• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Pertanian

Kebijakan mengelola sumberdaya lahan pertanian dalam arti luas sesuai keunggulan komparatifnya, sehingga produktivitas usahatani tinggi merupakan kebijakan umum Pemerintah KSB yang dituangkan dalam program pembangunan pertanian yaitu pengembangan lahan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan) sebagai sektor unggulan ekonomi KSB.

Program Analisis isu-isu strategis pembangunan KSB adalah identifikasi dan penentuan keadaan dominan atau persoalan utama pada lingkungan internal (faktor dalam KSB) dan lingkungan eksternal (faktor luar KSB) yang berpengaruh terhadap berlangsungnya pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor terutama pertanian dalam periode waktu tertentu. Analisis isu-isu strategis pada lingkungan internal dan lingkungan eksternal pembangunan KSB pada pembangunan pertanian yaitu usaha ekonomi pertanian (meliputi: tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan-kelautan) belum dilakukan secara optimal, sehingga belum mampu menghasilkan bahan baku agroindustri dan produk primer yang berdaya saing di pasar lokal, regional dan nasional. Untuk mendukung hal tersebut perlu dilakukan optimalisasi pelaksanaan usaha ekonomi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan-kelautan) untuk menghasilkan bahan baku agroindustri dan produk primer yang berdaya saing di pasar lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional.

Kebijakan pembangunan di bidang pertanian yang pelaksanaannya lintas SKPD terkait yaitu melalui Dishutbuntan yang tertuang dalam program-program pertanian bersifat top down, Pemerintah KSB memberikan langsung bantuan- bantuan sosial kepada masyarakat. Sesuai dengan arah kebijakan KSB dan program-program pembangunan pertanian yang tertuang didalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2011-2015, kebijakan di bidang pertanian tidak bisa lepas dari isu-isu pembangunan pertanian, seperti peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Kebijakan pembangunan pertanian yang di lakukan instansi pemerintahan sangat berpengaruh pada perkembangan pertanian itu sendiri. Dengan Renstra (Rencana Strategi ) 2011-2015 pemerintah dapat merencanakan program apa saja yang betul-betul dibutuh dalam pertanian sehingga sasaran dan tujuan program yang akan dituju tepat sasaran. Dengan demikian akan menjamin pengelolaan sumber daya yang ideal dan tentunya ada jaminan terwujudnya pertanian berkelanjutan.

Kebijakan pemerintah daerah KSB di bidang pertanian telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, namun proses keberadaan program-program yang bersifat top down masih sangat disayangkan. Sikap pemerintah yang tidak partisipatif tersebut tidak memberikan hasil optimal. Dalam pelaksanaan program terdapat intervensi-intervensi dari berbagai kepentingan Salah satunya dengan adanya muatan politik dalam program sebagaimana yang diutarakan oleh Bo berikut ini:

32

“....saya tidak tahu itu, dulu saat musim-musim pemilihan kami disuruh menyampaikan mau apa?nah saya saat itu mau bantuan- bantuan terutama traktor, alhamdulillah saya dapat traktor...”

Ketidaksesuaian kebutuhan di tingkat perencana dan tingkat pelaksana akan menyebabkan kegagalan dalam proses implementasi program. Kebijakan Pemerintah KSB yang sudah ada sebaiknya dipertahankan, namun sikap yang memonopoli program dan adanya intervensi-intervensi dapat ditekan agar mampu memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat khususnya petani. Sehingga dengan adanya keterlibatan petani dalam program-program pertanian dapat mengoptimalkan pelaksanaan program.

Evaluasi PPSDR

Potensi dan peluang Kabupaten Sumbawa Barat untuk mengembangkan sayur-sayuran sangat besar, karena didukung oleh kondisi agroklimat, Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Hayati yang memadai, serta perlunya meningkatkan produksi tanaman sayuran untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Meningkatnya permintaan sayur dipacu oleh kebutuhan konsumsi sehari- hari, menjamurnya usaha dagang makanan kecil-kecilan yang siap saji pada hari- hari kerja dengan keluhan-keluhan yang sama pada beberapa pengusaha makanan siap saji mengenai harga yang terlalu tinggi.

Bertitik tolak dari peluang pasar yang belum terpenuhi kebutuhan sayuran dari petani lokal, maka Pemerintah KSB melalui Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian pada tahun 2011 mencoba membuat peluang pasar tersebut dengan mengacu kepada Kebijakan Pemda KSB dibidang pertanian untuk membantu perbaikan ekonomi masyarakat petani dengan sasaran akhir meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani melalui komoditi sayuran. Perencanaan ini dimulai dari Tahun 2011, dan implementasinya dimulai pada Tahun 2012.

Deskripsi Program

Program : Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PSDR) Tahun Program : Tahun 2012

Luas lahan : 22 hektar (rata-rata 1,33 Ha/petani dari 17 Responden) Lokasi : Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

Penerima Bantuan : Kelompok Tani, yang kemudian dalam pengelolaannya menjadi petani tunggal

Bentuk Bantuan : Uang (15 juta/Kelompok Tani), Saprotan (bibit, pupuk, pestisida) dan Alsintan (mulsa, bambu, dan hand tractor) Dasar pelaksanaan : Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat Tentang

Penunjukan Kelompok Tani Penerima Bantuan Hortikultura dan Penetapan Besarnya Biaya Percontohan Tanaman Hortikultura pada Kegiatan Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan pada Tanggal 4 November 2011.

Filosofi : Upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi petani

Pelaksana Program : 1. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian KSB.

33 2. Kelompok Tani penerima PPSDR

Tujuan Program : a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sayur melalui peningkatan produksi.

b. Transfer teknologi ke petani dan petugas. c. Terpenuhinya kebutuhan sayur penduduk KSB. Sumber pembiayaan : APBD murni KSB

PPSDR merupakan suatu program yang diberikan Pemerintah Daerah KSB kepada masyarakat/petani dalam bentuk bantuan sosial. Program ini diberikan langsung kepada kelompok tani, namun kenyataannya yang mengelola bantuan adalah petani tunggal pemilik lahan yang terdaftar pada saat penetapan CP/CL. Hal ini memungkinkan adanya unsur lain dibalik bantuan karena adanya bantuan berupa hand tractor yang merupakan teknologi pavorit petani. seperti yang diungkapkan Bo dalam wawancara mendalam berikut ini:

“....saya mendapat informasi dari desa kemudian desa langsung meminta saya untuk menanam sayur di tanah kebun saya dengan menceritakan bantuan-bantuan yang akan saya dapat, dan saya setuju karena selain dibiayain juga dapat traktor...”

Implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan sehingga adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya, dengan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupan petani akan memberikan dampak kepada sikap petani untuk melaksanakan PPSDR secara kontinyu. Implementasi kajian program yang akan di evaluasi yaitu Program PSDR dengan sasaran petani yang masih mengembangkan program secara mandiri.

Tahapan Perencanaan

Dalam proses penyusunan PPSDR dengan mengacu kepada Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat di Bidang Ekonomi sesuai dengan yang tertera pada RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2011-2015, pemerintah tidak melibatkan langsung masyarakat dalam proses penyusunan program pengembangan pertanian tersebut sehingga PPSDR ini bersifat top down, sesuai dengan hasil pengolahan data kuantitatif yang menunjukkan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaannya hanya berkisar 35,29% (6 petani) seperti yang terlihat pada Tabel 6. Hal ini bertolak belakang dengan konsep perencanaan pembangunan dalam pengembangan masyarakat yang mengusung konsep bottom up.

34

Tabel 6. Keterlibatan Petani pada Tahap Perencanaan dalam Implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

Tahapan Perencanaan

Keterlibatan Petani persentase (%)

Tinggi 6 35,29

Rendah 11 64,71

Jumlah 17 100,00

Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui bahwa keterlibatan petani pada tahap perencanaan program sangat rendah. Ini seperti yag diungkapkan oleh bapak Bo sebagai berikut :

“...saya mendapat informasi dari desa kemudian desa langsung meminta saya untuk menanam sayur di tanah kebun saya dengan menceritakan bantuan-bantuan yang akan saya dapat, dan saya setuju karena selain dibiayain juga dapat traktor...”

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa program yang turun ke petani tersebut diberikan langsung tanpa mempertanyakan apakah sebenarnya petani butuh atau tidak, sesuai atau tidak dengan lahan dan kemampuan petani.

Tahapan Pelaksanaan Program

Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Pelaksanaan dimulai dari:

1. Identifikasi calon petani dan calon lokasi

Adapun maksud diadakan identifikasi calon petani dan calon lokasi pada kegiatan pengembangan sayur tersebut adalah untuk mendapatkan petani yang mau dan mampu mengelola usaha taninya dengan baik serta lokasi yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan diharapkan. Dalam pelaksanaannya yang bertanggung jawab dalam identifikasi calon petani ini sepenuhnya Dishutbuntan KSB.

2. Proses pencairan

Proses pencairan bantuan melalui Dishutbuntan KSB berupa Uang yang dilakukan secara bertahap. Realisasi keuangan dilaksanakan pada Tahun 2012 yang diserahkan kepada petani dalam bentuk uang dan bantuan sarana dan prasarana. Menurut petani adanya ketidak setujuan petani pada bentuk bantuan, pemerintah memberikan bantuan langsung kepada petani berupa bibit, peralatan budidaya serta saprodi lainnya, dari hasil interview beberapa petani tidak setuju dengan model tersebut dan lebih memilih bantuan berupa uang sehingga petani dapat menggunakan bantuan tersebut sesuai dengan kebutuhan yang ada di lahan pertaniannya.

3. Pengadaan

Dalam pengadaan saprotan (sarana prasarana dan obat-obatan pertanian) untuk pengembangan tanaman sayur ini diserahkan ke pihak ketiga melalui penunjukkan langsung oleh Dishutbuntan KSB, dengan persyaratan sesuai dengan spesifikasi bahan dan sarana produksi yang telah ditentukan oleh

35 Dishutbuntan KSB. Pihak dinas terkait hanya mengawasi membantu memfasilitasi pengadaan bahan dan sarana produksi pertanian.

4. Budidaya Tanaman

Dalam budidaya tanaman sayur ini menggunakan sistem bedeng yang menggunakan air lebih hemat dan dapat mengontrol penggunaan air pada lahan. Selagi tanaman sayur tumbuh, air disimpan disaluran untuk mengurangi penguapan dan rembesan. Jenis sayur yang ditanam berupa tanaman sayur yang paling tinggi dikonsumsi oleh masyarakat KSB seperti cabai kecil, cabai besar, tomat, Terong, dan bayam hal ini disesuaikan dengan kondisi agroklimat.

5. Panen Dan Pasca Panen

Umur panen untuk 4 jenis sayur yang ditanam tersebut bervariasi berkisar antara 60 hari sampai 150 hari.

Tabel 7. Masa Panen Tanaman Sayur

No. Tanaman Nama Latin Masa Panen dari biji

1 Cabai Hot Papper 60-95 hari

2 Tomat Tomato 80-140 hari

3 Terong Eggplant 100-150 Hari

6. Pemasaran

Dalam pemasarannya sayur dibeli langsung oleh pedagang pengecer ke petani atau konsumen sendiri yang datang ke lokasi untuk membeli tanaman sayur yang masih segar. Kemudahan yang langsung dirasa baik oleh petani, pedagang, maupun konsumen langsung karena lokasi-lokasi penerima bantuan yang dekat dengan rumah penduduk.

Selanjutnya dalam pelaksanaan program tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya. Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga pada implementasi Program.

Implementasi PPSDR pada tahap pelaksanaan ini dinyatakan tidak berjalan dengan baik karena tidak maksimalnya tujuan yang diharapkan yaitu mampu membawa hasil dari program yang dijalankan sehingga adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya, dalam proses pelaksanaan PPSDR petani responden sebagai pelaksana paham dan tahu serta terlibat dalam program.

Keterlibatan petani dalam tahap pelaksanaan PPSDR dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Keterlibatan Petani pada Tahap Pelaksanaan dalam implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

Tahapan Pelaksanaan

Keterlibatan Petani Persentase (%)

Tinggi 7 41,18

Rendah 10 58,82

36

Berdasarkan hasil tabel diketahui bahwa keterlibatan petani dalam pelaksanaan program hanya 41,18% (7 petani). Hal ini menunjukkan rendahnya persentase pada tahap pelaksanaan ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendampingan dalam proses pelaksanaan program dilapangan. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Ir:

“...penyuluh yang wilayah kerjanya di desa ini sama sekali tidak pernah mengunjungi saya ke lokasi, saya berbagi ilmu budidaya sayur dengan penyuluh pertanian yang bukan petugas dari saya yang merupakan kenalan saya...”

Beberapa kendala yang dihadapi petani dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman sayur ini seperti pada tingkat pengetahuan budidaya sayur yang masih sangat kurang dan kurangnya disiplin dalam pengaplikasian teknologi sehingga hasil produksi sangat minim dari hasil yang seharusnya, tidak adanya tenaga penyuluh khusus untuk tanaman hortikultura merupakan kendala yang sangat dirasa oleh petani. Tanaman sayur merupakan tanaman yang mampu memberikan keuntungan lebih di tingkat petani jika pengelolaan dan budidayanya tepat, karena hasil produksi yang terjual cukup dirasa oleh petani sendiri dalam mencukupi kebutuhannya.

Tahapan Monitoring dan Evaluasi Program dilapangan

Monitoring dan evaluasi merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan, monitoring dan evaluasi memiliki fokus yang berbeda satu sama lain. Kegiatan monitoring lebih fokus kepada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Sedangkan evaluasi (penilaian) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan.

Dalam pelaksanaan Program PSDR, pemerintah dalam hal ini petugas teknis tidak maksimal melakukan monitoring di tingkat petani pada saat pelaksanaan program sehingga hasilnya pun masih jauh dari tujuan dan sasaran program, hal ini terlihat pada angka yang menunjukkan hanya 58,82% (10 petani) seperti yang terlihat pada tabel 9. Sebagaimana yang disampaikan oleh Zuh bahwa:

“...Serangan hama penyakit dan gulma adalah tantangan terberat pada tanaman sayur, sedangkan petani tidak mendapat bimbingan khusus dalam mengelola usahatani budidaya sayurnya. Sehingga penerapan beberapa pestisida dan pupuk yang dilakukan petani kadang diluar standar penggunaan pestisida. Hal ini juga akan menyebabkan menurunnnya tingkat produksi tanaman sayuran bahkan merugi...”

37 Meskipun pelaksanaan program masih sangat rendah menurut data kuantitatif dan hasil observasi lapangan, keberadaan program mampu memberikan tambahan penghasilan untuk petani dan bisa dirasakan langsung oleh petani itu sendiri selain itu PPSDR juga meningkatkan rasa kekeluargaan. Sebagaimana yang diutarakan Hz bahwa:

“......Adanya program usahatani sayur dari Dinas Pertanian memberikan angin segar bagi kami petani yang ingin memiliki penghasilan lebih di bidang usaha tani, karena bertani sayur sangat menguntungkan dari segi ekonominya. Dan ada kepuasan sendiri saat hasil panen dapat dinikmati sendiri sebagai lauk tiap hari di meja makan saya. Usahatani sayur, selain menjadi tambahan yang besar dalam penghasilan rumah tangga juga menjadi bentuk silaturahmi antar tetangga, karena kami bisa memberikan beberapa hasil sayur kepada tetangga. Sehingga dari situkami dapat mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan rasa kekeluargaan di lingkungan kami...”

Tabel 9. Keterlibatan Petani Pada Tahapan Monitoring dan Evaluasi dalam Implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

Tahapan Monitoring dan evaluasi

Keterlibatan Petani Persentase (%)

Tinggi 10 58,82

Rendah 7 41,18

Jumlah 17 100,00

Berdasarkan Tabel 9 tahap monitoring dan evaluasi program rendah, ini disebabkan oleh rendahnya tingkat monitoring dari SKPD terkait yang telah memberikan bantuan sosial, sehingga kebutuhan petani akan pengetahuan tentang budidaya tanaman sayur yang masih rendah tidak menjadi perhatian pemerintah. Keterbatasan tenaga penyuluh pertanian terutama untuk penyuluh hortikultura menjadi salah satu penyebab rendahnya monitoring ditingkat lapangan oleh petugas teknis. Petani hanya melaksanakan program sesuai dengan kebiasaan dan pendapat-pendapat yang diterima dari orang lain. Tanpa adanya pelatihan langsung oleh SKPD terkait mengenai budidaya sayuran.

Dalam pelaksanaan dan evaluasi yang telah dilakukan terhadap PPSDR, aspek pengembangan masyarakat kurang mendapat perhatian terutama pada saat awal mulai kegiatan ini sehingga di dalam merekrut petani selaku petani penerima bantuan tidak memperhatikan aspek pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Program ini bersifat top down planning sehingga seringkali tidak memenuhi kebutuhan dari masyarakat petani itu sendiri yang pada akhirnya kegiatan pengembangan tanaman sayur-sayuran yang dilaksanakan petani tidak berjalan optimal.

Namun program ini dapat dikatakan berjalan sesuai dengan sasaran yaitu untuk meningkatkan pendapatan petani karena bisa dirasakan langsung oleh petani itu sendiri. Untuk kedepannya diperlukan bimbingan khusus dari tim tekhnis maupun PPL agar kegiatan dapat berjalan optimal.

38

6

ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI PETANI

Dokumen terkait