i
PENGARUH PROSES BELAJAR AKTIF TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN ANAK TENTANG PERLINDUNGAN KESEHATAN
REPRODUKSI DI SDN 1 PETUNGSEWU DAU MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Disusun Oleh :
CITRA VITA FRANSISCA
NIM. 08060071
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PROSES BELAJAR AKTIF TERHADAP
PENINGKATAN PEMAHAMAN ANAK TENTANG
PERLINDUNGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SDN 1
PETUNGSEWU DAU MALANG
SKRIPSI
Disusun Oleh: CITRA VITA FRANSISCA
NIM. 08060071
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk DiUjikan Tanggal 1 Februari 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
AiniAlifatin,S.Kp,M.Kep Rohmah Susanto, S.Kep. Ns
NIP. UMM.112.9311.0305 NIP.UMM.112.0309.0392
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PROSES BELAJAR AKTIF TERHADAP
PENINGKATAN PEMAHAMAN ANAK TENTANG
PERLINDUNGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SDN 1
PETUNGSEWU DAU MALANG
SKRIPSI
DisusunOleh :
CITRA VITA FARANSISCA NIM. 08060071
Diujikan
Pada Tanggal 1 Februari 2014
Penguji I, Penguji II,
Aini Alifatin, S.Kp,M.Kep Rohmah Susanto,S.kep.Ns
NIP. UMM.112.9311.0305 NIP.UMM.112.0309.0392
Penguji III, Penguji IV,
Sunardi ,M.Kep Erma Wahyu M.,S.Kep.Ns.M.Si
NIP.UMM.112.0508.0425 NIDN.9907002057
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
iv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Umum ... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 ManfaatPenelitian ... 7
1.4.1 Manfaat SDN 1 petungsewu ... 7
1.4.2 Manfaat Bagi AnakSDN 1 petungsewu ... 7
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti ... 7
1.4.4 Manfaat Bagi Penelit iselanjutnya ... 8
1.5 KeaslianPenelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Konsep Belajar aktif ... 10
2.1.1 Konsep BelajarAktif ... 10
2.12 Syarat-Syarat Fasilitasi Agar Terjadi Proses BelajarAktif ... 12
2.1.3 Penunjang Proses Belajar Aktif ... 14
2.1.4 Keuntungan Pembelajaran Aktif ... 16
2.1.5 Alasan PenggunaaanPembelajranAktif ... 17
2.1.6 Metode Dalam Proses BelajarAktf ... 18
2.2 konseppengetahuan ... 25
2.2.1 Pengertian Penegetahuan ... 25
2.2.2 Tingakat Pengetahuan ... 25
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 27
2.3 Konsep Anak ... 29
2.3.1 Pengertian Anak ... 29
2.3.2karakteristik ... 30
2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi ... 36
2.4.1 Pengertian Kesehatan reproduksi ... 36
2.4.2 Hak-hak reproduksi ... 36
2.4.3 Masalah Kesehatan reproduksi remaja ... 37
v
2.4.5 Materi kesehtan reproduksi remajausia 10-14 tahun ... 41
BAB III KERANGKA KONSEP ... 42
3.1 Kerangka Konseptual ... 43
3.2 Hipotesis Penelitian ... 44
BAB IV METODE PENELITIAN ... 45
4.1 Desain Penelitian ... 45
4.2 Kerangka penelitian ... 46
4.3 Populasi Sampel Dan Sampling ... 47
4.3.1 Populasi ... 47
4.3.2 Sampel ... 47
4.3.3 Sampling ... 47
4.4 Variabel Penelitian ... 47
4.4.1 Variabel Independen ... 47
4.4.2 Variabel Dependen ... 48
4.5 Definisi Operasional ... 48
4.6 Instrumen penelitian ... 50
4.7 Waktu dan tempat penelitian ... 51
4.8 Prosedur Pengumpulan Data... 51
4.8.1 Pengumpulan Data... 51
4.8.2 Tahap persiapan... 51
4.8.3 Tahap pelaksanaan ... 52
4.8.4 Tahap Pengolahan Data ... 53
` 4.9 Analisa Data ... 54
4.10 Etika penelitian ... 56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 58
5.1 Karakteristik Sampel ... 59
5.1.1 Karakteristik Usia Responden ... 59
5.1.2 Karakteristik jenis Kelamin ... 59
5.1.3Karakteristik Tingkatan Kelas ... 60
5.2 Hasil Penelitian Pengaruh Proses Belajar Aktif Terhadap PeningkatanPemahamanTentangPerlindungan Kesehatan Reproduksi Di SDN 1 Petungsewu Dau Malang ... 61
BAB VIPEMBAHASAN ... 63
6.1 Karakteristik Sampel ... 64
6.1.1Usia ... 65
6.1.2jenis kelamin ... 65
6.1.3Tingkatan Kelas ... 66
6.2 Identifikasi pemahaman anak tentang perlindungan Kesehatan reproduksi sebelum di lakukan proses belajar aktif di SDN 1petungsewu dau kabupaten Malang ... 67
6.3Identifikasi pemahaman anak tentang perlindungan Kesehatan reproduksi sesudah di lakukan proses belajar aktif di SDN 1 petungsewu dau Malang ... 72
vi
6.5 Pengaruh Proses Belajar Aktif Terhadap Peningkatan
Pemahaman Anak Tentang Perlindungan Kesehatan Reproduksi
Di SDN 1 PetungsewuDau Malang ... 76
6.6 Keterbatasan Penelitian ... 78
6.6.1 Implikasi Keperawatan ... 79
BAB VII PENUTUP ... 80
7.1 Kesimpulan ... 80
7.2 Saran ... 80
7.2.1 Bagi Guru SDN 1 Petungsewu Dau Malang ... 80
7.2.2 Bagi Responden ... 81
7.2.3 Bagi profesi keperaawatan ... 81
7.2.4 Bagi Instusi ... 82
7.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 proses belajar aktif bentuk melingkar ... 15
Gambar 2.2 proses belajar aktif bentuk U ... 15
Gambar 3.1 KerangkaKonsep ... 43
Gambar 4.1 Kerangka penelitian ... 46
Gambar 5.1 Distribusi Responden Beradasarkan Usia ... 58
Gambar 5.2 Distribusi Responden Beradasarkan jenis kelamin ... 59
Gambar 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkatan kelas ... 60
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pemdahualuan Dan Penelitian Dari Kampus ... 85
Lampiran 2 Surat Pengantar Dari Dinas Pendidikan ... 86
Lamirian 3 Telah Melakukan Penelitian ... 87
Lampiran 4 Informed Concent ... 88
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 89
Lampiran 6 Silabus Proses BelajarAkif ... 90
Lampiran 7 Agenda Kegiatan ... 92
Lampiran 8 Materi Pembelajaran ... 125
Lampiran 9 Kuesioner ... 151
Lampiran 10 Kunci Jawaban Kuesioner ... 154
Lampiran 11 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 155
Lampiran 12 Hasil Analisa Data DenganUji T Paried Simple Tes ... 157
x
DAFTAR PUSTAKA
Azwar . 2001. Kesehatan reproduski remaja di Indonesia. Jakarta : jaringan epidemiologi nasional
Badan Pusat Statistik. 2009. Data Statistik Indonesia. Available at: http:// spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf
BKKBN. 2003. Proses belajar aktif kesehatn reproduksi remaja
BKKBN.2005. Badan Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional,Jakarta. BKKBN. 2009. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin. Jakarta:
BKKBN
Depkes RI. 2010. Kesehatan Remaja problem dan solusinya . Jakarta : Salemba Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul 2009. Metode penelitian keperawatan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medik
Imron, ali. 2012. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Jatmika. 2005 . Pemanfaatan media visual dalam penunjang pembelajaran pendidikan jasmani disekolah dasar jurnal pendidikan jasmani Indonesia
Kumalasari, Intan & Andhiyantoro, Iwan. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2005. Kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Mahmudah. 2008. active Learning dalam pembelajaran bahasa arab.Malang: UIN malang press
Mansur. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.
Mudjiran, dkk. 2002. Perkembangan peserta didik. Padang: UNP Press Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo. 2007, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi,. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo.2010, Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi,. Jakarta: PT Rineka Cipta
xi
Patimah, A. 2005 Remaja Paling Rentan Abaikan Kesehatan Reproduksi, Tersedia dalam http://hqweb01.bkkbn.go.id.
Pujiani, 2012 hubungan antara status gizi dengan menarche pada siswi kelas 4 – 6 Di MIN Rejoso PP Darul ‘Ulum Peterongan Jombang. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
Romauli,& vindari . 2009. Kesehatan reproduksi. Yogjakarta : Nuha medika Rusman. 2011. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta :PT RajaGrafindo persada.
Siswanto dkk. 2002. Tanya jawab hak-hak reproduksi. Jakarta: BKKBN yayasan SKRRI.2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja.Jakarta : Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKN).
Siregar, Eveline dan Hartini Nara.2010 Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Uche-Nwachi, E.O., dkk. 2007. Mean Age of Menarche in Trinidad and Its Relationship to Body Mass Index Ethinicity and Mothers Age of Menarche Dalam OnLine Journal of Biological Sciences. Trinidad: Science Publications
Wiknjosastro.2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Widyastuti.2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: fitra maya
Winaris. 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Untuk Remaja, Jogjakarta, Tunas Publishing
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari dulu sampai sekarang masih sering kita mendengar bahwa pembicaraan
tentang seks dan/atau seksualitas adalah pembicaraan yang tabu atau tidak pantas dan
karena itu tidak perlu dibicarakan. Bila sikap orang tua & orang dewasa lainnya masih
sama, maka jelas anak-anak dan remaja tidak akan pernah mendapat pemahaman yang
memadai tentang seks dan seksualitas, padahal seks dan seksualitas adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari perkembangan fisik dan emosi anak atau remaja (BKKBN 2003).
Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal remaja ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk
kategori remaja, sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18
tahun) kini terjadi pada awal belasan bahkan dalam usia 11 tahun (Arum, 2005). Menurut
organisasi kesehatan dunia adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Menurut
santrock (2001) (dalam jurnal provitae, 2006) batasan usia remaja berada pada rentang
akhir masa anak-anak (10-12 tahun) hingga usia 18-22 tahun. Sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24
tahun. Sementara itu menurut The Health Resource and Service Administration Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi 3 tahap,
yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (14-18 tahun); dan remaja akhir (18-21
2
Di Indonesia, data Biro PusatStatistik (2009) kelompok umur 10-19 tahun
adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Berdasarkan data 2010, baik dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan
UNFPA, sebagian dari 63 juta jiwa remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia
rentan berprilaku tidak sehat.. Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperkirakan
sudah mencapai 62juta jiwa.(Badan Pusat Statistik,2009).
Program kesehatan reproduksi remaja seperti yang tertera dalam program
pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
positif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga guna mendukung
upaya peningkatan kualitas generasi mendatang (Depkes RI, 2005). Program kesehatan
Reproduksi Remaja di Indodesia relatife baru dilaksanakan secara nasional sejak tahun
2000. Pada tahun-tahun sebelumnya. Program tersebut masih dilaksanakan secara
sektoral dan terbatas sebagai pilot project saja. Disisi lain, permasalahan remaja sudah
lama muncul dan cenderung semakin memperhatikan, khususnya yang berkaitan dengan
kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja
masih sangat rendah diantaranya pengetahuan remaja wanita tentang perubahan fisik
laki-laki tertinggi mengenai perubahan suara 58,4 persen, sedangkan untuk remaja pria
sebesar 26,6 persen. Menstruasi yang menjadi ciri berfungsinya system reproduksi
wanita, remaja laki-laki yang mengetahui hal tersebut sekitar 1,3 persen dan remaja
3
kesehatan reproduksi akan berdampak pada perilaku terhadap hubungan seksual
pranikah. Hubungan seks diluar pernikahan dapat memunculkan rentan
persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikologis, penyebaran penyakit
menular seksual, rusaknya institusa pernikahan, dan HIV AIDS (Agus, 2010).
Beberapa kajian menunjukkan remaja memerlukan informasi mengenai
reproduksi sehat dan seksualitas, namun sebagian besar dari remaja tidak dapat
mengakses informasi dengan tepat. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar
memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang
ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Sekolah sebagai lingkungan kedua keluarga merupakan tempat yang efektif
untuk pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak yang umumnya masih berstatus
sebagai pelajar dan mempunyai peranan yang cukup besar di dalam pelaksanaan program
penyuluhan kesehatan reproduksi anak , karena pendidikan tentang kesehatan reproduksi
belum masuk di kurikulum mata pelajaran SD kelas 4 dan kelas 5. Mata pelajaran IPA
yang mencakup organ tubuh manusia yang anak didik dapatkan di sekolah-sekolah tidak
menerangkan secara luas tentang kesehatan reproduksi yang mencakup organ tubuh
manusia dan tumbuh kembang remaja. Selama ini pelayanan kesehatan reproduksi untuk
remaja lebih banyak diarahkan pada remaja usia 15 hingga 24 tahun. Kini, semakin
disadari bahwa informasi dan layanan kesehtan reproduksi untuk remaja perlu diberikan
kepada remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas. Pemberian infomasi yang
4
yang lebih muda, yaitu pada masa pra remaja usia 10-14 tahun., untuk mencegah
terjadinya berbagai masalah sedini mungkin.
Berdasarkan studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara yang di
lakukan oleh peneliti di SDN 1 petungsewu yang merupakan sebuah sekolah dasar di
kecamatan Dau kabupaten Malang , dari data survey mengenai jumlah keseluruhan anak
sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SD jumlah anak perempuan 17 yang rata – rata
berumur 9 dan 11 tahun, dan jumlah anak laki – laki 25 anak yang rata – rata berumur di
9 dan 11 tahun. untuk masalah fisik, sebagian anak sudah mengalami perubahan fisik dan
tetapi belum mengalami mensturasi. Untuk anak perempuan sendiri, 12 dari 17 Anak
tersebut tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi sama halnya dengan anak
laki-laki dari 25 hanya 12 anak yang tahu tentang kesehatan reproduksi dan siswa juga belum
pernah mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. wawancara juga telah
dilakukan pada siswa, pendidikan kesehatan reproduksi telah diberikan melalui pelajaran
IPA. Dan pelajaran kesehatan reproduksi ini baru diberikan pada saat kelas 6 SD padahal
kesehatan reproduksi seharusnya sudah diberikan sejak kelas 4 dan 5 SD di mana pada
saat itu anak sudah mulai memasuki masa pubertas sehingga anak lebih siap menghadapi
masa pubertas jika sudah dibekali kesehatan reproduksi mulai awal,anak-anak lebih bisa
menjaga kesehatan reproduksinya.
Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan yang sering dilakukan misalnya
penyuluhan atau ceramah, namun kenyataannya metode ini belum memberikan
kontribusi pengetahuan yang memadai bagi siswa dan cenderung membosankan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan metode lain seperti proses belajar aktif. Peran perawat
5
pendidikan kesehatan bebeda-beda sesuai dengan masalah dan situasi yang ada yakni
masalah kesehatan reproduksi.
Dalam peran perawat sebagai pendidik dan edukator , perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah sehingga menunjang terjadinya
perbuhan perilaku. Memberikan pengetahuan kepada anak sejak dini, Berikan materi
kesehatan reproduksi sesuai dengan umur anak, Kenalkan pada anak tentang pendidikan
seks yang mendasar salah satu alternatinyanya adalah pemberian proses belajar aktif,
proses belajar ini lebih efektif dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada
kelompok sasaran pada proses belajar aktif berbeda dengan guru menyampaikan
pengetahuanya kepada murid., seseorang fasilitator membantu kelompok memfasilitasi
peserta pelatihan menacari dan menemukan ide-ide sendiri serata menyimpulkanya. dan
siswa lebih aktif dalam proses belajar dibandingkan fasilitator. untuk penyampaian
informasi dengan proses belajar aktif memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah.
Dengan memberikan berbagai informasi penting dan benar menyangkut
kesehatan reproduksinya, anak akan lebih memahami perkembangan dan perubahan
yang akan dialaminya dan karenanya siap menghadapinya. Kesiapan tersebut akan
membantu anak untuk menghadapi dan menerima perubahan secara wajar. Anak akan
menyadari bahwa perubahan fisik, psikologis dan sosial yang dialaminya adalah sesuatu
yang normal dan bukan kelainan atau penyimpangan. Pengetahuan ini akan menjadi
dasar yang kuat bagi anak dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang
6
melewati masa remaja dengan lebih mantap dan memasuki masa dewasa dengan lebih
cerah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Proses Belajar Aktif Terhadap Peningkatan Pemahaman Anak
Tentang Perlindungan Kesehatan Reproduksi di SDN 1 Petungsewu Dau Kabupaten
Malang.”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah. Adakah pengaruh proses belajar aktif terhadap peningkatan pemahaman anak
tentang perlindungan kesehatan reproduksi di SDN 1 petungsewu dau kabupaten
Malang.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh proses belajar aktif terhadap peningkatan
pemahaman tentang perlindungan kesehatan reproduksi di SDN 1 petungsewu dau
kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pemahaman anak tentang perlindungan kesehatan
reproduksi sebelum di lakukan proses belajar aktif di SDN 1 petungsewu
dau kabupaten Malang.
2. Mengidentifikasi pemahaman anak tentang perlindungan kesehatan
reproduksi sesudah di lakukan proses belajar aktif SDN 1 petungsewu
7
3. Menganalisis pengaruh proses belajar aktif terhadap peningkatan
pemahaman anak tentang perlindungan kesehatan reproduksi di SDN 1
petungsewu dau kabupaten Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi SDN 1 petungsewu Dau Malang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya SDN 1 petungsewu dau kabupaten malang dalam upaya membimbing
dan memberikan motivasi anak didik untuk meningktkan pemahaman tentang
kesehatan reproduksi.
1.4.2 Bagi Anak SDN 1 petungsewu Dau Malang
Memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi kepada anak dan
diharapkan dapat membantu anak lebih bertanggung jawab atas kesehatan
reproduksinya.
1.4.3 Bagi peneliti
Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian
dengan topik yang sama, agar memberikan kontribusi untuk pelaksanaan
program pendidikan kesehatan dalam penanganan kesehatan reproduksi remaja.
1.3.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dalam skala yang
8
1.4 Keaslian penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nydia Rena Benita(2012), yang
meneliti tentang pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja siswa smp Kristen di universitas diponegoro . Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi pada remaja, khususnya remaja siswa SMP Kristen Gergaji pada
penelitian tersebut desian penelitan menggunakan quasi-experimental Subyek penelitian
berjumlah 40 orang siswa Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner
yang diberikan sesaat sebelum penyuluhan (pretest) dan satu minggu setelah penyuluhan
(posttest). Data diuji menggunakan uji hipotesis paired t test.
Perbedaan antara penelitian Nydia Rena Benita (2012) dengan penelitan yang
saya lakukan adalah menjelaskan bagaimana pengaruh proses belajar aktif terhadap
peningkatan pemahaman anak tentang perlindungan kesehatn reproduksi di SDN 1
petungsewu kabupaten malang. Tujuan dari penelitian ini untuh mengetahuai pengaruh
proses beljar aktif terhadapn perlindungaan kesehatn reproduksi persamaan dari
penelitan tersebut pada penelitian saya menggunakan desian penelitian quasi-experimental
dan uji hipotesisnya sama menggunakan paired t test.
Adapun penelitian lain, yang dilakukan oleh hayatun Nisma 2008 yang meneliti
tentang “ pengaruh penyampain pendidikan kesehatan reproduksi oleh teman kelompok
sebaya (peer group) terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi di smp kasihan bantul
Yogyakarta.tujuan dari penelitian tersebut Mengetahui pengaruh penyampaian
pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok sebaya (peer group) terhadap
9
perbedaan antara penelitian saya itu responden yang saya gunakan adalah anak sekolah
dasar umur 10-11tahun tempat yang dilakukan pada SDN 1 petungsewu dau kabupaten