• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Sesuai UU No. 35 Tahun 2009. (Studi Putusan No. 2091 Pid. Sus. 2013 Pn. Mdn)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUN

A.Latar Belakang

Hukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan manusia.Ia lahir

dalam pergaulan dan perkembangan ditengah masyarakat serta berperan dalam

hubungan antar individu dan antar kelompok. Hukum masuk dalam kehidupan

dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang juga dinamakan kaidah-kaidah atau

norma-norma sosial. Seperti norma-norma sosial lain berisi serangkaian ketentuan

yang tentang larangan-larangan dan perintah-perintah serta anjuran-anjuran.

Norma hukum memiliki ciri khas yang berbeda dengan norma-norma sosial lain

yaitu ia memiliki daya memaksa untuk ditaati dan dipatuhi. Daya memaksa itu

yang kita kenal sebagai sanksi. Karena keperangkatannya berupa daya paksaan

yang terkandung dalam hukum, maka ia bisa mengatur kehidupan bersama

manusia dengan pedoman-pedoman antara lain menunjukkan perilaku yang tidak

baik bila dilakukan dapat berakibat membahayakan kehidupan bersama atau

merugikan kepentingan dan hak seseorang atau warga masyarakat dengan

larangan-larangan,sedangkan terhadap perilaku yang baik bila dilakukan

membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat dituangkan dalam

perintah-perintah dan anjuran-anjuran.1

Peran hukum cenderung menjaga dan menjamin ketertiban melalui

pemberian pedoman berperilaku dengan perintah-perintah dan larangan-larangan

yang bila perlu melakukan tindakan-tindakan paksaan dalam rangkaian

1

(2)

perlindungan hak dan kepentingan warga masyarakat yang dirugikan atau

diganggu oleh anggota masyarakat lain. Tindakan hukum ini berusaha menjamin

keadilan didalam pergaulan hidup, sehingga ia menjaga ketertiban dan keadilan.

Hukum berperan pula mendorong proses pembangunan suatu masyarakat sebagai

rekayasa sosial. Disamping itu, hukum juga mengendalikan para pelaksana

penegak dan pengendali hukum supaya mereka mematuhi hukum, agar gerak

kerja hukum menjadi sesuai dengan hakikatnya sebagai sarana ketertiban,

keadilan dan pengamanan serta penunjang pembangunan. Hampir tiap masyarakat

memiliki hukum yang berperan didalamnya, baik dalam bentuk kaidah tak tertulis

maupun yang tertulis. Semakin kompleks dan majemuk suatu masyarakat, apalagi

dalam keterkaitan kerjasama Internasional seperti bidang niaga serta

masalah-masalah yang membutuhkan kerjasama Internasional, maka pada masyarakat itu

dibutuhkan bahkan diisyaratkan pengaturan dan pengendalian dalam bentuk

Undang-Undang tertulis.2

Narkotika sebagai salah satu masalah pada masyarakat dan berkaitan

dengan dunia Internasional jelas memerlukan perangkat-perangkat hukum dalam

bentuk Undang-Undang tertulis. Hukum Narkotika itu haruslah merupakan

hukum yang dapat menjangkau kemasa depan dan senantiasa mampu

mengkomodir permasalahan Narkotika dari masa kemasa.3

Narkotika merupakan obat atau zat yang sangat bermanfaat dan diperlukan

untuk pengobatan penyakit tertentu.Narkotika juga dapat berdampak negatif jika

disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat

2

Hukum-on.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-supremashi hukum dan.html?m=1. Diakes pada tanggal 19 November 2015, pukul 12.00 wib

3

(3)

menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat

khususnya generasi muda jika dipergunakan tanpa adanya pengendalian dan

pengawasan yang ketat.4

Masalah penyalahgunaan Narkotika telah menjadi masalah Nasional yang

tidak pernah henti-hentinya dibicarakan. Permasalahan penyalahgunaan Narkotika

telah menjadi pemberitaan hampir setiap harinya. Penyalahgunaan Narkotika

dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi dan sikap dalam masyarakat.

Masalah penyalahgunaan Narkotika telah mengancam bangsa dan masyarakat

tertentu sehingga menjadi suatu kejahatan terorganisasi nasional ataupun

transnasional. Kejahatan terorganisasi transnasional merupakan ancaman

terhadap Negara dan masyarakat yang mengikis Human security dan kewajiban

dasar Negara untuk menjaga keamanan dan ketertiban salah santu bentuk

permasalahan kejahatan terorganisasi adalah perdagangan gelap Narkotika (dellict

drug trafficking). 5

Kejahatan Narkotika pada dasarnya termasuk kejahatan terhadap

pembangunan dan kesejahteraan sosial yang menjadi pusat perhatian dan

keprihatinan Nasional dan Internasional. Ruang lingkup dan dimensi kejahatan

Narkotika sangat luas, sehingga kegiatan dan aktivitasnya mengandung ciri

sebagai organized crime, white colorcrime,corporate crime dan transnasional

crime.6

4

Paragraf pertama Penjelasan Umum UU.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

tanggal 19 November pukul 12.00 wib

6

(4)

Kejahatan Narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini

semakinmengkhawatirkan Bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Aksi mafia

seakan tak mampu terbendung oleh gebrakan aparat penegak hukum diberbagai

belahan dunia meski dengan begitu gencarnya memerangi kejahatan

ini.Masyarakat sering mendengar pernyataan tentang membangun komitmen

bersama memberantas Narkotika oleh seluruh dunia. Tak sedikit badan-badan

dunia yang terlibat, namun ternyata peredaran gelap Narkotika terus meningkat.

Berbagai indikasi menunjukkan bahwa kejahatan Narkotika merupakan kejahatan

extra ordinary crime. Adapun pemaknaannya adalah sebagai suatu kejahatan yang

berdampak besar dan multi dimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan

politik serta begitu dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan

ini. Untuk itu extraordinary punishment kiranya menjadi relevan mengiringi

model kejahatan yang berkarakteristik luar biasa yang dewasa ini kian merambah

ke seluruh dunia sebagai transnasional crime.7

Persoalan Narkotika adalah permasalahan Internasional. Kecanduan

Narkotika adalah sebuah kehancuran bagi seorang remaja. Narkotika bahkan

menjadi kehancuran sebuah keluarga, dan juga mengganggu kestabilan Negara.

Perang terhadap Narkotika telah dilakukan atas nama Negara Amerika latin.

Narkotika adalah sebuah komoditas bisnis yang menggiurkan karena memberikan

keuntungan yang sangat besar. Berbagai cara pemasaran yang diterapkan untuk

mencari calon pembeli. Hasil kajian ilmiah dalam bidang perilaku pemasaran juga

7

A. kadarmanta, kejahatan narkotika;extraordinary crime dan extraordinary punishment,

(5)

telah disalahgunakan untuk memepengaruhi calon konsumen agar mau

mengonsumsi Narkotika. Narkotika hanya akan menjadi komoditas perdagangan

bila ada yang membelinya. Oleh karena itu usaha untuk membangun ketahanan

mental guna menangkal godaan berbagai pihak agar remaja menggunakan

Narkotika harus dilaksanakan dengan kuat. Upaya-upaya preventif untuk

membangun ketahanan mental ini haruslah dilakukan. Mencegah lebih baik dari

pada merehabilitasi.8

Setiap warga masyarakat wajib sifatnya melaporkan kepada pejabat yang

berwenang (dalam hal ini kepolisian setempat) apabila mengetahui adanya

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika. Tata cara pelaporan ini bisa saja

dilakukan secara langsung ketika ada yang dicurigai melakukan kejahatan

Narkotika, bahkan sebagai masyarakat dapat ikut serta melakukan penggrebekan

atau bias dilakukan melalui surat dengan menyebutkan ciri-ciri pelaku, saat-saat

atau cara-cara melakukan, tempat melakukan. Dalam Undang-Undang Narkotika

juga menjelaskan bahwa, pelaporan sangat dilindungi dan mendapat jaminan

kemanan danperlindungan dari yang berwenang. Bahkan warga masyarakat yang

berjasa dalam pengungkapan Narkotika ini, oleh pemerintah akan diberikan

penghargaan.9

Pertemuan AseanInter-parlement Organizazion( AIPO /Organisasi Antar

Perlemen ASEAN) di Yogyakarta yang mengeluarkan kesepakatan antara lain

agar ASEAN pada tahun 2015 bebas Narkoba. Hasil kesepakatan 10 parlemen

8

Kata pengantar Djamaluddin Ncok, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan program Aji.Tina afiatin, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), hal. iii

9

Heriadi Willy, Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara (Tanya jawab & opii),

(6)

Negara-Negara di ASEAN ini muncul karena menilai kejahatan penggunaan

obat-obatan terlarang dan peredaran gelapnya sudah sangat memprihatinkan.

Kesepakatan ini juga diharapkan agar adanya perjanjian ekstradisi diantara 10

Negara di ASEAN karena saat sekarang ini banyak pelaku kejahatan yang

menyangkut Narkotika tidak dapat di ekstradisi. Selain itu juga dalam rangka

kesepakatan tersebut perlu adanya kerjasama pertukaran informasi dengan ASEAN

senior officials on drug matters (ASOD). Kerjasama Negara ASEAN dalam hal

penanggulangan masalah Narkotika ini mutlak diperlukan, mengingat jalur

peredaran gelap Narkotika yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari Negara

Colombia, China dan daerah segita emas yang meliputi Negara Laos, Birma dan

Thailand.10

Kejahatan Narkotika dari hari kehari selalu saja meningkat, itu disebabkan

indikasi yang ada hubungan dengan Narkotika sebagai Tindak Pidana kejahatan

dengan bisnis erat sekali. Bisnis Narkotika memang sangat mejanjikan Melihat peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika yang telah

merasuk kesemua sendi-sendi kehidupan masyarakat, maka waktu tersebut

bukanlah sesuatu yang begitu lama mengingat kejahatan Narkotika ini adalah

kejahatan terorganisir yang melibatkan jaringan Nasional mapun Internasional

dengan sistem sel/terputus serta terselubung. Memiliki beribu cara operasi

peredaran yang melibatkan uang banyak atau keuntungan yang besar, sehingga

dengan keuntungan yang besar tersebut para Bandar Narkotika akan berbuat

apapun untuk mencapai tujuannya.

10

(7)

keuntungannya. Dari pengakuan pecandu sekaligus pengedar Narkotika

mengatakan,1 butir ekstacy yang ia beli seharga RP.60.000,-/RP 75.000,-dapat ia

jual dengan seharga Rp.100.000-Rp 125.000,- 1 gram sabu seharga 350.000 dapat

dijual kembali seharga Rp.500.000,-/ Rp.600.000. keuntungan yang diperoleh

bahkan bisa menjadi bertambah besar ketika para pengerdarnya menjual dalam

bentuk sekali pakai atau disebut paket hemat Rp.150.000,-/Rp20.000,- dan

terkadang ketika barangnya langka, maka hargapun dapat mencapai dua kali lipat.

Inilah bisnis yang menjanjikan keuntungan.11

Salah satu kasus tindak pidana Narkotika berdasarkan putusan Pengadilan

Negeri Medan adalah putusan Nomor. 2091/Pid. Sus/2013/PN. Mdn, dengan

nama terdakwa YUDI HASMIR SIREGAR,SH. Bahwa ia terdakwa melakukan

tindak pidana narkotika terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Tanpa hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,

atau menyediakan Narkotika golongan I (satu) bukan tanaman beratnya melebihi

5 gram” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 112 ayat (2) Jo.

Pasal132 ayat(1) UU No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Dengan kronologis

Tim dari BNN R.I telah melakukan penangkapan terhadap rekan terdakwa Orang menjadi pemakai/ pecandu, pengedar atau lainnya, maka bukan

hanya harta saja yang habis atau hukuman senantiasa menantinya, melainkan

nyawapun dapat melayang jika tidak cepat menyadari kekeliruan melakukan

perederan gelap dan menyalahgunakan Narkotika ini. Yang terbaik menolak

Narkotika adalah “katakan tidak pada Narkotika”.

11

(8)

(Salmon alias Budi) dengan membawa Narkotika Golongan I jenis shabu dengan

berat brutto 21 gram, dan setelah diinterogasi ternayata Salmon mendapatkan

Narkotika tersebut dari Yudi Hasmir Siregar,SH. Kemudian Tim BBN R.I

kemudian melakukan pendrobrakan ketempat terdakwa yang sedang menghisap

Narkotika Golongan I jenis shabu, dan ditemukan barang bukti lainnya yaitu :

Narkotika Golongan I jenis shabu dengan berat brutto 6.582,3 gram, Tablet/pil

berwarna abu-abu dengan logo “kepala kelinci /playboy sebanyak 47 butir, serbuk

berwarna putih dan merah dengan berat brutto 178,4 gram.

Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan terdakwa merupakan salah satu

jenis tindak pidana Narkotika yang sering kita jumpai dikalangan masyarakat kita,

baik oleh masyarakat biasa, pegawai Negeri maupun pejabat Negara sehingga

sangat perlu diberikan Hukuman yang sangat pantas bagi pelakunya, karena

perbuatan tersebut merupakan perdagangan Narkotika yang merupakan akar atau

sumber seseorang memperoleh barang haram tersebut dan Permasalahan ini

sangat meresahkan Masyarakat setiap saat.

B . Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan sehubungan dengan judul skripsi

ini adalah :

1. Bagaimana Formulasi perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam

tindak pidana Narkotika menurut UU 35 Tahun 2009 tentang Tindak Pidana

Narkotika ?

2. Bagaimana Penerapan pertanggung jawaban pidana menurut Undang-undang

(9)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisaan

1.Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui mengenai Formulasi perbuatan pidana dan

pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana Narkotika menurut UU 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika.

b. Untuk mengetahui bagaimana pertanggung jawaban pidana UU No 35 Tahun

2009 terhadap putusan No Reg.2091/Pid.Sus. 2013/PN.Mdn.

2. Manfaat Penulisan

Adapun yang diharapkan penulis dalam penulisan skripsi ini agar dapat manfaat

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan masukan sekaligus menambah pengetahuan dibidang ilmu

hukum, khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penerapan sanksi

pidana terhadap pelaku tindak pidana Narkotika.

b.Manfaat praktis

Dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti dalam skripsi ini

dengan memberikan pengetahuan tambahan dan informasi yang dapat membantu

pihak-pihak yang menghadapi kasus tindak pidana Narkotika, khususnya bagi

(10)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul Pertanggung jawaban Pidana Terhadap pelaku Tindak

Pidana Narkotika sesuai UU 35 Tahun 2009. (studi putusan No.reg.2091/Pid.

Sus. 2013/PN. Mdn) adalah membahas mengenai tentang pertanggung jawaban

pidana terhadap pelaku tindak pidana Narkotika berdasarkan pasal 112 ayat (2) Jo.

Pasal 132 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 serta penerapan Putusan No.Reg.

2091/Pid. Sus. 2013/PN. Mdn, yang penulisannya disusun dan dibahas

berdasarkan pemikiran dari penulis sendiri meskipun hal ini telah banyak

dituangkan dalam berbagai tulisan, namun dalam hal yang berbeda dapat

dikategorikan sebagai penelitian baru karena baik judul dan permasalahannya

yang dibahas berbeda, sehingga dapat dipertanggungjawabkan apabila

dikemudian hari terdapat judul dengan pembahasan yang sama.

E. Tinjauan kepustakaan

1. Pengertian Pidana dan Tindak Pidana

a. Pengertian Pidana

Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata pidana

berarti hal yang di pidanakan yaitu oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan

kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal

yang tidak sehari-hari dilimpahkan. Tentunya ada alasan untuk melimpahkan

(11)

mana seorang oknum yang bersangkutan bertindak kurang baik. Maka unsur

“human” sebagai suatu pembalasan adalah tersirat dalam kata “pidana.”12

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan

hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh

Undang-undang beserta saksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku.13

Pada umumnya para sarjana menyebutkan hakekat dari pidana itu adalah

penderitaan atau nestapa, Demikian juga misalnya pendapat Bonger yang

menyatakan bahwa pidana adalah mengenakan suatu penderitaan, karena orang itu

telah melakukan suatu perbuatan yang merugikan masyarakat. Ini sama dengan

yang dikatakan oleh Roeslan Saleh bahwa pidana adalah reaksi atas delik, dan ini

berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja Negara pada pembuat delik itu. Untuk memberikan penjelasan tentang arti pidana secara lebih kongkrit

berikut penulis kutipkan beberapa pengertian pidana menurut para ahli,

diantaranya:

Mr. W. P. J. Pompe memberikan batasan yang dimaksud dengan hukum

pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan hukum mengenai

perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya.

Prof. Sudarto,S.H. Mendefiniskan bahwa yang dimaksud dengan pidana

adalah penderitaan yang disengaja dibebankan kepada orang yang melakukan

perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

14

b. Pengertian Tindak Pidana

12

Wirjono Supramono, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT. Eresco, 1986), hal .1

13

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), hal. 6

(12)

Tindak pidana adalah tindakan yang dinilai melanggar ketentuan KUHP.

Maksudnya ialah apabila ada seseorang melakukan tindakan melanggar hukum

maka orang tersebut dapat dikenai salah satu pasal dalam KUHP, yang dimaksud

pelanggaran adalah tindakan menurut hukum yang berlaku tidak boleh

dilakukannya misalnya melakukan tindakan penadahan. Dapat dimengerti apa

yang dimaksud dengan istilah “tindak pidana” atau dalam bahasa belanda

strafbaar feit yang sebenarnya istilah resmi dalam strafwetboek atau kitab

Undang-Undang hukum pidana yang sekarang berlaku Indonesia, ada istilah

dalam bahasa lain yaitu delict. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang

pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan pelaku ini dapat dilakukan

merupakan “subyek” tindak pidana berbicara tentang subjek tindak pidana,

pikiran selanjutnya diarahkan kepada wujud perbuatan sebagai unsur tindak

pidana. Wujud dari perbuatan ini pertama-tama harus dilihat pada rumusan tindak

pidana dalam pasal-pasal tertentu dari perbuatan pidana. Perumusan ini dalam

bahasa Belanda dinamakan delicts-omschrijving.15

Didalam peraturan Perundang-Undangan di Indonesia tidak ditemukan

definisi tindak pidana. Pengertian tindak pidana yang dipahami selama ini

merupakan kreasi teoritis para ahli hukum.16

15

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT.Eresco, 2000), Hal. 55-56

16

Chairul Huda, Dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju tiada pertanggungjawaban pidana tanpa kesalahan, (Jakarta :Prenada Media Grup, 2008), Hal. 26

Para ahli hukum pidana umumnya

masih memasukkan kesalahan sebagai bagian dari tindak pidana. Demikian

dengan apa yang didefinisikan oleh Simons dan Van Hamel. Simons mengatakan

(13)

hukum, dan berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang

mampu bertanggungjawab.17Sedangkan Van Hamel mengatakan bahwa

strafbaarfeit itu adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam Undang-undang,

bersifat melawan hukum, patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.18

Dalam hukum pidana di Indonesia, sebagaimana di Negara-Negara civil

law lainnya, tindak pidana umumnya dirumuskan dala kodifikasi. Sejauh ini tidak

terdapat ketentuan dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya,

yang merinci lebih lanjut mengenai cara bagaimana merumuskan suatu tindak

pidana. Tindak pidana berisi larangan terhadap perbuatan. Dengan demikian,

pertama-tama suatu tindak pidana berisi larangan terhadap kelakuan-kelakuan

tertentu. Tindak pidana berisi rumusan tentang akibat-akibat yang terlarang untuk

diwujudkan.19

Menurut kamus Besar Bahasa belanda Indonesia, “tanggung jawab” adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatu (kalau terjadi apa-apa, boleh dituntut,

dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Pidana adalah kejahatan (tentang

pembunuhan, perampokan,dsb). 2. Pertanggungjawaban Pidana

20

17

.S.R. sianturi,Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan Penetapannya, (Jakarta : Alumni Ahaem-Pthaem,1986 ), Hal. 205

18

Ibid

19

Chairul Huda, Op. Cit., Hal. 31 20

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pusaka, 1991), Hal. 1006

Hal pertama yang perlu diketahui mengenai

pertanggungjawaban pidana adalah bahwa pertanggungjawaban pidana adalah

bahwa pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang

(14)

dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau tidak melakukan perbuatan

pidana.21

Pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasar pada kesalahan pembuat

(liability based on fault), dan bukan hanya dengan dipenuhinya seluruh unsur

suatu tindak pidana.Dengan demikian, kesalahan ditempatkan sebagai faktor

penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak hanya dipandang sekedar unsur

mental dalam tindak pidana. Setiap sistem hukum modern mengadakan

pengaturan tentang bagaimana mempertanggungjawabkan orang yang telah

melakukan tindak pidana. Baik di Negara-Negara Civil law maupun common law,

umumnya pertanggungjawaban pidana dirumuskan secara negatif. Hal ini berarti,

dalam hukum pidana di Indonesia, sebagaimana sistem civil law lainnya,

menyebabkan pembuat tidak dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian,pertanggungjawaban pidana pertama-tama

tertanggung pada dilakukannya tindak pidana.

22

Dengan demikian, yang

diatur adalah keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan pembuat tidak dipidana,

yang untuk sebagian adalah alasan penghapus kesalahan. Sedangkan dalam

praktik peradilan di Negara-negara common law, diterima berbagai alasan umum

pembelaan (general Defence) ataupun alasan umum peniadaan

pertanggungjawaban ( general excausing liability)23

21

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Hal.155 22

Andi Zainal Abidin, Hukum pidana I, (Jakarta : Sinar Grafika, 1983) ,Hal.260 23

Chairul huda, Op.Cit., Hal. 63

. Pertanggungjawaban pidana

dipandang ada, kecuali ada alasan-alasan penghapus pidana tersebut. Dengan kata

lain, criminal lability dapat dilakukan sepanjang pembuat tidak memiliki

‘defence’ ketika melakukan tindak pidana itu. Untuk menghindari pengenaan

(15)

ketika melakukan tindak pidana itu. Untuk menghindari pengenaan pidana,

terdakwa harus dapat membuktikan bahwa dirinya mempunyai alasan

penghapusan pidana ketika melakukan tindak pidana.24

a. Melakukan perbuatan pidana

Selanjutnya tidak ada gunanya untuk mempertanggungjawabkan terdakwa

atas perbuatannya apabila perbuatannya itu sendiri tidaklah bersifat melawan

hukum, maka dapat dikatakan bahwa terlebih dahulu harus ada kepastian tentang

adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-unsur kesalahan harus

dihubungkan pula dengan perbuatan pidana yang melakukan, sehingga untuk

adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa maka haruslah:

b. Mampu bertanggung jawab

c. Dengan sengaja atau kealpaan

d. Tidak adanya alasan pemaaf

3 . Pengertian Narkotika dan Tindak Pidana Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Dari kata penyalahgunaan Narkotika menandakan bahwa Narkotika tidak

selalu bermakna negatif. Jika Narkotika digunakan dengan baik dan benar

Narkotika akan memberikan manfaat khususnya di dalam bidang kesehatan dalam

hal digunakan sebagai obat bius. Di dalam dunia kesehatan Narkotika di kenal

sebagai NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya).

24

(16)

Dengan perkembangan teknologi dan industri obat-obatan, maka

katagori jenis zat-zat narkotika semakin meluas pula seperti yang tertera dalam

Lampiran Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika:

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, megurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang di bedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana yang terlampir di dalam Undang-Undang ini.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, maka

obat-obatan semacam Narkotika berkembang pula cara pengolahannnya dan

peredarannya. Namun belakangan diketahui bahwa zat-zat Narkotika memiliki

daya kecanduan yang bisa menimbulkan ketergantungan. Dengan demikian, maka

untuk jangka waktu yang cukup panjang bagi si pemakai memerlukan pengobatan,

pengawasan dan pengendalian guna bisa disembuhkan.

Melihat, begitu besarnya efek negatif yang timbulkan dari Narkotika

apabila tidak digunakan sesuai dengan peruntukkannya, maka pemerintah perlulah

mengawasi peredarannya di masyarakat. Agar Narkotika tersebut tidak

dipersalahgunakan oleh sebagian kalangan yang akan merugikan diri mereka

sendiri. Oleh karenanya dikeluarlah Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika agar peredarannya di masyarakat dapat diawasi secara ketat

sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 4 Undang-Undang No.35 Tahun 2009

(17)

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:

a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan Prekusor narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalahguna

dan Pecandu Narkotika.

Sedangkan untuk pengertian Narkotika sering diistilahkan sebagai drug

yaitu sejenis zat yang dapat mempengaruhi tubuh si pemakai. Pengaruh-pengaruh

tersebut berupa:25

Sudarto mengatakan bahwa: a. Pengaruh menenangkan.

b. Pengaruh rangsangan (rangsangan semangat dan bukan rangsangan seksual).

c. Menghilangkan rasa sakit.

d. Menimbulkan halusinasi atau khayalan.

26

“Kata Narkotika berasal dari perkataan

Yunani “Narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa.”Smith Kline

dan Frech Clinical Staff mendefinisikan bahwa:27

“Narkotika adalah zat-zat atau obat-obat yang dapat mengakibatkan

ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja

mempengaruhi susunan saraf sentral. Dalam definisi narkotika ini sudah termasuk

candu, zat-zat yang dibuat dari candu (morphine, codein, methadone).”

25

Soedjono Dirdjosisworo, Kriminologi, (Bandung : Citra Aditya, 1995) , hlm. 157 26

Taufik Makarao, Suhasril, dan H.Moh Zakky, Op.Cit., hlm. 17. 27

(18)

Zat-zat yang sering disalahgunakan dan dapat menyebabkan gangguan

dapat digolongkan sebagai berikut:28

e.Opioda, misalnya morfin, heroin, petidin dan candu;

f. Ganja atau kanabis, misalnya mariyuana dan hashish;

g. Kokain atau daun koka

h. Alkohol yang terdapat dalam minuman keras;

i. Amfetamin

j. Halusinogen, misalnya LSD, meskalin dan psilosin

k. Sedative dan hipnotika, misalnya matal,rivo, nipam;

l. Fensiklidin (PCP);

m. Solven dan inhalansia;

n. Nikotin yang terdapat pada tembakau;

o. Dan kafein yang terdapat pada kopi.

Semua zat ini akan berpengaruh terhadap susuanan saraf pusat otak

sehingga disebut sebagai zat psikotropika atau psikoaktif. Holmes membagai

psikoaktif ke dalam tiga katagori yaitu:29

28

Tina Afiatin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008) , hlm.6.

29

Ibid, hlm.7.

a. Depresan, adalah jenis psikoaktif yang mempunyai pengaruh mengurangi

aktivitas fungsional tubuh, yaitu dengan mengurangi dorongan fisiologis dan

ketegangan psikologis. Misalnya: Alkohol dan Heroin

b. Stimulan, adalah zat yang merangsang atau meningkatkan fungsi kerja tubuh.

(19)

c. Halusinogen, adalah zat yang efek utamnya mengubah pengalaman persepsi,

termasuk perupahan persepsi yang dramatik, yaitu terjadinya halusinasi.

Misalnya LSD dan Mariyuana.

Narkotika akan menimbulkan daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat.

Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan)

yang sangat tinggi. Ketiga sifat Narkotika ini yang menyebabkan pemakai

Narkotika tidak dapat lepas dari cengkramannya.

b. Tindak Pidana Narkotika.

Tindak pidana Narkotika dapat diartikan dengan suatu perbuatan yang

melanggar ketentuan-ketetuan hukum Narkotika, dalam hal ini adalah

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan ketentuan-ketentuan lain yang

termasuk dan atau tidak bertentangan dengan Undang-undang tersebut. Tindak

pidana Narkotika juga dapat dikatakan adalah penggunaan atau peredaran

narkotika yang tidak sah (tanpa kewenangan) dan melawan hukum (melanggar

UU Narkotika).30 Bentuk tindak pidana Narkotika yang umum dikenal antara lain

:31

Dari ketiga tindak Pidana Narkotika itu adalah merupakan salah

satu sebab terjadinya berbagai macam bentuk tindak pidana kejahatan dana

pelanggaran, yang secara langsung menimbulkan akibat demoralisasi terhadap a. Penyalahgunaan / melebihi dosis;

b. pengedaran Narkotika;

c. Jual Beli Narkotika.

30

Moh Taufik Makaro, Suhasril, Moh Zakky A.S., Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalian Indonesia, 2003) , hal. 45

31

(20)

masyarakat, generasi muda, dan terutama bagi si pengguna zat berbahaya itu

sendiri, seperti :

1. Pembunuhan;

2. Pencurian;

3. Penodongan;

4. Penjambretan;

5.Pemerasan;

6. Pemerkosaan;

7. Penipuan;

8. Pelanggaran rambu lalu lintas;

9. Pelecehan terhadap aparat keamanan, dan lain-lain.

F. Metode penelitian dan Penulisan

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang terdiri dari :32

a.Inventarisasi hukum positif

b.Penemuan asas hukum

c.Penemuan hukum inkonkreto

d.Perbandingan hukum

e.Sejarah hukum

f.Harmonisasi hukum

32

(21)

g.Sinkronisasi hukum

Berdasarkan 7 jenis penelitian yang diuraikan diatas, maka yang paling tepat

adalah inventarisasi hukum positif dan penemuan hukum inkonkreto.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data tersebut digolongkan

menjadi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang berhubungan erat dengan

permasalahan yang diteliti dan sifatnya mengikat, terdiri dari :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tenntang psikotropika

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

b.Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berkaitan dengan

penjelasan bahan hukum primer, terdiri dari :

1. Buku-buku yang membahas tentang Narkotika dan Psikotropika

2.Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tindak pidana dan Psikotropika.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap sumber primer atau sumber sekunder. Contoh: abstrak, almanac, buku

petunjuk, buku tahunan, esiklopedia, indeks artikel kamus, penerbitan pemerintah,

sumber biografi, sumber geografi, dan timbangan buku. 33

33

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada,2003), hal 30

(22)

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder yang mana terdiri dari 34

Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian normatif maka metode

pengupulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan ( Library

Reseach) dan studi dokumen. Studi kepustakaan dalam penelitian ini adalah

mencari landasan teoritis dan permasalahan penelitian. Sehingga penelitianyang

dilakukan bukan aktivitas yang bersifat trial and error. :

1. Kamus Hukum

2. Kamus Bahasa Indonesia

3. Kamus Bahasa Inggris

4. Artikel dan laporan dari media massa ( surat kabar, jurnal hukum, majalah dan

lain sebagainya)

3. Tehnik pengumpulan Data

35

Penelitian hukum umumnya menggunakan analisis kualitatif, dengan

alasan: (1) Data yang terkumpul berupa kalimat-kalimat pernyataan: (2) Data

yang terkumpul umumnya berupa informasi ; (3) Hubungan antara variable tidak Studi kepustakaan yang

dilakukan dalam penelitian ini ialah pengumpulan data penelitian melalui

penelitian kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan

dengan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Sedangkan studi

dokumen dalam penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ilmiah ini.

4. Analisi Data

34

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004 )hlm 52

35

(23)

dapat diukur dengan angka. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis data kualitatif, yaitu data sekunder yang berupa teori,

definisi dan substansi yang berasal dari berbagai literature terkait dalam penelitian

ini serta berasal dari peraturan perundang-undangan terkait.36

BAB III: Bab ini akan membahas dua sub bab, sub bab yang pertama mengenai

kasus tindak pidana narkotika berdasarkan putusan Pengadilan Negeri

Medan Reg. No 2091/Pid. Sus. 2013/PN/Mdn yang mencakup

mengenai kronologis kasus ,dakwaan, Tuntutan, fakta-fakta

dipersidangan, pertimbangan Hakim, Putusan. Dan sub Bab kedua akan G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan dibagikan menjadi 4 (Empat) bab, yaitu :

BAB I: Bab ini akan dimulai dengan memaparkan latar belakang penulisan,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat tulisan, keaslian penulisan,

tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika Penulisan yang

dilakukan dalam penulisan skripsi.

BAB II: Bab ini akan membahas Tiga (3) sub bab, sub bab pertama mengenai

sejarah tindak pidana narkotika, sub bab yang kedua mengenai

perbuatan pidana Narkotika menurut UU No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, dan sub bab yang ke Tiga (3)mengeani pertanggungjawaban

Pidana Narkotika Menurut UU No.35 Tahun 2009 .

36

(24)

menganilisis bagaimana putusan Pengadilan Negeri Medan pada

putusan Reg.No 2091/Pid.Sus.2013/PN/Mdn.

BAB IV: Bab ini merupakan bab terakhir sebagai bab penutup yang berisikan

kesimpulan dari seluruh bab-bab yang terdapat dalam skripsi ini sebagai

jawaban dari permasalahan yang kemudian dibuat saran-saran yang

merupakan sumbangan pemikiran penulis terhadap permasalahan yang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini ppenulis mencoba menulis dan membuat suatu alat yang banyak digunakan masyarakat, yaitu tentang jam melayang sebagian orang mungkin akan bertanya bagaimana sebenarnya

- Tabel ini berisi informasi mengenai perkiraan jumlah biaya sekolah (pengembangan dan operasional) dalam kurun 4 tahun mendatang - Inputlah jumlah peserta yang akan dilatih

[r]

Sementara itu kemampuan menulis siswa kelas sepuluh MANU TBS Kudus tahun ajaran 2012/2013 setelah diajarkan dengan tehnik meja bundar rata-ratanya(mean) adalah 72,4, nilai

H terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas layanan (X) terhadap loyalitas nasabah (Z). Tingkat signifikan α yang

Dibuat Untuk Syarat Dalam Penyelesaian Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik.. Oleh : Erfin Saputra 0612

The European project SIG-GLUE, the “Special Interest Group for Game-based Learning in Universities and lifElong Learning” (www.sig-glue.net) tries to bring together experts

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peningkatan jumlah nasabah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Adanya kenaikan jumlah nasabah pada tiap tahunnya disebabkan