• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU (Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

APRES SYAHWALIA HIDAYASRI

HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN

OBAT TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT

PASIEN TUBERKULOSIS PARU

(Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ii LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT

TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN

TUBERKULOSIS PARU

(Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2015

Oleh:

APRES SYAHWALIA HIDAYASRI NIM : 201110410311253

Disetujui Oleh :

Pembimbing I,

Dra Liza Pristianty, M.Si, M.M, Apt NIP. 19621115198802022

Pembimbing II,

(3)

iii

LEMBAR PENGUJIAN

HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT

TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN

TUBERKULOSIS PARU

(Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada Sabtu, 15 Agustus 2015

Oleh:

APRES SYAHWALIA HIDAYASRI NIM : 201110410311253

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dra Liza Pristianty, M.Si, M.M, Apt Ika Ratna Hidayati, S.Farm., M.Sc, Apt NIP. 19621115198802022 NIP. 11209070480

Penguji III Penguji IV

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., SpFRS Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru (Studi di Puskesmas Janti Kota Malang)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat baik dikarenakan adanya sumbangan pemikiran, moral, dan material dari berbagai pihak yang telah bersedia membantu dan mendukung penulis dengan hati ikhlas selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Universitas Muhammadiyah Malang, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

2. Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., selaku Kepala program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

3. Dra Liza Pristianty, M.Si, M.M, Apt. selaku dosen pembimbing I. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan serta jerih payah, waktu, pikiran dan tenaganya yang telah dicurahkan guna membimbing penulis dengan penuh kesabaran, dukungan dan tanggung jawab dari awal hingga proses pengerjaan skripsi ini berakhir.

4. Ika Ratna Hidayati, S.Farm., M.Sc, Apt. selaku dosen pembimbing II. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kesabaran, bantuan, bimbingan, dukungan, dan ilmu yang dibagikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini hingga berakhir.

5. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., SpFRS dan Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS. selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

(5)

v

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih telah bersedia mendidik, membimbing, dan mengajarkan ilmu kefarmasian sehingga penulis mampu menyelesaikan mata kuliah dan skripsi ini. 7. Dinas Kesehatan Kota Malang yang telah memberikan izin untuk pengadaan

penelitian di Puskesmas Janti Kota Malang.

8. Kepala Puskesmas Janti dan Jujuk, S. Kep selaku petugas kesehatan penanggung jawab Tuberkulosis di Puskesmas Janti Kota Malang yang telah membantu penulis melakukan penelitian dengan memberikan data pasien untuk keperluan pengerjaan skripsi.

9. Orang Tua, kakak dan adik: Ayahanda Alm. Matkasan, Ibunda Hj. Sri Maslakah, serta kakak Novia Mustika dan adik Tisya Trilakana yang selalu memberikan dukungan moral, materi, doa dan semangat yang sangat berlimpah kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

10. Sakoplek (Nur Shabrina, Amel, Virgin, Sakinah, Vita, Soli, Handy, Riza, Jauzi, Hendro) serta teman-teman Farmasi UMM angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan, serta kebersamaannya pada masa perkuliahan.

11. Kakak Lia, Kakak Anisa Maulida, Frita Dina, Dyah Ayu Paramita, teman-teman

kost SGB’09 yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dan

mendukung sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun terkait dengan topik yang penulis angkat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Malang, 16 Agustus 2015

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penyakit Tuberkulosis Paru ... 6

2.1.1 Definisi dan Etiologi ... 6

2.1.2 Anatomi Paru ... 6

2.1.3 Gejala Umum dan Tanda ... 7

2.1.4 Patofisiologi ... 7

2.1.5 Cara Penularan ... 8

2.1.6 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita ... 8

2.1.6.1 Organ Tubuh yang Sakit ... 8

2.1.6.2 Berdasarkan Tipe Penderita ... 9

2.1.6.3 Hasil Pemeriksaan Dahak secara Mikroskopis Langsung ... 10

(7)

vii

2.1.7 Diagnosis ... 11

2.1.8 Pengobatan atau Tindak Lanjut ... 12

2.1.8.1 Penderita yang Sudah Sembuh ... 12

2.1.8.2 Pengobatan Lengkap ... 12

2.1.8.3 Meninggal ... 12

2.1.8.4 Pindah ... 12

2.1.8.5 Defaulted atau Drop Out ... 13

2.1.8.6 Gagal ... 13

2.1.9 Pengobatan Tuberkulosis ... 13

2.1.9.1 Tujuan Pengobatan ... 13

2.1.9.2 Prinsip Pengobatan ... 13

2.1.10 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ... 14

2.1.10.1 Isoniazid (INH) ... 14

2.1.10.2 Rifampisin ... 14

2.1.10.3 Etambutol ... 15

2.1.10.4 Pirazinamid ... 16

2.1.10.5 Streptomisin ... 16

2.1.11Panduan Obat Antituberkulosis (OAT) di Indonesia ... 17

2.1.11.1 Kategori 1 (2HRZE/4H3R3) ... 17

2.1.11.2 Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) ... 18

2.1.11.3 OAT Sisipan (HRZE) ... 18

2.2 Kepatuhan Pasien ... 19

2.2.1 Analisa Kepatuhan ... 19

2.2.2 Faktor – Faktor Kepatuhan ... 20

2.2.3 Perilaku yang Mempengaruhi ... 21

2.2.4 Perspektif Kepatuhan ... 21

2.3 Pengawas Menelan Obat (PMO) ... 22

2.3.1 Definisi PMO ... 22

2.3.2 Syarat menjadi PMO ... 22

2.3.3 Peran PMO ... 23

2.3.4 Pentingnya Pengawasan Menelan Obat ... 23

(8)

viii

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 25

3.1 Kerangka Konseptual ... 25

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Desain Penelitian ... 27

4.2 Lokasi Penelitian ... 27

4.3 Waktu Pengambilan Data ... 27

4.4 Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian ... 27

4.4.1 Populasi Penelitian ... 27

4.4.2 Teknik Sampling ... 27

4.4.3 Sampel Penelitian ... 28

4.4.3.1 Kriteria Inklusi ... 28

4.4.3.2 Kriteria Eksklusi ... 28

4.5 Variabel Penelitian ... 29

4.5.1 Variabel Bebas ... 29

4.5.2 Variabel Terikat ... 29

4.6 Instrumen Penelitian ... 29

4.7 Definisi Operasional Variabel ... 31

4.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 32

4.8.1 Uji Validitas ... 32

4.8.2 Uji Reliabilitas ... 33

4.9 Prosedur Pengumpulan Data ... 33

4.9.1 Sumber Data ... 34

4.9.2 Pengumpulan Data ... 34

4.9.3 Pengolahan Data ... 35

4.9.4 Analisis Data ... 36

4.9.4.1 Analisis Data Univariat ... 36

4.9.4.2 Analisis Data Bivariat ... 37

4.10 Etika Penelitian ... 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 41

(9)

ix

5.1.1 Uji Validitas ... 41

5.1.2 Uji Reliabilitas ... 43

5.2 Hasil Uji Statistik Univariat ... 44

5.2.1 Distribusi Frekuensi ... 44

5.2.1.1 Usia Pasien TB Paru ... 44

5.2.1.2 Jenis Kelamin Pasien TB Paru ... 44

5.2.1.3 Pekerjaan Pasien TB Paru ... 45

5.2.1.4 Status PMO Dengan Pasien TB Paru ... 45

5.2.1.5 Pekerjaan PMO ... 46

5.2.1.6 Usia PMO ... 47

5.2.1.7 Jenis Kelamin PMO ... 47

5.2.2 Tingkat Peran PMO ... 48

5.2.3 Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru ... 49

5.2.3.1 Kepatuhan Pasien TB Paru Berdasarkan Usia PMO ... 51

5.2.4 Tabulasi Silang Hubungan Peran PMO Terhadap Kepatuhan Beobat Pasien TB Paru ... 52

5.3 Hasil Uji Statistik Bivariat ... 53

5.3.1 Analisis Hubungan Peran PMO Terhadap Kepatuhan Beobat Pasien TB Paru ... 53

BAB 6 PEMBAHASAN ... 54

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

7.1 Kesimpulan... 63

7.2 Saran ... 63

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 1 ... 17

II.2 Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 2 ... 18

II.3 Dosis KDT untuk Sisipan ... 19

IV.1 Kisi-kisi Instrumen ... 30

IV.2 Definisi Operasional Variabel ... 31

IV.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 38

V.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Peran PMO ... 42

V.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Pasien TB Paru ... 42

V.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 43

V.4 Tingkat Peran PMO ... 48

V.5 Tingkat Kepatuhan Paien TB Paru ... 50

V.6 Kepatuhan Pasien TB Paru Berdasarkan Usia PMO ... 51

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Paru ... 6

3.1 Kerangka Konsep ... 25

4.1 Kerangka Operasional ... 40

5.1 Diagram Usia Pasien TB Paru ... 44

5.2 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 44

5.3 Diagram Pekerjaan Pasien TB Paru ... 45

5.4 Diagram Status PMO dengan Pasien TB Paru ... 46

5.5 Diagram Pekerjaan PMO ... 46

5.6 Diagram Usia PMO ... 47

5.7 Diagram Jenis Kelamin PMO ... 47

5.8 Diagram Tingkat Peran PMO ... 49

5.9 Diagram Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru ... 50

5.10 Diagram Kepatuhan Pasien TB Paru Berdasarkan Usia PMO ... 51

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Paru ... 6

3.1 Kerangka Konsep ... 25

4.1 Kerangka Operasional ... 40

5.1 Diagram Usia Pasien TB Paru ... 44

5.2 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 44

5.3 Diagram Pekerjaan Pasien TB Paru ... 45

5.4 Diagram Status PMO dengan Pasien TB Paru ... 46

5.5 Diagram Pekerjaan PMO ... 46

5.6 Diagram Usia PMO ... 47

5.7 Diagram Jenis Kelamin PMO ... 47

5.8 Diagram Tingkat Peran PMO ... 49

5.9 Diagram Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru ... 50

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 71

2. Kartu Pengobatan Pasien TB Paru ... 72

3. Kondisi Rumah Pasien TB Paru ... 73

4. Data Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Pasien TB Paru ... 74

5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Pasien ... 75

6. Data Uji Validitas Kuesioner Peran PMO ... 79

7. Hasil Uji Validitas Kuesioner Peran PMO ... 80

8. Daftar Nilai r Tabel ... 84

9. Hasil Uji Reliabilitas ... 85

10. Data Kuesioner kepatuhan Pasien TB Paru Saat Penelitian ... 86

11. Data Kuesioner Peran PMO Saat Penelitian ... 88

12. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Menggunakana SPSS ... 90

13. Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 91

14. Lembar Informed Consent (Persetujuan Responden) ... 92

15. Kuesioner Penelitian ... 93

16. Surat Ijin Studi Pendahuluan ... 95

17. Surat Rekomendasi Pelaksanaa Penelitian ... 96

18. Surat Izin Pelaksanaa Penelitian ... 97

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi ke 6, Jakarta : Renaka Cipta.

Asih, Y., 2000. Dasar-Dasar Riset Keprawatan, Jakarta : EGC, hal 147.

Asih, N. G., dan Effendy, C., 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Pernapasan, Jakarta: EGC, hal 83.

Asmadi., 2008. Konsep Dasar Keprawatan, Jakarta: EGC, hal 30.

Bastable, S.B, 2002 Widyastuti, S., Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran, Jakarta: EGC, hal 84.

Bosworth, H., 2012. Enhancing Medication Adherence, London: Spinger Healthcare, pp 18.

Budiarto, E., 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran, Jakarta: EGC, hal 63.

Cahyono, J. B. S. B., 2010. Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi, Yogyakarta: Kanisius, hal 50.

Crofton, J., 2002. Tuberkulosis Klinis, Edisis 2, Jakarta: Widya Medika, hal 54.

Danim, S., 2003. Riset Keprawatan: Sejarah dan Metodologi, Jakarta : EGC, hal 120.

Davey, P., 2005. Medicine at a glance, Jakarta: Erlangga, pp 296.

Dewi, M., Nursiswati, dan Ridwan, 2006. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien TBC dalam Menjalankan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis di Tiga Puskesmas Kabupaten Sumedang. Keprawatan, Vol. 10 No. 19, hal 67.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Direktorat Jendral Bina Farmasi Dan Alat Kesehatan, Jakarta.

(15)

xv

Departemen Kesehatan RI, 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, 2010. Penanggulangan Penyakit TB Paru di Kabupaten Malang, http://dinkes.malangkab.go.id/berita-130.html, diakses tanggal 7 Januari 2015.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

Djojodibroto, R. D., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine), Jakarta : EGC, hal 151.

Erawatyningsih, E., Purwanta, dan Subekti, H., 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat pada Penderita Tuberkulosis Paru.

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25 No. 3, hal 118.

Gitawati, R., Sukasediati, N., 1999. Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di DKI Jakarta 1996-1999,

http://kalbe.co.idfilescdkfiles08_StudiKasusHasilPengobatan.pdf08_StudiKasus HasilPengobatan.html, diakses 5 Juni 2015.

Green, L. 1980. Health Education Planning :A Diagnostic Approach, California :Mayfield Pbl. Comp. pp 112.

Hapsari, J. R. 2010. Hubungan Kinerja PMO dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,

http://eprints.uns.ac.id/5534/1/135250908201010261.pdf, diakses 13 Juli 2015.

Hartono., 2004. Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Belajar, hal 79.

Hayati, A., 2011. Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2010-2011 Di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok, Jakarta: Skripsi FMIPA UI, hal 40.

Heryanto, dan Komalig, F., 2004. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) pada Kejadian Putus Berobat Penderita TB Paru di DKI Jakarta Tahun 2002, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. XV, No. 2: 13-19, hal 93. Hidayat, A., 2007. Metode Penelitian Keprawatan dan Teknik Analisis Data,

Jakarta: Salemba Medika, hal 83.

Irianto, K., 2008. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Edisi ke-5, Bandung: CV. Yrama Widya, hal 64.

(16)

xvi

Kaper, D. L., and Fauci, A. S., 2010. Harrison’s Infectious Diseas, China : McGraw Hill, pp 247.

Kayigamba, F.R., Bakker, M.I., Mugisha, V., Naeyer, L.D., Gasana, M., Cobelens, S. and Loeff, M.S., 2013. Adherence to Tuberculosis Treatment Sputum Smear Conversion and Mortality A Retrospective Cohort Study in 48 Rwandan Clinics TB Treatment Adherence in Rwanda, Institute of Infectious Diseases and Molecular Medicine, Vol. 8, pp. 1.

Kementrian Kesehatan RI., 2013. Penyakit Menular Non-Neglected, Badan Peneelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Kusbiyantoro, 2002. Perbandingan Efektivitas Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat Sebagai Pengawas Minum Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Konversi Dahak Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kebumen.

Thesis Pascasarjana UGM Yogyakarta.

Laban, Y. Y., 2008. Kesehatan Msyarakat TBC, Yogyakarta : Kanisius, hal 22.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3, Jilid 1, Jakarta : Media Aesculapius, hal 475.

Mardella, E.A., Issuryanti, M., 2009. Diagnosis Keprawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi ke-9, Jakarta : EGC, hal 703.

Misnadiarly., 2006. Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru, Jakarta: Pustaka Obor, hal 13.

Monks, F.J., Knoers, dan Vegt, 2001. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 293.

Munir, S.M., Nawas, A., dan Soetoyo, D.K., 2010. Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug Resistant (MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan.

J Respir Indo., Vol. 33 No. 4, hal 224-225.

Muniroh, N., Aisah, S., dan Mifbakhuddin., 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penyakit Tuberkulosis (TBC) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, Vol. 1, hal 38.

Murtiwi., 2006. Keberadaan Pengawas Minum Obat (PMO) Pasien Tuberkulosis Paru di Indonesia, Jurnal Keprawatan Indonesia, Vol. 10, No. 1, hal 4.

Musyarofah., Rosiana., Siswanti., 2013. Perbedaan Kepatuhan Minum Obat Sebelum dan Setelah Afirmasi Positif Pada Penderita TB paru di Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus, JIKK, Vol. 4, hal 66-68.

(17)

xvii

Notoatmodjo, Soekidjo., 2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hal 43.

Nugroho, E., 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 3, Jakarta: EGC. Hal 435.

Nursalam, 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keprawatan, Edisi ke 2, Jakarta : Salemba Medika, hal 93-97Pendit, B. U., 1999.

Managemen Pelayanan Kesehatan Primer, Jakarta : EGC, hal 166-178.

Pendit, B. U., 1999. Managemen Pelayanan Kesehatan Primer, Jakarta : EGC, hal 166.

Perkumpulan Dokter Paru Indonesia., 2004. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia, Jakarta: PDPI, hal 10.

PPTI., 2010. Buku Saku Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia, Jakarta: Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.

Puri, N.A., 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS. Solo : Skripsi Sarjana Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Purwanta, 2005. Ciri-ciri Pengawas Minum Obat yang Diharapkan oleh Penderita Tuberkulosis Paru di Daerah Urban dan Rural di Yogyakarta .www.jmpk-online.net.. diakses 25 Juni 2011.

Sarafino, E. P., 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons, pp 136.

Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta: EGC, hal 386.

Shronts, E.P., 1993. Basic Concepts of Immunology and Its Application to Clinical Nutrition. London: Spinger Healthcare, pp 322.

Siswandono., dan Soekardjo, B., 2008. Kimia Medisinal, Edisi ke-2, Surabaya: AUP, hal 37-48.

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC, hal 56.

Somantri, I., 2007. Keprawatan Medikal Bedah: Asuhan Keprawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta: Salemba Medika, hal 59.

Sunaryo., 2004. Psikologi untuk Keprawatan, Jakarta: EGC, hal 25.

(18)

xviii

Susan, S., 2009. Gray’s Anatomy, 40th Edition, London: Churchill Livingstone, hal 547.

Syamsuni., 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta: EGC, hal 47.

Tamher, M., dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keprawatan, Jakarta: Salemba Mededika, hal 8.

Tim Pustaka Yustisia., 2014. Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS, Jakarta: Visimedia, hal 31.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman

Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Indonesia merupakan negara dengan kasus TB paru terbesar bersama 21 negara yang lain. Angka kejadian TB Paru pada tingkat nasional, Provinsi Jawa Timur berada diperingkat kedua di bawah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012, angka CDR (Case Detection Rate) sebesar 63.03% dengan jumlah kasus baru (positif dan negatif) sebanyak 41.472 penderita dan BTA Positif baru sebanyak 25.618 kasus. Kondisi tersebut masih jauh dari target CDR yang ditetapkan yaitu 70% (Dinkes Jatim, 2013). Penanggulangan Tuberkulosis (TB) Paru di Indonesia menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasikan WHO sejak tahun 1995. Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung, yaitu adanya seseorang yang bertanggung jawab mengawasi pasien menelan obat yang sering disebut dengan PMO (Munir, 2010).

Angka kesembuhan penderita TB Paru di Malang pada tahun 2006 yang telah melalui pemeriksaan dahak dengan BTA positif sebanyak 656 penderita, sedangkan melalui pemeriksaan rountgen positif sebanyak 339 penderita dan yang sudah diobati 564 orang dengan penderita sembuh sebanyak 481 orang (85,28%). Angka kesembuhan pada tahun 2006 ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 415 orang (83,5%). Tahun 2007 dengan penderita yang sembuh sebanyak 510 orang (77,16%). Tahun 2008 BTA positif meningkat sebesar 809 penderita, dan diobati sebanyak 100%, dengan tingkat kesembuhan 77,98% (542 penderita). Tahun 2009 BTA positif kembali meningkat sebesar 837 penderita, dan yang diobati sebanyak 809 (95,65%), dengan tingkat kesembuhan 73,30% (593 penderita). Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan target Indikator Indonesia sehat 2010 yaitu 85% (Dinkes Kota Malang, 2010).

(20)

2

kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat (Depkes RI, 2005). Menurut Muttaqin (2008), pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif 2-3 bulan dan fase lanjutan 4-7 bulan. Pengobatan TB yang lama dan tanpa putus dapat menyebabkan pasien tidak patuh. Perilaku berobat yang patuh akan berpengaruh terhadap hilang atau berkurangnya gejala penyakit sehingga dapat dijadikan ukuran kesembuhan bagi penderita. Berat atau ringannya gejala penyakit mempengaruhi kepatuhan penderita berobat. Kepatuhan merupakan suatu indikator sesorang memenuhi unsur yang diharapkan dari suatu pencapaian. Tingkat kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh cara berpikir individu yang tercermin dalam sikapnya (Musyarofah dkk, 2013). Kepatuhan merupakan perilaku positif yang diperlihatkan pasien saat mengarah ke tujuan terapeutik yang ditentukan (Mardella dan Issuyanti, 2009). Pasien yang mendapatkan pengobatan jangka panjang berpotensi berhenti minum obat karena bosan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya resistensi (kuman kebal). Akibatnya, harus diganti dengan obat yang lebih mahal dan memiliki efek toksisitas yang lebih besar. Pasien tuberkulosis harus minum obat selama beberapa bulan, perlu diberi banyak penjelasan dan dorongan. Mereka harus tetap minum tabletnya walaupun sudah merasa lebih baik, bila tidak penyakitnya akan kambuh lagi (Pendit, 1999). Cara mengukur kepatuhan dalam penelitian ini ialah menggunakan kuesioner dan kartu pengobatan pasien. Kuesioner menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-4) yang telah dimodifikasi. Skala morisky berisi 4 butir pertanyaan yang mewakili ukuran kepatuhan secara untuk memprediksi kepatuhan pengobatan (Bosworth, 2012). Terdiri dari 4 butir pertanyaan yang berasal dari MMAS-4 dan 6 butir pertanyaan yang ditambahkan. Kuesioner tersebut akan diuji validitas dan reliabilitasnya agar dapat digunakan dalam penelitian. Kartu pengobatan pasien sebagai pendukung untuk mencocokkan beberapa butir pertanyaan.

(21)

3

dengan syarat bersedia dan dapat meyakinkan penderita. Penunjukan PMO yang pertama kali dilihat adalah kesanggupan keluarga (suami atau istri, anak, orang tua dan lain-lain) untuk menjadi PMO bagi anggota keluarganya sendiri. Bila tidak ada yang bersedia menjadi PMO, barulah mencari dari tetangga sekitar atau kader kesehatan dan seterusnya (Depkes RI, 2011). Keluarga adalah orang terdekat yang setiap saat bisa mengawasi pasien pada saat minum obat tanpa harus

mengeluarkan transportasi. Selama masa pengobatan diperlukan kerja sama yang

baik serta berkesinambungan antara seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)

dengan penderita dalam mematuhi peraturan tata cara minum obat dan kontrol

kesehatan (Muniroh dkk, 2013). Terbentuknya PMO mencegah penularan,

mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis di dunia (Dewi, 2009). Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh adanya keteraturan minum obat anti tuberkulosis. Hal ini dapat tercapai dengan adanya Pengawas Menelan Obat (PMO) yang memantau dan mengingatkan penderita TB paru untuk meminum obat secara teratur. PMO sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil yang optimal. PMO yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, dapat menentukan tingkat keberhasilannya. Setelah diketahui bahwa keluarganya positif tuberculosis paru maka mereka mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan

dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan bagi Pengawas Menelan Obat

(PMO) dan menjadi acuan untuk melakukan tindakan dalam mendukung

kesembuhan penderita. PMO juga bisa mendapatkan pengetahuan tentang

tuberkulosis dari poster-poster yang terpasang di Puskesmas dan juga melalui

media masa yang memuat tentang kesehatan (Puri, 2010).

(22)

4

yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu peneliti memilih semua sample yang terdapat pada populasi yang telah memenuhi karakteristik yang akan diteliti (Nursalam, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Janti Kota Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam mendukung kepatuhan berobat pasien TB paru.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini untuk menggali informasi tentang :

1. Untuk mengidentifikasi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) TB paru di Puskesmas Janti Kota Malang.

2. Untuk mengidentifikasi kepatuhan berobat pada penderita TB paru di Puskesmas Janti Kota Malang.

3. Untuk mengidentifikasi hubungan peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap kepatuhan berobat pasien TB paru di Puskesmas Janti Kota Malang.

1.4 Hipotesis

(23)

5

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan sekaligus memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian lapangan mengenai perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru.

2. Bagi penyelenggara kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi petugas penanggulangan TB dalam upaya meningkatkan kepatuhan berobat TB paru sehingga angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh M. tuberculosis dapat menurun serta kejadian resistensi obat dalam dicegah.. 3. Bagi dunia ilmu pengetahuan

Mengetahui secara mendalam tentang peran keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) pada TB Paru, maka diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik yang bersifat konseptual dan teoritis. 4. Bagi Pasien

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar  Halaman
Gambar  Halaman

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Kualitas dari aspek medis harus adekuat (tidak lebih dan tidak kurang) Sementara peran swasta for profit ada kecenderungan untuk memberi layanan berlebihan (untuk

For the analysis of cluster structures in a multidimensional data volume it is proposed to use elastic maps technologies, which are methods for mapping points of the

Hasil penelitian pada lahan masam di Nunukan, Kalimantan Utara menunjukan adanya dua calon varietas yang dapat direkomendasikan sebagai benih alternatif untuk

Rekomendasi yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian yang diperoleh adalah diperlukan penelitian lebih lanjut

Pada penelitian ini biji kedelai hitam varietas Dentam 1 memiliki kadar antosianin sebesar 609,5 mg/100 g kemudian kadar antosianin meningkat setelah perlakuan