• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI

SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL

SKRIPSI

OLEH :

SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: kesan golongan muda tidak mendapat pendidikan yang sempurna

(2)

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI

SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

ABSTRAK

Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar

dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya.

Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para

siswanya namun ada juga yang tidak.

Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein

serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah

dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah

fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para

siswanya.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari

setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.

Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school

yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya.

Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan

siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.

Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak

menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.

Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang,

(5)

ABSTRACT

The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.

This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.

This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.

The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.

Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt,

Raja manusia, sembahan manusia yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit

dan di bumi, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya

penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KECUKUPAN

ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG

MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG

DARI SEKOLAH DENGAN SISITEM FULLDAY SCHOOL”. Shalawat beriring

salam dihanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan manusia, panutan

manusia, rasul yang begitu mencintai ummatnya, Allahumma shalli ala Muhammad

wa a’la ali Muhammad.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan

mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas

dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

(7)

2. Prof. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat di FKM USU dan Dosen Pembimbing I

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II.

5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi dan Ernawati Nasution, SKM, MKes,

selaku Dosen Penguji I dan Penguji II

6. Bang Marihot Samosir, ST selaku staf Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU

yang senantiasa memberikan bantuan dan pertanyaan khas.

7. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses

perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Alfira Rosma, SH., SPd selaku Kepala Sekolah SMP Siti Hajar Fullday

School dan Ibu Leni Wahyuni Siregar, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP

Islam Al-ulum Terpadu, semoga Allah membalas dengan limpahan pahala

segala kemudahan yang Ibu berikan kepada penulis.

9. Para guru di SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu

yang menyambut penulis dengan baik telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

10. Siswa SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu

khusunya siswa kelas VIII yang telah bersedia menjadi responden dan

membantu penulis dalam penelitian ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak

terhingga kepada :

(8)

1. Ayahanda tercinta, Alm. Chaliluddin sosok Ayah yang tak akan pernah

terlupakan, doa ananda akan senantiasa menemanimu wahai ayahanda serta

Mamak tersayang Ibunda Sri Malinni, sosok Ibu idaman yang selalu kuat dan

memberi semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan studi di FKM

USU, maaf karna sering meninggalkan mamak.

2. Kepada Kakanda Siti Auditia, Spd yang selalu mengerti, kepada Adinda Siti

Muthmainnah, Siti balqis, yang selalu memberikan pertanyaan yang menusuk,

lihat saja berapa lama kalian akan menyelesaikan skripsi nanti dan

kesayangan kakak, Ahmad Basyir, terima kasih doanya dan semangat terus

menghafal qurannya ya sayang. Semoga Allah merahmati kita.

3. Tante Anni Kholilah, terima kasih atas segala bantuan dan pengertiannya

tante. Kak siah yang selalu mendengarkan curahan hati penulis, kak, fitri, bu

as yang membantu memberi semangat.

4. Keluarga besar H. Noekman dan keluarga besar H. Maragading Tanjung,

terima kasih telah menjadi penopang kami disaat cobaan hidup yang tak

mudah ini melanda.

5. Saudari-saudari yang saya cintai karna Allah, teman seperjuangan dalam jalan

dakwah yang tak mudah ini, yang tak mungkin disebut namanya satu persatu.

Semoga Allah menetapkan hati dan kaki kita untuk tetap istiqomah.

6. Kak dewi waty dan kak rina, terima kasih doa dan motivasinya. Asna, Zahra,

Irsa, kak elsa terima kasih pengertiannya. Terima kasih juga pada Rifa,

Nurma, Sabrina yang membantu memberi semangat.

(9)

7. Yang terspesial dan sangat banyak membantu penulis, adinda Intan sholiha,

Asih monica, Athira demitri, Jenny feby andriani, Anestia Rovitri, kak

Faradilla semoga Allah membalas dengan limpahan pahala. Juga Rodhia

ramadhani, sejak PBL banyak kisah yang kita ukir, terima kasih selalu

membantu.

8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 peminatan Gizi Kesehatan

Masyarakat FKM USU, khususnya Ratna, Halis, Cyntia, Citra, Nia, Fitratur,

Fira, Fani yang telah membagi ilmu dan semangat. Juga kakak-kakak

peminatan gizi, kak entiwe dan kak alvira.

9. Teman-teman PBL kelompok 8 yang baik hatinya, kak era, Jean, kak friska,

rahma, kak opa, dan pak boss, terima kasih atas semangat dan kebersamaan

yang tak terlupakam.

10. Teman-teman Mahasiswa Angkatan 2011, khususnya Irma damayanti, Atika

rahma, Henti fitriani dan Chairunnisa.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat untuk semua kalangan.

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.2 Kecukupan Energi dan Protein remaja ... 11

2.2.1 Asupan Energi ... 11

2.2.2 Kecukupan Asupan Energi ... 12

2.2.3 Asupan Protein ... 13

2.2.4 Kecukupan Asupan Protein... 15

2.3 Status Gizi ... 16

2.3.1 Penilaian Status Gizi ... 17

(11)

2.5 Fullday School ... 20

2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah ... 24

2.7 Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Sampel ... 36

4.2.1 Jenis Kelamin dan umur... 37

4.2.2 Riwayat Penyakit ... 37

4.2.3 Pekerjaan Orang Tua... 38

4.2.4 Penghasilan Orang Tua ... 39

4.2.5 Pendidikan Orang Tua ... 41

4.3 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 42

4.4 Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 45

4.5 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 49

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1 Kecukupan Energi dan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 57

5.2 Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM... 59

5.3 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 60

5.4 Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa PM dan TPM... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 65

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja ... 13

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja ... 16

Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur ... 18

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 36

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Penyakit ... 38

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 39

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua ... 40

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 41

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM danTPM ... 42

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 43

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 44

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM danTPM ... 46

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 47

Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 48

Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Siswa Sekolah PM danTPM... 49

Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi Siswa PM dan TPM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

(14)

Tabel 4.15 Distribusi Asupan Energi pada Makan Siang Siswa PM dan TPM ... 52 Tabel 4.16 Distribusi Asupan Energi Siswa Laki-laki Sekolah

PM dan TPM pada Makan Siang ... 52 Tabel 4.17 Distribusi Asupan Energi Siswa Perempuan Sekolah

PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.18 Distribusi Asupan Protein Siswa Sekolah

PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.19 Distribusi Asupan Protein Siswa Laki-laki Sekolah

PM dan TPM pada Makan Siang ... 54 Tabel 4.20 Distribusi Asupan Protein Siswa Perempuan Sekolah PM dan TPM

padaMakan Siang ... 54 Tabel 4.21 Jenis dan Jumlah Energi dan Protein yang Terdapat Dalam Makan

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 68

Lampiran 2. Formulir Recall ... 69

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 70

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ... 71

Lampiran 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi ... 73

Lampiran 6. Output Tabel Frekuensi ... 74

Lampiran 7. Output Uji Chi-Squere ... 98

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Nuraini Dongoran

Tempat Lahir : Padang Sidempuan

Tanggal Lahir : 22 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 5 bersaudara

Alamat : Jl. Tuasan Perumahan Tuasan

Indah no. C8, Medan

Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Chaliluddin Dongoran

Nama Ibu : Sri Malinni Tanjung

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 11122224 Kota Pinang : 1999-2005

2. Mts Swasta Islamiyah Kota Pinang : 2005-2008

3. MAN 1 Medan : 2008-2011

(18)

ABSTRAK

Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar

dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya.

Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para

siswanya namun ada juga yang tidak.

Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein

serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah

dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah

fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para

siswanya.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari

setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.

Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school

yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya.

Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan

siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.

Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak

menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.

Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang,

(19)

ABSTRACT

The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.

This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.

This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.

The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.

Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan

pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan

pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan, agar kelangsungan hidup dan tumbuh

kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

menunjukkan gejala dan tanda pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan,

yaitu dapat mencapai potensi akademik secara optimal. Hal ini akan dapat dicapai

jika diberikan lingkungan psikososial yang adekuat. Salah satu faktor lingkungan

fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung optimal adalah zat

gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari.

Generasi penerus tersebut termasuklah para remaja. Berdasarkan

perkembangan psikologis, remaja dibagi menjadi dua. Remaja awal dan remaja

akhir. Remaja awal memiliki rentang usia 12-16. Sedangkan remaja akhir 17-21

tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2013). Remaja awal umumnya duduk di bangku

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebutuhan gizi remaja relative besar, kerena

pada usia tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat. Selain itu remaja umumnya

(21)

diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Remaja membutuhkan lebih banyak protein,

vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding

dengan anak yang belum mengalami pubertas. Ketidakseimbangan antara makanan

yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan gizi kurang

maupun masalah gizi lebih, sedangkan kekurangan gizi pada remaja akan

mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka

penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat

kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi (Safitri,

2011).

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi pendek pada remaja umur 13-15

tahun secara nasional adalah 35,1%, terdiri dari 13,8% sangat pendek dan 21,3%

pendek. Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1%, terdiri dari

3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun

di Indonesia sebesar 10.8 %, terdiri dari 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk.

Provinsi Sumatera Utara sendiri remaja umur 13-15 tahun yang tergolong sangat

pendek sebanyak 18,2 %, pendek 22,2% dan normal 59,6%. Yang tergolong sangat

kurus 2,6%, kurus 6,4 %, normal 77,3 %, BB lebih 10,9%, dan obesitas 2,7%

(Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukkan masih ada remaja yang mengalami masalah

gizi dan tentu ini akan berefek pada masa depannya kelak.

Saat ini banyak remaja di kota Medan yang mengenyam pendidikannya di

sekolah dengan sistem Fullday School. Fullday School merupakan program

(22)

ciri integrated activity dan integrated curriculum. Dengan pendekatan ini maka

seluruh program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan

ibadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan (Zuliana, 2014).

Waktu yang banyak di sekolah pastilah diisi dengan aktivitas yang padat. Agar

aktivitas yang padat tersebut bisa terlaksana dengan baik tentunya butuh asupan gizi

yang baik. Untuk itu sekolah dengan sistem fullday pada umumnya menyediakan

makan siang bagi para siswanya. Tujuannya adalah agar siswa dapat terkontrol

makan siangnya sehingga memiliki tenaga untuk melanjutkan pelajaran hingga sore

hari.

Makan siang berfungsi meningkatkan produktivitas belajar dan konsentrasi

setelah lelah beberapa jam menerima pelajaran. Saat makan siang, otak dibiarkan

berhenti sejenak dari aktivitas belajar. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada

8 murid SMP yang mendapat makan siang dari sekolah dan 8 murid SMP yang tidak

mendapat makan siang dari sekolah, menunjukkan bahwa murid SMP yang mendapat

makan siang dari sekolah memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada

murid SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Hal ini bisa terjadi karena

perbedaan asupan makan siang dikonsumsi para murid.

Selain itu, pemberian makanan di sekolah ini juga bisa menjadi salah satu

upaya kesehatan di sekolah yaitu perbaikan gizi di sekolah yang merupakan amanat

dari UU No. 23 tahun 1992, Pasal 11 : upaya kesehatan dilaksanakan melalui

(23)

Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang menyediakan makan siang bagi

para siswanya adalah Siti Hajar Fullday School. Sekolah ini terletak di Jalan Jamin

Ginting Km 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Selain

menyediakan makan siang, sekolah Siti Hajar juga memberikan snack bagi para

siswanya. Snack diberikan pukul 10.00 dan makan siang diberikan pukul 13.00.

Sekolah Siti Hajar memiliki dapur sendiri, sehingga makan siang yang disediakan

berasal dari sekolah tersebut.Siti Hajar tidak memiliki siklus menu yang tetap. Menu

ditentukan oleh para guru dan di ganti setiap hari jumatnya dan variasi menunya

sangat beragam sehingga murid tidak bosan dengan menu yang disediakan.

Namun ada juga sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi

siswanya. Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyediakan makan

siang bagi siswanya adalah Al-Ulum Terpadu Islamic School yang terletak di Jalan

Tuasan no. 35 Medan.Siswa disekolah ini biasanya memperoleh makan siang dari

bekal yang dibawa dari rumah atau membeli makan siang di kantin sekolah. Makan

siang yang di jual di kantin diantaranya nasi goreng, mie goreng, nasi sayur dll. Tidak

ada waktu dan tempat khusus untuk makan siang di sekolah ini. Sekolah hanya

memberi waktu istirahat pada pukul 10.30 dan 12.00. Sekolah juga tidak melakukan

pengontrolan terhadap makan siang para siswanya sehingga berpotensi siswa tidak

makan siang atau hanya makan cemilan saja.

Kedua sekolah tersebut memiliki alasan yang kuat untuk menyediakan atau

tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Sekolah Siti Hajar menyediakan

(24)

ada yang tidak makan siang dan agar bisa tetap fokus belajar sampai sore hari.

Sekolah Al-ulum tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya karena sekolah

berasumsi bahwa para siswa memiliki selera yang berbeda-beda sehingga

dikhawatirkan para siswa mudah bosan terhadap menu yang diberikan sehingga lebih

senang jajan dari pada harus mengkonsumsi makan siang yang diberikan sekolah.

Kedua alasan tersebut adalah alasan yang bisa diterima. Namun bagi siswa yang tidak

disediakan makan siang dari sekolah dikhawatirkan tidak terpenuhi zat gizinya.

Sehingga berpotensi terhadap tumbuh kembangnya kelak.

Atas dasar ini penulis berasumsi bahwa anak sekolah dengan sistem Fullday

School yang mendapat makan siang dari sekolah, kecukupan energi dan kecukupan

protein serta status gizinya lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan

siang dari sekolah. Membuktikan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian

dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa yang

sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dengan yang tidak mendapat

makan siang dari sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut : Apakah kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa

yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik

dari pada yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.

1.3 Tujuan Penelitian

(25)

Membandingkan kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa

yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dan yang tidak

mendapat makan siang dari sekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah energi dan protein yang terdapat dalam makan siang yang

disediakan sekolah Fullday School yang menyediakan makan siang.

2. Mengetahui sumbangan makan siang yang disediakan sekolah fullday terhadap

pemenuhan kecukupan energi dan protein anak SMP.

1.4 Hipotesis

1. Kecukupan energi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari

sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat

makan siang dari sekolah.

2. Kecukupan protein siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari

sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat

makan siang dari sekolah.

3. Status gizi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah

lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat makan siang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi kepada sekolah fullday yang memberi makan siang

tentang tingkat kecukupan energi, protein serta status gizi siswa-siswinya.

(26)

2. Dapat menjadi masukan bagi sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang

pada siswanya, agar menyediakan makan siang yang berkualitas pada siswanya.

3. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan tentang permasalahan gizi anak

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Remaja

Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baikdi masa

mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya

perubahan-perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan

psikososial atau tingkah laku (Adriani dan Wirjatmadi,2013).

Menurut Prastiwi yang dikutip oleh Safitri (2011), masa remaja merupakan

masa terjadinya perubahan-perubahan untuk pertumbuhan. Periode Adolesensia atau

masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi

badannya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi

tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Permulaan growth spurt pada

anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya.

Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga

kebutuhan zat gizi akan naik pula.

Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan

remaja. Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan

makanan sangat penting untuk dilakukan. Namun kenyataannya banyak remaja yang

tidak memenuhi gizinya karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak

berselera dengan makanan-makanan yang bergizi. Hal ini menyebabkan masa remaja

(28)

yang sangat menakjubkan, baik secara fisik, mental maupun social pada diri remaja

menyebabkan mereka memerlukan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.

2.1.1 Kebutuhan Gizi Remaja

Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh

hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow

spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja

putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,

karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya

melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat

gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Zat-zat gizi yang dibutuhkan

remaja diantaranya adalah :

a. Energi

Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah

aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun

di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan

olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang

aktif. Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak

dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan

kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh

(29)

Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka

kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah2125 kkal untuk

perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini dianjurkan

sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah

beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar,

singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

b. Protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino

esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan

lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan

protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa

pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki

lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan

protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk

perempuan setiap hari. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi

dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang

lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah

daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan

hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu),

(30)

c. Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular

skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak

dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen

massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-15

tahun adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber kalsium

diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

d. Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan

cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah

dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi

menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan

kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih

rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi

besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan

mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor

pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan

mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19 mg

(31)

e. Seng (Zinc)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama

untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk

laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.

f. Vitamin

Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan

dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka

kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam

metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk

sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,

sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A,

C dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.

2.2 Kecukupan Energi dan Protein Remaja

2.2.1 Asupan Energi

Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan kegiatan atau

aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh (Almatsier, 2004).

Energi didapatkan dari berbagai makanan sumber energi seperti karbohidrat,

lemak dan protein. Satuan energi adalah kkal (kilo kalori). Satu gram karbohidrat dan

protein dapat menghasilkan 4 kkal sedangkan dalam satu gram lemak dapat

(32)

aktifitas fisik dan pertumbuhan, serta untuk termogenesis atau untuk memberikan

respon terhadap makanan yang dikonsumsi (Murdiati dan amaliah, 2013)

Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari metabolisme

basal, efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa, 2008). Komponen terbesar dari

keluaran energi harian adalah BMR atau AMB atau BMK. Metabolisme basal

diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses

vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal

merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi

alat pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur suhu tubuh,

kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka Metabolisme Basal umumnya

dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk setiap kilogram berat badan per jam.

(Arisman, 2004)

Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia terhadap BMR

berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa

pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi (Arisman,

2004). Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi yang dikonsumsi

melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan oleh berat badan

ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.

2.2.2 Kecukupan Asupan Energi

Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup

memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil

(33)

maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya

tahan tubuh menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak

tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005).

Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena pada usia anak

dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk

dan susunan jaringan tubuh. Untuk mengetahui angka kecukupan energi anak dan

remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja

Umur (tahun) Kecukupan Energi (kalori)

Laki-laki Perempuan

10-12 13-15

2100 2475

2000 2125 Sumber : Depkes RI 2013

Menurut Walker (2009) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) asupan energi

pada makan siang setidaknya harus memenuhi 30% dari kebutuhan sehari atau harus

memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG).

2.2.3 Asupan Protein

Protein tersusun dari serangkaian asam amino, protein yang tersusun dari hanya

asam amino disebut protein sederhana. Sedangkan yang mengandung bahan selain

asam amino seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein

(34)

ikan, daging sapi, daging ayam, susu, keju, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu,

oncom, kacang-kacangan dan serealia (Devi, 2012).

Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak laki-laki,

termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan

protein lebih banyak karena lebih membutuhkan asupan zat besi yang berada di pada

protein, karena pada remaja perempuan mengalami menstruasi (Arisman, 2004).

Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran dalam

tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :

a. Pertumbuhan dan pemeliharaan

Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam

amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen guna pembantukan asam-asam

amino esensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan mungkin

bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan

dan perbaikan.

b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh

Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian

pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini bertindak sebagai katalisator atau

membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.

c. Mengatur keseimbangan air

Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu intraseluler (di dalam sel),

ekstraseluler/interseluler (di antara sel) dan intravaskular (di dalam pembuluh darah).

(35)

keadaan seimbang atau homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem

kompleks yang melibatkan elektrolit dan protein.

d. Memelihara netralitas tubuh

Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa

untuk menjaga pH pada taraf konstan.

e. Pembentukan antibodi

Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun

dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat dalam hati. Dalam keadaan

kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik

bahan-bahan racun ini berkurang.

f. Mengangkut zat-zat gizi

Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran

cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan,

dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat

gizi ini adalah protein (Almatsier, 2005).

2.2.4 Kecukupan Asupan Protein

Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan maka pertumbuhan akan

terhambat. Pada masa anak-anak protein sangat diperlukan karena untuk mencapai

pertumbuhan yang optimal, sedangkan jika kelebihan protein dapat menyebabkan

obesitas, asidosis, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam pada

(36)

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja

Umur Kecukupan Protein

Laki-laki Perempuan

10-12 13-15

56 72

60 69

Sumber :Depkes RI 2013

Adapun kalori dari makan siang sedikitnya harus memberikan sumbangan

atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Menurut

Walker (2005) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) makan siang di sekolah harus

memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi

maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan

kalsium.

2.3 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan

(requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat dapat

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung yaitu

dengan cara pemeriksaan fisik, klinis, antropometri dan biokimia. Adapun penilaian

secara tidak langsung bisa dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka

kelahiran dan data statistik vital lainnya (Safitri, 2011).

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan

keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi

yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit

(37)

gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari

jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk

melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, sehingga kelebihan zat

gizi tersebut disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang

menjadi gemuk (Almatsier, 2005).

Hasil penelitian Dwi (2011) tentang status gizi siswa yang sekolah di salah satu

sekolah fullday di Bandung menunjukkan 83,9% siswa memiliki status gizi normal.

2.3.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu

populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun gizi lebih. Salah satu cara penilaian status gizi adalah antropometri.

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan

dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada

umumnya antropometri mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh seseorang.

Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan energi dan

protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi

zat-zat gizi yang spesifik (Supariasa, 2002).

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks

antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih

pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh

dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan

(38)

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan

kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa, 2002).

Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa pertumbuhan

dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan umur. IMT/U

merupakan cara atau alat untuk memantau status gizi anak yang berusia 5 hingga 19

tahun. Nilai IMT normal untuk kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari

Z-score IMT nya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih

dahulu IMT nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel

IMT/U menurut Z-score (Dwi, 2011). Menurut WHO (2007), klasifikasi IMT anak

dan remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur

Kategori Z-scor

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD

Normal -2 SD sampai +2 SD

Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD

Obesitas >+3 SD

Sumber : WHO 2007

2.4 Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan Status Gizi Siswa

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik

atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

(39)

otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi gizi kurang terjadi

bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi

lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Baik status

gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi gangguan gizi, gangguan gizi disebabkan

oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah bila asupan makanan

seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitasnya (Almatsier, 2004).

Asupan energi pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan,

apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan yang optimum dimana jaringan penuh

oleh semua zat gizi, maka tubuh akan mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi

terhadap serangan penyakit. Apabila asupan energi pada seseorang tidak seimbang

dengan kecukupan gizi tubuh maka akan terjadi gizi kurang atau bahkan gizi buruk

(Notoatmodjo, 2005).

Asupan yang berlebihan yang berlebihan dapat berdampak tidak baik, salah

satu contohnya obesitas. Obesitas pada remaja putri lebih umum dijumpai daripada

remaja putra. Obesitas ini dapat berdampak kurang baik terhadap perkembangan

sosial dan psikososial. Remaja yang obesitas lebih banyak menyendiri, depresi dan

rendah gairah hidup. Keadaan yang lebih parah dapat terjadi pada obesitas yaitu

berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi,

penyakit jantung koroner, kanker, dan bahkan kematian (Safitri, 2011).

Pada remaja banyak juga dijumpai KEP yaitu kurang energi protein,

penyebabnya yaitu asupan energi dan protein lebih rendah dibanding kebutuhannya

(40)

oleh karena banyaknya berolahraga atau beraktifitas fisik. Namun pada umumnya

disebabkan oleh porsi makanannya yang terlalu sedikit. Turunnya berat badan pada

remaja putri secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, misalnya takut

gemuk atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Itu semua karena keinginan

remaja putri untuk mendapatkan body image yang ideal di depan umum (Safitri,

2011).

Asupan protein pun harus terpenuhi karena protein memiliki peranan yang

penting dalam menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan protein akan meningkat

pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada

awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan

laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika

asupan protein kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan

menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi menurun

(Almatsier, 2004).

2.5 Fullday School

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta

didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan

tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah

pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses

(41)

kurikulum, sistem Fullday School merupakan salah satu bentuk model pendidikan

yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Zuliana, 2014).

Menurut etimologi kata Fullday School berasal dari bahasa inggris. Full

mengandung arti penuh, dan day artinya hari. Jika digabung, akan mengandung arti

sehari penuh. Sedangkan school mempunyai arti sekolah. Fullday School adalah

sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif yaitu

dengan memberikan tambahan waktu khusus untuk pendalaman selama lima hari dan

sabtu di isi dengan relaksasi atau kreativitas (Zuliana, 2014).

Dimulainya sekolah sejak pagi hari sampai sore hari, sekolah lebih leluasa

mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pembelajaran dan

ditambah dengan model-model pendalamannya. Sedangkan waktunya digunakan

untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku,

menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi seorang guru.

Dalam hal ini, syukur yang berpatokan dalam hal penelitian mengatakan bahwa

“waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam sehari (dalam

suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam sehari (dalam suasana informal)

(Zuliana, 2014).

Pelajaran yang dianggap sulit dalam sistem fullday school diletakkan pada awal

masuk sekolah dan pelajaran yang lebih mudah diletakkan pada sore hari, karena

pada pagi hari siswa masih segar dan bersemangat, dengan demikian pelajaran yang

(42)

keadaan segar, namun jika mata pelajaran yang sulit tersebut diletakkan pada sore

hari siswa akan menjadi beban dan tidak bersemangat lagi karena sudah beraktifitas

seharian, hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikism siswa, karena

itulah dalam sekolah yang menggunakan sistem fullday school menerapkan jam

istirahat dua kali dalam sehari (Zuliana, 2014).

Adanya penerapan sistem fullday school ini lamanya waktu pembelajaran

tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan untuk

waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan metode dalam proses

belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak top down atau monologis

karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi guru mengajar dan murid diajar,

guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa, guru membacakan

dan murid mendengarkan, atau konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah

banking concept education, guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka

(Zuliana, 2014)

Lebih banyaknya waktu yang tersedia di sekolah fullday school memungkinkan

para staf guru untuk merancang kurikulum yang dikembangkan. Dengan demikian

selain materi yang wajib diajarkan sesuai peraturan dari pemerintah, terbuka

kesempatan untuk menambahkan materi lain yang dipandang sesuai dengan tujuan

pendidikan di lembaga tersebut. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah Fullday

School dirancang berdasarkan pengalaman dan masukan dari beberapa lembaga lain

(43)

dikembangkan dengan tetap mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh

Diknas (Sulistyaningsih, 2008).

Fullday school merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di

sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity dan integrated

curriculum. Dengan pendekatan ini maka seluruh program dan aktivitas anak di

sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan ibadah dikemas dalam suatu sistem

pendidikan. Dengan sistem ini pula diharapkan mampu memberikan nilai-nilai

kehidupan yang islami pada anak didik secara utuh dan terintegrasi dalam tujuan

pendidikan. Konsep pendidikan yang dijalankan sebenarnya adalah konsep effective

school, yakni bagaimana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik.

Sebagai konsekuensinya, anak–anak didik diberi waktu lebih banyak di lingkungan

sekolah (Zuliana, 2014).

Fenomena masyarakat terhadap lembaga pendidikan dipandang sebagai industri

yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu

suatu proses pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan

manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin baik

(berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan dimasa

sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab

dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap bisa maju berkembang dan

(44)

2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah

Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), di luar negeri penyelenggaraan

makan di sekolah telah berkembang sejak lama. Semua program makanan sekolah

pada awalnya bertujuan untuk membantu meningkatkan status gizi anak-anak yang

kurang mampu, namun lambat laun kebutuhan makanan di sekolah menjadi

kebutuhan semua golongan masyarakat. Hal itu dikarenakan banyak sekolah yang

penuh dengan berbagai macam kegiatan, hingga waktu anak-anak disekolah menjadi

lebih panjang, ataupun anak tidak sempat sarapan terlebih dahulu di rumahnya.

Menurut Khan yang dikutip oleh Dwi (2011) makan siang dalam suatu sekolah

sangat penting untuk kesehatan bagi para siswa yang sedang dalam masa

pertumbuhan. Tetapi kesesuaian selera konsumen menjadi suatu masalah dalam

penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi seperti sekolah. Suatu variasi di

dalam menu institusi sekolah adalah suatu hal penting dalam jenis institusi sekolah.

Konsumen mempunyai pilihan makanan yang sangat banyak dan berbeda dari tiap

kelompok umur. Oleh karena itu institusi penyelenggaraan sekolah harus mengerti

cara-cara merencanakan menu.

Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), fungsi yang dijalankan bagi

kantin di sekolah yaitu kantin harus dapat memberikan pelayanan untuk makan pagi,

siang maupun sore baik makanan kecil ataupun makanan lengkap. Makanan yang

disediakan di kantin harus merupakan makanan yang bergizi, dan sebagai bahan

pendidikan bagi anak untuk mendorong atau membiasakan anak dalam memilih

(45)

tempat penyelenggaraan makan disediakan sedemikian rupa dan makanan

dipersiapkan dalam keadaan yang bersih serta higienis. Penyelenggaraan makanan di

sekolah pun harus di menejemen dengan baik agar penyelenggaraan makanan di

sekolah dapat berjalan dengan lancar.

2.7 Kerangka Konsep

Penelitian ini ingin membuktikan bahwa siswa SMP dengan sistem fullday

school yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik kecukupan energi,

kecukupan protein serta status gizinya. Membuktikan hal tersebut dilakukan

penelitian dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi

siswa SMP fullday school yang dapat makan siang dari sekolah dengan yang tidak

mendapat makan siang dari sekolah. Keterangan lebih jelas dapat dilihat dari bagan

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Dapat Makan

Siang

Tidak Dapat Makan Siang

Status Gizi -Kecukupan

Energi

-Kecukupan Protein Asupan

Gizi Makan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional,

yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan energi dan protein serta

status gizi siswa SMP yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang

dari sekolah dengan sistem fullday school.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di kota Medan. Sekolah pertama

adalah sekolah Siti Hajar Fullday School yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting

kilometer 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Alasannya,

sekolah Siti Hajar Fullday School adalah sekolah yang mengolah sendiri makan siang

yang disediakan dan juga menyediakan snack bagi para siswanya. Sekolah yang

kedua adalah Al-Ulum Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan.

Alasannya sekolah Al-ulum Islamic School adalah sekolah fullday yang tidak

menyediakan makan siang bagi para siswanya dan kantin sekolahnya belum

menyediakan makanan lengkap dan seimbang.

3.2.2. Waktu Penelitian

(47)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i SMP kelas VIII sekolah Siti Hajar

Fullday School yang berjumlah 128 siswa dan SMP Al-ulum Islamic School yang

berjumlah 144 siswa. Alasannya, penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran baru. Jika

dilakukan juga pada siswa kelas VII, mereka baru saja sekolah di fullday school

sehingga pengaruh makan siangnya belum terlihat, sedangkan siswa kelas IX tidak

mendapat izin dari sekolah karena harus fokus pada persiapan ujian nasional.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan

keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan

keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2001). Besar sampel dihitung

dengan rumus perhitungan estimasi proporsi dengan presisi mutlak di bawah ini yaitu

(Kasjono, 2009) :

N

d² (N฀ 1) + Z² 1฀ α/2 P (1฀ P)

Keterangan :

n : Besar sampel

d : Presisi mutlak 0,1

Z: Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan (95%=1.96)

(48)

Maka, besar sampel Sekolah Siti Hajar adalah :

(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 116

(0,1)² .(116฀1) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)

3,8416 . 0,25 . 116

0,01 . 115 + 3,8416 (0,25)

111,406

1,15 + 0,96

111,406

2,23

n = 49,95 dibulatkan menjadi 58

besar sampel SMP Al-ulum adalah :

(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 144

(0,1)² . (144฀ 1) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)

3,8416 . 0,25 . 144

0,01 . 143 + 3,8416 (0,25)

138,297

1,43 + 0,96

138,297

2,39

n = 57,86 dibulatkan menjadi 58

n =

n =

n = n =

n =

n = n =

(49)

Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 58 siswa SMP dari sekolah Siti

Hajar dan 58 siswa SMP dari sekolah Al-ulum. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan simple random sampling menggunakan table bilangan random.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data

sekunder.

3.4.1 Data Primer

a. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua didapat dari

kuisioner yang diisi oleh siswa SMP Siti Hajar dan Al-ulum yang menjadi sampel.

b. Data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan responden

menggunakan formulir recall 24 jamyang dilakukan sebanyak dua kali.

c. Data status gizi responden meliputi berat badan dan tinggi badan responden,

penimbangan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan

pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 1cm.

d. Data gambaran umum makan siang yang diberikan SMP Siti Hajar diperoleh

melalui metode penimbangan makanan dengan cara menimbang dan mencatat

makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar selama dua hari. Adapun

langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan :

1. Menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan dalam gram.

2. Menganalisis hasil penimbangan dengan menggunakan software Nutrisurvey

Indonesia.

(50)

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder berupa data gambaran umum SMP Siti hajar dan SMP Al-Ulum

diperoleh dari bagian arsip sekolah tersebut.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

1. Variabel Independen : dapat makan siang, tidak dapat makan siang.

2. Variabel Dependen : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang

dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-12

tahun dan 13-15 tahun.

2. Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan jumlah protein yang dikonsumsi

oleh siswa SMP dengan angka kecukupan protein anak usia10-12 tahun dan 13-15

tahun.

3. Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT

menurut umur.

4. Fullday School adalah sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem

pembelajaran secara intensif.

5. Sekolah PM adalah sekolah fullday yang menyelenggarakan makan siang bagi para

(51)

6. Sekolah Tanpa PM adalah sekolah fullday yang tidak menyelenggarakan makan

siang bagi para siswanya.

3.6 Metode Pengukuran

a. Tingkat Kecukupan Energi

Alat Ukur : Formulir recall 24 jam

Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali

AKG Energi : 2475 kkal untuk laki-laki, 2125 kkal untuk perempuan

Hasil Ukur :a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)

b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan)

c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan)

d. Normal (90-119% angka kebutuhan)

e. Di atas angka kebutuhan (120% angka kebutuhan)

(Depkes RI, 2013)

b. Tingkat Kecukupan Protein

Alat Ukur : Formulir recall 24 jam

Cara ukur : Wawancara sebanyak 2 kali

AKG Protein : 72 g untuk laki-laki, 69 g untuk perempuan

Hasil Ukur : a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)

b. Defisit tingkat sedang (70-79% angkakebutuhan)

c. Defisit tingkat ringan (80-89% angkakebutuhan)

d. Normal (90-119% angka kebutuhan)

(52)

c. Status Gizi

Alat Ukur : Timbangan digital bathroom scale untuk mengukur berat badan

dan microtoice untuk mengukur tinggi badan

Cara Ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan kemudian

dianalisis menggunakan WHO Antro Plus.

Hasil Ukur : Sangat kurus, < -3 SD

Kurus, jika z-score ≥ -3 sampai ≤ -2,0 SD

Normal, jika z-score -2 SD hingga +2 SD

Gemuk, jika z-score >+2 SD sampai ≤+3 SD

Obesitas, >+3SD (WHO, 2007)

d. Jumlah Energi dan Protein yang Dianjurkan Dalam Makan Siang

Alat Ukur : Formulir Recall 24 Jam

Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali

Jumlah yang Dianjurkan : Minimal 30% dari kebutuhan sehari

Hasil Ukur : a. ≤ 30% dari kebutuhan sehari : Tidak Memenuhi

b. ≥ 30% dari kebutuhan sehari : Memenuhi (Walker, 2005) dikutip oleh Rachmawati (2009)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(53)

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan

lengkap dan jelas.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurufmenjadi data berbentuk

bilangan, agar memudahkan menganalisis data dalam bentuk kuantitatif.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entri data dari kuesioner ke

dalam program komputer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah

ada kesalahan atau tidak.

e. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan

presentase.

3.7.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer

yaitu SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning, kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan

kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday

School yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang di sekolah

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada dua sekolah fullday di Kota Medan yaitu Siti Hajar

Fullday School dan Al-Ulum Terpadu Islamic School. Siti Hajar Fullday School

adalah salah satu sekolah fullday di Kota Medan yang melakukan penyelenggaraan

makan siang bagi para siswanya yang penulis sebut nantinya dengan sekolah fullday

dengan Penyelenggaraan Makan (PM). Al-ulum Terpadu Islamic School adalah salah

satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi

siswanya yang nantinya penulis sebut dengan sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan

Makan (TPM).

SMP Siti Hajar Islamic Fullday School terletak di Jalan Jamin Ginting Km.11

Paya Bundung Kel. Simpang Selayang Kec. Medan Tuntungan Medan Sumatera

Utara. SMP Siti Hajar Fullday School merupakan bagian dari Yayasan Siti Hajar

Fullday School dan berdiri pada bulan Juli tahun 2004. SMP ini dipimpin oleh kepala

sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan

pada sekolah ini adalah Kurikilum DIKNAS dan Kurikulum Lokal Siti Hajar. Jumlah

seluruh murid SMP sebanyak 378 siswa dan jumlah guru 28 orang. Kegiatan belajar

mengajar di sekolah ini senin sampai jumat dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib.

SMP Siti Hajar Islamic Fullday School sejak berdiri telah menyediakan makan

siang bagi para siswanya yang diberikan sekitar pukul 13.00 wib. Tidak hanya makan

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................................
Tabel 2.2  Angka Kecukupan Protein Remaja
Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi pasien Skizofrenia paranoid rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Kontribusi makanan jajanan terhadap tingkat kecukupan energi dan protein serta status gizi anak Sekolah Dasar Siliwangi Semarang.. Teknik Penilaian Mutu Gizi

kecukupan energi protein pada pasien GGK predialisis sebelum dan setelah. mendapat konseling gizi di Rumah

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui keragaan status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di

Kontribusi zat gizi makro makan siang yang diberikan oleh sekolah untuk kelompok umur 7 - 9 tahun rata - rata untuk energi dan karbohidrat termasuk kategori kurang, protein dan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka yang dapat disimpulkan bahwa jumlah kandungan protein pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan tingkat kecukupan konsumsi energi, zat besi dan status gizi siswi SMP Semesta Bilingual School Semarang dan SMP IT PAPB

Angka Kecukupan Energi dan Protein menu makan siang yang disediakan bagi siswa kelas mandiri SMKN 2 Subang belum mencukupi, namun untuk menu makan siang pada hari ke-8 yang terdiri dari