CLAUSE COMPLEX ANALYSIS IN NO GREATER LOVE BY DANIELLE STEEL
(A Study of Functional Grammar)
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
ERNAWATI MARYAM
NIM. 63707013
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA
vii
Penelitian ini berjudul Analisis Klausa Kompleks dalam Novel “No Greater Love” karya Danielle Steel yang bertujuan menganalisis hubungan
logico-semantic yang muncul dalam setiap klausa dengan klausa lainnya dalam
klausa kompleks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dimana data-data dikualifikasikan berdasarkan klasifikasi hubungan taksis kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam hubungan logico semantic-nya.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa 6 data yang berupa klausa kompleks hipotaksis memunculkan hubungan elaboration dan enhancing, 2 data yang berupa klausa kompleks parataksis memunculkan hubungan extending. Selain itu, 3 data yang berupa klausa kompleks parataksis dan hipotaksis memunculkan hubungan extending-enhancing dan 2 data yang berupa klausa kompleks hipotaksis dan parataksis memunculkan hubungan enhancing dan
extending. Maka dari itu, pada klausa kompleks parataksis selalu memunculkan
hubungan extending dan klausa kompleks hipotaksis selalu memunculkan
hubungan elaboration dan enhancing.
viii
This research is entitled Clause Complex Analysis in “No Greater Love”
novel by Danielle Steel which is purposed to analyze the logico-semantic relation. It is showed by clause complex. In addition, the writer uses qualitative-descriptive methods in this research in which the data is qualified based on taxis relation classification, then it is described based on logico-semantic relation.
The result of research indicates that 6 data of hypotaxis clause complexes show elaboration-enhancing relation and 2 data of parataxis clause complexes show extending relation. In addition, 3 data of parataxis and hypotaxis clause complexes show extending-enhancing relation and 2 data of parataxis and hypotaxis clause complexes show enhancing-extending relation. Based on data analysis, it can be concluded that parataxis clause complex always shows extending relation and hypotaxis clause complex always shows elaboration and enhancing relations.
viii
Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana dan saya berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi mereka-mereka yang
ingin melanjutkan penelitian ini. Maka dari itu, saya ingin mengucapkan rasa
terima kasih terhadap orang-orang yang banyak membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A, sebagai dekan Fakultas Sastra.
2. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum, sebagai Ketua Program Studi Sastra
Inggris.
3. Dr. Juanda sebagai wali dosen, terima kasih atas bantuan dan dukungan
dan mengembalikan semangat saya lagi untuk tetap maju dalam penelitian
ini. You’re the best,
4. Tatan Tawami, S.S., M.Hum sebagai pembimbing pertama saya, terima
kasih pak atas bantuan bapak menyadarkan saya bahwa saya bisa
menyelesaikan skripsi ini dan dukungan dalam bentuk menjadi
pembimbing yang baik dan sabar. Mohon maaf atas kesalahan-kesalahan
saya selama ini yang terkadang membuat bapak merasa kesal. Terima
kasih pak, atas bantuan bapak, saya akhirnya bisa menyelesaikan
penelitian ini.
5. Muhammad Rayhan Bustam, S.S sebagai pembimbing kedua saya, terima
ix
dan dunia kerja nantinya. Selain itu, mohon maaf atas keteledoran saya
selama ini.
6. Terima kasih untuk semua dosen-dosen, mahasiswa/mahasiswi, staff-staff
Sastra Inggris atas bantuan kalian semua.
Bandung, Agustus 2012
xi
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
2.3Hubungan Logico Semantic ... 15
2.3.1 Elaboration... 18
2.3.2 Extending ... 21
2.3.3 Enhancement ... 22
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Objek Penelitian ... 24
3.2 Metode Penelitian ... 24
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 25
xii
4.3 Extending-Enhancing
4.4 Enhancing ... 41
4.5 Enhancing-Extending ... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 50
5.1 Simpulan ... 50
5.2 Saran ... 51
Daftar Pustaka... 52
Synopsis ... 53
Apendiks ... 55
1
beberapa klausa, klausa tersebut disebut dengan klausa kompleks. Klausa
kompleks itu sendiri terdiri dari beberapa klausa yang memiliki hubungan satu
sama lain. Selain itu, klausa kompleks terdiri dari 2 jenis yaitu klausa kompleks
parataksis dan klausa kompleks hipotaksis. Klausa komplek parataksis
menggabungkan klausa independen dengan klausa independen lainnya sedangkan
klausa kompleks hipotaksis berfungsi menggabungkan satu atau beberapa klausa
independen dengan satu atau beberapa klausa dependen.
Jika ditelusuri dengan baik, di antara penggabungan klausa-klausa tersebut
terdapat hubungan logico-semantic agar satu klausa dengan klausa yang lain padu
seperti yang diutarakan oleh Halliday (1985:193) yaitu “we shall interpret the
relations between clauses in terms of logical component of the linguistic system:
the functional-semantic relations that make up the logic of natural languange”
dan didukung oleh pernyataan Paltridge (2000:89) “clauses can be combined
through one of two logico-semantic relations: expansion or projection”.
Dengan berlandaskan pemikiran di atas, penulis hanya fokus di dalam
tersebut terbagi menjadi 3 hubungan yaitu elaboration, extending dan
enhancement. Jadi klausa kompleks yang terdapat pada data akan memunculkan
hubungan-hubungan tersebut dan hubungan logico-semantic tersebut akan
dijelaskan melalui simbol yang telah dinyatakan oleh teori Halliday dan akan
dibahas lebih lanjut di dalam bab selanjutnya.
Dengan topik yang diangkat penulis tersebut, ada sedikit perbedaan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati (2010) dengan
judul “Thematic Progression in Gail B.Stewart’s Cuba (Places In The News)”,
dia membuat penelitiannya tentang alur tema yang berada di dalam teks novel.
Sedangkan penulis melakukan penelitian mengenai hubungan taksis dan
logico-semantic di dalam alur teks klausa kompleks. Dengan demikian, penulis
menetapkan judul “Analisis Klausa Kompleks dalam novel No Greater Love
karya Danielle Steel” sebagai penelitiannya.
1.2Rumusan Masalah
Penulis fokus untuk menganalisis klausa kompleks sekaligus mengetahui
hubungan hipotaksis dan parataksis yang terkandung dalam data. Guna membatasi
topik dan fungsi pembahasan, penulis merumuskannya sebagai berikut:
1) Hubungan taksis apa saja yang muncul pada klausa kompleks dalam novel
No Greater Love?
2) Hubungan logico-semantic apa yang dihasilkan dari hubungan taksis
1.3Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini, penulis mempunyai beberapa tujuan yang dapat
menjawab pertanyaan di atas sebagai berikut:
1. Menjabarkan hubungan taksis yang muncul pada klausa kompleks
yang terkandung dalam novel No Greater Love.
2. Menjabarkan hubungan logico-semantic yang dihasilkan oleh
hubungan taksis dalam klausa kompleks.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas akan hubungan
taksis yang muncul dalam setiap konteks dan makna logico-semantic teks yang
dihasilkan dalam klausa hipotaksis dan parataksis. Penulis mengambil topik di
atas agar pembaca dapat menghindari kesalahpahaman dalam memahami
hubungan yang terjalin di antara klausa tersebut dan juga memahami pula
pengaruh makna tersebut terhadap keseluruhan wacana. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih terhadap penelitian selanjutnya
yang nantinya membahas klausa kompleks ataupun meneruskan penelitian
penulis. Penelitian ini pun bertujuan agar pembaca khususnya para
mahasiswa/mahasiswi Sastra Inggris memahami sistem Functional Grammar
1.5Kerangka Pemikiran
Berdasar pada Functional Grammar, penelitian akan dianalisis seperti
yang akan diperlihatkan dalam kerangka pemikiran di bawah ini. Pertama,
Functional Grammar menjadi acuan penulis dalam menganalisis data. Menurut
Halliday (1994) sistem Functional Grammar itu sendiri adalah sistem bahasa
mengenai bagaimana struktur tersebut diorganisasikan dan bagaimana makna
muncul.
Dalam kajian sistem Functional Grammar ada 3 konsep yang
memunculkan makna yang berbeda di dalam sebuah klausa. Menurut Halliday
(1985:3), konsep tersebut di antaranya clause as representation, clause as an
exchange dan clause as message. Dalam penelitian penulis hanya fokus terhadap
clause as message dan fokus terhadap klausa kompleks saja. Setelah itu, penulis
meneliti dalam segi hubungan taksis (Halliday, 2004:538) dan hubungan
logico-semantic khususnya expansion (Brian Paltridge, 2000:89) yang muncul dalam
taksis tersebut. Berdasarkan pada teori Halliday (2004:538) bahwa hubungan
taksis itu sendiri terdiri dari 2 yaitu hubungan parataksis dan hubungan hipotaksis.
Sedangkan untuk logico-semantic nya berdasar pada teori JR Martin
(1992:168) ada 3 hubungan yaitu elaboration, extending, dan enhancing. Untuk
hubungan elaboration terbagi menjadi 2 hubungan yaitu appositive dan clarifying
sedangkan hubungan extending terbagi menjadi 3 hubungan yaitu additive,
adversative dan varying. Terakhir hubungan enhancing terbagi menjadi 4
hubungan yaitu matter (respective), manner, spatio-temporal, causal-conditional.
System Functional Grammar
Ideational meaning Interpersonal meaning Textual meaning
Gambar 1 Kerangka Teori
Clause as representation Clause as exchange Clause as a message
Clause and clause complex
Logico semantic relation Taxis
Elaboration Extending Enhancing Parataxis Hypotaxis
Appositive clarifying clarifying
clarifying
clarifying clarifying
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis memaparkan beberapa teori yang digunakan dalam
menganalisis data. Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori Halliday
(1985), Gerot & Wignell (1994) dan Paltridge (2000). Teori Halliday digunakan
penulis sebagai teori utama sebagai landasan penulis dalam menganalisis data.
Selain itu, teori pendukung yang digunakan oleh penulis adalah teori Gerot &
Wignell dan Paltrige.
2.1 Functional Grammar
Menurut Halliday (1994), sistem Functional Grammar itu sendiri adalah
sistem bahasa, struktur mengenai bagaimana struktur tersebut diorganisasikan dan
bagaimana makna muncul. Dalam kajian sistem FG ada 3 konsep yang
memunculkan makna yang berbeda di dalam sebuah klausa. Menurut Halliday
(1985:3), konsep tersebut di antaranya clause as representation, clause as an
exchange dan clause as message.
Clause as representation adalah klausa yang merepresentasikan beberapa
peran penting (Gerot & Wignell, 1994). Peran itu adalah circumstances,
He runs slowly.
He sebagai participant yaitu actor. Runs sebagai process yaitu hal yang
dilakukan oleh actor. Sedangkan slowly sebagai circumstance yaitu kata
keterangan yang menjelaskan proses yaitu runs. Selain itu, dikarenakan slowly
adalah adverb of manner, slowly tersebut berfungsi menjawab pertanyaan yang
bersifat kualitas yaitu menjawab bagaimana caranya dan itu dilakukan.
Selain konsep clause as representasion di atas, clause as an exchange
adalah klausa yang memunculkan makna-makna dari hubungan sosial participant
yang berada di dalam klausa. Makna-makna tersebut dapat disebut dengan
interpersonal meaning atau dalam istilah lexicogrammar makna-makna tersebut
disebut dengan mood (Gerot & Wignell, 1994:22). Makna-makna tersebut muncul
ketika ada hubungan yang dilakukan oleh participant1 dengan participant2 (Gerot
& Wignell, 1994:22). Lebih lanjut dijelaskan contoh di bawah ini.
Kiss me!
Untuk contoh di atas, hubungan sosial yang dimunculkan dari interaksi
dalam kalimat imperatif merupakan hubungan antara participant 1 dengan
participant 2. Hubungan khusus yang terjalin di antara mereka hubungan
keintiman. Hal ini diperlihatkan dari pernyataan yang meminta participant 2
untuk memberikan balasan (ciuman). Oleh karena itu, dikarenakan data di atas
memunculkan hubungan sosial tertentu maka data tersebut yang berupa kalimat
imperatif merupakan clause as an exchange.
Sedangkan dengan clause as a message adalah klausa yang berfungsi
mengikutinya (Gerot & Wignell, 1994:102). Context tersebut berada dalam
tataran klausa dan klausa kompleks. Dalam penelitian penulis, konteks yang akan
diteliti hanya dalam tataran klausa kompleks saja. Di bawah inilah dijelaskan
mengenai klausa, klausa kompleks dan hubungan taksis apa saja yang muncul
dalam klausa kompleks dan tentu saja dengan hubungan logico-semantic yang
muncul di antara taksis tersebut pun dijelaskan.
2.2 Klausa dan Klausa Kompleks
Berdasar pada teori Brian Paltridge (1994) bahwa klausa dapat
didefinisikan sebagai unit tata bahasa terbesar, dimana jika satu klausa
digabungkan dengan klausa yang lainnya, klausa-klausa tersebut dapat disebut
dengan klausa kompleks seperti yang diutarakan oleh Gerot & Wignell (1994:82),
“a clause can be defined as the largest grammatical unit, and a clause complex is
two or more clauses logically connected.” Selain itu, klausa dapat disebut dengan
klausa kompleks jika dalam klausa kompleks tersebut terdiri dari beberapa klausa
independen dan beberapa klausa dependen seperti yang diutarakan oleh Gerot &
Wignell (1994:84) “independent clauses can stand alone’. Dependent clauses
can’t stand alone in that particular environment.” Selain itu, klausa independen
dan klausa dependen dapat merepresentasikan hubungan antara klausa ke dalam
konsep yang tertera di dalamnya. Salah satu konsepnya adalah di dalam struktur
kalimat akan terdapat head dan modifier (Halliday, 1985:192). Head disitu dapat
berupa klausa independen yang berfungsi sebagai klausa utama. Sedangkan
pengikut dan menambahkan informasi terhadap klausa sebelumnya seperti yang
dijelaskan contoh di bawah ini.
It won’t be surprising if people complain.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa head adalah klausa
independen, untuk itu pada contoh di atas klausa It won’t be surprising termasuk
kedalam head yaitu klausa independen yang berfungsi sebagai klausa utama.
Sedangkan dengan klausa if people complain merupakan modifier yaitu klausa
dependen yang berfungsi melengkapi klausa utama. Jadi klausa if people
complain tidak dapat berdiri sendiri karena membutuh keberadaan klausa utama.
Selain itu, dalam penggabungan klausa independen dengan klausa
dependen dibutuhkan alat penghubung dengan tujuan satu klausa dengan klausa
lainnya dapat berhubungan erat. Seperti yang diutarakan oleh Gerot & Wignell
(1994:85), “a clause complex is comprised of two or more logically connected, or
put another way, a clause complex is a sequence of processes which are logically
connected.”
Lebih lanjut, alat penghubung di antara klausa kompleks harus
dipertimbangkan agar klausa kompleks dapat merepresentasikan makna yang
saling berkaitan satu sama lain. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh seperti di
John ran away because he was scared.
Klausa 1 John ran away.
Klausa 2 because he was scared.
Contoh di atas terdapat 2 klausa yaitu John ran away dan because he was
scared. Pada klausa kompleks di atas terdapat subordinating because yang
berfungsi menggabungkan klausa 1 dengan klausa 2. Subordinating because
memunculkan makna enhancing khususnya causal conditional reason yang mana
klausa 2 adalah penyebab dimana klausa 1 muncul. Itu pun dapat dibuktikan
bahwa subjek he mengacu terhadap John. Maka dari itu, subordinating because
tersebut mempunyai posisi yang kuat agar makna yang muncul pada setiap klausa
tetap mempunyai hubungan yang erat yaitu padu dengan klausa yang lainnya.
Untuk itu, alat penghubung akan muncul keberadaannya pada tataran
klausa kompleks. Klausa kompleks itu sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu klausa
kompleks parataksis dan klausa kompleks hipotaksis yang lebih lanjut akan
dijelaskan di bawah ini.
2.2.1 Parataksis
Parataksis berfungsi menggabungkan klausa independen dengan
klausa independen lainnya. Klausa-klausa tersebut dapat dihubungkan oleh
apposition dan coordination (Halliday, 1985:252). Contoh penghubung
coordination adalah for, and, nor, but, yet, so, or. Selain itu, hubungan parataksis
“1” menandai klausa utama. Sedangkan simbol “β” menandai anak klausa dari
klausa utama dan posisi dari anak klausa tersebut berada setelah klausa utama.
Untuk simbol “γ” menandai anak klausa yang posisi nya setelah anak klausa
kedua. Lebih lanjut, hubungan parataksis yang ditandai dengan coordination
dijelaskan contoh sebagai berikut.
I tidied up my messy desk | and | I finished revising a paper.
I tidied up my messy desk and I finished revising a paper.
klausa independen klausa independen
Klausa I tidied up my messy desk di atas dihubungkan dengan klausa I
finished revising a paper oleh coordinating and. Dikarenakan keduanya berupa
kalimat independen dan ditandai oleh coordinating and maka contoh klausa
kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks parataksis.
Selain itu, di bawah ini contoh klausa kompleks parataksis yang ditandai
dengan apposition.
Someone comes along with a great idea for an expedition| for
example, | I did a book called Sand Rivers.
Someone comes along with a great idea for an expedition
klausa independen
for example, I did a book called Sand Rivers.
Pada klausa kompleks di atas, klausa someone comes along with a great
idea for an expedition dihubungkan dengan penghubung for example dengan
klausa I did a book called Sand Rivers. Untuk penghubung for example,
penghubung tersebut adalah salah satu ciri appositive yang memunculkan
hubungan parataksis. Maka dari itu, klausa-klausa independen pada contoh ini
adalah klausa kompleks parataksis yang ditandai oleh penghubung appositive.
2.2.2 Hipotaksis
Klausa kompleks hipotaksis berfungsi menggabungkan beberapa
klausa independen dengan beberapa klausa dependen. Dalam teorinya, Halliday
(1985:254) menyatakan bahwa klausa-klausa tersebut dihubungkan oleh beberapa
konjungsi yang bersifat sebagai nominal group, adverbial group atau
prepositional phrase, dan verbal group. Ketiga sifat konjungsi ini berperan
penting dalam menghindari kerancuan makna dalam klausa kompleks hipotaksis.
Selain itu, hubungan hipotaksis dilambangkan dengan simbol α, β,... dengan
rincian adalah simbol “α” menyimbolkan klausa independen sedangkan simbol
“β” menyimbolkan klausa dependen.
Di bawah ini contoh klausa kompleks yang dihubungkan oleh penghubung
yang bersifat nominal group dimana kasus ini sering muncul untuk menghindari
pengulangan kata dan makna yang rancu.
This is my new house whichJack built.
α This is my new house
Dalam kata yang bercetak miring di atas, penghubung which bersifat
nominal group karena mengacu kepada new house yang bersifat noun phrase.
Untuk itu, klausa kompleks hipotaksis tersebut mempunyai hubungan yang padu
antara klausa pertama dan klausa kedua dengan adanya penghubung nominal
group.
Selain penghubung yang bersifat nominal group, penghubung yang
bersifat adverbial group dituangkan dalam contoh di bawah ini.
We had orchestra rehearsal even though it was a public holiday.
α We had orchestra rehearsal
xβ even though it was a public holiday
We had orchestra rehearsal dihubungkan dengan klausa even though it
was a public holiday dengan menggunakan subordinating eventhough. Dalam hal
ini, subordinating eventhough tersebut menandakan bahwa klausa even though it
was a public holiday memberikan penjelasan yang berupa informasi tambahan
mengenai klausa we had orchestra rehearsal. Selain itu, subordinating even
though tersebut bersifat adverbial group yang mengacu terhadap nominal group
atau keseluruhan klausa we had orchestra rehearsal. Dikarenakan adanya
keberadaan adverb tersebut, we had orchestra rehearsal adalah klausa pertama
hubungan yang erat artinya klausa kedua tidak dapat berdiri tanpa keberadaan
klausa pertama.
Selain penghubung yang bersifat nominal group, adverbial group, ada
juga penghubung yang bersifat prepositional phrase yang dituangkan dalam
contoh di bawah ini.
He stood between the door and the window.
preposition
Klausa di atas mempunyai hubungan hipotaksis yang mana terdiri dari
prepositional phrase between dengan dua frasa parataksis nominal group yaitu the
door and the window yang bertindak sebagai complement. Jadi, prepositional
phrase between tersebut berfungsi menjelaskan kata kerja stood buka keseluruhan
klausa seperti pada penjelasan adverbial group. Selain penghubung yang bersifat
nominal group, adverbial group atau prepositional phrase, di bawah ini contoh
penghubung yang bersifat verbal group.
Verbal group yang memunculkan hubungan hipotaksis berfungsi
menjelaskan pekerjaan yang dilakukan oleh subjek dan mendeskripsikan
prosesnya.
She tried to do it, what was she trying to do.
α She tried to do it
Penghubung what di atas memunculkan makna specifying in greater detail
terhadap klausa she tried to do it dimana what mengacu kepada it yang bersifat
verbal group. Itu dapat dibuktikan dari kata it yang mengacu kepada tried to do
dan tried to do bersifat proses dimana she melakukan hal tersebut.
2.3 Hubungan logico-semantic
Diantara hubungan klausa kompleks terdapat hubungan
logico-semantic. Hubungan itulah yang membuat satu klausa dengan klausa yang lainnya
menjadi padu dan berkaitan satu sama lainnya dengan ditandai oleh conjunction
seperti yang dinyatakan oleh Halliday (2004:540) di bawah ini.
“The logico-semantic relations that are manifested in the
system of conjunction fall into the same three types of expansion we met in our exploration of clause complexing-that its, conjunction mark relations where one span of text elaborates,
extends or enhances another, earlier span of text.”
Jadi dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa hubungan logico-semantic
itu sendiri terdapat 2 jenis yaitu hubungan expansion dan hubungan projection.
Hubungan projection adalah hubungan yang berupa pernyataan dan kutipan.
Sedangkan hubungan expansion itu sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu hubungan
elaboration, extending dan enhancing tetapi salah satu hubungan yang akan
diambil penulis adalah hubungan expansion dan penulis akan fokus menganalisis
Selain itu, dalam penggabungan klausa kompleks dan memunculkan
beberapa tipe hubungan expansion dapat diketahui ketika dalam penggabungan
tersebut terdapat penanda conjunction dan dapat diketahui hubungan
Appositive expository in other words, that i, i mean
Exemplifying for example/instance
Elaborating corrective or rather, at least,
Distractive by the way, incidentally
clarifying dismissive in any case, anyway
particularizing in particular
resumptive to resume
summative in short, brieffy verificative actually, verificative
additive positive and, also, moreover
negative nor
Conjunted extending adversative but, yet, however
varying replacive instead
subtractive except for that alternative or (else), alternatively
matter positive here, there, as to that
negative in other respects
manner comparative likewise, similarly
means in the same manner
following then
simultaneous just then
simple preceding previously
2.3.1 Elaboration
Hubungan logico-semantic elaboration adalah hubungan yang muncul
dalam sebuah klausa yang merincikan satu makna dan makna yang lain dengan
menspesifikan atau mendeskripsikan klausa tersebut (Halliday, 1985: 203). Selain
itu, menurut Gerot & Wignell (1994:89) hubungan elaboration mencakup 4
kompleks tersebut mempunyai hubungan elaboration dan hubungan ini akan
dilambangkan dengan simbol “=”.
Berdasar pada teori ini, ada 4 hubungan elaboration yaitu hubungan
specifying in greater detail, restatement, exemplification, comment dan pada
masing-masing hubungan akan dijelaskan di bawah ini.
Pertama, hubungan elaboration khususnya specifying in greater detail
adalah hubungan di mana penghubung yang menghubungkan beberapa klausa
berfungsi menjelaskan kembali secara detail bahwa penghubung tersebut mengacu
terhadap informasi sebelumnya. Di bawah ini contoh klausa kompleks yang
I meet him who likes me.
α I meet him
=β who likes me
Dalam kata yang bercetak miring di atas, penghubung who bermakna
specifying in greater dimana kata who mengacu kepada him dan menegaskan
kembali informasi yang berada di klausa I meet him. Maka dari itu, untuk makna
penegasan khususnya specifying in greater detail disebut hubungan yang
memunculkan makna elaboration.
Kedua, hubungan elaboration khususnya restatement adalah hubungan
dimana pada penggabungan klausa terdapat penghubung yang menandai dan
memunculkan makna pengulangan pernyataan dan menjelaskan kembali
pernyataannya. Di bawah ini contoh klausa kompleks yang memunculkan
hubungan tersebut.
Barry Tuckwell may be the world’s best living horn player i mean,
he’s very tallented.
player. Kedua, klausa I mean dan klausa he’s very tallented. Pada penggabungan
klausa kompleks tersebut, klausa I mean memunculkan makna elaborasi
terdapat di klausa sebelumnya yaitu Barry Tuckwell yang berada di klausa Barry
Tuckwell may be the world’s best living horn player.
Ketiga, di bawah ini contoh klausa kompleks yang mempunyai hubungan
elaboration khususnya exemplification. Hubungan ini dapat muncul ketika dalam
penggabungan klausa terdapat konjungsi yang bersifat memberikan contoh.
We used to have races for example we used to have relays.
1 We used to have races
=2 for example we used to have relays
Terdiri dari 2 klausa pada klausa kompleks di atas. Klausa pertama adalah
we used to have races yang termasuk pada klausa independen dan klausa for
example we used to have relays yang disebut dengan klausa independen.
Dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen maka klausa
kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.
Pada penggabungan kedua klausa tersebut, kata penghubung for example
adalah salah satu penghubung yang memunculkan makna exemplification. Jadi
dalam klausa kompleks di atas, kata relay dalam klausa we used to have relays
adalah sebuah contoh dari kata races yang berada dalam klausa we used to have
races.
Terakhir, di bawah ini contoh klausa kompleks yang mempunyai
hubungan elaboration khususnya comment dimana terdapat klausa yang
This stew is awfull, I mean it’s too salty.
1 This stew is awfull
=2 I mean it’s too salty
Pada klausa kompleks di atas terdiri dari 3 klausa yaitu klausa this stew is
awfull, klausa I mean dan klausa it’s too salty.
Di dalam klausa kompleks di atas, kata yang bercetak miring “I mean”
bermakna comment dimana kata it’s mengacu kepada awfull dan participant I
bertujuan mengomentari masakan seseorang. Maka dari itu, makna penegasan
khususnya comment disebut hubungan yang memunculkan makna elaboration.
2.3.2 Extending
Hubungan logico-semantic extending adalah hubungan yang muncul dalam
sebuah klausa yang memunculkan makna yang erat dengan klausa lainnya dengan
adanya penambahan sesuatu yang baru di dalam klausa kompleks tersebut
(Halliday, 1985:207). Penghubung yang menghubungkan klausa kompleks dan
memunculkan makna extension adalah penghubung yang bersifat hanya
menambahkan atau dapat bersifat menggantikan. Biasanya, penghubung yang
memunculkan makna extension tersebut dapat dicirikan dengan adanya
penghubung and, but, dan or (Gerot & Wignell, 1994:90). Hubungan ini
dilambangkan dengan simbol “+”. Inilah contoh klausa kompleks yang
I play a Frech Horns and my sister plays oboe.
1 I play a Frech Horns
+2 and my sister plays oboe
Klausa kompleks di atas di sebut dengan klausa kompleks parataksis yang
ditandai dengan coordinating and dalam menghubungkan kedua klausa
independen. Dalam contoh tersebut, penanda and memunculkan makna extension
yaitu makna penambahan. Jadi klausa my sister plays oboe menambahkan
informasi yang berada pada klausa I play a Frech Horns. Selain itu, pekerjaan
yang dilakukan oleh subjek I dan my sister adalah pekerjaan yang sama yaitu
memainkan alat musik tiup walaupun jenis musiknya berbeda.
2.3.3 Enhancement
Hubungan logico-sematic enhancement akan muncul ketika sebuah
klausa dapat memperluas maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan
maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan penghubung yang bersifat
mengacu kepada waktu, tempat, cara, sebab akibat atau kondisi (Halliday,
1985:211). Selain itu, teori tersebut juga didukung oleh pernyataan Gerot &
Wignell (1994:90) bahwa “enhancement involves circumstantial relationship
where the circumstantial information is coded as a new clause rather than within
a clause. This can be temporal, conditional, causal, concessive, spatial or
Jadi, jika ada klausa kompleks yang digabungkan oleh penghubung yang
bersifat memberikan informasi tentang waktu, kondisi, sebab akibat dan cara
maka klausa kompleks tersebut mempunyai hubungan enhancement dimana
hubungan satu klausa dengan klausa yang lainnya akan padu satu sama lain. Oleh
karenanya, hubungan tersebut akan disimbolkan dengan “x” seperti contoh di
bawah ini.
She comes on time because she wakes up early.
α She comes on time
xβ because she wakes up early
Pada klausa kompleks di atas terdiri dari 2 klausa yaitu klausa she comes
on time dan klausa because she wakes up early. Klausa she comes on time
termasuk pada klausa independen dan klausa because she wakes up early adalah
klausa dependen. Dikarenakan klausa yang digabungkan berupa klausa
independen dan klausa dependen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan
klausa kompleks hipotaksis.
Dalam penggabungan klausa kompleks tersebut, penanda because
memunculkan makna enhancing karena klausa she wake up early menerangkan
keterangan sebab dari akibat yang berada di klausa she comes on time. Jadi klausa
24
Pada bab ini penulis mendeskripsikan tentang metode dan objek penelitian
yang meliputi teknik dan prosedur dalam menganalisis data.
3.1 Objek Penelitian
Objek yang dijadikan penelitian berupa klausa kompleks di ambil dari
novel yang berjudul No Greater Love karya Danielle Steel. Di dalam membaca
novel tersebut, penulis menemukan banyak data yang mewakili topik penelitian
penulis. Data-data tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan hubungan taksisnya
dan dianalisis berdasarkan hubungan logico semantic-nya.
Agar penelitian ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur
penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif disusul dengan metode
deskriptif yang akan dijelaskan di bawah ini.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif-deskriptif.
“a qualitative research is defined as an inquiry process of understanding a social human problem, based on building a complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed
views of informants, and conducted in a natural setting.”
Sedangkan dengan metode deskriptif itu sendiri seperti yang diutarakan
oleh Nyoman Kuta Rata (2006:53) bahwa “metode deskriptif analisis dengan cara
mendeskripisikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis”.
Dengan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif
adalah metode yang digunakan dalam proses pengambilan data dimana penulis
dalam proses tersebut memilah dan menjadikan data untuk dianalisis. Sedangkan
dengan metode deskriptif adalah metode yang mendeskripsikan proses data yang
telah dipilah tersebut. Jadi, metode kualitatif berhubungan erat dengan metode
deskriptif dimana metode-metode tersebut saling melengkapi satu sama lain.
3.2.1 Teknik Pengumpulan
Penulis mengumpulkan data dari dalam novel. Berdasar pada metode di
atas, penulis fokus kepada penggambaran yang sistematik dalam mengumpulkan
data selama penelitian. Di bawah inilah cara pengumpulan data:
1) Pengamatan.
Ketika membaca novel, penulis mencoba mengamati teks-teks yang
terkandung di dalam nya, apakah teks-teks tersebut mempunyai hubungan
2) Pengumpulan:
Setelah mengamati teks-teks tersebut, penulis berusaha
mengumpulkan teks-teks atau data tersebut yang memiliki hubungan
parataksis dan hipotaksis.
3) Klasifikasi:
Ketika data telah terkumpul, penulis mengklasifikasikan data tersebut
berdasar pada hubungan makna logico-semanticnya masing-masing.
4) Analisis:
Setelah melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengklasifikasian
maka penulis menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan teknik
analisis data yang akan dijelaskan di bawah ini:
3.2.2 Teknik Analisis Data
Inilah proses teknik analisis data:
1. Data yang telah terkumpul akan dipilah berdasarkan klausa. Jadi,
ketika data klausa kompleks mempunyai beberapa klausa, maka
klausa tersebut dipisahkan masing-masing.
2. Setelah dipilah menjadi klausa, klausa tersebut diklasifikasian
berdasarkan hubungan taksisnya.
3. Setelah dianalisis berdasar hubungan taksis tersebut, penulis
menetapkan indikator yang menjadi tanda hubung taksis yang
4. Indikator tersebut akan memunculkan makna logico-semantic
expansion dan penulis akan menganalisis data berdasarkan
makna-makna tersebut.
Inilah contoh data analisis:
1. She was tired of playing alone, and she hadn’t wanted to get in the lifeboat, but she was beginning to seriously miss her mommy and the others.
Ada 3 klausa yang berupa head pada data di atas. Klausa yang pertama
adalah She was tired of playing alone, klausa kedua ialah and she hadn’t wanted
to get in the lifeboat dan klausa ketiga adalah but she was beginning to seriously
miss her mommy and the others. Dikarenakan data mempunyai 3 klausa
independen yang ditandai dengan coordinating-nya yaitu and dan but, maka
klausa kompleks tersebut disebut dengan parataksis.
Pada klausa pertama, kedua, dan ketiga di antaranya mempunyai
hubungan logico-semantic. Klausa pertama berhubungan erat dengan klausa
kedua karena fungsi dari klausa she hadn’t wanted to get in the lifeboat yaitu
additive positive dengan ditandai coordinating and yang berarti menambahkan
informasi yang terdapat di klausa she was tired of playing alone. Itu terbukti dari
she mengacu kepada orang yang sama dan was tired of playing alone mengacu
kepada hadn’t wanted to get in the lifeboat. Sama dengan makna yang muncul
others bermakna menambahkan informasi yang berlawanan khususnya extending
adversative yang ditandai dengan coordinating but dengan klausa she hadn’t
wanted to get in the lifeboat. Jadi, pada klausa ketiga muncul makna pertentangan
bahwa she merindukan ibunya dan teman-temannya tetapi di sisi lain dia tidak
ingin berada di kapal tersebut tempat dimana teman-temannya berada.
Untuk itu, parataksis disimbolkan dengan 1,2,3,... sedangkan hubungan
taksisnya ditandai dengan “+” yang bermakna penambahan. Kesimpulan yang
didapat dari analisis di atas adalah 1^+2^+3 dan dibagankan seperti di bawah ini:
1 she was tired of playing alone
+2 and she hadn’t wanted to get in the lifeboat
29
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Data yang terkumpul diambil dari novel No Greater Love karya Danielle
Steel, data tersebut dianalisis oleh penulis dalam bab ini. Analisis data dianalisis
dengan menggunakan teori sistem functional grammatical Halliday (1985) dan
Linda Gerot & Wignell (1994) dan didukung oleh Brian Paltridge (2000). Dalam
menganalisis, penulis menemukan 6 data yang terdiri dari 2 klausa dan 7 data
yang terdiri dari 3 klausa. Di bawah inilah data-data yang telah diklasifikasikan
berdasar pada logico-semantic-nya:
4.1 Elaboration
Hubungan logico-semantic elaboration adalah hubungan yang muncul
dalam sebuah klausa yang merincikan satu makna dan makna yang lain dengan
menspesifikkan atau mendeskripsikan klausa tersebut. Di bawah inilah data-data
yang mewakili hubungan elaboration tersebut.
Data 1:
She liked taking care of the children herself, actually she preffered it. (No Greater Love, 37)
Pada data di atas terdapat 2 klausa. Klausa yang pertama adalah she liked
Klausa she liked taking care of the children herself adalah head dan dapat
disebut juga dengan klausa independen. Sedangkan dengan klausa actually she
preffered it adalah modifier dan disebut juga dengan klausa independen. Klausa
kompleks tersebut digabungkan oleh conjunctive adjunct actually. Karena
conjunctive adjunct actually tersebut menggabungkan klausa independen dan
independen, maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks
parataksis.
Actually yang terdapat pada data di atas mempunyai hubungan
logico-semantic yang bermakna elaborasi khususnya verificative. Makna tersebut muncul
dengan ditandai adanya modifier actually yang bersifat memverifikasikan. Itu
dapat dibuktikan dalam klausa actually she preffered it mempunyai kata she dan
mengacu kepada orang yang sama yang terkandung pada klausa she liked taking
care of the children herself. Selanjutnya dalam klausa she preffered it, it disitu
mengacu kepada taking care of the children herself yang artinya
memverifikasikan informasi yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, dikarenaan data di atas merupakan klausa kompleks parataksis
maka klausa kompleks tersebut dilambangkan dengan “1,β,...” di mana simbol “1”
menyimbolkan klausa independen dan simbol 2” menyimbolkan klausa
independen. Selain itu, makna elaborasi yang terjalin pada klausa kompleks di
atas akan disimbolkan dengan “=”, maka dari itu simbol yang muncul adalah 1^=2
1 She liked taking care of the children herself
=2 actuallyshe preffered it
Data 2:
Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles, who were helping the women and children into the lifeboats. (No Greater Love, 59)
Terdapat 2 klausa pada data di atas yaitu klausa independen Phillip
stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles sebagai head dan klausa
dependen who were helping the women and children into the lifeboats sebagai
modifier. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari klausa independen dan
klausa dependen maka klausa kompleks tersebut di sebut dengan klausa kompleks
hipotaksis.
Dalam data di atas, klausa whowere helping the women and children into
the lifeboats tidak dapat berdiri sendiri karena terdapat conjunctive who yang
melekat padanya yang bermakna expansion khususnya elaboration specifying in
greater detail dimana conjunctive who berfungsi menspesifikkan greater detail
terhadap Philip, Jack Thayer and Charles yang terdapat pada klausa Phillip
stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, who tidak hanya mengacu kepada Jack Thayer and Charles tetapi
juga kepada Philip karena pada prepositional phrase with Jack Thayer and
Oleh karena itu, hubungan logico-semantic yang muncul di antara klausa
kompleks tersebut ditandai dengan “=” yang berarti mempunyai makna
elaboration. Selain itu, klausa independen disimbolkan dengan α dan klausa
dependen disimbolkan dengan β. Jadi kesimpulan dari analisis di atas adalah α^=β
seperti bagan di bawah ini.
Data 3:
They had been going close to twenty-three knots all day, which was a good speed for the titanic. (No Greater Love, 37)
Data di atas terdapat 2 klausa yaitu they had been going close to
twenty-three knots all day dan which was a good speed for the titanic. Klausa independen
they had been going close to twenty-three knots all day sebagai head dan klausa
dependen which was a good speed for the titanic sebagai modifier. Dikarenakan
klausa kompleks di atas terdiri dari klausa independen dan klausa dependen maka
klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.
Dalam klausa kompleks hipotaksis tersebut, conjunctive which
menggabungkan kedua klausa dan memunculkan makna elaboration khususnya
menspesifikkan greater detail terhadap twenty-three knots yang berada pada
klausa they had been going close to twenty-three knots all day. Selain itu, fungsi
dari conjunctive which adalah menjelaskan dan memperluas makna which yang
α Phillip stayed outside on deck, with Jack Thayer and Charles
mengacu kepada noun phrase twenty-three knots. Dengan begitu makna yang
dimunculkan which pada klausa which was a good speed for the titanic jelas dan
detail dan mempunyai hubungan yang erat dengan klausa pertama dimana klausa
which was a good speed for the titanic tidak dapat berdiri sendiri tanpa kehadiran
klausa they had been going close to twenty-three knots all day.
Oleh karena itu, hubungan elaboration yang muncul di antara kedua
klausa di atas disimbolkan dengan “=” dan klausa kompleks hipotaksis ditandai
dengan “α,β,...” dengan rincian “α” menyimbolkan klausa independen dan “β”
menandai klausa dependen. Lebih lanjut, kesimpulan yang didapat adalah α^=β
seperti yang ditampilkan tabel berikut ini.
α They had been going close to twenty-three knots all day
=β which was a good speed for the titanic.
4.2 Extending
Penghubung yang menghubungkan klausa kompleks dan memunculkan
makna extension adalah penghubung yang bersifat hanya menambahkan atau
dapat bersifat menggantikan. Biasanya, penghubung yang memunculkan makna
extension tersebut dapat dicirikan dengan adanya penghubung and, but, dan or. Di
Data 4:
She was tired of playing alone, and she hadn’t wanted to get in the
lifeboat, but she was beginning to seriously miss her mommy and the others. (No Greater Love, 66)
Terdapat 3 klausa independen pada data di atas. Klausa yang pertama
adalah she was tired of playing alone, klausa kedua ialah she hadn’t wanted to get
in the lifeboat dan klausa ketiga adalah she was beginning to seriously miss her
mommy and the others. Dikarenakan data mempunyai 3 klausa independen yang
berfungsi sebagai head dan ditandai dengan coordinating and dan but, klausa
kompleks tersebut disebut dengan parataksis.
Pada klausa pertama, kedua, dan ketiga di antaranya mempunyai
hubungan logico-semantic. Klausa pertama berhubungan erat dengan klausa
kedua karena fungsi dari klausa she (Alexis) hadn’t wanted to get in the lifeboat
yaitu additive positive yang berarti menambahkan informasi yang terdapat di
klausa she was tired of playing alone dimana she (Alexis) dalam klausa she was
tired of playing alone berada dalam tempat yang berbeda yaitu di dalam kapal
bukan dalam lifeboat. Selain itu, makna yang muncul pada klausa ketiga yaitu but
she was beginning to seriously miss her mommy and the others bermakna
menambahkan informasi khususnya extending adversative dengan klausa she was
tired of playing alone. Jadi, pada klausa ketiga muncul makna pertentangan
bahwa she(Alexis) merindukan ibunya dan teman-temannya tetapi di sisi lain dia
Dikarenakan pada data di atas mempunyai hubungan parataksis, maka
klausa kompleks tersebut disimbolkan dengan 1,2,3,... sedangkan hubungan
taksisnya ditandai dengan “+” yang bermakna penambahan. Untuk itu,
kesimpulan yang didapat dari analisis di atas adalah 1^+2^+3 yang dituangkan
dalam bagan di bawah ini.
Data 5:
George was in no way shy around girls, or around anyone for that
matter. (No Greater Love, 14)
Terdapat 2 klausa pada klausa kompleks di atas. Head pada klausa
pertama adalah George was in no way shy around girls disebut juga dengan
klausa independen dan klausa kedua adalah (George was in no way shy) or
around anyone for that matter dimana George was in no way shy pada klausa
tersebut diresapkan berfungsi sebagai head. Subjek tersebut adalah George yang
melakukan hal yang sama dengan klausa pertama. Maka dari itu, walaupun
adanya peresapan di antaranya tetap klausa tersebut dapat disebut juga dengan
1 she was tired of playing alone
+2 and she hadn’t wanted to get in the lifeboat
+3
but she was beginning to seriously miss her mommy and the
klausa independen. Dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen
maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.
Hubungan logico-semantic yang muncul pada klausa kompleks tersebut
adalah extending khususnya varying alternative dimana klausa or around anyone
for that matter berfungsi menambahkan informasi yang bervariasi terhadap klausa
George was in no way shy around girls dengan ditandai oleh coordinating or. Itu
dapat dibuktikan dari George was in no way shy around girls atau around anyone.
Jadi informasi yang bervariasi tersebut terdapat pada around girls atau around
anyone.
Oleh karena itu, hubungan extendingtersebut ditandai oleh simbol “+” dan
klausa kompleks parataksis ditandai dengan simbol “1,β,...” dan untuk kesimpulan
yang didapat dari analisis data di atas yaitu 1^+2 dengan rincian seperti tabel
berikut ini.
4.3Extending-Enhancing
Di bawah inilah data-data yang memunculkan makna extending dan
enhancing.
1 George was in no way shy around girls
Data 6:
He can check the third-class passenger list, and if it’s she, she’ll be
on it. (No Greater Love, 28)
Pada data di atas terdapat 3 klausa. Klausa pertama sebagai head yaitu he
can check the third-class passenger list adalah klausa independen, klausa kedua
and if it’s she adalah klausa dependen yang berfungsi sebagai modifier dan klausa
she’ll be on it adalah klausa independen yang berkedudukan sebagai head.
Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari beberapa klausa independen maka
disebut dengan klausa parataksis. Selain itu, dikarenakan ada klausa independen
dan klausa dependen maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa
kompleks hipotaksis.
Surbordinating yang digunakan dalam menghubungkan klausa di atas
adalah if dan coordinating yang digunakan dalam menghubungkan klausa pertama
dengan kedua adalah and. Coordinating and tersebut bermakna extending
khususnya makna additive positive karena klausa if it’s she menambahkan
informasi pada klausa he can check the third-class passenger list. Itu dapat
dibuktikan dengan kata it pada klausa tersebut mengacu kepada proses dari satu
kesatuan klausa he can check the third-class passenger list yang terdapat klausa
pertama. Selain itu, klausa she’ll be on it mempunyai hubungan menambahkan
informasi pada klausa if it’s she karena mengacu terhadap orang yang sama. Sama
dengan hubungan yang dimunculkan oleh oleh klausa kedua dengan ketiga dimana
hubungan tersebut tanpa ditandai dengan coordinating tetapi makna yang muncul
informasi terhadap klausa if it’s she karena pada klausa she’ll be on it, subjek she
mengacu terhadap she pada klausa if it’s sheyang mengacu juga terhadap the
third-class passenger list yang berada di klausa pertama. Untuk itu, ketiga klausa tersebut
saling berhubungan satu sama lain.
Berbeda dengan klausa kedua mempunyai subordinating if yang bermakna
enhancing yaitu makna causal conditional positive karena pada klausa it’s she
adalah penyebab kondisi dimana klausa she’ll be on it muncul dimana she mengacu
terhadap orang yang sama juga.
Oleh karena itu, dikarenakan klausa kompleks di atas memunculkan
hubungan logico-semantic extending, maka hubungan tersebut disimbolkan dengan
“+” dan untuk klausa kompleks hipotaksis yang terdiri dari klausa independen
disimbolkan dengan α, klausa dependen ditandai dengan β. Kesimpulan yang
didapat adalah 1^+2^+3^ xβ^ α yang digambarkan seperti bagan di bawah ini.
Data 7:
She was still holding Alexis by the hand, and although the child was terrified, she was no longer protesting.( No Greater Love, 45)
Terdapat 3 klausa pada data di atas di antaranya klausa she was still holding
Alexis by the hand sebagai head adalah klausa independen, klausa although the
1 He can check the third-class passenger list
+2 xβ and if it’s she
child was terrified sebagai modifier adalah klausa dependen dan klausa he was no
longer protesting adalah klausa independen yang berfungsi sebagai head.
Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari beberapa klausa independen dan
klausa dependen maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks
hipotaksis.
Pada klausa kedua mempunyai hubungan extending khususnya additive
positive terhadap klausa pertama dan klausa ketiga dengan ditandai oleh
coordinating and. Itu artinya klausa although the child was terrified berfungsi
menambahkan informasi terhadap klausa she was still holding Alexis by the hand
bahwa the child mengacu kepada Alexis. Sedangkan dengan klausa kedua dan
ketiga memunculkan makna enhancing khususnya causal conditional concessive
dengan ditandai subordinating although. Dengan adanya klausa although the child
was terrified maka subordinating although disitu mengizinkan klausa she was no
longer protesting untuk muncul dan melengkapi makna sebagai akibat dari klausa
kedua. Selain itu, makna yang dimunculkan pada klausa kedua dengan klausa
ketiga tidak hanya hubungan enhancing tetapi di antaranya memunculkan
hubungan extending additive positive juga dimana klausa she was no longer
protesting berfungsi menambahkan informasi terhadap klausa although the child
was terrified dan klausa she was still holding Alexis by the hand. Itu dapat
dibuktikan bahwa she yang terdapat pada klausa ketiga mengacu kepada the child
yang berada pada klausa kedua, sedangkan the child pada klausa kedua mengacu
Hubungan logico-semantic extending tersebut ditandai dengan simbol “+”
sedangkan dengan hubungan enhancing disimbolkan dengan “x”. Untuk klausa
kompleks hipotaksis yang memunculkan hubungan-hubungan tersebut
disimbolkan dengan “α,β, ,...”. Jadi, simbol-simbol tersebut lebih detailnya adalah
1^+β^+γ^xβ^α dijelaskan kembali pada bagan yang berada di bawah ini.
5
Data 8:
The Winfields walked on past the gym then, and they came out on the port side, where the crew were uncovering eight wooden lifeboats. (No Greater Love, 46)
Pada klausa kompleks di atas, terdapat 3 klausa. Klausa pertama adalah The
Winfields walked on past the gym then disebut dengan klausa independen yang
berkedudukan sebagai head. Klausa kedua adalah they came out on the port side
sebagai head dan juga disebut dengan klausa independen. Klausa ketiga adalah
where the crew were uncovering eight wooden lifeboats yang disebut juga dengan
klausa dependen dan klausa tersebut berkedudukan sebagai modifier. Untuk
klausa pertama dengan klausa kedua, keduanya disebut dengan klausa kompleks
parataksis dikarenakan keduanya termasuk ke dalam klausa independen.
Sedangkan dengan klausa kedua dengan klausa ketiga disebut dengan klausa
1 She was still holding Alexis by the hand
+2 xβ and although the child was terrified
kompleks hipotaksis dikarenakan klausa kedua termasuk ke dalam klausa
independen dan klausa ketiga termasuk ke dalam klausa dependen.
Untuk menggabungkan klausa kompleks tersebut membutuhkan penghubung
yang tepat yang memunculkan makna yang padu di antaranya klausa pertama
dengan klausa kedua dihubungkan oleh coordinating and. Coordinating and
tersebut bermakna extending khususnya additive positive dimana and they came
out on the port side berfungsi menambahkan informasi terhadap the Winfields
walked on past the gym then. Itu dapat dilihat dari they mengacu kepada The
Winfields dan mereka berada di dalam satu jalur yang sama. Sedangkan dengan
klausa they came out on the port side dihubungkan dengan klausa where the crew
were uncovering eight wooden lifeboats oleh subordinating where. Subordinating
where tersebut memunculkan makna enhancing khususnya matter positive dimana
subordinating where mengacu ke keadaan atau tempat yaitu the port side yang
berada di klausa they came out on the port side.
Dari hubungan enhancing di atas, hubungan ditandai dengan simbol “x” dan
klausa kompleks parataksis ditandai dengan “1,β,γ,...” dan klausa kompleks
hipotaksis ditandai dengan “α,β,...” Jadi, simbol-simbol tersebut lebih detailnya
adalah 1^+β^α^xβ dan dijelaskan pada bagan di bawah ini.
1 The Winfields walked on past the gym then,
+β α and they came out on the port side,
4.4Enhancing
Hubungan logico-sematic enhancement akan muncul ketika sebuah klausa
dapat memperluas maknanya terhadap klausa yang lainnya dengan penghubung
yang bersifat mengacu kepada waktu, tempat, cara, sebab akibat atau kondisi.
Inilah data-datanya:
Data 9:
Members of the crew were threatening to shoot them if they attempted to make their way through the ship, because they were afraid of looting and property damage aboard.( No Greater Love, 58)
Pada data di atas terdapat 3 klausa yaitu head pada klausa pertama adalah
members of the crew were threatening to shoot them yang disebut juga dengan
klausa independen, modifier pada klausa kedua adalah if they attempted to make
their way through the ship yang disebut juga dengan klausa dependen dan
modifier klausa ketiga adalah because they were afraid of looting and property
damage aboard yang disebut juga dengan klausa dependen. Dikarenakan klausa
kompleks tersebut menggabungkan klausa independen dengan beberapa klausa
dependen maka klausa kompleks di atas disebut dengan klausa kompleks
hipotaksis.
Klausa pertama dengan klausa kedua digabungkan oleh subordinating if.
Subordinating if bermakna enhancing causal conditional dimana klausa they
attempted to make their way through the ship tidak akan muncul keberadaannya
shoot them. Selain itu, pada klausa they attempted to make their way through the
ship terdapat kata they yang mengacu kepada members of the crew. Itu adalah
salah satu bukti bahwa klausa kedua sangat mempunyai hubungan
logico-semantic yang erat dengan klausa pertama. Begitupun dengan klausa because
they were afraid of looting and property damage aboard, dengan adanya kata they
disana yang mengacu kepada membersof the crew maka hubungan yang muncul
adalah enhancing yaitu perluasan makna causal reason karena klausa because
Hubungan enhancing tersebut disimbolkan dengan “x” dan klausa
Data 10:
He was whispering because his wife was still a sleep. (No Greater
Love, 41)
Ada 2 klausa pada data di atas. Head pada klausa pertama adalah he was
whispering. Modifier pada klausa kedua adalah because his wife was still a sleep.
Klausa pertama disebut dengan klausa independen dan klausa kedua disebut
dengan klausa dependen. Dikarenakan klausa kompleks di atas terdiri dari klausa
independen dan klausa dependen, maka klausa kompleks di atas disebut dengan
klausa kompleks hipotaksis.
Klausa kompleks tersebut digabungkan oleh subordinating because yang
bermakna causal specific artinya klausa his wife was still a sleep adalah penyebab
dimana klausa he was whispering muncul. Dalam klausa he was whispering, kata
he (Bertram) disitu spesifik mengacu kepada his wife yang terdapat pada klausa
pertama. Jadi, he (Bertram) tidak akan berbisik jika istrinya tidak bangun. Kedua
klausa tersebut saling berhubungan erat satu sama lain yang berarti mempunyai
hubungan enhancing khususnya causal spesific yang akan disimbolkan dengan
“x” dan untuk klausa kompleks hipotaksis ditandai dengan “α, β,...” seperti α^ xβ
dan dituangkan dalam bagan di bawah ini.
α He was whispering
Data 11:
Lady Fitzgerald was going to bring it over with her, when they came to San Fransisco in late July. (No Greater Love, 11)
Klausa kompleks di atas terdiri dari 2 klausa yaitu Lady Fitzgerald was
going to bring it over with her sebagai head dan klausa when they came to San
Fransisco in late July sebagai modifier. Dikarenakan klausa Lady Fitzgerald was
going to bring it over with her adalah klausa independen digabungkan dengan
klausa when they came to San Fransisco in late July yang berarti klausa dependen
juga maka klausa kompleks tersebut disebut dengan klausa kompleks hipotaksis.
Subordinating yang muncul pada klausa kompleks di atas adalah when
yang mempunyai makna enhancing khususnya temporaldurative. Makna tersebut
muncul dalam klausa they came to San Fransisco in late July yang menandakan
waktu yang dibutuhkan Lady Fitzgerald untuk pergi tidaklah lama, dia hanya
butuh kepastian dari they untuk datang ke San Fransisco. Jadi, kejadian klausa
when they came to San Fransisco in late July muncul beriringan dengan klausa
Lady Fitzgerald was going to bring it over with her.
Oleh karena hubungan logico-semantic yang muncul adalah enhancing
temporal maka hubungan tersebut disimbolkan dengan “x” dan untuk klausa
kompleks hipotaksis ditandai dengan “α,β,...” dan kesimpulannya adalah α^ xβ
α Lady Fitzgerald was going to bring it over with her
xβ when they came to San Fransisco in late July.
4.5 Enhancing-Extending
Berbeda dengan data-data sebelumnya, di bawah inilah data-data yang
memunculkan makna enhancing dan extending
Data 12:
Perhaps if we wait, they’ll call the whole thing off, and we won’t
have to put the children through all this for nothing. (No Greater Love, 49)
Klausa kompleks diatas terdiri dari 3 klausa. Klausa pertama adalah
perhaps if we wait disebut juga dengan klausa dependen dan berkedudukan
sebagai head. Sedangkan dengan modifier pada klausa kedua yaitu they’ll call the
whole thing off disebut juga dengan klausa independen dan klausa yang terakhir
adalah we won’t have to put the children through all this for nothing adalah klausa
independen dan mempunyai fungsi sebagai head. Oleh karena itu, klausa pertama
adalah klausa dependen dan klausa kedua adalah klausa independen maka klausa
kompleks tersebut disebut dengan klausa hipotaksis. Sedangkan dengan klausa
kedua adalah klausa ketiga adalah klausa independen maka klausa kompleks
tersebut disebut dengan klausa kompleks parataksis.
Untuk klausa pertama perhaps if we wait terdapat subordinating if yang