SKRIPSI
Oleh
HabibulUmmi 111101132
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PRAKATA
Segalapuji dan syukur penulis panjat kankehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat danhidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulisi lmiah ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat besertakan salam penulis hadirkan
kepada baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam
berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia dan seluruh penghuni alam.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk
menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan, maka peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Dan Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane”.
Proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak menemukan kesulitan dan
hambatan, baik di lapangan maupun pembahasan serta sedikitnya literatur yang
dimiliki sebagai bahan pendukung, namun kesulitan dan hambatan itu dapat
ditanggulangi berkatizin Allah dan keteguhan hati.
Dalampenyusunanskripsiini, penelitibnayakmendapatbantuan,
bimbingandandukungandariberbagaipihak,
makadalamkesempurnaaninitidaklupamengucapkanterimakasihkepada:
1. Bapakdr. DediArdinata, M.KesselakuDekanFakultasKaperawatanUniversitas
Sumatera Utara.
2. IbuErniyati, SKp., MNS. Sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
3. Ibu Diah Arrum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi
penelitian dan sebagai dosen penasehat akademik saya, yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, danilmu yang bermanfaat
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Asrizal, S.Kep., Ns., M.Kep., RN., WOC(ET)N., CHt.N. selaku dosen
penguji I dan Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS. Yang dengan teliti
memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Direktur Rumah Sakit Haji Sahuddin Kutacane yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumahsakit tersebut.
6. Teristimewa kepada orang tua dan teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan motivasi, dukungan, do’a dan dorongan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadarinya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Hal ini
bukanlah suatu kesengajaan melainakan karena keterbatasan ilmu dan
kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis juga berdo’a semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan, Agustus 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halamanjudul ... i
Halaman pengesahan ... ii
Prakata ... iii
3. Pertanyaan penelitian ... 4
4. Tujuan penelitian ... 4
5. Manfaat penelitian ... 4
Bab 2. TinjauanPustaka 1. Konsep kepatuhan ... 6
1.1Pengertian kepatuhan ... 6
1.2Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ... 6
1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan ... 8
1.4Strategi untuk meningkatkan kepatuhan ... 9
1.5Prosedur pemasangan kateter urine ... 11
1.6Prosedur pemasangan infus ... 13
Bab 3. KerangkaPenelitian 1. Kerang kakonsep ... 16
2. Definisi operasional ... 17
Bab 4. MetodologiPenelitian 1. Desain penelitian ... 18
2. Populasi dan Sampel penelitian ... 18
3. Tempat dan waktu penelitian ... 19
4. Pertimbangan etik... 19
5. Instrumen penelitian ... 20
6. Uji validitas dan reabilitas ... 22
7. Pengumpulan data ... 22
8. Analisa data ... 23
Bab 5 HasilPenelitian Dan Pembahasan 5.1 Data demografi responden ... 24
5.2 Hasil penelitian... 26
Bab 6 Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan ... 39 6.2 Saran ... 40 Daftarpustaka ... 42 Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 :Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 3 : Lembar Data Demografi Perawat
Lampiran4 : Lembar Observasi Pemasangan Kateter Urine Lampiran5 : Lembar Observasi Pemasangan Infus
Lampiran6 : Hasil Analisa Data Lampiran7 : Surat Survei Awal
Lampiran8 : Surat Balasan Survey Awal Lampiran9 : Surat Penelitian
Lampiran10 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 11 : Lembar Uji Etik
Lampiran 12 : Lembar Bukti Bimbingan Proposal Lampiran 13 : Lembar Bukti Bimbingan Skripsi Lampiran 14 : Pengeluaran Dana Penelitian Lampiran 15 : Riwayat Hidup
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi operasional penelitian ... 17
Tabel 2. Distribusi data demografi perawat ... 25
Tabel 3. Distribusi hasi llembar observasi kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan pemasangan kateter ... 26
Tabel 4. Distribusi hasil lembar observasi kepatuhan perawat dalam
Judul : Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Urine dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahuddin
NamaMahasiswa : Habibul Ummi
Nim : 111101132
Jurusan : Ilmu Keperawatan
Tahun : 2015
ABSTRAK
Pemasangan kateter urine dan pemasangan infus ialah tindakan invasif yang sering dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit. Tindakan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus yang berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan instrument penelitian menggunakan metode observasi. Jumlah perawat 29 orang untuk pemasangan kateter urine dan 29 orang untuk pemasangan infus. Hasilanalisa memperlihatkan bahwa mayoritas 72.4% perawat mematuhi pelaksanaan pemasangan kateter urine sedangkan pada pemasangan infus 82.8% patuh. Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin cukup baikoleh karena itu peneliti mengharapkan perawat mempertahankan kualitas terhadap pemasangan kateter urine dan pemasangan infus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
Judul : Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Urine dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahuddin
NamaMahasiswa : Habibul Ummi
Nim : 111101132
Jurusan : Ilmu Keperawatan
Tahun : 2015
ABSTRAK
Pemasangan kateter urine dan pemasangan infus ialah tindakan invasif yang sering dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit. Tindakan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus yang berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan instrument penelitian menggunakan metode observasi. Jumlah perawat 29 orang untuk pemasangan kateter urine dan 29 orang untuk pemasangan infus. Hasilanalisa memperlihatkan bahwa mayoritas 72.4% perawat mematuhi pelaksanaan pemasangan kateter urine sedangkan pada pemasangan infus 82.8% patuh. Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin cukup baikoleh karena itu peneliti mengharapkan perawat mempertahankan kualitas terhadap pemasangan kateter urine dan pemasangan infus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang cepat,tepat dan
akurat,semakin meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi, sosial, dan ekonomi, termasuk salah satu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit kesehatan yang efektif dan efisien.Mewujudkan perawat memiliki
peranan penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan.Perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan diharapkan sesuai dengan prosedur tetap
yang berlaku di instansi tempat bekerja,sebab kepatuhan ini harus mengacu pada
kemampuan mempertahankan program-program yang berkaitan dengan promosi
kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara perawatan kesehatan (Nursalam,
2006).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang
peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Swansburg,
2000). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam
melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan
dirumah sakit, yaitu berkisar 40–60%. Rumah sakit harus memiliki perawat dengan kinerja baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat
berkualitas dan berkinerja tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang profesional,
berpendidikan, memiliki skill dan berkomunikasi dengan baik, bekerja
berdasarkan standar praktik, serta memperhatikan kaidah etik dan moral
(Hafizurrachman, 2012).
Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien, dengan menerapkan
kepatuhan perawat mengikuti Standard Operational Procedure (SOP) dalam
setiap tindakan perawat (Arma, 2012).Keselamatan pasien bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan menghindari tuntutan malpraktik, oleh karena itu
perawat harus patuh terhadapStandard Operational Prosedure (SOP) sebagai
acuan dalam memberikan setiap pelayanan.
Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan
prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan kateter urine dan
pemasangan infus.Semua perawat dituntut memiliki kemampuan dan
keterampilan mengenai pemasangan kateter urine yang sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP). Setiap prosedur pemasangan kateter harus
diperhatikan prisip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu: persiapan alat,
persiapan pasien, fase kerja dengan menggunakan prinsip steril, mengevaluasi,
dan mendokumentasikan (Kozier, et al, 2010).
Apabila standar tersebut tidak dilakukan, berarti perawat dapat dikatakan
tidak patuh.Penelitian yang dilakukan Nazvia, Ahas dan Janik (2014) di Rumah
Sakit Umum Daerah Sumbawa didapatkan ketidakpatuhan perawat dalam
mayoritas 57.9 % dan kategori patuh 42.1%.Kateterisasi adalah pemasangan
kateter urine dengan melakukan memasukan kateter melalui uretra kemuara
kandung kemih untuk mengeluarkan urine.Prosedur ini bertujuan untuk
memulihkan atau mengatasi retensi urine akut atau kronis.
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan
yang sering dilakukan di rumah sakit. Tindakan pemasangan infus akan
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan (Andares, 2009)Penelitian yang dilakukan Maria dan Kurnia (2010) di
Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan pemasangan infus tidak sesuai Standar
Prosedur Operasional, sebanyak 18% dari responden yang diteliti. Hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti di Ruang Merak RSUP Dr Kariadi Semarang,
ditemukan perawat yang melaksanakan tindakan pemasangan infus tidak sesuai
dengan prosedur tetap didapatkan 8 (80%) perawat yang tidak melakukan SOP
dalam pemasangan infus dari 10 responden.
Kepatuhan perawat profesional adalah perilaku seorang perawat sesuai
dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun pihak rumah
sakit (Niven, 2002).Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang
yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati (Lestari & Rosyidah, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian bagaimana kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter
urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.2 Bagaimana kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
kateter urinedi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane?
1.3.3 Bagaimana kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan infus
di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
kateter di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
1.4.2 Mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
mahasiswa/i dan pelaksanaan pemasangan kateter urine dan
1.5.2 Pelayanan Keperawatan
Harapan penelitian ini diharapkan perawat pelaksana patuh pada aturan
yang berlaku di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya bahaya
infeksi nosokomial baik bagi pasien maupun untuk perawat.
1.5.3 Penelitian Kepatuhan
Harapan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
data tambahan bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang perawatan kateter urine dan perawatan infus dalam
2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan
Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku
seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan
perawat ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002).Kepatuhan adalah suatu
perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan
disiplin.Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang
profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati (Ega Lestari & Rosyidah, 2011).Kepatuhan adalah
ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Bastable,
2002).Kepatuhan dapat disimpulkan yaitu suatu prilaku seseorang yang taat
terhadap peraturan yang telah ditentukan dalam suatu prosedur.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Niven (2002)faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
negara. Tingginya pendidikan seorang perawat dapat meningkatkan
kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
c. ModifikasiFaktor Lingkungan dan Sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan Rumah Sakit,
kepala perawat, perawat itu sendiri dan teman-teman
sejawat.Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan prosedur
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Lingkungan yang harmonis
dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada kinerja
perawat, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk
pada proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan
d. PerubahanModel Prosedur
Program pelaksanan prosedur asuhan keperawatan dapat dibuat
sesederhana mungkin dan perawat terlihat aktif dalam mengaplikasikan
prosedur tersebut.Keteraturan perawat melakukan asuhan keperawatan
sesuai standar prosedur dipengaruhi oleh kebiasaan perawat menerapkan
e. MeningkatkanInteraksi Profesional Kesehatan
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan antara sesama perawat
(khususnya antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana) adalah
suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu
penjelasan tetang prosedur tetap dan bagaimana cara menerapkannya
dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan
tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses penyembuhan
penyakit klien.
f. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, dari segi
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya
daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin
dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan patuh dalam
pemberian asuhan keperawatan (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Niven (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi tiga bagian antara lain:
a. Pemahaman Tentang Instruksi
Tak seorangpun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan
bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat
menentukan program yang dapat mereka terima.
2.1.4 Stretegi untuk Meningkatkan Kepatuhan
Smet (1994) menyatakan berbagai strategi telah dicoba untuk
meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah:
a. Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untk
meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal
dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik
komunikasi.Komunikasi memegang peranan penting karena
komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, isalnya
antara kepala perawatan dengan bawahannya.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga.Pasien
dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan
oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien,
sehingga perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidak
c. Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan
perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan.
d. Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan
keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu meningkatkan
kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit
ataupun instansi kesehatan lain.
2.5 Prosedur Pemasangan Kateter Urine
Peran pearawat juga mencegah infeksi nosokomial dengan
melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur
pemasangan kateter, adapun standar operasional prosedur pemasangan
kateter yaitu:
a. Mempersiapkan peralatan
b. Mempersiapkan pasien (menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
dan tujuan pemasangan kateter)
c. Mencuci tangan
d. Memberikan privasi pada klien
e. Menempatkan posisi klien : wanita supinasi dengan lutut di tekuk dan
rotasi eksternal, pada pasien laki-laki supinasi tungkai sedikit dibuka
g. Buka paket kateterisasi dan pasang duk di bawah bokong pada klien wanita atau penis bagi klien laki-laki
h. Pasang sarung tangan steril
i. Mengatur suplai: 1) rendam kapas pembersih dengan larutan
antiseptik, 2) buka larutan pelumas, 3) pindahkan wadah spesimen dan
letakkan di dekat klien.
j. Hubungkan spuit yang telah terisi aquadest ke pusat penggelembungan
kateter sementara dan periksa balon.
k. Lumasi kateter (1 sampai 2 inci untuk wanita dan 6 sampai 7 inci
untuk laki-laki) dengan jelly
l. Membersihkan meatus pada wanita tangan nondominan membuka
labia mayora, dan tangan dominan mengambil kapas dengan forseps
untuk membersihkan labia mayora dan mengelap satu sisi labia
mayora dengan arah anteroposterior dengan hati-hati agar tangan yang
steril tidak terkontaminasi, gunakan kapas yang baru untuk sisi
berlawanan dan ulangi untuk membersihkan labia minora, gunakan
kapas terkhir untuk membersihkan langsung ke atas meatus, sedangkan
pada klien laki-laki tangan nondominan untuk memegang penis tepat
dibawah glans, pegang penis ke arah atas untuk membantu meluruskan
uretra kemudian ambil kapas pembersih dengan forceps di tangan
dominan dan lap dari pusat meatus dengan gerakan melingkar ke
pertahankan kesterilan tangan, dan lakukan pembersihan ini sampai
tiga kali (penis yang telah dibersihkan tidak boleh dibiarkan jatuh).
m. Masukkan kateter: 1) pegang kateter kuat 2 sampai 3 inci dari ujung
kemudian anjurkan klien tarik napas dalam dan masukkan kateter pada
saat klien menghembuskan napas, 2) masukkan kateter 2 inci lebih
jauh setelah urin mulai mengalir ke kateter, 3) apabila kateter
menyentuh labia secara tidak sengaja atau tergelincir masuk ke dalam
vagina maka kateter dianggap terkontaminasi dan kateter harus diganti
dengan yang baru dan steril.
n. Pegang kateter dengan tangan nondominan pada klien laki-laki taruh
penis ke duk dan pastikan kateter tidak tertarik keluar.
o. Gelembungkan balon retensi dengan aquadest steril sesuai ketentuan
volume pada label spesifikasi kateter yang di pakai.
p. Tampung spesimen jika di perlukan.
q. Fiksasi slang kateter ke paha bagian dalam untuk klien wanita dan
pada klien laki-laki ke paha atas atau abdomen.
r. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih.
s. Mengelap area perineum dari sisa antiseptik atau pelumas dan
menempatkan klien ke posisi nyaman.
t. Bereskan alat dan bahan
u. Mendokumentasikan prosedur kateterisasi meliputi: 1) hari, tanggal
digunakan, 3) jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan yang
ditemukan (kozier, 2010)
2.6. Prosedur Pemasangan Infus
Pemasangan infus dapat dilakukan di pembuluh vena, adapun
standar operasional prosedur pemasangan infus menurut kozier et al
(2010) yaitu:
a. Mempersiapkan peralatan.
b. Mempersiapkan pasien (menjelaskan prosedur pemasangan infus dan
menjelaskan tujuan)
c. Mencuci tangan
d. Buka dan siapkan set infus: 1) melepaskan slang dari wadah dan tarik
keluar, 2) tutup klem, 3) biarkan ujung slang tertutup dengan plastik
sampai infus dipasang.
e. Tusuk kantong cairan infus: 1) lepaskan tutup pelindung dari lubang
kantong atau botol cairan infus, 2) masukkan penusuk kelubang
kantong atau botol cairan infus.
f. Gantungkan kantong atau botol cairan infus pada tiang infus, cairan
infus tergantung dengan jarak I m dari atas kepala klien.
g. Mengisi sebagaian bilik tetes dengan cairan infus.
h. Isi slang : 1) lepaskan tutup pelindung dan pertahankan kesterilan
ujung slang, 2) lepaskan klem dan biarkan cairan mengalir sampai
gelembung dikeluarkan, jentikkan jari untuk membantu mengeluarkan
i. Mencuci tangan kembali
j. Memilih tempat punksi vena : 1) gunakan tangan klien yang
nondominan dan terlihat vena terlihat lurus tidak berkelok-kelok atau
sklerosis, 2) letakkan handuk atau perlak di bawah ekstremitas untuk
melindungi seprei.
k. Dilatasi vena : 1) tempatkan posisi ekstremitas tergantung lebih rendah
dari jantung, 2) pasang tourniquet 15 sampai 20 cm di atas tempat
punksi
l. Pakai sarung tangan bersih dan bersihkan tempat punksi vena dengan
swab antiseptik topikal, 2% klorheksidin atau alkohol, melakukan
gerakan melingkar dari tengah ke luar, dan biarkan larutan mengering.
m. Masukkan kateter dan mulai pemasangan infus: 1) tangan nondominan
utnuk menegangkan kulit di bawah tempat penusukan jarum, 2)
pegang kateter jarum dengan kemiringan pada sudut 15 sampai 30
derajat, masukkan kateter melalui kulit dan ke dalam vena dalam satu
kali dorongan, 3) setelah darah muncul dari lumen jarum atau
merasakan kurangnya tahanan, kurangi sudut kateter sampai hampir
sejajar dengan kulit dan masukkan kateter lebih jauh sekitar 0,5 sampai
1 cm, pegang jarum dan masukkan kateter sampai pusat kateter berada
di tempat punksi vena, 4) lepaskan tourniquet, 5) lepaskan tutup
pelindung ujung distal slang dan pegang kuat untuk menghubungkan
hati-hati jarum, pasang pengaman jarum dan hubungkan ujung slang
infus ke slang kateter, 7) mulai infus.
n. Mempleter kateter dengan metode U dengan plester dipotong dengan
panjang sekitar 7,5 cm : meletakkan satu potong di bawah pusat kateter
dengan bagian yang lengket berada di atas, kemudian lipat setiap
ujung potongan ke arah atas sehingga bagian yang lengket menempel
pada kulit kemudian potongan kedua di atas pusat kateter, dengan
bagian yang lengket mengarah kebawah, dan potongan yang ketiga
diletakkan di atas pusat slang, dengan yang lengket mengarah ke
bawah.
o. Pastikan ketepatan aliran infus sesuai dengan dosis yang diberikan.
p. Berikan label pada slang dengan tanggal dan waktu pemasangan dan
menuliskan inisial perawat yang memasang infus.
q. Mendokumentasikan data meliputi: pengkajian, tanggal, waktu, jumlah
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine
dan pemasangan infus, dimana kepatuhan perawat mencerminkan ketaatan dalam
melaksanakan tindakan pelayanan kesehatan sesuai standart operasional prosedur
menurut Kozier (2010).
Tinjauan teoritis secara singkat skema konsep Kepatuhan Perawat Dalam
Pelaksanaan Pemasangan Keteter UrineDan Pemasangan Infus Di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane, sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka konsep dalam penelitian ini menunjukan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan kualitas pemasangan kateter urine dan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
.
Tindakan pemasangan kateter urine
- Menyiapkan alat dan bahan - Menyiapkan pasien
- Melakukan pemasangan kateter urine
- Mengevaluasi - Mendokumentasi
Tindakan pemasangan infuse
- Menyiapkan alat dan bahan - Menyiapkan pasien
- Melakukan pemasangan infus
- Mengevaluasi - Mendokumentasi
- Patuh
- Patuh sebagian - Tidak patuh - Patuh
3.2 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini memiliki jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian
ini akan menjelaskan tentang kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
Kutacane.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peneliti meneliti setiap
perawat yang melakukan pemasangan kateter urine dan/atau pemasangan
infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane yang berjumlah
288 orang perawat ruangan rawat inap yang terdiri dari 9 ruangan di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang melakukan
pemasangan kateterurine dan/atau pemasangan infus di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin Kutacane. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik pengambilan accidental sampling ialah cara
menentukan sampel berdasarkan spontanitas dan tanpa direncanakan, yaitu
siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai
sampel (Sugiono, 2003). Proses pengambilan accidental sampling pada
penelitian ini dengan mengobservasi tindakan perawat yang melakukan
pemasangan kateter dan/atau pemasangan infus di ruang rawat inap, jadi
siapa saja yang melakukan tindakan pemasangan kateter dan pemasangan
infus maka tindakan yang dilakukan menjadi sampel dalam penelitian ini.
Penentuan besarnya sampel dalam pengambilan data secara
observasi yang melihat tindakan dapat ditentukan dengan batasan waktu
(Polit & Hungler).Penelitian ini batasan waktu yang digunakan peneliti
adalah mengobservasi perawat yang melakukan pemasangan kateter dan
pemasangan infus hanya satu kali sesi.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Sahudin Kutacane. Lokasi ini dipilih menjadi tempat penelitian karena
pertimbangan sampel yang cukup, pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin merupakan rumah sakit pendidik, selain itu lokasinya
strategis, mudah terjangkau, memiliki jumlah perawat yang memadai untuk
dijadikan sebagai responden penelitian. Pengumpulan data akan dilakukan
mulai dari April-Juni 2015
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini mendapatkan Rekomendasi dari institusi
pendidikan (Fakultas Keperawata Universitas Sumatera Utara), setelah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane, kemudian penelitian akan
dilakukan dengan memperhatikan masalah kepatuhan perawat dalam
pemasangan keteter urine dan pemasangan infus.
Menurut Hidayat (2009), ada beberapa pertimbangan etik yang
harus diperhatikan pada penelitian ini yaitu:
1. Informed consent
Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian.Jika
responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden di minta
menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonymity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode/inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan, tetapi akan memberikan kode pada
masing-masing lembar persetujuan tersebut.
3. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi responden
maupun masalah-masalah lainya.Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
yang tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun
keteter urine dan pemasangan infus dan lembar observasi pemasangan kateter
dan pemasangan infus sesuai protap yang telah di konfirmasi oleh kepala
ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin kutacane.
4.5.1 Kuisioner Data Demografi
Kuisioner data demografi responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, jabatan, pendidikan terakhir, lama bekerja sebagai perawat
pelaksana ruangan inap di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
Kutacane. Data demografi responden tidak dihubungkan dengan salah satu
variabel/ tidak dianalisis, tetapi hanya untuk menggambarkan karakteristik
responden.
4.5.1 Lembar Observasi Pemasangan Kateter Urine Dan Pemasangan Infus
Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
diambil dari buku Fundamental Keperawatan konsep, proses dan praktik
dibukukan oleh Kozier, Erb, Berman dan Synder (2010)
Lembar observasi yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang
mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pemasangan kateter urine dan
pemasangan infus. Lembar observasi ini berisi tentang prosedur
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus yang meliputi persiapan
alat, persiapan pasien, fase kerja, evaluasi dan dokumentasi, jika
dilaksanakan beri tanda checklist/contreng (√) pada kolom (+) yang
bernilai 1, dan apabila tidak dilaksanakan diberi tanda checklist/contreng
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan
pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini tidak dilakukan
karena menurut Setiadi (2007) alat pengumpul data berupa pedoman
wawancara terbuka, pedoman observasi, format penjaringan data dan
seterusnya tidak perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian ini akan
menggunakan pedoman observasi dari buku Kozier at all (2010), sehingga uji
validitas dan reliabilitasnya tidak perlu dilakukan.
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti mengajukan
permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin Kutacane. Setelah mendapatkan surat izin tersebut, maka
peneliti melapor ke kepala ruangan rawat inap sebagai persetujuan melakukan
penelitian di Rumah Sakit dan berkoordinasi dengan kepala ruangan untuk
melakukan penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian terlebih
dahulu.Penelitian ini menggunakan metode observasi, untuk itu perawat
pelaksana tidak boleh mengetahui tujuan penelitian di ruangan tersebut.Pada
saat peneliti berada di ruangan rawat inap yang telah ditentukan, maka peneliti
mengobservasi setiap tindakan pemasangan kateter urine dan/atau infus yang
dilakukan oleh perawat. Observasi dapat dilakukan berkali-kali oleh peneliti
kateterurine dan/atau pemasangan infus, peneliti menjelaskan tujuan penelitian
berdasarkan etika penelitian, dan meminta kesediaan perawat sebagai
responden, apabila setuju, maka peneliti langsung memberikan data demografi
untuk diisi oleh responden.
4.8 Analisis Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yang secara garis
besar meliputi tiga langkah yaitu: 1) editing, yaitu mengecek kelengkapan
identitas, kelengkapan data seperti isian data, 2) coding yaitu memberikan
kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk memudahkan peneliti
dalam tabulasi dan analisa data. 3) processing dari lembar observasi kedalam
program computer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
teknik komputerisasi.
Selanjutnya hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan data kapatuhan perawat
dalam pelaksanaan pemasangan kateter dan pemasangan infus di Rumah Sakit
5.1. Hasil
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan keteter urine dan
pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahuddin Kutacane
berdasarkan observasi tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa melihat siapa
yang melakukan, karena yang dilihat hanya tindakan perawat yang melakukan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April-Juni 2015. Penelitian ini
melibatkan perawat yang melakukan tindakan pemasangn kateter urine dan
pemasangan infus di ruangan terhadap 21perawat pemasangan keteter urine, 21
perawat pemasangan infus dan 8 perawat pemasangan kateter dan memasang
infus.
Hasil penelitian ini memaparkan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah
Haji Sahudin Kutacane.
5.1.1 Karakteristik Demografi
Data demografi responden terdiri dari jenis kelamin, usia, jabatan,
pendidikan dan masa kerja. Hasil penelitian ini berdasarkan jenis kelamin
menunjukan mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan sebesar 72%,
94%, berdasarkan tingkat pendidikan terakhir menunjukkan bahwa
mayoritas perawat berpendidikan D3 keperawatan sebesar 80% dan
berdasarkan lama kerja mayoritas perawat adalah <5 tahun sebesar 78%.
Komposisi perawat berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan
lama kerja dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi dan Presentase data Demografi Perawat yang Melakukan Pemasangan Kateter dan Pemasangan Infus di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
Karakteristik Perawat Frekuensi Persentase
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Kepatuhan Perawat dalam Pemasangan Kateter Urine di Rumah Sakit
UmumDaerah Haji Sahudin Kutacane.
Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi tingkat kepatuha perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
Kutacane
Variabel Patuh Tidak patuh
f % f %
Pemasangan kateter urine 21 72.4 8 27.6
Pada tabel 5.2.1 di dapatkan bahwa mayoritas 72.4% perawat patuh
pada pelaksanaan pemasangan kateter urine sedangkan perawat yang tidak
patuh sebesar 27.6%.
Tabel 5.2.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemasangan Kateter Urine di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
Tindakan pemasangan kateter urine Patuh Tidak patuh
f % f %
1. Mencuci tangan
2. Memberikan privasi pada klien
3. Menempatkan posisi klien supinasi pada klien wanita dengan lutut ditekukan dan rotasi eksternal, pada klien laki-laki supinasi tungkai sedikit dibuka
4. Memberikan pencahayaan yang adekuat 5. Memasang sarung tangan steril
6. Merendam kapas pembersih dengan larutan antiseptic.
7. Menyiapkan pelumas. 8. Melumasi kateter:
1. Pada klien laki-laki lumasi kateter sekitar 6 sampai 7 inci menggunakan jelly
2. Pada klien wanita lumasi kateter 1 samapi 2 inci menggunakan jelly
9. Membersihkan meatus:
mengambil pengelap dari pusat dan mengambil forceps di tangan dominan dan mengelap dari pusat meatus dengan gerakan melingkar ke sekeliling glans dengan hati-hati dan melakukan pembersihan ini hingga sampai tiga kali. 2. Pada klien wanita mulai dari salahsatu
sisi labia mayora dangan arah anteroposterior dan ulangi membersihkan labia minora kemudia gunakan kapas terakhir untuk membersihkan secara langsung ke atas meatus
10.Menganjurkan klien menarik napas dalam dan masukkan kateter 2 sampai 3 inci ketika klien menghembuskan napas
11.Memasukkan kateter 2 inci labih jauh setelah urine mulai mengalir ke kateter.
12.Menggelembungkan balon retensi dengan aquadest steril sesuai ketentuan volume 13.Menempatkan urobag di tempat tidur pada
posisi yang lebih rendah dari kandung kemih 14.Membereskan alat dan bahan setelah
tindakan pemasangan kateter urine yang meliputi memberikan privasi pada
klien,memberikan pencahayaan yang adekuat, mamakai sarung tangan yang
steril, menyiapkan pelumas, melumasi kateter, mamasukkan kateter 2 inci
lebuh jauh setelah urine mulai mengalir ke kateter, menggelembungkan
balon rentensi dengan aquadest steril, menempat urobag di tempat tidur pada
posisi yang lebih rendah dari kandung kemih dan membereskan alat serta
5.2.2 Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Pemasangan Infus di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
Tabel 5.2.3 Distribusi frekuensi tingkat kepatuha perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
Kutacane
Variabel Patuh Tidak patuh
f % f %
Pemasangan infus 24 82.8 5 17.2
Pada tabel 5.2.3 didapatkan bahwa mayoritas 82.8% perawat patuh pada
pelaksanaan pemasangan infus sedangkan perawat yang tidak patuh sebasar
17.2%.
Tabel 5.2.4 Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan pemasangan infus di rumah sakit umum daerah haji sahudin
Tindakan pemasangan infus Patuh Tidak patuh
f % f %
1. Mencuci tangan 2. Menyiapkan set infus 3. Menutup klem
4. Membiarkan ujung slang tertutup dengan plastik sampai infus dipasang 5. Melepaskan tutup pelindung dari lubang
kantong atau botol cairan infus
6. Masukkan penusuk ke lubang kantong atau botol cairan infus
7. Menggantungkan botol cairan infus pada tiang infus dengan jarak 1 m di atas
11. Biarkan cairan mengalir sampai belembung sikeluarkan
12. Mengklem kembali slang 13. Pasang kembali tutup slang 14. Mencuci tangan kembali
tampak lurus tidak berkelok-kelok dan tidak pada persendian
16. Memasang tourniquet 15 samapai 20 cm di atas tempat punksi
17. Memakai sarung tangan bersih
18. Membersihkan area punksi dengan kapas alcohol dengan gerakan melingkar dari tengah ke luar
19. Memasukkan kateter dengan tangan nondominan meregangkan kulit di area penusukan jarum
20. Memasukkan kateter jarum dengan kemiringan pada sudut 15 sampai 30 derajat
21. Melepaskan tourniquet
22. Melepaskan tutup pelindung ujung distal slang
23. Hubungkan selang infus ke kateter 24. Menfiksasi kateter dengan metode U 25. Memastikan ketepatan aliran infus
sesuai dengan dosis yang di berikan 26. Berikan label pada slang meliputi
tanggal
27. Menuliskan waktu pemasangan infus 28. Menuliskan inisial perawat yang
memasang infus
tindakan pemasangan infus yang meliputi menyiapkan set infus, menutup
klem, melepaskan tutup pelindung dari botol cairan infus, memasukkan
penusuk ke botol cairan infus, menggantungkan botol cairan infus dengan
jarak 1 meter diatas kepala klien, mengisi bilik tetes dengan cairan infus,
membuka tutup pelindung, melepaskan klem, membiarkan cairan mengalir
sampai gelembung dikeluarkan, mengklem selang, memlih tempat punksi
vena, memasang tourniquet 15 sampai 20 cm di atas tempat
punksi,memasukkan kateter dengan tangan nondominan meregangkan kulit di
sudut 15 sampai 30 derajat, menghubungkan selang infuse ke kateter,
menfiksasi dengan metode U dan memastikan ketepatan aliran infus sesuai
dengan dosis yang diberikan.
5.3 Pembahasan
Penelitian ini merupakan deskriptif observasional yang bertujuan
untuk mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Sahudin Kutacane.
5.3.1 Karakteristik Demografi Perawat
Hasil penelitian mengenai Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus yaitu sebanyak 58 kali
tindakan.Berdasarkan data yang didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 21
kali tindakan pemasangan kateter urine dilakukan oleh perawat dengan
patuh(72.4%), dan 24 kali tindakan pemasangan infus dilakukan perawat
dengan kategori patuh pada Standar Prosedur Operasional Pemasangan
infus (82,8%). Karakteristik perawat yang patuh adalah lebih dari 50%
berusia 25–34 tahun yaitu 45 kali (73.9%), sebagian besar pendidikan diploma III keperawatan yaitu 35 kali (68.1%), paling banyak memiliki
masa kerja <5 tahun yaitu 29 kali (62.3%).
Perawat yang tidak patuh pada Standar Prosedur Operasional
pelaksanaan pemasangan kateter urine yaitu 8 kali tindakan pemasangan
kateter(27.6%) dan 5 kali tindakan pemasangan infus (17.2%).
sebagian besar 20–30 tahun yaitu sebanyak 13 kali (26.1%), dengan masa kerja selama 0–5 tahun, lebih dari 50% pendidikan diploma III keperawatan. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar tindakan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus dilakukan dengan patuh
pada Standar Operasional Proseduryang berlaku di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin Kutacane .
5.3.2Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Pemasangan Kateter Urine
Berdasarkan hasil observasi kepatuhan perawat dalam pemasangan
kateter urine di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
didapatkan hasil mayoritas perawat patuh 72.4%.Perawat pelaksana dalam
Pelaksanaan pemasangan kateter urine telah mematuhi Standar Operasional
Prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin
Kutacane.Perawat bertindak sesuai dengan langkah-langkah atau standar
prosedur operasional pemasangan kateter urine yang berlaku di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane dalam melaksanakan pemasangan
kateter urine seperti memakai handscone steril, memberikan pencahayaan
yang adekuat, menjaga privasi klien dan melakukan pemasangan kateter
urine sesuai teknik.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nopia, Mahyudin,
dan Yasir dengan judul faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat
dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur pemasangan kateter uretra
patuh sebanyak 29 responden (67,4%) dan perawat melakukan tindakan
sesuai standar operasional prosedur sebanyak 14 responden (32,6%).
Hasil observasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan
kateter urine ada yang tidak patuh yaitu mencuci tangan, menempatkan
posisi klien wanita dengan lutut ditekukan dan rotasi eksternal, merendam
kapas sublimat dengan larutan antiseptik, membersihkan meatus, serta
menganjurkan klien tarik nafas dalam dan memasukkan kateter ketika klien
menghembuskan napas.
Berdasarkan obserasi yang didapat tidak sejalan dengan penelitian
Ratih, Elsye dan Maria (2014) Pengaruh Kepatuhan Perawat Terhadap
Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Kateter Di RS PKU
Muhammadiyah Gombong, berdasarkan hasil observasi pemasangan kateter,
diperoleh bahwa sebesar 100% perawat tidak melaksanakan pemasangan
kateter dengan baik, hal tersebut dikarenakan perawat tidak melakukan
beberapa fase perisap alat dan fase kerja diantaranya tidak meletakkan
underpad, tidak melakukan desinfektan serta meletakkan duk steril.
Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang
bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu.Kepatuhan adalah sifat
patuh, suka menurut, taat pada perintah, aturan, berdisiplin (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003).
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat perilaku kepatuhan
diantaranya yakni pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan,
pemahaman tentang instruksi, tentunya tidak seorang pun mematuhi
instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi tentang instruksi tersebut,
penggunaan istilah-istilah yang tidak umum dalam instruksi dan
memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penerima instruksi
Carpenito, L.J. (2000).
Standar Operasional Prosedur pemasangan kateter urine di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane sudah cukup baik, tetapi ada
beberapa point yang berbeda dengan prosedur menurut Kozier, et al (2010)
seperti: persiapan alat perlak, tempat specimen urin, memasang duk di
bawah bokong klien, meletakkan wadah specimen dekan klien dan
menfiksasi slang kateter. Standar Operasional Prosedur yang kurang
memperbaharui pengatahuan dapat menyebabkan mutu pelayanan kurang
maksimal khususnya dalam pasien safety yang juga dapat berdampak pada
insidensi ISK pada klien.
Penelitian ini menunjukkan perawat patuh dalam pelaksanaan
pemasangan kateter urine dan sesuai dengan langkah prosedur yang telah
ditetapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.Hal ini
harus dipertahankan upaya dalam pencegahan terjadinya infeksi saluran
5.3.3Kepatuhan Perawat dalam Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin Kutacane
Berdasarkan hasil observasi kepatuhan perawat dalam pemasangan
infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane yaitu sebesar
82.8% tindakan pemasangan infus dilakukan oleh perawat dengan patuh
pada Standar Operasional Prosedur yang berlaku di rumah sakit tersebut.
Perawat yang tidak patuh pada Standar Operasional Prosedur pemasangan
infus yaitu sebesar 17.2%. Pelayanan keperawatan dalam hal ini yaitu
pemasangan infus yang merupakan tindakan yang paling sering dilakukan di
Rrumah Sakit, tindakan pemasangan infus akan berkualitas dalam
pelaksanaanya apabila adanya kepatuhan perawat dan mengacu pada
prosedur tetap pemasangan infus (Cantika, Setyoadi, dkk, 2010).
Hasil penelitian didapatkan perawat patuh dalam prosedur
pemasangan infus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane meliputi perawat melakukan
menyiapkan set infus dengan baik, mengatur tetesan infus dengan benar
sesuai kebutuhan pasien, memasang tourniquet dengan baik serta melakukan
pemasangan dengan teknik pemasangan infus yang baik.
Hasil observasi tindakan pemasangan infus yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane ada yang tidak patuh
dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur pemasangan
infus.Ketidakpatuhan pemasangan infus pada bagian mencuci tangan,
memasang kembali tutup selang, mencuci tangan kembali, memakai sarung
tangan steril, melepaskan tutup pelindung ujung distal tidak dilakukan
karena pada menutup kembali selang tidak dilakukan, memberikan label
pada selang yaitu tanggal, menuliskan waktu pemasangan infus dan
menuliskan inisial perawat yang memsang infus. Berdasarkan hasil
penelitian perawat yang tidak patuh dalam melaksanakan Standar
Operasional Prosedur pemasangan infus dikarenakan perawat beranggapan
jika sesuai Standar Operasional Prosedur membutuhkan waktu yang lama,
perawat tergesa-gesa saat pemasangan infus serta banyaknya pasien yang
membuat perawat tidak patuh.
Hasil observasi dari pemasangan infus yang didapatkan peneliti
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andares (2009),
menunjukkan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan infus.Perawat biasanya langsung memasang infus tanpa
memperhatikan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur
tindakan tersebut, tidak tersedia handscone, kain kasa steril, alkohol,
pemakaian berulang pada selang infus yang tidak steril.
Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang
bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu.Kepatuhan adalah sifat
patuh, suka menurut, taat pada perintah, aturan, dan berdisiplin (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003).Kepatuhan perawat dapat dipengaruhi oleh
kelamin, sikap dan motivasi serta faktor eksternal yang meliputi sarana dan
prasarana, kepemimpinan dan imbalan (Yohana, 2012).
Berdasarkan observasi kepatuahn perawat dalam pelaksanaan
pemasangan infus sejalan dengan penelitian Maria dan Erlin (2012)
Penyebab kepatuhan yang lain dapat menjelaskan mengapa sebagian besar
tindakan dilakukan perawat dengan patuh dalam melaksanakan Standar
Prosedur Operasional pemasangan infus adalah usia, pendidikan dan masa
kerja mereka, dari segi usia mereka sudah mempunyai tingkat kemampuan,
kematangan dan kekuatan sehingga perawat akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi pendidikan sebagian besar perawat yang
patuh terhadap Standar Operasional Prosedur pemasangan infus memiliki
pendidikan Diploma III Keperawatan dan Sarjana Keperawatan sehingga
kemungkinan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
baginya untuk menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan
yang dimiliki. Masa kerja bahwa makin lama masa kerja perawat makin
terampil dan makin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sehingga
hasil kinerja yang dilakukan lebih positif dan produktif.
Berdasarkan data didapatkan bahwa sebagian besar perawat patuh
dalam melaksanakan pemasangan infus. Hal ini karena perawat melakukan
tindakan sesuai dengan langkah-langkah atau standar prosedur operasional
pemasangan infus yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudi
Kutacane dalam pelaksanaan pemasangan infus pada pasien dengan benar
melingkar dari tengah ke luar 100% tindakan dilakukan perawat seauai
Standar Operasional Prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah
Haji Sahudin Kutacane.
Hasil observasi pelaksanaan pemasangan infusyang didapat tidak
sejalan dengan penelitian mulyani (2011), yang melakukan penelitian Di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah Gombong
menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan
prosedur pemasangan infus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur,
berdasarkan pengamatan terhadap 12 perawat di ruangan, didapatkan 12
orang perawat (100%) yang tidak melakukan Standar Operasional Prosedur
dalam pemasangan infus. Hal ini ditunjukkan dengan perawat yang tidak
mencuci tangan dahulu, tidak menggunakan bengkok dan kapas alkohol
serta jarum infus yang sudah dipakai diletakkan di tempat yang sama dengan
alat-alat yang masih bersih. Pasaribu (2008) melakukan analisa pelaksanaan
pemasangan infus di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan
bahwa pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional
Prosedur katagori baik 27 %, sedang 40 % dan buruk 33 %.
Kepatuhan dalam pelaksanaan pemasangan infus harus
dipertahankan sesuai Standar Operasional Prosedur yang berlaku di Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane.Arikunto (2006)Kepatuhan
perawat dalam pelaksanaan prosedur tetap pemasangan infus diartikan
sebagai ketaatan untuk melaksanakan pemasangan infus sesuai prosedur
akibat pemasangan infus. Pemasangan infus akan berdampak apabila dalam
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine
dan pemasangan ifus di rumah sakit umum daerah haji sahudi kutacane.
6.1 Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah
Haji Sahudin Kutacane.
6.1.1 Pelaksanaan pemasangan kateter urine mayoritas pada kategori patuh.
Kepatuhan berdasarkan pada memberikan privasi pada klien, memberikan
pencahayaan yang adekuat, memasang sarung tangan steril, menyiapkan
pelumas, melumasi kateter, memasukkan kateter 2 inchi lebih jauhsetelah
urine mulai mengalir ke kateter, menggelembungkan balon retensi dengan
aquadest steril sesuai ketentuan volume, menempatkan urobag di tempat
tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih dan membereskan
alat dan bahan setelah melakukan tindakan. Pelaksanaan pemasangan pada
kategori tidak patuh seperti mencuci tangan, merendam kapas pembersih
dengan larutan anti septik dan membersihkan meatus.
6.1.2Pelaksanaan pemasangan infus mayoritas pada kategori patuh. Kepatuhan
berdasarkan pada menyiapkan set infus, menutup klem, melepaskan tutp
cairan infus, menggantungkan botol cairan infus pada tiang infus dengan
jarak 1 m di atas kepala klien, mengisi sebagian bilik tetes dengan cairan
infus, membuka tutup pelindung, melepaskan klem, biarkan cairan mengalir
sampai belembung dikeluarkan, memilih tempat punksi vena, memasang
tourniquet, menfiksasi selang infus dengan metode U dan memastikan
ketepatan aliran infuse sesuai dosis yang di anjurkan. Pelaksanaan
pemasangan pada kategori tidak patuh.Ketidakpatuhan berdasarkan pada
mencuci tangan, membiarkan ujung slang tertutup dengan plastik sampai
infus dipasang, memasang kembali penutup selang, membersihkan area punksi dan
berikan label pada selang meliputi tanggal, waktu dan inisial pemasang infus.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Sahudin Kutacane
Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan kateter urine dan
pemasangan infus harus dipertahankan, karena terbukti melakukan
pemasangan kateter urine dan pemasangan infus dengan baik atau sesuai
dengan standar operasional prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Sahudin Kutacane.
6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian perawatan
kateter urine dan perawatan infus dalam upaya pencegahan infeksi
6.2.3 Bagi Pendidikan Keperawatan
Berdasarkan observasi diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
meningkatkan motivasi dan pengetahuan tentang kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan pemasangan kateter urine dan pemasangan infus sesuai Standar
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta : renika cipta. Pustaka belajar
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta. Pustaka Belajar.
Arma MR. (2012). Pengaruh Pelatihan Kolaborasi Pada Perawat yang Mengalami Konflik Peran terhadap Kepatuhan dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (Pemasangan Infus) di Ruangan Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012.[Repository]. Universitas Andalas, Padang.
Atmoko T. (2008). Standar Operasional Prosedur (SOP) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Universitas Diponegoro, Semarang;
Bastable.(2002). Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC
Carayon, Bravery K., Gabriel J., Kayley, J., Scales K., dan Inwood S. (2010).Standards for infusion therapy, the RCN IV Therapy Forum, England.
Darmadi.(2008). Infeksi Nosokomia Problema dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika.
Hartawan M., Taza H., dan Syukriyadi. (2012). Hubungan Pemasangan Kateter Tetap Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Rawat Inap. Di unduh Februari 2012 dari http//www.garuda
Hidayat A., dan Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data Kesehatan. Depok: Salemba Medika.
HafizurrachmanH., Trisnantoro L., dan Bachtiar A. (2012). Kebijakan Keperawatan Berbasis Kinerja di RSU Tangerang. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 15(1): 12-19.
Josephson, D. L. (1999). Interavenous Infusion Theraphy For Nurse: Principles and Practice. Albany, NY. Delmar
Kelleher, M. M. B. (2002). Removal of Urinary Catheters: Mindnigth vs. 0600 hours. British journal of Nursing, 11, 84, 86, 88-90.
Maria I., dan Kurnia E. (2012). Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus Terhadap Pheblitis. Di unduh 1 Juli 2012 dari http://www.stikesbaptiskediri.pdf
Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan: Pengantar Utnuk Perawat Dan Profeional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC
Nopia.,Mahyudi., dan Haska Y., (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Perawat Dalam Menjalankat Standar Operasional Prosedur
Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap.Di unduh Juli 2013 dari http://www.e-librarystikesnani--nopiamahyu-175-1-artikel8.pdf.Diambil pada 24 November 2014 jam 10:41 wib
Notatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2007). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pasaribu,Masdalifa. (2006) Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus.Jakarta, Salemba Medika.
Potter P. A. dan Perry A. G. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Ratih L. U., Elsye M. R., dan Maria U. (2014). Pengaruh Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pemasangan
Kateter Di Rs PKU Muhammadiyah Gombong. Universitas
Muhammadiyah Yogjakarta. Di unduh Juni 2015.
Rusna RP. (2009). Gambaran Rekrutmen dan Seleksi Karyawan Di Rumah Sakit Permata Bekasi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sugiyono.(1994) Statistika Untuk Penelitian. Bandung.CV Alphabeta.
Suroso J. (2011). Penataan System Jenjang Karir Berdasarkan Kompetensi untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit.Eksplatasi.2011; 6(2)123-131
Syukriyadi., Baharuddin., Muhammad. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Ptotap Pemasangan Dan Irigasi Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap RSUD
Kabupaten Sinjai. Di unduh Juni 2013 dari
http://www.e-librarystikesnani
Widhori.(2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Pemasangan Infus Di Ruang Rawat inap RSUD
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Septemb
er
Oktober Novemb er
Desemb er
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Mengajukanjudul
2. Menetepkanjudul penelitian
3. Menyusun BAB 1
4. Menyusun BAB 2
5. Menyusun BAB 3
6. Menyusun BAB 4
7. Menyerahkan proposal penelitian
8. Mengajukan sidang proposal
9. Sidang proposal
10. Revisi proposal penelitian 11. Mengajukan izin penelitian 12. Pengumpulan data
13. Analisa data
14. Penyusunan skripsi 15. Pengajuan sidang skripsi 16. Ujian sidang hasil
17. Revisi
Lampran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Judul : Kepatuhan Perawat dalam Pemasangan Kateter dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Sahudin Kutacane
Peneliti : Habibul Ummi
Nim : 111101132
Saya adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan, akan melakukan penelitian tentang “Kepatuhan Perawat dalam
Pemasangan Kateter dan Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Sahudin Kutacane”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat suka rela. Bapak/ibu
mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan
jika bapak/ibu tidak bersedia menjadi responden maka saya akan tetap
menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap proses penelitian ini, dan jika
bapak/ibu bersedia mohon untuk menandatangani lembar persetujuan ini.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya
saya ucapkan terimakasih
Medan, Mei 2015 Responden
Lampiran 3
KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PEMASANGAN KATETER DAN PEMASANGAN INFUSE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI SAHUDIN KUTACANE
Hari/tanggal: ……….
Petunjuk pengisian : isilah titik-titik yang tersedia dan beri tanda contreng/check
list(√) pada kotak yang sesuai dengan bapak/ibu Data Demografi Responden
1. No Responden : ………...
2. Jenis Kelamin : Laki-laki, Perempuan
3. Usia : …… Tahun
4. Pendidikan Terakhir : S1 Keperawatan
D3 Keparawatan
SPK
Lampiran 4
FORMAT OBSERVASI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PEMASANGAN KATETER
DI RUANGAN PETUNJUK PENGISIAN:
1. Adapun kriteria jawaban dalam lembar observasi ini sebagai berikut:
(+) : Perawat melakukan atau patuh dalam pelaksanaan prosedur pemasangan
katater.
4. Kateter steril sesuai ukuran yang di butuhkan
5. Urobag 6. Spuit 10 ml 7. Selimut
8. Plester
9. Kapas dan cairan sublimate
10. Jelly 11. Aquadest
b. Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Menjelaskan Tujuan melakukan pemasangan kateter
c. Prosedur
1. Mencuci tangan
2. Memberikan pripasi pada klien.
3. Menempatkan posisi klien supinasi pada klien wanita dengan lutut ditekukan dan rotasi eksternal, pada klien laki-laki supinasi tungkai sedikit dibuka.
4. Memberikan pencahayaan yang adekuat. 5. Memasang sarung tangan steril.
6. Merendam kapas pembersih dengan larutan antiseptic.