TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN
PERCOBAAN CIKABAYAN IPB
CUT TINA MEUTHIA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tungau Ektoparasit pada Kadal Eutropis multifasciata di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
CUT TINA MEUTHIA. Tungau Ektoparasit pada Kadal Eutropis multifasciata di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.
Beberapa organisme dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan organisme lain. Interaksi tersebut dapat berupa simbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Penelitian ini dikhususkan pada interaksi parasitisme antara kadal Eutropis multifasciata dengan tungau ektoparasit. Tungau dapat menginfestasi kadal melalui interaksi fisik, seperti perkelahian, kontak seksual, dan bersarang. Penelitian ini bertujuan menginfentarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit pada kadal E. multifasciata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi dan kebun percobaan Cikabayan IPB, serta mempelajari jumlah tungau dengan variasi bobot dan panjang tubuh kadal terhadap prevalensi dan intensitas infestasi tungau. Dari 61 individu kadal ditemukan 26 individu terinfestasi tungau, dengan jumlah tungau yang menginfestasi sebanyak 296. Nilai prevalensi dari presentase kadal yang terinfestasi tungau di lokasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi sebesar 41.94% sedangkan nilai prevalensi di lokasi kebun percobaan Cikabayan IPB sebesar 43.33%. Hasil identifikasi ditemukan dua famili tungau ektoparasit yaitu Microgyniidae dan Ixodorhynchidae. Tingkat intensitas infestasi tungau Microgyniidae lebih besar dibandingkan tungau Ixodorhynchidae pada kadal yang didapat dari kedua lokasi penangkapan. Hasil pengukuran panjang dan bobot menunjukkan bahwa ukuran panjang tubuh kadal sedang dan pendek dengan bobot bervariasi memiliki tingkat intensitas infestasi tungau paling besar.
Kata kunci: ektoparasit, tungau, E. multifasciata, intensitas, infestasi
ABSTRACT
CUT TINA MEUTHIA. Ectoparasites Mites on Lizard Eutropis multifasciata in Mount Walat Education Forest Sukabumi and Cikabayan Experimental Farm of Bogor Agricultural University. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN
296. Prevalence value of mites in Gunung Walat Education Forest Sukabumi was 41.94%, while the prevalence value in Cikabayan experimental farm of Bogor Agricultural University was 43.33%. The results of the identification of two families of mites ectoparasites found that Microgyniidae and Ixodorhynchidae. Microgyniidae mites infestation intensity level greater than Ixodorhynchidae mites on lizards were obtained from both sampling area. The measurement results showed that the length and weight of the lizard is medium and short with variation of weight have levels of mite infestation intensity greatest.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN
PERCOBAAN CIKABAYAN IPB
CUT TINA MEUTHIA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah Tungau Ektoparasit pada Kadal Eutropis multifasciata di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Taruni Sri Prawasti, MSi dan Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Terima kasih kepada Bapak Ir Hadisunarso, MSi selaku penguji. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta (Wawan Chatyawan dan Nova Meuthia), saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini dan Mbak Ani selaku laboran yang telah banyak memberikan bantuan selama pengamatan di laboratoruim, terima kasih kepada Rizky Amelia, Yusi, Feni, Hanindya, Catur Putri, Fia, Ratnasari, Rizky Handayani, Ulil Albab serta seluruh teman seperjuangan di Biologi 46 dan Biologi 47.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Tempat 2
Koleksi Kadal dan Tungau Ektoparasit 3
Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit 3
Identifikasi Kadal dan Tungau Ektoparasit 3
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kondisi Lingkungan Pengambilan Sampel 4
Pengukuran Panjang dan Bobot Tubuh Kadal 4
Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Kadal 5
Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Kadal 8
Infestasi Tungau Ektoparasit pada Kadal 9
Bobot dan Panjang Tubuh Kadal Terhadap Prevalensi Kadal Terinfestasi
Tungau 11
SIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14
DAFTAR TABEL
1 Ukuran panjang dan bobot tubuh kadal E. multifasciata pada dua lokasi
penangkapan 4
2 Ciri masing-masing tungau pada kedua famili tungau yang
menginfestasi kadal E. multifasciata 6
3 Jumlah tungau pada masing-masing famili yang ditemukan di dua
lokasi penangkapan 7
4 Intensitas infestasi tungau pada kadal E. multifasciata didua lokasi
pengambilan sampel 8
5 Jumlah E. multifasciata yang dikoleksi, individu terinfestasi tungau dan
nilai prevalensi di dua wilayah penangkapan 9
6 Jumlah tungau Microgyniidae dari dua wilayah penangkapan sampel
berdasarkan perlekatannya 10
7 Jumlah tungau Ixodorhynchidae dari dua wilayah penangkapan sampel
berdasarkan perlekatannya 11
8 Nilai prevalensi berdasarkan bobot tubuh dan panjang tubuh dari dua
lokasi pengambilan sampel 12
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penangkapan kadal 2
2 Bagian-bagian tubuh tungau 6
3 Ciri khusus Famili Microgyniidae (Perbesaran 400x) 7 4 Ciri khusus Famili Ixodorhynchidae (Perbesaran 400x) 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau (Zhang 1963) 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa organisme dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan organisme lain. Interaksi tersebut dapat berupa simbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Reptil, dalam hal ini kura-kura, ular, kadal dan cicak, berinteraksi dengan beragam jenis tungau, baik sebagai ektoparasit maupun endoparasit (Walter dan Proctor 1999).
Organisme parasit yang hidup pada permukaan inang, menghisap darah atau mencari makan pada rambut, kulit, atau sekresi kulit, maka disebut sebagai ektoparasit (Chandler dan Read 1961). Sifat ektoparasit dapat berlangsung pada sebagian dari siklus hidup tungau di tubuh inang avertebrata maupun vertebrata. Parasit yang ditemukan pada reptil terestrial adalah tungau dari Subkelas Acari (Krantz 1978). Ciri umum dari Subkelas Acari adalah mulut terletak pada gnathosoma bagian anterior, podosoma bergabung dengan opisthosoma untuk membentuk idiosoma (Krantz 1978).
Kadal merupakan hewan vertebrata yang termasuk ke dalam Famili Scincidae. Kadal berkembang biak dengan bertelur, kulit bersisik dan merupakan hewan ektotermik yang tidak dapat menghasilkan panas tubuh internal. Kadal E. multifasciata memiliki ekor dengan panjang mencapai dua kali panjang tubuh, sisik tubuh mengkilap berwarna coklat, dengan sisi tubuh coklat tua atau hitam. Kadal ini hidup di padang terbuka, kebun, semak, dan pesisir pantai (Brown dan Alcala 1980). Kadal ini tersebar di beberapa negara seperti Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Cina, Taiwan, Filipina, Australia, dan Amerika (Lim dan Lim 2002). Penyebaran kadal E. multifasciata di Indonesia meliputi pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Halmahera, dan Papua (Howard et al. 2007).
Tungau Ordo Acariformes dan Mesostigmata ditemukan pada kadal di kampus IPB Darmaga dan daerah Gunung Salak Endah (Reksanty 2010). Anggota Ordo Acariformes yang ditemukan antara lain: Famili Trombiculidae dan Famili Erythraeidae. Anggota Ordo Mesostigmata yang ditemukan antara lain: Famili Paramegistidae, Famili Microgyniidae, dan Famili Ixodorhynchidae. Tungau yang banyak ditemukan yaitu Famili Trombiculidae (Reksanty 2010).
Beberapa jenis tungau anggta Ordo Mesostigmata hanya berinteraksi dengan reptil. Tungau pada reptil ini dominan ditemukan pada bagian leher, telinga, lekukan antara pangkal lengan dan badan, bagian paha, atau pangkal paha inangnya (Walter dan Proctor 1999).
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi memiliki ketinggian 460–715 m dpl, suhu pada pagi hari berkisar 18-20ºC dengan kondisi habitat kadal yaitu semak ternaungi pepohonan tinggi. Kebun percobaan Cikabayan IPB memiliki ketinggian 245-400 m dpl, suhu di pagi hari berkisar 20-25ºC, kondisi habitat kadal yaitu semak tidak ternaungi.
2
dilakukan. Selain itu, belum ada data mengenai jumlah tungau pada kadal dengan panjang dan bobot tubuh yang berbeda, sehingga dilakukan pengukuran panjang dan bobot tubuh kadal untuk melihat perbedaan jumlah tungau pada kadal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menginfentarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit pada kadal E. multifasciata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi dan kebun percobaan Cikabayan IPB, serta mempelajari jumlah tungau dengan variasi bobot dan panjang tubuh kadal terhadap prevalensi dan intensitas infestasi tungau.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 hingga Mei 2014. Pengambilan sampel dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (HPGW) (Gambar 1a) (6053’35”- 6055’10” LS, 106047’50”- 106051’30” BT) (460–715 m dpl) dengan suhu 18-200C; dan di kebun percobaan Cikabayan IPB (KPCI) (Gambar 1b) (6° 30’- 6° 45’ LS, 106° 30’- 106° 45’ BT) (245- 400 m dpl) dengan suhu 20-250C. Waktu pengambilan sampel dilakukan pagi hari yaitu pada pukul 06.00-07.00 WIB. Identifikasi kadal dan tungau pada kadal, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik dan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Gambar 1 Peta lokasi penangkapan kadal a. Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, b. Kebun percobaan Cikabayan IPB
3
Koleksi Kadal dan Tungau Ektoparasit
Kadal dikoleksi dari Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (HPGW) dan kebun percobaan Cikabayan IPB (KPCI) secara bertahap dengan metode road sampling. Setelah kadal ditangkap dan dibius menggunakan eter, kemudian dilakukan pengukuran tubuh kadal yang meliputi: (1) panjang kepala, (2) panjang badan, (3) panjang ekor, (4) dan panjang seluruh tubuh kadal, selain itu dilakukan penimbangan bobot tubuh kadal. Selanjutnya kadal diberi label sesuai daerah penangkapan, dan diawetkan dalam alkohol 70%.
Tungau yang melekat pada setiap individu kadal dimasukkan ke dalam
Pembuatan sediaan utuh tungau menggunakan media polivinil alkohol berdasar Zhang (1963). Tungau diletakkan pada gelas objek, kemudian ditetesi media polivinil alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya dikeringkan di atas hot plate dengan suhu 40oC selama 7-10 hari.
Identifikasi Kadal dan Tungau Ektoparasit
Kadal diidentifikasi dengan kunci determinasi Rooij (1915) hingga tingkat spesies. Identifikasi tungau menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili.
Analisis Data
Analisis keberadaan tungau pada kadal berdasarkan Barton dan Richards (1996) dengan menghitung nilai prevalensi (P), intensitas infestasi (I) dan intensitas total (It). Nilai prevalensi merupakan presentase kadal yang terinfestasi tungau. Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu kadal. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang menginfestasi per individu kadal.
P = x 100% I = It = Keterangan :
P = prevalensi
I = intensitas infestasi tungau It = intensitas total
4
ni = jumlah kadal yang terinfestasi tungau spesies (i) Ti = jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi kadal T = jumlah total tungau yang menginfestasi kadal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Pengambilan Sampel
Kadal didapatkan dari dua wilayah penangkapan, yaitu di HPGW (Gambar 1a) dan KPCI (Gambar 1b) dengan metode road sampling. Kadal yang didapat dari HPGW (460–715 m dpl) berasal dari habitat semak yang dinaungi pepohonan tinggi dan terdapat banyak serasah di lantai hutan. Lokasi pengambilan sampel di KPCI (245-400 m dpl) berupa habitat semak terbuka. Kadal ditemukan sedang berjemur di daerah terbuka, namun juga ditemukan bersembunyi di bawah kulit kayu, tumpukan vegetasi, di antara semak, dan lubang di permukaan tanah.
Sebanyak 31 individu kadal didapatkan di lokasi penangkapan HPGW sedangkan di KPCI didapatkan 30 individu kadal. Penangkapan kadal di HPGW lebih sulit dibandingkan di kebun KPCI. Hal ini dikarenakan pengambilan sampel dilakukan pada saat musim penghujan.
Pengukuran Panjang dan Bobot Tubuh Kadal
Kisaran panjang tubuh kadal di HPGW lebih besar dibandingkan panjang tubuh kadal di KPCI (Tabel 1). Akan tetapi kisaran panjang ekor kadal di KPCI lebih besar dibandingkan dengan kadal di HPGW (Tabel 1).
Tabel 1 Ukuran panjang dan bobot tubuh kadal E. multifasciata pada dua lokasi penangkapan
No Karakter Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (HPGW)
tubuh (cm) 8.86-14.04 6.24-11.82
5 Bobot tubuh (g) 11.4-42.3 9.9-48.1
5 coklat, sisi tubuh berwarna coklat tua atau hitam; tanpa lamella pada bagian ventral jari; memiliki ekor panjang mencapai dua kali panjang tubuh.
Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Kadal
Tungau memiliki tubuh simetri bilateral, protostoma triploblastik, tubuh beruas baik internal maupun eksternal, spesialisasi bagian tubuh dan tagmata, dan gonokoristik (kelamin terpisah) sehingga masuk ke dalam Filum Arthropoda. Alat makan tungau adalah kelisera sehingga tungau termasuk anggota Subfilum Chelicerata. Tungau tidak memiliki antena; memiliki sepasang pedipalpi, sepasang kelisera; empat pasang tungkai; berdasarkan ciri-ciri tersebut tungau termasuk ke dalam Kelas Arachnida. Tubuh tungau terbagi atas tiga tagmata yaitu, gnathosoma (kelisera dan palpi), podosoma dan opisthosoma yang bergabung menjadi idiosoma (abdomen) (Gambar 2a dan 2b), sehingga dimasukkan dalam anggota Subkelas Acari.
Tungau yang menginfestasi kadal E. multifasciata, memiliki ciri-ciri: tidak ada organ sensori khusus propodosomal, tidak terdapat kanal podocephalic, koksa bebas, dan memiliki kelisera bebas (tidak bersatu). Tungau dengan ciri-ciri tersebut termasuk dalam Ordo Mesostigmata.
Berdasar ciri-ciri pada Tabel 2, tungau yang ditemukan termasuk Famili Microgyniidae dan Ixodorhynchidae. Famili Microgyniidae memiliki gnathosoma lebih pendek dari palpi, bentuk tubuh bulat telur, seta dorsal dan ventral tipe simple (Lampiran 1), memiliki tungkai lurus sebanyak 4 pasang, koksa bebas, terdapat sepasang seta epyginial (Gambar 3a) (Tabel 2), pada femur tungkai keempat fase deutonimfa dan dewasa terdapat tujuh seta (Krantz 1978).
Famili Ixodorhynchidae memiliki gnathosoma lebih pendek dari palpi namun beberapa ada yang lebih panjang dari palpi, bentuk tubuh lonjong membulat, seta postero dorsal dan ventral berbentuk serrate, seta antero dorsal dan ventral berbentuk simple (Lampiran 1), memiliki tungkai 4 pasang dengan bentuk berlekuk, dan memiliki koksa bebas (Tabel 2). Famili Ixodorhynchidae memiliki ciri khusus arah seta dorsal setelah koksa keempat beragam (Gambar 3c dan 3b). Terdapat spur seperti seta pada koksa kedua, umumnya dengan cakar yang menyerupai garpu (Krantz 1978).
6
Tabel 2 Ciri masing-masing tungau pada kedua famili tungau yang menginfestasi kadal E. multifasciata
2 Bentuk tubuh Bulat telur Lonjong membulat 3 Bentuk seta
5 Koksa Bebas, tidak menyatu Bebas, tidak menyatu
6 Lempeng epigynial Ada Ada
7 Seta pada lempeng
epigynial 1 pasang Tidak ada
8 Arah seta dorsal Searah Beragam
7
Gambar 3 Ciri khusus Famili Microgyniidae (Perbesaran 400x)
(a) lempeng epigynial dan sepasang seta pada lempeng epigynial (b) gambar skematis lempeng epigynial dan sepasang seta pada
lempeng epigynial dengan skala 0.1 mm
Gambar 4 Ciri khusus Famili Ixodorhynchidae (Perbesaran 400x) (a) arah seta setelah koksa empat beragam
(b) gambar skematis arah seta setelah koksa empat beragam dengan skala 0.1 mm
Tungau yang ditemukan pada 26 individu kadal yang terinfestasi, termasuk ke dalam dua famili, yaitu Microgyniidae dan Ixodorhynchidae. Kadal E. multifasciata yang didapat dari wilayah HPGW dan KPCI lebih banyak terinfestasi oleh tungau Microgyniidae (Tabel 3). Selain itu jumlah tungau yang menginfestasi kadal di KPCI lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tungau yang menginfestasi kadal di HPGW (Tabel 3).
Tabel 3 Jumlah tungau pada masing-masing famili yang ditemukan di dua lokasi penangkapan
Lokasi Tungau Total
Microgyniidae Ixodorhynchidae Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi (HPGW) 89 19 108
Kebun Percobaan Cikabayan IPB (KPCI)
158 30 188
8
Hasil penelitian tungau ektoparasit pada kadal E.multifasciata di daerah kampus IPB Darmaga dan Gunung Salak Endah ditemukan tungau Famili Trombiculidae, Paramegistidae, Erythraidae, Microgyniidae dan Ixodorhynchidae (Reksanty 2010). Pada penelitian tersebut tungau yang paling banyak ditemukan adalah tungau dari Famili Trombiculidae dan famili tungau yang paling sedikit ditemukan adalah tungau Famili Ixodorhynchidae. Sedangkan pada penelitian ini, tungau yang paling banyak ditemukan adalah tungau dari Famili Microgyniidae dan yang paling sedikit adalah tungau Famili Ixodorhynchidae. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan habitat kadal pada lokasi pengambilan sampel.
Daerah HPGW dan KPCI memiliki tingkat intensitas infestasi tungau Famili Microgyniidae yang lebih besar dibandingkan dengan tungau Famili Ixodorhynchidae (Tabel 4). Kemungkinan hal tersebut terjadi karena tungau Famili Microgyniidae umum ditemukan di tanah serasah di hutan dan humus sehingga lebih banyak kadal terinfestasi tungau Famili Microgyniidae. Tungau Famili Ixodorhynchidae merupakan tungau yang sering ditemukan pada ular. Kemungkinan kadal terinfestasi tungau Famili Ixodorhynchidae karena melintasi tempat tertentu yang dilintasi juga oleh ular. Larva tungau Famili Ixodorhynchidae berpindah ke kadal dengan cara memanjat tubuh kadal, dan berlindung di bawah sisik kadal dan mencari makan.
Tabel 4 Intensitas infestasi tungau pada kadal E. multifasciata di dua lokasi
Walat Sukabumi (HPGW) 12.71 3.17 8.31
Kebun Percobaan Cikabayan
IPB (KPCI) 17.55 7.5 14.46
Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Kadal
Kadal yang berhasil dikoleksi sebanyak 61 individu dari dua lokasi penangkapan dan 26 individu (42.64%) terinfestasi tungau (Tabel 5). Jumlah individu kadal yang terinfestasi tungau dari HPGW dan KPCI, masing-masing sebanyak 13 individu.
9 Tabel 5 Jumlah E. multifasciata yang dikoleksi, individu terinfestasi tungau dan
nilai prevalensi di dua wilayah penangkapan
Lokasi penangkapan kadal Jumlah individu Individu terinfestasi
tungau Prevalensi (%) Microgyniidae lebih banyak ditemukan pada bagian ventral kaki depan (G), perut kadal (D), dan bagian ventral kaki belakang (H) (Tabel 6), karena bagian ventral tubuh lebih banyak bersinggungan dengan tanah atau mengalami kontak langsung dengan semak. Hal ini berhubungan dengan siklus hidup tungau yang termasuk dalam Ordo Mesostigmata yang hidup pada inang selama hampir seumur hidupnya kecuali pada saat telur. Telur jatuh dari tubuh kadal ke permukaan tanah dan menetas. Larva yang baru menetas memanjat ke tubuh kadal yang melintas. Larva di tubuh kadal selanjutnya masuk kecelah-celah sisik dan mulai menghisap darah (Walter dan Proctor 1999).
Tungau Famili Ixodorhychindae banyak ditemukan pada bagian ventral kaki depan (G) (Tabel 7). Tubuh bagian ventral memiliki sisik yang lebih tipis, sehingga memudahkan tungau yang melekat dibagian tersebut. Tungau juga ditemukan pada beberapa bagian tubuh lain, seperti ketiak, perut, dan paha (Tabel 6 dan Tabel 7). Bagian tersebut juga dilindungi oleh sisik yang tipis sehingga tungau mudah mengakses makanan. Kondisi tersebut sesuai dengan Walter dan Proctor 1999 yang menyatakan bahwa tungau sering ditemukan pada bagian tubuh yang memiliki lapisan sisik tipis karena akan memudahkan tungau mengisap darah sebagai sumber makanan. Pada penelitian ini kepala, timpani, dan ekor merupakan daerah yang tidak terinfestasi oleh tungau (Tabel 6 dan Tabel 7) karena daerah tersebut memiliki struktur sisik dan kulit yang lebih tebal sehingga dapat menyulitkan tungau untuk mencari makan (Walter dan Proctor 1999).
10
Tabel 6 Jumlah tungau Microgyniidae dari dua wilayah penangkapan sampel berdasarkan perlekatannya
No. Kode inang Tempat perlekatan tungau pada kadal Total
11 Tabel 7 Jumlah tungau Ixodorhynchidae dari dua wilayah penangkapan sampel
berdasarkan perlekatannya
No. Kode inang Tempat perlekatan tungau pada kadal Total
A B C D E F G H
Bobot dan Panjang Tubuh Kadal Terhadap Prevalensi Kadal Terinfestasi Tungau
12
tubuh bagian ventral yang bersinggungan dengan tanah serasah mempengaruhi banyaknya tungau dari tanah yang berhasil menginfestasi kadal.
Tabel 8 Nilai prevalensi berdasarkan bobot tubuh dan panjang tubuh dari dua
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah sisik tubuh kadal E. multifasciata selalu sama setiap individu yaitu 32-34 walaupun berbeda ukuran panjang tubuh dan bobot tubuh. Kadal dengan tubuh yang lebih besar memiliki sisik yang lebih besar dibandingkan dengan kadal dengan tubuh berukuran kecil. Kadal dengan panjang tubuh sedang dan pendek memiliki nilai prevalensi terinfestasi tungau paling besar; dan kadal dengan ukuran sangat pendek (6.24≤ x ≤9.54) dengan bobot sangat ringan (9.9 ≤ x < 25.4) memiliki prevalensi terinfestasi tungau paling rendah (Tabel 8). Hal ini kemungkinan karena luas permukaan tubuh kadal yang sangat pendek memiliki wilayah infestasi tungau yang lebih sempit sehingga tidak banyak tungau yang berhasil menginfestasi kadal tersebut.
Kadal yang memiliki sisik lebih besar kemungkinan dapat diinfestasi tungau lebih dari satu individu per sisik kadal, namun pada penelitian ini kadal dengan ukuran panjang dengan bobot berat dan sedang, memiliki nilai prevalensi yang rendah sebesar 20% (Tabel 8). Kemungkinan karena kadal dengan ukuran tersebut merupakan kadal yang sudah tua dengan sisik dan kulit yang lebih keras. Struktur sisik dan kulit yang lebih tebal dapat menghalangi tungau untuk mencari makan (Walter dan Proctor 1999).
SIMPULAN
13 jumlah total tungau pada kadal yang didapatkan dari HPGW. Intensitas infestasi tungau pada kadal tertinggi yaitu tungau famili Microgyniidae. Tingkat infestasi tungau paling tinggi diatas 50% yaitu pada kadal dengan panjang tubuh sedang dan pendek dengan bobot tubuh berat, sedang, ringan, dan sangat ringan. Pada kadal dengan ukuran panjang dengan bobot berat dan sedang memiliki tingkat infestasi tungau yang rendah sebesar 20%. Tingkat infestasi tungau paling rendah yaitu pada kadal dengan ukuran sangat pendek dengan bobot sangat ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genima-culata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol 26:1381-1385.
Brown WC, Alcala AC. 1980. Philippine Lizards of the Family Scincidae. (LawD., Ed.). Dumaguete City, Philippines: Silliman University Pr.
Chandler AC, Read CP. 1961. Introduction to Parasitology. Ed ke-5. New York (US): J wiley.
Fajfer M. 2012. Acari (Chelicerata) Parasites of Reptiles. Acarina 20: 108-129. Howard SD, Gillespie GR, Riyanto A, Iskandar D. 2007. A New Species of Large
Eutropis (Scincidae) from Sulawesi, Indonesia. Jour Herpetol 41 (4): 604-610.
Krantz GW. 1961. A re-evaluation of the Microgynioidea, with a description of a new species of Microgynium (Acarina: Mesostigmata). Acarologia 3: 1-10 Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Corvallis (US): Oregon
University.
Lim KKP, Lim FLK. 2002. A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore. Singapore (SG): Science Centre.
Rooij N de. 1915. The Reptiles of The Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden, E.J. Brili, Ltd.
Reksanty IR. 2010. Inventarisasi tungau ektoparasit kadal Eutropis multifasciata di IPB darmaga dan Gunung Salak Endah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Walter, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution and Behaviour. Australia (AU): University of New South Wales.
14
Lampiran 1 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau (Zhang 1963)
15 Lampiran 2 Glosarium
Femur : Segmen keempat dari tungkai dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya; pada beberapa kelompok tungau, femur terbagi menjadi telofemur distal dan basifemur proksimal.
Genu : Segmen ketiga dari tungkai dan palpi dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya, distal terhadap femur dan proksimal terhadap tibia.
Gnathosoma : Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.
Idiosoma : Bagian utama tubuh posterior terhadap gnatosoma.
Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.
Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.
Ophistosoma : Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.
Palpi : Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan untuk peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai pulpus.
Podosoma : Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.
Tarsus : Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.
Tibia : Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya. Ujung distalnya bergabung dengan tarsus dan basalnya dengan genu.
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 10 Agustus 1991 dari pasangan Wawan Chatyawan (Alm) dan Nova Meuthia. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan TK di RA. Al-Jariyah pada tahun 1997, menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 9 Cibadak pada tahun 2003, dan menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Cibadak pada tahun 2006. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 4 Sukabumi pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Fungsi Hayati Hewan tahun 2014. Penulis juga aktif dalam Dewan Permusyawaratan Mahasiswa TPB pada tahun 2009. Selain itu penulis juga aktif di kepanitiaan Olimpiade Mahasiswa IPB sebagai kesekertariatan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis aktif di kepanitiaan Pesta Sains Nasional sebagai divisi penginapan.