DAFTAR PUSTAKA A.Buku-buku
Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004
Abidin, Andi Zainal, Hukum pidana I, Jakarta , Sinar Grafika, 1983
Adisti, Susi Belenggu Hitam Pergaulan (Hancurnya Generasi Akibat Narkoba), Jakarta, Restu Agung, 2007
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, citra Aditya Bakti,1996
Atmasasmita, Romli, Perbandingan Hukum Pidana, Bandung, CV Bandar Maju, 2000
Chazawi, Adami, pelajaran Hukum Pidana 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
C.S.T.Kansil, Christine.S.T.Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Dirdjosisworo, Soedjono, Hukum Narkotika Indonesia, Jakarta, Alumni, 1986 Dirdjosisworo, Soedjono, Kriminologi, Bandung, Citra Aditya, 1995
Hamzah, Andi Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia,1983
Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Jakarta , Sinar Grafika,1985
Heriadi, Willy, Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara (Tanya Jawab & Opii),
Huda, Chairul, Dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan, Jakarta, Prenada Media Grup, 2008
Kuffal, H.M.A, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang, UMM Press, 2004
Kholik, M.abdul, Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2002
Lamintang, P.A.F., Lamintang Theo, Pembahasan KUHAP, Jakarta, Sinar Grafika, 2010
Makaro, Moh Taufik Makaro, suhasril, Moh Zakky A.S., Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalian Indonesia, 2003
Mertokusomo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yoyakarta, Liberty, 1999
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta , Rineka Cipta, 1993
Mulyadi,Mahmud dan Surbakti Feri Antoni, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, PT softmedia, Medan, 2011
Ncok, Djamaluddin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan program Aji. Tina Afiatin, Gadjah Mada University press, 2008
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, PT.Eresco, 2000
Rozak, Abdul & Sayuti, Wahdi, Remaja dan Bahaya Narkoba, Jakarta, Prenada Media Group,2006
Saleh, Roeslan, Dari Lembaran Kepustakaan Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 1988
Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung, Mandar maju, 2003
Sianturi, S, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penetapannya, Jakarta, Alumni Ahaem Pthaem, 1986
Suhasril, Taufik Makaroa, zakky, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003
Supramono , Wirjono, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, PT. Eresco, 1986
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif , Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta , PT. Raja Persada, 2003
Siswanto S, politik hukum dalam Undang-undang Narkotika (UU no 35 tahun 2009
Tirtaamidjaja, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta , Fasco, Grafika, 1994 Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2001
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
C. Sumber Internet
A. kadarmanta, kejahatan narkotika;extraordinary crime dan extraordinary
punishment,
19 november 2015. Pukul12.01 wib.
tanggal 15 Desember 2015,pukul :12,45 Wib
D. lain-lain
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta Balai Pusaka, 1991
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2014 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
BAB III
PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2009 PADA PUTUSAN
REG. 2091/PID. SUS. 2013/PN.MDN
A. Kasus Reg. No.2091/Pid.Sus/2013/PN.Mdn85
1. Kronologis Kasus
Dalam penulisan skripsi ini, pada bab ini penulis akan menganalisa penerapan
sanksi terhadap tindak pidana dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pada
perkara Reg. No. 2091/Pid.Sus. 2013/PN. Mdn, dimana dalam kasus ini terdapat
adanya perbuatan Tanpa hak dan Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan dan
Menguasai Atau Menyediakan Narkotika Golongan I berdasarkan pasal 112 ayat
(2) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI N0.35 Tahun 2009.
Adapun identitas Terdakwa secara Lengkap, yaitu terdakwa bernama Yudi
Hasmir Siregar,S.H, tempat dan tanggal lahir Pematang siantar (18 juni 1966),
Umur/ usia 47 Tahun, jenis kelamin Laki-laki, Berkebangsaan Negara Republik
Indonesia, dan bertempat tinggal jalan Dahlia VI No. 279 Kel. Simpang selayang,
Kec. Medan Tuntungan, agama Islam, pekerjaan Terdakwa adalah Wiraswasta
dan pendidikan Terakhir S1 (Sarjana Hukum)
Terdakwa Yudi Hasmir Siregar, SH pada hari rabu tanggal 28 Mei 2013
sekitar pukul 21.00 Wib, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam
Tahun 2013 bertempat di Ruko kuning di jalan Kolonel Sugiono No.6E RT.001
RW. 005, kel. Aur, Kec. Medan Maimun, atau setidak-tidaknya ditempat lain
yang masih termasuk daerah Pengadilan Negeri Medan telah melakukan
pemufakatan jahat bersama dengan Salmon, untuk melakukan tindak pidana
Narkotika Yaitu Narkotika yaitu memiliki, meyimpan, menguasai, atau
menyediakan, Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) yaitu dengan
berat brutto 6.582,3 gram. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara
antara lain sebagai berikut :
Rabu, tanggal 29 Mei 2013 sekitara jam 18.00 WIB. Bertempat dijalan
pemuda Medan, saksi Matius Kurniawan, Dendi Santoso, Dan Tim dari BNN
RI.Telah melakukan penangkapan kepada sdr. Salmon als Budi (terdakwa dalam
berkas terendiri) karena kedapatan membawa Narkotika Golongan I jenis Shabu
dengan berat brutto 21 gram yang disimpan dibawah jok motor Honda supra fit.
Setelah diinterogasi oleh saksi matius Kurniawan, Dendi susanto, dan Tim dari
BNN R.I ternyata sdr Salmon als Budi mendapat Narkotika Golongan I jenis
Shabu tersebut dari terdakwa Yudi Hasmir siregar,S.H.
Saksi Matius Kurniawan, Deni santoso dan Tim BNN R.I. berangkat
menuju ruko Kuning dijalan colonel sugiono No 6 E RT.001 RW,005
kel,Aur,Kec. Medan Maiumun, langsung menuju kamar dilantai 2, yang langsung
mendobrak kamar tersebut dan saat itu terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH dan sdr
Matius als Tunis ( terdakwa dengn berkas terpisah) sedang menghisap Narkotika
golongan I jenis shabu, selain itu ditemukan barang bukti :
a.Narkotika Golongan I jenis shabu dengan berat brutto 6.582,3 gram, yang dibeli
terdakwa Yudi Hasmir siregar,S.H. dari AHUA (OPO), dengan harga sekitar
b. Tablet/pil berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci /Playboy”sebanyak
47 butir, yang dibeli dari AME (OPO), dengan Harga Rp.75 juta/1000 butir.
c. Serbuk warna putih dan merah denga berat brutto 178,4 gram yang dimasukkan
di dalam kardus diletakkan dibawah kursi yng ada did lam kamar tersebut.
Kemudian saksi Matius kurniawan, Dendi santoso dan Tim dari BNN R.I
.melakukan penggledahan badan terhadap sdr.Matius als.Tunis, saat itu ditemukan
1 (satu) buah kunci Hotel Grand Elite kamar 436.
Saksi Matius Kurniawan dan Tim dari BNN R.I kemudia berangkat
menuju Hotel Grand Elie di jalan Gatot Subroto Medan langsung menuju kamar
436, setelah dibuka tim BNN langsung menangkap Sdr. Hendra Darma als Een
(terdakwa dalam berkas tersendiri) yang saat itu baru selesai menghisap Narkotika
Golongan I jenis shabu dan ditemukan juga barang bukti Narkotika Golongan I
jenis shabu dengan berat 0,5 gram , bong dan korek api, dan saat itu Sdr, Hendra
darma als Een sedang ditemani oleh seorang perempuan bernama Tengku Ariani.
Tim BNN R.I melakukan Interogasi kepada saudara, Hendra Darma als
Een, yang mengaku kenal dengan Sdr,Martinus als Turnis yang tinggal di Hotel
Grand Elite Kamar 438, dan saat itu ditemukan 2 (dua) orang perempuan
masing-masing bernama Friska Ayuindra dan Putri Ananda. Setelah itu Tim BNN R.I.
langsung melakukan penggledahan di kamar 438 dan ditemukan safety box, kemudian tim BNN R.I memrintahkan kepada sdr Martinus untuk membuka
Berdasarkan Berita Acara Penimbangan Penghitungan dan Penyisihan
Barang bukti tanggal 31 Mei 2013 yang disita dari terdakwa Yudi Hasmir
Siregar,S.H, yaitu :
a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk
dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara labolatory
seberat 70 gram.
b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanayk 47 butir telah
disisihkan untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara
labolatories sebanyak 10 butir.
c. Serbuk warna merah dan putih dengan berat brutto 178,4 gram telah disisihkan
untuk dimusnahkan seberat 168,4 gram dan untuk diuji secara labolatories
seberat 10 gram.
Berdasarkan Berita Acara Labolatories No.138 F/VI/2013/UPT LAB UJI
tanggal 11 juni 2013 menerangkan :
a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk
dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan diuji secara labolatoties seberat
70 gram adalah benar mengandung melamlelamina dan terdaftar dalam
golongan I Nomor urut 61 Lampiran Undang-undang R.I.No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanyak 47 butir telah
disisihkan untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara
methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam lampiran
Undang-undang R.I No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Serbuk warna merah dengan berat brutto 21,8 gram ;32,7 gram; dan 89,2 gram
adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I
Nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
2. Dakwaan Jaksa penuntut Umum86
Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan
dakwaan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat
menjatuhkan pidana di luar batas-batas Dakwaan. Hal hal yang diuraikan dalam
dakwaan dapat dilihat dari pasal 143 KUHAP 87
1. Primair : Melanggar pasal 114 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang
No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dimana menurut pasal ini perbuatan
untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1, pelaku dipidana dengan dengan pidana mati, penjara seumur
hidup, atau dipidana penjara paling singkat 6 tahun dan palin lama 20 tahun,
pidana dendapaling sedikit Rp.1000.000.000,00 dan paling banyak
10.000.000.000,00
Jaksa penuntut Umum mengajukan dakwaan dengan surat dakwaan
No.PDM-2091/ Ep.2 /Mdn/04/2013, sebagai berikut :
86
Putusan Pengadilan Negeri Medan, No.Reg. 2091/Pid.Sus. 2013. PN. Mdn 87
2. Subsider : Melanggar Pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dimana dalam pasal ini perbuatan
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman sebagaimana diatur dalam ayat 1, pelaku dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan
paling lama 20 tahun dan denda sebanyak Rp.800.000.000.000,00 dan paling
banyak Rp.8.000.000.000,00.
3.Tuntutan Jaksa Penuntut Umum88
Penuntutan adalah tindakan umum untuk melimpahkan perkara pidana ke
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
Undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim
di sidang Pengadilan.89
Definisi diatas mirip dengan definisi Wirjono Prodjodikoro : menuntut
seorang terdakwa di muka hakim Pidana adalah menyerahkan perkara seorang
terdakwa dengan berkas perkaranya kepada Hakim, dengan permohonan, supaya
Hakim memeriksa dan kemudian memutus perkara pidana itu terhadap
terdakwa.90
Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Medan dengan memperhatikan
hasil pemeriksaan sidang dalam perkara atas Nama Terdakwa yang telah
diuraikan diatas. Fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan dipersidangan
88
Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op.Cit. 89
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pasal 1 butir 7. 90
secara berturut-turut berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa,
petunjuk, surat dan barang bukti sebagai berikut :91
1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH. Terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “ Tanpa hak dan melawan
hukum memiliki, menyimpan , menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I (satu) bukan Tanaman beratnya melebihi 5 gram” sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 (1) UU RI
No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam surat Dakwaan subsider ;
2. Menjatuhkan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. dengan pidana penjara
selama 10 tahun dikurangin masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap di
tahan dan denda Rp.1000.000.000, (satu miliar Rupiah) subs 4 bulan penjara ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu
dengan berat brutto 6.582,3 gram
2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama
Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit Handphone
merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit handphone i-Phone,
2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2 kotak peluru, dirampas
untuk dimusnahkan. Sedangkan barang yang dikembalikan kepada terdakwa
2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak
kunci, 1 unit handphone merk Titan V65, 2 timbangan digital, 3 token BCA,
2 laptop merk VAIO SONY, 3 buah hardisk, 2 buah flasdisk, 1buah model
4G SIRSA WIRELESS, 1 kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H
dan elistianingsih, 1 Kartu Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club
(S.A.S.c)atas Nama Yudi Hasmir.Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan
rados finest quality organizer International standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar perkara sebesar Rp.5000 (Lima
Ribu Rupiah);
5. Fakta-Fakta Hukum92
a. Keterangan Saksi
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,
ia lihat sendiri dan ia alami sendiri, dengan menyebut alasan dari pengetahuannya
itu. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di muka
siding pengadilan. Dengan perkataan lain hanya keterangan saksi yang diberikan
dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan yang berlaku sebagai alat bukti
yang sah ( pasal 185 (1) KUHAP). 93
Keterangan saksi-saksi tersebut saling berhubungan satu sama lain atau
mempunyai keterangan yang sama. Berdasarkan keterangan beberapa saksi yang
diperoleh bahwa benar terdakwa melakukan transaksi jual beli atau sebagai
perantara dan menyerahkan Narkotika Golongan I.
92
Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op. Cit. 93
(1) Matius Kurniawan,di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa :
a. Saksi Matius Kurniawan pernah diperiksa penyidik BNN dan semua
keterangan saksi yang di buat BAP adalah benar;
b. bahwa saksi hadir dipersidangan ini sebagai saksi untuk memberikan
keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan
oleh terdakwa.
c. Bahwa saat melakukan penangkapan tersebut saksi bersama dengan team
saksi.
d. Bahwa saksi menangkap SalmonAls Budi di jalan setia budi.
e. Bahwa saksi melakukan penangkapan Dendi Susanto dan Bersama dengan
team lain yang dipimpin oleh kompol Satria oktoreza,S.IK.
f. Saksi menangkap Salmon Als Budi dijalan pemuda Medan dan pada saat
kami menangkap Salmon kami menemukan Narkotika jenis Shabu dengan
berat 21 gram dan Narkotika tersebut didapatkannya dari Yudi Hasmir
Siregar (terdakwa) yang tinggal di ruko kuning Jln. Kolonel sugiono.
g. Selanjutnya saksi langsung melakukan penindakan di ruko kuning
Jln.Kolonel sugiono Medan, petugas langsung naik kelantai 2 dan
ditemukan kamar yang sedang terkunci yang dilengkap CCTV, kemudian
kamar tersebut didobrak ditemukan barang bukti Narkotika jenis Shabu
dengan brutto 6582,3 gram dan tablet /pil berwarna abu-abu dengan kepala
kelinci /Playboy” sebanyak 47 butir dan serbuk warn putih dan merah
diletakkan dibawah kursi hyang ada dikamar tersebut dan pada saat
petugas melakukan pendobrakan pada kamar yang terkunci tersebut,
petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap 2 (dua) orang
laik-laki yang benama Yudi Hasmir Siregar,S.H (terdakwa) dan Martunis
Als Tunis.
h. Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknya;
i. Saksi tidak memperoleh barang bukti dari tangan terdakwa namun kami
menemukan barang bukti tersebut dikursi terdakwa dalam ruang kerja
terdakwa ;
j. Pada saat itu saksi berhasil mendapatkan 1(satu) bauh kunci hotel yang
kami dapatkan dari hasil melakukan penggledahan pada badan Martunis
dan ternyata itu adalah kunci kamar hotel Grand Elite dikamar 436.
k. Kemudian saksi langsung berangkat menuju Hotel Grand Elite dan
menuju kamar 436, setelah sampai disana kami mengetuk pintu dikamar
tersebut dan ketika dibuka, kami langsung menangkap seorang laki-laki
yang bernama Hendra Als Een yang saat itu baru saja selesai menghisap
Shabu dan Hendra pada saat itu bersama seorang perempuan yang
bernama Tengku Ariani.
l. Martunis Als Tunis juga ikut ke Hotel Grand Elite tersebut dikamar 438,
dan kemudian saksi dan team melakukan penindakan kekamar 438 dan
kami menemukan 2 orang Perempuan masing-masing bernama Friska
Ayuindira dan Putri Ananda keduanya mengaku teman Martunis,
Martunis untuk membukanya dan setelah dibuka kami menemukan barang
bukti berupa Narkotika jenis Eketasi sebanyak 14 butir dan shabu seberat
1,47 gram.
m.Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknnya dan saksi tidak ada
melakukan kekerasan dan tekanan terhadap terdakwa.
n. Selain Narkotika saksi juga menemukan senjata api diruangan terdakwa.
o. Pada saat saksi melakukan penangkapan Hendra Darma baru saja selesai
menghisap Shabu dan itu terbukti dengan ditemukannya shabu seberat ½
gram, bong, dan mancis/ korek api.
(2) Dendi Susanto di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa :
a. Saksi Matius Kurniawan pernah diperiksa penyidik BNN dan semua
keterangan saksi yang di buat BAP adalah benar;
b.Saksi hadir dipersidangan untuk sebagai saksi untuk memberikan
keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan
oleh terdakwa.
c. Saat melakukan penangkapan tersebut saksi bersama dengan team saksi.
d. Saksi mengetahui dari info kantor BNN di Medan, dan pada haris selasa
tanggal 28 Mei 2013 saksi dan team berangkat ke Medan.
e. Saksi dan Tim menangkap Salmon Als Budi dijalan pemuda Medan dan
pada saat saksi menangkap Salmon saksi menemukan Narkotika jenis
Shabu dengan berat 21 gram dan Narkotika tersebut didapatkannya dari
Yudi Hasmir Siregar (terdakwa) yang tinggal di ruko kuning Jln. Kolonel
f. Selanjutnya saksi dan Tim langsung melakukan penindakan di ruko
kuning Jln.Kolonel sugiono Medan, petugas langsung naik kelantai 2 dan
ditemukan kamar yang sedang terkunci yang dilengkap CCTV, kemudian
kamar tersebut didobrak ditemukan barang bukti Narkotika jenis Shabu
dengan brutto 6582,3 gram dantablet /pil berwarna abu-abu dengan kepala
kelinci /Playboy” sebanyak 47 butir dan serbuk warn putih dan merah
dengan berat brutto 178,4 gram yang dimasukkan didalam kardus
diletakkan dibawah kursi hyang ada dikamar tersebut dan pada saat
petugas melakukan pendobrakan pada kamar yang terkunci tersebut,
petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap 2 (dua) orang
laik-laki yang benama Yudi Hasmir Siregar,S.H (terdakwa) dan Martunis
Als Tunis.
g. Pada saat itu saksi berhasil mendapatkan 1(satu) bauh kunci hotel yang
kami dapatkan dari hasil melakukan penggledahan pada badan Martunis
dan ternyata itu adalah kunci kamar hotel Grand Elite dikamar 436.
h. Kemudian saksi dan Tim langsung berangkat menuju Hotel Grand Elite
dan menuju kamar 436, setelah sampai disana saksi mengetuk pintu
dikamar tersebut dan ketika dibuka, Tim saksi langsung menangkap
seorang laki-laki yang bernama Hendra Als Een yang saat itu baru saja
selesai menghisap Shabu dan Hendra pada saat itu bersama seorang
perempuan yang bernama Tengku Ariani.
i. Martunis Als Tunis juga ikut ke Hotel Grand Elite tersebut dikamar 438,
kami menemukan 2 orang Perempuan masing-masing bernama Friska
Ayuindira dan Putri Ananda keduanya mengaku teman Martunis,
selanjutnya kami juga menemukan Safety Box kami memerintahkan Martunis untuk membukanya dan setelah dibuka saksi dan Tim
menemukan barang bukti berupa Narkotika jenis Ekstasi sebanyak 14 butir
dan shabu seberat 1,47 gram.
j. Terdakwa mengakui barang tersebut adalah miliknnya dan saksi tidak ada
melakukan kekerasan dan tekanan terhadap terdakwa.
k. Menguasai ruangan tersebut adalah terdakwa dan saksi tidak memperoleh
barang bukti dari tangan terdakwa namun saksi dan Tim menemukan
barang bukti dikursi terdakwa;
l. Selain Narkotika juga ditemukan senjata api dirungan terdakwa.
m.Saat kami melakukan penangkapan tersebut, senjata yang diperoleh itu
berada di dinding karena dijadikan koleksi oleh Terdakwa.
(3) Martunis Als Tunis
a. Saksi pernah diperiksa BNN;
b. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memberikan
keterangan sehubungan dengan tindak pidana Narkotika yang dilakukan
Terdakwa.
c. Terdakwa dan Saksi hanya sebatas teman bisnis jaul beli mobil saja, kami
tidak mempunyai hubungan keluarga maupun hubungan darah;
d. Saksi pertama kali bertemu dengan terdakwa tahun 2005 dikantor Polisi
e. Saksi pertama bertemu dengan Terdakwa di Kantor PM, kemudian di
Tanjung Gusta, saksi masuk Rutan dan terdakwa keluar dari Rutan, dan
setelah beberapa kemudian sekitar tahun 2012 saksi keluar drai Rutan lalu
kami bertemu lagi diwajir tempat makan sop kambing lalu saksi dan
terdakwa membicarakan tentang bisnis jual mobil tersebut;
f. Saksi pernah dihukum di Rutan Tanjung Ghusta selama 8 bulan penjara,
karena pada saat saksi terlibat kasus Narkotika jenis Shabu seberat 200
gram didaerah Darussalam diparkiran Hotel Candi di Wilayah Medan Baru
sekitar tanggal 27 November 2011;
g. Saat itu saksi berada ditempat terdakwa karena saksi mendatangi terdakwa
diruko/ kantor terdakwa karena saksi akan membayar hutang kepada
terdakwa sebesar 8.000.000(delapan juta rupiah) ;
h. Saat terjadi penggrebekan terdakwa dan saksi lagi menyabu diruang kerja
terdakwa, karena kebetulan saksi ada disana maka, akhirnya saksi digledah
serta ditemukan kunci kamar hotel Grand Elite No 436 dan 438 yang
disewa saksi sendiri;
i. Kemudian saksi dibawa ke hotel tersebut dan yang berada didalam kamar
tersebut ada 1 orang laki-laki yang bernama Hendra Darma dan 3 orang
perempuan yangh bernama Tengku Ariani, Putri Ananda dan Friska
Ayuindira.
j. Ditemukan petugas BNN di kamar 438 di hotel tersebut adalah
shabu-shabu seberat 1,47 gram dan 14 butir diduga pil ekstasi dan 2 butir happy
k. Saksi mendapatkan barang bukti tersebut dari teman saksi yang bernama
Hermi.
l. Barang bukti yang ditemukan di hotel tersebut adalah milik saksi yang
bernama Hermi;
(4) T.Indra Putra; di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan Bahwa:
a. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memberikan
keterangan sehubungan dengan Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan
terdakwa;
b. Hubungan saksi dengan perkara ini adalah karena terdakwa yang menyewa
ruko milik saksi;
c. Terdakwa menyewa lantai satu dan dua sementara lantai 3 salmon yang
menyewanya;
d. Saksi dahulu bekerja di PT.Jaya Beton, namun saksi sekarang saksi
membuka Rental;
e. Terdakwa menyewa ruko milik saksi sudah 2 Tahun lamanya dan ruko
tersebut ada kamarnya, dan harga sewa Rp.5000.000/ Tahun
f. Ruko yang disewa terdakwa dengan harga sewa sebesar Rp
5.000.000/tahun
g. Saksi sempat bertemu dengan Salmon waktu Salmon dalam keadaan sakit
dan beliau hanya mengatakan bahwa saksi jangan percaya dengan media
dengan berita yang ada tentang Terdakwa;
h. Ruko tersebut digunakan terdakwa selain untuk tempat tinggal, juga untuk
(5) Benny Suparna;
a. Saksi hadir dipersidangan adalah sebagai saksi untuk memebrikan
keterangan sehubungan dengan Tindak pidana Narkotika yang dilakukan
Terdakwa;
b. Pada saat kejadian penggrebekan itu saksi berada dirumah saksi di jalan
sikambing jadi saksi tidak mengetahui tentang kejadian tersebut;
c. Saksi tidak tahu kenapa Salmon membuat pernyataan tersebut namun saksi
hanya sebagai saksi yang isinya tentang “ Kepemilikan Narkotika dijalan
Kolonel sugiono dan saksi melihat ada yang menandatanginya;
d. Tanggal 24 s/d 25 agustus 2013 saksi ada berkunjung ke Rutan bersama
BTN;
e. Terdakwa memang tinggal di Medan;
f. Saksi tidak tahu apa pekerjaan terdakwa;
g. Yang menyuruh untuk menandatangani surat pernyataan itu adalah Wondi;
b.Surat
Surat yang termasuk alat bukti adalah “ surat Resmi’ yang dibuat “Pejabat
Umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang
bersnagkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi
itu harus membuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau dialami dipejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan
yang dibuatnya.94
94
Surat dalam perkara berupa Berita Acara Analisis Labolatorium No.138
F/VI/2013/UPT LAB UJI tanggal 11 Juni 2013 menerangkan :95
a. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk
dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara Labolatories
seberat 70 gram adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam
Golongan I nomor urut 61 Lampiran UU R.I No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
b. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy”sebanyak 47 butir telah
disisihkam untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara
labolatories sebanyak 10 butir, adalah mengandung 3,4
methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam Lampiran UU
RI.No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Serbuk merah dengan berat brutto 21,8 gram; 32,7 dan 89,2 gram adalah benar
mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I nomor urut 61
Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
d. Serbuk warna putih dengan berat brutto 34,7 gram adalah negative
mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 61
Lampiran UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
5. Pertimbangan Hakim96
Adanya alasan-alasan yang kuat dalam pertimbangan sebagai Dasar
putusan membuat putusan sang Hakim menjadi objektif dan
9595
berwibawa.97Sebelum putusan sampai pada uraian pertimbangan yang
menyimpulkan pendapatnya tentang kesalahan terdakwa, fakta, dan keadaan serta
alat pembuktian yang diperoleh dalam pemeriksaan sidang, semestinya
dipertimbangkan secara argumentatif, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang
logis dan reasoning yang mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan Hakim.98
1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,SH. Terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “ Tanpa hak dan melawan
hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I (satu) bukan Tanaman beratnya melebihi 5 gram” sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 (1) UU RI
No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam surat Dakwaan subsider;
Menimbang bahwa Penuntut umum dalam Tuntutan pidana terhadap
terdakwa pada pokoknya sebagai berikut :
2. Menjatuhkan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. dengan pidana penjara
selama 10 tahun dikurangin masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap di
tahan dan denda Rp.1000.000.000, (satu miliar Rupiah) subs 4 bulan penjara ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu
dengan berat brutto 6.582,3 gram
2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama
Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit
97
Sudikno Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yoyakarta : Liberty, 1999), hal. 27
98
Handphone merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit
handphone i-Phone, 2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2
kotak peluru, dirampas untuk dimusnahkan. Sedangkan barang yang
dikembalikan kepada terdakwa 2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin
jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak kunci, 1 unit handphone merk Titan
V65, 2 timbangan digital,3 token BCA, 2 laptop merk VAIO SONY, 3
buah hardisk,2 buah flasdisk, 1buah model 4G SIRSA WIRELESS, 1
kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H dan elistianingsih, 1 Kartu
Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club (S.A.S.c)atas Nama Yudi
Hasmir Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan rados finest quality
organizer international standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan
agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .
4. menetapkan agar terdakwa dibebani membayar perkara sebesar Rp.5000
(lima Ribu Rupiah);
Berdasarkan Pengajuan dakwaan tersebut, penuntut umum telah
mengajukan saksi-saksi, saksi-saksi tersebut memberikan keterangan dibawah
sumpah pada pokoknya sama dengan keterangan Berita Acara yang dibuat oleh
penyidik.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka pidana
yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dalam perkara ini dipandang telah cukup
adil dan setimpal dengan kesalahan Terdakwa ;
Sesuai dengan pasal 112 ayat 2 Jo. Pasal 132 ayat 1 UU R.I No.35 Tahun
Tahun 1981 tentang kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, serta
pasal-pasal dari Undang-undang dari peraturan lain yang bersangkutan ;
Selama pemeriksaan perkara berlangsung ternyata tidak ditemukan adanya
alasan pemaaf maupun alasan pembenar dalam diri maupun perbuatan terdakwa,
sehingga terdakwa harus dinyatakan sebagai subjek hukum yang mampu
mempertanggungjawabkan menurut hukum Pidana di Indonesia, dan atas
kesalahan yang telah dilakukannya haruslah dijatuhkan pidana yang setimpal
dengan perbuatannya :
Terdakwa berada dalam tahanan, maka masa penahanan yang telah
dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan
memrintahkan pula agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
Mengenai barang bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum di
persidangan akan ditetapkan dalam amar putusan dibawah ini;
Sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu dipertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan meringankan. Adapun hal-hal yang memberatkan terhadap
terdakwa adalah bahwa Terdakwa sudah pernah dihukum sebelumnya, Terdakwa
berusaha menyangkal padahal sudah tertangkap tangan sehingga mempersulit
persidangan, bahwa Barang bukti yang sangat banyak dari tindakannya yang
sudah pernah dihukum dalam perkara Narkotika juga, terdakwa tidak
menunjukkan pertobatannya, akibat barang bukti yang sedemikian banyaknya
sudah sangat meresahkan masyarakat Indonesia, dan akibat peredaran Narkotika
generasi bangsa Indonesia. Dan adapun yang meringankan terhadap terdakwa
adalah bahwa Terkdakwa sopan dipersidangan
5. Putusan Hakim99
Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang
pengadilan Terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara diatur dalam Undang-undang
ini.100 Suatu putusan mengenai tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima jika
berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan tidak ada alasan hukum untuk
menuntut pidana, misalnya dalam hal delik aduan tidak ada surat pengaduan
dilampirkan pada berkas perkara atau aduan ditarik kembali, atau delik itu telah
lewat waktu atau alasan Non bis in idem. 101
99
Putusan Pengadilan Negeri Medan, Op. Cit 100
UU No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, Ketentuan Umum Pasal 1 butir 11
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, maka pidana
yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dalam perkara ini dipandang telah cukup
adil dan setimpal dengan kesalahan Terdakwa ;
Sesuai dengan pasal 112 ayat 2 Jo. Pasal 132 ayat 1 UU R.I No.35 Tahun
2009 tentang Tindak Pidana Narkotika dan pasal-pasal dari Undang-Undang No 8
Tahun 1981 tentang kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, serta pasal-pasal
dari Undang-undang dari peraturan lain yang bersangkutan ;
Maka Pengadilan Negeri Medan, telah menjatuhkan putusan sebagai
1. Menyatakan terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H. tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan primair;
2. Membebaskan ia terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Primair tersebut;
3. Menyatakan Terdakwa : Yudi Hasmir Siregar,S.H Terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : Tanpa hak atau melawan
hukum melakukan pemufakatan jahat menguasai Narkotika Golongan I bukan
Tanaman yang beratnya melebihi 5 gram ;
4. Menjatuhkan pidana kepada ia terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama : 18 (delapan belas) Tahun, serta dipidana denda sebesar
Rp.=1.000.000.000,- (satu miliyar Rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar maka harus diganti dengan pidana penjara selama 4
bulan;
5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
6. Memerintahkan barang bukti berupa;
1. Narkotika Golongan I bukan Tanaman (shabu-shabu) 34 bungkus yaitu
dengan berat brutto 6.582,3 gram
2. 1 (satu) Surat izin Mengemudi “A”, Surat izin Mengemudi “C” atas nama
Yudi Hasmir Siregar,S.H., 1 Unit handphone merk HTC, 4 Unit
Handphone merk Nokia, 2 Unit handphone merk Blackberry, 1 unit
handphone i-Phone, 2 pucuk Pistol angin, 1 kotak jet CO2 tabung gas, 2
dikembalikan kepada terdakwa 2 jam tangan, 1kalung beserta Liuntin
jangkar,1 gelang, 2 cincin, 4 anak kunci, 1 unit handphone merk Titan
V65, 2 timbangan digital,3 token BCA, 2 laptop merk VAIO SONY, 3
buah hardisk,2 buah flasdisk, 1buah model 4G SIRSA WIRELESS, 1
kartu CNI atas nama Yudi Hasmir Siregar,S.H dan Elistianingsih, 1 Kartu
Tanda anggota sena Airsoftgun Shootong Club (S.A.S.c)atas Nama Yudi
Hasmir.Siregar,S.H, 1 buku catatan bertuliskan rados finest quality
organizer international standart, 1 buku catatan warna hitam bertuliskan
agenda klasik,1 buku catatan warna hitam .
7. Menetapkan agar Terdakwa dibebani membayar baiaya perkara sebesar
Rp. 5000; (lima ribu rupiah) ;
B.Analisis Putusan
Pada kasus Tindak Pidana Narkotika atas nama Terdakwa Yudi Hasmir
Siregar, dengan No perkara 2091/Pid.Sus/2013/PN. Mdn. Yang telah diputus
Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 13 Febuari 2014. Berdasarkan fakta-fakta
dalam persidangan membuktikan bahwa Terdakwa Yudi Hasmir Siregar terbukti
melakukan Tindak Pidana Narkotika yang diatur dalam Undang-undang No 35
Tahun 2009. Dalam kasus tersebut, Jaksa Penuntut Umum dalam surat
Dakwaannya menjatuhkan dakwaan subsider terhadap terhadap Terdakwa,
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan
beberapa tindak pidana secara berlapis dimulai dari delik yang paling berat
sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa dan yang harus dibuktikan di
depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan.102
1. Primair : Melanggar pasal 114 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1)
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Adapun Dakwaan yang
dijatuhkan Jaksa penuntut Umum kepada Terdakwa adalah sebagai berikut :
2. Subsider : Melanggar Pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1)
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Analisa kasus yang di temukan di dalam surat Tuntutan Jaksa Penuntut
Umum, Nomor : 2091/pid.B/2013/PN.Mdn. Jaksa Penuntut Umum berkesimpulan
bahwa Terdakwa Yudi Hasmir Siregar,S.H telah terbukti secara sah meyakinkan
melakukan atau turut melakukan Tindak Pidana Narkotika, yakni dengan tujuan
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I yang
bukan Tanaman melebihi 5 gram serta percobaan atau pemufakatan jahat,
sebagaimana diatur dalam pasal 112 ayat (2) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI No. 35
Tahun 2009, dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Unsur Setiap Orang;
Bahwa kata ‘setiap orang’ ini sepadan dengan kata ‘barang siapa’ yang biasa
tercantum dalam suatu perumusan delik, yakni suatu istilah yang bukan
merupakan unsur tindak pidana, melainkan unsur pasal, yang menunjukkan
kepada siapa saja secara perorangan atau suatu subjek hukum sebagai pendukung
hak dan kewajiban yang melakukan atau telah didakwa melakukan suatu
perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unsur
102
‘setiap orang ‘ ini melekat pada setiap unsur tindak pidana dalam delik tersebut
terbukti dan pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban pidana;
Pengertian tersebut dihubungkan dengan surat Dakwaan yang diajukan oleh
Penuntut Umum, Berdasarkan surat Dakwaan Penuntut Umum telah mengajukan
Yudi Hasmir Siregar sebagai terdakwa dipersidangan, dan Yudi Hasmir Siregar
telah mengakui serta membenarkan identitas selengkapnya sebagaimana termuat
dalam berkas Penuntut Umum, maka yang dimaksud ‘Setiap orang’ di sini adalah
Terdakwa Yudi Hasmir Siregar selaku orang perorangan’.
2. Unsur Tanpa Hak atau Melawan Hukum;
Unsur penting yang harus dibuktikan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
ini adalah apakah terdakwa memiliki shabu-shabu tersebut adalah secara tanpa
hak atau melawan hukum. Pengertian “tanpa hak” dalam pasal ini adalah pelaku
tidak mempunyai hak atau tidak mempunyai ijin dalam melakukan perbuatannya,
sedangkan “melawan hukum” adalah apabila perbuatan tersebut bertentangan
dengan Undang-Undang atau norma-norma yang berlaku.
Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Tindak
Pidana Narkotika menjelaskan bahwa (1) Narkotika Golongan I dilarang
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. (2) dalam jumlah terbatas,
Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
labolatorium serta mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Terdakwa Yudi Hasmir dalam pekerjaannya
serta tidak memiliki ijin dari Menteri Kesehatan RI sehingga dengan demikian
perbuatan Terdakwa Yudi Hasmir Siregar tidak berdasarkan alas hak yang sah
atau tanpa hak atau melawan hukum.
3. Unsur Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman melebihi 5 gram;
Bahwa unsur memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 gram, disusuun secara alternatif
sehingga cukup salah satu perbuatan yang telah terbukti maka unsur pasal tersebut
adalah terpenuhi. Berdasarkan keterangan saksi Matius Kurniawan dan Densi
Susanto pada hari selasa tanggal 29 Mei 2013 dan Tim BNN telah melakukan
penangkapan terhadap salmon alias budi di jalan setia budi Medan, Sumatera
Utara karena kedapatan membawa Narkotika Golongan I jenis shabu-shabu
dengan berat 21 gram setelah diinterogasi salmon alias budi mengatakan bahwa ia
mendapatkan shabu-shabu tersebut dari terdakwa;
Saksi dan Tim BNN Ri berangkat menuju ruko kuning di Jalan Kolonel
Sugiono Medan langsung naik kelantai 2 dan mendobrak kamar dan ditemukan
barang bukti Narkotika jenis shabu-shabu dengan berat brutto 6582,3 gram dan
Tablet/pil berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci/Playboy” sebanyak 47
butir dan serbuk Warna putih dan merah dengan berat brutto 178,4 gram
dimasukkan didalam kardus diletakkan dibawah kursi yang ada didalam kamar
tersebut, petugas lainnya berhasil melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan
Berdasarkan Berita acara Labolatoris No. 138.F/VI/2013/UPT Lab Uji
tanggal 11 juni 2013 diperoleh hasil bahwa barang bukti berupa :
1. Bentuk Kristal dengan berat brutto 6.582,3 gram telah disisihkan untuk
dimusnahkan seberat brutto 6.512,3 gram dan untuk diuji secara Labolatories
seberat 70 gram adalah benar mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam
Golongan I nomor urut 61 Lampiran UU R.I No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
2. Tablet warna abu-abu logo kepala kelinci “playboy” sebanyak 47 butir telah
disisihkam untuk dimusnahkan sebanyak 37 butir dan untuk diuji secara
labolatories sebanyak 10 butir, adalah mengandung 3,4
methylenedioxymethcathinone dan tidak terdaftar dalam Lampiran UU
RI.No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Serbuk merah dengan berat brutto 21,8 gram; 32,7 dan 89,2 gram adalah benar
mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I nomor urut 61
Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Serbuk warna putih dengan berat brutto 34,7 gram adalah negative
mengandung metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 61
Lampiran UU RI No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Berdasarkan pertimbangan yang diuraikan, bahwa penulis berpendapat, maka
unsur ketiga ini memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan Tanaman beratnya 5 gram telah terpenuhi dengan perbuatan
4. Unsur percobaan Atau Pemufakatan Jahat.
Unsur percobaan atau pemufakatan jahat yang dimaksud dari unsur ini yaitu
adanya “sub percobaan” atau “sub pemufakatan jahat” dimana unsur ini bersifat
alternatif artinya jika salah satu sub unsur terpenuhi maka unsur ini telah terbukti.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan bahwa yang lebih
dahulu ditangkap adalah almarhum Salmon alias Budi, kemudian atas petunjuk
Salmon ternyata ia memperoleh Narkotika jenis Shabu-shabu yang dimilikinya
dari terdakwa Yudi Hasmir, dan dengan demikian sudah sangat jelas bahwa
terdakwa merupakan pengedar /penjual Narkotika terhadap Salmon alias Budi dan
kemungkinan juga kepada orang lain. Berdasarkan kronologis penangkapan
terdakwa dijalan Kolonel Sugiono, bahwa terdakwa pada saat itu dengan rekannya
sedang menghisap shabu-shabu bersama di kamar terdakwa, dengan kronoligis
tersebut jelas bahwa terdakwa memfasilitasi bagi orang lain untuk menghisap
shabu-shabu dan bersama melakukannya. Dan juga dengan ditemukannya barang
bukti shabu shabu dengan berat 6.682,3 gram juga merupakan salah satu bentuk
bukti bahwa terdakwa Yudi Hasmir Siregar memang adalah seorang
pengedar/penjaul Narkotika golongan I, karena tidak mungkin dengan barang
bukti sebanyak itu dikonsumsi untuk pribadi melainkan untuk menjualnya kepada
orang lain. Dengan Demikian sudah sangat jelas unsur telah terpenuhi bahwa
perbuatan Terdakwa adanya Unsur percobaan atau permufakatan Jahat.
Berdasarkan fakta hukum dimulai dari barang bukti, keterangan saksi,
bahwa terhadap putusan Hakim tersebut ditemukan kurang kecocokan terhadap
pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) UU No 35 Tahun 2009, karena
berdasarkan barang bukti yang ditemukan oleh Tim BNN berupa Narkotika
golongan I bukan tanaman ( shabu-shabu) seberat brutto 6.582,3 gram tersebut
sudah sangat jauh melebihi ketentuan yang tercantum dalam pasal 112 ayat (2)
yaitu melebihi 5 gram, dapat disimpulkan bahwa dengan barang bukti yang
ditemukan begitu banyak sangat tidak masuk akal jika dipakai Terdakwa sendiri,
dan seharusnya juga Majelis Hakim harus mempertimbangkan keadaan atau
hal-hal yang mendasar terdakwa menguasai atau memiliki barang sesuai dengan niat
atau tujuan terdakwa untuk memiliki atau menguasai Narkotika tersebut. Jika
dilihat dari tujuan atau niat terdakwa tidak hanya untuk konsumsi sendiri
melainkan juga untuk diperjualbelikan mengingat banyaknya barang bukti yang
ditemukan tersebut, oleh karena itubahwa penjatuhan pidana yang diberikan
Majelis Hakim terlalu ringan dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan oleh
Terdakwa jika ia nantinya menjual kepada Masyarakat. Berdasarkan informasi
yang beredar di Masyarakat bahwa seorang pengedar paling kecil akan membeli
shabu-shabu seberat 0,5 gram dengan harga Rp.500.000;, kemudian shabu yang
0,5 gram tersebut akan dibuat menjadi 3 paket dengan harga satu paketnya
Rp.200.000, dengan demikian sipengedar akan mendapat untung Rp.100.000;, dan
jika dijual 3 paket, maka korban akan menjadi 3 orang. Dan jika dicermati bila
barang bukti yang ditangkap dari terdakwa sebanyak 6.582,3 gram dijual kepada
masyarakat maka terdapat hasilnya 0,5 gram untuk 3 orang, maka kalau 1 gram
korbannya adalah 6 orang, dan apabila shabu-shabu sebanyak 6.582,3 gram
6.582,3 gram X 6 orang maka korbannya adalah sebanyak 39493 orang. Maka
agar mengurangi korban Narkotika di Masyarakat sudah sepantasnya terdakwa
dijatuhi hukuman yang lebih tinggi dari putusan Majelis Hakim, Ada baiknya jika
Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana yang jauh lebih berat lagi dari 18 (
delapan belas ) tahun penjara dan denda 1000.000.000 (satu miliar rupiah)
subsider 4 bulan penjara, dan penjatuhan Pidana seumur hidup adalah sanksi yang
lebih tepat dan nantinya dapat memberikan efek jera tidak hanya kepada
Terdakwa tetapi juga untuk menciptakan rasa takut terhadap Masyarakat agar
tidak melakukan Tindak pidana yang sama dengan Terdakwa Yudi Hasmir
Siregar,S.H., karena titik berat hukum Pidana adalah kepentingan umum dan
Masyarakat, dan berdasarkan teori hukum pidana (teori reltif atau teori tujuan)
berpangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum)
dalam masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan
tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Dalam teori relatif penjatuhan pidana
tergantung dari efek yang diharapkan dari penjatuhan pidana itu sendiri, yakni agar
seseorang tidak mengulangi perbuatannya. Hukum pidana difungsikan sebagai ancaman
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas,
dapat di simpulkan :
1. Tindak Pidana Narkotika termasuk tindak pidana khusus, dimana ketentuan
yang dipakai termasuk diantaranya hukum acaranya menggunakan ketentuan
khusus. Disebut dengan Tindak Pidana Khusus, karena tindak pidana Narkotika
tidak menggunakan KUHPidana sebagai dasar pengaturan, akan tetapi
menggunakan Undang No 35 Tahun 2009. Berdasarkan
Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana Narkotika untuk “pengedar”
dan “pengguna” dikenal ada dua jenis sistem perumusan jenis sanksi pidana (
strafsoort) yaitu sistem perumusan kumulatif-alternatif(campuran-gabungan) antara mati, pidana seumur hidup atau pidana penjara, pidana denda ( pasal
114, 115, 118, 119 UU Narkotika). Kemudian untuk sistem perumusan
lamanya sanksi pidana (strafmaat) dalam UU Narkotika juga terdapat dua perumusan yaitu fixed/ indefinite sentence system atau sistem maksimum dan
determinate sentence sistem.Dalam UU Narkotika No 35 Tahun 2009 sanksi-sanksi yang diberikan pada tindak pidana Narkotika antara lain: Tindak Pidana
Orang Tua/ Wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur (pasal 128),
Tindak Pidana Dilakukan oleh Korporasi (pasal 130), Tindak Pidana bagi
orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana Narkotika (pasal 131),
Tindak pidana terhadap percobaan atau pemufakatan jahat melakukan tindak
memberi, membujuk, memaksa dengan kekerasan (pasal 133), tindak pidana
Narkotika yang tidak melaporkan diri (pasal 134), tindak pidana Narkotika bagi
pengurus Industri Farmasi tidak melakukan kewajiban. (pasal 135), Tindak
pidana terhadap hasil-hasil Tindak pidana Narkotika (pasal 137), Tindak pidana
terhadap orang yang menghalangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan (pasal 138), Tindak Pidana bagi Nahkoda atau kapten
penerbang yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 27 dan 28 (pasal 139),
Tindak pidana bagi PNS, Penyidik BNN yang tidak melaksanakan ketentuan
barang bukti (pasal 140), Tindak Pidana bagi kepala kejaksaan Negeri yang
tidak melaksanakan ketentuan pasal 91 ayat 1 (pasal 141), Tindak pidana bagi
petugas labolatorium yang memalsukan hasil penguji (pasal 142), Tindak
pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar (pasal 143), tindak
pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan tindak pidana (pasal
144), tindak pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit,dll (pasal 147), dan
pasal 136 bagi prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang diperoleh dari tindak
pidana Narkotika.
2. Kasus tindak pidana Narkotika berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Medan
dengan perkara No Reg. 2091/Pid.Sus/2013/PN. Mdn atas nama Terdakwa
Yudi Hasmir Siregar,S.H dimana majelis hakim Menjatuhkan putusan
berdasarkan pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2009
dengan sanksi pidana penjara selama 18 (delapan belas) Tahun dan denda
sebanyak Rp.1000.000.000 (satu miliar rupiah) subsider 4 bulan penjara.
akal jika dipakai Terdakwa sendiri, dan seharusnya juga Majelis Hakim
mempertimbangkan keadaan atau hal-hal yang mendasar Terdakwa menguasai
atau memiliki barang tersebut sesuai dengan niat atau tujuan terdakwa untuk
memiliki atau menguasai Narkotika tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
atau niat terdakwa tidak hanya untuk konsumsi sendiri melainkan juga untuk
diperjualbelikan mengingat banyaknya barang bukti yang ditemukan
tersebut,oleh karena itu bahwa penjatuhan pidana tersebut terlalu ringan
diberikan kepada Teradakwa Yudi Hasmir Siregar dibandingkan dengan akibat
yang ditimbulkan oleh terdakwa jika ia nantinya menjual kepada masyarakat.
Ada baiknya jika Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana yang jauh lebih
berat lagi dari 18 ( delapan belas ) tahun penjara dan denda 1000.000.000 (satu
miliar rupiah) subsider 4 bulan penjara, penjatuhan pidana seumur hidup adalah
sanksi yang lebih tepat dan nantinya dapat memberikan efek jera tidak hanya
kepada Terdakwa tetapi juga untuk menciptakan rasa takut terhadap
masyarakat agar tidak melakukan Tindak pidana yang sama dengan Terdakwa
Yudi Hasmir Siregar,S.H.
3. SARAN
1. Perlunya pengkajian lebih dalam terhadap dakwaan, tuntutan, pertimbangan
hakim dan putusan Hakim serta unsur-unsur yang terkandung dalam suatu
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam suatu perkara agar tidak terjadi
penyalahgunaan wewenang oleh Hakim dan Jaksa Penuntut Umum demi
2. Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusan seharusnya terlebih dahulu
melihat tujuan dan Niat dari Terdakwa dalam melakukan tindak pidana
Narkotika yang terungkap dipersidangan, agar penjatuhan sanksi pidananya
BAB II
FORMULASI PERBUATAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT UU
NOMOR 35 TAHUN 2009
A. Sejarah Tindak Pidana Narkotika
1. Sejarah Narkotika Secara Umum
Pada dasarnya
mengubah perasaan dan pikiran. Pada tahun 2000 SM (sebelum masehi), dikenal
sebuah tanaman bernama Papavor somniveritum(candu), dan tumbuhan tersebut
juga tumbuh di berbagai wilayah seperti China, India dan beberapa Negara
lainnya. Kemudian pada tahun 330 SM (sebelum masehi) seseorang bernama
Alexander The Great mulai mengenalkan candu di India dan Persia, pada saat itu
orang India dan Persia menggunakan candu tersebut saat jamuan makan dan saat
santai.37
Pada sejarah Mesir kuno bahwa orang Romawi dan Mesir pada tahun
1700-an, telah menggunakan Narkotika sejenis daun poppy dengan cara dikunyah
yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit pada saat melahirkan anak. Kalau
sebelumnya candu digunakan dengan cara dikunyah maka pada tahun 1805
Morphin mulai dikenalkan untuk menggantikan candu (opium), morphin tersebut
ditemukan oleh seorang dokter bernama Friedrich Wilhelim Sertuner. Dokter
tersebut menemukan morphin yang bahan dasarnya modifikasi candu ditambah
37
amoniak. Dan saat terjadinya perang morphin tersebut sangat banyak digunakan
untuk mengobati tentara yang terluka disaat perang.38
Pada tahun 1874 seorang ahli kimia dari Inggris bernama Alder Wright
melakukan penelitian dengan cara merebus cairan morphin dan dicampur dengan
asam anhidrat, kemudian hasil campuran tersebut dilakukan percobaan kepada
seekor anjing dan hasilnya anjing tersebut tiarap, ketakutan, mabuk dan
muntah-muntah, kemudian pada tahun 1898 pabrik obat Bayern memproduksi obat
tersebut dengan nama heroin yang dijadikan sebagai obat penghilang rasa sakit.
Selain morphin & heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca)
berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya
digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC.39
Pada tahun 1853 seorang dokter bernama Alexander Wood Edinburg
menemukan jarum suntik, morphin menjadi sangat banyak disalahgunakan untuk Tahun 60-70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah
"Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu
ton setiap tahun. Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan
Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika danAmerika. Di akhir tahun
70-an ketika tingkat tek70-an70-an hidup m70-anusia semakin meningkat serta tekhnologi
mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat
juga dalam bentuk obat-obatan.
pukul 12;40 Wib
39
.
menggunakan Narkoba tersebut. Kemudian pada tahun 1874 para ahli kimia mulai
mengubah struktur morphin membuat morphin menjadi obat yang tidak
menyebabkan ketagihan. Seorang ahli kimia bernama CR.Wright menemukan
sintesis heroin dengan cara memanaskan morphin. Pada tahun 1939 dilakukan
penelitian Narkotika sintetis dan semi sintetis dan sintetis pertama diproduksi di
Jerman dan diberi nama Petidine.
Pada tahun 1923 Badan Obat Amerika (FDA) melarang melarang semua
bahan narkotika terutama heroin, tetapi walaupun hal tersebut sudah dilarang, para
pengguna kemudian mulai mencari bahan tersebut di pasar gelap Narkoba, dan
pasar gelap tersebut adalah Chinatown, New york. Narkoba tersebut umumnya
disalahgunakan yang kemudian dapat menimbulkan berbagai tindak kriminal
seperti pencurian, perampokan, karena pengguna akan selalu membutuhkan uang
untuk memenuhi kebutuhannya demi membeli Narkoba.40
2. Sejarah Tindak Pidana Narkotika di Indonesia
Pada tahun 1960 an, penyebaran candu dunia berada pada daerah segitiga
emas yaitu meliputi negara Myanmar, Thailand dan Laos dan kemudian dikenal
istilah Bulan sabit emas meliputi negara Pakistan, Iran, Afganistan.
Di Indonesia sendiri Narkoba jenis opium sudah ada pada jaman penjajahan
belanda yaitu sebelum terjadinya perang dunia II dan sebagian besar pemakai
candu (opium) saat itu adalah orang China, pemerintah Belanda memberikan
tempat untuk menggunakan candu tersebut dan juga mengatur peredarannya dan
pengadaannya. Pada saat itu orang China menggunakan candu dengan cara
tradisional yaitu dengan cara menghisap dengan menggunakan Pipa panjang,
penggunaan candu tersebut legal dan dilindungi oleh Undang-undang, kemudian
setelah Jepang tiba dan kemudian melakukan penjajahan di Indonesia, pemerintah
Jepang menghapuskan Undang-Undang tersebut (Brisbane ordinance). Kemudian
setelah Indonesia merdeka, pemerintah membuat Undang-Undang yang
menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi obat berbahaya dan saat itu
diberikan wewenang kepada menteri kesehatan untuk mengatur ( State gaette No
419 ,1949).41
Sejarah narkotika cukup panjang, sekarang ini Narkotika digunakan untuk
keperluan medis di Rumah Sakit, misalnya saat akan melakukan operasi, Tetapi
disisi lain ada juga yang menggunakan hanya untuk kesenangan maka disebut
sebagai peredaran gelap. Karena penggunaan Narkotika akan dapat menyebabkan
ketergantungan, dan efek samping yang paling serius sebagai akibat dari Pada tahun 1976 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang
Nomor 9 tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-Undang tersebut mengatur
tentang peredaran gelap, terapi dan rehabilitasi korban pecandu Narkotika, karena
semakin maraknya peredaran gelap narkotika Undang-Undang tersebut direvisi
dan dibuat Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 Tentang Narkotika, dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, kemudian dibuat lagi Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan berlaku sampai dengan sekarang.
41
penyalahgunaan Narkotika adalah kematian, tentu tidak satupun diantara kita yang
menginginkannya, oleh karena itu jauhi Narkotika sekarang juga.
3. Sejarah Pengaturan Undang-Undang Narkotika di Indonesia
Dalam sejarah Perundang-Undangan yang mengatur tentang Narkotika,
dapat dibagi menjadi beberapa tahap,yakni :
a. Masa berlakunya berbagai Ordonantie Regie;
b. Masa berlakunya Verdovende midellen Ordonantie stbl 1972 Nomor: 278 jo
No. 536 (yang diterjemaahkan dengan UU Obat Bius);
c. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika;
d. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Jadi pengaturan Narkotika dalam Perundang-Undangan sudah sejak Zaman
Hindia Belanda, yaitu yang tertua adalah pada Tahun 1972, berikut mengenai
tahapan-tahapan dalam UU tersebut :
a. Masa berlakunya berbagai Ordonantie Regie
Pada masa ini, pegaturan Narkotika tidak seragam setiap wilayah mempunyai
Ordonantie sendiri-sendiri. Misalnya :
1. Bali Regie Ordonantie;
2. Jawa Regie Ordonantie;
3. Riau Regie Ordonantie;
4. Aceh Ordonantie Regie;
5. Borneo Regie Ordonantie;
7. Tapanuli Regie Ordonantie;
8. Ambon Regie Ordonantie;
9. Timor Regie Ordonantie.
Dari berbagai macam Regie ordonantie tersebut yang paling tua adalah Bali
Regie Ordonantie termuat Stbl 1872 Nomor 76. Disamping itu masalah
Narkotika juga diatur dalam:
10. Morphine Regie Ordonantie (stbl 1911 Nomor 373,stbl 1911 Nomor 484 dan
Stbl 1911 Nomor 485);
11. Ooskust Regie Ordonantie (Stbl 1911 Nomor 494 dan 644, Stbl 1912 Nomor
255);
12. Westkust Regie Ordonantie (Stbl 1914 Nomor 562,Stbl 1915 Nomor 425);
13. Bepalingen Opium Premien( Stbl 1916 Nomor 630) dan sebagainya.
Jumlah semua peraturan yang tersebar tersebut adalah 44 buah.42
Undang-undang tanggal 12 Mei 1972 Stb.27-278 Jo.536 diberlakukan Tahun
1928.Disempurnakan dengan lembaran Tambahan tanggal 22 Juli dan 3 Februari
1928.Dalam seminar kriminologi II (28-30 September 1972) dibahas
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU obat bius ini. Dari situlah mulai diberlakukan
perombakan dengan pembaharuan dan penyempurnaan Perundang-Undangan
Narkotika agar lebih efektif dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika. b. Masa berlakunya Verdovende Midellen Ordonantie stbl 1972 Nomor: 278 jo
No. 536 (yang diterjemaahkan dengan UU Obat Bius);
42
Dalam seminar tersebut berpendapat tentang kekurangan-kekurangan dan
ketidakserasian Undang-Undang Obat Bius yang dimaksud, diantaranya :
a. Belum adanya badan yang bertingkat Nasional dan tetap dengan
kewenangan dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika.
b. Belum adanya ketentuan khusus tentang wajib lapor penyalahgunaan
Narkotika.
c. Belum adanya pernyataan, persistimatisan dalam ketentuan hukum.
d. Tidak adanya keseragaman dalam pengertian tentang narkotika.
e. Ringannya sanksi jika dilihat dari akibat penyalahgunaan Narkotika.
f. Tidak ada ketegasan di antara ketentuan hukum pidana dan acaranya
g. Tidak adanya ketegasan pembatasan pertanggungjawaban pidana terhadap
pemakai, pemilik, penjual atau pengedar dan penyimpan Narkotika.43
c. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika;
Lahirnya Undang-Undang ini menandakan bahwa pemerintah begitu
memperhatikan terhadap penyalahgunaan Narkotika. Pada dasarnya
undang-undang ini tidak mampu mengatasi masalah yang terjadi baik yang berkaitan
dengan penggunaan maupun dengan cara penindakan yang harus dilakukan.
Mengingat perkembangan kualitas kejahatan Narkotika ini sudah menjadi
ancaman yang sangat serius bagi kehidupan manusia yang mana modus operandi
dari peredaran Narkotika mampu mengguncang dunia, maka diadakan kembali
suatu perubahan.44
d. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
43
Konteks penyelesaian dan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika,
pemerintah Indonesia juga melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga
internasional untuk secara serius memerangi peredaran gelap Narkotika, seperti
tercantum dalam rangkaian penjelasan Undang-Undang yang meratifikasi
(menandatangani dan mengesahkan ) United Nation Convention Against Lllicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, hasil konvensi PBB yang disahkan oleh DPR pada tanggal 31 Januari 1997 dan dijadikan acuan
terbentuknya UU No 22 Tahun 1997. Dalam UU No 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika pada Bab XII memuat ketentuan tentang tindak pidana (sanksi pidana)
penyalahgunaan Narkotika. Ketentuan tindak pidana dikenakan pada pelaku yang
secara umum dikelompokkan dalam tiga bentuk, yakni penyalahgunaan
Narkotika, Peredaran Narkotika, dan penjualan Narkotika.45
Maka untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, e. Masa berlakunya Undang-Undang No 35 Tahun 2009.
Tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan kecenderungan
yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban
yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda
umumnya. Tindak pidana Narkotika tidak lagi dilakukan secara perorangan,
melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersana-sama, bahkan
merupakan suatu sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang
bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik ditingkat Nasional.
45
bangsa, dan Negara, pada sidang umum Mejelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tahun 2002 melalui ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002 telah merekomendasi kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia
untuk melakukan perubahan atas Undang-undang No 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika. Selain itu untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan
Narkotika dan mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika, dalam
Undang-Undang ini diatur juga mengenai prekursor Narkotika kerena Prekursor
Narkotika merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika. Dalam Undang-Undang ini dilampirkan
mengenai Prekursor Narkotika dengan melakukan penggolongan terhadap
jenis-jenis prekursor Narkotika serta sanksi pidana bagi penyalahgunaan Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika. Bahkan, demi mengefektikan pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan prekursor
Narkotika, diatur mengenai penguatan Lembaga yang sudah ada yaitu Badan
Narkotika Nasional (BNN).
B. Perbuatan Pidana Narkotika Dan Jenis-Jenisnya.
a. Perbuatan Pidana Narkotika Berdasarkan Undang-undang No 35 Tahun 2009
Adapun pengaturan tindak pidana Narkotika berdasarkan Undang-undang No
35 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. Sama seperti Undang-undang sebelumnya, Narkotika Undang-undang No 35
berdasarkan kegunaan serta potensi ketergantungan. Dengan penggolongan ini
tindak pidana serta berat ringannya sanksi disesuaikan dengan masing-masing
golongan ;
2. Mayoritas tindak pidana Narkotika dirumuskan dengan konsep delik formil.
Tidak ditemukan akibat konstitusif yang dilarang dalam undang-undang No 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Hanya pasal 116, pasal 121 dan pasal 126 yang
dirumuskan dengan rumusan delik dengan akibat yang dikualifisir. Pasal-pasal
tersebut mengatur tentang larangan pemberian Narkotika golongan I, golongan
II , maupun golongan III secara tanpa hak dan melawan hukum kepada orang
lain untuk digunakan. Dalam pasal-pasal tersebut terdapat akibat yang dilarang
yaitu mati ataupun cacat permanennya orang lain mati. Apabila akibat yang
dilarang terjadi maka akan dikenakan pemberatan;
3. Tidak ada kualifikasi tindak pidana dalam Undang-Undang ini apakah
tergolong pada kejahatan ataupun pelanggaran;
4. Berlakunya hukum pidana Indonesia menurut tempat diperluas dengan adanya
pasal 145 Undang-undang 35 Tahun 2009. Pasal tersebut mengatur bahwa
ketentuan pidana dalam undang-undang ini berlaku bagi setiap orang yang
melakukan tindak pidana Narkotika dan / atau tindak pidana precursor
narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 111, pasal 112,pasal 113,pasal
114,pasal 115,pasal 116,pasal 117, pasal 118, pasal 119, pasal 120, pasal 121,
pasal 122, pasal 123, pasal 124, pasal 125, pasal 126, pasal 127(1) pasal 128
ayat (1) dan pasal 129 diluar wilayah Negara Republik Indonesia. Ketentuan ini
Indonesia berlaku terhadap tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum
Negara Indonesia, baik itu dilakukan oleh warga Negara Indonesia atau bukan,
yang dilakuakn di luar Indonesia,
5. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dan bukan tanaman, Narkotika Golongan II,golongan III ( pasal
11,112,117,122);
6. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika golongan I, narkotika golongan II,
narkotika golongan III (pasal 113,118,123)
7. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara, dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan narkotika golongan I, narkotika golongan II, narkotika golongan
III (pasal 114,119,124);
8. Perbuatan tanpa hak dan melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito narkotika golongan I, golongan II, golongan III (pasal
115,120,125)
9. Perbutan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I
terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan
orang lain narkotika golongan II , narkotika golongan III (pasal 116,121,126)
10.Setiap penyalah guna narkotika golongan I untuk digunakan orang lain
11.Perbuatan orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor (
pasal 128);
12.Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan, memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan , menawarkan untuk dijual.
Menjual, membeli, menerima, menhjadi perantara, dalam jual beli, menukar,
atau menyerahkan precursor narkotika untuk perbuatan narkotika membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito precursor Narkotika untuk perbuatan
Narkotika 9pasal 129);
13.Perbuatan dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana yang diatur
dalam pasal 111-119 (pasal 131);
14.Perbuatan melibatkan anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak
pidana narkotika yang diatur dalam pasal 11-126, dan pasal 129. (pasal 133);
15.Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur , keluarga pecandu Narkotika
yang sudah cukup umur deng