/Makrozoobentos ... Analisis Data ... Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen ... Sebaran Spasial Makrozoobentos serta Hubungannya dengan

Karakteristik Sedimen ... Hubungan Parameter Fisika-Kimia Sedimen Terhadap Struktur

Komunitas Makrozoobentos ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisika-Kimia Air ... Karakteristik Fisika-Kimia Sedimen ... Faktor Biologis ...

SIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

vii viii

ix

1 2 2

5 7 10 13

16 18 18 19 20 22

22

23

24 36 42

(11)

KUALITAS FISIKA-KIMIA SEDIMEN

SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP STRUKTUR

KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI ESTUARI

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL. Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Harpasis S. Sanusi dan Fredinan Yulianda

Kualitas perairan akan mempengaruhi kualitas sedimen dan struktur komunitas makrozoobentos yang dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam suatu ekosistem perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi habitat perairan Percut Sei Tuan melalui pengukuran dan analisis faktor-faktor fisika-kimia sedimen dan biologi serta menentukan hubungan antara komunitas makrozoobentos dengan faktor fisika kimia sedimen.

(13)

ABSTRACT

HANIFAH MUTIA ZNA. Physical-Chemical Quality of Sediment and It's Relation to Macrozoobenthos Community Structures in Percut Sei Tuan Estuary, Deli Serdang Regency. Under the supervision of Harpasis S. Sanusi and Fredinan Yulianda

Water quality will affect sediment quality and community structure of macrozoobenthos which considered as biological indicators in an aquatic ecosystem. The purpose of the research was to determine the habitate condition especially sediment quality of Percut Sei Tuan Estuarine based on their physical-chemical and biological parameters. The other purpose was to determine the correlation between the community structure of macrozoobenthos and the physical-chemical parameters of sediment. The results show that water quality

generally inaccordance with national water quality standard criteria (KEPMEN NO. 51/MNLH/I/2004) for aquatic living purposes. Based on potential

redox value, the sediment was grouped into oxidation up to reduction zone whics is marked by black colour. The number of macrozoobenthos species found during

research were 29 species which consist of 7 Bivalvia, 21 Gastropods and 1 Polychaeta. Sediment texture is dominated by sand fraction with benthic

(14)

KUALITAS FISIKA-KIMIA SEDIMEN

SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP STRUKTUR

KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI ESTUARI

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

HANIFAH MUTIA Z. N. AMRUL

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Tesis : Kualitas Fisika-Kimia Sedimen dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Nama : Hanifah Mutia Z. N. Amrul

NIM : C 651040111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Harpasis S. Sanusi, M.Sc.

Dr. Fredinan Yulianda, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana

Kelautan

Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Natadiputro, M.S.

(16)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kualitas Fisika-Kimia Sedimen dan Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2007

Hanifah Mutia Z.N.Amrul

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 29 September 1977 sebagai anak kedua dari Ayah Delyusri Amrul dan Bundo Erma Zaida. Menikah dengan Hasri Abdillah pada tanggal 8 Juli 2006 di Medan.

(18)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah hanya kepada Allah SWT karena atas ridho dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Harpasis S. Sanusi, M.Sc. dan Dr. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas semua pengorbanannya baik waktu, tenaga, pikiran, petunjuk serta pengarahan dan dorongan semangat dari awal hingga berakhirnya penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Dr. Isdradjad Setyobudiandi selaku penguji luar komisi, atas segala saran dan petunjuk demi kesempurnaan tesis ini.

2. Kepala Laboratorium Pengelolaan Mutu Lingkungan (Dr. Pina L. Barus M.Si)

Kepala Laboratorium Ilmu-ilmu Dasar Biologi USU (Dra. Nunuk Priyani, M.Sc.), Kepala Laboratorium Ekologi Perairan Biologi

USU (Dra. Hesti Wahyuningsih, M.Si.) Kepala PUSLIT-SDAL USU (Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc.), Analis Laboratorium Ilmu

Tanah USU (Bapak Suid), Analis Laboratorium PTKI Medan (Ibu Darni) yang telah banyak membantu dalam penyediaan peralatan dan analisis sampel. 3. Suamiku (Hasri Abdillah), Kedua orang tua (Delyusri Amrul dan Erma Zaida), Ibu dan Bapak (Nurzaimah dan Haryono), Abang (Delkhalifa Amrul) dan Adik-adikku (Dian, Naylus, Emil, Ima, Ami, Siti, Keke dan Koko) dan seluruh keluargan besarku di Medan, atas dorongan dan dukungannya.

(19)

5. Iwan, Mutia, Ninit, Teman-teman IKL 2004 dan Keluarga besar SA (Ratih, Siti, Misri, Diah, Zikra, Wita, Nunung) atas dorongan dan bantuannya serta teman setia dalam penulisan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2007

(20)

DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN

Latar Belakang ... Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Kerangka Pendekatan Masalah ... TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Estuari ... Faktor Fisika dan Kimia Perairan ... Faktor Fisika dan Kimia Sedimen ... Makrozoobentos ... METODE PENELITIAN

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat ... Pengukuran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi ... Metode Pengambilan Sedimen/Makrozoobentos ... Analisis Data ... Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen ... Sebaran Spasial Makrozoobentos serta Hubungannya dengan

Karakteristik Sedimen ... Hubungan Parameter Fisika-Kimia Sedimen Terhadap Struktur

Komunitas Makrozoobentos ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisika-Kimia Air ... Karakteristik Fisika-Kimia Sedimen ... Faktor Biologis ...

SIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

vii viii

ix

1 2 2

5 7 10 13

16 18 18 19 20 22

22

23

24 36 42

(21)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1

2 3 4 5

6

7

8

9 10

11

12

Pembagian zonasi pada estuari berdasarkan nilai salinitas .. Klasifikasi dan ukuran sedimen berdasarkan Skala Wentworth ... Kecepatan endapan sedimen ... Contoh spesies makrozoobentos menurut tingkat kepekaannya ... Titik koordinat masing-masing stasiun dan tipe habitat di lokasi penelitian ... Parameter fisika-kimia dan biologi air dan sedimen serta alat dan metode yang digunakan ... Hasil pengukuran kedalaman pada saat surut di lokasi penelitian ... Indeks dispersi dan pola distribusi makrozoobentos pada tiap-tiap stasiun pengamatan ... Persamaan regresi masing-masing jenis makrozoobentos ... Analisis regresi parameter fisika-kimia sedimen terhadap

struktur makrozoobentos

Analisis korelasi makrozoobentos Kelompok I dan

Kelompok II terhadap parameter sedimen ... Analisis korelasi makrozoobentos Kelompok III terhadap parameter sedimen ...

6 10 11 14

18

19

26

50 55

56

57

(22)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Kerangka pendekatan masalah ... Peta lokasi penelitian di Estuari Percut Sei Tuan

(Google Earth 2007) ... Nilai rata-rata suhu di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata kecepatan arus di lokasi penelitian ... Arah arus di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata TSS di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata kecerahan di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata salinitas di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata pH di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata DO di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata BOD5 di lokasi penelitian ...

Nilai rata-rata TOM di lokasi penelitian ... Persentase rata-rata fraksi sedimen di lokasi penelitian Lpr = lumpur ( = 0.0625-0.0039 mm), Phl = pasir halus ( = 0.25-0.125 mm), Psd = pasir sedang ( =0.50-0.25 mm) dan Pks = pasir kasar ( =1-0.5 mm) ... Nilai rata-rata potensial redok di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata C-organik di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata N-total di lokasi penelitian ... Nilai rata-rata C-N ratio di lokasi penelitian ... Persentase kelimpahan (a) dan jumlah jenis (b)

Gastropoda ( ),Bivalvia ( )dan Polychaeta ( )

di masing-masing stasiun penelitian ..

Rata-rata kelimpahan makrozoobentos dan jumlah jenis di masing-masing stasiun penelitian ... Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi

makrozoobentos di masing-masing stasiun pada Bulan Maret ( ), April ( ) dan Mei ( ) ... Analisis Komponen Utama (PCA) terhadap parameter fisika-kimia air dan sedimen di lokasi penelitian pada sumbu 1 dan 2 (a), pengelompokan stasiun berdasarkan

karakteristik fisika-kimia sedimen (b) ... Analisis Koresponden (CA) terhadap parameter fisika-kimia sedimen dan kelimpahan makrozoobentos pada sumbu faktorial 1 dan 2 (a); sumbu faktorial 1 dan 3 (b) ... Peta skematis sebaran makrozoobentos dominan berdasarkan parameter fisika-kimia sedimen di Estuari Percut Sei Tuan ...

(23)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Nilai rata-rata suhu di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata kecepatan arus di masing-masing stasiun

pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata TSS di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata kecerahan di masing-masing stasiun

pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata salinitas di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata pH di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata DO di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata BOD5 di masing-masing stasiun pengamatan

pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata TOM di masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata C-organik di masing-masing stasiun

pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata N-total di masing-masing stasiun

pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Nilai rata-rata kelimpahan makrozoobentos di

masing-masing stasiun pengamatan pada Bulan Maret (1), April (2) dan Mei (3) ... Gambar profil menegak lapisan sedimen... ... Klasifikasi jenis-jenis makrozoobentos yang ditemukan pada

lokasi penelitian ... Beberapa Jenis makrozoobentos yang didapat

pada lokasi penelitian ... Analisa TOM dengan Metode Permanganat ... Penentuan Kadar N-total dengan Metode Kjeldahl ... Penentuan kadar C-organik sedimen dengan Metode Walkley dan Black ... Nilai kisaran parameter fisika-kimia air dan sedimen di lokasi penelitian ... a Jumlah individu dan jumlah jenis makrozoobentos pada

pengamatan Bulan Maret ... b Jumlah individu dan jumlah jenis makrozoobentos pada

pengamatan Bulan April ... c Jumlah individu dan jumlah jenis makrozoobentos pada

pengamatan Bulan Mei ... a Nilai Kelimpahan, Keanekaragaman, Keseragaman dan

Dominansi Makrozoobentos pada Bulan Maret ...

(24)

x

22

23

24

b Nilai Kelimpahan, Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Makrozoobentos pada Bulan April ... c Nilai Kelimpahan, Keanekaragaman, Keseragaman dan

Dominansi Makrozoobentos pada Bulan Mei ... Hasil Analisis Komponen Utama (PCA) karakteristik fisika-kimia air dan sedimen di lokasi penelitian ... Hasil analisis korespondes (CA; Correspondence Analysis) antara makrozoobentos dan parameter fisika-kimia sedimen ...

Grafik hasil analisis regresi linear ...

90

91

92

93

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Estuari merupakan daerah yang ekstrim, disamping sebagai lokasi pertemuan antara air tawar dan air laut, juga merupakan daerah yang rawan terhadap pemasukan material terlarut yang berasal dari berbagai aktivitas masyarakat di sekitar daerah tersebut. Dewasa ini daerah Estuari Percut Sei Tuan mengalami berbagai masalah yang diakibatkan adanya pemanfaatan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada daerah Percut terdapat berbagai aktivitas penduduk, seperti pemukiman, pertambakan, areal pertanian dan lalu lintas perairan yang cukup ramai. Selain itu juga terjadi pendangkalan pada muara sungai karena adanya pertemuan/penggabungan aliran Sungai Deli dan Sungai Percut sehingga mengakibatkan pendangkalan pada Muara Sungai Percut (Sinar Indonesia Baru Tanggal 5 September 2005).

(26)

2

perubahan-perubahan faktor lingkungan pada suatu ekosistem perairan (Prasetyo et al. 2000). Oleh karena itu dipandang perlu dilakukannya suatu penelitian untuk mengetahui kondisi habitat pada perairan estuari di daerah Percut Sei Tuan dengan melakukan pengukuran terhadap faktor-faktor fisika, kimia dan biologi.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Untuk menentukan kondisi ekosistem Estuari Percut Sei Tuan melalui pengukuran dan analisis faktor-faktor fisika-kimia air dan sedimen serta faktor biologis di perairan tersebut.

2 Untuk mengkaji hubungan struktur komunitas makrozoobentos dengan faktor fisika dan kimia lingkungan estuari.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi terkini habitat Estuari Percut Sei Tuan, sehingga data-data ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar acuan untuk pengelolaan wilayah tersebut secara berkelanjutan.

1.3. Kerangka Pendekatan Masalah

Berbagai aktivitas masyarakat yang terjadi, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan memberi pengaruh terhadap kondisi ekosistem Estuari Percut Sei Tuan. Berbagai bahan buangan yang berasal dari daerah di sekitar Estuari Percut dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan baik itu di badan maupun di dasar perairan.

(27)

3

faktor fisika maupun kimia sedimen yang akhirnya akan mempengaruhi organisme makrozoobentos, yang dapat dilihat dari struktur komunitas makrozoobentos. Keseluruhan faktor-faktor tersebut memiliki hubungan yang erat, sehingga dapat memberi gambaran mengenai kondisi dari suatu habitat perairan. Brower et al. (1990) menyatakan kondisi biotik dan abiotik pada lingkungan tersebut dapat mempengaruhi biota dan habitatnya dan termasuk juga pengaruh dari luar lingkungan.

(28)

4

Gambar 1 Kerangka pendekatan masalah Aktivitas

Masyarakat

Pengelolaan Lingkungan

Terpadu

Penebangan Hutan

Pertambakan

Pertanian

Pemukiman

Sedimentasi dan kualitas air

Estuaria

Fisika-Kimia Air: Suhu, salinitas, TSS, DO,

BOD5, Kecerahan, TOM

Fisika Kimia Sedimen Tekstur sedimen,

Potensial redok, C-organik, N-total

Faktor Biologi Struktur Komunitas

Makrozoobentos

Kualitas Habitat

Produksi Perikanan = Ruang lingkup penelitian (yang diamati)

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Estuari

Menurut fungsinya ekosistem dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu ekosistem laut, estuari, air tawar dan ekosistem teresterial. Ekosistem estuari merupakan suatu tempat pertemuan air tawar dan air asin, dan merupakan tempat peralihan antara dua ekosistem akuatik di bumi (Nybakken 1988). Estuari adalah ekosistem muara sungai tempat pertemuan air tawar dan air laut yang masih dipengaruhi oleh pasang surut. Contoh dari estuari adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut (Bengen 2004).

Estuari sangat produktif karena kaya akan nutrien dari sungai dan laut. Estuari juga merupakan tempat memijah dan mencari makan bagi berbagai jenis ikan dan udang yang biasanya merupakan kawasan bakau (mangrove) yang berkembang dengan baik secara alamiah (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah 2004).

Menurut Supriharyono (2000) kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut menghasilkan suatu komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi diantaranya:

a Tempat bertemunya arus air sungai dan arus pasang-surut yang berlawanan, menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. b Percampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika-kimia

lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.

c Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitasnya mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

(30)

6

Berdasarkan perbedaan salinitas, daerah estuari dapat dikelompokan menjadi beberapa mintakat atau zona (Tabel 1).

Tabel 1 Pembagian zonasi pada estuari berdasarkan nilai salinitas (Segerstrale 1964 dalam Supriharyono 2000)

Mintakat (Zona) Salinitas ( )

Hyperhaline Euhaline Mixohaline

(Mixo)-euhaline (Mixo)-polyhaline (Mixo)-mesohaline

mesohaline mesohaline (Mixo)-oligohaline

-oligohaline -oligohaline Limnetik (air tawar)

> 40 40 30 (40) 30 0.5

> 30, tetapi kecil dari laut euhaline 30 18

18 5 18 -10 10 5 5 0.5

5 3 3 0.5

< 0.5

Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air, estuari dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:

1 Estuari berstratifikasi sempurna/nyata atau estuari biji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuari tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang surut.

2 Estuari berstratifikasi sebagian/spasial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuari ini aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Percampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut.

[image:30.595.118.505.144.364.2]
(31)

7

2.2. Faktor Fisika dan Kimia Perairan 2.2.1. Suhu

Suhu pada daerah estuari berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan pada suhu udara. Suhu pada daerah estuari memperlihatkan fluktuasi anual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuari tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang naik) ke permukaan estuari tersebut kontak dengan substrat yang terekspos (Karleskint 1998).

Perubahan suhu akan berpengaruh terhadap pola kehidupan organisme perairan. Pengaruh suhu yang utama adalah mengontrol penyebaran hewan dan tumbuhan. Suhu juga memberi pengaruh langsung terhadap aktivitas organisme seperti pertumbuhan maupun metabolismenya, bahkan dapat menyebabkan kematian organisme (Odum 1993). Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah meningkatnya daya akumulasi berbagai zat kimia dan menurunnya kadar oksigen dalam perairan (Effendi 2003).

Setiap jenis hewan moluska mempunyai toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu. Suhu optimum bagi organisme moluska bentik berkisar antara 15-28 ºC (Hutagalung 1988).

2.2.2. Salinitas

Perairan estuari atau daerah sekitarnya mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan daerah pertemuan air tawar dan laut juga merupakan daerah pengadukan air yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut (Nontji 1993). Hal ini menyebabkan salinitas pada daerah estuari bervariasi baik secara vertikal maupun horizontal (Karleskint 1998).

Variasi salinitas pada daerah estuari menentukan kehidupan organisme di daerah tersebut. Hewan-hewan yang hidup pada daerah ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan salinitas. Pada daerah estuari, salinitas merupakan faktor penentu yang membatasi penyebaran makrozoobentos yang hidup di dasar perairan. Disamping itu, salinitas juga mempengaruhi reproduksi dari organisme itu sendiri.

(32)

8

distribusi dari pollutan, 2) Salinitas adalah faktor utama yang menentukan densitas perairan, dan 3) Salinitas dapat mempengaruhi parameter air lainnya seperti Oksigen Terlarut (DO).

2.2.3. Kecepatan Arus dan Kedalaman

Pergerakan massa air dan pola arus yang terjadi pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan topografi perairan setempat. Pergerakan arus pasang naik maupun surut dari atau yang menuju ke muara sungai akan mempengaruhi penyebaran limbah yang terdapat di estuari.

Kecepatan arus akan menentukan jenis sedimen suatu perairan. Gastropoda menyukai substrat pasir bercampur lumpur yang kaya zat organik dan sedikit liat dengan kecepatan arus yang sesuai dengan kehidupannya adalah 10-20 cm/dtk. Sementara Bivalvia yang bersifat pemakan suspensi lebih menyukai substrat pasir dan liat (Parsons et al. 1977).

Kedalaman perairan, terutama pada daerah sungai akan mempengaruhi debit dari sungai. Pada daerah estuari, tinggi rendahnya kedalaman dipengaruhi oleh kondisi pasang dan surut. Kedalaman terendah akan didapat pada saat surut dan kedalaman tertinggi pada saat pasang.

2.2.4. TSS

Menurut Sastrawijaya (1991) ada dua alasan pengukuran Total Padatan Terlarut atau Total Suspended Solid (TSS) dalam air, yaitu: 1) Untuk menentukan produktivitas, yaitu kemampuan mendukung kehidupan, dan 2) Untuk menentukan norma air yang dimaksud dengan mengukur TSS pada berbagai periode di berbagai lokasi. Jika suatu saat ada penyimpangan dari norma ini, maka kemungkinan ada pemasukan bahan pencemar ke dalam kolom air.

Komponen TSS dalam perairan dapat berupa biological material (jaringan dan cangkang) dan presipitasi organik. Konsentrasi yang tinggi dari TSS ditemui apabila pemasukan fluvial dan glasial cukup tinggi ke dalam badan air dan konsentrasi terendah ditemui di laut lepas yang jauh dari daratan.

(33)

9

Gastropoda menyukai perairan jernih dengan kadar TSS optimum berkisar 0-20 mg/l.

2.2.5. Oksigen Terlarut (DO = Dissolved Oxygen)

Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya dan pencampuran oleh angin biasanya mempengaruhi ketersediaan oksigen di perairan. Oksigen sangat berkurang di dalam substrat disebabkan tingginya kandungan bahan organik. Selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen yang halus membatasi pertukaran antara air interstisial dengan kolom air diatasnya sehingga oksigen sangat cepat berkurang (Nybakken 1988).

Kehidupan di air dapat bertahan jika kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm dan hal ini juga tergantung pada daya tahan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya (Sastrawijaya 1991). Kehidupan hewan bentos sangat tergantung pada ketersediaan oksigen dan makanan. Oksigen sangat penting untuk beberapa jenis bentos seperti Polychaeta dan Bivalvia. Selain itu tanpa adanya pemasukan makanan, hewan bentos tidak akan dapat bertahan hidup. Pemasukan oksigen pada perairan sangat dikontrol oleh kondisi lingkungan seperti kedalaman air, penetrasi cahaya, substrat, sediment rate dan ukuran butir sedimen.

(34)

10

2.2.6. BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

BOD5 merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroba aeorob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Effendi 2003).

Perairan alami memiliki nilai BOD antara 0.5-7.0 mg/l. Perairan yang memiliki nilai BOD5 lebih dari 10 mg/l dianggap tercemar (Sastrawijaya 1991).

2.3. Faktor Fisika dan Kimia Sedimen 2.3.1. Tekstur Sedimen

Sebagian besar daerah estuari didominasi oleh substrat berlumpur. Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Diantara partikel yang mengendap di estuari kebanyakan bersifat organik, akibatnya substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan inilah yang menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme estuari (Dahuri et al. 2004).

Tipe substrat mempengaruhi penyebaran dari hewan bentos (Parsons et al. 1977). Selain tipe substrat, ukuran partikel sedimen juga

berpengaruh terhadap penyebaran/distribusi hewan bentos. Holme dan McIntyre (1971) mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran partikelnya (Tabel 2).

Tabel 2 Klasifikasi dan ukuran sedimen berdasarkan Skala Wentworth (Holme dan McIntyre 1971)

No Nama Partikel Ukuran (mm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Batuan (Boulder) Batuan bulat (Cobble) Batuan kerikil (Pebble) Butiran (Granule)

Pasir paling kasar (Very coarse sand) Pasir kasar (Coarse sand)

Pasir sedang (Medium sand) Pasir halus (Fine sand)

Pasir sangat halus (Very fine sand) Lumpur (Silt)

Liat (clay)

> 256 256 - 64

64 - 4 4 - 2 2 - 1 1 - 0.5 0.5 - 0.25 0.25 - 0.125 0.125 - 0.0625 0.0625 - 0.0039

<0.0039

(35)

11

beradaptasi sesuai dengan tipe substratnya. Bivalvia merupakan hewan

filter feeder umumnya melimpah pada sedimen yang berukuran 0.18 mm (Parsons et al. 1977).

Pengendapan sedimen atau sedimentasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kecepatan arus sungai, kondisi dasar sungai, turbulensi, densitas, bentuk sedimen dan diameter sedimen (Libes 1992). Sedimen dengan diameter 104 µm akan tererosi oleh arus dengan kecepatan 150 cm/dtk dan terbawa arus pada kecepatan antara 90-150 cm/dtk, selanjutnya mengendap pada kecepatan < 90 cm/dtk. Hal yang sama untuk sedimen yang halus dengan diameter 102 µm, sedimen ini tererosi pada kecepatan arus > 30 cm/dtk dan terdeposisi pada kecepatan < 15 cm/dtk (Holme dan McIntyre 1971). Selanjutnya Wood (1986) menyatakan partikel yang halus akan mengendap pada kecepatan arus 5 cm/dtk, tetapi dapat kembali ke perairan dengan kecepatan arus 15 cm/dtk.

Tabel 3 Kecepatan endapan sedimen (King 1976 dalam Supriharyono 2000)

Tipe Sedimen Diameter (µm) Kecepatan Endapan

(cm/detik) Pasir halus

Pasir sangat halus Silt

Clay

250-125 125-62 31.2-3.9 1.95-0.12

1.2037 0.3484 0.0870-0.0014 3.47 x 10-4 1.16 x 10-6 Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuari, air menjadi sangat keruh. Kekeruhan terjadi pada saat aliran sungai maksimum dan biasanya minimum pada daerah mulut sungai karena sepenuhnya berupa air laut (Nybakken 1988).

2.3.2. Nitrogen dan C-organik

Nitrogen adalah nutrien yang penting di lingkungan perairan dan terkadang dapat sebagai faktor pembatas dalam produktivitas. Umumnya nitrogen sebagai faktor pembatas di laut dan phospat sebagai faktor pembatas di air tawar (Odum 1997).

Chester (1990) menyatakan nitrogen di laut ada dalam beberapa bentuk, yaitu:

(36)

12

b Campuran garam-garam inorganik, seperti nitrogen nitrat (NO3-N), nitrit

nitrogen (NO2-N) dan ammoniak (NH3-N).

c Jajaran dari komponen organik karbon yang berasosiasi dengan organisme, seperti amino acids dan urea

d Particulate nitrogen

Bahan organik di sedimen berasal dari dua sumber utama, dapat berasal dari luar, tetapi secara umum berasal dari aktivitas di lingkungan sedimen sendiri. Umumnya perairan estuari mengandung lebih banyak bahan organik (C-organik) terlarut dan akan mengendap apabila air mengalir pelan (Wood 1986).

Pada sedimen umumnya terdiri dari ~1-5 % organik karbon, tapi konsentrasi ini tergantung pada deposit dari sedimen. Sebagai contoh Calvert & Price (1970) dalam Libes (1992) melaporkan bahwa lumpur yang kaya organik diatomeceous mengandung hampir ~ 25% organik karbon.

2.3.3. Potensial Redok

Potensi pengurangan oksigen atau redok diukur dengan ukuran milivolt yang disebut dengan skala Eh. Eh merupakan pengukuran terhadap aktivitas elektron, sedangkan pH mengukur aktivitas proton (Odum 1993).

Konsentrasi oksigen sedimen berhubungan erat dengan potensial redok (Eh) sedimen. Eh-pH berkorelasi dengan kondisi habitat dasar, terutama berhubungan dengan kandungan bahan organik dan oksigen. Nilai Eh lebih kurang 400 mV, konsentrasi oksigen berkisar 4-10 mg/l. Nilai Eh kurang dari 300 mV, nilai oksigennya 0.30 mg/l. Nilai Eh kurang dari 200 mV oksigennya 0.10 mg/l. Apabila nilai Eh dibawah nol maka nilai oksigen tidak terukur (Rhoads 1974 dalam Razak 2002). Selanjutnya Tomaszek (1991) dalam Tomaszek (1995) menyatakan bahwa dengan nilai redok potensial dapat ditentukan zona denitrifikasi, dimana mikroorganisme autotropik dan heterotropik memfasilitasi proses oksidasi dari bahan organik yang disebabkan adanya gradien pH, Eh dan komposisi ionik.

(37)

13

Pada perairan alami, nilai pH umumnya adalah sebesar 7.80-8.40. Namun pernah dilaporkan bahwa nilai pH dalam perairan dapat mencapai 6.80-9.25 (Perkins 1974 dalam EPA 1985). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7.00-8.50. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Effendi 2003).

2.4. Makrozoobentos

Makrozoobentos adalah organisme yang tidak mempunyai tulang belakang dan hidup di dasar perairan dengan ukuran > 1 mm. Umumnya hewan bentos yang berada di perairan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Echinodermata, Crustacea dan Moluska (Ziegelmeier 1972).

Hewan bentos adalah salah satu organisme yang memegang peranan penting dalam ekosistem esturia (Odum 1997). Diantaranya sebagai pengurai bahan-bahan organik yang terdapat di dasar atau di dalam dasar perairan, pentransferan energi dari produsen primer ke organisme pada tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu bentos dapat digunakan sebagai indikator biologis bagi kualitas air dan substrat. Berdasarkan ukurannya, hewan bentos dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu

macrofauna yang berukuran > 1 mm, microfana yang berukuran < 50 m dan

meiofauna yang berukuran antara macrofauna dan microfana (Sumich 1979). Berdasarkan tipe makan, Mann (2000) mengelompokkan hewan bentos menjadi tiga, yaitu:

1 Shredders, adalah jenis hewan-hewan yang bergerak bebas di permukaan sedimen dan memakan detritus organik bersama dengan alga yang ada. Contohnya Amphipoda, Isopoda dan beberapa jenis Gastropoda.

2 Suspension feeders, contohnya Bivalvia dan Polychaeta.

3 Deposit feeders, adalah hewan yang memakan bahan-bahan organik dan inorganik di sedimen dan diubah menjadi bahan yang dibutuhkan. Yang termasuk kelompok ini adalah Polychaeta dan beberapa jenis Gastropoda

(38)

14

keragaman komunitas antara 0.60-0.80 adalah sebagai standar untuk ekosistem perairan yang tidak menerima masukan bahan organik dan anorganik tinggi (Odum 1993).

Masing-masing jenis dari makrozoobentos akan memberikan respon yang berbeda terhadap kondisi lingkungannya, namun spesies yang dapat hidup pada suatu kondisi ekstrim akan menderita stress fisiologi sehingga dapat digunakan sebagai indikator biologi (Sastrawijaya 1991).

Salah satu makrozoobentos yang digunakan sebagai indikator biologis adalah dari jenis Gastropoda, karena menurut Odum (1993) memenuhi syarat, yaitu:

1 Memiliki distribusi geografis yang luas. 2 Mendominasi komunitas pesisir dan estuari.

3 Mengakumulasi bahan-bahan kontaminan dalam tubuhnya.

Tabel 4 Contoh spesies makrozoobentos menurut tingkat kepekaannya (Wilhm, 1975).

Tingkat Kepekaan Jenis Makrozoobentos

Intoleran Ephemere simlans, Acroneura evoluta, Chimarra obscura, Mesovelia sp., Helichus lithopilus,

Anopheles puntipennas.

Fakultatif Stenotema heterotarsale, Taenopteryx maura,

Hydropsyche bronta, Agrion maculatum, Cordyalis cornutus, Agabus stagninus, Chironomus decorus,

Helodrilus chlorotica, Lamellaibranchiata sp. Toleran Chironomus riparium, Limnodrills sp., Tubiex sp.

Pola adaptasi hewan bentos menurut Day et al. 1989 dikelompokan menjadi: 1 Beberapa jenis hewan bentos menyaring air dari bahan-bahan partikel disaat

kekeruhan meningkat akibat pengangkatan sedimen.

2 Beberapa hewan bentos yang lunak akan menutupi tubuhnya dengan biodeposit dari fecal. Kekurangan oksigen terlarut dalam sedimen diatasi dengan mengairi liang (lubang).

(39)

15

1 Daerah lumpur berpasir dengan arus yang signifikan sering didominasi oleh hewan suspension feeding, contohnya kerang-kerangan seperti Mya arenaria,

Ensis directus.

(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perairan Estuari Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190.79 km2 yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan, 5 desa diantaranya merupakan desa pantai dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar dari 0-20 mdpl dengan curah hujan rata-rata 243 % per tahun (BPS 2004). Estuari Percut merupakan pertemuan dua sungai yaitu Sungai Percut dan Sungai Lalang. Luas lahan basah Percut Sei Tuan ± 3000 ha yang merupakan HPK (Hutan Produksi Konversi) dan HPT (Hutan Produksi Terbatas) (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah 2004). Sebanyak 6 % dari luas lahan basah tersebut berupa hutan bakau (± 180 ha) dan 10.67 % berupa areal pertambakan (± 320.3 ha) (Anonim 2005).

Sepanjang lokasi penelitian yang berada di daerah Sungai Percut, Sungai Terusan hingga muara Sungai Percut terdapat berbagai aktivitas masyarakat. Stasiun 1 berada pada Sungai Percut yang merupakan daerah pemukiman penduduk serta aktivitas lainnya seperti TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pelabuhan dan jalur transportasi air. Pada Stasiun 2 yang terdapat di Sungai Terusan terdapat pertambakan intensif dan daerah yang aktif dilalui oleh kapal nelayan. Pada Stasiun 3 yaitu pertemuan Sungai Lalang dan Sungai Percut dan merupakan daerah pertambakan intensif. Stasiun 4 berada di muara Sungai Percut, sedangkan Stasiun 5, 6 dan 7 berada lebih ke arah laut. Pada daerah ini, selain banyak dilalui oleh kapal-kapal nelayan juga merupakan tempat mencari makan bagi berbagai jenis burung, baik burung lokal maupun migran serta tempat penangkapan ikan.

(41)

17

PETA LOKASI PENELITIAN ESTUARIA PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

Skala : 1: 18.000

Keterangan:

= Stasiun Pengamatan

Sumber:

[image:41.841.89.761.88.483.2]

Google Earth 2007

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Estuari Percut Sei Tuan (Google Earth 2007)

1

2

3

4

5

6

7

3°43'45''

3°43'25''

3°43'5''

3°42'5''

98°47'50'' 98°47'30''

98°47'10'' 98°46'50''

98°47'50'' 98°47'30''

98°47'10'' 98°46'50''

3°43'45''

3°43'25''

3°43'5''

3°42'5''

(42)

18

Tabel 5 Titik koordinat masing-masing stasiun dan tipe habitat di lokasi penelitian

Stasiun Posisi Geografis Tipe Habitat

1 N 03° 42' 57.90''; E 098° 47' 02.90'' Sungai 2 N 03° 43' 07.37''; E 098° 47' 02.66'' Sungai 3 N 03° 43' 03.90''; E 098° 47' 33.70'' Mulut Muara 4 N 03° 43' 20.37''; E 098° 47' 32.12'' Mulut Muara 5 N 03° 43' 40.73''; E 098° 47' 20.84'' Muara 6 N 03° 43' 35.20''; E 098° 47' 34.98'' Muara 7 N 03° 43' 34.06''; E 098° 47' 50.98'' Muara

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, alkohol 70%, bahan-bahan pereaksi lainnya untuk menganalisa berbagai sifat kimia sampel air dan sedimen.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah termometer air raksa, Eh-pH meter, botol air, kompas, Peterson Grab, lup, pinset, saringan, ember, ice box, kantong plastik, pipet tetes, sediment corer, label, sampan bermesin tempel dan sampan dayung.

3.3. Pengukuran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi

Pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi serta alat dan metode yang digunakan terdapat pada Tabel 6.

[image:42.595.132.497.111.226.2]
(43)

19

Tabel 6 Parameter fisika, kimia dan biologi air dan sedimen, alat dan metode yang digunakan

No Parameter Satuan Alat/Metode

A. Fisika Air

1 Suhu ºC Termometer

2 Kedalaman meter Meteran

3 Kecepatan Arus cm/dtk -

5 TSS mg/l Gravimetri

6 Kecerahan m Secchi

B. Kimia Air

1 Salinitas Refraktometer

2 pH - pH meter

3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l Titrasi Winkler

4 BOD5 mg/l Titrasi Winkler

5 TOM mg/l Permanganat

C. Fisika Sedimen

1 Tekstur Sedimen % Saringan bertingkat

D. Kimia Sedimen

1 Potensial Redok mV Eh-pH Meter

2 C-organik % Walkley dan Black

3 N-total % Kjeldhal

E. Biologis

1 Makrozoobentos ind/m2 Peterson Grab dan

Sediment Corer

3.4. Metode Pengambilan Sedimen/Makrozoobentos

Pengambilan sampel moluska bentik dilakukan pada setiap stasiun yang

telah ditentukan dengan menggunakan PetersonGrab yang memiliki luas bukaan 30x30 cm. Sampel makrozoobentos dipisahkan dari sedimen menggunakan

[image:43.595.115.513.112.443.2]
(44)

20

3.5. Analisis Data

3.5.1. Struktur Komunitas Makrozoobentos Komposisi dan Kelimpahan

Komposisi jenis makrozoobentos menggambarkan kekayaan jenis yang terdapat dilingkungannya. Kelimpahan makrozoobentos didefinisikan sebagai jumlah individu persatuan luas (Brower et al. 1990).

b a 10000 K

dimana: K = kelimpahan makrozoobentos a = jumlah individu

b = luas bukaan mulut grab (cm2) 10000 = konversi cm2 ke m2

Keanekaragaman

Keanekaragaman makrozoobentos yang berada di perairan estuari dihitung dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh Shannon-Winner (Krebs 1989).

pi log

pi 2

'

dimana: H' = indeks keanekaragaman jenis pi = ni/N

ni = jumlah total individu ke-i N = jumlah total individu

Berdasarkan nilai konversi basis logaritma oleh Brower et al. (1990) kisaran nilai Indeks Keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

H' < 3.32 = keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah.

3.32 < H' < 9.96 = keanekaragaman sedang, penyebaran individu tiap spesiesnya sedang dan kestabilan komunitas sedang.

(45)

21

Keseragaman

Untuk mengetahui keseragaman (equitabilitas) makrozoobentos yaitu penyebaran individu antar spesies yang berbeda digunakan indeks equitabilitas (Krebs 1989).

max

' '

dimana: E = indeks keseragaman jenis H' = indeks keanekaragaman H' max = log2 S

S = jumlah spesies

Dominansi

Untuk menghitung adanya dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas makrozoobentos dapat dihitung dengan indeks dominansi (Odum 1993)

2

N

ni

C

dimana: C = nilai dominansi

Ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu

Untuk nilai Keseragaman (E) dan Dominansi (C) nilainya berkisar antara 0 hingga 1. Semakin kecil nilai E, nilai C akan mendekati 1, artinya semakin kecil keseragaman suatu populasi dan ada kecenderungan bahwa suatu jenis mendominasi populasi tersebut (Yulianda dan Damar 1994).

Pola Distribusi Makrozoobentos

Untuk mengetahui pola distribusi makrozoobentos digunakan Indeks Morisita (Brower et al. 1990)

1) N ( N

N X n Id

2

dimana: Id = indeks dispersi Morisita

N = total jumlah individu suatu organisme dalam petak contoh X2 = total jumlah individu dalam petak contoh

(46)

22

Pola dispersi biota dalam lokasi penelitian diduga dengan menggunakan kriteria nilai sebagai berikut:

Id = 1; pola dispersi acak Id < 1: pola dispersi seragam Id > 1: pola dispersi mengelompok

Untuk menguji kebenaran nilai indeks dispersi tersebut digunakan uji statistik Khi-kuadrat (Chi-square) berdasarkan Brower et al. (1990).

Selanjutnya nilai Khi-kuadrat dari hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai Khi-kuadrat pada tabel statistik dengan menggunakan selang kepercayaan 95% ( = 0.05). Jika nilai Khi-kuadrat hitung lebih kecil dari Khi-kuadrat tabel maka berarti tidak ada perbedaan nyata dengan acak.

3.5.2. Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Sedimen

Untuk menentukan sebaran karakteristik fisika-kimia air dan sedimen antar stasiun pengamatan digunakan pendekatan analisis statistik multivariabel yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama atau PCA (Principle Component Analysis).

Analisis Komponen Utama (PCA) merupakan teknik mereduksi dimensi. PCA merupakan an atheoretic approach yang menghasilkan kombinasi linear dari variabel-variabel yang diperoleh dari mereduksi variabel asli. Tujuan utamanya adalah menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit mungkin komponen utama yang disebut faktor (Supranto 2004).

3.5.3. Sebaran Spasial Makrozoobentos serta Hubungannya dengan Karakteristik Sedimen

Evaluasi kuantitatif terhadap sebaran makrozoobentos antar stasiun pengamatan dan kaitannya terhadap karakteristik fisika-kimia sedimen dilakukan dengan menggunakan Analisis Faktorial Korespondensi atau CA (Correspondence Analysis).

Analisis Koresponden ini bertujuan untuk mencari hubungan yang erat antara modalitas dari dua karakter atau variabel pada variabel matrik data

N N

X n X

(47)

23

kontingensi serta mencari hubungan yang erat antara seluruh modalitas karakter dan kemiripan antar individu berdasarkan konfigurasi pada tabel atau matrik data

disjongtif lengkap (Bengen 2000).

3.5.3. Hubungan Parameter Fisik-Kimia Sedimen terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos

Hubungan antara parameter fisika-kimia sedimen terhadap struktur makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi. Untuk menguji ketepatan fungsi (goodness of fit test) yang digunakan dilakukan perbandingan terhadap nilai R2, semakin besar nilainya (mendekati 1) makin bagus untuk meramalkan. Pengujian menggunakan Regresi Kuadratik diperoleh nilai R2 yang sangat kecil. Nilai R2 tertinggi diperoleh pada persamaan Regresi Linear Berganda.

Persamaan Regresi Linear Berganda:

Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ...+ BiXi

dimana: Y = Variabel tetap X = Variabel bebas

Selanjutnya dilakukan uji nyata secara menyeluruh dan parsial dengan ketentuan sebagai berikut (Supranto 2004):

A Secara menyeluruh

Apabila F tabel < F hitung, maka persamaan dapat digunakan untuk meramalkan Y, artinya ada satu atau lebih variable bebas X mempengaruhi variable Y.

B Secara parsial

Apabila Nyata (P-value) < = 0.05 maka maka variabel tetap dipengaruhi oleh variabel bebas

(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Fisika-Kimia Air 4.1.1. Suhu

Suhu Estuari Percut Sei Tuan pada Bulan Mei di masing-masing stasiun lebih rendah dibanding Bulan Maret dan April, suhu berkisar 25-26 °C (Lampiran 1). Rendahnya suhu pada Bulan Mei ini disebabkan pada saat pengamatan cuaca mendung hingga turun hujan. Nilai kisaran suhu selama pengamatan adalah 25-30 °C (Lampiran 19), ini merupakan suhu umum Perairan Indonesia. Menurut Nontji (1993) kisaran suhu permukaan Perairan Indonesia adalah 28-30 °C.

Kisaran suhu ini masih memungkinkan untuk metabolisme berbagai jenis organisme yang berada di perairan tersebut, termasuk juga untuk makrozoobentos. Pada umumnya suhu optimum bagi hewan moluska bentik berkisar antara 15-28 °C (Hutagalung 1988). Untuk bentos jenis Bivalvia suhu optimum pertumbuhannya berkisar antara 20-30 °C (Hicks dan McMohan 2002). Selain itu suhu juga mempengaruhi distribusi hewan bentos, dimana suhu akan mempengaruhi ketersediaan nutrisi dari hewan bentos. Menurut Basmi (2000) suhu berperan penting dalam proses metabolisme dan laju fotosintesis organisme fitoplankton yang merupakan salah satu makanan bagi hewan bentos.

(49)

25

0 4 8 12 16 20 24 28 32

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

S

u

h

u

C

)

.

Gambar 3 Nilai rata-rata suhu di lokasi penelitian.

4.1.2. Kedalaman

Kedalaman perairan antara daerah sungai dengan daerah muara atau yang berada lebih ke arah laut memiliki perbedaan dimana semakin ke arah laut kondisi perairannya semakin dangkal, terutama pada Stasiun 5, 6 dan 7 memiliki kondisi yang cukup dangkal dengan kedalaman rata-ratanya berkisar antara 0.63-0.75 m (Tabel 7). Pendangkalan pada ketiga stasiun ini terjadi akibat adanya aktivitas pengerukan pada hulu sungai serta didukung oleh kecepatan arus yang tinggi sehingga dapat membawa partikel-partikel terlarut dari daerah hulu dan kemudian mengendap di muara.

[image:49.595.146.477.87.291.2]
(50)

26

Tabel 7 Hasil pengukuran kedalaman pada saat surut di lokasi penelitian Lebar dan Kedalaman Stasiun Sungai (m)

Stasiun Lebar (m)

Tepi Kanan (A)

Tengah (B)

Tepi Kiri (C)

Profil Dasar Sungai

1 12 1.71 2.16 0.55

2 8 0.59 1.40 0.86

3 6.5 0.60 2.11 0.82

4 22 0.80 1.57 0.75

Stasiun Muara

Kedalaman rata-rata (m) Simpangan Baku

5 0,63 0,03

6 0,72 0,03

7 0,65 0,05

4.1.3. Arus

Kecepatan arus pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kekuatan angin, topografi, kedalaman, luas estuari dan efek coriolis. Kecepatan arus ini akan mempengaruhi berbagai faktor fisika, kimia dan biologi perairan. Kecepatan arus tertinggi dijumpai pada Stasiun 2 yaitu sebesar 0.86 m/dtk dan yang terendah dijumpai pada Stasiun 4 yaitu 0.16 m/dtk (Gambar 4).

Kecepatan arus akan mempengaruhi juga penyebaran dari hewan bentos. Odum (1993) menyatakan umumnya invertebrata bentik (bentos) mempunyai kerapatan yang paling tinggi pada air deras, sementara Bivalvia lebih banyak dijumpai pada air yang tenang.

A B C

A B C

A B C

(51)

27

Kecepatan arus pada Stasiun 2 untuk pengamatan Bulan April tampak lebih tinggi hingga 0.86 m/dtk (Lampiran 2), hal ini dapat disebabkan karena pada waktu pengamatan terjadi aliran air yang cukup besar dari daerah pertambakan yang juga ditandai dengan tingginya salinitas pada bulan tersebut. Semakin ke arah laut, kecepatan arus semakin kecil dimana hal ini berhubungan dengan semakin dangkalnya perairan pada daerah tersebut. Kecepatan arus pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang dan surut. Kisaran kecepatan arus adalah 0.23-0.47 m/dtk (Gambar 4).

Arah arus pada kondisi surut bergerak ke arah laut (Gambar 5). Ini dapat memperlihatkan bahwa pada waktu pengambilan sampel kondisi perairan sangat dipengaruhi oleh aliran air dari hulu sungai yang dibuktikan dengan rendahnya nilai salinitas pada stasiun pengamatan di daerah sungai dan mulut muara (Stasiun 1, 2, 3, dan 4) dibandingkan dengan daerah muara (Stasiun 5, 6, dan 7).

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

1 2 3 4

Stasiun Pengamatan

K

ec

ep

at

an

A

ru

s

(m

/d

tk

)

.

(52)

28

PETA LOKASI PENELITIAN ESTUARI PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SUMATERA UTARA

Skala 1 : 15.000

Sumber Google Earth 2007

Keterangan

= Arah arus

[image:52.841.75.771.83.422.2]

Gambar 5 Arah arus di lokasi penelitian

03°42'45'' 03°43'25''

96°47' 96°47'

03°43'25''

(53)

29

4.1.4. TSS

Muatan partikel terlarut pada Estuari Percut Sei Tuan relatif tinggi yaitu sebesar 20-1280 mg/l. Daerah yang memiliki TSS terendah yaitu Stasiun 1 sebesar 20 mg/l untuk pengamatan bulan April dan yang tertinggi pada daerah Stasiun 1 sebesar 1280 mg/l untuk pengamatan Bulan Maret (Lampiran 3). Tinggi rendahnya nilai TSS pada lokasi penelitian dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas di sekitar lokasi pengamatan serta proses erosi pada daerah hulu sungai dan terbawa oleh aliran air menuju laut. Stasiun 1 merupakan daerah yang paling dekat dengan hulu sungai serta merupakan daerah dengan aktivitas masyarakat yang paling tinggi, diantaranya pemukiman penduduk, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tempat berlabuhnya kapal-kapal nelayan.

Kisaran nilai TSS ini cukup tinggi, namun masih berada di bawah ambang batas yang masih dapat mendukung kehidupan berbagai organisme perairan. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEP No-51/MNLH/I/2004 nilai ini masih sesuai dengan standar baku mutu air untuk biota yaitu dibawah 2000 mg/l yang dapat menopang kehidupan biota perairan (MNLH 2004).

(54)

30

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

T

S

S

(m

g

/l

)

.

Gambar 6 Nilai rata-rata TSS di lokasi penelitian.

4.1.5. Kecerahan

Kecerahan sangat berhubungan dengan tingkat kejernihan perairan. Kecerahan lebih rendah didapat pada pengamatan Bulan Mei dengan rata-rata sebesar 5.33-6.33 cm (Lampiran 4).

Kecerahan suatu perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kedalaman perairan, cuaca (sinar matahari) serta adanya zat-zat terlarut yang berada di perairan tersebut. Pertikel-partikel terlarut yang dapat mengendap dan terbawa oleh aliran air dari hulu juga akan mempengaruhi kecerahan perairan. Pada pengamatan Bulan Mei, Perairan Percut kelihatan keruh dengan cuaca mendung hingga turun hujan.

[image:54.595.151.474.87.267.2]
(55)

31

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

K

ec

er

ah

an

(c

m

)

G a m b a r 7 N i l a i r a t a - r a t a k e c e r a h a n d i l o k a s i p e n e l i t i a n .

4.1.6. Salinitas

Kandungan garam-garam terlarut (salinitas) pada masing-masing stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk setiap bulan pengamatan, namun pada Stasiun 2 untuk pengamatan Bulan April nilai salinitasnya lebih tinggi dengan rata-rata 3.33 bila dibandingkan dengan Bulan Maret dan Mei dengan rata-rata 0.50 dan 1.00 (Lampiran 5). Tingginya nilai salinitas tersebut dapat disebabkan oleh adanya aliran air dari areal pertambakan yang memiliki nilai salinitas yang lebih tinggi pada saat pengamatan.

(56)

32

0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

S

al

in

it

as

(

)

.

Gambar 8 Nilai rata-rata salinitas di lokasi penelitian.

4.1.7. pH

Kadar asam perairan Estuari Percut Sei Tuan cenderung stabil selama Bulan Maret-April dengan rata-rata pH pada masing-masing stasiun untuk setiap bulannya tidak berbeda nyata (Lampiran 6).

Nilai pH pada suatu perairan akan mempengaruhi sebaran faktor kimia perairan, hal ini juga akan mempengaruhi sebaran organisme yang metabolismenya tergantung pada sebaran faktor-faktor kimia tersebut (Odum 1993). Nilai pH perairan pada tiap stasiun pengamatan masih berada pada kisaran normal, yaitu antara 6.56-7.18 (Gambar 15). Kisaran ini masih sesuai dengan standar baku mutu air untuk biota perairan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004, bahwa kisaran pH normal

perairan yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50 (MNLH 2004).

Batas toleransi organisme terhadap pH sangat bervariasi dan pada umumnya sebagian besar dari biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8.50. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia dalam perairan dan juga akan memberi pengaruh terhadap keanekaragaman komunitas biologi perairan. pH 6-6.50 menyebabkan keanekaragaman bentos akan sedikit menurun (Novotny dan Olem 1994 dalam Effendi 2003).

(57)

33

tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan EPA (1985) bahwa pH air laut lebih tinggi dari pada air tawar, hal ini disebabkan air laut mengandung ion-ion yang bersifat basa seperti ion natrium, kalium dan kalsium. Selain itu air laut mempunyai kapasitas penyangga atau buffer yang mampu mempertahankan nilai pH air sehingga pH air laut tetap dalam kisaran yang sempit atau dalam keseimbangan.

0 2 4 6 8

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

p

H.

Gambar 9 Nilai rata-rata pH di lokasi penelitian.

4.1.8. Oksigen Terlarut

Konsentrasi oksigen terlarut pada Perairan Percut Sei Tuan tidak terlalu tinggi. Pada umumnya nilai DO lebih rendah pada pengamatan Bulan Mei (Lampiran 8). Rendahnya nilai DO erat berhubungan dengan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi, adanya cahaya matahari serta kecepatan arus yang dapat membantu proses percampuran air.

(58)

34

ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui KEP No-51/MNLH/I/2004 yaitu > 3 mg/l (MNLH 2004).

Konsentrasi oksigen terlarut dapat menentukan kondisi perairaan. Menurut Lee et al. (1978) dalam Razak (2002) menyatakan bahwa kisaran DO antara 4.50-6.50 mg/l menunjukkan perairan tersebut tercemar ringan namun apabila nilai DO > 6.50 mg/l perairan tersebut tergolong tidak tercemar atau masih dalam kondisi yang alami.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya suhu, salinitas, pH serta proses dekomposisi dan respirasi organisme. Menurut (Brower et al. 1990) bahwa semakin tinggi suhu kelarutan oksigen akan semakin berkurang, dimana kenaikan suhu 1 °C akan meningkatkan metabolisme organisme dan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 %. Salmin (2005) menyatakan bahwa DO memegang peranan penting sebagai indikator biologis karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.

0 2 4 6 8

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

O

k

si

g

en

T

er

la

ru

t

(m

g

/l

)

.

Gambar 10 Nilai rata-rata DO di lokasi penelitian.

4.1.9. BOD5

Konsentrasi oksigen biologis pada Perairan Percut Sei Tuan tergolong rendah. Nilai tertinggi dijumpai pada Stasiun 2 dengan nilai rata-rata 4.79 mg/l dan terendah 1.36 mg/l pada Stasiun 6 (Lampiran 9).

(59)

35

Nilai BOD5 pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tidak terlalu bervariasi, sedangkan

pada Stasiun 5, 6 dan 7 cukup bervariasi. Nilai BOD5 dalam suatu perairan sangat

berhubungan dengan ada tidaknya pemasukan bahan organik dari daratan serta ketersediaan oksigen bagi mikroorganisme dalam melakukan proses dekomposisi. Rendahnya nilai BOD5 berarti tingkat konsumsi oksigen oleh mikroorganisme

dalam proses dekomposisi juga rendah.

BOD5 pada perairan Percut Sei Tuan berkisar antara 0.35-5.62 mg/l dan

untuk masing-masing stasiun tidak berbeda nyata (Gambar 11). Nilai BOD5 pada

perairan ini masih sesuai dengan baku mutu air untuk biota yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No-51/MNLH/I/2004 bahwa nilai BOD5

yang masih dapat menopang kehidupan biota adalah < 25 mg/l (MNLH 2004).

Menurut Sastrawijaya (1991) perairan alami memiliki nilai BOD5 antara

0.50-7.00 mg/l. Perairan yang memiliki nilai BOD5 >10 mg/l dianggap tercemar.

0 1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

B

O

D

5

(m

g

/l

)

.

Gambar 11 Nilai rata-rata BOD5 di lokasi penelitian.

4.1.10. TOM

Kandungan bahan organik terlarut pada masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang bervariasi. TOM tertinggi dijumpai pada Stasiun 1 dengan rata-rata sebesar 22.22 mg/l yang terendah dengan rata-rata 7.95 mg/l. Kandungan TOM dalam perairan sangat dipengaruhi oleh pemasukan zat-zat dari daratan dan adanya erosi dari hulu sungai yang banyak mengandung bahan organik.

(60)

36

tersebut sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus. Partikel yang halus akan terbawa oleh aliran air yang deras.

Kisaran TOM pada perairan ini cukup tinggi yaitu berkisar antara 6.79-23.54 mg/l (Gambar 12). Kandungan TOM dalam perairan sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya pemasukan bahan organik dari lingkungan sekitarnya dan kecepatan arus.

Secara keseluruhan nilai TOM lebih tinggi ke arah muara sungai namun tidak berbeda nyata untuk tiap-tiap stasiunnya (Gambar 12), hal ini sangat berhubungan dengan kecepatan arus yang semakin kecil ke arah muara dan juga nilai salinitas yang semakin tinggi, dimana tingginya salinitas sangat berhubungan dengan kandungan bahan-bahan mineral yang ada dalam perairan tersebut.

0 4 8 12 16 20 24 28

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun Pengamatan

T

O

M

(m

g

/l

)

.

Gambar 12 Nilai rata-rata TOM di lokasi penelitian.

4.2. Karakteristik Fisika-Kimia Sedimen 4.2.1. Tekstur Sedimen

Tekstur sedimen sangat erat kaitannya dengan fraksi butiran sedimen. Stasiun 1, 2 dan 3 didominasi oleh sedimen berupa pasir halus dengan kisaran persentase 41.65-58.95 %. Untuk Stasiun 4, 5, 6 dan 7 didominasi oleh fraksi sedimen berupa pasir sedang dan kasar dengan kisaran persentase 26.31-51.48 % (Gambar 13). Secara visual tekstur sedimen di Perairan Percut dapat digolongkan kedalam jenis pasir berlumpur.

(61)

37

[image:61.595.120.502.290.629.2]

akan mempengaruhi proses erosi dan deposisi dari sedimen. Sedimen dengan diameter 104 m akan tererosi oleh arus dengan kecepatan 150 cm/

Gambar

Tabel 1 Pembagian
Gambar 2   Peta lokasi penelitian di Estuari Percut Sei Tuan (Google Earth  2007)
Tabel 5  Titik koordinat masing-masing stasiun dan tipe habitat di lokasi penelitian
Tabel 6  Parameter fisika, kimia dan biologi air dan sedimen, alat dan metode yang digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

konsultansi IAIN Palangka Raya mengundang Bapak/Ibu Direktur sebagaimana tersebut di atas untuk melakukan pembuktian kualifikasi dengan melihat keaslian dokumen dan

[r]

[r]

[r]

[r]

Pada hari ini Selasa tanggal tiga belas Bulan November Tahun DUA RIBU DUA BELAS, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama Tahun

Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994. Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik

[r]