• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan Dan Sosial Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan Dan Sosial Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP

EKONOMI LINGKUNGAN DAN SOSIAL

DI KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT

T. ADE FACHLEVI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PELIMPAHAN HAK CIPTA⃰

Dengan ini saya menyatakan tesis berjudul Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan dan Sosial di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

T. ADE FACHLEVI. Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan dan Sosial di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan SAHAT MH SIMANJUNTAK.

Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi sumberdaya batubara sebesar 1,7 milyar ton dengan sumberdaya batubara yang telah diketahui sebesar 600 juta ton dan total cadangan sebesar 400 juta ton. Salah satu kecamatan yang memiliki cadangan batubara adalah Kecamatan Meureubo. Kegiatan pertambangan batubara tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial bagi masyarakat sekitar.

Penelitian ini dilakukan pada 5 desa di Kecamatan Mereubo yang merupakan desa terdekat dengan lokasi kegiatan pertambangan PT MBA. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis seberapa besar dampak ekonomi dari kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal dan regional, mengestimasi seberapa besar nilai dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal, mengidentifikasi dampak sosial akibat dari kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal dan mengevaluasi kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam pemanfaatan dan pengelolaan pertambangan batubara. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dampak ekonomi lokal (local economics impact analysis), perubahan produksi (change in productivity), biaya kesehatan (cost of illness), kehilangan penghasilan (loss of earning), analisis kuantitatif deskriptif dan analisis hirarki proses (AHP).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan pertambangan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal akan tetapi berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak ekonomi secara langsung adalah sebesar Rp. 24.873.147.494, dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp. 1.357.976.000 dan dampak ekonomi imbas sebesar Rp. 3.349.610.256 pada tahun 2013. Dampak ekonomi terbesar dirasakan oleh Desa Balee dan Desa Sumber Batu. Estimasi kerugian masyarakat akibat pertambangan batubara yang berpengaruh terhadap perubahan kualitas lingkungan adalah sebesar Rp. 1.972.833.514. Nilai kerugian masyarakat terbesar akibat perubahan kualitas lingkungan disebabkan oleh perubahan penerimaan petani karet akibat perubahan produksi tanaman karet yaitu sebesar Rp. 1.181.463.429 tahun 2013. Kerugian akibat dampak kegiatan pertambangan batubara terbesar berada di Desa Balee. Secara sosial, masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap kehadiran perusahaan pertambangan batubara. Walaupun demikian, kegiatan pertambangan meningkatkan potensi konflik antara masyarakat terkait dengan hak penguasaan lahan dan lowongan pekerjaan. Alternatif strategi dalam evaluasi kebijakan pertambangan batubara yang lebih diprioritaskan adalah melanjutkan pemberian izin kepada perusahaan dengan program pertambangan ramah lingkungan dan reklamasi lahan tambang.

(6)
(7)

SUMMARY

T. ADE FACHLEVI. Impact of Coal Mining to Economic Enviroment and Social In Mereubo Sub Distric West Aceh District. Supervised by EKA INTAN

KUMALA PUTRI and SAHAT MH SIMANJUNTAK.

West Aceh District has potential coal resources of 1.7 billion tonnes, coal resource of 600 million tonnes and total reserves of 400 million tons. One of sub districts that have coal reserves is Meureubo Sub District. Coal mining activities will give positive and negative impacts on the economic, environmental and social for communities.

This research was conducted in five villages in Mereubo Sub District which is the nearest village to the location of the mining activities (PT MBA). The purpose of this study are to analyze economic impact of coal mining on the local and regional, estimate value of the environmental impact of coal mining on local communities, identifying social impact as a result of coal mining activities on local communities and evaluate West Aceh government policies in the utilization and management of coal mining. Analyzer used in this study consisted of economics impact analysis, change in productivity, cost of illness, loss of earnings, deskrtiptif quantitative analysis and analytical hierarchy process (AHP).

The results shows that mining activities contribute positively to the local economy but have a negative impact on the environment. The direct economic impact IDR. 24.873.147.494, indirect economic impacts of IDR. 1.357.976.000 and induced economic impact of IDR. 3.349.610.256 in 2013. Highest Economic Impact are in the Balee and Sumber Batu Village. The estimated loss due to coal mining community that influence changes in environmental quality is IDR. 1.972.833.514. Most people value losses due to changes in environmental quality caused by the change of productivity in the amount of IDR. 1.181.463.429. Losses due to the impact of the largest coal mining activities in the Balee Village. Socially, the public has a positive perception of the presence of coal mining companies. However, mining activities increase the potential for conflict between communities associated with tenure and jobs. Evaluation of alternative strategies in coal mining policies which take priority is to continue granting permission to companies with environmentally friendly mining program and mining land reclamation

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP

EKONOMI LINGKUNGAN DAN SOSIAL

DI KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT

T. ADE FACHLEVI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Nama NRP

: T. Ade Fachlevi

: H351114061

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Kumala Putri M.S Ir. Sahat M.H. M.Sc Anggota

Diketahui oleh:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Februari 2014. Judul penelitian ini adalah Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan dan Sosial di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S dan Bapak Ir. Sahat M.H. Simanjuntak, M.Sc selaku pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh kepala desa tempat penelitian, bapak camat Mereubo, seluruh kepala dinas terkait dalam penelitian ini dan pihak perusahaan PT MBA yang telah bersedia memberikan informasi dan data pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman sekalian atas do’a, kasih sayang dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(16)
(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

1 PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 9

Manfaat Penelitian ... 10

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 10

2 TINJAUAN PUSTAKA... 11

Pertambangan Batubara ... 11

Dampak Ekonomi ... 12

Dampak Lingkungan ... 14

Dampak Sosial ... 15

Evaluasi Kebijakan ... 16

3 KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

4 METODE PENELITIAN ... 21

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 21

Metode Pengambilan Sampel ... 21

Jenis dan Sumber Data ... 23

Metode Analisis Data ... 23

Analisis Dampak Ekonomi ... 24

Estimasi Nilai Dampak Lingkungan ... 26

Identifikasi Dampak Sosial ... 28

Evaluasi Kebijakan Pertambangan Batubara Pemerintah Aceh Barat... 29

5 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 31

Profil Perusahaan Pertambangan Batubara ... 31

Rencana Reklamasi dan Revegetasi ... 34

Wilayah Penelitian ... 34

Demografi ... 36

Karakteristik Responden ... 37

Jenis Kelamin ... 38

Tingkat Usia ... 39

Tingkat Pendidikan ... 39

Jenis Pekerjaan ... 40

Tingkat Penerimaan ... 40

Jumlah Tanggungan ... 41

Asal Responden dan Lama Menetap ... 41

6 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

Analisis Dampak Ekonomi ... 43

(18)

Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 50

Dampak Ekonomi Imbas ... 54

Dampak Ekonomi Total ... 56

Estimasi Nilai Kerugian Akibat Dampak Lingkungan ... 58

Perubahan Produksi dan Penerimaan Petani Karet ... 58

Biaya Kesehatan ... 61

Kehilangan Penerimaan ... 66

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat ... 66

Identifikasi Dampak Sosial ... 67

Konflik Kepemilikan Lahan ... 69

Konflik Kesempatan Kerja ... 69

Perubahan Sosial Budaya ... 70

Evaluasi Kebijakan Pertambangan Batubara Kabupaten Aceh Barat ... 71

Implikasi ... 77

7 SIMPULAN DAN SARAN ... 78

Simpulan ... 78

Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia ... 3

Tabel 2 Realisasi Produksi, Ekspor, Impor dan Kebutuhan Dalam Negeri ... 4

Tabel 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tiap Sektor Tahun 2009 - 2012 ... 8

Tabel 4 Komposisi Elemen Dari Beberapa Jenis Batubara ... 11

Tabel 5 Matriks Responden Berdasarkan Desa ... 22

Tabel 6 Matriks Tujuan Penelitian ... 23

Tabel 7 Cadangan Batubara PT MBA ... 31

Tabel 8 Realisasi dan Rencana Produksi Batubara PT MBA ... 32

Tabel 9 Jumlah Tenaga Kerja PT MBA 2013 ... 33

Tabel 10 Kemajuan Kegiatan Penambangan PT MBATahun 2013 ... 34

Tabel 11 Penerimaan Negara dari PT MBA Tahun 2013 ... 45

Tabel 12 Luas dan Biaya Pembebasan Lahan Hingga Tahun 2013 ... 46

Tabel 13 Jumlah Tenaga Kerja dan Rerata Upah... 47

Tabel 14 Rencana dan Realisasi Program Corporate Social Responsibility PT MBA Tahun 2013 49 Tabel 15 Penyerapan Dana Corporate Social Responsibility PT MBA Pada Tahun 2013 ... 49

Tabel 16 Dampak Ekonomi Langsung ... 50

Tabel 17 Pendapatan Penyedia Barang dan Jasa Bersumber dari PT MBA ... 52

Tabel 18 Pendapatan Penyedia Barang dan Jasa Bersumber dari Tenaga Kerja PT MBA Tahun 2013 ... 53

Tabel 19 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 54

Tabel 20 Pengeluaran Tenaga Kerja PT MBA Secara Lokal Tahun 2013 ... 55

Tabel 21 Pengeluaran Penyedia Barang dan Jasa Secara Lokal Tahun 2013 ... 55

Tabel 22 Dampak Ekonomi Imbas ... 56

Tabel 23 Jumlah Uang Yang Beredar Pada Tahun 2013 ... 57

Tabel 24 Rerata Luas Lahan. Produksi dan Penerimaan Petani Karet Sebelum Kegiatan Pertambangan Batubara ... 59

Tabel 25 Rerata Luas Lahan. Produksi dan Penerimaan Petani Karet Sesudah Kegiatan Pertambangan Batubara ... 60

Tabel 26 Rerata Perubahan Produksi Tanaman Karet Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara ... 61

Tabel 27 Rerata Biaya Kesehatan Responden Sebelum Kegiatan Pertambangan Tahun 2011 ... 63

Tabel 28 Rerata Biaya Kesehatan Responden Sesudah Kegiatan Pertambangan Tahun 2013 ... 64

Tabel 29 Rerata Peningkatan Biaya Kesehatan Responden Tahun 2013 ... 65

Tabel 30 Rerata Kehilangan Penerimaan Responden ... 66

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsumsi Batubara Dunia ... 1

Gambar 2 Produsen Batubara Dunia ... 2

Gambar 3 Dampak Yang Timbul Akibat Pertambangan Batubara ... 14

Gambar 4 Kerangka Alur Pemikiran ... 20

Gambar 5 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Barat ... 21

Gambar 6 Kerangka Hirarki Evaluasi Kebijakan ... 30

Gambar 7 Peta Lokasi Desa ... 35

Gambar 8 Luas Lahan Desa di Wilayah Penelitian ... 36

Gambar 9 Sebaran Jumlah Penduduk di 5 Desa Penelitian ... 37

Gambar 10 Sebaran Jumlah Responden Berdasarkan Desa ... 38

Gambar 11 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Gambar 12 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 39

Gambar 13 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

Gambar 14 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 40

Gambar 15 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Penerimaan ... 41

Gambar 16 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 41

Gambar 17 Sebaran Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 42

Gambar 18 Penerimaan dari Subsektor Bahan Galian C dan Pertambangan Umum Kabupaten Aceh Barat 2007-2013 ... 44

Gambar 19 Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja Lokal di PT MBA... 47

Gambar 20 Persentase Jumlah Penyedia Barang dan Jasa ... 51

Gambar 21 Responden Berdasarkan Kunjungan Medis ... 65

Gambar 22 Persepsi Responden Terhadap Fasilitas Publik ... 68

Gambar 23 Persepsi Responden Terhadap Konflik Lahan ... 69

Gambar 24 Persepsi Responden Terhadap Konflik Lowongan Pekerjaan ... 70

Gambar 25 Persepsi Responden Terhadap Perubahan Sosial Budaya ... 71

Gambar 26 Aktor Kebijakan Pertambangan Batubara ... 72

Gambar 27 Kriteria Berdasarkan Aktor Masyarakat ... 73

Gambar 28 Kriteria Berdasarkan Aktor Pemerintah ... 74

Gambar 29 Kriteria Berdasarkan Aktor PT MBA ... 75

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Primer Biaya dan Luas Pembebasan Lahan ... 87

Lampiran 2 Data Primer Tenaga Kerja PT MBA (Masyarakat Lokal) ... 88

Lampiran 3 Data Primer Pendapatan dan Pengeluaran Pelaku Usaha ... 91

Lampiran 4 Data Primer Penerimaan Petani Karet Sebelum

Adanya Pertambangan Batubara (2010-2011) ... 94

Lampiran 5 Data Primer Penerimaan Petani Karet Sesudah

Adanya Pertambangan Batubara (2013) ... 98

Lampiran 6 Data Primer Biaya Kesehatan Responden ... 102

(22)
(23)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya alam merupakan modal penting dalam pembangunan perekonomian suatu bangsa. Sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua katagori yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable resources) dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources). Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui seperti batubara merupakan salah satu solusi sumber energi alternatif yang saat ini banyak digunakan oleh industri dunia. Menurut IEA (2011), konsumsi batubara dunia akan mengalami pertumbuhan rata-rata 2,6 persen/tahun antara periode 2005 hingga 2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7 persen/tahun sepanjang periode 2015 hingga 2030. Gambar 1 menunjukan konsumsi batubara dunia dari tahun 1999 hingga 2009.

Sumber : IEA (2011)

Gambar 1 Konsumsi Batubara Dunia

Kebutuhan batubara dunia akan semakin meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi global, dimana batubara merupakan sumber energi fosil yang tergolong murah. Gambar 1 menunjukan kosumsi batubara dunia selama 10 tahun terakhir, dari periode 1999 hingga 2009 terus mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi batubara dunia disebabkan oleh tingginya kebutuhan industri pembangkit listrik dan industri lain yang menggunakan batubara sebagai sumber energi. Pada tahun 2009, permintaan batubara dunia mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis ekonomi global, penurunan konsumsi tersebut tidak terjadi secara signifikan terhadap konsumsi batubara secara global.

Batubara menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi global. Hal tersebut dikarenakan fungsi dan ketersediaan batubara yang masih cukup melimpah, walau tergolong dalam sumberdaya yang tidak dapat diperbarui.

4804 4990.5 5012.9 5120.2 5513.9

5846.8 6118.1

6395.6 6684.9

6866.6 6817.9

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jut

a/

Ton

(24)

Menurut BP (2013) dalam laporan review of world energy menyatakan bahwa cadangan batubara dunia adalah sebesar 826 milyar ton. Cadangan batubara terbesar dunia dihasilkan oleh 5 negara yaitu: Amerika Serikat sebesar 28,9 persen, Rusia 19 persen, Cina 13,9 persen, Australia 9,2 persen dan India 7,1 persen. Total cadangan dari 5 negara tersebut adalah 83 persen dari cadangan batubara dunia, cadangan tersebut diperkirakan akan bertahan selama 119 tahun.

Tingginya konsumsi batubara mendorong negara-negara yang memiliki sumberdaya dan cadangan batubara untuk melakukan meningkatkan produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi permintaan batubara dunia. Produksi batubara dunia pada tahun 2009 adalah sebesar 6,9 milyar ton dengan rangking produksi sebagai berikut: Cina menyumbang produksi terbesar yaitu sebesar 54,6 persen, Amerika Serikat diurutan kedua dengan produksi 15,8 persen, India dan Australia menempati urutan ketiga dengan produksi sekitar 5 hingga 6 persen, sedangkan Indonesia, Afrika Selatan dan Rusia menempati urutan keempat dengan menyumbang produksi batubara sekitar 4 hingga 5 persen dari total produksi batubara dunia. Gambar 2 menunjukkan produsen batubara dunia.

Sumber : IEA (2011)

Gambar 2 Produsen Batubara Dunia

Indonesia yang masuk dalam jajaran negara produsen batubara terbesar di dunia, terus melakukan upaya pengembangan dalam memaksimalkan produksi sumberdaya batubara. Sehingga pemerintah terus memberikan izin usaha pertambangan batubara kepada perusahaan yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatan produksi batubara nasional. Pertambangan di Indonesia berkembang sejak ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 37 Tahun 1960 tentang Pertambangan, selanjutnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Pada tahun 2009 pemerintah kembali memperbarui aturan tentang pertambangan dengan

2971

919

526 335

263 247 229 96

78 73

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Ju

ta

/T

o

n

(25)

diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PPRI (2013a).

Menurut kementerian ESDM (2012), sumberdaya batubara Indonesia sebesar 119.444.56 juta ton dan cadangan batubara Indonesia sebesar 29.078.28 juta ton yang tersebar di 20 propinsi di Indonesia. Besarnya jumlah sumberdaya dan cadangan batubara merupakan modal bagi pemerintah untuk memanfaatkan potensi sumberdaya batubara yang tersedia. Pemberian izin usaha pertambangan kepada pihak swasta merupakan upaya Pemerintah Indonesia untuk memperoleh manfaat dari sumberdaya batubara. Pihak swasta yang mendapatkan izin usaha pertambangan akan melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya batubara, sehingga pemerintah akan memperoleh pajak dan royalty. Hal tersebut tentunya akan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sumberdaya dan cadangan batubara Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia

Provinsi Sumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)

Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur Total Terkira Terbukti Total

Banten 5.47 5.75 4.86 2.72 18.80 0 0 0

Jawa Tengah 0.00 0.82 0 0 0.82 0 0 0

Jawa Timur 0.00 0.08 0 0 0.08 0 0 0

Aceh 0.00 345.35 13.89 90.40 449.64 0 0 0

Sumatera Utara 0.00 7.00 0 19.97 26.97 0 0 0

Riau 12.79 216.19 626.38 896.48 1751.84 32.66 613.01 645.67

Sumatera Barat 24.41 294.50 231.16 245.45 795.52 0 158.43 158.43

Jambi 494.04 765.37 698.66 424.63 2382.70 57.96 290.52 348.48

Bengkulu 0.00 2.12 118.81 71.14 192.07 0 18.95 18.95

Sumatera

Selatan 19439.95 13279.59 14667.06 10155.61 57542.21 9385.26 2203.45 11588.71

Lampung 0.00 106.95 0 0.94 107.89 0 0 0

Kalimantan

Barat 2.06 477.69 6.85 4.70 491.30 0 0 0

Kalimatan

Tengah 197.58 2129.66 869.41 919.04 4115.69 203.32 489.05 692.37

Kalimantan

Selatan 0.00 3892.82 3349.76 3377.18 10619.76 945.35 2661.82 3607.17 Kalimantan

Timur 12677.60 13796.79 5683.92 8422.53 40580.84 8732.41 3285.99 12018.4 Sulawesi

Selatan 0.00 48.81 129.22 53.09 231.12 0.05 0.05 0.1

Sulawesi

Tengah 0.00 1.98 0 0 1.98 0 0 0

Maluku Utara 6.69 0.00 0 0 6.69 0 0 0

Papu Barat 93.66 32.82 0 0 126.48 0 0 0

Papua 0.00 2.16 0 0 2.16 0 0 0

TOTAL 32954.25 35406.45 26399.98 24683.88 119444.56 19357.01 9721.27 29078.28

Keterangan:

Hipotetik: Ukuran data berdasarkan penyelidikan survey tinjaun, Tereka: Ukuran data untuk tahap penyelidikan prospeksi, Terunjuk: Ukuran data untuk tahapan eksplorasi pendahuluan, Terukur: Ukuran data untuk tahap eksplorasi rinci.

Sumber : ESDM (2012a)

(26)

dan Kalimantan memiliki sumberdaya dan cadangan batubara yang sangat besar serta merupakan pusat produksi batubara nasional.

Peningkatan pertumbuhan ekspor dan konsumsi dalam negeri menjadi faktor pendorong bagi perusahaan pertambangan batubara untuk meningkatkan produksi. Menurut data dari kementerian ESDM (2012), produksi batubara Indonesia meningkat dari 132.352.025 ton pada tahun 2004 menjadi 353.387.341 ton pada tahun 2011. Sementara total ekspor meningkat dari 93.758.806 pada tahun 2004 menjadi 272.671.351 di tahun 2011. Statistik data pasokan batubara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara dijabarkan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Realisasi Produksi, Ekspor, Impor dan Kebutuhan Dalam Negeri

Tahun Produksi Ekspor Impor Dalam Negeri

2004 132.352.025 93.578.806 97.182 36.081.734

2005 152.722.438 110.789.700 98.178 41.350.736

2006 193.761.311 143.632.865 110.682 48.995.069

2007 216.9466.99 163.000.000 67.533 61.470.000

2008 240.2499.68 191.430.218 106.930 48.926.681

2009 256.181.000 198.366.000 68.804 55.790.000

2010 275.164.196 208.000.000 111.310 67.000.000

2011 353.387.341 272.671.351 42.449 79.557.800

Sumber : DITJEN MINERBA (2012a)

Sektor pertambangan batubara menyumbang devisa negara sebesar 2.57 trilyun pada tahun 2004 dan meningkat pada tahun 2007 yaitu sebesar 8.70 trilyun dan terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya produksi untuk memenuhi permintaan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sektor ini selain sebagai sumber devisa, juga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar sehingga akan berdampak positif dalam ketersediaan pembukaan lapangan kerja. Sektor pertambangan merupakan sektor yang strategis. Selain itu, bagi daerah yang kaya sumberdaya mineral dan bahan tambang, pertambangan merupakan tulang punggung bagi penerimaan daerah tersebut (Djajadiningrat 2007).

Salah satu kabupaten di Propinsi Aceh yang memiliki sumberdaya batubara yang cukup besar adalah Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan Kabupaten Aceh Barat tahun 2011 dalam Wibowo dan Revando 2012, Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi sumberdaya batubara sebesar 1.7 milyar ton dengan sumberdaya batubara yang telah diketahui 600 juta ton dan total cadangan sebesar 400 juta ton. Batubara di Kabupaten Aceh Barat berkalori rendah yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Meureubo, Woyla Induk, Woyla Barat, Woyla Timur, Kaway XVI, Samatiga dan Pante Ceuremen.

(27)

usaha pertambangan kepada pihak swasta, salah satu perusahaan pertambangan yang telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) yaitu PT MBA yang mulai melakukan kegiatan eksploitasi batubara pada tahun 2012 dan akan berakhir pada tahun 2031. Luas izin lokasi pertambangan (konsensi lahan) yang dimiliki oleh PT MBA adalah seluas 3.134 ha. Sumberdaya batubara yang diketahui sebesar 169 juta ton dan cadangan batubara sebesar 445 juta ton. Lokasi izin usaha pertambangan PT MBA tersebut secara administratif terletak di Kecamatan Meureubo (Dinas Pertambangan Kabupaten Aceh Barat dalam Wibowo dan Revando 2012).

Pertambangan batubara merupakan industri yang membutuhkan modal besar dalam operasinya. Selain itu juga membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah besar. Sehingga kegiatan pertambangan batubara tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Bertambahnya jumlah peredaran uang dan terserapnya tenaga masyarakat lokal sebagai tenaga kerja merupakan suatu hal yang positif bagi perkembangan ekonomi daerah.

Kegiatan pertambangan meliputi: eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pengangkutan penjualan dan pasca tambang (reklamasi). Bahan galian merupakan modal warisan bagi manusia sehingga manusia boleh memanfaatkan modal warisan tersebut dengan sangat hati-hati, semata-mata demi upaya peningkatan kesejahteraan (Simanjuntak 2013). Pertambangan batubara di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem pertambangan terbuka (open pit) dan merupaka kegiatan pertambangan skala besar yang menggunakan peralatan berat seperti escavator, ripper dan truck berskala besar. Metode pertambangan terbuka tentunya akan merubah bentuk bentang alam, karena melakukan pembersihan lahan dan pengalian tanah penutup untuk mengambil batubara.

Kebutuhan akan tenaga kerja terampil, menyebabkan perusahaan pertambangan melakukan perekrutan tenaga kerja dari luar wilayah konsesi. Hal tersebut akan menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan masyarakat. Selain itu kegiatan industri yang banyak mendatang tenaga kerja dari luar wilayah akan menyebabkan keragaman sosial dan budaya pada masyarakat.

Keberadaan perusahaan pertambangan yang melakukan kegiatan eksploitasi batubara akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial bagi masyarakat di sekitar areal pertambangan. Menurut Soemarwoto (2009), dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas baik yang bersifat alamiah, kimia, fisik maupun biologi yang mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

Akumulasi dampak positif dan negatif dari kegiatan pertambangan batubara memberikan dampak lanjutan berupa dampak sosial bagi masyarakat sekitar areal pertambangan. Dampak sosial yang ditimbulkan berupa bertambah atau berkurangnya akses terhadap pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana umum. Selain itu dampak sosial juga berpengaruh terhadap perubahan norma dan budaya lokal, kecemburuan sosial serta konflik antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan.

(28)

khususnya sumberdaya batubara masih memprioritaskan keuntungan secara ekonomi dari hasil pajak dan royalty. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan masih sering diabaikan oleh pemerintah, padahal lingkungan merupakan aset penting yang harus dipertahankan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Masyarakat pada sekitar areal PT MBA merupakan masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian/perkebunan, produksi sektor pertanian/perkebunan memiliki hubungan yang erat dengan keadaan lingkungan dimana lingkungan merupakan penyedia unsur hara sebagai makanan, air dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pada dasarnya pemerintah telah mengatur tentang pemanfaatan dan pengelolaan bahan tambang agar tetap lestari dengan mewajibkan setiap perusahaan yang memperoleh izin melakukan reklamasi pada saat penutupan tambang seperti yang tertera pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca Tambang serta melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang secara implisit tertera pada UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 ayat 1 dan 2 dan selanjutnya kewajiban tentang tanggung jawab sosial, khsusnya subsektor pertambangan umum telah dijelaskan dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 108 dan 109 yang mewajibkan pemegang IUP dan IUPK untuk menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (DITJEN MINERBA 2012b). Pada kenyataannya peraturan tersebut belum sepenuhnya dijalani oleh seluruh perusahaan pertambangan di Indonesia dan secara umum hanya bersifat formalitas. Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang umum dilakukan oleh perusahaan pertambangan seperti pengobatan gratis, bantuan dana untuk kegiatan desa dan lainnya. Pada kenyataan, peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tersebut masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya seperti lemahnya pengawasan lembaga pemerintah terkait terhadap perusahaan pertambangan dan kurangnya sumberdaya manusia yang memahami tentang pelaksanaan peraturan tersebut, sehingga merugikan masyarakat yang terkena dampak yaitu masyarakat sekitar areal pertambangan.

(29)

Perumusan Masalah

Kegiatan pertambangan batubara di Kecamatan Mereubo, Kabupaten Aceh Barat telah berlangsung sejak tahun 2012. Areal izin pertambangan batubara tersebut masuk dalam enam wilayah administratif desa yaitu Desa Sumber Batu, Buloh, Pucok Reudep, Reudep, Balee dan Paya Baroe akan tetapi kegiatan pertambangan batubara yang sedangkan berlangsung sampai dengan tahun 2013 hanya mencakup 5 desa yaitu Desa Sumber Batu, Buloh, Pucok Reudep, Reudep dan Balee. Desa-desa tersebut merupakan desa ring satu yaitu desa yang paling merasakan dampak dari kehadiran pertambangan batubara. Industri pertambangan batubara memerlukan modal investasi yang besar dalam pelaksanaannya dikarenakan memerlukan biaya pembebasan lahan, biaya tenaga profesional, biaya alat, fasilitas dan teknologi tinggi dalam melaksanakan kegiatan operasional pertambangan. Berdasarkan data nilai investasi pada sektor pertambangan batubara yang mengacu pada nilai investasi awal PT Arutmin Indonesia di Propinsi Kalimantan Selatan untuk tahun pertama adalah Rp. 303.495 miliar yang terdiri atas biaya pembebasan lahan, pembangunan kantor, pembelian kendaraan, perijinan dan modal kerja operasional untuk empat bulan dengan luas konsesi sebesar 320 ha (Sujarwanto 2012).

Modal investasi yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pertambangan batubara tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan perekonomian daerah khususnya bagi masyarakat sekitar areal pertambangan disebabkan besarnya jumlah nilai investasi yang dibutuhkan. Modal investasi dari perusahaan pertambangan batubara tersebut akan berkontribusi secara langsung dalam menyumbang Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Barat, selain itu kehadiran perusahaan pertambangan batubara tersebut berpotensi terhadap penyerapan tenaga kerja lokal serta berpotensi dalam membantu masyarakat secara sosial ekonomi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Kehadiran perusahaan pertambangan tersebut memberikan dampak positif secara ekonomi dengan bertambahnya jumlah arus uang yang beredar yang diperoleh dari pengeluaran perusahaan pertambangan baik secara lokal maupun regional sehingga menyebabkan peningkatan terhadap konsumsi dari pengeluaran konsumen seperti tenaga kerja dan pelaku usaha. Keadaan tersebut menciptakan suatu hubungan saling berkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya dalam roda perekonomian sehingga terjadi peningkatan nilai tambah secara makro (multiplier effect).

(30)

dan jasa. Pada tahun 2012, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya dalam struktur pertumbuhan PDRB Aceh Barat, hal tersebut disebabkan oleh mulai beroperasinya beberapa perusahaan pertambangan batubara dan emas di Kabupaten Aceh Barat. Tabel 3 data mengenai laju pertumbuhan ekonomi tiap sektor di Aceh Barat tahun 2009-2012.

Tabel 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tiap Sektor Tahun 2009 - 2012

Sektor 2009 2010 2011 2012

PDRB Aceh Barat 5.00 5.04 5.11 5.00

Jasa-jasa 6.15 4.49 4.47 3.61

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.59 5.12 7.49 7.15

Pengangkutan dan Komunikasi 2.99 4.84 2.28 3.94

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.53 2.13 2.98 2.38

Bangunan/Kontruksi -0.78 2.27 3.53 9.77

Listrik dan Air 20.23 9.39 11.95 8.85

Industri Pengolahan 10.96 9.70 9.63 8.46

Pertambangan dan Penggalian -0.23 3.97 9.64 21.46

Pertanian 11.16 9.78 8.25 6.49

Sumber : BPS Aceh Barat (2013)

Berdasarkan Tabel 3, pertumbuhan ekonomi tiap sektor pada tahun 2012 tersebut, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan sebesar 21,46 persen. Subsektor pertambangan akan mengalahkan nilai produksi subsektor penggalian yang selama ini mendominasi sektor pertambangan. Sedangkan terdapat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan dibawah pertumbuhan ekonomi Aceh Barat yaitu sektor perdanggangan sebesar 2,38 persen, sektor jasa sebesar 3,61 persen dan sektor pengangkutan yaitu sebesar 3,94 persen. Dengan demikian, sektor pertambangan akan berpotensi sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam struktur PDRB Aceh Barat.

Menurut Kartosudjo (1994), kegiatan pertambangan batubara secara umum meliputi pemotongan pepohonan hutan dan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan lapisan tanah penutup dengan cara berjenjang (benching system), penggalian, pemuatan (material handling), pengangkutan (hauling), reklamasi dan pasca tambang.

(31)

Masyarakat di sekitar PT MBA merupakan masyarakat dengan kecenderungan homogen dalam mata pencarian dan pendidikan. Mayoritas masyarakat di desa sekitar lokasi izin pertambangan merupakan masyarakat dengan bermata pencaharian sebagai petani karet. Berdasarkan data dari Kecamatan Meureubo (KM 2013), jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai petani di Kecamatan Mereubo adalah 80 persen dari jumlah masyarakat usia pekerja.

Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT MBA menyebabkan terjadinya potensi perubahan penerimaan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani karet akibat kerusakan bentang alam dan alih fungsi lahan yang mempengaruhi produksi karet. Selain itu, kegiatan pertambangan yang menghasilkan ekternalitas, tentunya akan meningkatkan biaya sosial yang berupa biaya kesehatan akibat polutan dari ekternalitas yang dihasilkan perusahaan pertambangan. Sedangkan dampak sosial yang kemungkinan akan terjadi adalah potensi konflik antara masyarakat dengan perusahaan dan masyarakat terkait permasasalahan lahan, ketersedian lapangan kerja dan perubahan budaya.

Beranjak dari permasalahan diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar dampak ekonomi lokal dan regional yang ditimbulkan oleh PT MBA terhadap masyarakat di sekitar areal kerja perusahaan?

2. Seberapa besar dampak lingkungan dari kegiatan PT MBA terhadap masyarakat di sekitar kawasan pertambangan batubara?

3. Apa dampak sosial yang telah terjadi akibat dari kegiatan PT MBA terhadap masyarakat di sekitar kawasan pertambangan batubara?

4. Bagaimana kebijakan pemerintah Aceh Barat terkait pengelolaan sumberdaya batubara yang berpihak kepada masyarakat lokal?

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari kegiatan pertambangan batubara kepada masyarakat sekitar kawasan pertambangan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis seberapa besar dampak ekonomi dari kegiatan pertambangan batubara oleh PT MBA terhadap masyarakat lokal dan regional.

2. Mengestimasi seberapa besar nilai dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan batubara oleh PT MBA terhadap masyarakat lokal.

3. Mengidentifikasi dampak sosial akibat dari kegiatan pertambangan batubara oleh PT MBA terhadap masyarakat lokal.

(32)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bahan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui dampak positif dan

negatif dari kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT MBA sehingga masyarakat dapat menjaga keberlangsungan lingkungan secara partisipatif. 2. Sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam menentukan besaran biaya kompensasi kepada masyarakat akibat kegiatan pertambangan yang dilakukan PT MBA.

3. Informasi dan gagasan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertambangan yang berkelanjutan.

4. Sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan, khususnya pada kajian ekonomi, lingkungan dan sosial pada kegiatan pertambangan serta sebagai bahan referensi untuk akademisi dan peneliti dalam penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1. Penelitian ini menganalisis nilai manfaat dari dampak ekonomi lokal (local multiplier effect) dengan menggunakan pendekatan mengukur arus uang yang beredar akibat dari kegiatan pertambangan khusus di 5 desa terdekat dari lokasi izin pertambangan.

2. Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian dari dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan di 5 desa terdekat dari lokasi izin pertambangan dengan pendekatan change in productivity pada usaha perkebunan karet, cost of illness dan loss of earning dari masyarakat terkena dampak langsung.

3. Penelitian ini mengidentifikasi dampak sosial dari kegiatan pertambangan batubara yang memicu terjadinya konflik antara masyarakat.

(33)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertambangan Batubara

Batubara merupakan batuan sendimen berwarna hitam atau hitam kecoklat-coklatan yang mudah terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara. Secara ringkas ada 2 tahapan proses terbentuknya batubara, tahap pertama adalah tahap biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdekomposisi hingga terbentuknya lignit. Unsur utama yang berperan dalam proses ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan pembusukan dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap kedua adalah tahap geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminous dan akhirnya antrasit (Kent 1993).

Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan lokasi pengambilan batubara, yaitu (1) Lignit ; disebut juga brown-coal, merupakan tingkatan batubara yang paling rendah dan umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. (2) Subbituminous ; umum digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga merupakan sumber bahan baku yang penting dalam pembuatan hokarbon aromatis dalam industri kimia sintetis. (3) Bituminous; mineral padat, berwarna hitam dan kadang coklat tua, sering digunakan dalam pembangkit listrik tenaga uap. (4) Antrasit ; merupakan jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur yang lebih keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah tangga dan industri. (5) Masing- masing jenis batubara tersebut secara berurutan memiliki perbandingan C : O dan C : H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan batubara yang paling bernilai tinggi dan lignit yang paling bernilai rendah. Tabel 4 komposisi elemen dari 4 jenis batubara:

Tabel 4 Komposisi Elemen Dari Beberapa Jenis Batubara

Persentase Massa

Jenis Batubara C (%) H (%) O2 (%) H2O (%) Volatile matter (%)

Lignit 60-75 5-6 20-30 50-70 45-55

Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45

Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40

Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7

Sumber: Kent (1993)

Batubara diperoleh melalui kegiatan penambangan yang pada umumnya dilakukan oleh pihak swasta yang telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada suatu lokasi. Rangkaian proses penambangan yang dilakukan meliputi, kegiatan exploration, development mining, extraction, processing, transportation,

marketing dan close down serta reclamation. Exploration merupakan kegiatan

(34)

infrastruktur untuk keperluan produksi dan transportasi bahan tambang, sedangkan extraction dan processing merupakan rangkaian kegiatan produksi bahan tambang dari pengambilan bahan tambang hingga pemurnian barang tambang, setelah dilakukan processing bahan tambang diangkut menggunakan truk untuk selanjutnya dipasarkan. Kegiatan produksi bahan tambang selesai dilakukan dan cadangan sumberdaya batubara telah habis dan tidak layak untuk diproduksi secara ekonomi barulah dilakukan close down dan reclamation yaitu kegiatan penutupan area tambang dan penutupan area tambang dengan sisa tanah yang telah terpisah dari batubara (Ulrich 1999).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan pertambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani secara baik dan sistematik.

Metode penambangan terdiri dari dua yaitu metode surface mining (tambang terbuka) dan underground mining (tambang tertutup). surface mining memiliki kelemahan yaitu rentan dengan kerusakan lingkungan akibat pengerukan, namun memiliki resiko yang rendah terhadap kecelakaan pekerja dan menguntungkan secara ekonomi dikarenakan biaya yang dibutuhkan lebih rendah jika dibandingkan dengan underground mining. Underground mining memiliki resiko tinggi bagi pekerja diakibatkan area terowongan tambang lebih mudah longsor namun lebih ramah lingkungan dikarenakan pengerukan dilakukan di bawah permukaan sehingga flora dan fauna yang berada di atas permukaan akan tetap terjaga (Ulrich 1999). Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi penggunaan excavator/shovel dan truk.

Batubara digunakan sebagai sumber energi yang pada umumnya digunakan untuk menghasilkan listrik. Pada pembakaran batubara, terutama pada batubara yang mengandung kadar sulfur tinggi dapat menghasilkan polutan udara, seperti sulfur dioksida yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Karbon dioksida yang terbentuk pada saat pembakaran berdampak negatif pada lingkungan (Achmad 2004).

Dampak Ekonomi

(35)

langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara, dampak ekonomi imbas/lanjutan merupakan lanjutan dari konsekuensi dampak ekonomi langsung dan dampak ekonomi tidak langsung yang dilihat dari transaksi keuangan antara pihak-pihak terkait (Irawan 2013).

Hasil penelitian Kitula 2005, menunjukkan bahwa 42 persen dari 74 responden menyatakan keberadaan pertambangan bermanfaat bagi perekonomian mereka, hal ini dilihat dari lapangan pekerjaan, pembangunan sarana jalan, pelayanan kesehatan dan sekolah di Geita District. Peran sederhana dari sistem ekonomi memperlihatkan interaksi antara perusahaan dan rumah tangga dimana rumah tangga menawarkan jasanya kepada perusahaan, dan sebaliknya perusahaan menyediakan uang kepada rumah tangga (Djajadiningrat 1997). Dampak ekonomi diukur menggunakan analisis dampak ekonomi yang mengukur dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak induced dari pertambangan batubara.

Dalam kebijakan pengelolaan ekonomi, fokus yang dituju adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Negara yang mempunyai sumberdaya alam yang melimpah, kualitas sumberdaya alam dan lingkungan dapat menjadi pembatas proses pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, implikasinya adalah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan juga harus memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan secara memadai. Artinya bahwa sumberdaya alam tidak hanya dieksploitasi untuk pertumbuhan ekonomi tetapi harus dikelola secara lestari dan berkelanjutan. Sehingga sesuai dengan prinsip utama ekonomi lingkungan yaitu tujuan pertumbuhan penerimaan nasional dengan mempertahankan kualitas lingkungan dalam perlakuan keseimbangan (Constanza et al 1997).

(36)

Dampak Lingkungan

Konsekuensi dari sebuah kegiatan pertambangan adalah terjadinya perubahan lingkungan. Kegiatan pertambangan secara ekonomi akan meningkatkan kesejateraan masyarakat, akan tetapi dibutuhkan penggelolaan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga kehadiran perusahaan pertambangan dapat bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah dan perusahaan.

Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Sementara itu, Soemarwoto (2005), mendefinisikan dampak adalah sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut definisi dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum.

Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi sampai saat ini tidak banyak berubah, yang berubah hanyalah skala kegiatannya. Kondisi sebenarnya di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mekanisasi pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalamnya pencapaian lapisan bumi jauh di bawah permukaan tanah sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat risiko, dan merupakan kegiatan usaha jangka panjang yang melibatkan teknologi tinggi, padat modal, serta membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan oleh beberapa sektor. Gambar 3 diagram dampak yang timbul akibat pertambangan batubara.

Sumber:Soemarwoto (2005)

Gambar 3 Dampak Yang Timbul Akibat Pertambangan Batubara

Industri Pertambangan

Dampak Ekonomi dan Sosial

Dampak Lingkungan

Dampak Ekonomi dan Sosial Dampak Lingkungan

(37)

Studi yang dilakukan oleh Suhala et al 1995 misalnya, menjelaskan bahwa penambangan batubara di Bukit Asam (Sumatera Selatan) dan Ombilin (Sumatera Barat) selain berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan sumber energi, juga berdampak negatif terhadap lingkungan, yaitu terjadinya perubahan topografi karena terbentuknya lubang-lubang besar bekas galian tambang, gangguan hologi, perubahan aliran permukaan, penurunan mutu udara dengan meningkatnya debu di udara, penurunan kesuburan tanah, berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna serta timbulnya masalah sosial di masyarakat sekitar lokasi penambangan. Terdapat dampak negatif selain lubang tambang dan air asam tambang yang langsung timbul dari kegiatan pertambangan seperti berkurangnya debit air sungai dan tanah, pencemaran air, kerusakan hutan hingga erosi dan sedimentasi tanah, dimana dampak ini masih menjadi masalah yang belum terpecahkan secara tuntas dalam kegiatan pertambangan di Indonesia (Soemarwoto 2005).

Kegiatan pertambangan memiliki dampak pada kondisi fisik meliputi pencemaran air yang diakibatkan kontaminasi dengan limbah hasil sisa dari kegiatan pertambangan, pencemaran udara karena tercemar oleh gas hasil buangan dari kegiatan pertambangan, maupun polusi suara karena kegiatan pertambangan seperti (blasting) ataupun truk pengangkut barang tambang. Kerusakan jalan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan baik pengangkutan keperluan pertambangan seperti alat berat maupun kebutuhan bahan bakar juga turut memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisik di daerah pertambangan. Dampak kondisi fisik merupakan dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas pertambangan pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara, kerusakan jalan dan pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan (Pertiwi 2011).

Dampak lain yang dapat muncul dari adanya perusahaan tambang yang beroperasi di daerah pemukiman antara lain pencemaran lingkungan. Pencemaran dan kelestarian lingkungan tersebut menyangkut dimensi waktu tidak hanya saat ini, tetapi juga dimasa akan datang, di samping itu juga menyangkut dimensi ruang tidak hanya lokal akan tetapi nasional bahkan global. Keluasan dan intensitas perubahan lingkungan selalu lebih besar daripada yang direncanakan. Pada kenyataannya perubahan lingkungan tersebut, dikenal adanya efek samping dari proses pembangunan yang dapat bersifat positiif maupun negatif (Soetomo 2008).

Dampak Sosial

Menurut Irawan 2013, dampak sosial bisnis perusahaan terhadap masyarakat adalah dampak sosial yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan yang berupa sifat, cakupan, efektivitas dari berbagai program dan praktik dari operasi perusahaan terhadap masyarakat. Sehingga akan tercipta sebuah kondisi dimana masyarakat memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut secara sosial ekonomi.

(38)

pertambangan yang mencemari lingkungan dan (8) Areal bekas pertambangan yang dibiarkan terbuka.

Menurut Irawan 2013, dampak pembangunan pertambangan secara sosial juga berlangsung dalam jangka panjang. Dampak tersebut adalah beban yang akan muncul pada saat yang akan datang seperti keadaan yang tidak terkendali (kabel listrik, limbah dan perumahan) yang dikembangkan pada saat pembangunan pertambangan dan mendukung aktifitas pertambangan. Selain itu juga berdampak kepada peningkatan harga lahan dan sewa rumah yang disebabkan oleh penambahan permintaan pada saat aktifitas tambang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan pekerja pertambangan akan tetapi akan mengalami penurunan disaat perusahaan pertambangan tutup.

Pertambangan juga berdampak kepada migrasi penduduk, pengangguran, pekerja dibawah umur, kecelakaan kerja dan kriminalitas. Pertambangan yang membawa jumlah pekerja secara masal ke lokasi pertambangan akan berdampak munculnya prostitusi, perubahan gaya hidup, meningkatnya persaingan diantara penduduk lokal untuk sumberdaya alam (Kitula 2005).

Dampak dari kegiatan pertambangan dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Julianti 2012, menyatakan bahwa kesejahteraan sosial merupakan kondisi sejahtera dari suatu masyarakat, meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Dalam hal ini industrialisasi sebaiknya memperhatikan kesejahteraan sosial yang menjadi masalah dan mendapatkan perhatian utama dan menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini dapat terwujud apabila masing-masing individu memiliki kesadaran untuk senantiasa memprioritaskan kepentingan bersama, agar kesejahteraan sosial dapat terwujud dan dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat.

Dampak sosial adalah sebuah bentuk akibat atau pengaruh yang terjadi karena adanya sesuatu hal. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang terjadi pada masyarakat, baik karena suatu kejadian itu mempengaruhi masyarakat atau hal lainnya didalam masyarakat. Analisa dampak sosial adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sebagai akibat dari pelaksanaan suatu kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau area. Kajian dilakukan untuk menelaah dan menganalisa berbagai dampak yang terjadi baik positif maupun negatif dari setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, sampai tahap operasi.

Evaluasi Kebijakan

(39)

yang menyangkut substansi, implementasi, dan dampak. Hal ini berarti bahwa proses evaluasi tidak hanya dapat dilakukan pada tahapan akhir saja, melainkan keseluruhan dari proses kebijakan dapat dievaluasi. Sebagai salah satu tahapan dalam proses kebijakan, evaluasi memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut (Subarsono 2008):

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan, melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan, dengan evaluasi juga dapat diketahui derajad diketahui berapa biaya dan manfaat suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan, Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukurberapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan, evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan caramembandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

(40)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia (PP) Nomor 32 Tahun 2011 yaitu mengenai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI 2011), Indonesia berencana sebagai basis energi dan produsen sumberdaya mineral untuk kebutuhan nasional dan internasional. Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komoditi pertambangan. Kekayaan sumberdaya alam Indonesia khusunya sumberdaya batubara yang melimpah menjadikan modal pembangunan nasional sehingga komoditi mineral menjadi primadona. Sumberdaya batubara yang memiliki nilai ekonomi tinggi dikarenakan oleh fungsinya sebagai energi alternatif dan ketersediaannya dalam jumlah besar terus diupayakan pemanfaatan dan pengelolaannya oleh pemerintah dengan memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada pihak swasta. Tingginya permintaan batubara dunia dan nasional menjadikan salah satu pemicu perkembangan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan pertambangan di Indonesia.

Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya dan cadangan batubara yang layak diusahakan secara ekonomi. Kebijakan otonomi daerah yang diterapkan di tengah krisis multidimensi dan transisi masyarakat Indonesia yang ditandai oleh jatuhnya era orde baru, membawa sejumlah implikasi dan komplikasi dalam pelaksanaannya di berbagai tingkatan. Reformasi rezim dan perubahan kebijakan secara mendadak dari sentralisasi ke desentralisasi, menjadikan setiap daerah lebih mandiri dalam mengelola potensi sumberdaya alam yang dimilikinya, tidak terkecuali potensi sumberdaya batubara.

Keberadaan sumberdaya dan cadangan batubara yang memiliki potensi ekonomi tinggi mendorong pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebagai daerah otonomi untuk memberikan izin kepada investor lokal maupun luar negeri untuk melakukan kegiatan produksi batubara. Keberadaan kegiatan pertambangan batubara pada daerah penelitian, merupakan suatu upaya dari pemerintah daerah untuk dapat memanfaatkan sumberdaya batubara yang dimiliki oleh daerah tersebut untuk meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah uang yang beredar (multiplier effect). Menurut Zhang et al 2011, pembangunan perusahaan pertambangan adalah wewenang dan kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang mengaharapkan pertumbuhan ekonomi melalui penerimaan pajak daerah, penyerapan tenaga kerja untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut yang berdampak terhadap penerimaan masyarakat lokal.

(41)

Kegiatan pertambangan batubara tersebut tentunya harus dikelola dengan baik melalui berbagai kebijakan dari pemerintah daerah selaku pengawas dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya batubara untuk mensejahterahkan masyarakat dan membangun perekonomian daerah agar menjadi daerah mandiri. Peraturan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk seperti undang-undang, peraturan presiden, peraturan mentri, qanun daerah, peraturan bupati dan perjanjian tertulis yang disepakati antara perusahaan dengan pemerintah daerah khusunya Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.

(42)

Keteranagn: ( ) Lingkup Penelitian

Gambar 4 Kerangka Alur Pemikiran

Mengevaluasi kebijakan pemerintah Kabupaten Aceh Barat untuk pertambangan batubara

(Analisis Hierarchy Proses) Sumberdaya Batubara

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat

PT MBA

Local Economics Impact Analysis

Change in Productivity, Cost Of

Illness dan Loss of Earning Analisis Deskripsi Kualitatif

Ekonomi: 1. Tenaga Kerja Perusahaan

dari Masyarakat Lokal 2. Masyarakat Yang

Menyediakan Barang dan Jasa Bagi Perusahaan Pertambangan

3. Biaya Pembebasan Lahan 4. Biaya Program CSR di

Desa Penelitian 5. Penerimaan Daerah

Lingkungan: 1. Petani Karet

2. Masyarakat

Sosial: 1. Masyarakat Dampak

Negatif Positif

Masyarakat Lokal Sekitar Pertambangan

(43)

4 METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Barat, Kecamatan Mereubo yang meliputi 5 desa yaitu Desa Sumber Batu, Buloh, Pucok Reudep, Reudep dan Balee. Alasan pemilihan lokasi didasari oleh letak kelima desa tersebut yang berada di sekitar areal kerja PT MBA. Desa tersebut merupakan desa lingkar pertama yang terkena dampak operasional PT MBA dan merupakan desa ring satu berdasarkan klasifikasi rencana program Corporate Social Responsibility (CSR) PT MBA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2014. Berikut disajikan peta Kabupaten Aceh Barat yang merupakan wilayah penelitian pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Barat

Kecamatan Mereubo terletak di sebelah selatan Kabupaten Aceh Barat. Berbatasan langsung dengan Kecamatan Kaway Emam belas di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah timur dengan Kecamatan Johan Pahlawan dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya. Desa yang masuk dalam cakupan penelitian terletak di utara dan timur laut dari Kecamatan Mereubo. Desa tersebut saling berbatasan dan merupakan desa terdekat dengan wilayah operasional PT MBA.

Metode Pengambilan Sampel

(44)

sample pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling disebabkan oleh kebutuhan data pada penelitian yang membutuhkan kriteria tertentu sebagai responden. Purposive sampling adalah teknik sampling yang memilih dengan sengaja berdasarkan suatu kriteria tertentu untuk dijadikan narasumber (Juanda 2009). Penentuan jumlah responden di dasari oleh ketersediaan populasi dari masyarakat di lima desa. Jumlah populasi kepala keluarga di 5 desa penelitian yaitu sebesar 356 kepala keluarga yang terdiri dari 84 KK di Desa Sumber Batu, 37 KK di Desa Bulo, 60 KK di Desa Reudep, 35 KK di Desa Pucok Reudep dan 140 KK di Desa Balee. Jumlah sample pada penelitian ini adalah 85 responden yang dipilih secara purposive.

Pengambilan sample dilakukan pada jumlah populasi Kepala Keluarga (KK) yang ada di 5 desa penelitian, kelima desa tersebut merupakan desa terdekat dengan perusahaan pertambangan (desa ring satu berdasarkan klasifikasi pendanaan program Corporate Social Responsibility PT MBA) sehingga pada penelitian ini, 5 desa tersebut dianggap sebagai satu kesatuan. Berikut disajikan Tabel 5 jumlah responden berdasarkan desa dan kebutuhan data:

Tabel 5 Matriks Responden Berdasarkan Desa

Desa

Berdasarkan Tabel 5, jumlah responden terbesar berada di Desa Balee yaitu sebesar 33 persen yang terdiri dari 16 tenaga kerja lokal yang bekerja di PT MBA, 9 pemilik lahan yang telah dibebaskan oleh PT MBA, 12 penyedia barang dan jasa untuk PT MBA dan tenaga kerja PT MBA, 18 petani karet dan 23 masyarakat lokal yang terkena dampak, hal tersebut disebabkan oleh jumlah populasi Desa Balee yang lebih besar dibandingkan desa lainnya yaitu sebesar 140 KK. Sedangkan jumlah responden terkecil berada di Desa Pucok Reudep dengan persentase sebesar 13 persen yang terdiri dari 3 tenaga kerja lokal yang bekerja di PT MBA, 5 pemilik lahan yang telah dibebaskan oleh PT MBA, 1 penyedia barang dan jasa untuk PT MBA dan tenaga kerja PT MBA, 6 petani karet dan 15 masyarakat lokal yang terkena dampak. Poluasi di Desa Pucak Reudep lebih kecil dibandingkan dengan populasi penduduk Desa Balee yaitu sebesar 35 KK.

(45)

Jenis dan Sumber Data

Pengambilan data bertujuan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah disusun sesuai dengan analisa tujuan penelitian. Data sekunder yang relevan diperoleh dari penelusuran perpustakaan seperti buku, jurnal, dokumen instansi pemerinta, dokumen perusahaan dan informasi dari stakeholder.

Metode Analisis Data

Setelah melakukan pengambilan data primer dan pengumpulan data sekunder dari pihak-pihak terkait, data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif dan selanjutnya dilakukan pengolahan data secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2013 dan Expert Choice 11. Agar lebih jelas mengenai metode yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 matrik penelitian.

Tabel 6 Matriks Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Alat Analisis Sumber Informasi Teknik Pengambilan batubara oleh PT MBA terhadap masyarakat lokal

Studi Pustaka Data Sekunder

Data pembiayaan program

Corporate Social Responsibility (CSR) untuk masyarakat lokal

Studi Pustaka Data Sekunder

Biaya pembebasan lahan Purposive Sampling

25

Masyarakat lokal yang menjadi tenaga kerja di PT MBA

Purposive Sampling

48

Penyedia barang dan jasa lokal

(46)

Analisis Dampak Ekonomi

Menurut Plumstead (2012), Economics Impact Analysis merupakan suatu dasar yang transparan dalam mengukur dampak ekonomi dari operasi perusahaan pertambangan disuatu daerah. Untuk menginformasikan akan pentingnya keberadaan perusahaan pertambangan maka digunakan standar ukuran ekonomi seperti Product Domestic Bruto (PDB), lowongan kerja, upah dan pajak, perhitungan ini biasanya menggunakan metode input-output untuk penelitian skala regional akan tetapi untuk skala lokal dapat digunakan dengan melakukan survey lapangan dan penggunaan metode pengukuran arus uang (multiplier effect).

Economics Impact Analysis terdiri dampak ekonomi langsung (direct impacts), dampak ekonomi tidak langsung (indirect impacts) dan dampak ekonomi imbas/lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung diukur dengan menilai besaran modal pengeluaran operasional perusahaan, dampak ekonomi tidak langsung dan dampak ekonomi imbas diukur dengan menghitung besaran tambahan dari berbagai sektor yang mendukung kegiatan perusahaan pertambangan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan tabel input-output. Sedangkan untuk dampak ekonomi lokal (local economics impact) perhitungannya dapat dilakukan dengan mengetahui rincian dari pengeluaran perusahaan untuk pembangunan dan operasional perusahaan pertambang. Dampak ekonomi langsung secara lokal dapat dilihat dari besaran penyerapan tenaga kerja dan upah tenaga tenaga kerja, biaya pembeasan lahan, program Corporate Social Responsibility (CSR) dan penerimaan daerah dari perusahaan pertambangan. Dampak ekonomi tidak langsung secara lokal dihitung dari hasil dari biaya pengeluaran perusahaan dan tenaga kerja perusahaan kepada penyedia barang dan jasa lokal, sedangkan dampak ekonomi imbas secara lokal dihitung dari hasil pengeluaran rumah tangga dari penyedia barang dan jasa yang memperoleh sebagian penerimaan dari perusahaan pertambangan dan tenaga kerja perusahaan. Berdasarkan Plumstead 2012 dalam panduan menghitung dampak ekonomi (Economics Impact Analysis), dampak ekonomi lokal dapat dimodelkan dengan modifikasi persamaan matematis sebagai berikut, Plumstead (2012):

Direct Impacts = a b c  +d (1)

Indirect Impacts = ef (2)

Induced impact = gh (3)

Keterangan :

a : Penerimaan daerah dari perusahaan yaitu royalti dan landrent b : Biaya program CSR kepada 5 desa sekitar perusahaan

c : Biaya pembebasan lahan oleh perusahaan kepada masyarakat lokal d : Upah yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja lokal

e : Penerimaan penyedia barang dan jasa lokal yang bersumber dari perusahaan f : Penerimaan penyedia barang dan jasa dari karyawan pertambangan

g : Pengeluaran tenaga kerja lokal (konsumsi rumah tangga) secara lokal

(47)

Hasil dari dampak ekonomi lokal (local economics impact) tersebut digunakan sebagai data awal untuk mengukur dampak pengganda dari arus uang secara lokal (local multiplier effect) akibat dari kegiatan perusahaan pertambangan di 5 desa yang merupakan wilayah penelitian. Menurut Armstrong dan Taylor (2000) dalam buku yang berjudul Regional Economics and Policy, multiplier effect adalah jumlah perubahan pengeluaran yang dikalikan untuk menentukan pengeluaran atau hasil kali dari pertambangan setiap penerimaan. Secara umum multiplier effect yang populer seperti pengganda pajak, pengganda investasi dan pengganda belanja pemerintah. Dasar dari multiplier effect dari Keynesian Income Expenditure Approach adalah peningkatan investasi dapat meningkatkan pengeluaran agregat dalam Gross Domestic Product (GDP) yang menyebabkan peningkatan pengeluaran induced (imbas/lanjutan) dan menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam pengeluaran agregat dan GDP sehingga GPD meningkat lebih dari peningkatan awal.

Dampak pengganda dari arus uang secara lokal dinilai menggunakan pendekatan Keynesian Income Expenditure Approach yang secara teoritis merupakan pendekatan dasar yang sederhana dalam menilai penerimaan suatu daerah. Modifikasi model matematis Keynesian Income Expenditure Approach dilakuan untuk mengukur local income multiplier effect. Keynesian Local Income Multiplier diartikan sebagai nilai yang menunjukan seberapa besar pengeluaran perusahaan pertambangan yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut, Armstrong dan Taylor (2000):

Keynesian Local Income Multiplier = D N U

E

 

(4)

Keterangan:

E : Pengeluaran perusahaan terhadap masyarakat lokal (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

Nilai Keynesian Income Multiplier memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka

kegiatan pertambang tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat.

2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < - < 1), maka kegiatan pertambangan tersebut masih memiliki dampak ekonomi yang rendah terhadap masyarakat.

Gambar

Gambar 2 Produsen Batubara Dunia
Tabel 1 Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia
Tabel 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tiap Sektor Tahun 2009 - 2012
Tabel 4 Komposisi Elemen Dari Beberapa Jenis Batubara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan frekuensi kemunculan yang dihitung, adalah berapa banyaknya frekuensi kemunculan kutipan kalimat yang mengandung pesan pendidikan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van

Untuk keperluan ijin lain yang belum deprogram sesuai dengan ketentuan bisa disetujui setelah mendapat pertimbangan-pertimbangan khusus Ijin tidak masuk kerja karena sakit

b) menyadari bahwa Proposal ini akan digunakan sebagai dasar dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan, oleh karenanya Tertanggung

Pada tulisan ini disajikan hasil perancangan awal pressure regulator sederhana yang berfungsi untuk menurunkan tekanan dan mengatur aliran gas dari tangki gas LPG

Selama proses pembelajaran peneliti dapat melakukan pengamatan atau kegiatan observasi. Pengamatan mencakup aktivitas siswa yang dilakukan dengan lembar observasi yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Srianti, 2017), hasil wawancara langsung yang dilakukan peneliti pada 7 orang ibu post partum normal yang ada pada saat

Untuk pengaturan menggunakan terminal X-CTU, hal pertama yang harus dilakukan adalah masuk pada mode AT Command dengan mengetikkan tiga karakter “+++” secara

Untuk mengatasinya hal tersebut diberikan suatu solusi untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris dengan merancang materi pembelajaran meliputi berbagai