KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI
SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL
SKRIPSI
OLEH :
SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
▸ Baca selengkapnya: kesan golongan muda tidak mendapat pendidikan yang sempurna
(2)KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI
SEKOLAH DENGAN SISTEM F ULLDAY SCHOOL
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SITI NURAINI DONGORAN NIM : 111000022
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar
dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya.
Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para
siswanya namun ada juga yang tidak.
Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein
serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah
dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah
fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para
siswanya.
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari
setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.
Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school
yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya.
Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan
siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.
Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak
menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.
Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang,
ABSTRACT
The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.
This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.
This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.
The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.
Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt,
Raja manusia, sembahan manusia yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit
dan di bumi, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya
penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KECUKUPAN
ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG
MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG
DARI SEKOLAH DENGAN SISITEM FULLDAY SCHOOL”. Shalawat beriring
salam dihanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, teladan manusia, panutan
manusia, rasul yang begitu mencintai ummatnya, Allahumma shalli ala Muhammad
wa a’la ali Muhammad.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan
mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas
dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.
Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat di FKM USU dan Dosen Pembimbing I
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II.
5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi dan Ernawati Nasution, SKM, MKes,
selaku Dosen Penguji I dan Penguji II
6. Bang Marihot Samosir, ST selaku staf Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
yang senantiasa memberikan bantuan dan pertanyaan khas.
7. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses
perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Ibu Alfira Rosma, SH., SPd selaku Kepala Sekolah SMP Siti Hajar Fullday
School dan Ibu Leni Wahyuni Siregar, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP
Islam Al-ulum Terpadu, semoga Allah membalas dengan limpahan pahala
segala kemudahan yang Ibu berikan kepada penulis.
9. Para guru di SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu
yang menyambut penulis dengan baik telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
10. Siswa SMP Siti Hajar Fullday School dan SMP Islam Al-ulum Terpadu
khusunya siswa kelas VIII yang telah bersedia menjadi responden dan
membantu penulis dalam penelitian ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak
terhingga kepada :
1. Ayahanda tercinta, Alm. Chaliluddin sosok Ayah yang tak akan pernah
terlupakan, doa ananda akan senantiasa menemanimu wahai ayahanda serta
Mamak tersayang Ibunda Sri Malinni, sosok Ibu idaman yang selalu kuat dan
memberi semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan studi di FKM
USU, maaf karna sering meninggalkan mamak.
2. Kepada Kakanda Siti Auditia, Spd yang selalu mengerti, kepada Adinda Siti
Muthmainnah, Siti balqis, yang selalu memberikan pertanyaan yang menusuk,
lihat saja berapa lama kalian akan menyelesaikan skripsi nanti dan
kesayangan kakak, Ahmad Basyir, terima kasih doanya dan semangat terus
menghafal qurannya ya sayang. Semoga Allah merahmati kita.
3. Tante Anni Kholilah, terima kasih atas segala bantuan dan pengertiannya
tante. Kak siah yang selalu mendengarkan curahan hati penulis, kak, fitri, bu
as yang membantu memberi semangat.
4. Keluarga besar H. Noekman dan keluarga besar H. Maragading Tanjung,
terima kasih telah menjadi penopang kami disaat cobaan hidup yang tak
mudah ini melanda.
5. Saudari-saudari yang saya cintai karna Allah, teman seperjuangan dalam jalan
dakwah yang tak mudah ini, yang tak mungkin disebut namanya satu persatu.
Semoga Allah menetapkan hati dan kaki kita untuk tetap istiqomah.
6. Kak dewi waty dan kak rina, terima kasih doa dan motivasinya. Asna, Zahra,
Irsa, kak elsa terima kasih pengertiannya. Terima kasih juga pada Rifa,
Nurma, Sabrina yang membantu memberi semangat.
7. Yang terspesial dan sangat banyak membantu penulis, adinda Intan sholiha,
Asih monica, Athira demitri, Jenny feby andriani, Anestia Rovitri, kak
Faradilla semoga Allah membalas dengan limpahan pahala. Juga Rodhia
ramadhani, sejak PBL banyak kisah yang kita ukir, terima kasih selalu
membantu.
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 peminatan Gizi Kesehatan
Masyarakat FKM USU, khususnya Ratna, Halis, Cyntia, Citra, Nia, Fitratur,
Fira, Fani yang telah membagi ilmu dan semangat. Juga kakak-kakak
peminatan gizi, kak entiwe dan kak alvira.
9. Teman-teman PBL kelompok 8 yang baik hatinya, kak era, Jean, kak friska,
rahma, kak opa, dan pak boss, terima kasih atas semangat dan kebersamaan
yang tak terlupakam.
10. Teman-teman Mahasiswa Angkatan 2011, khususnya Irma damayanti, Atika
rahma, Henti fitriani dan Chairunnisa.
Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat untuk semua kalangan.
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Medan, Oktober 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
2.2 Kecukupan Energi dan Protein remaja ... 11
2.2.1 Asupan Energi ... 11
2.2.2 Kecukupan Asupan Energi ... 12
2.2.3 Asupan Protein ... 13
2.2.4 Kecukupan Asupan Protein... 15
2.3 Status Gizi ... 16
2.3.1 Penilaian Status Gizi ... 17
2.5 Fullday School ... 20
2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah ... 24
2.7 Kerangka Konsep ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34
4.2 Gambaran Umum Karakteristik Sampel ... 36
4.2.1 Jenis Kelamin dan umur... 37
4.2.2 Riwayat Penyakit ... 37
4.2.3 Pekerjaan Orang Tua... 38
4.2.4 Penghasilan Orang Tua ... 39
4.2.5 Pendidikan Orang Tua ... 41
4.3 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 42
4.4 Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 45
4.5 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 49
BAB V PEMBAHASAN ... 57
5.1 Kecukupan Energi dan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM ... 57
5.2 Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM... 59
5.3 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM ... 60
5.4 Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa PM dan TPM... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65
6.1 Kesimpulan ... 65
6.2 Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja ... 13
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja ... 16
Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur ... 18
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Penyakit ... 38
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 39
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua ... 40
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 41
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM danTPM ... 42
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 43
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 44
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM danTPM ... 46
Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur ... 47
Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Perempuan Berdasarkan Umur ... 48
Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Siswa Sekolah PM danTPM... 49
Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi Siswa PM dan TPM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.15 Distribusi Asupan Energi pada Makan Siang Siswa PM dan TPM ... 52 Tabel 4.16 Distribusi Asupan Energi Siswa Laki-laki Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 52 Tabel 4.17 Distribusi Asupan Energi Siswa Perempuan Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.18 Distribusi Asupan Protein Siswa Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 53 Tabel 4.19 Distribusi Asupan Protein Siswa Laki-laki Sekolah
PM dan TPM pada Makan Siang ... 54 Tabel 4.20 Distribusi Asupan Protein Siswa Perempuan Sekolah PM dan TPM
padaMakan Siang ... 54 Tabel 4.21 Jenis dan Jumlah Energi dan Protein yang Terdapat Dalam Makan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 68
Lampiran 2. Formulir Recall ... 69
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 70
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ... 71
Lampiran 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi ... 73
Lampiran 6. Output Tabel Frekuensi ... 74
Lampiran 7. Output Uji Chi-Squere ... 98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Nuraini Dongoran
Tempat Lahir : Padang Sidempuan
Tanggal Lahir : 22 Juli 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 5 bersaudara
Alamat : Jl. Tuasan Perumahan Tuasan
Indah no. C8, Medan
Suku Bangsa : Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : Alm. Chaliluddin Dongoran
Nama Ibu : Sri Malinni Tanjung
Pendidikan Formal
1. SD Negeri 11122224 Kota Pinang : 1999-2005
2. Mts Swasta Islamiyah Kota Pinang : 2005-2008
3. MAN 1 Medan : 2008-2011
ABSTRAK
Sekolah yang menggunakan sistem fullday school kegiatan belajar mengajar
dilakukan sehari penuh (kurang lebih 9 jam). Siswa yang belajar pada sekolah ini tentu memiliki aktivitas yang lebih padat dari pada siswa sekolah pada umumnya.
Karenannya beberapa sekolah fullday school menyediakan makan siang bagi para
siswanya namun ada juga yang tidak.
Penelitiaan ini bertujuan untuk membandingkan kecukupan energi dan protein
serta status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah
dan yang tidak. Sehingga dapat diketahui apakah makan siang yang diberikan sekolah
fullday school yang menyediakan makan siang dapat memenuhi kebutuhan gizi para
siswanya.
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah fullday school di Kota Medan. Dari
setiap sekolah diambil sampel sebanyak 58 siswa. Data antropologi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan sedangkan data asupan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan formulir recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali.
Hasil dari penelitian ini, kecukupan energi dan status gizi siswa fullday school
yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Sedangkan untuk kecukupan protein sebaliknya.
Namun makan siang yang diberikan sekolah fulldayschool yang menyediakan makan
siang bagi para siswanya belum sesuai dengan kebutuhan gizi para siswanya.
Maka dari itu fullday school yang menyediakan makan siang dan yang tidak
menyediakan makan siang bagi para siswanya perlu memperhatiakan asupan gizi para siswanya terutama ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Asupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh siswa sehingga penyakit tidak mudah menyerang dan para siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan selanjutnya prestasi belajar dapat meningkat.
Kata kunci : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi, makan siang,
ABSTRACT
The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch.
This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students.
This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice.
The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students.
Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan
pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan
pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan, agar kelangsungan hidup dan tumbuh
kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat
menunjukkan gejala dan tanda pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan,
yaitu dapat mencapai potensi akademik secara optimal. Hal ini akan dapat dicapai
jika diberikan lingkungan psikososial yang adekuat. Salah satu faktor lingkungan
fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung optimal adalah zat
gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari.
Generasi penerus tersebut termasuklah para remaja. Berdasarkan
perkembangan psikologis, remaja dibagi menjadi dua. Remaja awal dan remaja
akhir. Remaja awal memiliki rentang usia 12-16. Sedangkan remaja akhir 17-21
tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2013). Remaja awal umumnya duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebutuhan gizi remaja relative besar, kerena
pada usia tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat. Selain itu remaja umumnya
diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Remaja membutuhkan lebih banyak protein,
vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding
dengan anak yang belum mengalami pubertas. Ketidakseimbangan antara makanan
yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan gizi kurang
maupun masalah gizi lebih, sedangkan kekurangan gizi pada remaja akan
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka
penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat
kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi (Safitri,
2011).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi pendek pada remaja umur 13-15
tahun secara nasional adalah 35,1%, terdiri dari 13,8% sangat pendek dan 21,3%
pendek. Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1%, terdiri dari
3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun
di Indonesia sebesar 10.8 %, terdiri dari 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk.
Provinsi Sumatera Utara sendiri remaja umur 13-15 tahun yang tergolong sangat
pendek sebanyak 18,2 %, pendek 22,2% dan normal 59,6%. Yang tergolong sangat
kurus 2,6%, kurus 6,4 %, normal 77,3 %, BB lebih 10,9%, dan obesitas 2,7%
(Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukkan masih ada remaja yang mengalami masalah
gizi dan tentu ini akan berefek pada masa depannya kelak.
Saat ini banyak remaja di kota Medan yang mengenyam pendidikannya di
sekolah dengan sistem Fullday School. Fullday School merupakan program
ciri integrated activity dan integrated curriculum. Dengan pendekatan ini maka
seluruh program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan
ibadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan (Zuliana, 2014).
Waktu yang banyak di sekolah pastilah diisi dengan aktivitas yang padat. Agar
aktivitas yang padat tersebut bisa terlaksana dengan baik tentunya butuh asupan gizi
yang baik. Untuk itu sekolah dengan sistem fullday pada umumnya menyediakan
makan siang bagi para siswanya. Tujuannya adalah agar siswa dapat terkontrol
makan siangnya sehingga memiliki tenaga untuk melanjutkan pelajaran hingga sore
hari.
Makan siang berfungsi meningkatkan produktivitas belajar dan konsentrasi
setelah lelah beberapa jam menerima pelajaran. Saat makan siang, otak dibiarkan
berhenti sejenak dari aktivitas belajar. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada
8 murid SMP yang mendapat makan siang dari sekolah dan 8 murid SMP yang tidak
mendapat makan siang dari sekolah, menunjukkan bahwa murid SMP yang mendapat
makan siang dari sekolah memiliki tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari pada
murid SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Hal ini bisa terjadi karena
perbedaan asupan makan siang dikonsumsi para murid.
Selain itu, pemberian makanan di sekolah ini juga bisa menjadi salah satu
upaya kesehatan di sekolah yaitu perbaikan gizi di sekolah yang merupakan amanat
dari UU No. 23 tahun 1992, Pasal 11 : upaya kesehatan dilaksanakan melalui
Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang menyediakan makan siang bagi
para siswanya adalah Siti Hajar Fullday School. Sekolah ini terletak di Jalan Jamin
Ginting Km 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Selain
menyediakan makan siang, sekolah Siti Hajar juga memberikan snack bagi para
siswanya. Snack diberikan pukul 10.00 dan makan siang diberikan pukul 13.00.
Sekolah Siti Hajar memiliki dapur sendiri, sehingga makan siang yang disediakan
berasal dari sekolah tersebut.Siti Hajar tidak memiliki siklus menu yang tetap. Menu
ditentukan oleh para guru dan di ganti setiap hari jumatnya dan variasi menunya
sangat beragam sehingga murid tidak bosan dengan menu yang disediakan.
Namun ada juga sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi
siswanya. Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyediakan makan
siang bagi siswanya adalah Al-Ulum Terpadu Islamic School yang terletak di Jalan
Tuasan no. 35 Medan.Siswa disekolah ini biasanya memperoleh makan siang dari
bekal yang dibawa dari rumah atau membeli makan siang di kantin sekolah. Makan
siang yang di jual di kantin diantaranya nasi goreng, mie goreng, nasi sayur dll. Tidak
ada waktu dan tempat khusus untuk makan siang di sekolah ini. Sekolah hanya
memberi waktu istirahat pada pukul 10.30 dan 12.00. Sekolah juga tidak melakukan
pengontrolan terhadap makan siang para siswanya sehingga berpotensi siswa tidak
makan siang atau hanya makan cemilan saja.
Kedua sekolah tersebut memiliki alasan yang kuat untuk menyediakan atau
tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Sekolah Siti Hajar menyediakan
ada yang tidak makan siang dan agar bisa tetap fokus belajar sampai sore hari.
Sekolah Al-ulum tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya karena sekolah
berasumsi bahwa para siswa memiliki selera yang berbeda-beda sehingga
dikhawatirkan para siswa mudah bosan terhadap menu yang diberikan sehingga lebih
senang jajan dari pada harus mengkonsumsi makan siang yang diberikan sekolah.
Kedua alasan tersebut adalah alasan yang bisa diterima. Namun bagi siswa yang tidak
disediakan makan siang dari sekolah dikhawatirkan tidak terpenuhi zat gizinya.
Sehingga berpotensi terhadap tumbuh kembangnya kelak.
Atas dasar ini penulis berasumsi bahwa anak sekolah dengan sistem Fullday
School yang mendapat makan siang dari sekolah, kecukupan energi dan kecukupan
protein serta status gizinya lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan
siang dari sekolah. Membuktikan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian
dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa yang
sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dengan yang tidak mendapat
makan siang dari sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Apakah kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa
yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik
dari pada yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
1.3 Tujuan Penelitian
Membandingkan kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa
yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dan yang tidak
mendapat makan siang dari sekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah energi dan protein yang terdapat dalam makan siang yang
disediakan sekolah Fullday School yang menyediakan makan siang.
2. Mengetahui sumbangan makan siang yang disediakan sekolah fullday terhadap
pemenuhan kecukupan energi dan protein anak SMP.
1.4 Hipotesis
1. Kecukupan energi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari
sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat
makan siang dari sekolah.
2. Kecukupan protein siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari
sekolah lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat
makan siang dari sekolah.
3. Status gizi siswa SMP Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah
lebih baik dari pada siswa SMP Fullday School yang tidak mendapat makan siang.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi kepada sekolah fullday yang memberi makan siang
tentang tingkat kecukupan energi, protein serta status gizi siswa-siswinya.
2. Dapat menjadi masukan bagi sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang
pada siswanya, agar menyediakan makan siang yang berkualitas pada siswanya.
3. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan tentang permasalahan gizi anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi Remaja
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baikdi masa
mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya
perubahan-perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan
psikososial atau tingkah laku (Adriani dan Wirjatmadi,2013).
Menurut Prastiwi yang dikutip oleh Safitri (2011), masa remaja merupakan
masa terjadinya perubahan-perubahan untuk pertumbuhan. Periode Adolesensia atau
masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi
badannya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi
tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Permulaan growth spurt pada
anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya.
Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan
remaja. Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan
makanan sangat penting untuk dilakukan. Namun kenyataannya banyak remaja yang
tidak memenuhi gizinya karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak
berselera dengan makanan-makanan yang bergizi. Hal ini menyebabkan masa remaja
yang sangat menakjubkan, baik secara fisik, mental maupun social pada diri remaja
menyebabkan mereka memerlukan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.
2.1.1 Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya tubuh
hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (grow
spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja
putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,
karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya
melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat
gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Zat-zat gizi yang dibutuhkan
remaja diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun
di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan
olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang
aktif. Sejak lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan tidak
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja terdapat perbedaan
kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun adalah2125 kkal untuk
perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap hari. AKG energi ini dianjurkan
sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah
beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar,
singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino
esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan karbohidrat dan
lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan
protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa
pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk
perempuan setiap hari. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi
dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam amino esensial yang
lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein adalah
daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan
hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu),
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular
skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak
dan dewasa. Lebih dari 20 persen pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen
massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-15
tahun adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber kalsium
diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan
cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah
dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan
kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih
rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi
besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan
mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor
pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan
mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun adalah 19 mg
e. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama
untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah 17,4 mg per hari untuk
laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan
dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka
kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk
sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,
sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A,
C dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.
2.2 Kecukupan Energi dan Protein Remaja
2.2.1 Asupan Energi
Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh (Almatsier, 2004).
Energi didapatkan dari berbagai makanan sumber energi seperti karbohidrat,
lemak dan protein. Satuan energi adalah kkal (kilo kalori). Satu gram karbohidrat dan
protein dapat menghasilkan 4 kkal sedangkan dalam satu gram lemak dapat
aktifitas fisik dan pertumbuhan, serta untuk termogenesis atau untuk memberikan
respon terhadap makanan yang dikonsumsi (Murdiati dan amaliah, 2013)
Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari metabolisme
basal, efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa, 2008). Komponen terbesar dari
keluaran energi harian adalah BMR atau AMB atau BMK. Metabolisme basal
diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses
vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal
merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi
alat pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur suhu tubuh,
kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka Metabolisme Basal umumnya
dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk setiap kilogram berat badan per jam.
(Arisman, 2004)
Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia terhadap BMR
berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh. Nilai BMR semasa
pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan pembelahan sel begitu tinggi (Arisman,
2004). Keseimbangan energi seseorang dapat dicapai bila energi yang dikonsumsi
melalui makanan sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan oleh berat badan
ideal dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.
2.2.2 Kecukupan Asupan Energi
Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang tidak cukup
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil
maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya
tahan tubuh menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak
tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005).
Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena pada usia anak
dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk
dan susunan jaringan tubuh. Untuk mengetahui angka kecukupan energi anak dan
remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja
Umur (tahun) Kecukupan Energi (kalori)
Laki-laki Perempuan
10-12 13-15
2100 2475
2000 2125 Sumber : Depkes RI 2013
Menurut Walker (2009) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) asupan energi
pada makan siang setidaknya harus memenuhi 30% dari kebutuhan sehari atau harus
memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG).
2.2.3 Asupan Protein
Protein tersusun dari serangkaian asam amino, protein yang tersusun dari hanya
asam amino disebut protein sederhana. Sedangkan yang mengandung bahan selain
asam amino seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein
ikan, daging sapi, daging ayam, susu, keju, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu,
oncom, kacang-kacangan dan serealia (Devi, 2012).
Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak laki-laki,
termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan
protein lebih banyak karena lebih membutuhkan asupan zat besi yang berada di pada
protein, karena pada remaja perempuan mengalami menstruasi (Arisman, 2004).
Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran dalam
tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :
a. Pertumbuhan dan pemeliharaan
Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam
amino esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen guna pembantukan asam-asam
amino esensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan mungkin
bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan
dan perbaikan.
b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian
pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini bertindak sebagai katalisator atau
membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.
c. Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu intraseluler (di dalam sel),
ekstraseluler/interseluler (di antara sel) dan intravaskular (di dalam pembuluh darah).
keadaan seimbang atau homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem
kompleks yang melibatkan elektrolit dan protein.
d. Memelihara netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa
untuk menjaga pH pada taraf konstan.
e. Pembentukan antibodi
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun
dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat dalam hati. Dalam keadaan
kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik
bahan-bahan racun ini berkurang.
f. Mengangkut zat-zat gizi
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran
cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan,
dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat
gizi ini adalah protein (Almatsier, 2005).
2.2.4 Kecukupan Asupan Protein
Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan maka pertumbuhan akan
terhambat. Pada masa anak-anak protein sangat diperlukan karena untuk mencapai
pertumbuhan yang optimal, sedangkan jika kelebihan protein dapat menyebabkan
obesitas, asidosis, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam pada
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja
Umur Kecukupan Protein
Laki-laki Perempuan
10-12 13-15
56 72
60 69
Sumber :Depkes RI 2013
Adapun kalori dari makan siang sedikitnya harus memberikan sumbangan
atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Menurut
Walker (2005) yang dikutip oleh Rachmawati (2009) makan siang di sekolah harus
memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi
maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan
kalsium.
2.3 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung yaitu
dengan cara pemeriksaan fisik, klinis, antropometri dan biokimia. Adapun penilaian
secara tidak langsung bisa dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka
kelahiran dan data statistik vital lainnya (Safitri, 2011).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi
yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari
jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk
melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, sehingga kelebihan zat
gizi tersebut disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang
menjadi gemuk (Almatsier, 2005).
Hasil penelitian Dwi (2011) tentang status gizi siswa yang sekolah di salah satu
sekolah fullday di Bandung menunjukkan 83,9% siswa memiliki status gizi normal.
2.3.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu
populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih. Salah satu cara penilaian status gizi adalah antropometri.
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh seseorang.
Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan energi dan
protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi
zat-zat gizi yang spesifik (Supariasa, 2002).
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh
dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan
kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa, 2002).
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa pertumbuhan
dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan umur. IMT/U
merupakan cara atau alat untuk memantau status gizi anak yang berusia 5 hingga 19
tahun. Nilai IMT normal untuk kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari
Z-score IMT nya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih
dahulu IMT nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel
IMT/U menurut Z-score (Dwi, 2011). Menurut WHO (2007), klasifikasi IMT anak
dan remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Umur
Kategori Z-scor
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD
Normal -2 SD sampai +2 SD
Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD
Obesitas >+3 SD
Sumber : WHO 2007
2.4 Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan Status Gizi Siswa
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi gizi kurang terjadi
bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Baik status
gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi gangguan gizi, gangguan gizi disebabkan
oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah bila asupan makanan
seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitasnya (Almatsier, 2004).
Asupan energi pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan,
apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan yang optimum dimana jaringan penuh
oleh semua zat gizi, maka tubuh akan mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi
terhadap serangan penyakit. Apabila asupan energi pada seseorang tidak seimbang
dengan kecukupan gizi tubuh maka akan terjadi gizi kurang atau bahkan gizi buruk
(Notoatmodjo, 2005).
Asupan yang berlebihan yang berlebihan dapat berdampak tidak baik, salah
satu contohnya obesitas. Obesitas pada remaja putri lebih umum dijumpai daripada
remaja putra. Obesitas ini dapat berdampak kurang baik terhadap perkembangan
sosial dan psikososial. Remaja yang obesitas lebih banyak menyendiri, depresi dan
rendah gairah hidup. Keadaan yang lebih parah dapat terjadi pada obesitas yaitu
berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan bahkan kematian (Safitri, 2011).
Pada remaja banyak juga dijumpai KEP yaitu kurang energi protein,
penyebabnya yaitu asupan energi dan protein lebih rendah dibanding kebutuhannya
oleh karena banyaknya berolahraga atau beraktifitas fisik. Namun pada umumnya
disebabkan oleh porsi makanannya yang terlalu sedikit. Turunnya berat badan pada
remaja putri secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional, misalnya takut
gemuk atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis. Itu semua karena keinginan
remaja putri untuk mendapatkan body image yang ideal di depan umum (Safitri,
2011).
Asupan protein pun harus terpenuhi karena protein memiliki peranan yang
penting dalam menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan protein akan meningkat
pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada
awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika
asupan protein kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan
menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi menurun
(Almatsier, 2004).
2.5 Fullday School
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta
didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah
pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses
kurikulum, sistem Fullday School merupakan salah satu bentuk model pendidikan
yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Zuliana, 2014).
Menurut etimologi kata Fullday School berasal dari bahasa inggris. Full
mengandung arti penuh, dan day artinya hari. Jika digabung, akan mengandung arti
sehari penuh. Sedangkan school mempunyai arti sekolah. Fullday School adalah
sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif yaitu
dengan memberikan tambahan waktu khusus untuk pendalaman selama lima hari dan
sabtu di isi dengan relaksasi atau kreativitas (Zuliana, 2014).
Dimulainya sekolah sejak pagi hari sampai sore hari, sekolah lebih leluasa
mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pembelajaran dan
ditambah dengan model-model pendalamannya. Sedangkan waktunya digunakan
untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi seorang guru.
Dalam hal ini, syukur yang berpatokan dalam hal penelitian mengatakan bahwa
“waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam sehari (dalam
suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam sehari (dalam suasana informal)
(Zuliana, 2014).
Pelajaran yang dianggap sulit dalam sistem fullday school diletakkan pada awal
masuk sekolah dan pelajaran yang lebih mudah diletakkan pada sore hari, karena
pada pagi hari siswa masih segar dan bersemangat, dengan demikian pelajaran yang
keadaan segar, namun jika mata pelajaran yang sulit tersebut diletakkan pada sore
hari siswa akan menjadi beban dan tidak bersemangat lagi karena sudah beraktifitas
seharian, hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikism siswa, karena
itulah dalam sekolah yang menggunakan sistem fullday school menerapkan jam
istirahat dua kali dalam sehari (Zuliana, 2014).
Adanya penerapan sistem fullday school ini lamanya waktu pembelajaran
tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan untuk
waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan metode dalam proses
belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak top down atau monologis
karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi guru mengajar dan murid diajar,
guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa, guru membacakan
dan murid mendengarkan, atau konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah
banking concept education, guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka
(Zuliana, 2014)
Lebih banyaknya waktu yang tersedia di sekolah fullday school memungkinkan
para staf guru untuk merancang kurikulum yang dikembangkan. Dengan demikian
selain materi yang wajib diajarkan sesuai peraturan dari pemerintah, terbuka
kesempatan untuk menambahkan materi lain yang dipandang sesuai dengan tujuan
pendidikan di lembaga tersebut. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah Fullday
School dirancang berdasarkan pengalaman dan masukan dari beberapa lembaga lain
dikembangkan dengan tetap mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh
Diknas (Sulistyaningsih, 2008).
Fullday school merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di
sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity dan integrated
curriculum. Dengan pendekatan ini maka seluruh program dan aktivitas anak di
sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan ibadah dikemas dalam suatu sistem
pendidikan. Dengan sistem ini pula diharapkan mampu memberikan nilai-nilai
kehidupan yang islami pada anak didik secara utuh dan terintegrasi dalam tujuan
pendidikan. Konsep pendidikan yang dijalankan sebenarnya adalah konsep effective
school, yakni bagaimana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik.
Sebagai konsekuensinya, anak–anak didik diberi waktu lebih banyak di lingkungan
sekolah (Zuliana, 2014).
Fenomena masyarakat terhadap lembaga pendidikan dipandang sebagai industri
yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu
suatu proses pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan
manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin baik
(berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan dimasa
sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab
dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap bisa maju berkembang dan
2.6 Penyelenggaraan Makan di Sekolah
Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), di luar negeri penyelenggaraan
makan di sekolah telah berkembang sejak lama. Semua program makanan sekolah
pada awalnya bertujuan untuk membantu meningkatkan status gizi anak-anak yang
kurang mampu, namun lambat laun kebutuhan makanan di sekolah menjadi
kebutuhan semua golongan masyarakat. Hal itu dikarenakan banyak sekolah yang
penuh dengan berbagai macam kegiatan, hingga waktu anak-anak disekolah menjadi
lebih panjang, ataupun anak tidak sempat sarapan terlebih dahulu di rumahnya.
Menurut Khan yang dikutip oleh Dwi (2011) makan siang dalam suatu sekolah
sangat penting untuk kesehatan bagi para siswa yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Tetapi kesesuaian selera konsumen menjadi suatu masalah dalam
penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi seperti sekolah. Suatu variasi di
dalam menu institusi sekolah adalah suatu hal penting dalam jenis institusi sekolah.
Konsumen mempunyai pilihan makanan yang sangat banyak dan berbeda dari tiap
kelompok umur. Oleh karena itu institusi penyelenggaraan sekolah harus mengerti
cara-cara merencanakan menu.
Menurut Mukrie yang dikutip oleh Dwi (2011), fungsi yang dijalankan bagi
kantin di sekolah yaitu kantin harus dapat memberikan pelayanan untuk makan pagi,
siang maupun sore baik makanan kecil ataupun makanan lengkap. Makanan yang
disediakan di kantin harus merupakan makanan yang bergizi, dan sebagai bahan
pendidikan bagi anak untuk mendorong atau membiasakan anak dalam memilih
tempat penyelenggaraan makan disediakan sedemikian rupa dan makanan
dipersiapkan dalam keadaan yang bersih serta higienis. Penyelenggaraan makanan di
sekolah pun harus di menejemen dengan baik agar penyelenggaraan makanan di
sekolah dapat berjalan dengan lancar.
2.7 Kerangka Konsep
Penelitian ini ingin membuktikan bahwa siswa SMP dengan sistem fullday
school yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik kecukupan energi,
kecukupan protein serta status gizinya. Membuktikan hal tersebut dilakukan
penelitian dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi
siswa SMP fullday school yang dapat makan siang dari sekolah dengan yang tidak
mendapat makan siang dari sekolah. Keterangan lebih jelas dapat dilihat dari bagan
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Dapat Makan
Siang
Tidak Dapat Makan Siang
Status Gizi -Kecukupan
Energi
-Kecukupan Protein Asupan
Gizi Makan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional,
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan energi dan protein serta
status gizi siswa SMP yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang
dari sekolah dengan sistem fullday school.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di kota Medan. Sekolah pertama
adalah sekolah Siti Hajar Fullday School yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting
kilometer 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Alasannya,
sekolah Siti Hajar Fullday School adalah sekolah yang mengolah sendiri makan siang
yang disediakan dan juga menyediakan snack bagi para siswanya. Sekolah yang
kedua adalah Al-Ulum Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan.
Alasannya sekolah Al-ulum Islamic School adalah sekolah fullday yang tidak
menyediakan makan siang bagi para siswanya dan kantin sekolahnya belum
menyediakan makanan lengkap dan seimbang.
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i SMP kelas VIII sekolah Siti Hajar
Fullday School yang berjumlah 128 siswa dan SMP Al-ulum Islamic School yang
berjumlah 144 siswa. Alasannya, penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran baru. Jika
dilakukan juga pada siswa kelas VII, mereka baru saja sekolah di fullday school
sehingga pengaruh makan siangnya belum terlihat, sedangkan siswa kelas IX tidak
mendapat izin dari sekolah karena harus fokus pada persiapan ujian nasional.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan
keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan
keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2001). Besar sampel dihitung
dengan rumus perhitungan estimasi proporsi dengan presisi mutlak di bawah ini yaitu
(Kasjono, 2009) :
N
d² (N 1) + Z² 1 α/2 P (1 P)
Keterangan :
n : Besar sampel
d : Presisi mutlak 0,1
Z: Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan (95%=1.96)
Maka, besar sampel Sekolah Siti Hajar adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 116
(0,1)² .(1161) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 116
0,01 . 115 + 3,8416 (0,25)
111,406
1,15 + 0,96
111,406
2,23
n = 49,95 dibulatkan menjadi 58
besar sampel SMP Al-ulum adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 144
(0,1)² . (144 1) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 144
0,01 . 143 + 3,8416 (0,25)
138,297
1,43 + 0,96
138,297
2,39
n = 57,86 dibulatkan menjadi 58
n =
n =
n = n =
n =
n = n =
Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 58 siswa SMP dari sekolah Siti
Hajar dan 58 siswa SMP dari sekolah Al-ulum. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan simple random sampling menggunakan table bilangan random.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data
sekunder.
3.4.1 Data Primer
a. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua didapat dari
kuisioner yang diisi oleh siswa SMP Siti Hajar dan Al-ulum yang menjadi sampel.
b. Data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan formulir recall 24 jamyang dilakukan sebanyak dua kali.
c. Data status gizi responden meliputi berat badan dan tinggi badan responden,
penimbangan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 1cm.
d. Data gambaran umum makan siang yang diberikan SMP Siti Hajar diperoleh
melalui metode penimbangan makanan dengan cara menimbang dan mencatat
makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar selama dua hari. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan :
1. Menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan dalam gram.
2. Menganalisis hasil penimbangan dengan menggunakan software Nutrisurvey
Indonesia.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder berupa data gambaran umum SMP Siti hajar dan SMP Al-Ulum
diperoleh dari bagian arsip sekolah tersebut.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel
1. Variabel Independen : dapat makan siang, tidak dapat makan siang.
2. Variabel Dependen : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi.
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang
dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-12
tahun dan 13-15 tahun.
2. Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan jumlah protein yang dikonsumsi
oleh siswa SMP dengan angka kecukupan protein anak usia10-12 tahun dan 13-15
tahun.
3. Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT
menurut umur.
4. Fullday School adalah sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem
pembelajaran secara intensif.
5. Sekolah PM adalah sekolah fullday yang menyelenggarakan makan siang bagi para
6. Sekolah Tanpa PM adalah sekolah fullday yang tidak menyelenggarakan makan
siang bagi para siswanya.
3.6 Metode Pengukuran
a. Tingkat Kecukupan Energi
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam
Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Energi : 2475 kkal untuk laki-laki, 2125 kkal untuk perempuan
Hasil Ukur :a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan)
c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan)
d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (120% angka kebutuhan)
(Depkes RI, 2013)
b. Tingkat Kecukupan Protein
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam
Cara ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Protein : 72 g untuk laki-laki, 69 g untuk perempuan
Hasil Ukur : a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angkakebutuhan)
c. Defisit tingkat ringan (80-89% angkakebutuhan)
d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
c. Status Gizi
Alat Ukur : Timbangan digital bathroom scale untuk mengukur berat badan
dan microtoice untuk mengukur tinggi badan
Cara Ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan kemudian
dianalisis menggunakan WHO Antro Plus.
Hasil Ukur : Sangat kurus, < -3 SD
Kurus, jika z-score ≥ -3 sampai ≤ -2,0 SD
Normal, jika z-score -2 SD hingga +2 SD
Gemuk, jika z-score >+2 SD sampai ≤+3 SD
Obesitas, >+3SD (WHO, 2007)
d. Jumlah Energi dan Protein yang Dianjurkan Dalam Makan Siang
Alat Ukur : Formulir Recall 24 Jam
Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
Jumlah yang Dianjurkan : Minimal 30% dari kebutuhan sehari
Hasil Ukur : a. ≤ 30% dari kebutuhan sehari : Tidak Memenuhi
b. ≥ 30% dari kebutuhan sehari : Memenuhi (Walker, 2005) dikutip oleh Rachmawati (2009)
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan
lengkap dan jelas.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurufmenjadi data berbentuk
bilangan, agar memudahkan menganalisis data dalam bentuk kuantitatif.
c. Processing
Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entri data dari kuesioner ke
dalam program komputer.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
ada kesalahan atau tidak.
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
presentase.
3.7.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer
yaitu SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning, kemudian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan
kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday
School yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang di sekolah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua sekolah fullday di Kota Medan yaitu Siti Hajar
Fullday School dan Al-Ulum Terpadu Islamic School. Siti Hajar Fullday School
adalah salah satu sekolah fullday di Kota Medan yang melakukan penyelenggaraan
makan siang bagi para siswanya yang penulis sebut nantinya dengan sekolah fullday
dengan Penyelenggaraan Makan (PM). Al-ulum Terpadu Islamic School adalah salah
satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi
siswanya yang nantinya penulis sebut dengan sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan
Makan (TPM).
SMP Siti Hajar Islamic Fullday School terletak di Jalan Jamin Ginting Km.11
Paya Bundung Kel. Simpang Selayang Kec. Medan Tuntungan Medan Sumatera
Utara. SMP Siti Hajar Fullday School merupakan bagian dari Yayasan Siti Hajar
Fullday School dan berdiri pada bulan Juli tahun 2004. SMP ini dipimpin oleh kepala
sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan
pada sekolah ini adalah Kurikilum DIKNAS dan Kurikulum Lokal Siti Hajar. Jumlah
seluruh murid SMP sebanyak 378 siswa dan jumlah guru 28 orang. Kegiatan belajar
mengajar di sekolah ini senin sampai jumat dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib.
SMP Siti Hajar Islamic Fullday School sejak berdiri telah menyediakan makan
siang bagi para siswanya yang diberikan sekitar pukul 13.00 wib. Tidak hanya makan