• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) di Kecamatan Taliwang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) di Kecamatan Taliwang."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI PETANI DALAM

PROGRAM PENGEMBANGAN SAYURAN DATARAN

RENDAH DI KECAMATAN TALIWANG

JUNI YASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah di Kecamatan Taliwang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

iv

RINGKASAN

Juni Yastuti. Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) di Kecamatan Taliwang. Dibimbing oleh Dr Titik Sumarti dan Dr Ivanovich Agusta.

Taliwang merupakan ibu kota dari Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama selain sektor pertambangan. Seperti diketahui potensi dan peluang KSB untuk mengembangkan komoditi pertanian salah satunya tanaman sayur sangat besar, karena didukung oleh kondisi agroklimat, Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber daya hayati yang memadai. Tingginya tingkat impor sayur dari luar KSB menyebabkan harga menjadi sangat tinggi, peluang inilah yang harus ditangkap petani untuk meningkatkan penghasilannya.

Untuk mendorong hal tersebut pemerintah melaksanakan suatu program yaitu Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) dengan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun dalam implementasinya PPSDR tidak berjalan dengan baik, atau dinyatakan gagal karena tidak adanya kesinambungan dari program. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tingkat partisipasi petani dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program. Oleh karena itu menarik dilakukan suatu kajian bagaimana strategi peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR di Kecamatan Taliwang.

Kajian ini bertujuan mengkaji implementasi PPSDR, mengkaji partisipasi petani dalam PPSDR, menganalisis respon petani (sikap, pengetahuan) terhadap program dan hubungannya dengan tingkat partisipasi petani, menganalisis kondisi sosial ekonomi (penghasilan dan luas lahan) petani dan hubungannya dengan tingkat partisipasi petani dan merumuskan strategi peningkatan pertisipasi petani dalam PPSDR. Kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner didukung oleh data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi partisipatif.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa implementasi program dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi program masih rendah, yang berarti tidak berjalan dengan baik. Partisipasi petani dalam perencanaan dan pelaksanaannya masih rendah. Tidak Ada Hubungan antara respon petani (sikap dan Pengetahuan) dengan tingkat partisipasi, sehingga respon petani tidak mempengaruhi tingkat partisipasi. Adanya hubungan linier pada kondisi sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasi, menunjukkan bahwa semakin tinggi kondisi sosial ekonomi petani semakin tinggi tingkat partisipasinya. Strategi peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR berkelanjutan adalah strategi WO, yaitu Tindakan pertama, mendorong Partisipasi petani dalam perencanaan dan implementasi PPSDR. Tindakan kedua, melakukan pelatihan-pelatihan tentang budidaya sayuran mulai dari cara, dan ketepatan waktu dalam pengelolaan lahan sampai kepada pengelolaan keuangan agar menjamin terserapnya dana dan akses permodalan. Tindakan ketiga, penekanan aspek pendampingan pada budidaya sayur dengan melihat sumber daya lokal sesuai trend masyarakat. Tindakan keempat, Melakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap oleh stakeholder terkait.

(5)

v

SUMMARY

Juni Yastuti. Strategy to Increase Participation in Development Program Vegetable Growers Lowlands (PPSDR) in District Taliwang. Supervised by Dr.Titik Sumarti and Dr.Ivanovich Agusta.

Taliwang is the capital of West Sumbawa Regency (KSB) who rely on agriculture as the main livelihood in addition to the mining sector. As is known the potential and opportunities for developing agricultural commodity KSB one vegetable crop is very large, because it is supported by agro-climatic conditions, Natural Resources and biological resources are adequate. The high level of imports of vegetables from outside KSB cause prices to be very high, this is an opportunity that must be captured farmers to increase their incomes.

To encourage the government to implement the Program for Development of To encourage the government to implement a program that Lowlands Vegetable Development Program (PPSDR) with a view to improving the welfare of farmers. But in its implementation PPSDR not run properly, or otherwise fail because of lack of continuity of the program. One reason is the lack of farmers' level of participation in the planning and implementation of programs. It is therefore interesting to do a study of how the strategy to increase the participation of farmers in PPSDR in District Taliwang.

This study aims to assess the implementation PPSDR, assess the participation of farmers in PPSDR, analyze the response of farmers (attitudes, knowledge) to the program and its relationship with the level of participation of farmers, analyze the socio-economic conditions (income and land area) farmers and their relationship to the level of farmer participation and formulate strategies increase the participation of farmers in sustainable PPSDR. This study uses a quantitative approach with a questionnaire supported by qualitative data from in-depth interviews and participant observation.

Results of this study showed that the implementation of the program of the stages of planning, implementation and monitoring and evaluation of programs is still low, which means do not go well. Farmer participation in planning and implementation is still low. No relationship between the response of farmers (attitudes and knowledge) with the level of participation, so the response did not affect the level of participation. Linear relationship to the socio-economic conditions of farmers with the level of participation, indicating that the higher the socio-economic conditions of farmers the higher the level of participation. Strategy to increase the participation of farmers in sustainable PPSDR is WO strategy, the first action, encouraging participation of farmers in the planning and implementation PPSDR. The second act, conduct training on the cultivation of vegetables ranging from how, and timeliness in land management to the financial management in order to ensure the absorption of funds and access to capital. The third action, the emphasis on the mentoring aspect of the cultivation of vegetables by looking at local resources in accordance trend of society. The fourth action, Monitoring and evaluation stages by the relevant stakeholders.

(6)
(7)

vii

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI PETANI DALAM

PROGRAM PENGEMBANGAN SAYURAN DATARAN

RENDAH DI KECAMATAN TALIWANG

JUNI YASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015 Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada

(8)
(9)

ix

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)
(12)

xii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga kajian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kajian ini ialah Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR). Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr Ir Titik Sumarti MC, MS selaku Ketua Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Dr. Ivanovich Agusta, SP MSi selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku Ketua Program Megister Profesional Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 4. Fredian Tonny Nasdian yang telah banyak memberi pengetahuan, arahan dan

saran dari awal study hingga akhir kajian kepada penulis.

5. Dr H. Amri Abdullah selaku Kepala Bappeda, atas dukungan dan kesempatannya kepada penulis.

6. Bapak dan ibu Dosen Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

7. Staf PS MPM SPs IPB, yang telah membantu penulis.

8. Para informan dan responden (Petani, Petugas Teknis dan PPL)

9. Suami tercinta (M. Nasrul Basri) atas dukungan, kesabaran, kasih sayang dan motivasi yang tiada henti-hentinya selama masa study.

10. Kedua orang tua (H. Husni dan Siti Aminah HB.) yang telah banyak

memberikan inspirasi, motivasi dan dorongan serta do’a untuk bisa

menyelesaikan pendidikan ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis manyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat berbagai kekurangan, namun demikian penulis berharap bahwa hasil kajian ini akan tetap berguna terutama bagi pengambil kebijakan di Pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat dan para petugas pengembangan masyarakat. Untuk itu penulis berharap adanya kritikan dan masukan guna kesempurnaan kajian ini.

(13)

xiii

Rumusan Masalah Kajian 2

Tujuan Kajian 3

Manfaat Kajian 4

Ruang Lingkup Kajian 4

2 PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran

10 3 METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian 13

Metode Kajian 13

Metode Perancangan Strategi 14

4 PROFIL KOMUNITAS

Pola Adaftasi Ekologi 27

Masalah-masalah Sosial 30

5 EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PPSDR

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 33

Evaluasi PPSDR 34

6 ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI PETANI DALAM PPSDR

Partisipasi Petani dalam PPSDR 41

Respon Petani PPSDR dan Hubungannya dengan Tingkat Partisipasi Petani

43 Kondisi Sosial Ekonomi Petani dalam PPSDR dan Hubungannya dengan Tingkat Partisipasi

47

7 PERANCANGAN STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI PETANI DALAM PPSDR

Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam PPSDR

51 8 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 57

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA 59

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1 Luas Wilayah Kecamatan Taliwang Menurut Penggunaan Lahan Dirinci Per Desa Pada Akhir Tahun 2009

17 2 Luas Lahan petani PPSDR di Kecamatan Taliwang 18

3 Indikator Kependudukan Kecamatan Taliwang 19

4 Komposisi Petani Komunitas PPSDR berdasarkan Usia 20 5 Jumlah Kepala Keluarga menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dirinci

Per Desa di Kecamatan Taliwang Tahun 2012

28 6 Keterlibatan Petani pada Tahap Perencanaan dalam Implementasi

PPSDR di Kecamatan Taliwang

36

7 Masa Panen Tanaman Sayur 37

8 Keterlibatan Petani pada Tahap Pelaksanaan dalam implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

37 9 Keterlibatan Petani Pada Tahapan Monitoring dan Evaluasi dalam

Implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

39 10 Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan dalam PPSDR di

Kecamatan Taliwang

41 11 Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan dalam PPSDR di

Kecamatan Taliwang

42 12 Respon Petani menurut Sikap Petani terhadap PPSDR 44 13 Pengaruh Sikap Petani Terhadap Tingkat Partisipasi dalam PPSDR 44 14 Respon Petani menurut Pengetahuan terhadap PPSDR 45 15 Pengaruh Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Partisipasi dalam

PPSDR

47 16 Pengaruh Tingkat Pendapatan Petani setelah Program Terhadap

tingkat Partisipasi dalam PPSDR

49 17 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Partisipasi petani dalam

PPSDR

50 18 Analisis SWOT untuk Strategi peningkatan Partisipasi Petani dalam

PPSDR

53 19 Perancangan strategi (program aksi) peningkatan patisipasi

masyarakat dalam program bantuan sosial PSDR berkelanjutan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 11

2 Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang 20 3 Grafik Jumlah Panen Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Taliwang Tahun

2012

23

4 Grafik Pendapatan Petani sebelum dan sesudah PPSDR di Kecamatan Taliwang

24

5 Grafik Besar Tanggungan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang 24

6 Grafik Jumlah Anggota Keluarga petani PPSDR yang Bekerja di Kecamatan Taliwang

25

7 Grafik perubahan pendapatan sebelum dan sesudah PPSDR 48

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. a Identitas Responden 61

b Skor Koesioner dan Tabulasi 63

2. Uji Korelasi 65

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia baik dari segi jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran merupakan komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan kalori, vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis sayuran pada tahun 2010 terhadap pembentukan PDB sub sektor hortikultura cukup besar, yaitu sebesar 35,10%. Dengan demikian pengembangan sayuran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut (Anonimous, 2013).

Dewasa ini cabai dan bawang merah dimasukan dalam kelompok komoditas pangan penting (Sidang Kabinet Terbatas di Bukit Tinggi, 29 Oktober 2013) karena ketersediaan dan harganya sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian nasional. Perhatian dan keseriusan dalam pengembangan komoditas ini sangat diperlukan, bukan hanya pengembangan melalui pendanaan APBN, akan tetapi dukungan dan keterpaduan dengan program dan kegiatan APBD, instansi lain (Kluster BI, PKBL/CSR, KKPE, KUR) dan pelaku usaha sendiri.

Perhatian Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terhadap pembangunan pertanian sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada arah kebijakan pembangunan KSB pada RPJMD 2011-2015 yaitu mengelola sumberdaya lahan pertanian dalam arti luas sesuai keunggulan komparatifnya, sehingga produktivitas usaha tinggi. Dengan program utama pembangunan yang menjadi pedoman dalam penyusunan program dan kegiatan prioritas SKPD, Lintas SKPD dan Kewilayahan Tahun 2011-2015 yaitu Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Pembangunan Pertanian dalam arti luas (meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan-kelautan) dalam rangka mencapai kemandirian keamanan pangan, serta pengentasan kemiskinan dan kelaparan.

Sesuai dengan program utama pembangunan di bidang pertanian maka SKPD terkait yaitu Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Dishutbuntan) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mewujudkan program pembangunan melalui pengembangan hortikultura khususnya tanaman sayuran yang disusun dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) sesuai dengan yang tertera pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dishutbuntan KSB Tahun Anggaran 2012.

(20)

2

lokal secara optimal. Sehingga pemerintah menerapkan berbagai program untuk merangsang petani agar mau mengubah pola pikir tradisional yang selama ini hanya bertani padi menjadi petani hortikultura sehingga dapat memberikan nilai tambah petani sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraannya

PPSDR merupakan bantuan sosial dari pemerintah yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) KSB. Dengan tujuan yaitu meningkatnya kesejahteraan petani melalui usahatani sayur sehingga tercapai sasaran yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan meningkatnya pendapatan petani. Program ini ada karena adanya tantangan bagi pemerintah KSB dan para pelaku usaha dalam menghadapi tingginya impor sayur dari daerah lain terutama dari Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa. Hal ini terlihat dari laporan informasi pasar KSB yang menunjukkan bahwa tidak adanya laporan harga komoditi sayuran ditingkat petani, ini menunjukkan sayur datang melalui pengepul dan disalurkan ke konsumen melalui pedagang-pedagang kecil.

Kecamatan Taliwang sebagai fokus daerah kajian karena kecamatan ini merupakan ibukota kecamatan yang memiliki masyarakat yang heterogenitas dibandingkan tujuh kecamatan lainnya di KSB. Terdapat pasar induk kabupaten sehingga lebih mudah untuk mengamati masuknya sayur ke KSB, adanya Asosiasi petani pedagang sayur sebagai sebagai wadah tempat bertukar pikiran, nantinya ada wadah yang dapat menghimpun aspirasi para petani sayur. Selain itu dengan adanya asosiasi tersebut, petani dapat lebih leluasa untuk berfikir maju kedepan termasuk memperluas lahan untuk menanam sayur.

Dalam perjalanannya program ini pada sebagian penerima bantuan hanya berjalan pada tahun bantuan saja tanpa adanya keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk mengembangkannya. Padahal hal itu penting agar masyarakat Sumbawa Barat mampu menjadi masyarakat yang mandiri dan dapat mengoptimalkan lahan pertanian dan meningkatkan pendapatannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

Untuk itu fokus kajian pengembangan masyarakat ini diarahkan untuk mengetahui Mengapa PPSDR tidak berkelanjutan? Bagaimana partisipasi

komunitas petani dalam program tersebut? Bagaimana strategi peningkatan

partisipasi petani dalam PPSDR?

Perumusan Masalah

Pelaksanaan kebijakan pembangunan pertanian di KSB salah satunya tercermin dari PPSDR. Adanya program yang telah dilaksanakan perlu adanya kajian untuk mengetahui apakah program pengembangan masyarakat ini didukung oleh para petani sehingga berkelanjutan yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sayuran diwilayah tersebut.

(21)

3 CP/CL. Sehingga menarik untuk dilakukan kajian Bagaimana Implementasi PPSDR? Pada pertanyaan spesifik pertama ini akan mulai dikaji apa yang terjadi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap monitoring dan evaluasi sehingga program ini nantinya dapat dibentuk kembali menjadi sebuah program jangka panjang dan berkelanjutan.

Tidak berjalannya PPSDR sesuai dengan harapan keberlanjutan karena beberapa faktor, yaitu adanya bencana banjir yang merusak tatananan lahan tanaman sayur membuat petani berhenti mengelola kembali lahannya karena keterbatasan biaya mengingat. Budidaya hortikultura membutuhkan dana yang besar jika diolah kembali dari awal. Adanya sikap acuh petani terhadap tanggungjawab penggunaan biaya bantuan sosial, adanya budaya malas dari petani yang biasa bekerja pada tanaman pangan yang memiliki waktu sibuk dilapangan cukup renggang, sementara tanaman sayur harus intensif dari awal hingga panen. Ketidaksesuaian kebutuhan petani dengan jenis bantuan yang diterima dalam bentuk barang seperti bibit dan obat-obatan membuat petani enggan untuk serius melaksanakan budidaya sayuran. Berangkat dari pemikiran tersebut dan melihat kegagalan pada keberlanjutan program maka timbul pertanyaan spesifik kedua yaitu; Bagaimana partisipasi petani dalam PPSDR?

Adanya faktor kegagalan dari keberlanjutan program seperti budaya malas dan rasa tanggungjawab petani serta partisipasi petani terhadap PPSDR maka menarik untuk diketahui internal petani dengan melihat Bagaimana respon petani (sikap, pengetahuan) terhadap program dan hubungannya dengan partisipasi? Pertanyaanini menjadi pertanyaan Spesifik ketiga untuk menentukan strategi agar kedepannya program dapat berjalan lancar.

Adanya kepemilikan lahan petani dan bantuan sosial pada PPSDR tanpa perlu pengembalian kepada pemerintah, meskipun program dilaksanakan seadanya tidak akan menimbulkan kerugian di tingkat petani. Hasil dari tanaman sayur dapat dilihat dan dinikmati setiap hari dalam jangka waktu yang cukup panjang setelah umur panen. Jika dibandingkan dengan tanaman pangan yang sekali panen dalam waktu tiga sampai dengan empat bulan kemudian dijual dan menanam kembali serta menunggu panen sesuai dengan siklusnya yang cukup panjang. Kondisi sosial ekonomi petani ini merupakan suatu peluang agar petani mau mengembangkan tanaman sayuran secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga timbul pertanyaan spesifik ke empat yaitu Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani dan hubungannya dengan partisipasi petani (pendapatan dan luas lahan)?

Berdasarkan hal tersebut penting untuk mengkaji Bagaimanakah strategi peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR?

Tujuan Kajian

Adapun Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengembangkan minat petani dalam budidaya hortikultura terutama sayuran yang dapat meningkatkan penghasilan serta menjadikan Kabupaten Sumbawa Barat yang mandiri pangan. Pelaksanaan pengembangan petani sayuran di KSB dengan:

(22)

4

2. Mengkaji partisipasi petani dalam PPSDR

3. Menganalisis respon petani (sikap, pengetahuan) terhadap program dan hubungannya dengan partisipasi petani.

4. Menganalisis kondisi sosial ekonomi petani dan hubungannya dengan partisipasi petani (penghasilan dan luas lahan).

5. Merumuskan strategi peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR

Manfaat Kajian

Kajian ini berguna untuk menambah wacana pemikiran bagi penulis, dalam hasil kajian ini penulis berharap dapat memberikan saran dan rekomendasi kepada pihak yang terkait mengenai penerapan PPSDR di KSB

Ruang Lingkup Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, pada kelompok tani penerima bantuan PPSDR. Evaluasi ini dilaksanakan pada kisaran januari 2013 sampai dengan Oktober 2014. Sasaran Kajian yakni kelompok tani yang masih aktif melakukan budidaya tanaman sayur.

(23)

5

2

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Strategi

Dalam kehidupan sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki. Secara konseptual strategi, sering diartikan dengan beragam pendekatan, salah satunya strategi sebagai suatu rencana yang merupakan pedoman atau acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini rumusan strategi senantiasa memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dilakukan oleh (para) pesaingnya (Mardikanto, 2010).

Pengembangan masyarakat

Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Adi, 2002). Pengembangan masyarakat merupakan suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan, tersentuhnya aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumber daya alam dan adanya partisipasi masyarakat.

Dijagat pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat seringkali didefinisikan sebagai proses penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerjasama yang setara (Suharto, 2010). Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar yang berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah inti pengembangan masyarakat. Pengembangan Masyarakat berkenaan dengan bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mencegah orang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Tujuan utama pengembangan masyarakat adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.

Implementasi Program

(24)

6

dengan demikian dalam mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak utnuk memberikan dukungan. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk 2005).

Untuk dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah program yaitu monitoring, monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan informasi tentang pelaksanaan program, apakah proses pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil monitoring adalah informasi untuk proses evaluasi sehingga hasilnya apakah program yang ditetapkan dan dilaksanakan memperoleh hasil yang berkesuaian atau tidak. Monitoring dan Evaluasi (ME) adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan yang berbeda yaitu kata Monitoring dan Evaluasi. Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program itu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi.

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297).

Partisipasi Masyarakat

Menurut Mubyarto (1985), partisipasi sebagai kesadaran untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Apabila dikaitkan dengan pembangunan.

Menurut Ndraha (1990), partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dapat dipilah sebagai berikut: (1) partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak lain sebagai awal perubahan sosial; (2) partisipasi dalam memperhatikan/ menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya; (3) partisipasi dalam perencanaan termasuk pengambilan keputusan; (4) partisipasi dalam pelaksanaan operasional; (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan tingkatan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

(25)

7 yang dilaksanakan, sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap masyarakat setempat, dan masyarakat mempunyai hak untuk memberikan pemikirannya dalam menentukan program-program yang akan dilaksanakan di wilayah mereka.

Cohen dan Uphoff membatasi lingkup partisipasi masyarakat desa, yaitu pelibatan unsur masyarakat desa dalam penentuan arah kebijakan pembangunan harus dimulai dari tahap penyusunan perencanaan, penentuan kebijakan kegiatan, pembuatan keputusan, penerapan keputusan, pelaksanaan, kerjasama, penikmatan hasil proyek sampai pada monitoring dan evaluasi program pembangunan. Konsep partisipasi masyarakat adalah konsep bottom-up, tetapi tidak terbatas pembangunan ekonomi melainkan termasuk persoalan transformasi masyarakat luas (global society), yaitu menyangkut justice (keadilan), inclusiveness (kesetiakawanan) dan sustainability (berkesinambungan). Artinya harus berpeluang sama dalam kebutuhan hidup, berbagi kemampuan sesama dalam pengelolaan SDA serta memperhatikan kepentingan generasinya. Azas demikian hanya mengandalkan masyarakat atau partisipasi aktif dimaksud diistilahkan dengan a people centered development (Prijono. 1976)

Partisipasi masyarakat memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Soetrisno (1995) karena: Pertama, berupaya memadukan dan mengawinkan model pembangunan yang bersifat top-down dan bottom-up agar program pembangunan dapat diterima dengan sepenuh hati. Kedua, akan memotivasi rakyat untuk menumbuhkan rasa menghargai hasil pembangunan, penghargaan terhadap hasil pembangunan sangat penting artinya apabila dikaitkan dengan perawatan dan pengelolaan hasil pembangunan. Dengan demikian berarti arah dan tujuan pembangunan hendaknya mencerminkan kepentingan masyarakat. Untuk itu tentu saja di dalam prosesnya memerlukan dukungan dan kemampuan masyarakat untuk turut serta dalam menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.

Komponen yang dianggap mempengaruhi partisipasi adalah keterlibatan masyarakat meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan serta kemampuan dan kesediaan masyarakat itu sendiri. Faktor lain yang tidak kalah penting yaitu kemampuan organisasi dalam mengorganisir masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan dan interaksi komunikasi anggota masyarakat, artinya semakin tinggi kemampuan organisasinya semakin banyak warga yang terlibat, semakin tinggi interaksi komunikasi masyarakat semakin tinggi partisipasi yang terjadi. (Ali Nurdin, http/digilib.itb.ac.id, 2005).

Respon Petani

(26)

8

seseorang terhadap sesuatu dapat terobservasi dalam sikapnya. Sikap yang muncul dapat positif yakni tindakan cenderung menyenangi sesuatu obyek atau sikap negatif yakni menghindari sesuatu obyek. Seseorang disebut mempunyai respon yang positif melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Kalau dijabarkan dalam konteks program pembangunan misalnya anggota masyarakat pernah mendengar informasi tentang pembatasan jumlah anak, kemudian menyetujui dan selanjutnya terdorong menggunakan alat kontrasepsi. Sebaliknya seorang disebut mempunyai respon negatif, kalau informasi yang didengar tidak mempengaruhi sikap dan tindakannya.

Soediyanto (1978) menyebutkan bahwa sikap petani diartikan sebagai suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong secara swadaya. Sikap (attitude) adalah suatu kecendrungan yang agak stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi tertentu. Senada dengan pendapat tersebut Sarwono (1976) juga menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara tertentu terhadap objek tertentu yang sedang dihadapinya. Sikap juga diartikan sebagai suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh kecenderungan untuk bersikap sesuai dengan objek itu sendiri (Gerungan, 1986).

Disebutkan bahwa sikap positif akan terjadi apabila terdapat suatu kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan sebaliknya sikap negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang menolak terhadap suatu objek tertentu. Diantara sikap yang positif dan negatif tersebut terdapat sikap yang ragu-ragu (Nuraini dan Sudarta, 1991).

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Perubahan sikap bergantung dari upaya mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan tersebut. Manusia memiliki sikap yang terdiri dari berbagai macam komponen afektif dan kognitif. Afektif yang merupakan komponen yang emosional atau perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan keyakinan seseorang (Winardi, 2004).

Pernyataan sikap mungkin berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 1997).

(27)

9 Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan.

Kondisi Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada Departemen Sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

(28)

10

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI,1996:251).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusaha tani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi (Soekartawi, 2002).

Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut.

Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994).

Luas lahan adalah lahan yang diusahakan oleh responden. Rogers (1983) mengatakan bahwa semakin luas lahan usahatani maka semakin cepat dalam menerima inovasi.

Jadi kondisi sosial ekonomi Petani itu dapat dilihat dari: 1) Umur; 2) Tingkat Pendidikan; 3) Luas Lahan; dan 4) Total Pendapatan.

Kerangka Pemikiran

Pemerintah KSB melalui Dishutbuntan serta penyuluh pertanian mensosialisasikan dan memberikan bantuan kepada para petani agar dapat mengembangkan sayuran sesuai dengan program utama pembangunan dibidang pertanian yaitu hortikultura. Petani sebagai individu dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan kepada berbagai stimulus atau rangsangan dan bantuan-bantuan sosial yang berasal dari pemerintah dan lingkungan sosialnya, salah satunya melalui PPSDR. Implementasi PPSDR ini dapat dilihat pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan monev.

(29)

11 Partisipasi diduga ditentukan oleh respon petani terhadap PPSDR. Jika respon petani positif dengan menerima keberadaan program maka tingkat partisipasi petani tersebut terhadap PPSDR tinggi, sebaliknya jika sikap petani terhadap PPSDR memberikan respon negatif maka dipastikan partisipasi petani terhadap PPSDR rendah. Petani tersebut akan menghindari PPSDR karena kurang setuju.

Kondisi sosial ekonomi petani diduga menentukan partisipasi petani terhadap PPSDR. Tinggi rendahya variabel sosial ekonomi (luas lahan dan tingkat pendapat) berhubungan nyata positif tingkat partisipasi petani penerima PPSDR. Semakin luas lahan petani maka semakin tinggi tingkat partisipasi dalam program PPSDR. Semakin tinggi pendapatan petani maka semakin tinggi tingkat partisipasi dalam PPSDR

Respon petani terhadap program dan kondisi sosial ekonomi yang menguntungkan akan membawa pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program PPSDR. Sehingga diperlukan strategi peningkatan partisipasi petani untuk melaksanakan PPSDR secara berkelanjutan. Diskripsi kerangka pemikiran diatas dapat diilustrasikan pada gambar 1.

Definisi Operasional

1. Partisipasi adalah keterlibatan petani dalam penentuan arah kebijakan pembangunan yang dimulai dari tahap penyusunan perencanaan, pelaksanaan, sampai pada monitoring dan evaluasi program.

2. Sikap adalah suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong secara swadaya.

Implementasi PPSDR

Respon Petani terhadap PPSDR

1. Sikap

2. Pengetahuan

Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam PPSDR

Kondisi Sosial Ekonomi Petani

1. Luas Lahan 2. Tingkat

Pendapatan Tingkat Partisipasi

Petani dalam PPSDR

(30)

12

3. Pengetahuan adalah komponen prilaku petani yang turut menjadi faktor dalam adopsi inovasi. Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi baru dan kelanggengan usahataninya.

4. Tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani.

5. Luas lahan adalah lahan yang dimiliki dan diusahakan oleh responden

Hypotesa

1. Sikap petani berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam PPSDR.

2. Tingkat pengetahuan petani berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam PPSDR.

3. Ada hubungan linier antara tingkat pendapatan petani dengan partisipasi petani dalam PPSDR.

(31)

13

3

METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, pada petani penerima bantuan sosial PPSDR yang dilaksanakan secara bertahap; tahap pertama pada kisaran Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013; tahap kedua yaitu mulai Bulan Maret sampai dengan Mei 2014; Tahap ketiga dimulai pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober 2014. Sasaran Kajian yakni kelompok tani yang masih aktif melaksanakan program secara kontinyu.

Metode Kajian

Metode kajian menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisa implementasi PPSDR, partisipasi petani dalam PPSDR dan hubungan-hubungan dengan respon dan kondisi sosial petani dalam PPSDR. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendukung pendekatan kuantitatif sehingga mendapatkn gambaran mengenai PPSDR secara komprehensif.

Tipe Penelitian

Jenis Kajian yaitu diskriptif (penguraian) dengan tipe kajian evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektifitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan dan lain-lain), penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi yang efektif dan kondisi yang baik untuk mencapai efektifitas. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan harapan dapat memperoleh informasi secara mendalam dan mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam proses pengembangan tanaman sayur baik ditingkat pemerintah, masyarakat maupun ditingkat petani, serta aplikasi kebijakan-kebijakan yang ada dalam melaksanakan program-program pengembangan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat membangun pemahaman tentang berbagai aspek yang ada kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah sehingga kebijakan yang ada melalui program-program pemberdayaan masyarakat sebagai usaha peningkatan komunitas dalam hal partisipasi, kemampuan membangun jaringan, peningkatan taraf hidup (livehood) dan pola pikir (mindset) untuk mencapai kemandirian berdasarkan kekuatan yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri sehingga program dapat berkelanjutan. Aras kajian ini menggunakan pendekatan objektif mikro pada kelompok tani penerima bantuan sosial PPSDR dan masih berkelanjutan.

Responden

(32)

14

Ir, Hz dan Bo yang dijadikan sumber informasi dalam pengumpulan data kualitatif dalam kajian PPSDR di Kecamatan Taliwang.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan Kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan Kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuesioner pada responden, sedangkan pendekatan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara. Data yang dipergunakan dalam kajian ini adalah berasal dari berbagai sumber, baik melalui pengumpulan data primer (diskusi/wawancara langsung dengan sumber informasi/informan maupun pengamatan lapangan), pengumpulan data sekunder (data statistik, laporan tertulis, dari berbagai sumber data, kajian pihak lain serta publikasi lainnya).

Tahapan dan pendekatan yang dilakukan dalam pengumpulan data primer adalah: (1) diskusi, wawancara mendalam dan survey dengan tatap muka terhadap informen (Petugas Teknis, aparat desa, kecamatan maupun kabupaten) dan memberikan kuesioner kepada responden (petani penerima bantuan PPSDR). (2) observasi lapangan, digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan PPSDR, baik dikantor yang terkait maupun di masyarakat.

Pengumpulan data sekunder dalam kajian ini bersumber dari aparat desa, kecamatan, kabupaten maupun dokumentasi para petani/kelompok tani serta laporan-laporan dan surat-surat resmi yang mendukung kecukupan data.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif diolah dengan cara sebagai berikut:

1. Reduksi data yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Kegiatan dalam reduksi data ini adalah seleksi data, membuat ringkasan dan menggolongkan data.

2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks, grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara

kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti tindakan masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi.

4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan aparat terkait.

Analisis Kuantitatif, data hasil kuesioner kemudian dikumpulkan, diranking, diolah dengan exel dan dianalisis dengan tabulasi silang dan teknik korelasi dengan program SPSS. Hasil dari analisis kualitatif dan kuantitatif ini digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan didalam PPSDR.

Metode Rancangan Strategi Peningkatan Partisipasi Masyarakat

(33)

15 dalam bentuk penerimaan dan penerapan program serta kondisi sosial ekonominya. Sehingga dilakukan Identifikasi SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (tantangan). Identifikasi SWOT bertujuan untuk mengetahui potensi/kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Penyajian hasil identifikasi SWOT ini dilakukan ke tingkat kabupaten sebagai penentu kebijakan dan sumber anggaran di KSB.

Potensi dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Sehingga untuk meningkatkan partisipasi petani dalam PPSDR maka dilihat peluang dan hambatan utama.

Dari analisis SWOT di atas disusun kegiatan aksi yang disesuaikan dengan skala prioritas. Kegiatan ini diberi nama Pengembagan Sayuran Dataran Rendah Berkelanjutan. Program ini merupakan program lanjutan dari program-program pertanian komoditi hortikultura yang ada sebelumnya.

Partisipan Perancangan

Partisipan perancangan metode partisipatif terdiri dari: 1. Dishutbuntan KSB

2. BKP5K KSB 3. Bappeda KSB 4. DPPKD KSB

(34)

16

4

PROFIL KOMUNITAS PETANI PPSDR DI

KECAMATAN TALIWANG

Letak Geografis

Taliwang merupakan salah satu dari delapan kecamatan di KSB, yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) KSB, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kecamatan Taliwang berbatasan langsung dengan Kecamatan Alas Barat di bagian utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jereweh, disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seteluk dan disebelah timur berbatasan dengan Brang Ene dan Brang Rea. Kecamatan Taliwang memiliki luas 375,95 km2 yang terbagi dalam 15 desa/kelurahan yaitu Kelurahan Bugis, Kelurahan Dalam, Kelurahan Kuang, Kelurahan Menala, Kelurahan Sampir, Kelurahan Arab Kenangan, Kelurahan Telaga Bertong, Desa Banjar, Desa Batu Putih, Desa Labuan Kertasari, Desa Labuan Lalar, Desa Lalar Liang, Desa Seloto, Desa Tamekan dan Desa Sermong. Taliwang merupakan ibu kota kabupaten sehingga pusat perekonomian, pemerintahan dan pendidikan berada di kecamatan ini. Jarak ibukota kecamatan ke masing-masing desa/kelurahan berkisar antara 0,2 km – 14,5 km. Sebagai ibukota/pusat pemerintahan KSB kondisi jalan di Kecamatan Taliwang Semua sudah aspal, hal ini akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah terutama pelayanan yang bersifat administratif.

Berdasarkan data topografi yang dimiliki, Kecamatan Taliwang mempunyai bentuk permukaan tanah yang berupa daratan, bukit dan gunung serta adanya dua sungai yang mengalir melintasi Kota Taliwang yaitu Sungai Brang Rea dan Sungai Brang Ene. Kecamatan Taliwang memiliki ketinggian 5-630 meter di atas permukaan laut. Disamping itu wilayah Kecamatan Taliwang mempunyai area pemukiman paling padat dibandingkan 7 Kecamatan lainnya di KSB, hal ini desebabkan oleh adanya pusat kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, pusat perdagangan (pasar induk kabupaten), pariwisata dan perhotelan, pusat energi, dan areal pertanian, penggunaan lahan tanah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan Taliwang Menurut Penggunaan Lahan Dirinci

Per Desa Pada Akhir Tahun 2009

No. Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah (Ha) 1.602,66 49,91

2. Bukan Sawah (Ha) 623,88 19,43

3. Non Pertanian (Ha) 984,85 30,67

Jumlah 3.211,39 100,00

Sumber Data: Data olahan dari Desa Se Kecamatan Taliwang

Berdasarkan data penggunaan areal tanah/lahan Kecamatan Taliwang diketahui bahwa luas wilayah Kecamatan banyak dipergunakan sebagai areal lahan pertanian (sawah) seluas 1.602,66 Ha (49,91 persen) dan Non Pertanian seluas 984,85 Ha (30,67 persen).

(35)

17 Ha (1,37%). Data ini merupakan hasil olahan dari data primer di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Luas Lahan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang No. Luas Lahan

Pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu kesatuan wilayah dan masyarakat. Dalam hal ini pemerintahan desa merupakan sarana yang mutlak diperlukan untuk mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan pembangunan di wilayah desa setempat. Keberadaan pemerintah dalam suatu wilayah mutlak diperlukan, yaitu agar dalam setiap kegiatan pembangunan maupun kemasyarakatan dapat berjalan dengan teratur. Dalam setiap pemerintahan, diperlukan adanya pemimpin dan pembantu dalam menjalankan roda pemerintahan tersebut, dalam hal ini di desa terdapat kepala desa sebagai pemimpin desa tersebut dan dibantu oleh perangkat desa dan kepala dusun. Seiring dengan tuntutan zaman, maka diperlukan aparat pemerintahan desa yang mampu memimpin, baik dari segi pendidikan maupun dari sisi kedekatannya dengan masyarakat. Hal ini akan dapat memperlancar roda pembangunan perekonomian dan pembangunan masyarakat secara umum.

Jumlah aparat desa dan kelurahan Kecamatan Taliwang sebanyak 191 orang, jumlah aparat di tiap desa/kelurahan terdiri dari 7-27 orang. Jumlah aparat desa/kelurahan yamg paling sedikit terdapat di tiga desa, yaitu Desa Banjar, Lalar Liang, dan Desa Seloto yakni masing-masing 7 orang. Dan aparat desa/kelurahan paling banyak adalah Kelurahan Bugis yakni 27 orang.

(36)

18

Kependudukan

Menurut Profil Data Kecamatan Taliwang, jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 46.505 jiwa, yang terdiri dari 23.373 laki-laki dan 23.132 perempuan. Perbandingan jenis kelamin (sex ratio) di Kecamatan Taliwang sebesar 101. Angka ini menunjukkan bahwa 101 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan. Jumlah penduduk di Kecamatan Taliwang terus mengalami kenaikan sebesar 5%. Rumah Tangga di Kecamatan Taliwang rata-rata memiliki 3,99 anggota Rumah Tangga, hal ini menandakan berhasilnya Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah kepada masyarakat. Berdasarkan kelompok umur penduduk, paling banyak penduduk berada pada kelompok umur 0-4 tahun, yakni 5,554 jiwa. Menariknya, jumlah penduduk usia 25-39 tahun relative tinggi yakni 12.172 jiwa, bila dibandingkan dengan kelompok umur disekitarnya. Hal ini memperlihatkan keberadaan Kota Taliwang sebagai ibukota pemerintahan sekaligus pusat perekonomian KSB telah menarik pendatang usia produktif untuk menetap di Kecamatan Taliwang.

Tabel 3. Indikator Kependudukan Kecamatan Taliwang

Uraian Tahun 2013 Persentase %)

Penduduk 46 505 100

Laki-laki 23 373 50,25

Perempuan 23 132 49,75

Sex Rasio (persen, L/P) 101 101

Kepadatan (jiwa/km2) 124

Rumah Tangga 11 642

Rata-rata ART 3,99

Keluarga 429

Migrasi 2 527 100

Kelahiran 857 33,91

Kematian 292 11,55

Datang 651 25,76

Pindah 727 28,77

Sumber : Kecamatan Taliwang Dalam Angka 2014

(37)

19 Gambar 2. Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa petani responden sebagian besar mengikuti program pemerintah yaitu dengan mengendalikan tingkat kelahiran agar mampu memberikan yang terbaik kepada anak sesuai dengan kemampuan. Tabel 4. Komposisi Petani Komunitas PPSDR berdasarkan Usia

No. Usia (tahun) Jumlah Petani Persentase (%)

1 35 2 11,8

2 36 1 5,9

3 38 1 5,9

4 39 1 5,9

5 40 3 17,6

6 42 2 11,8

7 45 1 5,9

8 50 1 5,9

9 52 1 5,9

10 53 1 5,9

11 55 1 5,9

12 57 2 11,8

Rata-rata 45

Berdasarkan Tabel 4 di atas rata-rata usia petani komunitas PPSDR berusia 45 tahun, usia ini merupakan usia yang masih produktif. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Usia tertua pada komunitas yaitu usia 57 tahun terdapat 2 orang petani (11,8%) dari 17 petani, sedangkan usia termuda ada 2 petani (11,8%) yang berusia 35 tahun.

Struktur Sosial

Struktur sosial pada komunitas yang kita telaah dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

Stratifikasi Sosial

Sistem pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terbentuk dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri, namun dapat pula

0 2 4 6 8 10

(38)

20

terbentuk dengan sengaja dirancang dan disusun untuk mencapai suatu tujuan. Adanya pelapisan sosial dapat dilihat dalam bentuk kelompok-kelompok orang yang mempunyai interest tertentu. Bentuk pelapisan sosial dapat berdasarkan atas kesamaan tujuan, kesamaan masalah, kesamaan status, kesamaan pekerjaan ataupun kesamaan lainnya. Pelapisan sosial yang ada pada masyarakat Kecamatan Taliwang umumnya dan petani PPSDR khususnya didasarkan pada :

a. Agama

Masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang tergolong masyarakat yang agamis, dalam hal ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Masyarakat memandang tinggi dan memberikan pelapisan sosial teratas terhadap tokoh-tokoh agama (Ustadz/ulama-ulama). Semua petani penerima bantuan PPSDR beragama islam. Para ulama sebagai tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan religius dalam mencermati persoalan masyarakat (umat) di Kecamatan Taliwang dalam mencari penyelesaiannya. b. Pekerjaan

Pelapisan sosial yang menduduki peringkat kedua setelah aspek agama di desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang adalah pekerjaan dan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan informasi dan pengamatan, masyarakat akan lebih menghargai dan menghormati seseorang yang memiliki pekerjaan, terlebih lagi jika jenis pekerjaannya seperti anggota DPRD, karyawan tambang emas PT. NNT, PNS, ABRI, pegawai swasta di Bank, pengusaha, pengajar/guru, dan dosen. Seseorang yang memiliki jenis pekerjaan tersebut menempati posisi pelapisan sosial yang baik. Sedangkan petani Penerima bansos PPSDR di Kecamatan Taliwang mata pencaharian utamanya adalah bertani, yang mengandalkan hasil pertanian dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

c. Pendidikan formal

Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang, maka makin tinggi pula posisi pelapisan sosial yang disematkan masyarakat kepadanya. Demikian pula dengan masyarakat di Kecamatan Taliwang terutama di desa-desa. Selain aspek agama dan pekerjaan, aspek pendidikan sangat dipandang penting oleh masyarakat sebagai faktor penentu dalam sebuah pengambilan keputusan di forum-forum warga (dalam rapat-rapat RT atau RW). Tingkat pendidikan yang ditempuh petani penerima bansos PPSDR dari adalah SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.

d. Kekayaan yang dimiliki

(39)

21

Kelembagaan Sosial

Terdapat beberapa kelembagaan sosial yang ada di hampir setiap desa/kelurahan, yang bersifat Formal maupun informal. Lembaga-lembaga Sosial yang muncul di desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang merupakan bentukan baik yang berasal dari inisiatif masyarakat lokal maupun bentukan dari pihak pemerintahan, baik yang sudah berbentuk organisasi maupun yang belum. Lembaga-lembaga yang muncul berdasarkan inisiatif lokal misalnya lembaga kemasyarakatan. Dalam bidang keagamaan seperti: kelompok pengajian, Majelis Ta'lim, MUI dan KUA, kelompok remaja. Sedangkan lembaga kemasyarakatan di bidang kekerabatan, terdapat; kelompok arisan, Dasa Wisma, PKK, Posyandu Balita, LPM, pengelola sampah dan pengelola keamanan/siskamling, sedangkan dibidang ekonomi seperti : koperasi, kelompok Tani, kelompok P4K dan lain-lainnya.

Jejaring Sosial

Hubungan kelembagaan sosial baik yang formal maupun informal dengan komunitas desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang berjalan dengan baik. interaksi antara lembaga-lembaga sosial lokal cukup kuat sehingga program dan informasi cepat diterima oleh masyrakat desa/kelurahan karena interaksi bersifat kerjasama, walaupun adanya persaingan tetapi tidak menimbulkan konflik sosial.

Jejaring sosial dibangun antara tokoh pemuda, kelompok-kelompok kepemudaan (kelompok seni, kelompok olah raga, remaja masjid, kelompok preman) dan pengusaha muda yang berhasil dan berprestasi yang ada di desa/ kelurahan di Kecamatan Taliwang. Jejaring kemudian dikembangkan dengan instansi pemerintah yang berada dalam komunitas, yaitu karang taruna, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), sub bidang Pemberdayaan Masyarakat desa/kelurahan dan sub bidang Ekonomi Pembangunan desa/kelurahan. Wujud pengembangan jejaring dalam bentuk interaksi diskusi, saran dan pendapat.

Sedangkan jejaring sosial yang dibangun dengan pihak di luar. Misalnya dengan pihak sponsor kegiatan pentas seni, Pengusaha muda daerah lain baik yang masih di lingkungan Kota Taliwang (kelurahan-kelurahan) maupun di luar Kota Taliwang (desa-desa), dengan pemerintah di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten serta kota/kabupaten lainnya.

(40)

22

Kelembagaan Ekonomi

Kelompok Usaha Produktif

Adanya Lembaga Koperasi tersebar di 10 desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang dengan beberapa jenis koperasi. KUD berjumlah 2 buah yaitu masing-masing di Kelurahan Dalam dan Kelurahan Menala. Koperasi Simpan Pinjam sebanyak 28 buah yang menyebar di 9 desa/kelurahan, KSP paling banyak terdapat di Kelurahan Kuang yaitu 16 buah. Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat terdapat di Kelurahan Menala sebanyak 1 buah. Koperasi lainnya ada 19 buah, paling banyak terdapat di Kelurahan Sampir yaitu sebanyak 12 buah. Koperasi merupakan lembaga yang bersifat formal dan berjalan cukup lancar. Industri Rumah Tangga dikelolah oleh kelompok-kelompok wanita tani atau ibu-ibu darma wanita seperti pembuatan kerupuk, emping jagung, kue-kue tradisional dengan memanfaatkan bahan pangan lokal produksinya dapat berjalan setiap hari dan ada beberapa daerah di desa/keluharan yang memiliki usaha perajangan tembakau dilakukan pada musim tanam ketiga meskipun usaha ini masih di tingkat lokal tapi cukup membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gambar 3. Grafik Jumlah Panen Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Taliwang

Tahun 2012

Sumber: Kecamatan Taliwang Dalam Angka Tahun 2013

(41)

23 Komoditi pertanian yang lain yang sangat baik dan memiliki potensi dalam meningkatkan penghasilan petani yaitu tanaman sayur. Melihat potensi Kecamatan Taliwang sebagai areal pertanian yang cukup subur maka sangat baik dikembangkan komoditi ini. Adanya perubahan penghasilan ditingkat petani sayur dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah PPSDR di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa nilai ekonomi pengembangan komoditi terhadap tingkat pendapatan petani meningkat sekitar 58,9%, angka ini merupakan angka yang sangat signifikan untuk mendukung budidaya tanaman sayur.

Tingkat penghasilan petani juga dipengaruhi oleh jumlah orang yang bekerja di dalam keluarga tersebut dan seberapa banyak tanggungan petani yang harus dicukupi. Untuk melihat besarnya jumlah tanggungan komunitas petani sayuran dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Grafik Besar Tanggungan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 5 di atas diketahui bahwa terdapat 9 petani dengan tanggungan 3 orang, dan petani yang memiliki tanggungan terkecil sebanyak 2 orang pada 3 petani, ada tanggungan 4 orang petani dengan tanggungan 4 orang dan ada 1 petani dengan tanggungan 5 orang.

2,208,824

3,750,000

1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000

Sebelum Sesudah

0 2 4 6 8 10

(42)

24

Gambar 6. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani PPSDR yang Bekerja di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 11 keluarga petani PPSDR yang menjadi tulang punggung tanpa dibantu oleh anggota keluarganya. Hanya ada 1 keluarga petani yang memiliki 3 orang anggota keluarga yang bekerja. Sisanya ada 5 keluarga petani yang memiliki 2 anggota keluarga yang bekerja.

Aksessibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya

Hubungan kelembagaan sosial baik yang formal maupun informal dengan komunitas desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang sangat baik. Lembaga PKK, LSM dan Karang Taruna, memiliki jaringan dengan komunitas luar yaitu Pemerintah Daerah Sumbawa Barat maupun Provinsi Nusa Tenggara Barat. Setiap tahun di Kecamatan Taliwang dan seluruh Kecamatan di Sumbawa Barat diadakan Musyawarah Pembangunan (Musrembang) yang dimulai dari tingkat RT hingga Kabupaten. Dengan maksud bahwa dalam menentukan kebijakan, pemerintah memberikan peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun desa/kelurahannya. Kenyataannya musrembang belum sepenuhnya mampu menampung keinginan masyarakat terutama masyarakat bawah. Hasil musrembang yang akan direalisasikan disesuaikan dengan kepentingan orang-orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat.

Di Kecamatan Taliwang dalam mengakses sistem sumber daya yang terdapat di lingkungannya (lokal) sangat mudah, karena didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Akses penduduk terhadap modal dan upaya-upaya pengembangan usaha difasilitasi melalui bantuan dari pihak pemerintah (pusat, provinsi maupun kabupaten) berupa bantuan koperasi sarana produksi, simpan pinjam, stimulus, dana hibah maupun bantuan sosial (Bansos).

Sedangkan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang adalah berupa perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama, dan jaringan kerja. Nilai-nilai kegotong-royongan dan kepedulian sosial masyarakat di Kecamatan Taliwang masih cukup tinggi, dalam pelaksanaan hajat/kegiatan individu, masyarakat desa/Kelurahan di Kecamatan Taliwang masih saling membantu baik berupa uang, barang maupun tenaga. Saling membantu dalam hal tenaga masih sangat kental di Taliwang terutama dalam membangun rumah menggarap sawah secara

0 2 4 6 8 10 12

(43)

25 bergantian. Namun seperti hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, khusus untuk budidaya sayuran dalam bansos PPSDR ini petani agak enggan untuk saling membantu. Adanya rasa iri antar petani akibat adanya program yang tidak partisipatif ini menurunkan rasa solidaritas antar petani dengan petani lain yang tidak mendapat program. Seperti diketahui, meskipun bantuan PPSDR ini menurut prosedur operasionalnya adalah kelompok tani namun kenyataan yang melaksanakan program adalah perorangan. Petani yang tidak mendapatkan

bantuan sosial PPSDR menganggap ini adalah proyek jadi tidak perlu “besiru” (gotong-royong) karena semuanya sudah ada biaya. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Mas bahwa:

“....teman-teman tidak mau membantu, karena meraka menganggap saya ini mendapat proyek, dan sudah ada biaya-biaya dari pemerintah. Kelompok tani saya tidak mau ikut bekerja, ya jadi saya kerjakan sendiri...”

Jaringan Bisnis

Kecamatan Taliwang memiliki pasar induk kabupaten yang membawa keuntungan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Di pasar induk inilah para pelaku ekonomi seperti petani, pedagang pembeli dapat berkumpul untuk melakukan transaksi. Selain di pasar induk para pengelola industri mulai yang berskala kecil sampai skala besar disegala bidang dapat melakukan kegiatan jual beli dan membangun jaringannya di outlet, toko, ataupun warung-warung dimasing-masing wilayahnya. Dari industri kecil yang berskala rumah tangga dapat membangun jaringan bisnis dari desa/kelurahan sampai ke tingkat kabupaten terutama bisnis dibidang pangan.

Lokasi lahan komunitas petani di Kecamatan Taliwang yang berdekatan dengan pasar dan pemukiman ramai penduduk membuat petani mudah dalam membentuk jaringan dan memasarkan hasil pertaniannya. Pedagang pengumpul dan pedagang pengecer datang sendiri ke lokasi untuk mengambil langsung sayur yang ditanam oleh petani.

Pola-Pola Kebudayaan

Sistem Norma dan Nilai

Adat istiadat Sumbawa merupakan budaya yang masih melekat kuat di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan komunitas petani dipengaruhi oleh adat-istiadat seperti; adat dalam perkawinan, adat dalam kelahiran anak, adat dalam pengelolaan tanah pertanian dan lain-lain.

Orientasi Nilai Budaya

Gambar

Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang
Gambar 3. Grafik Jumlah Panen Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Taliwang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 menjelaskan tentang struktur menu dalam Sistem Informasi Lembaga Pemasyarakatan. Pada halaman utama terdapat menu registrasi, menu remisi, menu

konsep termodinamika sangat penting untuk dilakukan. Urgensi penelitian pengembangan ini adalah diperolehnya sebuah model instrumen tes representasi TCI untuk mengukur

Prinsip penetapan tarif dan besarnya tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh imbalan atas jasa pelayanan yang layak.

Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan

Hasil diatas didukung dengan adanya hasil kosioner dari responden yang mana sebagian besar responden atau ibu hamil yang datang ke ruang poli KIA memiliki

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Nopember 2013, peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja putri yang sudah menstruasi dan

(6) 4 (empat) buah sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimaksudkan untuk arsip Menteri, Penyelenggara Pos Milik Negara, museum pos, dan Pemohon atau instansi

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Gap analysis adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisis kesenjangan antara kebutuhan bisnis dengan sumber