• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI USU TERHADAP

DAMPAK MEROKOK PADA

JARINGAN LUNAK MULUT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

KHAIRULLAH NIM: 100600030

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2015

Khairullah

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut.

xi + 48 halaman

(3)

responden (60%) mengetahui penyakit rongga mulut yang terjadi akibat kebiasaan merokok, lalu sebanyak 58 responden (72,5%) mengetahui gambaran klinis smoker’s melanosis, 67 responden (83,8%) mengetahui gambaran klinis stomatitis nikotina dan 60 responden (75%) mengetahui kandungan yang tidak termasuk racun utama pada rokok. Persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar 51,2% tergolong dalam kategori pengetahuan baik, 41,2% tergolong dalam kategori pengetahuan cukup dan 7,5% berada dalam kategori kurang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebagian besar berada dalam kategori baik.

(4)
(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 September 2015

Pembimbing: Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 21 September 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta Ayah Juhardi dan Mama Siti Aisyah Rangkuti yang telah mencurahkan kasih sayang dalam mengasuh, mendoakan, dan memenuhi segala kebutuhan penulis selama ini, kepada kakak dan adikku tersayang Novia Erlita Sari, SH dan Khairunnisa Gissela serta keluarga besar atas semua motivasi, semangat, dan kritikan yang diberikan.

2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

5. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

(8)

7. Mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Kepada semua sahabat terbaik saya Nandra, Afla, Ojan, Stefani, Tommy, Vicky, Martini, Azrai, Fajri, Ridho, Nunuk, Ariyani, Dendy dan Ecyn yang telah meluangkan waktu, pikiran, masukan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang telah menghabiskan waktu bersama dalam menggapai cita-cita serta memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKG USU.

Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya pada kita semua.

Medan, 21 September 2015

Penulis

(Khairullah)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI...

2.1.2 Pengukuran Pengetahuan ... 6

2.2 Merokok ... 7

2.2.1 Sejarah Rokok ... 8

2.2.2 Kandungan dan Efek Samping... 8

2.2.3 Jenis Rokok………... 11

2.3 Dampak Merokok pada Rongga Mulut... 11

(10)

2.3.2 Stomatitis Nikotina ... 13

2.3.3 Leukoplakia... 14

2.3.4 Kanker Mulut.. ... 15

2.4 Kerangka Teori ... 17

2.5 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.3.1 Populasi ... 19

3.3.2 Sampel... 19

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 20

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 20

3.4.2 Kriteria Eksklusi... 20

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 20

3.5.1 Variabel Penelitian ... 20

3.5.1.1 Variabel Bebas ... 20

3.5.1.2 Variabel Terikat ... 21

3.5.2 Definisi Operasional ... 21

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi dan Frekuensi Data Demografi Responden………… 25 2. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang

Informasi Dampak Merokok………... 26 3. Distribusi dan Frekuensi tentang Sumber Mendapatkan

Informasi………... 26

4. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang

Dampak Merokok pada Kesehatan Sistemik………... 27 5. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit

Sistemik Akibat Kebiasaan Merokok……… 27 6. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan tentang Dampak Merokok

pada Kesehatan Rongga Mulut……… 28 7. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang

Penyakit Rongga Mulut Akibat Kebiasaan Merokok………….. 29 8. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Zat

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Smoker’s melanosis ... 13

2. Stomatitis nikotina ... 14

3. Leukoplakia ... 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent) 3. Kuisioner

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik secara langsung maupun menggunakan pipa. Pada saat ini, merokok sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia yang bersifat kesenangan dari beberapa tuntutan dasar kebutuhan hidup seperti pangan, sandang, dan papan.1

Permasalahan merokok di Indonesia perlu mendapat perhatian, dimana Indonesia merupakan negara pengonsumsi rokok urutan ketiga terbanyak di dunia. Enam puluh lima juta perokok atau 28 persen dari penduduk Indonesia mengonsumsi sekitar 225 miliar batang rokok pertahun. Data laporan WHO untuk Indonesia menyebutkan bahwa 24,1 persen pria dan 4 persen wanita mengonsumsi rokok pada usia anak-anak dan remaja. Ini merupakan angka yang cukup tinggi untuk pengonsumsi rokok usia muda.2 Bahkan jumlah konsumsi rokok di Indonesia adalah tertinggi di Asia Tenggara.3

Hasil riset kesehatan dasar (Riskerdas) tahun 2007 menunjukan bahwa usia pertama kali menjadi pecandu rokok yaitu usia 10-14 tahun sebanyak 9,6 persen, 15-19 tahun sebanyak 36,3 persen, 20-24 tahun sebanyak 16,3 persen, 25-29 tahun sebanyak 4,4 persen dan ≥ 30 tahun sebanyak 3,2 persen. Riset ini dilakukan di 33 provinsi dan secara nasional persentase usia mulai merokok tiap hari adalah usia 15-19 tahun sebanyak 36,3 persen. Menurut Setyoadi (2011) Indonesia memiliki jumlah perokok remaja terbanyak di dunia, sekitar 80 persen perokok di Indonesia memulai kebiasaan merokok sebelum umur 19 tahun.4

(15)

cacat pada janin.5,6 Kebiasaan merokok juga berdampak pada rusaknya kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan pada masa yang akan datang.6

Penelitian Loren (2009) mengenai pengetahuan mahasiswa terhadap dampak merokok menunjukkan bahwa dari 306 mahasiswa kedokteran USU, sebanyak 267 responden (87,3%) berada pada kategori sedang, sedangkan pada kategori baik sebanyak 22 responden (7,2%) dan pada kategori kurang ditemukan sebanyak 17 responden (5,6%). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran pun tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap dampak merokok bagi kesehatan. Mahasiswa kedokteran yang sudah mendapatkan pelajaran mengenai penyakit akibat merokok seharusnya sudah lebih tahu dan paham karena nantinya harus dapat mengedukasi pasien mereka yang merokok.7

Meskipun pesan singkat pada kotak rokok telah mengingatkan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung serta gangguan kehamilan dan janin, namun masyarakat seolah tidak peduli dengan pesan tersebut. Ini dibuktikan pada tahun 2004-2008 pertumbuhan rokok di Indonesia meningkat pesat dari 194 miliar pada tahun 2004 menjadi 230 miliar batang pada tahun 2008 atau meningkat sekitar 18,6 persen dalam kurun waktu 5 tahun.2

Berdasarkan penelitian, perokok pada usia remaja jenis kelamin laki-laki pada tahun 1995 hanya 13,7 persen dan meningkat menjadi 37,3 persen pada tahun 2007. Perokok wanita usia anak-anak dan remaja juga meningkat jumlahnya sekitar 1,6 persen pada tahun 2007 yang sebelumnya hanya 0,3 persen pada tahun 1995.4 Hal ini menjadi ancaman serius untuk anak-anak dan remaja Indonesia karena mereka akan mengalami penyakit akibat rokok pada umur produktif.8

Menurut Rosita (2012) persentase mahasiswa perokok adalah 63 orang (64,9 persen) dan yang tidak merokok adalah 34 orang (35,1 persen) dalam penelitian yang dilakukan pada 97 mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas ilmu kesehatan sekalipun memiliki angka yang cukup tinggi dalam konsumsi rokok.9

(16)

dampak merokok pada jaringan lunak mulut. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran gigi mengenai dampak merokok pada jaringan lunak mulut.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang dampak merokok terhadap rongga mulut.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan agar mahasiswa kepaniteraan klinik dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam mensosialisasi dan mengedukasi mengenai dampak merokok pada rongga mulut.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan yang keliru.10

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Salah satu tingkat pengetahuan adalah tingkat kognitif. Tingkat kognitif merupakan tingkat pengetahuan yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar. Pengetahuan di dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu:10

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) seluruh materi yang telah dipelajari atau telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyarankan dan sebagainya.10,11

2. Paham (comprehension)

(18)

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi realita (sebenarnya). Sebagai contoh kemampuan aplikasi adalah seseorang yang berhenti merokok karena sudah mengetahui akan bahaya merokok pada kesehatan.10,11

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk mempertahankan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari kata kerja seperti, menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.10,11

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada kemampuan meningkatkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.10,11

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.10,11

2.1.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan mengungkap akan hal yang diketahuinya dalam bentuk jawaban baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:10

(19)

Penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif. Cara menilainya tentu akan berbeda-beda.10

b) Pertanyaan Objektif

Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut pertanyaan objektif. Pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas.10

Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Wawan (2011), dibagi dalam tiga kategori, yaitu:10

a) Baik: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100 persen dari seluruh pertanyaan.

b) Cukup: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75 persen dari seluruh pertanyaan.

c) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-55 persen dari seluruh pertanyaan.

2.2 Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir. Asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen, yaitu komponen yang cepat menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Asap rokok yang diisap dapat berupa gas sebanyak 85% dan sisanya berupa partikel.1 Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina Tobacum, Nicotina Rustica dan spesies lainnya atau sintetis yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.6

(20)

Tembakau memiliki sejarah yang panjang di Amerika. Suku Maya Indian Meksiko pernah membuat gambar pada batu yang menunjukkan penggunaan tembakau. Gambar ini diperkirakan dibuat pada tahun 600 - 900 Masehi. Tembakau pada mulanya ditanam oleh suku Indian Amerika sebelum bangsa Eropa yang berasal dari Inggris, Spanyol, Perancis dan Italia datang ke Amerika Utara. Penduduk asli Amerika menghisap tembakau melalui pipa dan hanya pada saat ritual adat ataupun untuk keperluan medis tertentu.12

Christopher Columbus yang menjelajahi Amerika membawa daun dan biji tembakau saat kembali ke Eropa, tetapi sebagian besar orang Eropa tidak dapat menikmati tembakau sampai pada pertengahan abad ke-16 ketika penjelajah sekaligus diplomat asal Perancis yang bernama Jean Nicot mulai mempopulerkannya. Kata

“nicotin” juga berasal dari namanya. Tembakau pertama kali diperkenalkan di

Perancis pada tahun 1556, Portugal pada tahun 1558, Spanyol pada tahun 1559, dan Inggris pada tahun 1565.13

Pada tahun 1800-an, banyak orang mulai menggunakan sejumlah kecil tembakau. Pada sebagian orang menggunakan tembakau dengan mengunyahnya, sedangkan yang lainnya merokok sesekali dalam pipa, atau mereka melinting rokok atau cerutu. Pada 1865, rokok pertama kali diproduksi dan dipasarkan oleh Washington Duke. Pada 1881 James Bonsack menemukan mesin pembuat rokok, sehingga rokok bisa dipasarkan secara luas.13

2.2.2 Kandungan dan Efek samping

(21)

karsinogenik polisiklik dan hidrokarbon aromatik yang berasal dari pemrosesan tembakau, elemen radioaktif yang diabsorbsi dari udara dan tanah, serta logam-logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar.Pada waktu rokok dibakar (berarti tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan tembakau lainnya ikut dibakar) maka akan terbentuk bahan kimia dari hasil pembakaran berikut hasil reaksinya.1,14,15

Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut maintream smoke.1 Terdiri dari 4000 jenis bahan kimia. Asap rokok dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamine dan N Nitrosonornikotin, polisiklik hidrokarbon, logam berat, dan karsinogenik amin. Fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbonmonoksida, benzen, amonia, formaldehid, hidrosianida, dan lain-lain.16

Asap rokok terbentuk pada ujung rokok terbakar serta asap rokok dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke.1 Pada sidestream smoke dijumpai bahan kimia bersifat karsinogenik berupa N notrosodimetilamin dan N nitrosodietilamin serta beberapa jenis logam berat. Bahkan ada lebih banyak bahan karsinogenik yang dijumpai pada sidestream smoke.16

1. Nikotin

Nikotin merupakan senyawa kimia organik alkaloid dalam tumbuh-tumbuhan. Kadar nikotin dalam tembakau kering berkisar antara 2-8%, umumnya terikat dengan asam sitrat dan malat. Sebatang rokok biasanya mengandung 8-20 mg nikotin. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan bersifat stimulan terhadap tubuh manusia.17 Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf, serta menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonsriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan merokok.15,18

(22)

Tar adalah hidrokarbon aromtik polisiklik yang bersifat karsinogen dalam tubuh dimana tar ini dapat memicu kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lain yang dibakar. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Selain itu, juga dijumpai N nitrosamin nikotin di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru.19,20

Berdasarkan jumlahnya dalam sebatang rokok, kadar tar terbagi atas tiga:21

High-Tar yaitu rokok yang mengandung sedikitnya 22 mg tar.

Medium-Tar yaitu rokok yang mengandung 15-21mg tar.

Low-Tar yaitu rokok yang mengandung 7 mg tar atau kurang dari itu. 3. Karbon monoksida

Karbon Monoksida adalah gas bersifat toksis yang memiliki afinitas lebih tinggi dengan hemoglobin dibandingkan dengan oksigen terhadap hemoglobin. Jenis gas CO ini tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Rokok mengandung 2-6 persen gas CO pada saat merokok, sedangkan gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah adalah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16 persen. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1 persen pada bukan perokok. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan terjadi polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat. Kandungan kadar karbon monoksida di dalam rokok kretek lebih rendah daripada kandungan karbon monoksida di dalam rokok putih.19,20

4. Timah hitam (Pb)

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Satu batang rokok yang dihisap mengandung 0,5 mikrogram timah hitam.22 Dampak dari Pb sendiri sangat berbahaya bagi manusia diantaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak.20

(23)

Eugenol hanya dijumpai pada rokok kretek. Eugenol merupakan cairan kuning pucat yang diekstraksi dari cengkeh atau di dalam minyak cengkeh.22 Eugenol mempunyai efek psikotropik yang dapat memperkuat efek adiksi dari merokok. Eugenol dan derivatnya memberikan efek terapi sebagai anti inflamasi dengan menghambat sintesa prostaglandin, antibakteri, dan topikal anastesi. Eugenol bersifat hepatotoksik. Eugenol menyebabkan gangguan yang disebabkan oleh darah

seperti1,20

2.2.3 Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunan filter pada rokok.1

a. Berdasarkan bahan pembungkus

Rokok terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren, sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas, cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.1

b. Berdasarkan bahan baku atau isi rokok

Rokok terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan bakunya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu. Selain itu juga terdapat rokok jenis klembak yaitu rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.1

c. Berdasarkan proses pembuatannya

Rokok terdiri dari sigaret kretek tangan yaitu rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sigaret kretek mesin yaitu rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.1

(24)

Rokok terdiri dari rokok filter yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.1

2.3 Dampak Merokok pada Rongga Mulut

Rongga mulut adalah bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok yang utama. Sejak beberapa tahun terakhir, pada bungkusan rokok selalu disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.1,5,6 Dampak merokok pada rongga mulut dapat menimbulkan smoker’s melanosis, stomatitis nikotina, kanker mulut, leukoplakia, fibrosis submukosa, dan hairy tongue.17

2.3.1 Smoker’s Melanosis

Smoker’s melanosis merupakan melanosis rongga mulut yang terjadi akibat pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pada lapisan epitel mukosa mulut. Melanosis rongga mulut adalah suatu kelainan yang bersifat reversibel, dapat hilang apabila kebiasaan merokok dihentikan. Smoker’s melanosis dapat terjadi baik pada golongan etnis kulit hitam maupun kulit putih, dimana Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada Ras Kaukasian yang menunjukkan prevalensi 31% pada gingiva cekat.15,23

(25)

merokok dan cara seseorang menghisap rokok). Pigmentasi gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau.1,15,24

Para peneliti menemukan bahwa pigmentasi melanin diakumulasi oleh macam-macam zat seperti nikotin (bahan campuran polyacylic) yang terkandung dalam sebatang rokok. Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan menstimulasi melanosit secara langsung untuk meproduksi melanosom dimana akan menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin dengan jumlah melanin.1,18

Gambaran klinis yang terlihat pada smoker’s melanosis menunjukkan bercak coklat difus dengan ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi. Perokok pipa akan menunjukkan pigmentasi pada mukosa bukal. Pada perokok yang merokok dengan cara

ditempatkan pada rongga mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum keras. Kelainan ini tidak mempunyai simtom, perubahan yang terjadi tidak menunjukkan keadaan prekanker.17

Gambar 1. Smoker’s melanosis24

2.3.2 Stomatitis Nikotina

Stomatitis nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut sebagai akibat kebiasaan penggunaan tembakau dalam jumlah besar dan waktu yang lama. Prevalensi stomatitis nikotina sangat tinggi pada golongan perokok pipa dan reverse smokers.17,25

(26)

tembakau pada ujung rokok adalah 650ºC (470º-812ºC). Pada ujung penapis rokok, temperatur inti batang rokok mencapai 824º-897ºC.19 Pada waktu inhalasi, asap rokok yang memasuki ke dalam rongga mulut mencapai 190ºC.20 Temperatur asap yang tinggi berkontak langsung dengan mukosa palatal dan dapat mengakibatkan iritasi. Hal ini menyebabkan terjadinya inflamasi pada orifis kelenjar saliva minor pada palatum keras.17,25

Stomatitis nikotina diawali dengan gejala kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan, terlihat papula keratorik khas dengan bagian tengah yang merah cekung dan inflamasi berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur minor yang melebar.17 Kelainan ini sering terjadi pada palatum keras. Asap rokok yang bersifat mengiritasi akan berkontak langsung pada mukosa palatum terutama pada daerah 2/3 posterior palatum keras. Menurut penelitian Reddy dan Ramulu,

perubahan pada jaringan hanya terjadi pada daerah 2/3 posterior palatum keras. Stomatitis nikotina tidak ditemui pada 1/3 anterior palatum keras dan palatum lunak. Hal ini disebabkan karena distribusi kelenjar saliva minor pada 1/3 palatum lunak yang rendah.25,26

Gambar 2. Stomatitis nikotina26

2.3.3 Leukoplakia

(27)

penyakit ini lebih tinggi pada pasien yang memiliki kebiasaan meminum minuman beralkohol dan merokok.27,28

Hubungan antara merokok dan leukoplakia tidak diketahui dengan pasti. Pada kasus tertentu, leukoplakia dapat berawal dari stomatitis nikotina. Stomatitis nikotina tidak memiliki potensi untuk menjadi maligna namun paparan berulang dalam jangka waktu yang lama terhadap zat karsinogen didalam rokok dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mukosa oral tersebut. Pada tahap ini, lesi tersebut dapat dikatakan sebagai leukoplakia.16,27

Gambaran klinis leukoplakia terbagi atas lesi homogen dan non-homogen. Lesi homogen leukoplakia memiliki karakteristik klinis plak berwarna putih dengan bentuk yang identik pada keseluruhan lesi. Tekstur permukaannya bervariasi, dari permukaan tipis yang luas hingga kasar seperti kulit dengan permukaan berfisur yang sering disebut “cracked mud”.27

Lesi non-homogen leukoplakia memiliki karakteristik klinis seperti plak berwarna putih yang bercampur dengan jaringan berwarna merah. Berdasarkan kombinasi dari lesi putih dan area yang berwarna merah, lesi ini sering disebut eritroplakia dan speckled leukoplakia.27,29

Gambar 3. Leukoplakia27

2.3.4 Kanker Mulut

(28)

sering pada pria dan peringkat 15 pada wanita.29 Sementara itu, kanker mulut menempati urutan ke 11 dunia dengan tingkat insiden tinggi terjadi di India, Australia, Prancis, Brazil dan Afrika Selatan.28 Sekitar 94 persen dari total kanker mulut ganas merupakan karsinoma sel skuamosa.30

Tembakau mengandung zat yang bersifat karsionogen seperti nitrosamin,

polycyclic aromatic hydrokarbon, nitrosodictcalonamin, nitrosocroline dan

polonium.1 Patogenesis molekuler karsinoma sel skuamosa mencerminkan akumulasi perubahan genetik yang terjadi selama periode yang lama. Perubahan ini terjadi pada gen yang mengode protein yang mengendalikan siklus sel, keselamatan sel, motilitas sel dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik memberikan keuntungan pertumbuhan yang selektif, membiarkan perluasan klonal sel mutan dengan peningkatan potensi malignansi.29,30 Gen utama yang terlibat pada karsinoma skamus sel meliputi proto-onkogen dan gen supresor tumor (tumor suppresor genes/TSG). Faktor lain yang memainkan peranan pada perkembangan penyakit meliputi kehilangan alel pada rasio lain kromosom, mutasi pada proto-onkogen dan TSG, atau perubahan epigenetik seperti metilasi atau histonin diasetilasi DNA. Faktor pertumbuhan sitokin, angiogenesis, molekul adesi sel, fungsi imun, dan regulasi homeostatik pada sel-sel normal yang mengelilingi juga memainkan peranan.28,31 Gambaran klinis yang terlihat adalah benjolan yang membesar secara lambat dengan ulserasi kemerahan, mudah berdarah dan pinggiran yang keras.29,30

(29)

2.4 Kerangka Teori

Merokok

Dampak merokok pada jaringan

lunak mulut

1. Smoker’s Melanosis

2. Stomatitis nikotina 3. Leukoplakia 4. Kanker mulut

Pengetahuan Tahu

Paham

Aplikasi

(30)

2.5 Kerangka Konsep

Mahasiswa

(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap dampak merokok pada rongga mulut, dengan cara mengajukan pertanyaan melalui kuesioner. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap subjek penelitian.32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) USU Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Padang Bulan Medan. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) USU merupakan tempat mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU menjalani kepaniteraan klinik sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU. Menurut data sekunder dari FKG USU, jumlah mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU adalah 404 orang.

3.3.2 Sampel

(32)

pengambilan sampel dimana tiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena rumus ini sesuai untuk penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional:32

Keterangan: n : jumlah sampel

N : jumlah seluruh anggota populasi e : error tolerance (10%)

Kemudian dilakukan perhitungan besar sampel sebagai berikut:

n = 404 (1 + 404. (0,10)2)

= 404

(1+ 404.0,01) = 80,1

Maka jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 80 orang diambil secara acak.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU

3.4.2 Kriteria Eksklusi

(33)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian 3.5.1.1Variabel bebas

- Mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU

3.5.1.2Variabel terikat

- Pengetahuan dampak merokok

3.5.2 Definisi Operasional

1. Mahasiswa kepaniteraan klinik adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi USU yang telah lulus dari pendidikan S1 dan sedang menjalani kepaniteraan klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut USU.

Cara ukur : Tanya jawab/ wawancara Alat ukur: Kuesioner penelitian Hasil ukur: Ordinal

2. Pengetahuan: Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan mengungkap akan hal yang diketahuinya dalam bentuk jawaban baik lisan maupun tulisan. Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Wawan (2011), dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

a) Baik: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100 persen dari seluruh pertanyaan.

b) Cukup: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75 persen dari seluruh pertanyaan.

c) Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-55 persen dari seluruh pertanyaan.10

(34)

Alat ukur: Kuisioner penelitian

Hasil ukur: 1) Baik, bila jawaban responden 9-11 dengan benar dari total pertanyaan

2) Cukup, bila jawaban responden 6-8 dengan benar dari total pertanyaan

3) Kurang, bila jawaban responden lebih kecil atau sama dengan 5 dari total pertanyaan

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi subjek penelitian sebanyak 80 orang. Pengambilan data dilakukan mulai dari pukul 08.00 WIB s/d 13.00 WIB.

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mendatangi RSGM USU untuk mengetahui absensi mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.

2. Peneliti membagi jumlah sampel sesuai jumlah klinik yang ada di FKG USU. Pada setiap klinik (total 8 klinik) dipilih 10 sampel. Peneliti memilih sampel dengan cara mencabut nama pada daftar absensi di setiap klinik.

3. Peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi untuk kemudian dijadikan sebagai responden.

(35)

5. Kuesioner dibagikan kepada responden penelitian yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Cara pengisian kuesioner dari pengetahuan tentang dampak merokok pada rongga mulut diisi sendiri oleh responden penelitian dengan didampingi oleh peneliti.

6. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner setelah diisi oleh responden untuk diperiksa kelengkapan pengisian kuesioner.

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses: 1) Editing (Penyuntingan Data)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data, mengecek kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, terbaca dengan jelas dan tidak meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.

2) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

3) Memasukkan Data

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4) Tabulasi

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.8Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini berupa analisis univariat. Data univariat adalah data yang digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan setiap variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.33 Data univariat pada penelitian ini meliputi:

1. Distribusi dan Frekuensi Data Demografi Responden

2. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Informasi Dampak Merokok

(36)

4. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak Merokok pada Kesehatan Sistemik

5. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Sistemik Akibat Kebiasaan Merokok

6. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak Merokok pada Kesehatan Rongga Mulut

7. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Rongga Mulut Akibat Kebiasaan Merokok

8. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Zat Beracun yang Terkandung pada Rokok

9. Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian pada penelitian ini antara lain 1. Kelayakan Etik (Ethical Clereance)

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian pada Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Ketentuan etika ini bersifat internasional maupun nasional.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan kuesioner dan data diambil dari hasil jawaban pada lembar kuesioner mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU terhadap dampak merokok pada rongga mulut.

4.1 Data Demografi

Subyek penelitian yang diperiksa berjumlah 80 orang yang terdiri dari 42 orang perempuan (52,5%) dan 38 orang laki-laki (47,5%). Data demografi pada penelitian ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur 22 tahun sebanyak 11 orang (13,75%), 23 tahun sebanyak 52 orang (65%), 24 tahun sebanyak 9 orang (11,25%) dan 25 tahun sebanyak 8 orang (10%) (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Data Demografi Responden

Kriteria frekuensi Persentase (%)

(38)

4.2 Pengetahuan tentang Informasi Dampak Merokok

Tabel 2 memperlihatkan bahwa seluruh responden pernah mendapat informasi dampak merokok. Tidak ada satupun responden yang tidak pernah mendapatkan informasi seputar dampak merokok.

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Informasi Dampak Merokok

Informasi dampak merokok Frekuensi Persentase (%)

Pernah mendapat informasi 80 100%

Tidak pernah mendapat informasi 0 0%

Jumlah 80 100%

Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 80 responden yang diteliti, sebanyak 14 orang (17,5%) mendapatkan sumber informasi mengenai dampak merokok dari informasi secara langsung. Sedangkan jumlah responden yang mendapatkan informasi melalui media sebanyak 24 orang (30%) dan jumlah responden yang mendapatkan informasi secara langsung dan melalui media sebanyak 42 orang (52,5%).

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi tentang Sumber Mendapatkan Informasi

Sumber mendapatkan informasi Frekuensi Persentase (%)

Informasi langsung 14 17,5%

Media 24 30%

Informasi langsung dan media 42 52,5%

(39)

4.3 Pengetahuan Responden tentang Dampak Merokok pada Kesehatan Sistemik dan Rongga Mulut

Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui dampak merokok terhadap kesehatan sistemik. Tidak ada satupun responden yang tidak mengetahui bahwa merokok dapat berdampak terhadap kesehatan sistemik.

Tabel 4. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak Merokok pada Kesehatan Sistemik

Dampak Merokok terhadap Kesehatan Sistemik

Frekuensi Persentase (%)

Tahu 80 100%

Tidak tahu 0 0%

Jumlah 80 100%

Tabel 5 menunjukkan distribusi dan frekuensi pengetahuan responden tentang penyakit sistemik akibat kebiasaan merokok. Hasil penelitian menunjukkan dari 80 responden yang diteliti, sebanyak 61 orang (76,2%) yang menjawab benar, sedangkan 19 orang (23,8%) menjawab salah tentang penyakit sistemik akibat merokok.

Tabel 5. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Sistemik Akibat Kebiasaan Merokok

Penyakit sistemik akibat kebiasaan merokok

Frekuensi Persentase (%)

Benar 61 76,2%

Salah 19 23,8%

(40)

Tabel 6 menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui dampak merokok pada kesehatan rongga mulut. Tidak ada satupun responden yang tidak mengetahui bahwa merokok dapat berdampak pada kesehatan rongga mulut.

Tabel 6. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Dampak Merokok pada Kesehatan Rongga Mulut

Dampak Merokok pada Kesehatan Rongga Mulut

Frekuensi Persentase (%)

Tahu 80 100%

Tidak tahu 0 0%

Jumlah 80 100%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48 orang (60%) yang mengetahui penyakit rongga mulut yang terjadi akibat merokok, sedangkan 32 orang (40%) lainnya tidak mengetahui penyakit rongga mulut apa saja yang terjadi akibat merokok. Pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan mengenai gambaran klinis stomatitis nikotina (83,8%), (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Rongga Mulut Akibat Kebiasaan Merokok

No. Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1 Penyakit rongga mulut apa saja yang terjadi akibat kebiasaan merokok

48 60% 32 40%

(41)

fisis dari asap rokok

4.4 Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan tentang Zat Beracun yang Terkandung pada Rokok

Berdasarkan tabel 8, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan mengenai kandungan dalam rokok yang bersifat karsinogenik (86,2%). Pertanyaan berikutnya yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu yang tidak termasuk racun utama pada rokok (75%).

Tabel 8. Distribusi dan Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Zat Beracun yang Terkandung pada Rokok

No. Pertanyaan

Jawaban responden

Benar Salah

f % f %

1 Kandungan rokok yang menyebabkan smoker’s melanosis

42 52,5% 38 47,5%

2 Tidak termasuk racun utama rokok 60 75% 20 25% 3 Kandungan dalam rokok yang bersifat

karsinogenik

69 86,2% 11 13,8%

4 Kandungan tar yang tergolong tinggi pada rokok

43 53,8% 37 46,2%

4.5 Tingkat Pengetahuan Responden

(42)

Tabel 9. Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 41 51,2%

Cukup 33 41,2%

Kurang 6 7,5%

(43)

BAB 5

PEMBAHASAN

Menurut Wawan (2011), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.10 Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut.

Berdasarkan tabel 1, subyek penelitian yang diperiksa berjumlah 80 orang terdiri dari 42 orang perempuan (52,5%) dan 38 orang laki-laki (47,5%). Data demografi pada penelitian ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur paling banyak yaitu pada umur 23 tahun sebanyak 52 orang (65%), 22 tahun sebanyak 11 orang (13,75%), 24 tahun sebanyak 9 orang (11,25%) dan 25 tahun sebanyak 8 orang (10%). Hal ini sesuai dengan penelitian Loren (2009) tentang gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran USU terhadap rokok bahwa ditemukan subyek sebanyak 172 orang perempuan (56,2%) dan 134 orang laki-laki (43,8%).7 Hasil ini dikarenakan mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi mayoritas adalah perempuan. Jumlah mahasiswa perempuan mencapai dua pertiga dari total keseluruhan mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

(44)

dasarnya dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap upaya kesehatannya.34

Tabel 3 dijelaskan bahwa dari 80 responden yang diteliti, responden yang mendapatkan sumber informasi mengenai dampak merokok dari informasi langsung sebanyak 14 orang (17,5%), media sebanyak 24 orang (30%) dan informasi langsung dan media sebanyak 42 orang (52,5%). Saat ini media sangat berperan dalam memberikan informasi khususnya informasi kesehatan. Media memberikan pengaruh yang besar dalam mempromosikan seputar dampak merokok dibandingkan dengan pertemuan ilmiah atau seminar. Hal ini sesuai dengan penelitian Gafar (2014) yang menunjukkan ada pengaruh pemberian promosi kesehatan melalui media elektronik terhadap pengetahuan tentang bahaya merokok pada mahasiswa Ilmu Keperawatan semester 8 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.35

Pada tabel 4 ditunjukkan bahwa seluruh (100%) responden mengetahui dampak merokok terhadap kesehatan sistemik. Hal ini dikarenakan pada masa perkuliahan mereka sudah mendapatkan pelajaran mengenai dampak merokok baik pada kesehatan sistemik maupun rongga mulut dan juga saat ini sudah banyak informasi tentang bahaya merokok yang bisa didapatkan melalui media cetak dan media elektronik.35

(45)

kanker pada perokok 25 kali lebih tinggi disbanding bukan perokok.18 Merokok juga menjadi penyebab utama pada terjadinya penyakit paru obstuksi kronis (PPOK).30

Hasil tabel 6 pada penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden mengetahui merokok berdampak pada kesehatan rongga mulut. Sudah seharusnya mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui dampak merokok yang terjadi pada kesehatan rongga mulut dan memberikan edukasi kepada masyarakat yang memiliki kebiasaan merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Batayneh, Owais dan Khader (2014) bahwa mahasiswa kedokteran gigi di Jordan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang dampak merokok pada rongga mulut dibandingkan dengan mahasiswa disiplin ilmu yang lain.33 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Virtanen (2011) menyebutkan dari 173 mahasiswa kedokteran gigi Universitas Oulu di Latvia, sebanyak 98 orang (56%) mengetahui dampak merokok terhadap rongga mulut.37

Pada tabel 7, sebanyak 42 orang (52,5%) menjawab dengan benar tentang penyakit rongga mulut apa saja yang terjadi akibat kebiasaan merokok yaitu smoker’s melanosis, stomatitis nikotina, leukoplakia dan kanker. Hasil penelitian ini sesuai dengan Trandafir et al (2010) yang menyatakan bahwa dampak merokok pada rongga mulut meliputi kanker mulut, smoker’s melanosis, stomatitis nikotina, leukoplakia, fibrosis submukosa dan hairy tounge.5

(46)

Lalu sebanyak 67 orang (83,8%) menjawab benar dalam menjawab pertanyaan dari gambaran klinis stomatitis nikotina dan sebanyak 52 orang (65%) menjawab benar bahwa lesi yang terbentuk akibat iritasi secara fisis dari asap rokok adalah stomatitis nikotina. Stomatitis nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut akibat kebiasaan merokok dalam jumlah besar dan waktu yang lama dengan gambaran klinis seperti gejala kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan, terlihat papula keratorik khas dengan tengah yang merah cekung dan inflamasi berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur minor yang melebar. Penelitian Ramulu yang menyatakan bahwa sebanyak 69 orang (13,07%) mengalami stomatitis nikotina dengan gambaran klinis saluran kelenjar saliva pada palatum keras menjadi merah dan sekeliling mukosa terlihat normal atau sedikit pucat. Area sekitar lesi juga terlihat papula kemerahan.26 Stomatitis nikotina merupakan lesi yang terbentuk akibat dari iritasi secara fisik dari asap rokok.1 Menurut penelitian Ermala dan Holsti, temperatur pembakaran tembakau pada ujung rokok adalah 650ºC (470º-812ºC). Pada ujung penapis rokok, temperatur inti batang rokok mencapai 824º-897ºC.19 Pada waktu inhalasi, asap rokok yang memasuki ke dalam rongga mulut mencapai 190ºC.20 Temperatur asap yang tinggi berkontak langsung dengan mukosa palatal dan dapat mengakibatkan iritasi.25

(47)

meningkatkan agrefasi sel pembekuan darah.14 Tar merupakan sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang berisfat lengket dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Sedangkan karbon monoksida memiliki afinitas dengan hemoglobin (Hb) yaitu sekitar 200 kali lebih kuat dibanding afinitas oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya hemoglobin tidak akan mengikat oksigen yang merupakan suatu bahan utama bagi kehidupan manusia.18,22

Sebanyak 69 orang (86,2%) menjawab dengan benar tentang kandungan dalam rokok yang bersifat karsinogenik adalah tar. Hal ini sesuai dengan Flowles dan Bates (2000) yang mengatakan bahwa tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang bersifat karsinogen dalam tubuh.22 Selain itu, juga dijumpai N nitrosamin nikotin di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru.20

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 43 orang (53,8%) mengetahui kandungan tar yang tergolong tinggi pada rokok yaitu sekitar 22 mg. Hal ini sesuai dengan Martin (2015) yang mengatakan bahwa konsentrasi tar yang terkandung dalam rokok dapat bervariasi, yaitu rokok dengan kadar tinggi bila mengandung sekitar 22 mg, rokok dengan kadar tar yang sedang bila mengandung tar sekitar 15-21 mg dan rokok dengan kadar tar yang rendah bila mengandung tar sekitar 7 mg atau lebih kecil.21

(48)
(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut berada pada kategori baik yaitu sebanyak 41 orang (51,2%), sedangkan kategori sedang sebanyak 33 orang (41,2%) dan kategori kurang sebanyak 6 orang (7,5%).

6.2 Saran

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut diharapkan dapat ditingkatkan lagi agar mahasiswa kepaniteraan klinik dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam mensosialisasi dan mengedukasi mengenai dampak merokok pada jaringan lunak mulut.

Selain itu diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU yang memiliki kebiasaan merokok agar tidak merokok di lingkungan kampus, karena sudah seharusnya mahasiswa kepaniteraan klinik memberikan contoh serta mengedukasi bahaya merokok kepada seluruh masyarakat umum dan mahasiswa akan dampak merokok terhadap kesehatan tubuh dan kehidupan sehari-hari.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2000: 12-30.

2. Priyadi E. 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di

dunia.

(31 Juni 2014).

3. Fitria GA. Perokok Indonesia terbanyak se Asia

Tenggara

4. Chotidjah S. Pengetahuan tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok. Makara, Sosial Humaniora 2012; 16: 49-56.

5. Trandafir V, Trandafir D, Gogalniceanu D, Popescu E, Vicol C, Burlui V. Tobacco-induced oral mucosal modifications. International Journal of Medical Dentistry 2010; 1: 84-91.

6. Aditama YT. Rokok dan kesehatan. Jakarta: UI Press 1996: 19-25.

7. Loren J. Gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap rokok. Universitas Sumatera Utara 2010: 1-74

8. Maryati. Jumlah perokok Indonesia terbanyak ketiga di

dunia.

9. Rosita R, Suswardany LD, Abidin Z. Penentu keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012; 8(1) : 1-10.

10.Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.

(51)

Tulungagung tahun 2010. Thesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010: 31-2.

12.Jacobs M. From the first to the last ash: the history, economics and hazards of tobacc 2014).

13.Hildreth A. A brief history of

tobacc

14.Action on smoking and health. Nicotine and

addicti 15.Yerger VB, Malone RE. Melanin and nicotine: a review of the literature. Nicotine

and Tobacco Research 2006; 4(8): 487-498.

16.Ramulu C, Raju MVS, Venkatarathnam G, Reddy CRRM. Nicotine stomatitis and its relation to carcinoma of the hard palate in reverse smokers of chuttas. J Dent Res 1997; 52: 711-8.

17.Mirbod MS, Ahing SI. Tobacco-associated lesions of the oral cavity: part i. nonmalignant lesions. J Can Den Assoc 2000; 66: 252-6.

18.Ma’arif AS. Bahaya rokok terhadap

kesehatan.

19.Ermala P, Holsti LR. On the burning temperature of tobacco. J Cancer Resch 1995: 490-5.

20.Bates C, Jarvis M. Background briefs. What’s in cigarettes. Maret 2014)

21.Martin T. Tar in

cigarettes. (25 Juni 2015)

(52)

23.Nadeem M, Shafique R, Yaldram A, Lopez R. Intraoral distribution of oral melanosis and cigarette smoking in a Pakistan population. Int J of Den Clin 2011; 3(1): 25-8.

24.Carpenter MW. Smoker’s

melanosis 25.Reddy CRRM, Kameswari VR, Ramulu C, Reddy PG. Histhopathological study

of stomatitis nicotina. British J Cancer 1996; 25:403-10.

26.Ramulu C, Raju MVS, Venkatarathnam G, Reddy CRRM. Nicotine Stomatitis and its relation to carcinoma of the hard palate in reverse smokers of chuttans. J dent Res 2011; 52: 711.

27.Holmtrop P, Jontell M. Red and white lesion of the oral mucosa. In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton: Decker Inc, 2008: 85-8.

28.Scully C, Bagan JV, Hopper C. Oral cancer: current and future diagnostic techniques. Am J of Den 2008; 21(4): 199-208.

29.Epstein J, Waal VD. Oral cancer. In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton: Decker Inc, 2008: 153-171.

30.Johnson N. Tobacco use and oral cancer: a global perspective. J dent Edu 2001; 65: 328-29

31.Yan W, Wistuba II, Buck MRE, Erickson HS. Squamous cell carcinoma-similarities and differences among anatomical sites. Am J Cancer Res 2011; 1(3): 275-300.

32.Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010: 37-39: 183-85.

33.Batayneh OB, Owais AI, Khader YS. Oral health knowledge and practices among diverse university students with access to free dental care: a cross-sectional study. Open Journal of Stomatology 2014; 4: 135-142.

(53)

35.Gafar G. Pengaruh pemberian promosi kesehatan melalui media social facebook terhadap pengetahuan tentang bahaya merokok pada mahasiswa PSIK semester 8 di universitas muhammadiyah Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2014: 1-11.

36.Pietrangelo A. The effects of smoking on the

body 37.Virtanen J. Smoking and attitudes towards it and its cessation among Dental

Students in Latvia. J Odontologica Scandinavica 2011; 73: 421-26.

(54)

Lampiran I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi teman-teman,

Nama saya Khairullah, saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya akan memberikan penjelasan kepada teman-teman mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Adapun judul penelitian saya ini adalah “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU

terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut”

Tujuan dari penelitian yang saya lakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap dampak merokok pada jaringan lunak mulut. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan memberi informasi yang benar dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran gigi mengenai dampak merokok pada rongga mulut sehingga mahasiswa kepaniteraan klinik dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam mensosialisasi dan mengedukasi mengenai dampak merokok pada rongga mulut.

(55)

Partisipasi teman-teman dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak dipungut biaya serta tidak menimbulkan risiko karena penelitian saya hanya mengumpulkan data dari kuesioner tanpa melakukan uji coba pada sampel penelitian. Saya sangat mengharapkan keikutsertaan saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain di dalam memberikan informasi mengenai dampak merokok pada rongga mulut. Jika teman-teman ingin mengundurkan diri dari penelitian ini, maka dapat langsung menyampaikan kepada peneliti tanpa diberikan hukuman apapun.

Pada penelitian ini, identitas teman-teman akan disamarkan. Hanya saya dan anggota komisi etik yang akan melihat data teman. Kerahasiaan data teman-teman sepenuhnya akan dijamin. Bila data dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga. Setelah teman-teman memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan teman-teman yang telah terpilih pada penelitian ini dapat mengisi dan menandatangani lembar persetujuan.

Teman-teman, terima kasih saya ucapkan atas partisipasinya dalam penelitian ini. Jika selama menjalankan penelitian ini ada keluhan yang terjadi dan hal-hal yang kurang jelas, maka teman-teman dapat langsung menghubungi saya:

Nama : Khairullah No. Hp : 082363333173

Medan, 2015

Peneliti,

(56)
(57)

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi USU terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini secara sadar dan tanpa paksaan.

Medan, 2015

Tanda tangan Mahasiswa Peneliti, Peserta Penelitian,

(58)

Lampiran III

KUESIONER

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU terhadap Dampak Merokok pada Jaringan Lunak Mulut

Nomor :

Tanggal Pengisian :

A. IDENTITAS Jenis Kelamin :

NIM :

Umur :

B. TINGKAT PENGETAHUAN

1. Pernahkah saudara mendapatkan informasi seputar dampak merokok?

Ya Tidak

2. Jika pernah, dari manakah saudara mendapatkan informasi tersebut? (dapat memilih lebih dari satu)

Teman Televisi

Orang tua Koran-Majalah

Guru Internet

Petugas Kesehatan Radio Lainnya, sebutkan…….

(59)

4. Menurut Saudara, penyakit sistemik apa saja yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok? (pilih 4 saja)

a. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) b. Diabetes melitus

c. Penyakit kardiovaskular

5. Menurut saudara, yang tidak termasuk racun utama pada rokok adalah: a. Nikotin

b. Tar

c. Karbon monoksida d. Karbon dioksida

6. Menurut saudara, kandungan didalam rokok yang bersifat karsinogenik adalah:

a. Nikotin b. Tar

c. Karbon monoksida d. Karbon dioksida

7. Menurut saudara, tar didalam rokok yang tergolong tinggi bila mengandung tar sekitar:

a. 45mg b. 22 mg c. 18 mg d. 7 mg

8. Tahukah Saudara jika merokok berdampak tidak hanya pada kesehatan sistemik namun juga pada kesehatan rongga mulut ?

(60)

9. Menurut Saudara, penyakit rongga mulut apa saja yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok? (pilih 4 saja)

a. Smoker’s melanosis

10. Menurut saudara, bercak coklat difus dengan ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi merupakan gambaran klinis dari:

a. Erithema multiform b. Stomatitis nikotina c. Smoker’s melanosis d. Hairy leukoplakia

11. Menurut saudara, gejala kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan, terlihat papula keratorik khas dengan tengah yang merah cekung dan inflamasi berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur minor yang melebar merupakan gambaran klinis dari:

a. Leukoplakia b. Stomatitis nikotina c. Oral naevi

(61)

12. Menurut saudara, kelainan yang terbentuk akibat dari iritasi secara fisik dari asap rokok adalah:

a. Stomatitis nikotina b. Leukoplakia

c. Smoker’s melanosis d. Kanker mulut

13. Menurut saudara, kandungan dalam rokok yang dapat menstimulasi secara langsung melanosit untuk meproduksi melanosom yang dapat menyebabkan smoker’s melanosis adalah:

a. Tar

b. Karbon monoksida c. Nikotin

Gambar

Gambar 2. Stomatitis nikotina26
Gambar 3. Leukoplakia27
Gambar 4. Karsinoma  skuamosa sel pada mukosa bukal.30
Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Data Demografi Responden
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bangsa Indonesia memiliki integritas, sikap dan nilai kepribadian yang tidak mudah digoyahkan oleh tekanan dari bangsa lain.. Namun belakangan ini jika kedatangan tamu dari bangsa

This includes two major components: (1) A new automatic approach to detect moving vehicles from MS-1 and MS-2 images in which there is no need to extract roads prior to the

Pengguna PHP dalam ini memungkinkan data diolah oleh server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan pada suatu database. Dari keseluruhan hasil

Website ini dibuat dengan menggunakan pemrograman PHPTriad, sehingga memberikan kemudahan bagi server untuk mengolah data dan informasi baru dengan cepat serta menghasilkan

[r]

4 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah, pasal 83 ayat 1 huruf h, yang berbunyi:. “K elompok

[r]

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan