• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis

Taliwang merupakan salah satu dari delapan kecamatan di KSB, yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) KSB, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kecamatan Taliwang berbatasan langsung dengan Kecamatan Alas Barat di bagian utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jereweh, disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seteluk dan disebelah timur berbatasan dengan Brang Ene dan Brang Rea. Kecamatan Taliwang memiliki luas 375,95 km2 yang terbagi dalam 15 desa/kelurahan yaitu Kelurahan Bugis, Kelurahan Dalam, Kelurahan Kuang, Kelurahan Menala, Kelurahan Sampir, Kelurahan Arab Kenangan, Kelurahan Telaga Bertong, Desa Banjar, Desa Batu Putih, Desa Labuan Kertasari, Desa Labuan Lalar, Desa Lalar Liang, Desa Seloto, Desa Tamekan dan Desa Sermong. Taliwang merupakan ibu kota kabupaten sehingga pusat perekonomian, pemerintahan dan pendidikan berada di kecamatan ini. Jarak ibukota kecamatan ke masing-masing desa/kelurahan berkisar antara 0,2 km – 14,5 km. Sebagai ibukota/pusat pemerintahan KSB kondisi jalan di Kecamatan Taliwang Semua sudah aspal, hal ini akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah terutama pelayanan yang bersifat administratif.

Berdasarkan data topografi yang dimiliki, Kecamatan Taliwang mempunyai bentuk permukaan tanah yang berupa daratan, bukit dan gunung serta adanya dua sungai yang mengalir melintasi Kota Taliwang yaitu Sungai Brang Rea dan Sungai Brang Ene. Kecamatan Taliwang memiliki ketinggian 5-630 meter di atas permukaan laut. Disamping itu wilayah Kecamatan Taliwang mempunyai area pemukiman paling padat dibandingkan 7 Kecamatan lainnya di KSB, hal ini desebabkan oleh adanya pusat kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, pusat perdagangan (pasar induk kabupaten), pariwisata dan perhotelan, pusat energi, dan areal pertanian, penggunaan lahan tanah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan Taliwang Menurut Penggunaan Lahan Dirinci

Per Desa Pada Akhir Tahun 2009

No. Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah (Ha) 1.602,66 49,91

2. Bukan Sawah (Ha) 623,88 19,43

3. Non Pertanian (Ha) 984,85 30,67

Jumlah 3.211,39 100,00

Sumber Data: Data olahan dari Desa Se Kecamatan Taliwang

Berdasarkan data penggunaan areal tanah/lahan Kecamatan Taliwang diketahui bahwa luas wilayah Kecamatan banyak dipergunakan sebagai areal lahan pertanian (sawah) seluas 1.602,66 Ha (49,91 persen) dan Non Pertanian seluas 984,85 Ha (30,67 persen).

Dari data Tabel 1 penggunaan tanah untuk lahan sawah di Kecamatan Taliwang dipergunakan oleh petani penerima bantuan sosial PPSDR sebesar 22

17 Ha (1,37%). Data ini merupakan hasil olahan dari data primer di lapangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Luas Lahan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang No. Luas Lahan

(Ha) Jumlah Petani

Persentase (%) Kepemilikan Lahan 1 0,7 1 3,18 2 0,8 1 3,64 3 1 6 27,27 4 1,3 2 11,82 5 1,4 1 6,36 6 1,5 3 20,45 7 2 3 27,27 Jumlah 22 17 100 Rata-rata 1,33 11,1%

Berdasarkan data rata-rata luas lahan yang dimiliki petani PPSDR di Kecamatan Taliwang adalah 1,33 Ha. Terdapat 8 petani (47,1%) yang memiliki lahan dibawah 1,33 Ha, dan 3 petani (17,7%) dengan kepemilikan lahan 2 Ha (27,27%).

Aspek Pemerintahan

Pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu kesatuan wilayah dan masyarakat. Dalam hal ini pemerintahan desa merupakan sarana yang mutlak diperlukan untuk mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan pembangunan di wilayah desa setempat. Keberadaan pemerintah dalam suatu wilayah mutlak diperlukan, yaitu agar dalam setiap kegiatan pembangunan maupun kemasyarakatan dapat berjalan dengan teratur. Dalam setiap pemerintahan, diperlukan adanya pemimpin dan pembantu dalam menjalankan roda pemerintahan tersebut, dalam hal ini di desa terdapat kepala desa sebagai pemimpin desa tersebut dan dibantu oleh perangkat desa dan kepala dusun. Seiring dengan tuntutan zaman, maka diperlukan aparat pemerintahan desa yang mampu memimpin, baik dari segi pendidikan maupun dari sisi kedekatannya dengan masyarakat. Hal ini akan dapat memperlancar roda pembangunan perekonomian dan pembangunan masyarakat secara umum.

Jumlah aparat desa dan kelurahan Kecamatan Taliwang sebanyak 191 orang, jumlah aparat di tiap desa/kelurahan terdiri dari 7-27 orang. Jumlah aparat desa/kelurahan yamg paling sedikit terdapat di tiga desa, yaitu Desa Banjar, Lalar Liang, dan Desa Seloto yakni masing-masing 7 orang. Dan aparat desa/kelurahan paling banyak adalah Kelurahan Bugis yakni 27 orang.

Badan Pewakilan Desa (BPD) merupakan wadah perwakilan masyarakat desa dalam menyampaikan aspirasi masyarakat. jumlah anggota BPD disetiap desa antara 6 - 11 orang. Sedangkan kelurahan tidak memiliki BPD.

18

Kependudukan

Menurut Profil Data Kecamatan Taliwang, jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 46.505 jiwa, yang terdiri dari 23.373 laki-laki dan 23.132 perempuan. Perbandingan jenis kelamin (sex ratio) di Kecamatan Taliwang sebesar 101. Angka ini menunjukkan bahwa 101 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan. Jumlah penduduk di Kecamatan Taliwang terus mengalami kenaikan sebesar 5%. Rumah Tangga di Kecamatan Taliwang rata-rata memiliki 3,99 anggota Rumah Tangga, hal ini menandakan berhasilnya Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah kepada masyarakat. Berdasarkan kelompok umur penduduk, paling banyak penduduk berada pada kelompok umur 0-4 tahun, yakni 5,554 jiwa. Menariknya, jumlah penduduk usia 25-39 tahun relative tinggi yakni 12.172 jiwa, bila dibandingkan dengan kelompok umur disekitarnya. Hal ini memperlihatkan keberadaan Kota Taliwang sebagai ibukota pemerintahan sekaligus pusat perekonomian KSB telah menarik pendatang usia produktif untuk menetap di Kecamatan Taliwang.

Tabel 3. Indikator Kependudukan Kecamatan Taliwang

Uraian Tahun 2013 Persentase %)

Penduduk 46 505 100

Laki-laki 23 373 50,25

Perempuan 23 132 49,75

Sex Rasio (persen, L/P) 101 101

Kepadatan (jiwa/km2) 124 Rumah Tangga 11 642 Rata-rata ART 3,99 Keluarga 429 Migrasi 2 527 100 Kelahiran 857 33,91 Kematian 292 11,55 Datang 651 25,76 Pindah 727 28,77

Sumber : Kecamatan Taliwang Dalam Angka 2014

Pada petani responden PPSDR semua berjenis kelamin laki-laki dan merupakan kepala keluarga dengan mata pencaharian utamanya sebagai petani. Jumlah anak rata-rata 2-3 orang, ada 8 petani responden yang memiliki anak 2 orang, 3 petani dengan jumlah anak 4 orang dan 5 petani dengan jumlah anak 3 orang sisanya 1 orang petani dengan jumlah anak 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

19 Gambar 2. Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa petani responden sebagian besar mengikuti program pemerintah yaitu dengan mengendalikan tingkat kelahiran agar mampu memberikan yang terbaik kepada anak sesuai dengan kemampuan. Tabel 4. Komposisi Petani Komunitas PPSDR berdasarkan Usia

No. Usia (tahun) Jumlah Petani Persentase (%) 1 35 2 11,8 2 36 1 5,9 3 38 1 5,9 4 39 1 5,9 5 40 3 17,6 6 42 2 11,8 7 45 1 5,9 8 50 1 5,9 9 52 1 5,9 10 53 1 5,9 11 55 1 5,9 12 57 2 11,8 Rata-rata 45

Berdasarkan Tabel 4 di atas rata-rata usia petani komunitas PPSDR berusia 45 tahun, usia ini merupakan usia yang masih produktif. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Usia tertua pada komunitas yaitu usia 57 tahun terdapat 2 orang petani (11,8%) dari 17 petani, sedangkan usia termuda ada 2 petani (11,8%) yang berusia 35 tahun.

Struktur Sosial

Struktur sosial pada komunitas yang kita telaah dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

Stratifikasi Sosial

Sistem pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terbentuk dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri, namun dapat pula

0 2 4 6 8 10 1 2 3 4

20

terbentuk dengan sengaja dirancang dan disusun untuk mencapai suatu tujuan. Adanya pelapisan sosial dapat dilihat dalam bentuk kelompok-kelompok orang yang mempunyai interest tertentu. Bentuk pelapisan sosial dapat berdasarkan atas kesamaan tujuan, kesamaan masalah, kesamaan status, kesamaan pekerjaan ataupun kesamaan lainnya. Pelapisan sosial yang ada pada masyarakat Kecamatan Taliwang umumnya dan petani PPSDR khususnya didasarkan pada :

a. Agama

Masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang tergolong masyarakat yang agamis, dalam hal ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Masyarakat memandang tinggi dan memberikan pelapisan sosial teratas terhadap tokoh-tokoh agama (Ustadz/ulama-ulama). Semua petani penerima bantuan PPSDR beragama islam. Para ulama sebagai tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan religius dalam mencermati persoalan masyarakat (umat) di Kecamatan Taliwang dalam mencari penyelesaiannya. b. Pekerjaan

Pelapisan sosial yang menduduki peringkat kedua setelah aspek agama di desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang adalah pekerjaan dan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan informasi dan pengamatan, masyarakat akan lebih menghargai dan menghormati seseorang yang memiliki pekerjaan, terlebih lagi jika jenis pekerjaannya seperti anggota DPRD, karyawan tambang emas PT. NNT, PNS, ABRI, pegawai swasta di Bank, pengusaha, pengajar/guru, dan dosen. Seseorang yang memiliki jenis pekerjaan tersebut menempati posisi pelapisan sosial yang baik. Sedangkan petani Penerima bansos PPSDR di Kecamatan Taliwang mata pencaharian utamanya adalah bertani, yang mengandalkan hasil pertanian dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

c. Pendidikan formal

Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang, maka makin tinggi pula posisi pelapisan sosial yang disematkan masyarakat kepadanya. Demikian pula dengan masyarakat di Kecamatan Taliwang terutama di desa-desa. Selain aspek agama dan pekerjaan, aspek pendidikan sangat dipandang penting oleh masyarakat sebagai faktor penentu dalam sebuah pengambilan keputusan di forum-forum warga (dalam rapat-rapat RT atau RW). Tingkat pendidikan yang ditempuh petani penerima bansos PPSDR dari adalah SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.

d. Kekayaan yang dimiliki

Masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang akan sangat hormat, segan dan lebih mendengarkan kepada seseorang apabila orang tersebut seseorang yang memiliki kekayaan namun mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap warga sekitarnya terlebih lagi kepada warga yang kurang mampu dan menempatkannya pada posisi pelapisan sosial yang cukup baik. Kekayaan yang dimiliki komunitas petani adalah lahan pertaniannya, jumlah ternak dan jumlah produksi hasil pertanian tiap musimnya. Semakin tinggi hasil produksi dan luas lahan maka petani tersebut makin dihormati. Namun petani yang memiliki keterbatasan sumber daya maka akan dipandang sebelah mata dalam masyarakat.

21

Kelembagaan Sosial

Terdapat beberapa kelembagaan sosial yang ada di hampir setiap desa/kelurahan, yang bersifat Formal maupun informal. Lembaga-lembaga Sosial yang muncul di desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang merupakan bentukan baik yang berasal dari inisiatif masyarakat lokal maupun bentukan dari pihak pemerintahan, baik yang sudah berbentuk organisasi maupun yang belum. Lembaga-lembaga yang muncul berdasarkan inisiatif lokal misalnya lembaga kemasyarakatan. Dalam bidang keagamaan seperti: kelompok pengajian, Majelis Ta'lim, MUI dan KUA, kelompok remaja. Sedangkan lembaga kemasyarakatan di bidang kekerabatan, terdapat; kelompok arisan, Dasa Wisma, PKK, Posyandu Balita, LPM, pengelola sampah dan pengelola keamanan/siskamling, sedangkan dibidang ekonomi seperti : koperasi, kelompok Tani, kelompok P4K dan lain- lainnya.

Jejaring Sosial

Hubungan kelembagaan sosial baik yang formal maupun informal dengan komunitas desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang berjalan dengan baik. interaksi antara lembaga-lembaga sosial lokal cukup kuat sehingga program dan informasi cepat diterima oleh masyrakat desa/kelurahan karena interaksi bersifat kerjasama, walaupun adanya persaingan tetapi tidak menimbulkan konflik sosial.

Jejaring sosial dibangun antara tokoh pemuda, kelompok-kelompok kepemudaan (kelompok seni, kelompok olah raga, remaja masjid, kelompok preman) dan pengusaha muda yang berhasil dan berprestasi yang ada di desa/ kelurahan di Kecamatan Taliwang. Jejaring kemudian dikembangkan dengan instansi pemerintah yang berada dalam komunitas, yaitu karang taruna, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), sub bidang Pemberdayaan Masyarakat desa/kelurahan dan sub bidang Ekonomi Pembangunan desa/kelurahan. Wujud pengembangan jejaring dalam bentuk interaksi diskusi, saran dan pendapat.

Sedangkan jejaring sosial yang dibangun dengan pihak di luar. Misalnya dengan pihak sponsor kegiatan pentas seni, Pengusaha muda daerah lain baik yang masih di lingkungan Kota Taliwang (kelurahan-kelurahan) maupun di luar Kota Taliwang (desa-desa), dengan pemerintah di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten serta kota/kabupaten lainnya.

Jejaring sosial dalam komunitas petani PPSDR yaitu saling berbagi informasi mengenai perkembangan dan kebutuhan yang ada dalam komunitas, seperti dalam penggunaan obat-obatan pertanian (pestisida), penanganan gulma dan pengolahan tanah. Sedangkan jejaring sosial yang dibangun diluar komunitas misalnya dengan sponsor obat-obatan dan pupuk pertanian khususnya untuk tanaman sayur, petani yang menanam tanaman yang sama dari luar Kecamatan Taliwang, Dishutbuntan KSB, BKP5K KSB, Badan Pemberdayaan Masyarakat KSB dan para pedagang pengumpul yang datang membeli komoditi sayuran yag petani komunitas usahakan.

22

Kelembagaan Ekonomi

Kelompok Usaha Produktif

Adanya Lembaga Koperasi tersebar di 10 desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang dengan beberapa jenis koperasi. KUD berjumlah 2 buah yaitu masing- masing di Kelurahan Dalam dan Kelurahan Menala. Koperasi Simpan Pinjam sebanyak 28 buah yang menyebar di 9 desa/kelurahan, KSP paling banyak terdapat di Kelurahan Kuang yaitu 16 buah. Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat terdapat di Kelurahan Menala sebanyak 1 buah. Koperasi lainnya ada 19 buah, paling banyak terdapat di Kelurahan Sampir yaitu sebanyak 12 buah. Koperasi merupakan lembaga yang bersifat formal dan berjalan cukup lancar. Industri Rumah Tangga dikelolah oleh kelompok-kelompok wanita tani atau ibu- ibu darma wanita seperti pembuatan kerupuk, emping jagung, kue-kue tradisional dengan memanfaatkan bahan pangan lokal produksinya dapat berjalan setiap hari dan ada beberapa daerah di desa/keluharan yang memiliki usaha perajangan tembakau dilakukan pada musim tanam ketiga meskipun usaha ini masih di tingkat lokal tapi cukup membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gambar 3. Grafik Jumlah Panen Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Taliwang

Tahun 2012

Sumber: Kecamatan Taliwang Dalam Angka Tahun 2013

Dari Gambar 3 Dapat dilihat bahwa Kecamatan Taliwang masih sangat mengutamakan tanaman padi dibandingkan tanaman pangan dan palawija lainnya. Hal itu dapat dilihat dari mencoloknya gambar grafik yang menginjak angka 30.420 dibandingkan dengan kacang tanah yang hanya memiliki nilai 4. Peran pendamping di Bidang Pertanian seperti penyuluh atau THL sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kelompok-kelompok tani agar bisa mengembangkan tanaman lain diluar tanaman padi yang bisa dipergunakan sebagai bahan pangan lain yang memiliki nilai dan gizi yang tinggi, serta sebagai bahan baku pangan untuk industri rumah tangga.

23 Komoditi pertanian yang lain yang sangat baik dan memiliki potensi dalam meningkatkan penghasilan petani yaitu tanaman sayur. Melihat potensi Kecamatan Taliwang sebagai areal pertanian yang cukup subur maka sangat baik dikembangkan komoditi ini. Adanya perubahan penghasilan ditingkat petani sayur dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah PPSDR di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa nilai ekonomi pengembangan komoditi terhadap tingkat pendapatan petani meningkat sekitar 58,9%, angka ini merupakan angka yang sangat signifikan untuk mendukung budidaya tanaman sayur.

Tingkat penghasilan petani juga dipengaruhi oleh jumlah orang yang bekerja di dalam keluarga tersebut dan seberapa banyak tanggungan petani yang harus dicukupi. Untuk melihat besarnya jumlah tanggungan komunitas petani sayuran dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Grafik Besar Tanggungan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 5 di atas diketahui bahwa terdapat 9 petani dengan tanggungan 3 orang, dan petani yang memiliki tanggungan terkecil sebanyak 2 orang pada 3 petani, ada tanggungan 4 orang petani dengan tanggungan 4 orang dan ada 1 petani dengan tanggungan 5 orang.

2,208,824 3,750,000 - 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 Sebelum Sesudah 0 2 4 6 8 10 2 3 4 5

24

Gambar 6. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani PPSDR yang Bekerja di Kecamatan Taliwang

Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 11 keluarga petani PPSDR yang menjadi tulang punggung tanpa dibantu oleh anggota keluarganya. Hanya ada 1 keluarga petani yang memiliki 3 orang anggota keluarga yang bekerja. Sisanya ada 5 keluarga petani yang memiliki 2 anggota keluarga yang bekerja.

Aksessibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya

Hubungan kelembagaan sosial baik yang formal maupun informal dengan komunitas desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang sangat baik. Lembaga PKK, LSM dan Karang Taruna, memiliki jaringan dengan komunitas luar yaitu Pemerintah Daerah Sumbawa Barat maupun Provinsi Nusa Tenggara Barat. Setiap tahun di Kecamatan Taliwang dan seluruh Kecamatan di Sumbawa Barat diadakan Musyawarah Pembangunan (Musrembang) yang dimulai dari tingkat RT hingga Kabupaten. Dengan maksud bahwa dalam menentukan kebijakan, pemerintah memberikan peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun desa/kelurahannya. Kenyataannya musrembang belum sepenuhnya mampu menampung keinginan masyarakat terutama masyarakat bawah. Hasil musrembang yang akan direalisasikan disesuaikan dengan kepentingan orang- orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat.

Di Kecamatan Taliwang dalam mengakses sistem sumber daya yang terdapat di lingkungannya (lokal) sangat mudah, karena didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Akses penduduk terhadap modal dan upaya-upaya pengembangan usaha difasilitasi melalui bantuan dari pihak pemerintah (pusat, provinsi maupun kabupaten) berupa bantuan koperasi sarana produksi, simpan pinjam, stimulus, dana hibah maupun bantuan sosial (Bansos).

Sedangkan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang adalah berupa perkumpulan dan kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya kepercayaan, kerjasama, dan jaringan kerja. Nilai-nilai kegotong-royongan dan kepedulian sosial masyarakat di Kecamatan Taliwang masih cukup tinggi, dalam pelaksanaan hajat/kegiatan individu, masyarakat desa/Kelurahan di Kecamatan Taliwang masih saling membantu baik berupa uang, barang maupun tenaga. Saling membantu dalam hal tenaga masih sangat kental di Taliwang terutama dalam membangun rumah menggarap sawah secara

0 2 4 6 8 10 12 1 2 3

25 bergantian. Namun seperti hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, khusus untuk budidaya sayuran dalam bansos PPSDR ini petani agak enggan untuk saling membantu. Adanya rasa iri antar petani akibat adanya program yang tidak partisipatif ini menurunkan rasa solidaritas antar petani dengan petani lain yang tidak mendapat program. Seperti diketahui, meskipun bantuan PPSDR ini menurut prosedur operasionalnya adalah kelompok tani namun kenyataan yang melaksanakan program adalah perorangan. Petani yang tidak mendapatkan

bantuan sosial PPSDR menganggap ini adalah proyek jadi tidak perlu “besiru” (gotong-royong) karena semuanya sudah ada biaya. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Mas bahwa:

“....teman-teman tidak mau membantu, karena meraka menganggap saya ini mendapat proyek, dan sudah ada biaya- biaya dari pemerintah. Kelompok tani saya tidak mau ikut bekerja, ya jadi saya kerjakan sendiri...”

Jaringan Bisnis

Kecamatan Taliwang memiliki pasar induk kabupaten yang membawa keuntungan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Di pasar induk inilah para pelaku ekonomi seperti petani, pedagang pembeli dapat berkumpul untuk melakukan transaksi. Selain di pasar induk para pengelola industri mulai yang berskala kecil sampai skala besar disegala bidang dapat melakukan kegiatan jual beli dan membangun jaringannya di outlet, toko, ataupun warung-warung dimasing-masing wilayahnya. Dari industri kecil yang berskala rumah tangga dapat membangun jaringan bisnis dari desa/kelurahan sampai ke tingkat kabupaten terutama bisnis dibidang pangan.

Lokasi lahan komunitas petani di Kecamatan Taliwang yang berdekatan dengan pasar dan pemukiman ramai penduduk membuat petani mudah dalam membentuk jaringan dan memasarkan hasil pertaniannya. Pedagang pengumpul dan pedagang pengecer datang sendiri ke lokasi untuk mengambil langsung sayur yang ditanam oleh petani.

Pola-Pola Kebudayaan

Sistem Norma dan Nilai

Adat istiadat Sumbawa merupakan budaya yang masih melekat kuat di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan komunitas petani dipengaruhi oleh adat-istiadat seperti; adat dalam perkawinan, adat dalam kelahiran anak, adat dalam pengelolaan tanah pertanian dan lain-lain.

Orientasi Nilai Budaya

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan di desa dan kelurahan secara umum dapat dikatakan cukup aktif. Kegiatan gotong royong di sekolah dan di perkampungan khususnya sangat aktif diikuti oleh masyarakat. Adanya sistem “besiru” pada musim tanam padi merupakan kegiatan gotong royong yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat Desa. Selain itu saling tolong menolong pada saat ada kegiatan acara perkawinan, kematian, haji, khitanan dan lain-lain

26

masih dilakukan baik berupa uang, barang maupun tenaga. Hal ini mampu mengurangi beban yang punya hajatan. Walaupun yang melaksanakan atau yang mengadakan hajatan orang yang cukup mampu namun sistem ini masih tetap digunakan. Solidaritas yang tinggi masih dapat dilihat dan dirasakan desa-desa di Kecamatan Taliwang.

Pola Bersikap, Bertindak, dan Sarana

Pemilihan kepala desa dan anggota legislatif menjadi ajang pembuktian solidaritas komunitas terhadap calon-calon kepala desa maupun calon-calon anggota legislatif pada masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang. Persaingan antar anggota masyarakat dalam mencari dukungan untuk yang dicalonkan sangat tinggi, tetapi tidak sampai menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Masyarakat memberi dukungan dan kepercayaan yang tinggi bagi pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. selain pemimpin formal kepemimpinan informal di desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang memiliki peranan yang cukup penting di masyarakat, misalnya tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh- tokoh pemuda. Kegiatan di desa/kelurahan seperti rapat-rapat desa yang dalam kegiatannya diundang oleh kepala desa cukup aktif diikuti masyarakat, terutama kegiatan untuk ibu-ibu PKK yang notabene sebagai ibu rumah tangga. Suatu kebanggaan tersendiri bagi ibu-ibu PKK jika aktif dalam kepengurusan maupun kegiatan-kegiatan desa. Semua desa/kelurahan di Kecamatan Taliwang telah memiliki cukup sarana, baik dari sarana kesehatan, perdagangan, tempat ibadah, walaupun ada beberapa masyarakat ada yang menganut agama lain tetapi tidak memiliki sarana peribadatan kecuali agama mayoritas yaitu islam, sarana transportasi dan komunikasi, serta sarana pendidikan, di Taliwang pendidikan gratis sampai kepada tingkat perguruan tinggi. Hal ini adalah salah satu upaya

Dokumen terkait