Lampiran 1. KuesionerPenelitian
KUESIONER
KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DARI SEKOLAH DAN YANG TIDAK
MENDAPAT MAKAN SIANG DARI SEKOLAH DENGAN SISTEM FULLDAY SCHOOL
IDENTITAS RESPONDEN
NomorResponden :
Nama :
Umur : Tahun
JenisKelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Riwayatpenyakit :
Alamat :
BeratBadan : kg
TinggiBadan : cm
IDENTITAS ORANG TUA
No Pertanyaan Ayah Ibu
1 Nama
2 Umur
3 Pekerjaan
Lampiran 2.Formulir Recall
FORMULIR RECALL
Waktu Nama/Jenis Makanan Nama Bahan
Jumlah yang Dikonsumsi
URT Gram
Pagi/Sarapan
Selingan (cemilan)
Siang
Malam
Lampiran 5.Tabel Angka Kecukupan Gizi
Lampiran 6. Output Tabel Frekuensi
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 10-12 30 51.7 51.7 51.7
13-15 28 48.3 48.3 100.0
Total 58 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 24 41.4 41.4 41.4
Perempuan 34 58.6 58.6 100.0
Total 58 100.0 100.0
riwayat penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 8 13.8 13.8 13.8
tidak ada 50 86.2 86.2 100.0
Total 58 100.0 100.0
pekerjaan ayah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid wiraswasta 23 39.7 39.7 39.7
PNS 18 31.0 31.0 70.7
karyawan swasta 14 24.1 24.1 94.8
Dosen/guru 3 5.2 5.2 100.0
Total 58 100.0 100.0
penghasilan orang tua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 10 17.2 17.2 17.2
2 30 51.7 51.7 69.0
3 18 31.0 31.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
pendidikan terakhir ayah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 4 6.9 6.9 6.9
SMA 20 34.5 34.5 41.4
Diploma 5 8.6 8.6 50.0
S1 15 25.9 25.9 75.9
S2 14 24.1 24.1 100.0
Total 58 100.0 100.0
Energi keseluruhan
Siti hajar=>laki-laki=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total defisit berat ringan normal
atas angka
jenis kelamin Laki-laki Count 9 1 3 2 15
% within jenis kelamin 60.0% 6.7% 20.0% 13.3% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 60.0% 6.7% 20.0% 13.3% 100.0%
Total Count 9 1 3 2 15
% within jenis kelamin 60.0% 6.7% 20.0% 13.3% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 60.0% 6.7% 20.0% 13.3% 100.0%
Siti hajar=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total defisit berat defisit sedang
jenis kelamin Laki-laki Count 7 2 9
% within jenis kelamin 77.8% 22.2% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 77.8% 22.2% 100.0%
Total Count 7 2 9
% within jenis kelamin 77.8% 22.2% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 77.8% 22.2% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
defisit berat defisit sedang ringan normal
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
% within jenis
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total
defisit sedang ringan normal
atas angka
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total defisit berat defisit sedang normal
jenis
kelamin
Laki-laki Count 5 2 2 9
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 55.6% 22.2% 22.2% 100.0%
Total Count 5 2 2 9
% within jenis kelamin 55.6% 22.2% 22.2% 100.0%
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 55.6% 22.2% 22.2% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total defisit berat ringan normal
atas angka
kebutuhan
jenis
kelamin
Perempuan Count 3 2 7 3 15
% within jenis kelamin 20.0% 13.3% 46.7% 20.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 20.0% 13.3% 46.7% 20.0% 100.0%
Total Count 3 2 7 3 15
% within jenis kelamin 20.0% 13.3% 46.7% 20.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total defisit berat defisit sedang ringan normal
atas angka
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 9 9
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 9 9
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 15 15
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 19 19
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 19 19
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Protein siang Siti hajar=>laki-laki=>10-12
asupan protein dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 9 9
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 9 9
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 9 9
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein
dari makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Siti hajar=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 19 19
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Z score siti hajar
jenis kelamin * Z Score Crosstabulation
Z Score
Total
kurus normal overweight
jenis kelamin Laki-laki Count 2 17 5 24
% within jenis kelamin 8.3% 70.8% 20.8% 100.0%
% within Z Score 100.0% 37.0% 50.0% 41.4%
% of Total 3.4% 29.3% 8.6% 41.4%
Perempuan Count 0 29 5 34
% within jenis kelamin .0% 85.3% 14.7% 100.0%
% within Z Score .0% 63.0% 50.0% 58.6%
% of Total .0% 50.0% 8.6% 58.6%
Total Count 2 46 10 58
% within jenis kelamin 3.4% 79.3% 17.2% 100.0%
% within Z Score 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 3.4% 79.3% 17.2% 100.0%
Al-ulum
umur responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
13-15 30 51.7 51.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 6 10.3 10.3 10.3
3 23 39.7 39.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
pendidikan terakhir ayah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMA 16 27.6 27.6 27.6
Diploma 5 8.6 8.6 36.2
S1 28 48.3 48.3 84.5
S2 7 12.1 12.1 96.6
S3 2 3.4 3.4 100.0
Total 58 100.0 100.0
Energi keseluruhan
Al ulum=>laki-laki=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total
defisit berat ringan normal
jenis kelamin Laki-laki Count 12 3 2 17
% within jenis kelamin 70.6% 17.6% 11.8% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 70.6% 17.6% 11.8% 100.0%
Total Count 12 3 2 17
% within jenis kelamin 70.6% 17.6% 11.8% 100.0%
% within tingkat kecukupan
energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Al ulum=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total defisit berat defisit sedang ringan normal
jenis kelamin Laki-laki Count 12 1 3 2 18
% within jenis kelamin 66.7% 5.6% 16.7% 11.1% 100.0%
% within tingkat
kecukupan energi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 5.6% 16.7% 11.1% 100.0%
Total Count 12 1 3 2 18
% within jenis kelamin 66.7% 5.6% 16.7% 11.1% 100.0%
% within tingkat
kecukupan energi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 5.6% 16.7% 11.1% 100.0%
Al ulum=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total defisit berat defisit sedang ringan normal
jenis kelamin Perempuan Count 5 3 2 1 11
% within jenis
kelamin 45.5% 27.3% 18.2% 9.1% 100.0%
% within tingkat
kecukupan energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 27.3% 18.2% 9.1% 100.0%
Total Count 5 3 2 1 11
% within jenis
% within tingkat
kecukupan energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 27.3% 18.2% 9.1% 100.0%
Al ulum=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan energi Crosstabulation
tingkat kecukupan energi
Total defisit berat defisit sedang normal
jenis kelamin Perempuan Count 8 3 1 12
% within jenis kelamin 66.7% 25.0% 8.3% 100.0%
% within tingkat kecukupan energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 25.0% 8.3% 100.0%
Total Count 8 3 1 12
% within jenis kelamin 66.7% 25.0% 8.3% 100.0%
% within tingkat kecukupan energy 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 25.0% 8.3% 100.0%
Protein keseluruhan
Al-ulum=>laki-laki=>10-12
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total defisit berat defisit sedang ringan normal
atas angka
kebutuhan
jenis kelamin Laki-laki Count 4 2 1 8 2 17
% within jenis kelamin 23.5% 11.8% 5.9% 47.1% 11.8% 100.0%
% within tingkat
kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Total Count 4 2 1 8 2 17
% within jenis kelamin 23.5% 11.8% 5.9% 47.1% 11.8% 100.0%
% within tingkat
kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 23.5% 11.8% 5.9% 47.1% 11.8% 100.0%
Al-ulum=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total defisit berat
defisit
sedang ringan normal
atas angka
kebutuhan
jenis kelamin Laki-laki Count 9 2 2 4 1 18
% within jenis kelamin 50.0% 11.1% 11.1% 22.2% 5.6% 100.0%
% within tingkat
kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 11.1% 11.1% 22.2% 5.6% 100.0%
Total Count 9 2 2 4 1 18
% within jenis kelamin 50.0% 11.1% 11.1% 22.2% 5.6% 100.0%
% within tingkat
kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 11.1% 11.1% 22.2% 5.6% 100.0%
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total
defisit berat ringan normal
jenis kelamin Perempuan Count 5 5 1 11
% within jenis kelamin 45.5% 45.5% 9.1% 100.0%
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 45.5% 9.1% 100.0%
Total Count 5 5 1 11
% within jenis kelamin 45.5% 45.5% 9.1% 100.0%
% within tingkat kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 45.5% 45.5% 9.1% 100.0%
Al-ulum=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total
defisit berat ringan normal
jenis kelamin Perempuan Count 7 2 3 12
% within jenis kelamin 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan
protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
Total Count 7 2 3 12
% within jenis kelamin 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan
jenis kelamin * tingkat kecukupan protein Crosstabulation
tingkat kecukupan protein
Total
defisit berat ringan normal
jenis kelamin Perempuan Count 7 2 3 12
% within jenis kelamin 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan
protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
Total Count 7 2 3 12
% within jenis kelamin 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
% within tingkat kecukupan
protein 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.3% 16.7% 25.0% 100.0%
Energi siang
Al-ulum=>laki-laki=>10-12
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari makan siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 3 14 17
% within jenis kelamin 17.6% 82.4% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.6% 82.4% 100.0%
Total Count 3 14 17
% within jenis kelamin 17.6% 82.4% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
Al-ulum=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 18 18
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari makan
siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 18 18
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari makan
siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Al-ulum=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 11 11
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 11 11
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Al-ulum=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * asupan energi dari makan siang Crosstabulation
asupan energi dari
makan siang
Total tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 12 12
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Total Count 12 12
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within asupan energi dari
makan siang 100.0% 100.0%
% of Total 100.0% 100.0%
Protein siang
Al-ulum=>laki-laki=>10-12
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
memenuhi tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 6 11 17
% within jenis kelamin 35.3% 64.7% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.3% 64.7% 100.0%
Total Count 6 11 17
% within jenis kelamin 35.3% 64.7% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.3% 64.7% 100.0%
Al-ulum=>laki-laki=>13-15
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein dari makan siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
jenis kelamin Laki-laki Count 3 15 18
% within jenis kelamin 16.7% 83.3% 100.0%
% within asupan protein dari makan
siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 3 15 18
% within jenis kelamin 16.7% 83.3% 100.0%
% within asupan protein dari makan
siang 100.0% 100.0% 100.0%
Al-ulum=>perempuan=>10-12
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein dari makan siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 1 10 11
% within jenis kelamin 9.1% 90.9% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 9.1% 90.9% 100.0%
Total Count 1 10 11
% within jenis kelamin 9.1% 90.9% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 9.1% 90.9% 100.0%
Al-ulum=>perempuan=>13-15
jenis kelamin * asupan protein dari makan siang Crosstabulation
asupan protein dari makan siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
jenis kelamin Perempuan Count 2 10 12
% within jenis kelamin 16.7% 83.3% 100.0%
% within asupan protein dari
% of Total 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 2 10 12
% within jenis kelamin 16.7% 83.3% 100.0%
% within asupan protein dari
makan siang 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 16.7% 83.3% 100.0%
Zscore al ulum
jenis kelamin * Z Score Crosstabulation
Z Score
Total
kurus normal overweight obesitas
jenis
kelamin
Laki-laki Count 1 29 3 2 35
% within jenis kelamin 2.9% 82.9% 8.6% 5.7% 100.0%
% within Z Score 50.0% 59.2% 75.0% 66.7% 60.3%
% of Total 1.7% 50.0% 5.2% 3.4% 60.3%
Perempuan Count 1 20 1 1 23
% within jenis kelamin 4.3% 87.0% 4.3% 4.3% 100.0%
% within Z Score 50.0% 40.8% 25.0% 33.3% 39.7%
% of Total 1.7% 34.5% 1.7% 1.7% 39.7%
Total Count 2 49 4 3 58
% within jenis kelamin 3.4% 84.5% 6.9% 5.2% 100.0%
% within Z Score 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 3.4% 84.5% 6.9% 5.2% 100.0%
Al-ulum yang bawa bekal dan tidak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 35 60.3 60.3 60.3
tidak 23 39.7 39.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
Al-ulum yang makan sayur
makan sayur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 9 15.5 15.5 15.5
tidak 49 84.5 84.5 100.0
Total 58 100.0 100.0
Penyakit keseluruhan
penyakit1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 94 81.0 81.7 81.7
DBD 1 .9 .9 82.6
Tipus 4 3.4 3.5 86.1
Maag 7 6.0 6.1 92.2
Asma 7 6.0 6.1 98.3
asam lambung 2 1.7 1.7 100.0
Total 115 99.1 100.0
Missing System 1 .9
Penyakit siti hajar
Penyakit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 50 86.2 86.2 86.2
DBD 1 1.7 1.7 87.9
Tipus 2 3.4 3.4 91.4
Maag 3 5.2 5.2 96.6
Asma 2 3.4 3.4 100.0
Total 58 100.0 100.0
Penyakit al-ulum
penyakit1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 44 75.9 75.9 75.9
Tipus 2 3.4 3.4 79.3
Maag 4 6.9 6.9 86.2
Asma 5 8.6 8.6 94.8
asam lambung 3 5.2 5.2 100.0
Total 58 100.0 100.0
Siti hajar
umur1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 25 43.1 43.1 100.0
Total 58 100.0 100.0
Al ulum
umur1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12 29 50.0 50.0 50.0
13 29 50.0 50.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
KECUKUPAN ENERGI SIANG KESELURUHAN - DISTRIBUSINYA
dapat makan siang dari sekolah * Tingkat kecukupan energi siang Crosstabulation
Tingkat kecukupan energi siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
dapat makan siang
dari sekolah
tidak dapat Count 3 55 58
% within dapat makan siang
dari sekolah 5.2% 94.8% 100.0%
dapat Count 0 58 58
% within dapat makan siang
dari sekolah .0% 100.0% 100.0%
Total Count 3 113 116
% within dapat makan siang
dari sekolah 2.6% 97.4% 100.0%
KECUKUPAN PROTEIN SIANG KESELURUHAN - DISTRIBUSINYA
kecukupan protein siang
Total
memenuhi tidak memenuhi
dapat makan siang
dari sekolah
tidak dapat Count 10 48 58
% within dapat makan siang
dari sekolah 17.2% 82.8% 100.0%
dapat Count 0 58 58
% within dapat makan siang
dari sekolah .0% 100.0% 100.0%
Total Count 10 106 116
% within dapat makan siang
Lampiran 7. Output Uji Chi-Squere
KECUKUPAN ENERGI KESELURUHAN
- DISTRIBUSINYA
-dapat makan siang dari sekolah * Tingkat kecukupan energi keseluruhan Crosstabulation
Tingkat kecukupan energi keseluruhan
Total defisit berat defisit sedang ringan normal
- HASIL UJI
a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.
b. The standardized statistic is 2,587.
KECUKUPAN PROTEIN KESELURUHAN
- DISTRIBUSINYA
dapat makan siang dari sekolah * Kecukupan protein keseluruhan Crosstabulation
Kecukupan protein keseluruhan
Total defisit
berat
defisit
sedang ringan normal
dapat makan siang dari sekolah * Kecukupan protein keseluruhan Crosstabulation
sedang ringan normal
atas angka
Fisher's Exact Test 12.506 .013
Linear-by-Linear Association 5.993b 1 .014 .017 .008 .002
N of Valid Cases 116
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
STATUS GIZI
- DISTRIBUSINYA
dapat makan siang dari sekolah * Z Score Crosstabulation
Z Score
Total
kurus normal overweight obesitas
dapat makan siang
dari sekolah
tidak dapat Count 2 49 4 3 58
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 84.5% 6.9% 5.2% 100.0%
dapat Count 2 46 10 0 58
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 79.3% 17.2% .0% 100.0%
Total Count 4 95 14 3 116
% within dapat makan
siang dari sekolah 3.4% 81.9% 12.1% 2.6% 100.0%
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50.
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Memberikan pengarahan pada siswa SMP Al-ulum Terpadu
Gambar 3. Makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar Fullda School
Gambar 5. Menimbang berat badan siswa Siti hajar Fullday School
Gambar 7. Wawancara Recall pada salah satu murid Al-ulum Terpadu
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M. Bambang W. 2014. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur kehidupan. Jakarta: Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menkes no 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. http://gizi.depkes.go.id. diakses 30 April 2015.
Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta : Kompas Media Nusantara. Dwi, Y. Hubungan Antara Asupan Energi Asupan Protein.
https://kangdil.files.wordpress.com/2013/06/yussie-dwi-b-mspmi-hubungan-antara-asupan-energi-asupan-protein.pdf diakses 04 April 2015.
Kasjono, HS. Yasril, 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Agnes, A.M. 2013. Pangan Sehat Untuk Semua. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Rachmawati, L. 2009. Kontribusi Makanan di Sekolah dan Tingkat
Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor. Institut Pertanian Bogor.Skripsi.
Safitri, S. 2011. Hubungan Status Gizi Remaja Putri dengan Usia Menarche di SMPN 2 Pekalongan Tahun 2011. Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi.
Supariasa, I. D. N., Bakhyar, B. & Ibnu F. 2008. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sulistyaningsih, W. 2008. Full Day School & Optimalisasi Perkembangan Anak, Yogyakarta:Paradigma Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang dari sekolah dengan sistem fullday school.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di kota Medan. Sekolah pertama adalah sekolah Siti Hajar Fullday School yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting kilometer 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Alasannya, sekolah Siti Hajar Fullday School adalah sekolah yang mengolah sendiri makan siang yang disediakan dan juga menyediakan snack bagi para siswanya. Sekolah yang kedua adalah Al-Ulum Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan. Alasannya sekolah Al-ulum Islamic School adalah sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya dan kantin sekolahnya belum menyediakan makanan lengkap dan seimbang.
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i SMP kelas VIII sekolah Siti Hajar Fullday School yang berjumlah 128 siswa dan SMP Al-ulum Islamic School yang
berjumlah 144 siswa. Alasannya, penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran baru. Jika dilakukan juga pada siswa kelas VII, mereka baru saja sekolah di fullday school sehingga pengaruh makan siangnya belum terlihat, sedangkan siswa kelas IX tidak mendapat izin dari sekolah karena harus fokus pada persiapan ujian nasional.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2001). Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan estimasi proporsi dengan presisi mutlak di bawah ini yaitu (Kasjono, 2009) :
N
d² (N 1) + Z² 1 α/2 P (1 P) Keterangan :
n : Besar sampel d : Presisi mutlak 0,1
Z: Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan (95%=1.96)
Maka, besar sampel Sekolah Siti Hajar adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 116
(0,1)² .(1161) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 116
0,01 . 115 + 3,8416 (0,25)
111,406
1,15 + 0,96
111,406
2,23
n = 49,95 dibulatkan menjadi 58
besar sampel SMP Al-ulum adalah :
(1,96)² . 0,5 (1-0,5) 144
(0,1)² . (144 1) + (1,96)² . 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 0,25 . 144
0,01 . 143 + 3,8416 (0,25)
138,297
1,43 + 0,96
138,297
2,39
n = 57,86 dibulatkan menjadi 58
n =
n =
n = n =
n =
n = n =
Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 58 siswa SMP dari sekolah Siti Hajar dan 58 siswa SMP dari sekolah Al-ulum. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling menggunakan table bilangan random.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
a. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua didapat dari kuisioner yang diisi oleh siswa SMP Siti Hajar dan Al-ulum yang menjadi sampel. b. Data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan formulir recall 24 jamyang dilakukan sebanyak dua kali.
c. Data status gizi responden meliputi berat badan dan tinggi badan responden, penimbangan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 1cm.
d. Data gambaran umum makan siang yang diberikan SMP Siti Hajar diperoleh melalui metode penimbangan makanan dengan cara menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar selama dua hari. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan :
1. Menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan dalam gram.
2. Menganalisis hasil penimbangan dengan menggunakan software Nutrisurvey Indonesia.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder berupa data gambaran umum SMP Siti hajar dan SMP Al-Ulum diperoleh dari bagian arsip sekolah tersebut.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel
1. Variabel Independen : dapat makan siang, tidak dapat makan siang. 2. Variabel Dependen : kecukupan energi, kecukupan protein, status gizi.
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-12 tahun dan 13-15 tahun.
2. Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan jumlah protein yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan protein anak usia10-12 tahun dan 13-15 tahun.
3. Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT menurut umur.
4. Fullday School adalah sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif.
6. Sekolah Tanpa PM adalah sekolah fullday yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi para siswanya.
3.6 Metode Pengukuran
a. Tingkat Kecukupan Energi
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Energi : 2475 kkal untuk laki-laki, 2125 kkal untuk perempuan Hasil Ukur :a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (120% angka kebutuhan) (Depkes RI, 2013)
b. Tingkat Kecukupan Protein
Alat Ukur : Formulir recall 24 jam Cara ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
AKG Protein : 72 g untuk laki-laki, 69 g untuk perempuan Hasil Ukur : a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79% angkakebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angkakebutuhan) d. Normal (90-119% angka kebutuhan)
c. Status Gizi
Alat Ukur : Timbangan digital bathroom scale untuk mengukur berat badan dan microtoice untuk mengukur tinggi badan
Cara Ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan kemudian dianalisis menggunakan WHO Antro Plus.
Hasil Ukur : Sangat kurus, < -3 SD
Kurus, jika z-score ≥ -3 sampai ≤ -2,0 SD Normal, jika z-score -2 SD hingga +2 SD Gemuk, jika z-score >+2 SD sampai ≤+3 SD Obesitas, >+3SD (WHO, 2007)
d. Jumlah Energi dan Protein yang Dianjurkan Dalam Makan Siang Alat Ukur : Formulir Recall 24 Jam
Cara Ukur : Wawancara sebanyak 2 kali
Jumlah yang Dianjurkan : Minimal 30% dari kebutuhan sehari
Hasil Ukur : a. ≤ 30% dari kebutuhan sehari : Tidak Memenuhi b. ≥ 30% dari kebutuhan sehari : Memenuhi (Walker, 2005) dikutip oleh Rachmawati (2009)
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap dan jelas.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk hurufmenjadi data berbentuk bilangan, agar memudahkan menganalisis data dalam bentuk kuantitatif.
c. Processing
Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entri data dari kuesioner ke dalam program komputer.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
e. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan presentase.
3.7.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer yaitu SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan kecukupan energi, kecukupan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang di sekolah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua sekolah fullday di Kota Medan yaitu Siti Hajar Fullday School dan Al-Ulum Terpadu Islamic School. Siti Hajar Fullday School
adalah salah satu sekolah fullday di Kota Medan yang melakukan penyelenggaraan makan siang bagi para siswanya yang penulis sebut nantinya dengan sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM). Al-ulum Terpadu Islamic School adalah salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyelenggarakan makan siang bagi siswanya yang nantinya penulis sebut dengan sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM).
SMP Siti Hajar Islamic Fullday School terletak di Jalan Jamin Ginting Km.11 Paya Bundung Kel. Simpang Selayang Kec. Medan Tuntungan Medan Sumatera Utara. SMP Siti Hajar Fullday School merupakan bagian dari Yayasan Siti Hajar Fullday School dan berdiri pada bulan Juli tahun 2004. SMP ini dipimpin oleh kepala
sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah Kurikilum DIKNAS dan Kurikulum Lokal Siti Hajar. Jumlah seluruh murid SMP sebanyak 378 siswa dan jumlah guru 28 orang. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini senin sampai jumat dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib.
yang diberikan pukul 15.30 wib. Mayoritas anak hanya mencukupkan memakan makanan yang disediakan dari sekolah saja. Sangat jarang anak yang jajan pada jam makan siang. SMP Siti Hajar memiliki dapur sendiri. Sehingga makanan yang diberikan adalah makanan yang dimasak sendiri oleh pihak sekolah. Pemilihan menu dilakukan oleh para guru dan dilakukan pergantian menu setiap hari Jumat. Dalam pergantian menu sekolah tidak memiliki siklus menu. Menu dipilih oleh para guru. Namun menu-menu yang diberikan sangat variatif sehingga para murid tidak bosan dengan menu yang disediakan.
SMP Al-Ulum Terpadu Islamic School terletak di Jalan Tuasan no 35 kel. Sidorejo Hilir kec. Medan Tembung, Medan Sumatera Utara. SMP Al-Ulum Terpadu Islamic School yang merupakan bagian dari Yayasan Amanah Karamah berdiri pada
bulan Mei tahun 2004. Sekolah ini dikepalai oleh Kepala Sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah Kurikilum Nasional (KTSP) dan Kurikulum Lokal Berbasis Keislaman. Jumlah seluruh murid SMP sebanyak 432 siswa dan jumlah guru 33 orang. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ini dilakukan senin sampai jumat mulai pukul 07.30 s/d 16.30 wib.
nasi goreng sebagai menu makan siangnya. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.25 s/d 16.30 wib dengan waktu istirahat pukul 09.30 wib dan pukul 12.00 wib.
4.2 Gambaran Umum Karakteristik Sampel
Gambaran umum karakteristik sampel adalah karakteristik dari murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua .
4.2.1 Jenis Kelamin dan Umur
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) menurut karakteristik jenis kelamin dan umur ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Karakteristik
dari pada di sekolah dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 24 orang (41,4%). Sedangkan untuk murid perempuan lebih banyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 34 orang (58,6%) dari pada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 23 orang (39,7%).
Jumlah murid yang berumur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih banyak yaitu 30 orang (51,7%) dari pada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 28 orang (48,3%) sedangkan jumlah murid yang berumur 13-15 tahun lebih banyak di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 30 orang (51,7%) dari pada di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM0 yaitu 28 orang (48,3%).
Pada usia remaja kebutuhan gizi untuk laki-laki dan perempuan dibedakan karena terdapat perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
4.2.2 Riwayat Penyakit
Status gizi siswa dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang pernah di deritanya. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi seseorang karena ada hubungan yang sinergis antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan malnutrisi (Supariasa, 2002).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Riwayat Penyakit
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah murid yang memiliki riwayat penyakit di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) lebih banyak yaitu 13 orang (22,4%) dari pada di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 8 orang (13,8%) sedangkan jumlah murid yang tidak memiliki riwayat penyakit lebih banyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yaitu 50 orang (86,2%) dari pada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 45 orang (77,6%).
Penyakit yang diderita pada siswa sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan dan tanpa penyelenggaraan makan pada umumnya adalah DBD dan Typus.
4.2.3 Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua (ayah) yang dibedakan menjadi wiraswasta, PNS, karyawan swasta, dosen/guru. Pengklasifikasian pekerjaan orang tua dilakukan berdasarkan pekerjaan orang tua sampel.
Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya (Rachmawati, 2009).
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik pekerjaan orang tua ditampilkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Jenis Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pekerjaan orang tua terbanyak di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) adalah wiraswasta yaitu 23 anak (39,7%) di sekolah Penyelenggaran Makan (PM) dan 32 anak (55,2%) di sekolah Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) sedangkan pekerjaan orang tua tersedikit adalah Dosen/Guru yaitu 3 anak (5,2%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 1 anak (1,7%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
4.2.4 Penghasilan Orang Tua
(> 5.000.000). Tingkat pendapatan orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap konsumsi energi keluarganya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik penghasilan orang tua ditampilkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
Penghasilan Orang
4.2.5 Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua sampel diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah. Tingkat pendidikan orang tua (ayah) sampel dibagi menjadi SMP, SMA, Diploma, S1, S2 dan S3.
Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mampu memilih makanan yang tepat sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Rakhmawati, 2009).
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) menurut karakteristik pendidikan orang tua ditampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua
Tingkat Pendidikan PM TPM
Jumlah (n) Presentase (%) Jumlah (n) Presentase (%)
terakhir SMA yaitu 20 anak (34,5%). Sedangkan siswa sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan mayoritas memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan terakhir S1 yaitu 28 anak (48,3%).
4.3 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM
Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan energi anak usia 10-15 tahun. Tingkat kecukupan energi diklasifikasikan menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG) normal (90-119% AKG) dan kelebihan (>120% AKG) (Depkes RI 1996).
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM
Tingkat
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa anak yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada pada siswa sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 37 anak (63,8%) sedangkan pada siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) terdapat 27 anak (46,6%). Adapun
Oleh karena p= 0,084 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan energi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih baik dari pada siswa SMP fullday
school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa
Penyelenggaraan Makan (TPM).
Tingkat kecukupan energi siswa laki-laki berbeda dengan tingkat kecukupan energi siswa perempuan. Tingkat kecukupan energi siwa laki-laki umur 10-12 tahun juga berbeda dengan tingkat kecukupan energi siswa laki-laki umur 13-15 tahun. Siswa laki-laki umur 10-12 tahun membutuhkan energi 2100 kkal perhari sedangkan siswa laki-laki umur 13-15 membutuhkan energi 2475 kkal perhari (Depkes RI, 2013). Berikut disajikan perbandingan kecukupan energi siswa laki-laki sekolah fullday yang mendapat makan siang dari sekolah dan tidak mendapat makan siang
dari sekolah.
Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur
Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas mengalami defisit tingkat berat yaitu 9 anak (60%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 12 anak (70,6%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM). Begitu juga anak laki-laki umur 13-15 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas mengalami defisit energi tingkat berat yaitu 7 anak (77,8%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 12 anak (66,7%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
Secara umum anak laki-laki yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 24 anak begitu pula dengan tingkat kecukupan energi normal terbanyak ada pada sekolah Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 4 anak.
Siswa perempuan umur 10-12 tahun juga memiliki kebutuhan energi yang berbeda dengan umur 13-15 tahun. Siswa perempuan umur 10-12 tahun membutuhkan energi 2000 kkal perhari sedangkan umur 13-15 tahun membutuhkan 2125 kkal perhari (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa anak perempuan umur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) mayoritas memiliki tingkat kecukupan energi normal yaitu 5 anak (33,3%) sedangkan di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas defisit tingkat berat yaitu 5 anak (45,5%) sedangkan anak perempuan umur 13-15 tahun baik di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas defisit energi tingkat berat yaitu 9 anak (47,4%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 8 anak (66,7%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
Secara umum anak perempuan yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 13 anak sedangkan anak perempuan dengan tingkat kecukupan energi normal terbanyak ada pada sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu 10 anak.
4.4Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa anak yang mengalami defisit protein tingkat berat terbanyak ada pada siswa sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 25 anak (43,1%) sedangkan pada siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) terdapat 14 anak (24,1%). Adapun
tingkat kecukupan protein normal terbanyak pada siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu 17 anak (29,3%) sedangkan pada siswa fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) terdapat 16 anak (27,6%) yang normal.
Oleh karena p= 0,014 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan protein siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) tidak lebih baik dari pada siswa SMP
fullday school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa
Penyelenggaraan Makan (TPM).
gram per hari sedangkan siswa laki-laki usia 13-15 tahun membutuhkan protein sebanyak 72 gram perhari. Perbedaan tingkat kecukupan protein siswa lak-laki di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Laki-laki Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa anak laki-laki umur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) mayoritas tingkat kecukupan proteinnya normal yaitu sebanyak 6 anak (40%) sedangkan di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas defisit protein tingkat berat
yaitu 9 anak (50%). Anak laki-laki umur 13-15 tahun baik di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) maupun Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas defisit protein tingkat berat yaitu 5 anak (55,6%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 9 anak (50%) di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
begitu pula dengan tingkat kecukupan energi normal terbanyak ada pada sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yaitu 12 anak.
Pada siswa perempuan usia 10-12 tahun memiliki kebutuhan protein sebanyak 60 gram perhari sedangkan usia 13-15 tahun memiliki kebutuhan protein sebanyak 69 gram perhari. Perbedaan tingkat kecukupan protein siswaa perempuan di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan
(TPM) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Perempuan Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa anak perempuan umur 10-12 tahun di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) mayoritas memiliki kecukupan energi yang normal yaitu sebanyak 7 anak (46,7%) sedangkan di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) banyaknya jumlah anak yang defisit
(26,3%) sedangkan disekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas mengalami defisit protein tingkat berat yaitu 7 anak (58,3%)
Secara umum anak perempuan yang mengalami defisit protein tingkat berat terbanyak ada di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yaitu 12 anak sedangkan tingkat kecukupan protein normal terbanyak ada pada sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu 10 anak.
4.5 Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM
Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT menurut umur. Status gizi siswa diklasifikasikan menjadi sangat kurus (<-3 SD), kurus (≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD), normal (-2 SD saampai +2SD), overweight (≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD), obesitas (> +3 SD) (WHO, 2007).
Tabel 4.12 Distribusi Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM
Status Gizi PM TPM
Penyelenggaran Makan. Namun di sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) terdapat anak yang Obesitas sebanyak 3 anak (5,2%).
Oleh karena p= 0,113 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih baik dari pada siswa SMP fullday school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM).
Tabel 4.13 Distribusi Status Gizi Siswa PM dan TPM Berdasarkan Jenis Kelamin
Status Gizi
PM TPM
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
N % n % n % n % dengan Penyelenggaran Makan (PM) maupun Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) mayoritas siswa laki-laki memiliki status gizi normal yaitu 17 anak (70,8%) di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 29 anak (82,9%) di sekolah Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) begitupun siswa perempuan baik di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) maupun Tanpa Penyelenggaran Makan
fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan 20 anak (87,0%) di sekolah fullday
Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM).
Secara keseluruhan baik disekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) maupun Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) siswa yang memiliki status gizi kurus jumlahnya sama yaitu 2 anak (3,4%). Siswa yang mengalami overweight lebih banyak di sekolah dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu sebanyak 10 anak (17,2%).
4.6Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa PM dan TPM
Asupan Energi dan protein dari makan siang siswa fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi siswa ketika makan siang.
Makan siang setidaknya harus memberikan sepertiga atau 30% dari kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium. Asupan energi dan protein minimal yang harus dikonsumsi dan terdapat pada makan siang anak dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Jumlah Energi dan Protein yang Harus Dikonsumsi Siswa pada Makan Siang
Zat Gizi Laki-laki Perempuan
Perbedaan asupan energi pada makan siang siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.15 Distribusi Asupan Energi pada Makan Siang Siswa PM dan TPM
Asupan Energi PM TPM adalah pada sekolah fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) sebanyak 3 orang (5,2%) sedangkan pada sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) tidak ada siswa yang memenuhi asupan energi siang sesuai yang dianjurkan.
Tabel 4.16 Distribusi Asupan Energi Siswa Laki-laki Sekolah PM dan TPM pada Makan Siang
Tabel 4.17 Distribusi Asupan Energi Siswa Perempuan Sekolah PM dan TPM
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa tidak ada siswa perempuan baik dari sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) maupun Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yang memenuhi asupan energi siang yang dianjurkan.
Sama halnya dengan energi, asupan protein siang juga harus memenuhi 30% kebutuhan protein harian. Perbedaan asupan protein siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 4.18 Distribusi Asupan Protein Siswa Sekolah PM dan TPM pada Makan Siang fullday Tanpa Penyelenggaran Makan (TPM) yang memenuhi asupan protein siang
Tabel 4.19 Distribusi Asupan Protein Siswa Laki-laki di Sekolah PM dan TPM sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang memenuhi asupan protein pada saat makan siang sesuai dengan yang dianjurkan sedangkan disekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan tidak ada yang memenuhi asupan protein
siang sesuai dengan yang dianjurkan.
Tabel 4.20 Distribusi Asupan Protein Siswa Perempuan Sekolah PM dan TPM pada Makan Siang sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang memenuhi asupan protein pada saat makan siang sesuai dengan yang dianjurkan sedangkan di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) tidak ada yang memenuhi asupan
Makan siang yang disediakan sekolah bisa menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan gizi para siswa. Untuk itu makan siang di sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi para siswanya. Makan siang yang diberikan sekolah setidaknya harus memberikan sepertiga atau 30% kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium. Pada tabel 4.21 di tampilakan jenis dan jumlah makan siang yang diberikan sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM). Penimbangan dilakukan pada dua hari yang berbeda dan tidak berdekatan.
Tabel 4.21 Jenis dan Jumlah Energi dan Protein yang Terdapat dalam Makan Siang yang Diberikan Sekolah PM
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kecukupan Energi Siswa PM dan TPM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui siswa SMP yang mendapat makan siang dari sekolah/siswa di sekolah dengan Penyelenggaraan Makan (PM) yang tergolong defisit energi sebanyak 70,7%, normal 22,4% dan diatas angka kebutuhan 6,9%. Siswa SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/siswa di sekolah Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang tergolong defisit energi sebanyak 89,7% dan normal sebanyak 10,3%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan dan Tanpa Penyelenggaran Makan lebih dari separuh siswanya mengalami defisit energi yang disebabkan kurangnya konsumsi energi harian. Namun siswa SMP yang mendapat makan siang dari sekolah memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih baik dari pada siswa SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfi Rakhmawati (2009) pada anak SD yang mendapat makan siang dari sekolah dan yang tidak mendapat makan siang dari sekolah di Kota Bogor yang menunjukkan bahwa anak yang mendapat makan siang dari sekolah kecukupan energi hariannya lebih tinggi dari pada anak yang tidak mendapat makan siang dari sekolah masing-masing sebesar 82,7% dan 71,4%.
simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Jika hal itu terus terjadi maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005). Jika pada usia remaja anak mengalami kekurangan energi tentu ini akan mempengaruhi pertumbuhannya.
5.2 Kecukupan Protein Siswa PM dan TPM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui siswa SMP yang mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 49,9%, normal 29,3% dan diatas angka kebutuhan 20,7%. Siswa SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 68,9% dan normal sebanyak 27,6% dan diatas angka kebutuhan 3,4%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sekolah fullday yang menyediakan makan siang dan yang tidak menyediakan makan siang mayoritas siswanya mengalami defisit protein yang disebabkan kurangnya konsumsi protein harian. Untuk tingkat kecukupan protein siswa di sekolah fullday yang menyelenggarakan makan siang memiliki tingkat kecukupan yang tidak lebih baik pada siswa sekolah fullday tanpa penyelenggaraan makan siang. Hal ini disebabkan pada siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan terdapat 12 anak yang kecukupan proteinnya di atas angka kebutuhan 20,7%.
awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika asupan protein kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi menurun (Almatsier, 2004).
5.3 Status Gizi Siswa PM dan TPM
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada sekolah PM dan Tanpa PM mayoritas siswanya memiliki status gizi normal masing-masing 79,3% dan 84,5%. Namun pada sekolah fullday tanpa penyelenggaraan makan siang terdapat 5,2% yang mengalami obesitas sehingga berdasarkan status gizi, siswa sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan siang lebih baik dari pada siswa sekolah
fullday tanpa penyelenggaraan makan.
Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Baik status gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi gangguan gizi, gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah bila asupan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitasnya (Almatsier, 2004).
dan 1 DBD, 5 siswa mengalami penyakit kronik dan 50 siswa lainnya tidak memiliki riwayat penyakit. Pada sekolah Tanpa PM terdapat 2 siswa yang mengalami penyakit infeksi yaitu tipus, 12 siswa mengalami penyakit kronik dan 44 lainnya tidak memiliki riwayat penyakit.
5.4 Asupan Energi dan Protein Siswa PM dan TPM pada Makan Siang
Makan siang sedikitnya harus memberikan sumbangan atau kontribusi energi dan protein sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Kebutuhan energi yang harus terpenuhi dalam makan siang adalah 630 kkal untuk anak laki-laki usia 10-12 dan 742,5 kkal untuk anak laki-laki usia 13-15 tahun. Anak perempuan 10-12 membutuhkan 600 kkal dan anak perempuan 13-15 tahun membutuhkan 637,5. Kebutuhan protein anak laki-laki umur 10-12 tahun 16,8 g sedangkan umur 13-15 tahun 21,6 g. Kebutuhan protein anak perempuan 10-12 tahun 18 g sedangkan umur 13-15 tahun 20,7g.
Pemberian makan di sekolah seharusnya bisa menjadi salah satu cara memperbaiki gizi anak sekolah. Di beberapa negara maju, pemberian makan di Sekolah merupakan salah satu cara memperbaiki gizi anak sekolah. Belum terpenuhinya kebutuhan energi siswa di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dikarenakan makan siang yang disediakan sekolah porsinya tidak sesuai dengan kebutuhan para siswa (sedikit). Meskipun demikian berdasarkan keberagaman jenis makanan dan cita rasa, makanan yang disediakan dari sekolah sangat baik. Karena terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan buah serta memiliki rasa yang lezat sehingga tidak pernah ada siswa yang komplen atau bosan dengan makanan yang disediakan. Hal ini jugalah yang menyebabkan siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) jarang mengkonsumsi jajanan pada jam makan siang. Mayoritas para siswa selalu menghabiskan jatah makan siang mereka.