• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi pola distribusi Hotel di DKI Jakarta dan faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi pola distribusi Hotel di DKI Jakarta dan faktor"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi pola distribusi Hotel di DKI Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Undergraduate Theses from JBPTITBPL / 2005-01-31 10:03:21

Oleh : Sandhi Prajudi dan Arief Noviar S, Departemen Teknik Planologi - ITB Dibuat : 1997-10-11, dengan 1 file

Keyword : Pola Distribusi,Hotel,Lokasi, Jakarta Subjek : Fasilitas Rekreasi,Rencanan kota

Kepala Subjek : Perencanaan Kota dan Tata Guna Lahan

Perkembangan hotel di DKI Jakarta berkembang dengan pezat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah hotel yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, perindustrian, budaya dan pariwisata, maka perkembangan hotel yang terus meningkat sangatlah logis karena fungsi-fungsi tersebut yang terus berkembang yang membutuhkan fasilitas penunjang yang salah satunya adalah hotel. Indikator lain yang menunjukkan pentingnya hotel di DKI Jakarta ditunjukkan dengan semakin mening-katnya jumlah wisatawan yang merupakan sumber pemasukan potensial bagi Pemerintah Daerah DKI Jakarta dimana hotel merupakan sektor yang memperoleh pemasukan terbesar

dibandingkan sektorsektor pariwisata lainnya.

Pola distribusi hotel yang terjadi di DKI Jakarta cenderung terkonsenterasi di WP Pusat. Hal ini dapat menimbulkan persoalan bagi pengguna, pengusaha dan pemerintah. Bagi pengguna dapat menurunkan tingkat kemudahan untuk mencapai fasilitas karena dengan semakin berkembangnya Jakarta pengguna akan menyebar ke seluruh wilayah. Bagi pengusaha dapat mengakibatkan kerugian karena pada tahap tertentu aglomerasi kegiatan sejenis dalam lokasi yang sama dapat mencapai titik jenuhlbalik sehingga tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dapat berakibat sebaliknya. Bagi pemerintah dapat

mengakibatkan tidak serasinya perkembangan pembangunan antara WP Pusat dengan WP lainnya dan akan semakin beratnya beban di WP Pusat.

(2)

1. Menemukenali pola distribusi dan pola perkembangan lokasi hotel.

2. Menemukenali faktor-faktor pertimbangan pemilihan lokasi hotel yang mempengaruhi pola distribusi hotel.

Metoda yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang dimaksud adalah :

1. Melakukan analisis perbandingan antara distribussi hotel dengan rencana kota yang meliputi : RUTR, RBWK dan RIPP, untuk mengetahui apakah rencana yang ada telah mampu mengantisipasi perkembangan hotel.

2. Melakukan analisis perbandingan antara distribusi hotel dengan tahun berdiri hotel berdasarkan perkembangan fisik untuk mengetahui pola perkembangan hotel.

3. Melakukan analsis perbandingan antara distribusi hotel dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi hotel menurut kajian pustaka, untuk mengetahui pola distribusi hotel dan faktor-faktor pemilihan lokasi yang mempengaruhi pola distribusi hotel.

Berdasarkan gtudi yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa pola lokasi hotel di DKI Jakarta adalah terhadap :

1. Kota lama / pusat bisnis (CBD) lama 2. Pusat pusat bisnis (CBD) bare 3. Pusat wisata terpadu

4. Tempat kedatangan (terminal bis, stasiun KA dan pelabuhan)

5. Kawasan perumahanPada dasamya faktor-faktor yang mempengaruhi pola lokasi hotel menurut teori dengan kondisi di DKI Jakarta adalah sesuai walaupun terdapat penjabaran yang lebih mendalam lagi dari masing-masing teori tersebut, yaitu :

1. Kedekatan dengan tujuan perjalanan dan tempat pelayanan masyarakat dilihat dari berbagai faktor kedekatan suatu kegiatan terhadap lokasi hotel maka kegiatan

perdagangan dan perkantoran menempati persentase terbesar dalam daya tank bagi lokasi hotel. Sedangkan kedekatan dengan kegiatan pendidikan merupakan faktor dengan persentase terkecil sebagai daya tank lokasi hotel.

(3)

Mengenai faktor harga lahan khususnya untuk hotel bintang temyata sebagian besar berlokasi di lokasi yang harga lahannya tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa walaupun harga lahannya tinggi tetapi secara ekonomis lahan tersebut mendukung keberadaan hotel. Untuk hotel non bintang yang berlokasi di harga lahan yang tinggi pada umumnya adalah hotel non bintang yang berusia lama dan inipun terjadi karena adanya perubahan fungsi lahan dan perumahan ke kegiatan perhotelan. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa harga lahan yang tinggi menjadi pertimbangan untuk berkembangnya hotel non bintang.

3. Tersedianya karakteristik lokasi yang sesuai dengan maksud pendirian hotel dimana lebih ditekankan pada kondisi lingkungan sekitar (visual characteristic). Temyata untuk hotel bintang pada umumnya terletak di jalan utama dan merupakan kawasan yang penataannya sudah teratur. Sedangkan untuk hotel non bintang tidak selalu terletak di jalan utama sehingga akibat perkembangan kegiatan di kawasan tersebut muncul kegiatan yang tidak tertata dengan baik seperti perumahan kumuh dan kegiatan perdagangan yang tidak tertata dengan rapih. Hal ini dapat terlihat pada lokasi hotel non bintang di dekat tempat-tempat kedatangan seperti terminal, stasiun dan pelabuhan yang sebagian besar merupakan kawasan permukiman yang tidak teratur dan kumuh.

Berdasarkan faktor pemilihan lokasi hotel diatas, terdapat perbedaan faktor pemilihan lokasi untuk hotel bintang dan non bintang yaitu :

1. Hotel bintang jauh dengan tempat kedatangan sedangkan hotel non bintang terdapat yang dekat dengan tempat kedatangan dan merupakan hotel non bintang dengan jenis City/Downtown Hotel.

2. Hotel bintang terletak di harga lahan yang tinggi sedangkan hotel non bintang yang terletak di harga lahan tinggi merupakan hotel non bintang lama dan untuk hotel non bintang baru terletak di harga lahan yang relatif murah.

3. Hotel bintang terletak di jalan utama yang merupakan kawasan yang telah tertata dengan baik sedangkan hotel non bintang tidak selalu berlokasi di jalan utama sehingga pada perkembangannya kawasan tersebut sering menjadi tidak tertata dan kumuh.

(4)

tersebut.

i

Deskripsi Alternatif :

Perkembangan hotel di DKI Jakarta berkembang dengan pezat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah hotel yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, perindustrian, budaya dan pariwisata, maka perkembangan hotel yang terus meningkat sangatlah logis karena fungsi-fungsi tersebut yang terus berkembang yang membutuhkan fasilitas penunjang yang salah satunya adalah hotel. Indikator lain yang menunjukkan pentingnya hotel di DKI Jakarta ditunjukkan dengan semakin mening-katnya jumlah wisatawan yang merupakan sumber pemasukan potensial bagi Pemerintah Daerah DKI Jakarta dimana hotel merupakan sektor yang memperoleh pemasukan terbesar dibandingkan sektorsektor pariwisata lainnya.

Pola distribusi hotel yang terjadi di DKI Jakarta cenderung terkonsenterasi di WP Pusat. Hal ini dapat menimbulkan persoalan bagi pengguna, pengusaha dan pemerintah. Bagi pengguna dapat menurunkan tingkat kemudahan untuk mencapai fasilitas karena dengan semakin berkembangnya Jakarta pengguna akan menyebar ke seluruh wilayah. Bagi pengusaha dapat mengakibatkan kerugian karena pada tahap tertentu aglomerasi kegiatan sejenis dalam lokasi yang sama dapat mencapai titik jenuhlbalik sehingga tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dapat berakibat sebaliknya. Bagi pemerintah dapat mengakibatkan tidak serasinya perkembangan pembangunan antara WP Pusat dengan WP lainnya dan akan semakin beratnya beban di WP Pusat.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka perlu adanya studi tentang pola distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi hotel untuk memberikan tuntunan bagi pemerintah dalam pengaturan hotel. Untuk mencapai tujuan tersebutsasaran dari studi yang dilakukan adalah :

1. Menemukenali pola distribusi dan pola perkembangan lokasi hotel.

2. Menemukenali faktor-faktor pertimbangan pemilihan lokasi hotel yang mempengaruhi pola distribusi hotel.

Metoda yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang dimaksud adalah :

1. Melakukan analisis perbandingan antara distribussi hotel dengan rencana kota yang meliputi : RUTR, RBWK dan RIPP, untuk mengetahui apakah rencana yang ada telah mampu mengantisipasi perkembangan hotel.

2. Melakukan analisis perbandingan antara distribusi hotel dengan tahun berdiri hotel berdasarkan perkembangan fisik untuk mengetahui pola perkembangan hotel.

(5)

Berdasarkan gtudi yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa pola lokasi hotel di DKI Jakarta adalah terhadap :

1. Kota lama / pusat bisnis (CBD) lama 2. Pusat pusat bisnis (CBD) bare 3. Pusat wisata terpadu

4. Tempat kedatangan (terminal bis, stasiun KA dan pelabuhan)

5. Kawasan perumahanPada dasamya faktor-faktor yang mempengaruhi pola lokasi hotel menurut teori dengan kondisi di DKI Jakarta adalah sesuai walaupun terdapat penjabaran yang lebih mendalam lagi dari masing-masing teori tersebut, yaitu : 1. Kedekatan dengan tujuan perjalanan dan tempat pelayanan masyarakat dilihat dari berbagai faktor kedekatan suatu kegiatan terhadap lokasi hotel maka kegiatan

perdagangan dan perkantoran menempati persentase terbesar dalam daya tank bagi lokasi hotel. Sedangkan kedekatan dengan kegiatan pendidikan merupakan faktor dengan persentase terkecil sebagai daya tank lokasi hotel.

2. Faktor harga lahan

Mengenai faktor harga lahan khususnya untuk hotel bintang temyata sebagian besar berlokasi di lokasi yang harga lahannya tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa walaupun harga lahannya tinggi tetapi secara ekonomis lahan tersebut mendukung keberadaan hotel. Untuk hotel non bintang yang berlokasi di harga lahan yang tinggi pada umumnya adalah hotel non bintang yang berusia lama dan inipun terjadi karena adanya perubahan fungsi lahan dan perumahan ke kegiatan perhotelan. Hal ini dapat dijadikan indikasi bahwa harga lahan yang tinggi menjadi pertimbangan untuk berkembangnya hotel non bintang.

3. Tersedianya karakteristik lokasi yang sesuai dengan maksud pendirian hotel dimana lebih ditekankan pada kondisi lingkungan sekitar (visual characteristic). Temyata untuk hotel bintang pada umumnya terletak di jalan utama dan merupakan kawasan yang penataannya sudah teratur. Sedangkan untuk hotel non bintang tidak selalu terletak di jalan utama sehingga akibat perkembangan kegiatan di kawasan tersebut muncul kegiatan yang tidak tertata dengan baik seperti perumahan kumuh dan kegiatan perdagangan yang tidak tertata dengan rapih. Hal ini dapat terlihat pada lokasi hotel non bintang di dekat tempat-tempat kedatangan seperti terminal, stasiun dan pelabuhan yang sebagian besar merupakan kawasan permukiman yang tidak teratur dan kumuh.

Berdasarkan faktor pemilihan lokasi hotel diatas, terdapat perbedaan faktor pemilihan lokasi untuk hotel bintang dan non bintang yaitu :

1. Hotel bintang jauh dan tempat kedatangan sedangkan hotel non bintang terdapat yang dekat dengan tempat kedatangan dan merupakan hotel non bintang dengan jenis

City/Downtown Hotel.

2. Hotel bintang terletak di harga lahan yang tinggi sedangkan hotel non bintang yang terletak di harga lahan tinggi merupakan hotel non bintang lama dan untuk hotel non bintang baru terletak di harga lahan yang relatif murah.

(6)

berbeda berdasarkan jenis dan kelas hotel melihat adanya perbedaan faktor pemilihan lokasi tersebut.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpl-gdl-s1-1997-sandhipraj-275&q=Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang takterhingga kepada penulis,

Komponen-komponen tersebut merupakan bagian dari Theory of Planned Behavior (TPB) yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dengan menggunakan pendekatan TPB telah

Kami juga boleh menyediakan maklumat peribadi berkenaan dengan individu kepada orang ramai atau pihak berkuasa kehakiman, kakitangan dan agensi penguatkuasaan undang-undang

Sumber data skunder merupakan data pendukung penelitian yang bisa menambah penjelasan terhadap hal-hal yang bersangkutan atau berkaitan dengan kegiatan para lanjut

Kendala dari sistem pembuktian terbalik terbatas tersebut bisa menjadi bumerang untuk para Jaksa Penuntut Umum jika tidak hati-hati karena secara tidak langsung

Kriteria ini dapat digunakan untuk menentukan tinggi dan jarak bangunan atau blok bangunan maksimum berdasarkan pertimbangan pencahayaan alami dengan tujuan

Melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang selaku Pejabat Pengelola Informasi dan Ookumentasi (PPID) dan Petugas Infolmasi Kelurahan Pondok Bambu Tahun 2014 dengan berpedoman

JENIS PEKERJAAN SAT INDEKS HARGA SATUAN JUMLAH HARGA... SAT INDEKS HARGA