• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Film Dokumenter Langkah Rudat Desa Trengan, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Film Dokumenter Langkah Rudat Desa Trengan, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LOMBOK UTARA

TUGAS AKHIR

NAMA : OKKY YOLANDA

NIM : 08510160080

PROGRAM STUDI : DIV KOMPUTER MULTIMEDIA

SEKOLAH TINGGI MENEJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR ... ix 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

2.5 Dasar Produksi Film ... 15

2.6 Tahap Pembuatan Film... 15

2.7 Pengertian Seni Gerak ... 24

(3)
(4)

Gambar 2.1 Contoh Warna Akromatik ... 27

Gambar 2.2 Contoh Warna Monokromatik ... 28

Gambar 2.3 Contoh Warna Komplementer ... 28

Gambar 2.4 Contoh Warna Pastel dan Dark Color ... 29

Gambar 2.5 Contoh Warna Analog ... 29

Gambar 2.6 Warna Clash ... 30

Gambar 2.7 Warna Split Komplementer... 30

Gambar 2.8 Warna Triangle ... 31

Gambar 2.9 Contoh Huruf Tanpa Kait ... 33

Gambar 2.10 Contoh Huruf Berkait ... 34

Gambar 2.11 Contoh Huruf Tulis ... 34

Gambar 2.12 Contoh Huruf Decoratif ... 35

Gambar 2.13 Contoh Huruf Monoscope ... 35

Gambar 2.14 Contoh Huruf Lower Case ... 35

Gambar 2.15 Contoh Huruf Uppercase ... 36

Gambar 2.16 Contoh Anatomy Huruf ... 36

Gambar 3.1 Bagan Metodologi ... 40

Gambar 3.2 Screenshoot Muhammad-Legacy of Prophet ... 42

Gambar 3.3 Screenshoot Inside Mecca ... 43

Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci... 47

Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir ... 48

Gambar 3.6 Analisa Warna ... 50

Gambar 3.7 Warna Classic ... 50

Gambar 3.8 Warna Old-Fashioned ... 51

(5)

Gambar 4.1 Sesi Wawancara ... 59

Gambar 4.2 Reka Ulang Sejarah ... 60

Gambar 4.3 Cuplikan Reka Ulang ... 60

Gambar 4.4 Cuplikan Mubaliqh Ketika Datang di Desa ... 61

Gambar 4.5 Cuplikan Gerak Rudat ... 61

Gambar 4.6 Cuplikan Wawancara ... 62

Gambar 4.7 Proses Penataan Stock Shoot... 63

Gambar 4.8 Proses Penataan Adegan ... 63

Gambar 4.9 Warna Old Fashion ... 64

Gambar 4.10 Proses Pemberian Warna ... 65

Gambar 4.11 Proses Pemberian Warna ... 65

Gambar 4.12 Proses Editing Suara ... 66

Gambar 4.13 Poster... 67

Gambar 4.14 Sampul ... 68

(6)

Tabel 3.1 Analisis SWOT film Muhammad - Legacy of a Prophet ... 42

Tabel 3.2 Analisis SWOT film Inside Mecca ... 43

Tabel 3.3 Analisis SWOT Kedua Film ... 44

(7)

Shooting-list ... 75

Lembar Kolokium 1 ... 81

Lembar Kolokium 2 ... 82

(8)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pulau Nusa Tenggara Barat dikenal melalui keindahan panorama dan

kebudayaannya yang masih sangat kental. Pulau Nusa Tenggara Barat meliputi

pulau Lombok, Sumbawa, Bima dan Dompu. Di pulau Lombok ada salah satu

kesenian daerah yang masih sangat kental nilai budayanya bernama langkah

Rudat. Langkah Rudat juga dikenal sebagai langkah penyambutan untuk

wisatawan. Namun, perkembangan saat ini Rudat kurang dikenal orang akibat

tidak adanya lagi waktu yang disediakan oleh pemerintah setempat saat

menyambut tamu dari dalam maupun luar negeri. Kedudukan Rudat sudah

digantikan oleh ceramah dan sebagainya.

Di pulau Lombok ini nilai-nilai sejarah dan budaya tradisionalnya masih

melekat, inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung.

Dengan menyuguhkan pemandangan yang indah dan keramah tamahan penduduk

diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan asing maupun wisatawan

lokal berkunjung ke pulau ini untuk menikmati nilai-nilai tradisi yang ada di pulau

Lombok, salah satu tradisi yang sampai saat ini masih ada ialah Rudat. Banyak

orang, terutama masyarakat pulau Lombok sendiri tidak mengetahui apa dan

bagaimana langkah rudat itu. Langkah rudat ini memiliki gerakan menyerupai

gerakan pencak silat. Pencak silat di sini bukan gerak yang seolah akan berperang,

(9)

Mulai dari kostum, gerak hingga lagunya. Rudat yang ada di masyarakat biasanya

disebut tari rudat, padahal tari rudat itu sendiri adalah perkembangan dari langkah

rudat.

Menurut cerita, dikisahkan dahulu para mubaliqh dari Banjarmasin

memakai gerakan Rudat ini sebagai media penyebaran agama Islam di pulau

Lombok. Rudat pertama kali ada di daerah Pemenang yang kemudian menyebar

ke seluruh pulau Lombok dan sekitarnya. Informasi ini disampaikan oleh

budayawan setempat bernama H. Jalaludin Arzaki.

Dewasa ini, banyak yang tidak mengetahui apa dan bagaimana Rudat, yang

disebabkan oleh banyaknya kebudayaan barat yang masuk dan kurangnya niat

pemerintah untuk melestarikan Rudat. Rudat yang merupakan langkah

penyambutan kini kurang diminati dan dianggap remeh oleh pemuda-pemudi,

padahal Rudat adalah warisan budaya yang harus selalu dilestarikan, hal ini

disampaikan oleh seorang budayawan setempat bernama H. Jalaludin Arzaki.

Sama halnya dengan tari Pendet yang menjadi simbol pulau Dewata, Rudat

pun merupakan simbol budaya yang ada di Nusa Tenggara Barat, khususnya di

pulau Lombok. Hanya saja saat ini jarang sekali yang membuat rekaman atau film

dokumenter tentang sejarah Rudat, sehingga Rudat menjadi terbengkalai.

Dari dasar pemikiran di atas maka Tugas Akhir ini membahas tentang

Pembuatan film dokumenter drama tentang rudat dengan pendekatan rekonstruksi

sejarah. Pada Tugas Akhir ini membahas tentang bagaimana mengangkat sejarah

Rudat sebagai warisan budaya dalam sebuah film dokumenter langkah rudat yang

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat film dokumenter langkah Rudat Desa Trengan Kecamataan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang budaya?

2. Bagaimana menceritakan sejarah seni Rudat sebagai usaha pelestarian kesenian daerah?

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan beberapa batasan

masalah sebagai berikut:

1. Pembuatan film dokumenter langkah Rudat dengan menggunakan pendekatan

rekonstruksi sejarah yang ada di Desa Trengan.

2. Cerita Rudat ini meliputi asal mula, filosofi kostum, dan langkah gerak Rudat

itu sendiri.

1.4 Tujuan

Dari batasan masalah di atas maka beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Membuat film dokumenter Langkah Rudat sebagai tambahan ilmu

pengetahuan budaya.

(11)

3. Dapat menceritakan Rudat meliputi asal mula, filosofi kostum, dan langkah

gerak Rudat.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan film dokumenter ialah:

1. Manfaat Keilmuan

Temuan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

masyarakat luas tentang sejarah Rudat dari pulau Lombok.

2. Manfaat Empiris

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembuatan

film dokumenter dan menjadi bahan untuk kepentingan pendidikan

khususnya adik-adik yang mendalami dunia multimedia dan merupakan

(12)

5 2.1 Film

Film hingga saat ini banyak yang telah beredar, dengan berbagai jenis, isi,

makna dan lain-lain. Menurut Rayya Makarim (Makarim, 2003) dijelaskan bahwa

film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan

telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi utnuk diperlihatkan

pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama,

horor, komedi, dan action.

J. B Wahyudi (Wahyudi, 1986) menjelaskan bahwa berdasarkan teori film,

film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat

itu. Film akan menunjukan kehidupan masyarakat saat itu, seperti kehidupan

sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan lain-lain.

Lebih lanjut Rayya Makarim (Makarim, 2003) mengatakan, bahwa film

adalah deretan kata-kata.Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah

nyata atau kisah rekaan,riwayat hidup, sandiwara radio atau komik sebagai

sumber penceritaan.

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi,

dan eksperimental. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata)

berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki

(13)

Film yang dalam bahasa Inggris disebut motion picture (gambar hidup),

merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang

melibatkan ilmu teknologi dan seni, (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis

memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat

sosiologis, film bersifat secara umum.

1. Film Bersifat Teknis

Mac Millan (dalam Andries,1984:7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat

teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai

penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang

dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu

bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak

menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak

yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.

2. Film Bersifat Sosiologis

Mac Millan (Andries, 1984:8), menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni

dan sebagai media hiburan massa membuat kita sulit merumuskan

batasannya. Sejak 300 (tiga ratus) tahun penemuannya, film telah membuat

dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti

pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan

jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau

(14)

3. Film Bersifat Umum

Meyer T (Andries, 1984:9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam

film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga

dapat menghibur audience.

Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa film adalah

urutan gerak dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media

komunikasi yang lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar

kepada seni ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari

kehidupan modern.perilaku komunikasi.

Kesimpulan lain bahwa film adalah salah satu media komunikasi yang

menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari

menggabungkan ini tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga

maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap

dan dimengerti dengan baik oleh penerima pesan.

2.2 Genre Film

Dalam pembuatan film sineas memiliki sebuah idealisme dalam

menentukan tema untuk “membungkus” cerita agar dapat diterima oleh

penontonnya. Beberapa genre tersebut antara lain:

1. Film Drama

Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih

ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang

(15)

2. Film Laga atau action

Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap

scene.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak

tubuh para tokoh yang tengah berkelahi.

3. Film Horor

Genre film ini banyak menempatkan legenda yang menyeramkan pada suatu

daerah atau legenda yang sengaja dibuat untuk menghadirkan film ini.Antara

lain Kuntilanak, Suster Ngesot, The Ring, dan sebagainya.

4. Film Thiller

Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari

unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan

dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam

diri.

5. Film Fantasi

Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu

yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn

selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton

akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata.

Contoh Harry Potter, Golden Compas dan sebagainya.

6. Film Perang

Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur

ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka.

(16)

7. Film Ilmiah

Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam

genre film ini karna apa yang sesuatu mereka hasilkan akan menjadi konflik

utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.

8. Film Dokumenter

Menurut Sheila Curran Bernard (Bernard, 2004) film dokumenter merupakan

film non-fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap

individu menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi apa

adanya, tanpa persiapan, atau langsung pada kamera atau pewancara.

Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara

sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.

Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari ‘aktualitas’ atau

potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang

terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan

tanpa media perantara. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang

khas yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan,

fleksibilitas, efektifitas, serta otentisitas peristiwa yang akan direkam.

Kebanyakan penonton film/ video dokumenter di layar kaca sudah begitu

terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini

paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi.

Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter

(17)

Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh

suara (voice over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar,

saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat.Demikian

pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan

gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang

ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam

perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.

Hal ini perlu ditekankan, karena dalam berbagai hal bentuk dokumenter

sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan

dokumenter cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam dunia

pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya

perkembangan film/video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada

kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini

untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik dan kini

perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang ‘kebenaran’ dan

‘keaslian’ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan, dan

diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film dokumenter dan film-film

non-fiksi lainnya.

Namun dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu

sama lain (mix genre) seperti horror-comedy, western-comedy, horror-science

fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya

yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan subgenre, contohnya dalam

(18)

(sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya.Demikian pula

dalam film dokumenter.

2.3 Film Dokumenter

Menurut Gerzon R. Ayawaila (Ayawaila, 2008) dalam bukunya

menjelaskan, film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau

mempresentasikan kenyataan. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan

fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga dapat memasukan

pemikiran-pemikiran kita.

Hal ini mengacu pada teori-teori sebelumnya seperti, Stave Blandford, Barry

Grant dan Jim Hillier, dalam buku The Film Studies Dictionary menyatakan

bahwa film documenter memiliki subyek yang berupa masyarakat, peristiwa, atau

situasi yang benar-benar terjadi didunia realita dan di luar dunia sinema.

Kesimpulannya film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau

mempresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter menampilkan kembali

fakta yang ada dalam suatu kehidupan dengan berbagai sudut pandang yang

diambil. Gerzon juga menyebutkan, dalam pembuatan film dokumenter gaya atau

bentuk dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar. Pembagian ini merupakan

ringkasan dari aneka ragam bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang

sejarah.

Bila di atas menjelaskan bentuk film dokumenter menurut perkembangan

sejarah, Grezon juga membagi genre dokumenter menjadi dua belas jenis yang di

(19)

1. Laporan perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau

etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari

yang paling penting hingga yang ringan, sesuai dengan pesan dan gaya yang

dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah

travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. Tayangan ini

pun saat ini menjadi ajang promosi suatu tempat yang sangat populer karena

kemasan acaranya yang sesuai dengan gaya hidup orang masa kini.

2. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental

aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi

peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada

yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Film dokumenter

jenis ini biasanya menjadi acuan tambahan untuk anak-anak sekolah yang

kurang berminat membaca ulang buku sejarah.

3. Ilmu pengetahuan atau Sains

Film ini dirancang khusus untuk mengajari audience bagaimana mempelajari

dan melakukan berbagai macam hal mereka inginkan, mulai dari bermain

gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik,

penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan

berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya.

(20)

mendekatkan kita kepada kehidupan hewan liar, tumbuhan dan tempat-tempat

tak terjamah lainnya.

4. Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang.

Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal

luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun

memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Contohnya,

potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari

seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang

dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. isinya bisa berupa

sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.

5. Dokumenter Drama

Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan

selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu)

cenderung direkonstruksi ulang.

2.4 Film Dokumenter Drama

Dokumenter drama atau dokudrama adalah film dokumenter yang disertai

oleh naskah. Peran yang dimainkan disesuaikan oleh skenario yang ada tetapi

masih seperti dokumenter tanpa skenario. Seperti film dokumenter rekonstruksi

sejarah seni, tentang perang dan sebagainya kebanyakan menggunakan skenario

tetapi lebih terlihat nyata dibandingkan dengan film drama lainnya yang juga

(21)

Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan

selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu)

cenderung direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat

aslinya bahkan bila memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film

tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang

sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Contoh dari film dokumenter

drama adalah JFK (Oliver Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer), All The President’s

Men (Alan J. Pakula).

Pada saat ini perkembangan genre sangatlah cepat. Seperti yang sudah

disinggung pada awal pembahasan ini bahwa genre mengalami metamorfosis

dengan ‘membelah diri’ dan membentuk sub-genre, seperti genre Ilmu

Pengetahuan kemudian diketahui banyak sekali pecahannya dari mulai dunia

hewan, dunia tumbuhan, instruksional dan sebagainya. Bahkan pada beberapa

sumber di internet, bisa juga terbentuk genre baru seperti yang terjadi pada film

dokumenter yang membahas dunia hewan sering disebut dengan Animal

Documentary. Genre di dalam film dokumenter juga bisa saling bercampur,

biasanya sering disebut dengan istilah mixgenre.Saluran MTV pernah membuat

program yang berjudul Biorythm yang menggabungkan antara genre biografi,

musik dan association picture story. Seperti diungkapkan oleh Gerzon (2008)

pada saat ini sangat sulit membendung terbentuknya genre baru yang muncul dari

genre yang sudah ada atau karena kebutuhan lain untuk hanya untuk membedakan

(22)

2.5 Dasar Produksi Film

Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011), menjelaskan tahapan produksi

sebuah film, deskripsi kerja, dan manajemen produksi. Hal-hal yang harus

disiapkan dalam produksi film antara lain:

1. Penulisan dan Penyutradaraan

2. Sinematografi

3. Tata Suara

4. Tata Artistik

5. Editing

2.6 Tahapan Pembuatan Film

Menurut Heru Efendi (Efendi, 2009) dalam bukunya yang berjudul Mari

Membuat Film, sebelum memulai shooting ada beberapa tahapan yang harus

ditempuh. Tahap pertama perencanaan shooting adalah membuat script

breakdown, yaitu mengurai setiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi

sejumlah informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk keperluan shooting.

Dalam film dokumenter drama, hal-hal yang dibutuhkan untuk keperluan

shooting antara lain:

1. Lokasi atau set

(23)

2. Wardrobe

Bagian ini khusus mencatat pakaian yang sesuai dengan adegan. Catatan ini

hanya diperlukan apabila ada pakaian khusus yang dipakai oleh pemeran

yang penyediaannya memerlukan biaya dan waktu khusus.

3. Make Up

Di bagian ini, terdapat beberapa cantuman khusus tentang tata rias dan tata

rambut untuk setiap peran yang ada.

4. Properti, Set Dressing

Properti adalah semua benda yang dipakai atau dibawa oleh pemeran

nantinya. Misalnya, pipa cangklong, tasbih dan sebagainya. Properti diurus

oleh kru yang telah ada, untuk memastikan bahwa properti sesuai dengan

keseluruhan adegan yang ada. Set dressing merupakan tata lokasi dimana

lokasi sudah diatur dan dihias oleh kru yang bersangkutan.

Selanjutnya, menurut buku Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) tahap

pembuatan film secara teknis ada tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi dan

pasca produksi.

1. Tahap Pra Produksi

Tahap pra produksi adalah proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua

hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jawdal shooting,

penyusunan crew dan pembuatan skenario. Dalam pembuatan film

dokumenter yang didasari oleh realita atau fakta perlihal pengalaman hidup

(24)

kepekaan dokumetaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam

semesta dengan cara melakukan riset atau observasi.

Hal awal yang perlu ditetapkan adalah konsep dan tema yang dipilih, dan

dalam menentukan hal tersebut beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Apa yang akan dibuat atau diproduksi

b. Gaya pendekatan dan bentuk dokumenter

c. Target penonton

Pendekatan pada subyek merupakan proses penting yang dimulai sejak riset

hingga syuting nantinya. metode riset yang dilakukan seorang dokumnetaris

bukanlah melalui pengumpulan kuisoner atau angket yang biasa dilakukan

dalam suatu penelitian sosial, namun seorang dokumentaris harus terjun

langsung dan berkomunikasi dengan subjeknya.

2. Tahap Produksi

Tahap produksi adalah proses eksekusi semua hal yang sebelumnya telah di

persiapkan pada proses pra produksi. Proses ini merupakan proses yang

membutuhkan stamina si pembuat film. Pada proses ini kerja sama tim di

utamakan.

Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana

disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain :

1. Tata kamera

Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya

(25)

sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik

dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera

dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton,

karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu

penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam

membangun cerita yang berkesinambungan.

Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) menjelaskan tipe angel kamera di

bagi menjadi 2 jenis antara lain :

a. Angle Kamera Objektif

Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut

pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili

siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada

kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara

lain.

1) High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk

mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya

memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah

dan berbeban berat.

2) Eye Angle

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek.

(26)

menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton

sejajar.

3) Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk

menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada

penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki

kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.

4) Frog Eye

Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan

dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan

objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek

penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu

pemandanagan yang aneh atau ganjil.

b. Angle Kamera Subyektif

Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat

ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor.

Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:

1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka

dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.

2) Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam

gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui

mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama

(27)

close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi

kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh

pemain yang memandang ke luar layar tersebut.

3) Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan.

Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang

langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun

dengan cara seperti ini.

c. Angle kamera point of view

Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v

diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah

shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain

subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain

yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up

pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya

didahului dengan Over Shoulder Shot.

2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi

Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman

tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau

komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya.

Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa

gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan

enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang

(28)

Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti

pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar

untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam

sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view

finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.

Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus

mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang

diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama

yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya.

Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size

adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan

objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan

posisi kamera yang diinginkan.

Dalam Mahir Bikin Film (Javandalasta, 2011) menjelaskan beberapa

shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar,

antara lain:

a. Extreme Long Shot (ELS)

Gambar ini memiliki komposisi sangat jauh, panjang, luas dan

berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh

lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu

(29)

b. Very Long Shot (VLS)

Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas

tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan

adegan kolosal atau obyek yang banyak.

c. Long Shot (LS)

Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara

total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek

manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara

lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek

berada.

d. Medium Long Shot (MLS)

Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada

obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan

memberikan kesan padat pada gambar.

e. Medium Shot (MS)

Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari

tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat

jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering

dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.

f. Medium Close Up (MCU)

Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi

subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga

(30)

g. Close Up (CU)

Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada

gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini

menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu

adegan.

h. Big Close Up (BCU)

Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga

bertujuan menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi

kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh,

tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.

i. Extreme Close Up (ECU)

Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan

berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan

ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.

j. Over Shoulder Shot (OSS)

Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau

bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati

frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu

untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan

mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang

(31)

3. Tahap Pasca Produksi

Tahap ini merupakan tahap akhir sebuah film bagaimana nantinya film itu

dapat memberi pesan kepada penontonnya. Dalam proses ini, semua gambar

yang telah di dapat pada proses produksi di satukan dan di edit oleh seorang

editor.

2.7 Pengertian Seni Gerak

Menurut Hélène Bouvier (Bouvier, 2002) Seni berasal dari kata ”sani”

dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan

atau pencarian dengan hormat dan jujur. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa

istilah ”seni” tersebut diambil dari bahasa Belanda ”genie” atau jenius. Kedua asal

kata itu memberikan gambaran yang jelas tentang aktivitas apa yang sekarang ini

dibawakan oleh istilah tersebut, yaitu suatu pemujaan atau dedikasi, pelayanan,

ataupun donasi yang dilaksanakan dengan hormat dan jujur yang untuk

melakukannya diperlukan bakat dan kejeniusan.

Menurut Ary H. Gunawan (Gunawan, 2000), seni adalah kegiatan yang

terjadi oleh proses cipta, rasa dan karsa. Sedangkan dalam bukunya David E. W.

Fenner (Fenner, 2008), Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai sarana

komunikasi bagi emosi dan kita tahu bahwa komunikasi selalu memerlukan

adanya komunikator, si seniman dan komunikan yaitu masyarakat ramai.

Sebagai penampilan ekspresi dari penciptanya, seni dapat digolongkan

(32)

1. Seni pertunjukkan terdiri atas seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, seni

musik (barat), seni drama (teater), seni pencak silat, dan seni resitasi.

2. Seni rupa terdiri dari seni lukis, seni patung, seni grafis, seni desain (desain

interior, eksterior, komunikasi visual), seni instalasi, seni kria (kria kayu,

kulit, logam, tekstil, batu, dan keramik).

3. Seni media rekam terdiri atas fotografi, video, dan film (sinematografi).

4. Seni sastra meliputi seni prosa, seni puisi, dan folklor.

Gerak yang indah bukan hanya gerak yang halus saja, tetapi

gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan, serta gerak-gerak anehpun

dapat merupakan gerak yang indah.

2.8 Rudat

Berdasarkan naskah rekaman gambar dan suara (NTB, 1996) Kesenian

Rudat adalah salah satu bentuk kesenian tradisional Lombok (Sasak) yang

tergolong dalam rumpun kesenian Melayu Islam. Ada dua bentuk dalam

penyajian kesenian ini, yaitu bentuk kemidi/komedi (teater tradisional) dan

langkah/gerak Rudat.

Rudat adalah salah satu kesenian dari Lombok yang disebut seni belangkah

sambil menyanyikan lagu yang bernafaskan Islam. Seni belangkah atau Rudat

biasanya dibawakan oleh 8 sampai 12 orang. Lagu-lagu kesenian Rudat khas

berirama padang pasir, dan sebagian besar menggunakan syair dalam bahasa

(33)

karena ketidakmampuan lidah para pelaku. Ada juga sebagian kecil syair lagunya

memakai bahasa Indonesia, namun iramanya tetap irama khas padang pasir.

Rudat biasanya disertakan untuk memeriahkan pesta atau upacara adat,

syukuran dan sebagainya. Rudat diselenggarakan di tanah lapang untuk

memeriahkan, sekaligus memberi hiburan segar kepada masyrakat.

2.9 Teori Warna

Dalam buku Sadjiman Ebdi (2005) Teori warna adalah sifat cahaya yang

dipancarkan. Sementara secara subjektif atau psikologis, warna adalah sebagian

dari pengalaman indra. Sederhananya warna merupakan suatu elemen desain yang

sangat berpengaruh dalam membantu dan menciptakan komposisi desain menjadi

menarik. Warna dapat digunakan untuk beberapa alasan, diantaranya:

1. Warna merupakan alat untuk menarik perhatian.

2. Beberapa produk akan menjadi realistis, jika ditampilkan dengan

menggunakan warna.

3. Dapat memperlihatkan atau memberikan suatu penekanan pada elemen

tertentu dalam karya desain.

Warna dapat memperlihatkan suatu mood tertentu yang menunjukan akan

adanya kesan psikologis tersendiri. Setiap warna mempunyai karakter tersendiri.

Dengan warna kita dapat mengkomunikasikan desain kita kepada audience secara

efektif. Warna adalah faktor yang sangat penting dalam komunikasi visual.

Warna dapat memberikan dampak psikologis, sugesti, suasana bagi yang

(34)

1. RGB (Red, Green, Blue)

2. CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black)

3. HLS (Hue, Lightness, Saturation)

4. LAB Color (Lightness A [green-red axis] B [blue-yellow axis])

5. RGB Hexadecimal

Dalam kebutuhan cetak dan printing, warna yang dipakai adalah

sistem/model CMYK, sedangkan untuk tampil di layar monitor saja adalah RGB

dan RGB Hexadecimal.

Warna-warna dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan keharmonisan

dalam desain. Berikut adalah kombinasi warna berdasarkan color wheel:

1. Warna Akromatik

Adalah warna kombinasi gelap dan terang saja. Asal katanya adalah A

(tidak), Chromatic (warna). Biasa kita sebut sebagai grayscale. Kombinasi

warna tersebut berkesan klasik dan artistik, yang banyak dipakai untuk

fotografi/surat kabar.

Gambar 2.1 Contoh Warna Akromatik

2. Monokrom/Netral

Adalah satu warna hue yang dikombinasikan dengan gelap terang. Disebut

(35)

dan mudah diterima mata. Kelemahannya kombinasi ini akan membosankan

dan mudah ditinggalkan.

Gambar 2.2 Contoh Warna Monokrom

3. Warna Komplementer

Adalah 2 (dua) warna hue yang berlawanan, dikombinasikan dengan gelap

terang. Disebut juga warna komplementer. Kombinasi tersebut akan menarik

mata (eye catching), tetapi jika anda tidak berhasil menggabungkan 2 warna

tersebut akan terlihat lepas/tidak matching.

Gambar 2.3 Contoh Warna Komplementer

4. Warna Pastel &Dark Colors

Adalah warna-warna yang mendekati warna terang/putih. Biasa disebut juga

warna sepia. Kebalikan dari pastel adalah warna-warna gelap disebut juga

(36)

Gambar 2.4 Contoh Warna Pastel & Dark Colors

5. Warna Analog

Adalah warna-warna beda hue yang bersebelahan, sehingga kombinasinya

akan lebih mudah diterima mata dan lebih berani dibanding warna

monokrom.

Gambar 2.5 Contoh Warna Analog

6. Warna Clash

Sesuai namanya clash adalah warna yang tidak

harmonis/bertentangan/tabrakan sehingga kombinasi warna tersebut tidak

enak dipandang. Tapi dengan teknik tertentu, akan didapat paduan warna

(37)

Gambar 2.6 Contoh Warna Clash

7. Warna Split Komplementer

Lebih rumit dari warna clash karena terdiri dari 3 warna yang tidak

harmonis/clash. Bila anda dapat menyatukan 3 warna tersebut dalam sebuah

desain, akan dihasilkan karya inovatif dan spektakuler. Jika gagal

menyatukannya akan menyakitkan mata dan memusingkan kepala.

Gambar 2.7 Contoh Warna Split Komplementer

8. Triangle Primer, Sekunder dan Tersier

Merupakan perpaduan dari 3 warna yang senasib (primary, sekunder, tersier).

(38)

Gambar 2.8 Contoh Warna Triangle

Di setiap negara dan budaya, warna mempunyai arti tersendiri dalam

mengartikan warna, meski begitu arti warna disini mengambil lingkup yang

universal.

1. Merah

Melambangkan: Perjuangan, nafsu, aktif, agresif, dominan, kemauan keras,

persaingan, keberanian, energi, kehangatan, cinta, bahaya.

2. Biru

Melambangkan: Ketenangan, kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan,

keteraturan.

3. Hijau

Melambangkan: Alami, sehat, keinginan, keberuntungan, kebanggaan,

kekerasan hati dan berkuasa.

4. Kuning

Melambangkan: Optimisme, harapan, tidak jujur, berubah-ubah, gembira,

(39)

5. Ungu

Melambangkan: Spiritual, misteri, kebangsawanan, sombong, kasar,

keangkuhan.

6. Oranye

Melambangkan: Energi, semangat, segar, keseimbangan, ceria, hangat.

7. Coklat

Melambangkan: Tanah/bumi, kenyamanan, daya tahan, suka merebut, tidak

suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan

kebahagiaan masa depan.

8. Abu-abu

Melambangkan: Intelek, futuristik, millenium, kesederhanaan, sedih.

9. Putih

Melambangkan: Suci, bersih, tidak bersalah.

10. Hitam

Melambangkan: Power, jahat, canggih, kematian, misteri, ketakutan, sedih,

anggun.

2.10 Typography

Typography merupakan seni memilih dan menata huruf pada ruang untuk

menciptakan kesan khusus, sehingga pembaca dapat membaca semaksimal

mungkin. Perkembangan typography mengalami perkembangan dari cara manual

atau dengan tangan (hand drawn) hingga menggunakan komputer. Dengan

(40)

pilihan huruf yang variatif. Meski begitu dalam pemilihan huruf/font harus

diperhatikan karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen

pasarnya. Jenis-jenis font meski begitu banyak tetapi tetap dalam kategori sebagai

berikut:

1. Huruf Tanpa Kait (Sans Serif)

Huruf yang tidak memiliki kait (hook) hanya batang dan tangkainya saja.

Contoh: Arial, Avant Garde, Switzerland, Vaground dan lain-lain. Ujung

huruf bisa tajam atau tumpul. Huruf yang mempunyai sifat kurang formal,

sederhana, akrab. Huruf ini mempunyai keuntungan sangat mudah dibaca.

Huruf yang cocok untuk huruf desain di layar komputer, desain untuk

pertelevisian dan media elektronika lainnya.

Gambar 2.9 Contoh Huruf Tanpa Kait

2. Huruf Berkait (Serif)

Huruf yang memiliki kait (hook) pada ujungnya. Contoh: Times New Roman,

Garamond, Dwitan, Tiffany dan lain-lain. Huruf ini sifatnya formal, elegant,

mewah, anggun, intelektual.Huruf ini apabila dibandingkan dengan font Sans

Serif kurang mudah dibaca. Huruf ini cocok untuk desain di media cetak

(41)

Gambar 2.10 Contoh Huruf Berkait

3. Huruf Tulis (Script)

Huruf yang setiap masing-masingnya terkait seperti tulisan tangan. Contoh:

Brush Script, Shelley, Mystral, Comic Sans, Lucida Handwriting dan

lain-lain. Huruf yang mempunyai sifat anggun, tradisional, pribadi,

informal.Huruf yang kurang mudah dibaca, sehingga dianjurkan jangan

dipakai terlalu banyak dan terlalu kecil.Huruf yang cocok untuk desain di

undangan pernikahan, ulang tahun, keluarga, upacara tradisional dan

lain-lain.

Gambar 2.11 Contoh Huruf Tulis (Script)

4. Huruf Dekoratif

Huruf yang setiap bagiannya dibuat secara detail, kompleks dan rumit.

Contoh: Augsburger Initial, English dan lain-lain. Huruf yang bersifat

mewah, bebas, anggun tradisional.Huruf ini biasanya sangat sulit dibaca,

(42)

dipakai untuk hiasan, aksen, huruf awal alinea artikel (Cap Hub), logo

pernikahan, logo perusahaan.

Gambar 2.12 Contoh Huruf Dekoratif

5. Huruf Monospace

Huruf yang bentuknya bisa sama dengan huruf Sans Serif atau Serif . Hal

yang membedakan adalah jarak dan ruang setiap hurufnya sama, misalnya

jarak dan ruang huruf ’i’ dan ’m’ dihitung sama dengan’m’. Contoh: Courier,

Monotype, Lucida Console dan lain-lain. Huruf ini bersifat formal, sederhana,

futuristik, kaku seperti mesin tik. Huruf yang bisa dibilang mudah dibaca

akan tetapi terkesan kurang rapi dan efisien ruang jika tampil terlalu banyak.

Huruf ini cocok untuk tampilan pengetikan code/ bahasa program di

komputer, logo grup musik alternatif atau grunge.

(43)

Setiap bentuk huruf mempunyai keunikan tersendiri. Namun intinya tetap

dalam batas-batas tertentu seperti body size, baseline, meanline, x-height,

descender, dan ascender.

Gambar 2.14 Anatomi Huruf Lower Case

Jika menggunakan huruf-huruf kapital (capitalize) akan terdiri dari

batas-batas yang lebih sederhana, yaitu capline, baseline, dan capital height.

Gambar 2.15 Anatomi Huruf Upper Case

Masing-masing huruf juga mempunyai anatomi yang secara general adalah

(44)

Gambar 2.16 Anatomi Huruf

Dari kesamaan bentuk geometrinya huruf/font juga masih bisa

dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Garis tegak-datar ; E, F, H, I, L.

2. Garis tegak-miring ; A, K, M, N, V, W, X, Y, Z.

3. Garis tegak-lengkung ; B, D, G, J, P, R, U.

4. Garis lengkung ; C, O, Q, S.

Seperti yang kita ketahui pada software pengolah kata dan software grafis

pada umumnya, selalu menyediakan pemilihan jenis huruf dan karakteristik

seperti: Bold, Italic dan Underline.

1. Bold

Teks Bold akan mengundang perhatian karena kontras dengan huruf normal.

Biasa dipakai pada judul atau sub judul. Terlalu banyak huruf tebal akan

mengaburkan fokus pada makna.

2. Italic

Teks Italic akan menarik mata karena kontras dengan teks normal. Terlalu

panjang kalimat dengan teks italic akan sulit dibaca, apalagi jika digunakan di

(45)

3. Underline

Teks dengan garis bawah biasanya menandakan adanya sesuatu yang penting.

Biasa juga dipakai untuk menandai hyperlink pada web.

Font adalah nama sebuah jenis huruf. Font memiliki gaya seperti miring,

tebal, miring-tebal. Font juga memiliki dua jenis, yaitu Serif dan Sans Serif. Serif

jenis huruf yang memiliki garis-garis kecilyang berdiri horizontal pada badan

huruf. Garis-garis kecil ini disebut counterstroke atau Serif Bracketed. Sans Serif

adalah jenis huruf yang memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid.Jenis huruf

sans serif lebih tegas, bersifat fungsional dan lebih modern.

Pemilihan jenis huruf yang akan digunakan pada website tanggap darurat yaitu

jenis huruf sans serif seperti Verdana, Tahoma yang tersedia disystem computer.

Penggunaan jenis huruf yang bervariasi akan membuat missing font, karena

(46)

39

Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter ini.

3.1 Metodologi

Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.

(47)

untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternatif terpilih berdasarkan data kualitatif melalui survey.

1. Tahap Analisa

Tahap analisa disini meliputi pengambilan data, survey lokasi, wawancara, kemudian menjadi storyboard, untuk kemudian menjadi bekal untuk pengambilan gambar dan menjadi acuan editing. Berikut urutan pengerjaan yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini tersusun pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan Metodologi

Pengambilan data disini meliputi wawancara dan survey lokasi. Wawancara disini juga melibatkan beberapa narasumber yang menjadi point utama dalam mencari data. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian storyboard

(48)

arahan sudut kamera, dan alur cerita. Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu, storyboard juga memudahkan dalam alur proses editing.

2. Study Eksisting

Study Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas Akhir. Study Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi kajian yaitu:

a. Film Dokumenter “Muhammad - Legacy of a Prophet”

Film dokumenter dengan durasi 1 jam 30 menit ini menceritakan tentang kehidupan warga di Amerika yang menganut agama Islam, yang dimana notabenenya Amerika merupakan negara yang sebagian besar warganya menganut agama non muslim. Di dalam film ini juga menceritakan, bagaimana kehidupan warga muslim sebelum dan setelah kejadian 11 September 2001. Berbagai macam konflik dirasakan tentunya, namun bagi umat Islam di Amerika, itu merupakan reka ulang dan membuat banyak warga lain semakin bersemangat untuk mempelajari Islam tersebut.

(49)

gambar 3.2 ini merupakan beberapa cuplikan gambar adegan dari film Muhammad - Legacy of a Prophet.

Gambar 3.2 screenshot Muhammad - Legacy of a Prophet

Tabel 3.1 Analisis kekurangan dan kelebihan film Muhammad - Legacy of a Prophet. Kekurangan dari film

“Muhammad - Legacy of a Prophet”

Kelebihan dari film “Muhammad - Legacy of a Prophet”

Narasi pada beberapa scene yang ditampilkan hanyalah gambar yang dijalankan, bukan rekaman secara langsung.

(50)

b. Film Dokumenter “Inside Mecca”

Film dokumentasi yang berdurasi 43 menit ini bercerita tentang Mekkah, kehidupan di Mekkah, perjalanan mualaf dan musim haji. Di awal cerita, film ini mendokumentasikan bagaimana suasana di sekitar Mekkah, masjidil Haram sampai Ka’bah.Kemudian, mulai menceritakan tentang warga dari penjuru dunia yang baru memeluk agama Islam, meniatkan diri untuk menunaikan ibadah haji. Untuk pengambilan gambar di sini sesuai dengan narasi. Gambar 3.3 merupakan cuplikan gambar dari film

Inside Mecca.

Gambar 3.3 Screenshot Inside Mecca

Tabel 3.2 Analisis kekurangan dan kelebihan pada film Inside Mecca Kekurangan dari film

“Inside Mecca”

(51)

Pengulangan gambar yang sama dan visualisasi yang terkadang susah dimengerti, membuat adanya rasa jenuh saat menyaksikan film ini.

Keindahan panorama di Mekkah terlihat jelas dan bahkan di dokumenter ini teknik pengambilan gambar sudah sangat bagus.

Berdasar Study Eksisting dari kedua film dapat diketahui Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). SWOT dari kedua film dijelaskan dalam tabel berikut agar lebih mudah untuk membandingkannya.

Tabel 3.3 Analisis SWOT kedua film Analisis

SWOT

Muhammad - Legacy of a Prophet

Inside Mecca

(52)

Oppurtunity Memiliki pesan moral

Dari analisis SWOT kedua film dokumenter tersebut dapat disimpulkan bahwapembuatan film dokumenter diperlukan keahlian khusus untuk dapat membaca situasi pasar dan tehnik, agar film dokumenter semakin menarik untuk disimak.

3. Wawancara

(53)

dokumentasi yang berjudul “Pembuatan Film Dokumenter Drama Rudat Dengan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah.”. Film ini menggunakan cerita rakyat asal kota Mataram maka memerlukan wawancara para ahli sejarah. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara:

a. Rudat merupakan seni Islam yang harus dipelihara kelestariannya. b. Cerita yang dibawa mirip dengan cerita seribu satu malam.

c. Cerita yang sudah mulai hilang dan sudah mulai dilupakan oleh warga pulau Lombok, padahal dalam cerita terdapat nilai yang patut untuk dipelajari.

3.2 Pra Produksi

Pada proses pra produksi ini terdapat beberapa langkah atau tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu:

1. Pencarian Kata Kunci

(54)

Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci

(55)

2. Bagan Perancangan

Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar bagan tahap perancangan, agar lebih jelas.

Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir

(56)

lokasi dan alur dialog/adegannya. Setelah semua data lengkap dan cerita akurat kemudian dikembangkan menjadi sinopsis, naskah, dan storyboard. Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa dimulai.

3. Konsep Perancangan

Ide membuat film dokumenter datang ketika melihat pertunjukan seni di Pekan Seni Tradisional. Kurangnya minat pada sejarah berdatangan sejak banyaknya budaya barat yang berdatangan ke Indonesia, khususnya pulau Lombok. Serta untuk memberi nuansa baru dalam film dokumentasi drama Indonesia, dan kebudayaan bangsa Indonesia pun juga dapat dikenal bangsa lain serta dicintai bangsa sendiri. Penggunakan konsep classic dan unique dalam pembuatan film dokumenter drama ini untuk memperkuat kesan sejarah yang ingin ditonjolkan.

4. Segmentasi Pasar

Segmentasi untuk film dokumentasi dikhususkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas dengan usia berkisar antara 17-25 tahun dengan jenis kelamin lelaki maupun perempuan yang hidup di kota besar dan terletak di tengah kota dengan pendidikan minimal SMA. Dengan memiliki target yang masih sangat muda, itu dapat memudahkan dalam menyampaikan pesan karena target masih dalam tahap pembentukan jati diri.

5. Analisa Warna

(57)

kata kunci. Dalam Tugas Akhir ini, kata kunci yang diperoleh adalah classic

dan unique yang memiliki warna cenderung old fashion atau sepia. Warna

classic dan unique memiliki unsur warna berupa warna cokelat.

Gambar 3.6 Analisa Warna

(58)

Pada Tugas Akhir ini memakai kata kunci Classic and Unique. Dalam kata kunci Classic and Unique terdapat warna-warna Old-Fashioned yang dominan berwarna cokelat, cokelat kehijauan, cokelat muda juga merah

maroon. Dari latar belakangnya, Tugas Akhir ini akan berupa video sejarah yang ditambah oleh drama reka ulang peristiwa. Dengan begitu, warna-warna untuk videonya nanti akan cenderung berwarna kecokelatan.

Gambar 3.8 Warna Old-Fashioned

6. Typography

Pada bagian typography ini akan dibahas tentang jenis huruf yang akan digunakan, baik untuk judul maupun untuk tulisan-tulisan baik yang ada di video maupun di media-media pendukung. Penentuan jenis huruf yang akan digunakan pada perancangan film dokumenter ini mempertimbangkan beberapa aspek penting. Aspek-aspek tersebut meliputi kesesuaian dengan konsep yang digunakan pada perancangan dan tingkat kemudahan pada saat membaca huruf pada penulisan.

(59)

Dari kata kunci ini maka terpilih beberapa jenis huruf yang memiliki kesan

Classic dan Unique berdasarkan pengelompokan jenis huruf. Jenis-jenis huruf tersebut adalah sebagai berikut:

a. DINEngschrift Alternate b. Tekton Pro

c. Helvetica Neueu

Dari jenis-jenis huruf terpilih di atas akan di implementasikan ke judul film yang nantinya akan dijadikan sebagai eye catcher pertama pada film dan kedua setelah gambar pada poster. Langkah selanjutnya untuk menentukan jenis penulisan terbaik digunakan forum groupdiscussion yang terdiri dari 5 orang desainer. Forum group discussion ini menghasikan isian tabel seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Penentuan Huruf

(60)

Gambar 3.9 Alternatif Huruf Terpilih

7. Tokoh

Tokoh-tokoh yang akan muncul di film dokumenter drama rudat ini ada dua yaitu narasumber dan tokoh drama. Narasumber disini melibatkan budayawan daerah dan pelaku langkah rudat. Untuk tokoh dramanya, melibatkan beberapa warga yang memerankan sosok mubaliqh dan warga desa itu sendiri. Berikut rincian tokohnya.

a. Mubaliqh

Ada 3 orang di sini memerankan Mubaliqh. Mubaliqh tertua bernama Mutaahirin, beliau akan memakai kostum berupa baju taqwa berwarna putih dibalut jas hitam dan sorban. Sedangkan, mubaliqh muda lain bernama Nujum dan Iswandi, keduanya memakai baju taqwa yang berwarna cokelat susu.

b. Warga

(61)

8. Alur

Alur cerita pada film dokumenter drama Rudat memiliki beberapa tahapan atau segmentasi, yaitu: pembuka/cuplikan gambaran keadaan kota, drama reka ulang/rekonstruksi sejarah, cuplikan wawancara dan kemudian penutup yang berupa rekaman langkah gerak Rudat itu sendiri.

Gambar 3.10 Alur Perancangan

Terlepas dari alur perancangan, ada yang namanya cerita. Cerita Rudat itu sendiri terdiri dari berbagai macam versi.

a. Versi 1

Ada seseorang yang baru pulang menunaikan ibadah haji, yang terinspirasi dengan pakaian jenderal/tentara keamanan Turki yang gagah dan berani. Kemudian, ketika beliau pulang ke Lombok, beliau mengajarkan gerak Rudat dan membuat pakaiannya sesuai pakaian tentara Turki.

b. Versi 2

(62)

dengan kepercayaan Islam di desa ini. Beliau kemudian berinisiatif ingin mengajarkan Islam melalui kesenian gerak, yaitu Rudat. Dengan diiringi lagu-lagu berbahasa arab yang diambil dari kitab berzanji.

Dari kedua cerita di atas, penulis kemudian menarik garis tengah menjadi satu versi cerita yang merangkum kedua versi yang sudah ada.

9. Narasumber

a. Budayawan

Melibatkan seorang budayawan bernama bapak H. Jalalludin Arzaki. Beliau adalah budayawan daerah yang sedang gencar melakukan promosi untuk Visit Lombok-Sumbawa 2012. Beliau mengetahui sejarah singkat Rudat karena beliau dulunya adalah pelaku Rudat itu sendiri.

b. Pelaku Rudat

Bernama pak Jaka. Beliau adalah pelaku Rudat yang sedang melestarikan Rudat tradisional di desa Trengan. Pak Jaka telah turun-temurun mengenal dan melakukan gerakan langkah Rudat. Beliaulah yang menjadi narasumber penulis dalam mencari data tentang makna gerak Rudat.

10. Cerita

(63)

kemudian diskusi, bagaimana baiknya mereka bersikap dan bertindak, agar warga ingin mengenal Islam lebih dalam melalui kesenian Rudat. Seusai menunaikan ibadah sholat, para mubaliqh yang sedang berdiskusi dihampiri oleh warga yang kebetulan juga baru selesai beribadah. Warga ini menanyakan maksud dan tujuan para mubaliqh ada di desanya. Para mubaliqh pun menjelaskan maksud mereka datang ke desa ini, warga pun antusias dan ingin membantu. Di hari berikutnya, mubaliqh yang sedang duduk diterasan rumah memanggil warga tersebut ketika melewati rumah. Setelah beberapa kali mengumpulkan warga, para mubaliqh pun mengajak pemuda warga desa itu untuk berlatih gerak Rudat. Antusias para pemuda pun membuat mubaliqh senang dan akhirnya berkembanglah di desa Trengan langkah Rudat tradisional.

11. Treatment

(64)

12. Sinopsis

Dikisahkan, ada mubaliqh yang baru datang di desa Trengan. Para mubaliqh ini, mendatangai masjid di desa itu. Namun, mereka prihatin karena tak banyak orang yang menunaikan ibadah di masjid itu. Para mubaliqh kemudian diskusi, bagaimana baiknya mereka bersikap dan bertindak, agar warga ingin mengenal Islam lebih dalam melalui kesenian yaitu Rudat.

13. Publikasi

Konsep publikasi yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah classic dan

unique. Konsep ini mempertimbangkan unsur-unsur seperti, penataan layout

yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

1. Poster a. Konsep

Untuk pembuatan poster ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

(65)

2. Cover cakram DVD a. Konsep

Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan cover cakram pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan

keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

Gambar 3.12 Sketsa Cakram DVD 3. Sampul DVD

a. Konsep

Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan sampul DVD pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang mampu memberikan informasi yang jelas.

b. Sketsa

(66)

59

produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang

pembuatan Film Dokumenter Langkah Rudat dengan Desa Trengan, Kecamatan

Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

4.1Produksi

Setelah tahapan pra produksi dilakukan, kemudian dilakukanlah tahap

observasi dan pengambilan gambar secara bersamaan. Pada gambar 4.1 dapat

dilihat bagaimana proses wawancara tersebut.

Gambar 4.1 Sesi Wawancara dengan Beberapa Narasumber

Setelah melakukan beberapa observasi atau penelitian barulah dilakukan

wawancara kepada narasumber terkait. Dalam produksi di lapangan yang paling

(67)

Gambar 4.2 Reka Ulang Sejarah Rudat

Gambar 4.3 Cuplikan Reka Ulang

Gambar 4.2 dan gambar 4.3 adalah sekilas potongan gambar yang bercerita

tentang bagaimana dulu awal para Mubaliqh datang dari Banjarmasin ini memulai

strategi pengajaran Rudat yang awalnya tak dianggap keberadaannya oleh warga

(68)

Gambar 4.4 Cuplikan Ketika Mubaliqh Datang ke Desa Trengan

Pada gambar 4.4 dijelaskan tentang potongan scene perjalanan mubaliqh

datang ke Desa Trengan. Para mubaliqh ini kemudian beristirahat sebentar,

kemudian melanjutkan perjalanan dan berdiskusi terus menerus demi lancarnya

tujuan mereka untuk menyiarkan Islam melalui kesenian Rudat.

Gambar 4.5 Cuplikan Gerakan Langkah Rudat

Pada gambar 4.5 dijelaskan tentang Langkah Rudat. Langkah Rudat

gerakannya mirip gerak pencak silat. Gerakan pencak silat disini dijelaskan seperti

memukul, menangkis dan menendang. Memakai pakaian dengan warna hitam,

topi tarbus, sabuk, kaos kaki dan sepatu. Cuplikan ini memperlihatkan gambaran

(69)

Gambar 4.6 Cuplikan Wawancara dengan Budayawan

Pada gambar 4.6 merupakan cuplikan wawancara dengan budayawan

setempat. Dalam wawancara ini, narasumber menjelaskan dan menceritakan

bagaimana sejarah Rudat yang berkembang di Desa Trengan. Ada banyak versi

cerita tentang sejarah datangnya Rudat dan sebagainya. Budayawan ini juga

menjelaskan tentang makna kostum, gerak dan lagu yang digunakan.

4.2Pasca Produksi

Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan pemberian

efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil.

Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.

2. Proses Penataan video

Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing video. Setelah

melakuan pemilihan video stock shoot, Proses selanjutnya melakukan

(70)

Gambar 4.7 Proses Penataan Stock Shoot

Gambar 4.8 Proses Penataan Adegan

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu

maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot.

Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut

aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk

menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu

scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik

disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up

dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini

sekarang sudah tidak lagi di taati secara ketat. Yang tetap dipertahankan

(71)

sendiri. Penataan video di sini dapat di lihat dari shooting list yang ada

sebagai acuan peletakan video.

3. Proses Coloring

Dalam proses ini, coloring adalah proses merubah atau memodifikasi warna

terhadap gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. Pemilihan warna

didasari oleh pemilihan keyword pada bab sebelumnya. Dalam penentuan

keyword, terpilih warna-warna tradisional atau old-fashioned yang cenderung

berwarna kecokelatan dan maroon.

Gambar 4.9 Warna Old-Fashioned

Dari gambar di atas, dapat dilihat warna yang dipakai oleh penulis dalam

proses pemberian warna pada videonya. Pemberian warna di sini

menggunakan color mate berdasarkan warna dari keyword kemudian

diperkuat dengan pemberian old frame untuk memberikan kesan masa

lampau yang di angkat dalam film. Penggambaran cerita Rudat dari masa

lampau hingga masa kini ini diperkuat dengan penggunaan old frame dan

(72)

Gambar 4.10 Sebelum Pemberian Warna

Gambar 4.11 Saat Proses Coloring

4. Editing Suara

Dalam proses editing suara, memberikan tambahan efek de noiser untuk

menjernihkan suara dari noise yang ada. Kemudian penambahan backsound

dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film

dokumenter drama rudat menggunakan musik free lisence yang didapat dari

Gambar

gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini
Gambar 2.1 Contoh Warna Akromatik
Gambar 2.2 Contoh Warna Monokrom
Gambar 2.5 Contoh Warna Analog
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompleks gelatin kitosan yang diikat silang menggunakan sukrosa teroksidasi dengan perbandingan sukrosa dan natrium periodat 1 : 3 (SBC 2), menunjukkan nilai

Selain itu upaya yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Bengkalis dalam optimalisasi peran koperasi di Kecamatan Bengkalis adalah

Penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimulai dari penghimpunan data Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Retribusi. Penetapan Pajak dilaksanakan dengan menggunakan Surat

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Adakah pengaruh antara Komitmen Organisasi

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

 Keresahan masyarakat, untuk pemantauan hasil pengelolaan yang dilakukan oleh pemrakarsa terhadap dampak ini dapat dilakukan dengan cara pengamatan langsung di

Adapun hasil pengujian hipotesis penelitian untuk pengujian pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan terhadap sisa hasil usaha melalui partisipasi anggota,yaitu sesuai

Asaad, M.Si, yang telah memberikan kesempatan dan mengizinkan untuk mengikuti program Doktor di Universitas Sumatera utara, kepada Dekan FKIP universitas Islam Sumatera