• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN INTEGRASI

RANTAI PASOK TERHADAP KINERJA PETANI SAYURAN

DATARAN TINGGI DI KABUPATEN TANAH KARO

BRAMA SIPAHUTAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

BRAMA SIPAHUTAR, Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI.

Budaya organisasi pada kelompok tani merupakan salah satu hal yang berperan penting untuk meningkatkan kinerja petani dalam rantai pasok sayuran. Integrasi rantai pasok yang dilakukan petani merupakan kegiatan yang menciptakan suatu hubungan timbal balik antar pihak di dalam rantai pasok yang bertujuan untuk memperoleh manfaat dan keuntungan bersama. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara yang bertujuan untuk : 1) Menganalisis budaya organisasi pada kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara; 2) Menganalisis kinerja petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara; 3) Menganalisis integrasi rantai pasok petani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara; 4) Menganalisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadapa kinerja petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 45 responden dimana responden tersebut adalah petani yang tergabung di kelompok tani. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi literatur, dan internet. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Smart Partial Least Square 2.0. Hasil analisis menyatakan bahwa budaya organisasi dan integrasi rantai pasok berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petani dimana budaya organisasi sebagai variabel moderasi sehingga hubungan antara integrasi rantai pasok dengan kinerja akan semakin baik apabila peranan budaya organisasi berjalan dengan baik.

Kata kunci: budaya organisasi, integrasi rantai pasok, kinerja petani.

ABSTRACT

BRAMA SIPAHUTAR, Influence of Organizational Culture and The Supply Chain Integration on Highland Vegetable Farmer’s Performance in Tanah Karo Regency. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI.

(5)

research is 45 respondents in which they are the farmer who is involved in the farmer groups. The data collection methods are using interviews, observation, literature study, and internet. This research, the data is analyzed with the descriptive analysis and Structural Equation Modeling (SEM) with Smart Partial Least Square 2.0 approach. The result of analysis suggest that organizational culture and supply chain integration have a positive and significant influence on famer’s performance in which organizational culture as a moderating variable so the correlation between supply chain integration and performance will be reinforced well if it has a good organizational culture.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN INTEGRASI

RANTAI PASOK TERHADAP KINERJA PETANI SAYURAN

DATARAN TINGGI DI KABUPATEN TANAH KARO

BRAMA SIPAHUTAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo Nama : Brama Sipahutar

NIM : H24100122

Disetujui oleh

Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang dilaksanakan pada bulan September 2013 yang berjudul Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada program HIBAH STRATEGI NASIONAL 2013. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku dosen pembimbing, Ibu Lindawati Kartika, SE. MSi. dan Bapak R. Dikky Indrawan, MM yang telah banyak membantu dan mengarahkan pada saat pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Alm. Ibunda Arni, Ayahanda Ir. Kamal Sipahutar, Kakanda Ervina Sari Sipahutar, SH, MH , Kakanda Anjani Sipahutar, SH, MH dan Adinda Siva Fadillah Sipahutar serta seluruh pihak atas doa dan kasih sayangnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Responden 8

Persepsi Petani Terhadap Integrasi Rantai Pasok 13

Persepsi Petani Terhadap Kinerja 16

Persepsi Petani Budaya Organisasi Kelompok Tani 17 Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja

Petani 19

Implikasi Manajerial 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 25

(12)

DAFTAR TABEL

1 Persepsi petani terhadap integrasi pelanggan 14

2 Persepsi petani terhadap integrasi pemasok 15

3 Persepsi petani terhadap integrasi internal 15

4 Persepsi petani terhadap kinerja operasional 16

5 Persepsi petani terhadap kinerja bisnis 17

6 Persepsi petani terhadap orientasi kontrol-fleksibilitas 18 7 Persepsi petani terhadap fokus internal-eksternal 19 8 Hasil evaluasi outer model dan inner model dari model I dan model II 21

9 Implikasi Manajerial 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 4

2 Model pertama pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok

terhadap kinerja petani 7

3 Model kedua pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok

terhadap kinerja petani 7

4 Jumlah petani berdasarkan usia 8

5 Jumlah petani berdasarkan tingkat pendidikan 9

6 Jumlah petani berdasarkan status pernikahan 9

7 Jumlah petani berdasarkan daerah asal 10

8 Jumlah petani berdasarkan pengalaman bertani 10

9 Jumlah petani berdasarkan luas lahan pertanian 11 10 Jumlah petani berdasarkan pendapatan bertani 11

11 Jumlah petani berdasarkan jumlah tanggungan 12

12 Jumlah petani berdasarkan pekerjaan di bidang tani lainnya 12 13 Jumlah petani berdasarkan usaha selain bertani 13 14 Jumlah petani berdasarkan pendapatan usaha selain bertani 13

15 Outer model terpilih 21

16 Inner model terpilih 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 uji validitas dan uji reliabilitas 28

2 Lampiran 2 hasil pengolahan SPLS 30

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mayoritas penduduk Indonesia memiliki sumber mata pencaharian dari kegiatan-kegiatan di bidang pertanian oleh sebab itu Negara Indonesia disebut Negara Agraris. Sebagai Negara Agraris, Indonesia seharusnya dapat memenuhi kebutuhan pangannya dari produksi dalam negeri. Kabupaten Tanah Karo merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan pertanian yang cukup potensial dan ditargetkan menjadi ikon pada bidang pertanian di Indonesia, hal tersebut sejalan dengan program pemerintah di bidang ketahanan pangan.

Ditinjau dari kondisi topografinya, daerah Kabupaten Tanah Karo terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah 140 m di atas permukaan laut dan yang tertinggi adalah 2.451 m di atas permukaan laut. Dengan kondisi tersebut, Kabupaten Tanah Karo memiliki potensi sebagai daerah penghasil komoditas hortikultura. Tentu saja hal tersebut menjadi salah satu faktor kegiatan ekonomi masyarakat yang mengutamakan sektor pertanian dalam membuka lapangan usaha.

Kabupaten Tanah Karo merupakan daerah yang potensial di sektor pertanian sehingga daerah tersebut memiliki kesempatan untuk melakukan ekspansi pasar melalui kegiatan ekspor-impor di sektor pertanian. Di tengah derasnya serbuan komoditas sayur-mayur impor ke Indonesia termasuk Sumatera Utara, namun pada saat yang bersamaan aktivitas ekspor komoditas sayur-mayur Sumatera Utara melalui terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT) justru meningkat tajam. Berdasarkan data dari kementrian BUMN pada bulan Juli 2012 volume ekspor komoditas sayur-mayur Sumatera Utara yang produksinya didominasi oleh petani Kabupaten Tanah Karo sudah mencapai 28.773 ton. Sementara pada periode yang sama di tahun 2011 volume ekspornya sebanyak 15.593 ton atau meningkat sekitar 84,52%.

(14)

2

terdapat hubungan positif antara integrasi rantai pasok dengan produktifitas karena di dalam integrasi rantai pasok tersebut perusahaan akan berbagi informasi yang lebih, bekerja sama dengan penyedia dan pelanggan utama mereka untuk mengurangi biaya serta berkolaborasi dalam memperbaiki produk dan pelayanannya. Hal tersebut tentu saja mengacu pada kinerja bisnis dimana pengukuran kinerja dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu kinerja operasional dan kinerja bisnis (Flynn et al., 2010). Kedua kriteria tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengukuran kinerja dan kesuksesan bisnis di sektor pertanian yang dilakukan oleh petani.

Petani yang menjadi anggota kelompok tani di Kabupaten Tanah Karo umumnya belum cukup kuat dan mandiri sehingga belum memiliki kemampuan memasuki dan membentuk pasar. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan tujuan dan kemauan dari masing-masing anggota yang terkait dengan budaya organisasi yang diterapkan. Perencanaan strategi sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja para petani di rantai pasok sayuran dataran tinggi dalam menemukan solusi pengembangan bisnis yang efektif dan efisien. Selain itu, budaya organisasi dan integrasi rantai pasok yang baik perlu dilakukan untuk menciptakan kinerja yang optimal sehingga tujuan organisasi tercapai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana budaya organisasi dan integrasi rantai pasok mempengaruhi kinerja petani sehingga diharapkan dapat memberikan suatu gagasan yang berbentuk implikasi manajerial. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Tanah Karo.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah mengenai pengaruh budaya organisasi di kelompok tani dan integrasi rantai Pasok terhadap kinerja petani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Tanah Karo. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dapat dikembangkan melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana budaya organisasi pada kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo?

2. Bagaimana kinerja petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo?

3. Bagaimana integrasi rantai pasok petani di daerah Kabupaten Tanah Karo? 4. Bagaimana pengaruh budaya organisasi pada kelompok tani dan integrasi

rantai pasok terhadap kinerja petani sayuran dataran tinggi di daerah Kabupaten Tanah Karo?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(15)

3 2. Menganalisis kinerja petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah

Kabupaten Tanah Karo.

3. Menganalisis integrasi rantai pasok petani di daerah Kabupaten Tanah Karo. 4. Menganalisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok

terhadap kinerja petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah bagi kelompok tani, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para petani dalam meningkatkan kinerjanya melalui penerapan budaya organisasi yang baik. Bagi pemerintah daerah Tanah Karo, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pemerintah daerah setempat untuk dijadikan referensi dalam upaya peningkatan daya saing petani komoditas sayuran dataran tinggi. Bagi umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan strategi sumber daya manusia melalui analisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja petani.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Dimana ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada budaya organisasi kelompok tani dan kinerja petani yang memiliki indikator kinerja operasional dan kinerja bisnis. Penelitian ini juga menjelaskan integrasi rantai pasok petani yang memiliki indikator integrasi pelanggan, integrasi pemasok, dan integrasi internal.

METODE

Kerangka Pemikiran

(16)

4

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kelompok tani di Kabupaten Tanah Karo merupakan suatu organisasi yang berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan para petani, oleh sebab itu dibutuhkannya suatu strategi sumber daya manusia yang prima. Strategi sumber daya manusia dapat dikembangkan melalui penciptaan budaya organisasi kelompok tani dan integrasi rantai pasok yang baik sehingga dapat meningkatkan kinerja para petani. Berdasarkan hal tersebut, pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Tanah Karo perlu diketahui dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian mengenai budaya organisasi pada kelompok tani dan integrasi rantai pasok petani di Kabupaten Tanah Karo diharapkan memiliki manfaat dan juga masukan yang berbentuk implikasi manajerial dalam upaya peningkatan kinerja petani.

Petani dalam POKTAN (Kelompok Tani) di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara

Strategi Sumber Daya Manusia

Budaya Organisasi (Denison dan Spreitzer, 1991; Cameron dan Quinn, 1999).  Orientasi

fleksibilitas-kontrol  Fokus

internal-eksternal

Integrasi Rantai Pasok (Flynn et al., 2010)  Internal  Pelanggan

 pemasok Kinerja Petani

(Flynn et al., 2010)

 Operasional  Bisnis

Analisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani dengan

Structural Equation Modeling (SEM)

Implikasi Manajerial

(17)

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2013 di kelompok tani yang terdapat di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan atas kesediaan Dinas Pertanian dan Perkebunan di daerah tersebut sehingga terdapat adanya keinginan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok serta kinerja petani.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Diperoleh dari observasi, kuesioner, dan wawancara kepada para petani yang tergabung dalam poktan (Kelompok Tani).

2. Data sekunder

Berupa teori-teori mengenai budaya organisasi, integrasi rantai pasok, dan kinerja diperoleh dari literatur-literatur seperti buku dan internet. Data yang mengenai informasi tentang Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara diperoleh dari situs resmi Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara.

Metode Pengambilan Sampel

Teknik untuk melakukan pengambilan sampel merupakan salah satu faktor yang penting. Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik sampel secara nonprobabilitas yaitu teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar, teknik sampling nonprobabilitas yang dipakai yaitu convenience sampling. Menurut Sugiyono (2009) convenience sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan aksesbilitas kenyamanan dan kedekatan dengan peneliti. Hal tersebut disebabkan pada saat proses penelitian terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti pada saat pengumpulan data dilakukan. Responden dari penelitian ini terdiri dari 45 petani yang merupakan 10% dari populasi yang ada.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Analisis Deskriptif dan Analisis Structural Eqution Modeling (SEM) dengan pendekatan Smart Partial Least Square 2.0. Analisis data dari 45 responden melalui Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(18)

6

artinya dapat dipercaya, keajegan, konsisten, keandalan, kestabilan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak bertentangan. Pada penelitian ini, pengujian validitas dan reabilitas akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 16. Data dapat dikatakan valid ketika nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05 sehingga data secara keseluruhan dapat dikatakan valid karena berada pada nilai yang disarankan. Sedangkan, uji reliabilitas akan dilihat dari nilai cronbach’s alpha. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Secara keseluruhan pertanyaan dari penelitian ini dapat dikatakan reliabel karena hasil uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menyatakan bahwa nilai

cronbach’s alpha berada pada nilai yang disarankan.

Analisis Deskriptif

Suliyanto (2005) mengungkapkan bahwa analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menyusun dan menyajikan data yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Data yang telah dikumpulkan dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik, serta pengukuran nilai-nilai statistik.

SEM (Structural Equation Modeling)

Kusnedi (2008) mengungkapkan bahwa SEM adalah metode analisis data multivariat yang bertujuan menguji model pengukuran dan model struktural variabel laten. Pada penelitian ini, alat analisis SEM (Structural Equation Modeling) melalui pendekatan Partial Least Squares (PLS) digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel eksogen dan endogen. Adapun model dari penelitian ini menggunakan dua variable laten independen (eksogen) yaitu budaya organisasi dan integrasi rantai pasok serta kinerja sebagai variabel laten dependen (endogen). Variabel budaya organisasi memiliki dua indikator yaitu orientasi fleksibilitas-kontrol dan fokus internal-eksternal. Penelitian untuk integrasi rantai pasok terdiri dari tiga indikator yaitu integrasi pelanggan, integrasi pemasok, dan integrasi internal sedangkan untuk kinerja memiliki dua indikator seperti kinerja operasional dan bisnis.

Model yang diuji pada penelitian ini terdiri dari dua model yang akan menganalisis pengaruh dari variabel budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani. Pada model pertama melihat pengaruh dari integrasi rantai pasok dan budaya organisasi terhadap kinerja petani di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara dimana variabel integrasi rantai pasok sebagai variabel bebas, variabel kinerja sebagai variabel terikat, sedangkan variabel budaya organisasi dijadikan sebagai moderating variable. Moderating variable merupakan variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat (Syahputra 2012). Model pertama dapat dilihat pada Gambar 2.

(19)

7 variabel terikat (Syahputra 2012). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Gambar 2 Model pertama pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani

Gambar 3 Model kedua pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah para petani yang tergabung di dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara dengan jumlah 45 responden. Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pekerjaan tani lainnya, pengalaman bertani, status pernikahan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan pertanian, pendapatan/ bulan dari bertani, pendapatan/bulan selain bertani, dan daerah asal.

Usia

Mayoritas petani yang dijadikan responden pada penelitian ini berusia 41-50 tahun yaitu sebesar 49%, selanjutnya petani yang berusia 31-40 tahun sebesar 29%, petani yang berusia 51-60 tahun sebesar 16%, petani yang berusia ≤ 30 tahun sebesar 4%, sedangkan persentase jumlah responden terkecil pada penelitian ini adalah petani yang berusia diatas 60 tahun sebesar 2% (Gambar 4). Para petani yang berusia 41-50 tahun merupakan para petani yang dapat dikatakan cukup produktif di daerah tersebut walaupun pada umumnya masa produktif seseorang adalah pada saat berusia 31-40 tahun, hal tersebut disebabkan oleh faktor kondisi dan keadaan dari lingkungan eksternal maupun internal petani.

Gambar 4. Jumlah Petani berdasarkan Usia

Jenis Kelamin

Mayoritas petani yang dijadikan responden ialah petani yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 71% dan berjenis kelamin perempuan sebesar 29% sehingga jumlah petani yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah petani yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak berpartisipasi dan ikut serta di dalam kegiatan kelompok tani dibandingkan dengan petani yang berjenis kelamin perempuan.

Tingkat Pendidikan

Mayoritas petani yang berpendidikan sarjana sebesar 58%, selanjutnya petani yang berpendidikan SMA sederajat sebesar 36%, kemudian petani yang

4%

29%

49%

16% 2% ≤ 30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

(21)

9 berpendidikan Diploma sebesar 4%, dan jumlah yang terkecil adalah petani yang berpendidikan SMP sebesar 2% (Gambar 5). Berdasarkan data yang diperoleh,hal tersebut menunujukkan bahwa petani di daerah Kabupaten Tanah Karo memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik yaitu dengan melihat jumlah petani yang berpendidikan sarjana sebesar 58%, serta hal tersebut juga dapat mengindikasikan para petani yang memiliki pendidikan sarjana masih menaruh perhatiannya untuk membuka lahan bisnis di sektor pertanian dibandingkan pada sektor lainnya.

Gambar 5. Jumlah Petani berdasarkan Tingkat Pendidikan

Status Pernikahan

Mayoritas petani telah menikah yaitu sebesar 91% dari jumlah responden yang ada sedangkan petani yang belum menikah sebesar 9% (Gambar 6).

Gambar 6. Jumlah Petani Berdasarkan Status Pernikahan

Daerah Asal

Mayoritas petani berasal dari daerah kabupaten Tanah Karo yaitu sebesar 96% dari jumlah responden yang ada, sedangkan petani yang berasal dari daerah lainnya sebesar 4% dimana petani tersebut merupakan orang pendatang yang berasal dari kota Medan (Gambar 7).

4%

58% 36%

2%

Diploma

Sarjana

SMA

SMP

91% 9%

Menikah

(22)

10

Gambar 7. Jumlah Petani berdasarkan Daerah Asal

Pengalaman Bertani

Jumlah petani yang memiliki pengalaman bertani selama 7-12 tahun sebesar 38%, sedangkan petani yang memiliki pengalaman bertani selama 13-18 tahun sebesar 29%, kemudian jumlah petani yang memiliki pengalaman bertani selama 19-24 tahun sebesar 18%, jumlah petani yang memiliki pengalaman bertani selama ≤ 6 tahun sebesar 11%, lalu petani yang memiliki pengalaman bertani selama ≥ 25 tahun sebesar 4% (Gambar 8). Jumlah petani yang terbesar berdasarkan pengalaman bertani yaitu petani yang berpengalaman selama 7-12 tahun sedangkan jumlah petani yang terkecil adalah petani yang berpengalaman selama ≥ 25 tahun.

Gambar 8. Jumlah Petani berdasarkan Pengalaman Bertani

Luas Lahan Pertanian

Mayoritas petani memiliki luas lahan pertanian berkisar 0,6 – 1,7 hektar yaitu sebesar 54%, kemudian jumlah petani yang memiliki luas lahan pertanian ≤ 0,5 hektar sebesar 20%, jumlah petani yang memiliki luas lahan pertanian 3 – 4,1 hektar sebesar 13%, lalu jumlah petani yang memiliki luas lahan pertanian 1,8 – 2,9 hektar sebesar 11%, sedangkan petani yang memiliki luas lahan pertanian > 4,2 hektar sebesar 2% (Gambar 9). Luas lahan pertanian yang dimiliki para petani tersebut sebagian besar telah menjadi kepemilikan pribadi petani, tetapi terdapat beberapa petani yang belum memiliki hak kepemilikan lahan pertanian sehingga mereka melakukan kegiatan produksinya dengan menyewa lahan pertanian, hal tersebut dipicu oleh sumber daya modal/kapital yang dimiliki para petani dalam membeli suatu lahan pertanian, namun jumlah petani tersebut lebih kecil dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sendiri.

4%

96%

medan

karo

11%

38% 29%

18% 4%

≤ 6 tahun

7-12 tahun

13-18 tahun

19-24 tahun

(23)

11

Gambar 9. Jumlah Petani berdasarkan Luas Lahan Pertanian

Pendapatan Bertani

Mayoritas petani memiliki pendapatan dari proses kegiatan usaha taninya berkisar Rp 2,1 – Rp 4,1 juta per bulan yaitu sebesar 67%, selanjutnya jumlah petani yang memiliki pendapatan Rp 4,2 – Rp 6,2 juta sebesar 15%, lalu jumlah petani yang memiliki pendapatan ≤ Rp 2 juta sebesar 11%, sedangkan jumlah petani yang memiliki pendapatan > Rp 6,3 juta sebesar 7% (Gambar 10). Hal tersebut menjelaskan bahwa pada umumnya petani memiliki jumlah pedapatan sebesar Rp 2,1 – Rp 4,1 juta per bulan dari proses kegiatan usaha taninya dan hanya sedikit petani yang memiliki pendapatan diatas Rp 6,3 juta per bulan. Perbedaan pendapatan tersebut tidak semua didasari pada luas lahan pertanian yang dimiliki namun hal tersebut disebabkan beberapa faktor seperti perbedaan komoditas pertanian serta keadaan dan kondisi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif. Perbedaan komoditas pertanian yang ditawarkan para petani kepada pelanggannya seperti kol, kentang, bawang putih, bawang merah, dan komoditas pertanian lainnya. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan adanya perbedaan pendapatan antar petani karena masing-masing komoditas memiliki harga jual dan permintaan yang berbeda.

Gambar 10. Jumlah Petani berdasarkan Pendapatan Bertani

Jumlah Tanggungan

Mayoritas petani memiliki jumlah tanggungan 5 orang yaitu sebesar 33%, jumlah tersebut sama besarnya dengan jumlah petani yang memiliki tanggungan 4 orang yaitu sebesar 33%, selanjutnya petani yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebesar 16%, petani yang tidak memiliki tanggungan sebesar 9%, lalu petani yang memiliki jumlah tanggungan 6 orang sebesar 5%, sedangkan petani yang memiliki jumlah tanggungan 7 orang sebesar 4% (Gambar 11). Para petani

20%

54% 11%

13% 2% ≤ 0,5 hektar

0,6-1,7 hektar

1,8-2,9 hektar

3-4,1 hektar

> 4,2 hektar

11%

67% 15%

7%

≤ 2 juta

2,1-4,1 juta

4,2-6,2 juta

(24)

12

umumnya memiliki jumlah tanggungan 3-5 orang tetapi petani yang memiliki jumlah tanggungan empat dan lima orang lebih dominan dibandingkan dengan jumlah yang lainnya, tentu saja hal tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan dan perekonomian keluarga para petani terutama dalam pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder.

Gambar 11. Jumlah Petani berdasarkan Jumlah Tanggungan

Pekerjaan di Bidang Tani Lainnya

Petani yang tergabung dalam kelompok tani di daerah Kabupaten Tanah Karo umumnya tidak memiliki pekerjaan tani lainnya tetapi terdapat beberapa petani yang memiliki pekerjaan di bidang tani lainnya seperti melakukan kegiatan peternakan. Petani yang melakukan kegiatan peternakan sebesar 20% sedangkan jumlah petani yang tidak melakukan pekerjaan tani lainnya sebesar 80% (Gambar 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani belum memiliki perhatian dan minat pada pekerjaan tani lainnya misalnya melakukan kegiatan peternakan.

Gambar 12. Jumlah Petani berdasarkan Pekerjaan di Bidang Tani Lainnya

Usaha Selain Bertani

Beberapa petani di Kabupaten Tanah Karo melakukan kegiatan usaha selain bertani. Usaha selain bertani tersebut yaitu dengan membuka usaha rumahan seperti membuka toko. Mayoritas petani belum memiliki ketertarikan dan minat untuk membuka usaha selain bertani, tetapi terdapat beberapa petani yang melakukan kegiatan usaha tersebut yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangganya. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 yang menjelaskan bahwa mayoritas petani tidak membuka usaha selain bertani yaitu

9%

16%

33% 33%

5% 4% 0

3 orang

4 orang

5 orang

6 orang

7 orang

80% 20%

(25)

13 sebesar 82% sedangkan petani lainnya membuka usaha selain bertani yaitu sebesar 18%.

Gambar 13. Jumlah Petani berdasarkan Usaha Selain Bertani

Pendapatan Usaha Selain Bertani

Pendapatan yang diperoleh para petani tidak hanya bersumber dari kegiatan bertani tetapi juga bersumber dari kegiatan lainnya seperti membuka toko yang merupakan usaha rumahan. Berdasarkan Gambar 14 mayoritas petani tidak melakukan kegiatan usaha selain bertani yaitu sebesar 82%. Petani yang melakukan usaha tersebut memperoleh pendapatan sebesar Rp 0,8 juta per bulan dengan jumlah petani sebesar 5%, jumlah tersebut sama dengan jumlah petani yang memiliki pendapatan Rp 0,7 juta per bulan, kemudian ada beberapa petani dengan jumlah kecil sebesar 2% yang memiliki pendapatan dari kegiatan selain bertani sebesar Rp 0,6 juta per bulan, sedangkan petani lainnya memiliki pendapatan sebesar Rp 1 juta dan Rp 1,5 juta per bulan yang dieroleh dari usaha selain bertani dengan jumlah 2 %.

Gambar 14. Jumlah Petani berdasarkan Pendapatan Selain Bertani

Persepsi Petani Terhadap Integrasi Rantai Pasok Sayuran

Penerapan integrasi rantai pasok petani sayuran dataran tinggi di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara tidak selalu dilakukan dimana integrasi rantai pasok terdiri dari integrasi pelanggan, integrasi pemasok, dan integrasi internal yang merupakan beberapa kriteria yang dijadikan indikator-indikator dari

18%

82%

membuka usaha selain bertani

tidak membuka usaha selain bertani

82% 2%

5% 5%

2% 2% 2% 0

0,6 juta

0,7 juta

0,8 juta

1 juta

1,5 juta

(26)

14

integrasi rantai pasok petani sayuran pada penelitian ini. Adapun hasil integrasi rantai pasok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Persepsi Petani terhadap Integrasi Pelanggan

Berdasarkan Tabel 1 terdapat jaringan informasi yang menimbulkan tingkat komunikasi yang cukup tinggi dengan pelanggan yang didukung dengan frekuensi pertemuan yang sering dilakukan. Para petani menganggap bahwa dengan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam berbisnis. Adapun pelanggan tersebut terdiri dari masyarakat dan pedagang pengumpul dimana produk tersebut akan didistribusikan ke pedagang pasar induk Kecamatan Berastagi dan Perusahaan eksportir.

Tabel 1. Persepsi petani terhadap integrasi pelanggan Integrasi Pelanggan

Jawaban (%) Tidak

Pernah Jarang

Kadang-Kadang Sering

Sangat Sering

Tingkat komunikasi dengan pelanggan

utama - 2,2 26,7 71,1 -

Sistem penegakan kecepatan

pemesanan dengan pelanggan utama - 42,2 46,7 11,1 -

Frekuensi periode/waktu hubungan

dengan pelanggan utama - 2,2 24,5 73,3 -

Rata-Rata - 15,53 32,64 51,83 -

Sistem pemesanan yang diterapkan para petani pada umumnya tidak menggunakan sistem komputerisasi karena para petani menganggap hal tersebut belum perlu dilakukan sehingga mereka masih menerapkan sistem manual dalam pemesanannya. Sistem penegakan kecepatan pemesanan pun tidak selalu diterapkan secara optimal yang disebabkan oleh kekhawatiran petani dengan kondisi dan ketersediaan produknya yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

Persepsi Petani terhadap Integrasi Pemasok

Secara keseluruhan terdapat pertukaran informasi yang dilakukan antara petani dengan pemasok. Kegiatan tersebut dilaksanakan hanya beberapa periode waktu tertentu sehingga tingkat hubungan antara kedua pihak kurang terlaksana. Hal ini disebabkan pertemuan hanya dilakukan pada proses transaksi jual beli saja. Pertukaran informasi yang dilakukan kedua belah pihak tersebut terkait dengan masalah ketersediaan produk pemasok, kualitas produk pemasok, sarana pendukung pertanian yang baik, dan hal-hal lain seputar kegiatan pertanian. Pemasok menyediakan bibit tanaman, pupuk, dan sarana pertanian lainnya.

(27)

15 Tabel 2. Persepsi petani terhadap integrasi pemasok

Integrasi Pemasok

Jawaban (%) Tidak

Pernah Jarang

Kadang-Kadang Sering

Sangat Sering

Tingkat hubungan/persekutuan strategis

dengan penyedia utama - 15,6 64,4 20 -

Usaha dalam memperoleh kestabilan

melalui jaringan dengan penyedia utama - 17,8 80 2,2 - Tingkat partisipasi penyedia utama

dalam perolehan dan produksi 31,1 46,7 17,8 4,4 -

Rata-Rata 10,37 26,7 54,06 8,87 -

Persepsi Petani terhadap Integrasi Internal

Berdasarkan Tabel 3 integrasi internal yang dilakukan para petani dalam kegiatan bisnisnya tidak selalu dilakukan. Integrasi data dan aplikasi usaha tersebut dilakukan oleh para petani yang memiliki tenaga kerja dalam proses produksinya. Pekerja tersebut merupakan orang yang diutus oleh petani untuk membantu petani dalam peningkatan produktivitas bisnisnya, tetapi terdapat juga petani yang tidak melakukan hal tersebut sehingga mereka memakai tenaga kerja yang berasal dari hubungan persekutuan keluarga.

Aplikasi usaha yang dilakukan di lingkungan internal usaha petani terkait dengan tata cara berproduksi, memanen, dan pemanfaatan sarana pertanian yang efektif dan efisien. Integrasi data yang dilakukan petani di lingkungan internal bisnisnya terkait dengan penggabungan data berupa laporan produktivitas, laporan penjualan, dan laporan tentang penggunaan dan pemanfaatan sarana pertanian. Tabel 3. Persepsi petani terhadap integrasi internal

Integrasi Internal

Jawaban (%) Tidak

Pernah Jarang

Kadang-Kadang Sering

Sangat Sering

Integrasi/penggabungan data diantara

fungsi internal 8,9 44,4 42,2 2,2 2,2

Integrasi aplikasi usaha diantara fungsi

internal - 17,8 64,4 15,6 2,2

Pemanfaatan pertemuan antar anggota

diantara fungsi internal - 2,2 26,7 71,1 -

Rata-Rata 2,97 21,47 44,47 29,63 1,46

(28)

16

Persepsi Petani Terhadap Kinerja

Pada penelitian ini yang dijadikan indikator-indikator untuk variabel kinerja meliputi kinerja operasional dan kinerja bisnis. Pada umumnya, kinerja para petani sayuran dataran tinggi di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara dalam waktu tiga tahun terakhir relatif stabil. Beberapa indikator tersebut dapat dijelaskan melalui tabel-tabel berikut ini.

Persepsi Petani terhadap Kinerja Operasional

Perbandingan kinerja operasional para petani di daerah kabupaten Tanah Karo dalam kurun waktu tiga tahun terakhir umumnya relatif stabil. Komponen yang dijadikan landasan dari penurunan ataupun peningkatan kinerja operasional meliputi modifikasi produk, perkenalan produk, pemenuhan pemesanan yang tepat waktu, dan tingkat pelayanan yang tinggi kepada pelanggan.

Berdasarkan Tabel 4 terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kinerja operasional petani dalam menjalankan bisnisnya yaitu kemampuan dan motivasi petani yang relatif rendah dalam meningkatkan kinerja operasionalnya, keadaan dan kondisi lingkungan bisnis yang kompetitif, pergantian musim yang mempengaruhi kondisi iklim dan cuaca sehingga dapat berdampak terhadap produktivitas, serta fluktuasi permintaan yang bervariasi sehingga para petani sulit untuk memprediksinya. Untuk mengantisipasi hal tersebut petani menjaga persediaan bahan/material untuk menanggapi perubahan permintaan. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku petani dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Dalam menjalankan bisnisnya, petani berusaha untuk memenuhi dan memuaskan pelanggannya dengan menyediakan produk dan layanan yang baik.

Tabel 4. Persepsi petani terhadap kinerja operasional Kinerja Operasional

Jawaban (%) Lebih

Buruk Buruk

Biasa

Saja Baik

Lebih Baik

Bisnis mampu secara cepat

memodifikasi/mengubah produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

2,2 15,6 62,2 20 -

Bisnis mampu secara cepat

memperkenalkan produk baru ke pasar 2,2 17,8 68,9 11,1 - Bisnis mampu secara cepat menanggapi

perubahan permintaan pasar 2,2 15,5 55,6 26,7 -

Bisnis memiliki kepercayaan/ketenaran dalam pemenuhan pemesanan yang tepat waktu kepada pelanggan utama

2,2 4,4 82,3 11,1 -

Waktu pesanan dalam memenuhi pesanan

pelanggan 2,2 - 82,2 15,6 -

Bisnis menyediakan tingkat pelayanan

yang tinggi kepada pelanggan utama 2,2 4,4 42,2 51,2 -

Rata-Rata 2,2 9,62 65,57 22,61 -

(29)

17 dengan tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi sehingga petani tersebut berusaha untuk memperkenalkan dan mengubah produknya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Persepsi Petani terhadap Kinerja Bisnis

Berdasarkan Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa kinerja bisnis pada tiga tahun terakhir ini yang dilakukan para petani Kabupaten Tanah Karo relatif stabil. Pertumbuhan keuntungan/profit dari kegiatan usaha tani tersebut cenderung memiliki performa yang buruk. Hal ini seiring dengan pertumbuhan pangsa pasarnya yang tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Tabel 5. Persepsi petani terhadap kinerja bisnis Kinerja Bisnis

Jawaban (%) Lebih

Buruk Buruk

Biasa

Saja Baik

Lebih Baik

Pertumbuhan keuntungan/profit 8,9 44,4 42,3 2,2 2,2

Pertumbuhan pangsa pasar - 17,8 64,4 15,6 2,2

Rata-Rata 4,45 31,1 53,35 8,9 2,2

Kondisi lingkungan internal dan eksternal bisnis yang tidak baik dapat berdampak negatif terhadap kinerja bisnis petani dalam meningkatkan keuntungan dan pangsa pasarnya, sehingga berpotensi mengalami penurunan keuntungan. Lingkungan internal bisnis yang dihadapi petani berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan bisnisnya. Kemampuan dan keterampilan tersebut tidak didasari tingkat pendidikan yang dimiliki petani tetapi umumnya diperoleh dari pengalaman petani dalam berbisnis. Petani di daerah Kabupaten Tanah Karo umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman bertani yang cukup lama, berdasarkan Tabel 5 kinerja bisnis yang dilakukan petani relatif stabil. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman bertani tidak dapat dijadikan sebagai jaminan dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja bisnis petani. Hal lain yang harus dipertimbangkan yaitu lingkungan eksternal bisnis petani. Lingkungan eksternal tersebut berhubungan dengan persaingan yang tinggi di pasar. Bisnis yang digeluti para petani tersebut umumnya tidak memiliki pertumbuhan pangsa pasar yang signifikan karena pemenuhan kebutuhan dan pelayanan konsumen yang belum optimal sehingga pertumbuhannya konsisten dari tahun ke tahun.

Persepsi Petani Terhadap Budaya Organisasi Kelompok Tani

Pada variabel budaya organisasi terdapat dua kriteria yang dijadikan landasan dari penerapan budaya organisasi pada kelompok tani yaitu orientasi kontrol-fleksibilitas dan fokus internal-eksternal, dimana penjelasannya dari masing-masing indikator tersebut sebagai berikut.

Persepsi Petani terhadap Orientasi Kontrol-Fleksibilitas

(30)

18

menerangkan bahwa penerapan budaya organisasi pada kelompok tani memiliki kecenderungan melakukan penerapan sistem budaya organisasi yang berorientasi kontrol.

Tabel 6. Persepsi petani terhadap orientasi kontrol-fleksibilitas

Orientasi Kontrol Persentase Jawaban (%) Orientasi Fleksibilitas

1 2 3 4 5 6 7

Pengikat/pengerat yang menghubungi organisasi kami bersama adalah peraturan-peraturan formal dan kebijakan-kebijakan. Menaati peraturan adalah hal yang penting.

- 20 55,6 8,9 11,1 4,4 -

Pengikat/pengerat yang menghubungi organisasi kami bersama adalah komitmen untuk inovasi dan perkembangan. Terdapat tekanan menjadi yang pertama dengan produk dan layanan. Organisasi menekankan

ketetapan dan stabilitas. Efisiensi adalah hal yang penting.

- 20 51,1 17,8 6,7 4,4 -

Organisasi sangat dinamis dan tempat usaha. Anggotanya rela berkorban dan mengambil resiko.

Organisasi adalah tempat yang sangat terkontrol dan terstruktur. Prosedur formal biasanya menentukan apa yang dilakukan anggota.

- 8,9 48,9 33,3 6,7 2,2 -

Organisasi menekankan pertumbuhan dengan mengembangkan ide-ide baru. Membangkitkan produk baru dan layanan adalah hal yang penting.

Kepemimpinan di dalam organisasi biasanya dipertimbangkan dengan mengkoordinasi,

mengorganisasi, atau efisiensi yang tepat.

- 13,3 60 22,5 4,4 - -

Kepemimpinan di dalam organisasi biasanya

dipertimbangkan dengan sifat kewirausahawan, berinovasi dan berani mengambil resiko.

Gaya manajemen pada organisasi dikarakteristikkan dengan keamanan pekerja, kemampuan peramalan, dan stabilitas dalam hubungan.

- 24,4 55,6 15,6 4,4 - -

Gaya manajemen pada organisasi dikarakteristikkan dengan berani mengambil resiko, berinovasi, kebebasan, dan keunikan.

Persepsi Petani terhadap Fokus Internal-Eksternal

Secara keseluruhan skala pada masing-masing statement memiliki jumlah persentase tertinggi di skala 3. Hal ini dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi pada kelompok tani memiliki kecenderungan menerapkan sistem budaya organisasi yang berfokus pada lingkungan internal. Kabupaten Tanah Karo,Sumatera Utara dimanfaatkan anggotanya sebagai sarana dan prasarana untuk meningkatkan kemampuan internal anggota dalam menciptakan Kedua tabel yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan budaya organisasi kelompok tani di wilayah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara lebih cenderung berorientasi kontrol dan fokus internal (Tabel 7).

(31)

19 koordinator, monitor, dan organisator, (2) penggerak nilai (value drivers) cenderung pada ketepatan waktu, konsistensi, dan keseragaman, (3) penekanan strategis yang mengarah pada stabilitas dan keseimbangan (Denison dan Spreitzer, 1991; Cameron dan Quinn, 1999).

Tabel 7. Persepsi petani terhadap fokus internal-eksternal

Fokus Internal Persentase Jawaban (%) Fokus Eksternal

1 2 3 4 5 6 7

Organisasi adalah tempat yang sangat pribadi. Ini seperti hubungan keluarga. Anggota satu sama lain berbagi untuk diri mereka.

- 37,8 53,3 8,9 - - -

Organisasi sangat berorientasi hasil. Perhatian utama adalah menyelesaikan tugas. Anggota sangat bersaing dan berorientasi prestasi.

Organisasi mengartikan sukses berdasarkan perkembangan sumber daya manusia, kerja tim, komitmen pekerja, dan perhatian pada anggota.

- 22,2 66,7 6,7 4,4 - -

Organisasi mengartikan sukses berdasarkan kemenangan di pasar dan melebihi kompetisi. Kepemimpinan pasar persaingan adalah kunci.

Pengikat/pengerat yang menghubungi organisasi kami bersama adalah kesetiaan. Komitmen untuk berorganisasi tinggi.

2,2 17,8 42,2 24,4 11,2 2,2 -

Pengikat/pengerat yang menghubungi organisasi kami bersama adalah tekanan dalam pencapaian dan tujuan prestasi. Sikap agresif dan menang adalah hal yang biasa.

Kepemimpinan di dalam organisasi biasanya dipertimbangkan dengan menasehati/mentoring, memfasilitasi, atau mengasuhi.

4,5 44,4 44,4 6,7 - - -

Kepemimpinan di dalam organisasi biasanya dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh, agresif, dan berfokus orientasi hasil.

Gaya manajemen pada organisasi dikarakteristikkan dengan persetujuan khusus/konsensus.

17,8 60 22,2 - - - -

Gaya manajemen pada organisasi dikarakteristikkan dengan

hubungan/persekutuan dan pencapaian di pasar.

Organisasi kelompok tani di Kabupaten Tanah Karo dapat menimbulkan suatu benefit dan keuntungan positif terhadap kinerja dan produktivitas anggotanya. Hal tersebut dilakukan dengan adanya kegiatan mentoring, sharing, dan memfasilitasi anggotanya yang terkait dalam bidang pertanian, tentu saja dalam melaksanakan kegiatan tersebut dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat dimana organisasi kelompok tani tersebut memiliki struktural dan prosedur peraturan serta kebijakan-kebijakan formal yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Dalam menjaga hubungan antar anggotanya, organisasi tersebut mengembangkan suatu kerja tim dan komitmen anggotanya agar mengarah ke suatu kestabilitasan dan keseimbangan dalam hubungan maupun output.

Pengaruh Budaya Organisasi dan Integrasi Rantai Pasok Terhadap Kinerja Petani

(32)

20

Model yang akan diuji terdiri dari dua model yaitu Model Pertama yang menganalisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani dimana varibel budaya organisasi berperan sebagai variabel moderating, lalu pada Model Kedua menganalisis pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok terhadap kinerja petani dimana variabel budaya organisasi dan integrasi rantai pasok berpengaruh langsung terhadap kinerja. Evaluasi kedua model tersebut memerlukan beberapa cara yang bergantung pada model yang telah dibuat sehingga dapat melihat pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogen yang pada akhirnya satu model terbaik yang akan dipilih. Evaluasi dan interpretasi kedua model dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 model yang dipilih yaitu Model pertama, hal ini dipertimbangkan melalui masing-masing kriteria khususnya nilai T-statistik dan R-Square dari model. Pada model pertama, awalnya terdapat satu indikator yang memiliki nilai loading factor < 0,5 yaitu indikator integrasi pemasok yang memiliki nilai loading factor sebesar 0,3712 (dapat dilihat pada Lampiran 2) oleh sebab itu indikator tersebut harus direduksi, setelah mereduksi indikator integrasi pemasok seluruh variabel telah memberikan nilai yang disarankan yaitu > 0,5.

Outer model terpilih dapat dilihat pada Gambar 15. Hal ini menyatakan bahwa seluruh variabel indikator dapat merefleksikan variabel laten yang mana integrasi internal dan integrasi pelanggan dapat merefleksikan variabel laten integrasi rantai pasok dengan baik begitu juga dengan variabel indikator orientasi kontrol-fleksibilitas dan fokus internal-eksternal dapat merefleksikan variabel laten budaya organisasi. Nilai R-Square pada model memiliki nilai sebesar 0,4904, hal tersebut menerangkan bahwa keragaman kinerja yang dapat dijelaskan oleh budaya organisasi dan integrasi rantai pasok adalah sebesar 49,04% sisanya 50,96% oleh variabel lain diluar yang diteliti. Pada gambar terlihat nilai loading factor seluruh variabel indikator sudah berada pada nilai yang disarankan dan dapat merefleksikan variabel laten sehingga dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu bootstrapping secara langsung untuk menghasilkan diagram struktural (inner model).

Hubungan antar variabel laten digambarkan pada model struktural (inner model) dengan metode output bootstrapping melalui pendekatan Smart Partial Least Square (SmartPLS). Pada model struktural dapat diperoleh nilai-nilai pengujian hipotesis seperti standard errors, path coefficients, dan nilai T-statistik. Model struktural tersebut dapat dilihat pada Gambar 16.

(33)

21 Tabel 8. Hasil evaluasi outer model dan inner model dari Model I dan Model II

Kriteria Standar

Penilaian Model Pertama Model Kedua

Loading Factor Nilai loading factor > 0,5

Seluruh variabel telah memiliki loading factor > 0,5 maka seluruh variabel valid.

Seluruh variabel telah memiliki loading factor > 0,5 maka seluruh variabel valid.

Average Variance

Extracted (AVE) Nilai AVE > 0,5

Budaya Organisasi (0,5684) ; Integrasi rantai pasok (0,5860) ; Integrasi rantai pasok*Budaya organisasi (0,5067) ; Kinerja (0,8924), maka seluruh variabel valid.

Budaya organisasi (0,2684) ; Integrasi rantai pasok (0,3364) ; Kinerja (0,6042) , secara keseluruhan variabel valid.

Composite Reliability

Composite reliability > 0,7

Budaya Organisasi (0,7131) ; Integrasi rantai pasok (0,7315) ; Integrasi rantai pasok*Budaya organisasi (0,7732) ; Kinerja (0,9431), maka seluruh variabel reliabel.

Budaya organisasi (0,7671) ; Integrasi rantai pasok (0,7997) ; Kinerja (0,9236) , seluruh variabel reliabel.

Signifikansi Nilai T-statistik > 1,96

Integrasi rantai pasok

→ Kinerja (3,8631) ;

Integrasi rantai pasok*Budaya

organisasi → Kinerja (5,1374)

Budaya organisasi →

Kinerja (3,3032); Integrasi rantai

pasok → Budaya

organisasi (4,6268); Integrasi rantai

pasok → Kinerja

(4,1255)

Keterangan : Nilai yang dicetak tebal adalah nilai terbesar.

(34)

22

Pada hubungan antara budaya organisasi sebagai moderating variable dengan kinerja memiliki hubungan positif dimana nilai original sample (o) sebesar 0,4685. Hal ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja petani dibutuhkan integrasi rantai pasok dan budaya organisasi yang baik sehingga para petani dapat mengembangkan bisnisnya dan meningkatkan produktifitas. Nilai original sample (o) itu sendiri merupakan suatu nilai yang menjelaskan hubungan positif atau negatif antar variabel.

Gambar 16. Inner model terpilih

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai T-statistik, apabila nilai T hitung lebih besar dari T tabel yaitu 1,96 dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai T-statistik pada hubungan antara integrasi rantai pasok dengan kinerja sebesar 3,8631 sehingga integrasi rantai pasok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, semakin tinggi integrasi rantai pasok maka semakin tinggi pula kinerjanya.

2. Nilai T-statistik pada hubungan antara budaya organisasi sebagai moderating variable dengan kinerja sebesar 5,1374 sehingga kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan, hubungan antara integrasi rantai pasok dengan kinerja akan semakin kuat dan baik apabila peranan budaya organisasi berjalan dengan baik.

(35)

23 Pada penelitian ini, para anggota kelompok tani belum maksimal dalam menciptakan suatu budaya organisasi yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh sikap dan perilaku para anggota kelompok tani dalam berorganisasi tidak optimal sehingga terciptanya budaya yang kurang baik. Pada akhirnya hal ini memberikan dampak negatif terhadap produktifitas dan kinerja petani dalam integrasi rantai pasok sayuran dataran tinggi Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara.

Implikasi Manajerial

(36)

24

Tabel 9. Implikasi Manajerial

Stakeholders Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

Petani/Pelaku

1.1 Mengikuti program pelatihan formal

2.1. Mempelajari dan merancang struktur pasar yang strategis, serta meningkatkan kualitas produk dan layanan.

1.1.1. Menjaga dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, menjalin hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, petani memotivasi diri untuk maju dan

berkembang.

2.1.1. Menjaga hubungan yang baik dengan

stakeholders seperti

customer dan supplier, up to date dengan informasi pasar terutama mengenai harga produk di pasar, penggunaan sumber daya yang berkualitas dan efisien, serta pengolahan produk yang baik.

Kelompok Tani

1. Penciptaan leadership skill yang prima.

2. Peningkatan loyalitas dan komitmen anggota kelompok tani.

3. Penciptaan dan penerapan budaya organisasi yang baik.

1.1.Menerapkan

leadership yang prima melalui dan kebijakan yang efektif dan efisien.

3.1. Menciptakan budaya organisasi yang baik dengan penyeragaman kebutuhan dan keinginan para anggota dengan

1.1.1. Menjaga dan menanamkan sikap, perilaku, dan etika anggota kelompok tani yang baik dalam berorganisasi

2.1.1. Mematuhi dan menghargai prosedur aturan dan kebijakan yang telah disepakati bersama.

(37)

25 Tabel 9 (Lanjutan)

Pemerintah 1. Pengalokasian dana subsidi dan bantuan di bidang 3.1. Mengabdi dan

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat, menumbuhkan kesadaran, komitmen, dan loyalitas yang tinggi di dalam kelembagaan fasilitas yang baik dan adil kepada masyarakat. benar dan optimal. 3.1.1. Menjaga stabilitas

hubungan antar

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah budaya organisasi di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara memiliki tipe Hirarki yang berorientasi kontrol dan fokus pada lingkungan internal organisasi.

Kinerja petani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relatif stabil. Kinerja petani terdiri dari dua jenis yaitu kinerja operasional dan kinerja bisnis, dimana peran budaya organisasi dan integrasi rantai pasok dapat mempengaruhi kinerja petani.

Integrasi rantai pasok yang dilakukan petani tidak selalu dilakukan yang meliputi integrasi internal, integrasi pelanggan, dan integrasi pemasok. Petani memiliki pelanggan yang terdiri dari masyarakat dan pedagang pengumpul dimana produk tersebut akan didistribusikan ke pedagang pasar induk Kecamatan Berastagi dan perusahaan eksportir. Petani memiliki pemasok yang menyediakan sarana dan prasarana pertanian sehingga terdapat stabilitas hubungan antara petani dan pemasok.

(38)

26

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan kepada para petani di daerah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara adalah: 1. Para petani berpartisipasi secara aktif ke dalam kegiatan-kegiatan kelompok

tani yang dapat menunjang kemampuan internal dan motivasi diri petani. 2. Organisasi kelompok tani lebih tegas dan bijak dalam membuat peraturan

yang dapat ditaati oleh para anggota kelompok tani.

3. Para petani meningkatkan kinerjanya dengan menjaga stabilitas integrasi rantai pasok yang meliputi integrasi internal, integrasi pelanggan, dan integrasi pemasok.

4. Para petani, kelompok tani, dan pemerintah di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara melakukan suatu tindakan korektif berupa tindakan-tindakan yang tertera pada implikasi manajerial.

DAFTAR PUSTAKA

Cameron KS, Quinn RE. 1999. Diagnosing and Changing Organizational Culture The Competing Values Framework. New Jersey (NJ) : Upper Saddle River. Denison, D. R., & Spreitzer, G. M. (1991). Organizational Culture and

Organizational Development: A Competing Values Approach. Research in Organizational Change and Development 5 : 1-21.

Flynn BB, Huo B, Zhao X.2010. The Impact of Supply Chain Integration on Performance: A Contingency and Configuration Approach. Journal of Operations Management 28:58-71.

Kementerian BUMN. 2012. Ekspor Sayur Mayur Meningkat Tajam Melalui (BICT) [internet]. [diakses 2013 Nov 2]. Tersedia pada :

http://www.bumn.go.id/pelindo1/publikasi/berita/ekspor-sayur-mayur-sumut-meningkat-tajam-melalui-bict/

Khoirusmadi AS. 2011. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Pekalongan) [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro.

Kusnedi MS. 2008. Model-model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sample dengan LISREL. Bandung : CV ALFABETA.

McDermott CM, Stock GN.1999. Organizational Culture and Advanced Manufacturing Technology Implementation. Journal of Operations Management 17:521-533.

Mitra S, Singhal V.2008. Supply Chain Integration and Shareholder Value: Evidence from Consortium Based Industry Exchanges. Journal of Operations Management 26:96-114.

Pemerintah Daerah Kabupaten Karo Sumatera Utara. 2012. Gambaran Umum [internet]. [diakses 2013 November 2].Tersedia pada:

(39)

27 Schein EH. 1992. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey

Bass.

Soedjono.2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 7:22-47.

Stephens PR. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta (ID) : Prenhallindo.

Sugiharto H. 2013. Analisis Statistika II [internet]. [diakses 2013 Des 3]. Tersedia pada http://hendrosugiharto.blogspot.com/2013/02/analisis-statistika-ii.html Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kelima Belas. Bandung

(ID): CV. ALFABETA

Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Cetakan Pertama. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia.

Syahputra R. 2012. Pengertian Variabel, Jenis-jenis Variabel [internet]. [diakses

2014 April 21]. Tersedia pada

(40)

28

Lampiran 1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

INTEGRASI RANTAI PASOK UJI VALIDITAS

Total Pearson

Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan

X11 0.199 0.190 Tidak Valid

X12 0.154 0.311 Tidak Valid

X13 0.556 0.000 Valid

X14 0.471 0.001 Valid

X15 0.552 0.000 Valid

X21 -0.068 0.658 Tidak Valid

X22 0.202 0.183 Tidak Valid

X23 0.625 0.000 Valid

X24 0.488 0.001 Valid

X25 0.371 0.012 Valid

X31 0.484 0.001 Valid

X32 0.659 0.000 Valid

Keterangan : Valid ketika nilai Sig. (2-tailed) < alpha 0.05

Hasil yang terlihat di atas menunjukkan bahwa pertanyaan X11, X12, X21, dan X22 tidak valid, sehingga perlu dihilangkan agar dapat dilakukan tahapan analisis selanjutnya.

UJI RELIABILITAS

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.692 9

(41)

29

BUDAYA ORGANISASI UJI VALIDITAS

Total Pearson

Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan

X41 0.718 0.000 Valid

X42 0.597 0.000 Valid

X43 0.357 0.016 Valid

X44 0.547 0.000 Valid

X45 0.468 0.001 Valid

X51 0.334 0.025 Valid

X52 0.420 0.004 Valid

X53 0.508 0.000 Valid

X54 0.515 0.000 Valid

X55 0.596 0.000 Valid

Keterangan : Valid ketika nilai Sig. (2-tailed) < alpha 0.05

Hasil yang terlihat di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan valid.

UJI RELIABILITAS Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.679 10

(42)

30

KINERJA

UJI VALIDITAS

Total Pearson

Correlation Sig. (2-tailed)

Keterang an

Y11 0.721 0.000 Valid

Y12 0.672 0.000 Valid

Y13 0.836 0.000 Valid

Y14 0.698 0.000 Valid

Y15 0.659 0.000 Valid

Y16 0.907 0.000 Valid

Y21 0.836 0.000 Valid

Y22 0.838 0.000 Valid

UJI RELIABILITAS Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.899 8

Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Terlihat bahwa hasil reliabilitas menunjukkan nilai 0,899 artinya data sudah reliable.

Lampiran 2 Hasil Olahan Data SPLS

Hasil Olahan Data pada Model Model Pertama

Evaluasi Measurement (Outer) Model

Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai |loading factor| di atas 0,5 terhadap konstruk yang dituju. Output SmartPLS untuk loading factor memberikan hasil sebagai berikut:

Indikator Loading factor

Fokus Internal-Eksternal 0,5515 Orientasi

Kontrol-Fleksibilitas

0,9122

Integrasi Internal 0,8901

Integrasi Pelanggan 0,6035

Integrasi Pemasok 0,3712

Kinerja Bisnis 0,9226

(43)

31

Nilai loading factor pada Integrasi Pemasok < 0,5 oleh karena itu perlu direduksi/dihilangkan terlebih dahulu, berikut hasil setelah menghilangkan indikator Integrasi Pemasok.

Indikator Loading factor

Fokus Internal-Eksternal 0,5541 Orientasi

Kontrol-Fleksibilitas

0,9109

Integrasi Internal 0,8994

Integrasi Pelanggan 0,6026

Kinerja Bisnis 0,9262

Kinerja Operasional 0,9628

Variabel AVE

Budaya Organisasi 0,5684 Integrasi Rantai

Pasok 0,5860

Integrasi Rantai Pasok * Budaya

Organisasi

0,5067

(44)

32

Composite Reliability

Budaya Organisasi 0,7131

Integrasi Rantai Pasok 0,7315

Integrasi Rantai Pasok * Budaya Organisasi

0,7732

Kinerja 0,9431

Pengujian Model Struktural (Inner Model)

R Square

Kinerja

0,4904

Keragaman Kinerja yang dapat dijelaskan oleh Integrasi Rantai Pasok dan Budaya Organisasi adalah sebesar 49.04% sisanya 50.96% dijelaskan oleh variable lain diluar yang diteliti.

Pengujian Hipotesis

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

Standard Error (STERR)

T Statistics (|O/STERR|) Integrasi Rantai

Pasok -> Kinerja 0,3039 0,3170 0,0787 0,0787 3,8631

Integrasi Rantai Pasok * Budaya Organisasi -> Kinerja

0,4685 0,4607 0,0912 0,0912 5,1374

T-Statistics

 Besarnya koefisien parameter 0.3039 yang berarti terdapat pengaruh positif Integrasi Rantai Pasok terhadap Kinerja. Semakin tinggi Integrasi Rantai Pasok maka semakin tinggi Kinerja dengan nilai t statistic 3.8631 signifikan karena lebih besar dari t table 1.96.

(45)

33

OUTPUT BOOTSTRAPPING

Model Kedua

A. Evaluasi Measurement (Outer) Model

Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai |loading factor| di atas 0,5 terhadap konstruk yang dituju. Output SmartPLS untuk loading factor memberikan hasil sebagai berikut:

(46)

34

Tabel di atas menunjukkan bahwa loading factor belum semua memberikan nilai di atas nilai yang disarankan yaitu sebesar 0,5, maka nilai loading factor yang berada di bawah 0.5 harus dihilangkan.

(47)
(48)

36

AVE

Budaya Organisasi 0,2684 Fokus Internal 0,6805 Integrasi Pelanggan 0,9787 Integrasi Pemasok 0,7358 Integrasi Rantai Pasok 0,3369 Integrasi internal 0,7367

Kinerja 0,6042

(49)

37

Composite Reliability

Budaya Organisasi

0,7671

Fokus Internal

0,8647

Integrasi Pelanggan

0,9892

Integrasi Pemasok

0,8477

Integrasi Rantai Pasok

0,7997

Integrasi internal

0,8928

Kinerja

0,9236

Kinerja Bisnis

0,9143

Kinerja operasional

0,9004

Orientasi Kontrol

0,8237

Pengujian Model Struktural (Inner Model)

R Square

Budaya Organisasi

0,3522 Fokus Internal

0,4222 Integrasi Pelanggan

0,5612 Integrasi Pemasok

0,4104 Integrasi internal

0,5548

Kinerja

0,3735 Kinerja Bisnis

0,8039 Kinerja operasional

0,9640 Orientasi Kontrol

(50)

38

 Variabilitas Budaya Organisasi yang dapat dijelaskan oleh variabilitas Integrasi Rantai Pasok adalah sebesar 35.22% sisanya 64.78% dijelaskan oleh variable lain diluar yang diteliti.

 Variabilitas Kinerja yang dapat dijelaskan oleh variabilitas Integrasi Rantai Pasok dan Budaya Organisasi adalah sebesar 37.35% sisanya 62.65% dijelaskan oleh variable lain diluar yang diteliti.

Pengujian Hipotesis

-> Fokus Internal

0, -> Orientasi Kontrol

0, Pasok -> Budaya

Organisasi Pasok -> Integrasi

Pelanggan Pasok -> Integrasi

Pemasok Pasok -> Integrasi

internal

Pasok -> Kinerja

0,

Kinerja -> Kinerja Bisnis Kinerja -> Kinerja

operasional

 Besarnya koefisien parameter -0.5935 yang berarti terdapat pengaruh negatif Integrasi Rantai Pasok terhadap Budaya Organisasi. Semakin tinggi Integrasi Rantai Pasok maka semakin rendah Budaya Organisasi dengan nilai t statistic 4.6286 signifikan karena lebih besar dari t table 1.96.

(51)

39 Rantai Pasok maka semakin tinggi Kinerja dengan nilai t statistic 4.1255 signifikan karena lebih besar dari t table 1.96.

 Besarnya koefisien parameter -0.3007 yang berarti terdapat pengaruh negatif Budaya Organisasi terhadap Kinerja. Semakin Budaya Organisasi maka semakin rendah Kinerja dengan nilai t statistic 3.3032 signifikan karena lebih besar dari t table 1.96.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2  Model pertama pengaruh budaya organisasi dan integrasi rantai
Gambar 5. Jumlah Petani berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 7. Jumlah Petani berdasarkan Daerah Asal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan antara negara federasi dengan negara kesatuan dapat dijelaskan sebagai berikut. Negara-negara bagian suatu federasi memiliki wewenang untuk membentuk undang-undang

Peneliti menyimpulkan bahwa sesuai perkembangan yang terlihat sampai saat ini pengetahuan nasabah terhadap akad perbankan syariah sudah cukup baik dilihat dari

Kebijakan blokade tersebut merupakan salah satu bentuk nyata dari gejolak perpolitikan yang kerap kali terjadi di Timur Tengah, Abdullah Baabood, seorang guru

Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian harta calon Suami Kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah.. Sebagaimana dijelaskan di atas, Desa Paka’an Dajah

4.2 Hasil Uji Struktur Mikro Dalam pengujian struktur mikro ada 14 contoh benda uji, benda uji tersebut adalah baut baja karbon rendah yang sebelumnya telah dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa LKS Berorientasi Learning Cycle 5E pada Materi Sistem Peredaran Darah untuk Melatih Keterampilan

Skripsi dengan judul ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BASIS DATA PEREKRUTAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA RUMAH SAKIT TRIA DIPA disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan