LOMBOK UTARA
TUGAS AKHIR
NAMA : OKKY YOLANDA
NIM : 08510160080
PROGRAM STUDI : DIV KOMPUTER MULTIMEDIA
SEKOLAH TINGGI MENEJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
KATA PENGANTAR ... ix 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
2.5 Dasar Produksi Film ... 15
2.6 Tahap Pembuatan Film... 15
2.7 Pengertian Seni Gerak ... 24
Gambar 2.1 Contoh Warna Akromatik ... 27
Gambar 2.2 Contoh Warna Monokromatik ... 28
Gambar 2.3 Contoh Warna Komplementer ... 28
Gambar 2.4 Contoh Warna Pastel dan Dark Color ... 29
Gambar 2.5 Contoh Warna Analog ... 29
Gambar 2.6 Warna Clash ... 30
Gambar 2.7 Warna Split Komplementer... 30
Gambar 2.8 Warna Triangle ... 31
Gambar 2.9 Contoh Huruf Tanpa Kait ... 33
Gambar 2.10 Contoh Huruf Berkait ... 34
Gambar 2.11 Contoh Huruf Tulis ... 34
Gambar 2.12 Contoh Huruf Decoratif ... 35
Gambar 2.13 Contoh Huruf Monoscope ... 35
Gambar 2.14 Contoh Huruf Lower Case ... 35
Gambar 2.15 Contoh Huruf Uppercase ... 36
Gambar 2.16 Contoh Anatomy Huruf ... 36
Gambar 3.1 Bagan Metodologi ... 40
Gambar 3.2 Screenshoot Muhammad-Legacy of Prophet ... 42
Gambar 3.3 Screenshoot Inside Mecca ... 43
Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci... 47
Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir ... 48
Gambar 3.6 Analisa Warna ... 50
Gambar 3.7 Warna Classic ... 50
Gambar 3.8 Warna Old-Fashioned ... 51
Gambar 4.1 Sesi Wawancara ... 59
Gambar 4.2 Reka Ulang Sejarah ... 60
Gambar 4.3 Cuplikan Reka Ulang ... 60
Gambar 4.4 Cuplikan Mubaliqh Ketika Datang di Desa ... 61
Gambar 4.5 Cuplikan Gerak Rudat ... 61
Gambar 4.6 Cuplikan Wawancara ... 62
Gambar 4.7 Proses Penataan Stock Shoot... 63
Gambar 4.8 Proses Penataan Adegan ... 63
Gambar 4.9 Warna Old Fashion ... 64
Gambar 4.10 Proses Pemberian Warna ... 65
Gambar 4.11 Proses Pemberian Warna ... 65
Gambar 4.12 Proses Editing Suara ... 66
Gambar 4.13 Poster... 67
Gambar 4.14 Sampul ... 68
Tabel 3.1 Analisis SWOT film Muhammad - Legacy of a Prophet ... 42
Tabel 3.2 Analisis SWOT film Inside Mecca ... 43
Tabel 3.3 Analisis SWOT Kedua Film ... 44
Shooting-list ... 75
Lembar Kolokium 1 ... 81
Lembar Kolokium 2 ... 82
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Pulau Nusa Tenggara Barat dikenal melalui keindahan panorama dan
kebudayaannya yang masih sangat kental. Pulau Nusa Tenggara Barat meliputi
pulau Lombok, Sumbawa, Bima dan Dompu. Di pulau Lombok ada salah satu
kesenian daerah yang masih sangat kental nilai budayanya bernama langkah
Rudat. Langkah Rudat juga dikenal sebagai langkah penyambutan untuk
wisatawan. Namun, perkembangan saat ini Rudat kurang dikenal orang akibat
tidak adanya lagi waktu yang disediakan oleh pemerintah setempat saat
menyambut tamu dari dalam maupun luar negeri. Kedudukan Rudat sudah
digantikan oleh ceramah dan sebagainya.
Di pulau Lombok ini nilai-nilai sejarah dan budaya tradisionalnya masih
melekat, inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung.
Dengan menyuguhkan pemandangan yang indah dan keramah tamahan penduduk
diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan asing maupun wisatawan
lokal berkunjung ke pulau ini untuk menikmati nilai-nilai tradisi yang ada di pulau
Lombok, salah satu tradisi yang sampai saat ini masih ada ialah Rudat. Banyak
orang, terutama masyarakat pulau Lombok sendiri tidak mengetahui apa dan
bagaimana langkah rudat itu. Langkah rudat ini memiliki gerakan menyerupai
gerakan pencak silat. Pencak silat di sini bukan gerak yang seolah akan berperang,
Mulai dari kostum, gerak hingga lagunya. Rudat yang ada di masyarakat biasanya
disebut tari rudat, padahal tari rudat itu sendiri adalah perkembangan dari langkah
rudat.
Menurut cerita, dikisahkan dahulu para mubaliqh dari Banjarmasin
memakai gerakan Rudat ini sebagai media penyebaran agama Islam di pulau
Lombok. Rudat pertama kali ada di daerah Pemenang yang kemudian menyebar
ke seluruh pulau Lombok dan sekitarnya. Informasi ini disampaikan oleh
budayawan setempat bernama H. Jalaludin Arzaki.
Dewasa ini, banyak yang tidak mengetahui apa dan bagaimana Rudat, yang
disebabkan oleh banyaknya kebudayaan barat yang masuk dan kurangnya niat
pemerintah untuk melestarikan Rudat. Rudat yang merupakan langkah
penyambutan kini kurang diminati dan dianggap remeh oleh pemuda-pemudi,
padahal Rudat adalah warisan budaya yang harus selalu dilestarikan, hal ini
disampaikan oleh seorang budayawan setempat bernama H. Jalaludin Arzaki.
Sama halnya dengan tari Pendet yang menjadi simbol pulau Dewata, Rudat
pun merupakan simbol budaya yang ada di Nusa Tenggara Barat, khususnya di
pulau Lombok. Hanya saja saat ini jarang sekali yang membuat rekaman atau film
dokumenter tentang sejarah Rudat, sehingga Rudat menjadi terbengkalai.
Dari dasar pemikiran di atas maka Tugas Akhir ini membahas tentang
Pembuatan film dokumenter drama tentang rudat dengan pendekatan rekonstruksi
sejarah. Pada Tugas Akhir ini membahas tentang bagaimana mengangkat sejarah
Rudat sebagai warisan budaya dalam sebuah film dokumenter langkah rudat yang
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat film dokumenter langkah Rudat Desa Trengan Kecamataan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang budaya?
2. Bagaimana menceritakan sejarah seni Rudat sebagai usaha pelestarian kesenian daerah?
1.3 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan beberapa batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pembuatan film dokumenter langkah Rudat dengan menggunakan pendekatan
rekonstruksi sejarah yang ada di Desa Trengan.
2. Cerita Rudat ini meliputi asal mula, filosofi kostum, dan langkah gerak Rudat
itu sendiri.
1.4 Tujuan
Dari batasan masalah di atas maka beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Membuat film dokumenter Langkah Rudat sebagai tambahan ilmu
pengetahuan budaya.
3. Dapat menceritakan Rudat meliputi asal mula, filosofi kostum, dan langkah
gerak Rudat.
1.5 Manfaat
Manfaat dari pembuatan film dokumenter ialah:
1. Manfaat Keilmuan
Temuan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
masyarakat luas tentang sejarah Rudat dari pulau Lombok.
2. Manfaat Empiris
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembuatan
film dokumenter dan menjadi bahan untuk kepentingan pendidikan
khususnya adik-adik yang mendalami dunia multimedia dan merupakan
5 2.1 Film
Film hingga saat ini banyak yang telah beredar, dengan berbagai jenis, isi,
makna dan lain-lain. Menurut Rayya Makarim (Makarim, 2003) dijelaskan bahwa
film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan
telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi utnuk diperlihatkan
pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama,
horor, komedi, dan action.
J. B Wahyudi (Wahyudi, 1986) menjelaskan bahwa berdasarkan teori film,
film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat
itu. Film akan menunjukan kehidupan masyarakat saat itu, seperti kehidupan
sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan lain-lain.
Lebih lanjut Rayya Makarim (Makarim, 2003) mengatakan, bahwa film
adalah deretan kata-kata.Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah
nyata atau kisah rekaan,riwayat hidup, sandiwara radio atau komik sebagai
sumber penceritaan.
Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi,
dan eksperimental. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata)
berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki
Film yang dalam bahasa Inggris disebut motion picture (gambar hidup),
merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang
melibatkan ilmu teknologi dan seni, (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis
memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat
sosiologis, film bersifat secara umum.
1. Film Bersifat Teknis
Mac Millan (dalam Andries,1984:7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat
teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai
penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang
dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu
bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak
menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak
yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.
2. Film Bersifat Sosiologis
Mac Millan (Andries, 1984:8), menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni
dan sebagai media hiburan massa membuat kita sulit merumuskan
batasannya. Sejak 300 (tiga ratus) tahun penemuannya, film telah membuat
dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti
pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan
jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau
3. Film Bersifat Umum
Meyer T (Andries, 1984:9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam
film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga
dapat menghibur audience.
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa film adalah
urutan gerak dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media
komunikasi yang lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar
kepada seni ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari
kehidupan modern.perilaku komunikasi.
Kesimpulan lain bahwa film adalah salah satu media komunikasi yang
menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari
menggabungkan ini tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga
maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap
dan dimengerti dengan baik oleh penerima pesan.
2.2 Genre Film
Dalam pembuatan film sineas memiliki sebuah idealisme dalam
menentukan tema untuk “membungkus” cerita agar dapat diterima oleh
penontonnya. Beberapa genre tersebut antara lain:
1. Film Drama
Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih
ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang
2. Film Laga atau action
Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap
scene.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak
tubuh para tokoh yang tengah berkelahi.
3. Film Horor
Genre film ini banyak menempatkan legenda yang menyeramkan pada suatu
daerah atau legenda yang sengaja dibuat untuk menghadirkan film ini.Antara
lain Kuntilanak, Suster Ngesot, The Ring, dan sebagainya.
4. Film Thiller
Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari
unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan
dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam
diri.
5. Film Fantasi
Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu
yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn
selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton
akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata.
Contoh Harry Potter, Golden Compas dan sebagainya.
6. Film Perang
Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur
ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka.
7. Film Ilmiah
Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam
genre film ini karna apa yang sesuatu mereka hasilkan akan menjadi konflik
utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.
8. Film Dokumenter
Menurut Sheila Curran Bernard (Bernard, 2004) film dokumenter merupakan
film non-fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap
individu menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi apa
adanya, tanpa persiapan, atau langsung pada kamera atau pewancara.
Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara
sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.
Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari ‘aktualitas’ atau
potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang
terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan
tanpa media perantara. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang
khas yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan,
fleksibilitas, efektifitas, serta otentisitas peristiwa yang akan direkam.
Kebanyakan penonton film/ video dokumenter di layar kaca sudah begitu
terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini
paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi.
Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter
Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh
suara (voice over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar,
saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat.Demikian
pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan
gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang
ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam
perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.
Hal ini perlu ditekankan, karena dalam berbagai hal bentuk dokumenter
sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan
dokumenter cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam dunia
pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya
perkembangan film/video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada
kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini
untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik dan kini
perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang ‘kebenaran’ dan
‘keaslian’ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan, dan
diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film dokumenter dan film-film
non-fiksi lainnya.
Namun dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu
sama lain (mix genre) seperti horror-comedy, western-comedy, horror-science
fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya
yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan subgenre, contohnya dalam
(sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya.Demikian pula
dalam film dokumenter.
2.3 Film Dokumenter
Menurut Gerzon R. Ayawaila (Ayawaila, 2008) dalam bukunya
menjelaskan, film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau
mempresentasikan kenyataan. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan
fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga dapat memasukan
pemikiran-pemikiran kita.
Hal ini mengacu pada teori-teori sebelumnya seperti, Stave Blandford, Barry
Grant dan Jim Hillier, dalam buku The Film Studies Dictionary menyatakan
bahwa film documenter memiliki subyek yang berupa masyarakat, peristiwa, atau
situasi yang benar-benar terjadi didunia realita dan di luar dunia sinema.
Kesimpulannya film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau
mempresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter menampilkan kembali
fakta yang ada dalam suatu kehidupan dengan berbagai sudut pandang yang
diambil. Gerzon juga menyebutkan, dalam pembuatan film dokumenter gaya atau
bentuk dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar. Pembagian ini merupakan
ringkasan dari aneka ragam bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang
sejarah.
Bila di atas menjelaskan bentuk film dokumenter menurut perkembangan
sejarah, Grezon juga membagi genre dokumenter menjadi dua belas jenis yang di
1. Laporan perjalanan
Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau
etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari
yang paling penting hingga yang ringan, sesuai dengan pesan dan gaya yang
dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah
travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. Tayangan ini
pun saat ini menjadi ajang promosi suatu tempat yang sangat populer karena
kemasan acaranya yang sesuai dengan gaya hidup orang masa kini.
2. Sejarah
Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental
aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi
peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada
yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Film dokumenter
jenis ini biasanya menjadi acuan tambahan untuk anak-anak sekolah yang
kurang berminat membaca ulang buku sejarah.
3. Ilmu pengetahuan atau Sains
Film ini dirancang khusus untuk mengajari audience bagaimana mempelajari
dan melakukan berbagai macam hal mereka inginkan, mulai dari bermain
gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik,
penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan
berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya.
mendekatkan kita kepada kehidupan hewan liar, tumbuhan dan tempat-tempat
tak terjamah lainnya.
4. Biografi
Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang.
Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal
luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun
memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Contohnya,
potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari
seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang
dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. isinya bisa berupa
sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.
5. Dokumenter Drama
Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan
selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu)
cenderung direkonstruksi ulang.
2.4 Film Dokumenter Drama
Dokumenter drama atau dokudrama adalah film dokumenter yang disertai
oleh naskah. Peran yang dimainkan disesuaikan oleh skenario yang ada tetapi
masih seperti dokumenter tanpa skenario. Seperti film dokumenter rekonstruksi
sejarah seni, tentang perang dan sebagainya kebanyakan menggunakan skenario
tetapi lebih terlihat nyata dibandingkan dengan film drama lainnya yang juga
Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan
selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu)
cenderung direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat
aslinya bahkan bila memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film
tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang
sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Contoh dari film dokumenter
drama adalah JFK (Oliver Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer), All The President’s
Men (Alan J. Pakula).
Pada saat ini perkembangan genre sangatlah cepat. Seperti yang sudah
disinggung pada awal pembahasan ini bahwa genre mengalami metamorfosis
dengan ‘membelah diri’ dan membentuk sub-genre, seperti genre Ilmu
Pengetahuan kemudian diketahui banyak sekali pecahannya dari mulai dunia
hewan, dunia tumbuhan, instruksional dan sebagainya. Bahkan pada beberapa
sumber di internet, bisa juga terbentuk genre baru seperti yang terjadi pada film
dokumenter yang membahas dunia hewan sering disebut dengan Animal
Documentary. Genre di dalam film dokumenter juga bisa saling bercampur,
biasanya sering disebut dengan istilah mixgenre.Saluran MTV pernah membuat
program yang berjudul Biorythm yang menggabungkan antara genre biografi,
musik dan association picture story. Seperti diungkapkan oleh Gerzon (2008)
pada saat ini sangat sulit membendung terbentuknya genre baru yang muncul dari
genre yang sudah ada atau karena kebutuhan lain untuk hanya untuk membedakan
2.5 Dasar Produksi Film
Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011), menjelaskan tahapan produksi
sebuah film, deskripsi kerja, dan manajemen produksi. Hal-hal yang harus
disiapkan dalam produksi film antara lain:
1. Penulisan dan Penyutradaraan
2. Sinematografi
3. Tata Suara
4. Tata Artistik
5. Editing
2.6 Tahapan Pembuatan Film
Menurut Heru Efendi (Efendi, 2009) dalam bukunya yang berjudul Mari
Membuat Film, sebelum memulai shooting ada beberapa tahapan yang harus
ditempuh. Tahap pertama perencanaan shooting adalah membuat script
breakdown, yaitu mengurai setiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi
sejumlah informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk keperluan shooting.
Dalam film dokumenter drama, hal-hal yang dibutuhkan untuk keperluan
shooting antara lain:
1. Lokasi atau set
2. Wardrobe
Bagian ini khusus mencatat pakaian yang sesuai dengan adegan. Catatan ini
hanya diperlukan apabila ada pakaian khusus yang dipakai oleh pemeran
yang penyediaannya memerlukan biaya dan waktu khusus.
3. Make Up
Di bagian ini, terdapat beberapa cantuman khusus tentang tata rias dan tata
rambut untuk setiap peran yang ada.
4. Properti, Set Dressing
Properti adalah semua benda yang dipakai atau dibawa oleh pemeran
nantinya. Misalnya, pipa cangklong, tasbih dan sebagainya. Properti diurus
oleh kru yang telah ada, untuk memastikan bahwa properti sesuai dengan
keseluruhan adegan yang ada. Set dressing merupakan tata lokasi dimana
lokasi sudah diatur dan dihias oleh kru yang bersangkutan.
Selanjutnya, menurut buku Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) tahap
pembuatan film secara teknis ada tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi dan
pasca produksi.
1. Tahap Pra Produksi
Tahap pra produksi adalah proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua
hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jawdal shooting,
penyusunan crew dan pembuatan skenario. Dalam pembuatan film
dokumenter yang didasari oleh realita atau fakta perlihal pengalaman hidup
kepekaan dokumetaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam
semesta dengan cara melakukan riset atau observasi.
Hal awal yang perlu ditetapkan adalah konsep dan tema yang dipilih, dan
dalam menentukan hal tersebut beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Apa yang akan dibuat atau diproduksi
b. Gaya pendekatan dan bentuk dokumenter
c. Target penonton
Pendekatan pada subyek merupakan proses penting yang dimulai sejak riset
hingga syuting nantinya. metode riset yang dilakukan seorang dokumnetaris
bukanlah melalui pengumpulan kuisoner atau angket yang biasa dilakukan
dalam suatu penelitian sosial, namun seorang dokumentaris harus terjun
langsung dan berkomunikasi dengan subjeknya.
2. Tahap Produksi
Tahap produksi adalah proses eksekusi semua hal yang sebelumnya telah di
persiapkan pada proses pra produksi. Proses ini merupakan proses yang
membutuhkan stamina si pembuat film. Pada proses ini kerja sama tim di
utamakan.
Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana
disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Tata kamera
Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya
sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik
dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera
dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton,
karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu
penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam
membangun cerita yang berkesinambungan.
Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) menjelaskan tipe angel kamera di
bagi menjadi 2 jenis antara lain :
a. Angle Kamera Objektif
Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut
pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili
siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada
kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara
lain.
1) High Angle
Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk
mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya
memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah
dan berbeban berat.
2) Eye Angle
Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek.
menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton
sejajar.
3) Low Angle
Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk
menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada
penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki
kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.
4) Frog Eye
Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan
dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan
objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek
penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu
pemandanagan yang aneh atau ganjil.
b. Angle Kamera Subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat
ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor.
Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka
dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.
2) Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam
gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui
mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama
close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi
kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh
pemain yang memandang ke luar layar tersebut.
3) Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan.
Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang
langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun
dengan cara seperti ini.
c. Angle kamera point of view
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v
diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah
shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain
subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain
yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up
pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya
didahului dengan Over Shoulder Shot.
2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi
Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman
tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau
komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya.
Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa
gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan
enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang
Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti
pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar
untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam
sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view
finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.
Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus
mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang
diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama
yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya.
Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size
adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan
objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan
posisi kamera yang diinginkan.
Dalam Mahir Bikin Film (Javandalasta, 2011) menjelaskan beberapa
shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar,
antara lain:
a. Extreme Long Shot (ELS)
Gambar ini memiliki komposisi sangat jauh, panjang, luas dan
berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh
lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu
b. Very Long Shot (VLS)
Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas
tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan
adegan kolosal atau obyek yang banyak.
c. Long Shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara
total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek
manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara
lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek
berada.
d. Medium Long Shot (MLS)
Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada
obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan
memberikan kesan padat pada gambar.
e. Medium Shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari
tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat
jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering
dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.
f. Medium Close Up (MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi
subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga
g. Close Up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada
gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini
menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu
adegan.
h. Big Close Up (BCU)
Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga
bertujuan menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi
kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh,
tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.
i. Extreme Close Up (ECU)
Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan
berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan
ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.
j. Over Shoulder Shot (OSS)
Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau
bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati
frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu
untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan
mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang
3. Tahap Pasca Produksi
Tahap ini merupakan tahap akhir sebuah film bagaimana nantinya film itu
dapat memberi pesan kepada penontonnya. Dalam proses ini, semua gambar
yang telah di dapat pada proses produksi di satukan dan di edit oleh seorang
editor.
2.7 Pengertian Seni Gerak
Menurut Hélène Bouvier (Bouvier, 2002) Seni berasal dari kata ”sani”
dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan
atau pencarian dengan hormat dan jujur. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa
istilah ”seni” tersebut diambil dari bahasa Belanda ”genie” atau jenius. Kedua asal
kata itu memberikan gambaran yang jelas tentang aktivitas apa yang sekarang ini
dibawakan oleh istilah tersebut, yaitu suatu pemujaan atau dedikasi, pelayanan,
ataupun donasi yang dilaksanakan dengan hormat dan jujur yang untuk
melakukannya diperlukan bakat dan kejeniusan.
Menurut Ary H. Gunawan (Gunawan, 2000), seni adalah kegiatan yang
terjadi oleh proses cipta, rasa dan karsa. Sedangkan dalam bukunya David E. W.
Fenner (Fenner, 2008), Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai sarana
komunikasi bagi emosi dan kita tahu bahwa komunikasi selalu memerlukan
adanya komunikator, si seniman dan komunikan yaitu masyarakat ramai.
Sebagai penampilan ekspresi dari penciptanya, seni dapat digolongkan
1. Seni pertunjukkan terdiri atas seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, seni
musik (barat), seni drama (teater), seni pencak silat, dan seni resitasi.
2. Seni rupa terdiri dari seni lukis, seni patung, seni grafis, seni desain (desain
interior, eksterior, komunikasi visual), seni instalasi, seni kria (kria kayu,
kulit, logam, tekstil, batu, dan keramik).
3. Seni media rekam terdiri atas fotografi, video, dan film (sinematografi).
4. Seni sastra meliputi seni prosa, seni puisi, dan folklor.
Gerak yang indah bukan hanya gerak yang halus saja, tetapi
gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan, serta gerak-gerak anehpun
dapat merupakan gerak yang indah.
2.8 Rudat
Berdasarkan naskah rekaman gambar dan suara (NTB, 1996) Kesenian
Rudat adalah salah satu bentuk kesenian tradisional Lombok (Sasak) yang
tergolong dalam rumpun kesenian Melayu Islam. Ada dua bentuk dalam
penyajian kesenian ini, yaitu bentuk kemidi/komedi (teater tradisional) dan
langkah/gerak Rudat.
Rudat adalah salah satu kesenian dari Lombok yang disebut seni belangkah
sambil menyanyikan lagu yang bernafaskan Islam. Seni belangkah atau Rudat
biasanya dibawakan oleh 8 sampai 12 orang. Lagu-lagu kesenian Rudat khas
berirama padang pasir, dan sebagian besar menggunakan syair dalam bahasa
karena ketidakmampuan lidah para pelaku. Ada juga sebagian kecil syair lagunya
memakai bahasa Indonesia, namun iramanya tetap irama khas padang pasir.
Rudat biasanya disertakan untuk memeriahkan pesta atau upacara adat,
syukuran dan sebagainya. Rudat diselenggarakan di tanah lapang untuk
memeriahkan, sekaligus memberi hiburan segar kepada masyrakat.
2.9 Teori Warna
Dalam buku Sadjiman Ebdi (2005) Teori warna adalah sifat cahaya yang
dipancarkan. Sementara secara subjektif atau psikologis, warna adalah sebagian
dari pengalaman indra. Sederhananya warna merupakan suatu elemen desain yang
sangat berpengaruh dalam membantu dan menciptakan komposisi desain menjadi
menarik. Warna dapat digunakan untuk beberapa alasan, diantaranya:
1. Warna merupakan alat untuk menarik perhatian.
2. Beberapa produk akan menjadi realistis, jika ditampilkan dengan
menggunakan warna.
3. Dapat memperlihatkan atau memberikan suatu penekanan pada elemen
tertentu dalam karya desain.
Warna dapat memperlihatkan suatu mood tertentu yang menunjukan akan
adanya kesan psikologis tersendiri. Setiap warna mempunyai karakter tersendiri.
Dengan warna kita dapat mengkomunikasikan desain kita kepada audience secara
efektif. Warna adalah faktor yang sangat penting dalam komunikasi visual.
Warna dapat memberikan dampak psikologis, sugesti, suasana bagi yang
1. RGB (Red, Green, Blue)
2. CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black)
3. HLS (Hue, Lightness, Saturation)
4. LAB Color (Lightness A [green-red axis] B [blue-yellow axis])
5. RGB Hexadecimal
Dalam kebutuhan cetak dan printing, warna yang dipakai adalah
sistem/model CMYK, sedangkan untuk tampil di layar monitor saja adalah RGB
dan RGB Hexadecimal.
Warna-warna dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan keharmonisan
dalam desain. Berikut adalah kombinasi warna berdasarkan color wheel:
1. Warna Akromatik
Adalah warna kombinasi gelap dan terang saja. Asal katanya adalah A
(tidak), Chromatic (warna). Biasa kita sebut sebagai grayscale. Kombinasi
warna tersebut berkesan klasik dan artistik, yang banyak dipakai untuk
fotografi/surat kabar.
Gambar 2.1 Contoh Warna Akromatik
2. Monokrom/Netral
Adalah satu warna hue yang dikombinasikan dengan gelap terang. Disebut
dan mudah diterima mata. Kelemahannya kombinasi ini akan membosankan
dan mudah ditinggalkan.
Gambar 2.2 Contoh Warna Monokrom
3. Warna Komplementer
Adalah 2 (dua) warna hue yang berlawanan, dikombinasikan dengan gelap
terang. Disebut juga warna komplementer. Kombinasi tersebut akan menarik
mata (eye catching), tetapi jika anda tidak berhasil menggabungkan 2 warna
tersebut akan terlihat lepas/tidak matching.
Gambar 2.3 Contoh Warna Komplementer
4. Warna Pastel &Dark Colors
Adalah warna-warna yang mendekati warna terang/putih. Biasa disebut juga
warna sepia. Kebalikan dari pastel adalah warna-warna gelap disebut juga
Gambar 2.4 Contoh Warna Pastel & Dark Colors
5. Warna Analog
Adalah warna-warna beda hue yang bersebelahan, sehingga kombinasinya
akan lebih mudah diterima mata dan lebih berani dibanding warna
monokrom.
Gambar 2.5 Contoh Warna Analog
6. Warna Clash
Sesuai namanya clash adalah warna yang tidak
harmonis/bertentangan/tabrakan sehingga kombinasi warna tersebut tidak
enak dipandang. Tapi dengan teknik tertentu, akan didapat paduan warna
Gambar 2.6 Contoh Warna Clash
7. Warna Split Komplementer
Lebih rumit dari warna clash karena terdiri dari 3 warna yang tidak
harmonis/clash. Bila anda dapat menyatukan 3 warna tersebut dalam sebuah
desain, akan dihasilkan karya inovatif dan spektakuler. Jika gagal
menyatukannya akan menyakitkan mata dan memusingkan kepala.
Gambar 2.7 Contoh Warna Split Komplementer
8. Triangle Primer, Sekunder dan Tersier
Merupakan perpaduan dari 3 warna yang senasib (primary, sekunder, tersier).
Gambar 2.8 Contoh Warna Triangle
Di setiap negara dan budaya, warna mempunyai arti tersendiri dalam
mengartikan warna, meski begitu arti warna disini mengambil lingkup yang
universal.
1. Merah
Melambangkan: Perjuangan, nafsu, aktif, agresif, dominan, kemauan keras,
persaingan, keberanian, energi, kehangatan, cinta, bahaya.
2. Biru
Melambangkan: Ketenangan, kepercayaan, keamanan, teknologi, kebersihan,
keteraturan.
3. Hijau
Melambangkan: Alami, sehat, keinginan, keberuntungan, kebanggaan,
kekerasan hati dan berkuasa.
4. Kuning
Melambangkan: Optimisme, harapan, tidak jujur, berubah-ubah, gembira,
5. Ungu
Melambangkan: Spiritual, misteri, kebangsawanan, sombong, kasar,
keangkuhan.
6. Oranye
Melambangkan: Energi, semangat, segar, keseimbangan, ceria, hangat.
7. Coklat
Melambangkan: Tanah/bumi, kenyamanan, daya tahan, suka merebut, tidak
suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan
kebahagiaan masa depan.
8. Abu-abu
Melambangkan: Intelek, futuristik, millenium, kesederhanaan, sedih.
9. Putih
Melambangkan: Suci, bersih, tidak bersalah.
10. Hitam
Melambangkan: Power, jahat, canggih, kematian, misteri, ketakutan, sedih,
anggun.
2.10 Typography
Typography merupakan seni memilih dan menata huruf pada ruang untuk
menciptakan kesan khusus, sehingga pembaca dapat membaca semaksimal
mungkin. Perkembangan typography mengalami perkembangan dari cara manual
atau dengan tangan (hand drawn) hingga menggunakan komputer. Dengan
pilihan huruf yang variatif. Meski begitu dalam pemilihan huruf/font harus
diperhatikan karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen
pasarnya. Jenis-jenis font meski begitu banyak tetapi tetap dalam kategori sebagai
berikut:
1. Huruf Tanpa Kait (Sans Serif)
Huruf yang tidak memiliki kait (hook) hanya batang dan tangkainya saja.
Contoh: Arial, Avant Garde, Switzerland, Vaground dan lain-lain. Ujung
huruf bisa tajam atau tumpul. Huruf yang mempunyai sifat kurang formal,
sederhana, akrab. Huruf ini mempunyai keuntungan sangat mudah dibaca.
Huruf yang cocok untuk huruf desain di layar komputer, desain untuk
pertelevisian dan media elektronika lainnya.
Gambar 2.9 Contoh Huruf Tanpa Kait
2. Huruf Berkait (Serif)
Huruf yang memiliki kait (hook) pada ujungnya. Contoh: Times New Roman,
Garamond, Dwitan, Tiffany dan lain-lain. Huruf ini sifatnya formal, elegant,
mewah, anggun, intelektual.Huruf ini apabila dibandingkan dengan font Sans
Serif kurang mudah dibaca. Huruf ini cocok untuk desain di media cetak
Gambar 2.10 Contoh Huruf Berkait
3. Huruf Tulis (Script)
Huruf yang setiap masing-masingnya terkait seperti tulisan tangan. Contoh:
Brush Script, Shelley, Mystral, Comic Sans, Lucida Handwriting dan
lain-lain. Huruf yang mempunyai sifat anggun, tradisional, pribadi,
informal.Huruf yang kurang mudah dibaca, sehingga dianjurkan jangan
dipakai terlalu banyak dan terlalu kecil.Huruf yang cocok untuk desain di
undangan pernikahan, ulang tahun, keluarga, upacara tradisional dan
lain-lain.
Gambar 2.11 Contoh Huruf Tulis (Script)
4. Huruf Dekoratif
Huruf yang setiap bagiannya dibuat secara detail, kompleks dan rumit.
Contoh: Augsburger Initial, English dan lain-lain. Huruf yang bersifat
mewah, bebas, anggun tradisional.Huruf ini biasanya sangat sulit dibaca,
dipakai untuk hiasan, aksen, huruf awal alinea artikel (Cap Hub), logo
pernikahan, logo perusahaan.
Gambar 2.12 Contoh Huruf Dekoratif
5. Huruf Monospace
Huruf yang bentuknya bisa sama dengan huruf Sans Serif atau Serif . Hal
yang membedakan adalah jarak dan ruang setiap hurufnya sama, misalnya
jarak dan ruang huruf ’i’ dan ’m’ dihitung sama dengan’m’. Contoh: Courier,
Monotype, Lucida Console dan lain-lain. Huruf ini bersifat formal, sederhana,
futuristik, kaku seperti mesin tik. Huruf yang bisa dibilang mudah dibaca
akan tetapi terkesan kurang rapi dan efisien ruang jika tampil terlalu banyak.
Huruf ini cocok untuk tampilan pengetikan code/ bahasa program di
komputer, logo grup musik alternatif atau grunge.
Setiap bentuk huruf mempunyai keunikan tersendiri. Namun intinya tetap
dalam batas-batas tertentu seperti body size, baseline, meanline, x-height,
descender, dan ascender.
Gambar 2.14 Anatomi Huruf Lower Case
Jika menggunakan huruf-huruf kapital (capitalize) akan terdiri dari
batas-batas yang lebih sederhana, yaitu capline, baseline, dan capital height.
Gambar 2.15 Anatomi Huruf Upper Case
Masing-masing huruf juga mempunyai anatomi yang secara general adalah
Gambar 2.16 Anatomi Huruf
Dari kesamaan bentuk geometrinya huruf/font juga masih bisa
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Garis tegak-datar ; E, F, H, I, L.
2. Garis tegak-miring ; A, K, M, N, V, W, X, Y, Z.
3. Garis tegak-lengkung ; B, D, G, J, P, R, U.
4. Garis lengkung ; C, O, Q, S.
Seperti yang kita ketahui pada software pengolah kata dan software grafis
pada umumnya, selalu menyediakan pemilihan jenis huruf dan karakteristik
seperti: Bold, Italic dan Underline.
1. Bold
Teks Bold akan mengundang perhatian karena kontras dengan huruf normal.
Biasa dipakai pada judul atau sub judul. Terlalu banyak huruf tebal akan
mengaburkan fokus pada makna.
2. Italic
Teks Italic akan menarik mata karena kontras dengan teks normal. Terlalu
panjang kalimat dengan teks italic akan sulit dibaca, apalagi jika digunakan di
3. Underline
Teks dengan garis bawah biasanya menandakan adanya sesuatu yang penting.
Biasa juga dipakai untuk menandai hyperlink pada web.
Font adalah nama sebuah jenis huruf. Font memiliki gaya seperti miring,
tebal, miring-tebal. Font juga memiliki dua jenis, yaitu Serif dan Sans Serif. Serif
jenis huruf yang memiliki garis-garis kecilyang berdiri horizontal pada badan
huruf. Garis-garis kecil ini disebut counterstroke atau Serif Bracketed. Sans Serif
adalah jenis huruf yang memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid.Jenis huruf
sans serif lebih tegas, bersifat fungsional dan lebih modern.
Pemilihan jenis huruf yang akan digunakan pada website tanggap darurat yaitu
jenis huruf sans serif seperti Verdana, Tahoma yang tersedia disystem computer.
Penggunaan jenis huruf yang bervariasi akan membuat missing font, karena
39
Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter ini.
3.1 Metodologi
Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.
untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternatif terpilih berdasarkan data kualitatif melalui survey.
1. Tahap Analisa
Tahap analisa disini meliputi pengambilan data, survey lokasi, wawancara, kemudian menjadi storyboard, untuk kemudian menjadi bekal untuk pengambilan gambar dan menjadi acuan editing. Berikut urutan pengerjaan yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini tersusun pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Bagan Metodologi
Pengambilan data disini meliputi wawancara dan survey lokasi. Wawancara disini juga melibatkan beberapa narasumber yang menjadi point utama dalam mencari data. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian storyboard
arahan sudut kamera, dan alur cerita. Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu, storyboard juga memudahkan dalam alur proses editing.
2. Study Eksisting
Study Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas Akhir. Study Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi kajian yaitu:
a. Film Dokumenter “Muhammad - Legacy of a Prophet”
Film dokumenter dengan durasi 1 jam 30 menit ini menceritakan tentang kehidupan warga di Amerika yang menganut agama Islam, yang dimana notabenenya Amerika merupakan negara yang sebagian besar warganya menganut agama non muslim. Di dalam film ini juga menceritakan, bagaimana kehidupan warga muslim sebelum dan setelah kejadian 11 September 2001. Berbagai macam konflik dirasakan tentunya, namun bagi umat Islam di Amerika, itu merupakan reka ulang dan membuat banyak warga lain semakin bersemangat untuk mempelajari Islam tersebut.
gambar 3.2 ini merupakan beberapa cuplikan gambar adegan dari film Muhammad - Legacy of a Prophet.
Gambar 3.2 screenshot Muhammad - Legacy of a Prophet
Tabel 3.1 Analisis kekurangan dan kelebihan film Muhammad - Legacy of a Prophet. Kekurangan dari film
“Muhammad - Legacy of a Prophet”
Kelebihan dari film “Muhammad - Legacy of a Prophet”
Narasi pada beberapa scene yang ditampilkan hanyalah gambar yang dijalankan, bukan rekaman secara langsung.
b. Film Dokumenter “Inside Mecca”
Film dokumentasi yang berdurasi 43 menit ini bercerita tentang Mekkah, kehidupan di Mekkah, perjalanan mualaf dan musim haji. Di awal cerita, film ini mendokumentasikan bagaimana suasana di sekitar Mekkah, masjidil Haram sampai Ka’bah.Kemudian, mulai menceritakan tentang warga dari penjuru dunia yang baru memeluk agama Islam, meniatkan diri untuk menunaikan ibadah haji. Untuk pengambilan gambar di sini sesuai dengan narasi. Gambar 3.3 merupakan cuplikan gambar dari film
Inside Mecca.
Gambar 3.3 Screenshot Inside Mecca
Tabel 3.2 Analisis kekurangan dan kelebihan pada film Inside Mecca Kekurangan dari film
“Inside Mecca”
Pengulangan gambar yang sama dan visualisasi yang terkadang susah dimengerti, membuat adanya rasa jenuh saat menyaksikan film ini.
Keindahan panorama di Mekkah terlihat jelas dan bahkan di dokumenter ini teknik pengambilan gambar sudah sangat bagus.
Berdasar Study Eksisting dari kedua film dapat diketahui Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). SWOT dari kedua film dijelaskan dalam tabel berikut agar lebih mudah untuk membandingkannya.
Tabel 3.3 Analisis SWOT kedua film Analisis
SWOT
Muhammad - Legacy of a Prophet
Inside Mecca
Oppurtunity Memiliki pesan moral
Dari analisis SWOT kedua film dokumenter tersebut dapat disimpulkan bahwapembuatan film dokumenter diperlukan keahlian khusus untuk dapat membaca situasi pasar dan tehnik, agar film dokumenter semakin menarik untuk disimak.
3. Wawancara
dokumentasi yang berjudul “Pembuatan Film Dokumenter Drama Rudat Dengan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah.”. Film ini menggunakan cerita rakyat asal kota Mataram maka memerlukan wawancara para ahli sejarah. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara:
a. Rudat merupakan seni Islam yang harus dipelihara kelestariannya. b. Cerita yang dibawa mirip dengan cerita seribu satu malam.
c. Cerita yang sudah mulai hilang dan sudah mulai dilupakan oleh warga pulau Lombok, padahal dalam cerita terdapat nilai yang patut untuk dipelajari.
3.2 Pra Produksi
Pada proses pra produksi ini terdapat beberapa langkah atau tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu:
1. Pencarian Kata Kunci
Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci
2. Bagan Perancangan
Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar bagan tahap perancangan, agar lebih jelas.
Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir
lokasi dan alur dialog/adegannya. Setelah semua data lengkap dan cerita akurat kemudian dikembangkan menjadi sinopsis, naskah, dan storyboard. Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa dimulai.
3. Konsep Perancangan
Ide membuat film dokumenter datang ketika melihat pertunjukan seni di Pekan Seni Tradisional. Kurangnya minat pada sejarah berdatangan sejak banyaknya budaya barat yang berdatangan ke Indonesia, khususnya pulau Lombok. Serta untuk memberi nuansa baru dalam film dokumentasi drama Indonesia, dan kebudayaan bangsa Indonesia pun juga dapat dikenal bangsa lain serta dicintai bangsa sendiri. Penggunakan konsep classic dan unique dalam pembuatan film dokumenter drama ini untuk memperkuat kesan sejarah yang ingin ditonjolkan.
4. Segmentasi Pasar
Segmentasi untuk film dokumentasi dikhususkan untuk masyarakat kelas menengah ke atas dengan usia berkisar antara 17-25 tahun dengan jenis kelamin lelaki maupun perempuan yang hidup di kota besar dan terletak di tengah kota dengan pendidikan minimal SMA. Dengan memiliki target yang masih sangat muda, itu dapat memudahkan dalam menyampaikan pesan karena target masih dalam tahap pembentukan jati diri.
5. Analisa Warna
kata kunci. Dalam Tugas Akhir ini, kata kunci yang diperoleh adalah classic
dan unique yang memiliki warna cenderung old fashion atau sepia. Warna
classic dan unique memiliki unsur warna berupa warna cokelat.
Gambar 3.6 Analisa Warna
Pada Tugas Akhir ini memakai kata kunci Classic and Unique. Dalam kata kunci Classic and Unique terdapat warna-warna Old-Fashioned yang dominan berwarna cokelat, cokelat kehijauan, cokelat muda juga merah
maroon. Dari latar belakangnya, Tugas Akhir ini akan berupa video sejarah yang ditambah oleh drama reka ulang peristiwa. Dengan begitu, warna-warna untuk videonya nanti akan cenderung berwarna kecokelatan.
Gambar 3.8 Warna Old-Fashioned
6. Typography
Pada bagian typography ini akan dibahas tentang jenis huruf yang akan digunakan, baik untuk judul maupun untuk tulisan-tulisan baik yang ada di video maupun di media-media pendukung. Penentuan jenis huruf yang akan digunakan pada perancangan film dokumenter ini mempertimbangkan beberapa aspek penting. Aspek-aspek tersebut meliputi kesesuaian dengan konsep yang digunakan pada perancangan dan tingkat kemudahan pada saat membaca huruf pada penulisan.
Dari kata kunci ini maka terpilih beberapa jenis huruf yang memiliki kesan
Classic dan Unique berdasarkan pengelompokan jenis huruf. Jenis-jenis huruf tersebut adalah sebagai berikut:
a. DINEngschrift Alternate b. Tekton Pro
c. Helvetica Neueu
Dari jenis-jenis huruf terpilih di atas akan di implementasikan ke judul film yang nantinya akan dijadikan sebagai eye catcher pertama pada film dan kedua setelah gambar pada poster. Langkah selanjutnya untuk menentukan jenis penulisan terbaik digunakan forum groupdiscussion yang terdiri dari 5 orang desainer. Forum group discussion ini menghasikan isian tabel seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Penentuan Huruf
Gambar 3.9 Alternatif Huruf Terpilih
7. Tokoh
Tokoh-tokoh yang akan muncul di film dokumenter drama rudat ini ada dua yaitu narasumber dan tokoh drama. Narasumber disini melibatkan budayawan daerah dan pelaku langkah rudat. Untuk tokoh dramanya, melibatkan beberapa warga yang memerankan sosok mubaliqh dan warga desa itu sendiri. Berikut rincian tokohnya.
a. Mubaliqh
Ada 3 orang di sini memerankan Mubaliqh. Mubaliqh tertua bernama Mutaahirin, beliau akan memakai kostum berupa baju taqwa berwarna putih dibalut jas hitam dan sorban. Sedangkan, mubaliqh muda lain bernama Nujum dan Iswandi, keduanya memakai baju taqwa yang berwarna cokelat susu.
b. Warga
8. Alur
Alur cerita pada film dokumenter drama Rudat memiliki beberapa tahapan atau segmentasi, yaitu: pembuka/cuplikan gambaran keadaan kota, drama reka ulang/rekonstruksi sejarah, cuplikan wawancara dan kemudian penutup yang berupa rekaman langkah gerak Rudat itu sendiri.
Gambar 3.10 Alur Perancangan
Terlepas dari alur perancangan, ada yang namanya cerita. Cerita Rudat itu sendiri terdiri dari berbagai macam versi.
a. Versi 1
Ada seseorang yang baru pulang menunaikan ibadah haji, yang terinspirasi dengan pakaian jenderal/tentara keamanan Turki yang gagah dan berani. Kemudian, ketika beliau pulang ke Lombok, beliau mengajarkan gerak Rudat dan membuat pakaiannya sesuai pakaian tentara Turki.
b. Versi 2
dengan kepercayaan Islam di desa ini. Beliau kemudian berinisiatif ingin mengajarkan Islam melalui kesenian gerak, yaitu Rudat. Dengan diiringi lagu-lagu berbahasa arab yang diambil dari kitab berzanji.
Dari kedua cerita di atas, penulis kemudian menarik garis tengah menjadi satu versi cerita yang merangkum kedua versi yang sudah ada.
9. Narasumber
a. Budayawan
Melibatkan seorang budayawan bernama bapak H. Jalalludin Arzaki. Beliau adalah budayawan daerah yang sedang gencar melakukan promosi untuk Visit Lombok-Sumbawa 2012. Beliau mengetahui sejarah singkat Rudat karena beliau dulunya adalah pelaku Rudat itu sendiri.
b. Pelaku Rudat
Bernama pak Jaka. Beliau adalah pelaku Rudat yang sedang melestarikan Rudat tradisional di desa Trengan. Pak Jaka telah turun-temurun mengenal dan melakukan gerakan langkah Rudat. Beliaulah yang menjadi narasumber penulis dalam mencari data tentang makna gerak Rudat.
10. Cerita
kemudian diskusi, bagaimana baiknya mereka bersikap dan bertindak, agar warga ingin mengenal Islam lebih dalam melalui kesenian Rudat. Seusai menunaikan ibadah sholat, para mubaliqh yang sedang berdiskusi dihampiri oleh warga yang kebetulan juga baru selesai beribadah. Warga ini menanyakan maksud dan tujuan para mubaliqh ada di desanya. Para mubaliqh pun menjelaskan maksud mereka datang ke desa ini, warga pun antusias dan ingin membantu. Di hari berikutnya, mubaliqh yang sedang duduk diterasan rumah memanggil warga tersebut ketika melewati rumah. Setelah beberapa kali mengumpulkan warga, para mubaliqh pun mengajak pemuda warga desa itu untuk berlatih gerak Rudat. Antusias para pemuda pun membuat mubaliqh senang dan akhirnya berkembanglah di desa Trengan langkah Rudat tradisional.
11. Treatment
12. Sinopsis
Dikisahkan, ada mubaliqh yang baru datang di desa Trengan. Para mubaliqh ini, mendatangai masjid di desa itu. Namun, mereka prihatin karena tak banyak orang yang menunaikan ibadah di masjid itu. Para mubaliqh kemudian diskusi, bagaimana baiknya mereka bersikap dan bertindak, agar warga ingin mengenal Islam lebih dalam melalui kesenian yaitu Rudat.
13. Publikasi
Konsep publikasi yang dipakai dalam Tugas Akhir ini adalah classic dan
unique. Konsep ini mempertimbangkan unsur-unsur seperti, penataan layout
yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.
1. Poster a. Konsep
Untuk pembuatan poster ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.
b. Sketsa
2. Cover cakram DVD a. Konsep
Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan cover cakram pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan
keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.
b. Sketsa
Gambar 3.12 Sketsa Cakram DVD 3. Sampul DVD
a. Konsep
Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan sampul DVD pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang mampu memberikan informasi yang jelas.
b. Sketsa
59
produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang
pembuatan Film Dokumenter Langkah Rudat dengan Desa Trengan, Kecamatan
Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.
4.1Produksi
Setelah tahapan pra produksi dilakukan, kemudian dilakukanlah tahap
observasi dan pengambilan gambar secara bersamaan. Pada gambar 4.1 dapat
dilihat bagaimana proses wawancara tersebut.
Gambar 4.1 Sesi Wawancara dengan Beberapa Narasumber
Setelah melakukan beberapa observasi atau penelitian barulah dilakukan
wawancara kepada narasumber terkait. Dalam produksi di lapangan yang paling
Gambar 4.2 Reka Ulang Sejarah Rudat
Gambar 4.3 Cuplikan Reka Ulang
Gambar 4.2 dan gambar 4.3 adalah sekilas potongan gambar yang bercerita
tentang bagaimana dulu awal para Mubaliqh datang dari Banjarmasin ini memulai
strategi pengajaran Rudat yang awalnya tak dianggap keberadaannya oleh warga
Gambar 4.4 Cuplikan Ketika Mubaliqh Datang ke Desa Trengan
Pada gambar 4.4 dijelaskan tentang potongan scene perjalanan mubaliqh
datang ke Desa Trengan. Para mubaliqh ini kemudian beristirahat sebentar,
kemudian melanjutkan perjalanan dan berdiskusi terus menerus demi lancarnya
tujuan mereka untuk menyiarkan Islam melalui kesenian Rudat.
Gambar 4.5 Cuplikan Gerakan Langkah Rudat
Pada gambar 4.5 dijelaskan tentang Langkah Rudat. Langkah Rudat
gerakannya mirip gerak pencak silat. Gerakan pencak silat disini dijelaskan seperti
memukul, menangkis dan menendang. Memakai pakaian dengan warna hitam,
topi tarbus, sabuk, kaos kaki dan sepatu. Cuplikan ini memperlihatkan gambaran
Gambar 4.6 Cuplikan Wawancara dengan Budayawan
Pada gambar 4.6 merupakan cuplikan wawancara dengan budayawan
setempat. Dalam wawancara ini, narasumber menjelaskan dan menceritakan
bagaimana sejarah Rudat yang berkembang di Desa Trengan. Ada banyak versi
cerita tentang sejarah datangnya Rudat dan sebagainya. Budayawan ini juga
menjelaskan tentang makna kostum, gerak dan lagu yang digunakan.
4.2Pasca Produksi
Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan pemberian
efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Proses pemilihan video
Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil.
Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.
2. Proses Penataan video
Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing video. Setelah
melakuan pemilihan video stock shoot, Proses selanjutnya melakukan
Gambar 4.7 Proses Penataan Stock Shoot
Gambar 4.8 Proses Penataan Adegan
Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu
maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot.
Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut
aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk
menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu
scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik
disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up
dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini
sekarang sudah tidak lagi di taati secara ketat. Yang tetap dipertahankan
sendiri. Penataan video di sini dapat di lihat dari shooting list yang ada
sebagai acuan peletakan video.
3. Proses Coloring
Dalam proses ini, coloring adalah proses merubah atau memodifikasi warna
terhadap gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. Pemilihan warna
didasari oleh pemilihan keyword pada bab sebelumnya. Dalam penentuan
keyword, terpilih warna-warna tradisional atau old-fashioned yang cenderung
berwarna kecokelatan dan maroon.
Gambar 4.9 Warna Old-Fashioned
Dari gambar di atas, dapat dilihat warna yang dipakai oleh penulis dalam
proses pemberian warna pada videonya. Pemberian warna di sini
menggunakan color mate berdasarkan warna dari keyword kemudian
diperkuat dengan pemberian old frame untuk memberikan kesan masa
lampau yang di angkat dalam film. Penggambaran cerita Rudat dari masa
lampau hingga masa kini ini diperkuat dengan penggunaan old frame dan
Gambar 4.10 Sebelum Pemberian Warna
Gambar 4.11 Saat Proses Coloring
4. Editing Suara
Dalam proses editing suara, memberikan tambahan efek de noiser untuk
menjernihkan suara dari noise yang ada. Kemudian penambahan backsound
dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film
dokumenter drama rudat menggunakan musik free lisence yang didapat dari