• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Mandiri Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Mandiri Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

RESPON PESERTA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

SOSIAL (BPJS) KESEHATAN MANDIRI TERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH LUKAS HILISIMAETANO KABUPATEN

NIAS SELATAN

O L E H :

RIASAPTA OKTAVIA LEY

110902085

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah : “RESPON PESERTA BADAN PENNYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN MANDIRI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUKAS HILISIMAETANO KABUPATEN NIAS SELATAN”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orangtua tersayang, Bapak (Asabudy Ley ) dan Mama (Rita Harefa) yang selama ini telah banyak memberikan kasih sayang, nasehat, dukungan, waktu, tenaga serta banyak doa dalam membesarkan, mendidik dan membimbing penulis sampai detik ini. Tidak ada yang bisa saya katakan untuk membalas kebaikan mereka, semoga sehat-sehat terus dan panjang umur. Tuhan Yesus memberkati.

(3)

ii

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang selalu sabar dan memberikan waktu dalam membimbing peneliti menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Adekku satu-satunya, Demas Agatha Ley yang telah memberi perhatian, dukungan dan motivasi selama ini kepada penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses meraih cita-cita. Tuhan Yesus memberkati.

6. Om dan Tante di keluarga besar Ley yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat dukungan, perhatian, kasih sayang, nasehat dan doanya selama ini. Semoga sehat selalu, murah rezeki dan panjang umur. Tuhan Yesus memberkati.

7. Adek-adek sepupuku tersayang Jonas, Richard, Andri, Cindy, Dewi, Jimmy dan semua adek sepupuku di keluarga besar Ley yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat dukungan, motivasi, kasih sayang, perhatian dan doanya selama ini. Sukses buat adek-adek semuanya, Tuhan Yesus memberkati.

(4)

iii

9. Kak Ayu Febrina Panjaitan dan Kak Tika Simanjuntak, teman sekost, teman sepergaulan dan sepergalauan, teman nongkrong yang selalu sehati dan tidak ada duanya. Terimakasih buat suka duka, dukungan semangat, perhatian, kepercayaan dan doanya selama ini. Sukses buat kita, aku sayang kalian berdua. Tuhan Yesus memberkati.

10. Teman-teman sedoping, Cindy, Feby, Heriana, Henny, Andri, Anugerah, Felix, terimakasih buat dukungan dan semangat kepada peneliti pada masa-masa bimbingan penyelesaian skripsi ini. Semangat buat teman-teman yang masih berjuang dalam penyelesaian skripsinya, sukses buat kita semua. 12. Teman-teman terbaik peneliti di Kesos 2011, Bang Guster, Hera, Risca, Kak

Arina, Kak Dewi, Kak Rachel, Bang Mario, terimakasih sudah diajarin main Truth or Dare dan main UNO, terimakasih atas kebersamaannya selama perkuliahan, dukungan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. Aku sayang kalian, sukses buat kita semua.

13. Senior stambuk 2009 dan 2010 serta Junior stambuk 2012 dan 2013 di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan bantuan dan dukungan semangat kepada peneliti selama penyelesaian skripsi ini.

14. Dokter Hendrik Saragih selaku Direktur RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan yang telah banyak memberikan nasehat dan membantu penulis pada saat penelitian skripsi ini.

(5)

iv

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut memberikan dukungan, bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan kemurahan hati Bapak/Ibu, Saudara/i sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, April 2015 Penulis

(6)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAK... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 14

1.3. Tujuan Penelitian... 15

1.4. Manfaat Penelitian... 15

1.5. Sistematika Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon... 17

2.1.1. Pengertian Respon... 17

2.1.2. Proses Terjadinya Respon... 18

2.1.3.Indikator Respon... 19

2.2. Jaminan Sosial... 22

2.3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)... 23

2.3.1. Prinsip Penyelenggaraan... 23

2.3.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial... 24

2.4. BPJS Kesehatan... 25

2.4.1. Sejarah Singkat BPJS Kesehatan... 25

2.4.2. Landasan Hukum... 28

(7)

vi

2.4.4. Kepesertaan BPJS Kesehatan... 30

2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 32

2.5.1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 32

2.5.2. Manfaat JKN BPJS Kesehatan... 33

2.6. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan JKN... 35

2.6.1. Ketentuan Umum ... 35

2.6.2. Prosedur Pelayanan ... 39

2.7. Pelayanan Kesehatan... 41

2.7.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan... 41

2.7.2. Manfaat Pelayanan Kesehatan... 42

2.7.3. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan... 42

2.7.4. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan... 43

2.7.5. Indikator Pelayanan Kesehatan... 45

2.8. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan RSUD Lukas Hilisimaetano... 46

2.9. Kesejahteraan Sosial... 47

2.10. Kerangka Pemikiran... 49

2.11. Definisi Konsep dan Definisi Operasional... 52

2.11.1 Definisi Konsep... 52

2.11.2. Definisi Operasional... 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian... 56

3.2. Lokasi Penelitian... 56

3.3. Populasi Penelitian... 57

3.4. Sampel Penelitian... 57

3.5. Teknik Pengumpulan Data... 58

(8)

vii BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis ... 61

4.2. Sejarah RSUD Lukas Hilisimaetano... 62

4.3. Visi dan Misi... 64

4.4. Struktur Organisasi RSUD Lukas Hilisimaetano... 64

4.5. Kegiatan RSUD Lukas Hilisimaetano... 70

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Pengantar... 75

5.2. Karakteristik Umum Responden... 76

5.3. Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri Terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 84

5.3.1. Persepsi... 84

5.3.2. Sikap... 97

5.3.3. Partisipasi... 107

5.4. Analisis Data Kuantitatif 121 5.4.1. Persepsi Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 123

5.4.2. Sikap Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 124

5.4.3. Partisipasi Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano...125

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan... 127

6.2. Saran... 129

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jabatan Struktural Struktur Organisasi RSUD Lukas

Hilisimaetano... 69

Tabel 4.2. Jabatan Fungsional Struktur Organisasi RSUD Lukas Hilisimaetano... 70

Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin... 76

Tabel 5.2. Distribusi Responden berdasarkan Usia... 77

Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan... 78

Tabel 5.4. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan... 79

Tabel 5.5. Distribusi Responden berdasarkan Agama... 80

Tabel 5.7. Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan... 82

Tabel 5.8. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Kunjungan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 83

Tabel 5.9. Distribusi berdasarkan Informasi Awal tentang RSUD Lukas Hilisimaetano Memberikan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan Mandiri ... 85

Tabel 5.10 Distribusi berdasarkan Pemahaman tentang Arti Pelayanan Kesehatan... 87

Tabel 5.11. Distribusi berdasarkan Pengetahuan tentang Jenis-jenis Kegiatan Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 89

Tabel 5.12. Distribusi berdasarkan Pengetahuan tentang Manfaat Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano... 90

Tabel 5.13. Distribusi terhadap Pemahaman tentang Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan... 92

(10)

ix

Tabel 5.15. Distrbusi berdasarkan Tanggapan Secara Keseluruhan tentang

Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan... 95

Tabel 5.16. Distribusi berdasarkan Proses Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta di RSUD Lukas Hilisimaetano... 99

Tabel 5.17. Distribusi berdasarkan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Sudah Sesuai dengan Kebutuhan Peserta... 101

Tabel 5.18. Distribusi berdasarkan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan telah Berhasil Meningkatkan Kesejahteraan Peserta... 103

Tabel 5.19. Distribusi berdasarkan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan telah Berhasil Meningkatkan Kepuasan Peserta... 105

Tabel 5.20. Distribusi dalam Memilih RSUD Lukas Hilisimaetano untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan... 107

Tabel 5.21. Distribusi berdasarkan Intensitas Konsultasi Medis... 109

Tabel 5.22. Distribusi dalam Memanfaatkan Laboratorium... 111

Tabel 5.23. Distribusi dalam Mengikuti Intruksi dan Resep Dokter... 113

Tabel 5.24. Distribusi dalam Memberikan Tanggapan dan Saran... 114

Tabel 5.25. Distribusi tentang Tindakan terhadap Sarana dan Prasarana ... 116

Tabel 5.26. Distribusi tentang Tindakan terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Peserta... 118

(11)

x

DAFTAR BAGAN

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Riasapta Oktavia Ley

NIM : 110902085

ABSTRAK

Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Masalah kesehatan di Indonesia sangat rentan dihadapi oleh masyarakat miskin. Derajat kesehatan masyarakat miskin tergolong rendah, diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Keadaan tersebut membuat pemerintah membentuk suatu asuransi ataupun jaminan sosial untuk menjamin seluruh rakyat dalam menghadapi resiko yang disebabkan oleh gangguan kesehatan. Bentuk jaminan sosial yang terbaru di Indonesia adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program JKN bagi peserta BPJS Kesehatan adalah RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan. Pelayanan kesehatan ini tentu akan memunculkan respon peserta, yang dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap peserta akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan.

Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif, yaitu membuat gambaran menyeluruh tentang bagaimana respon peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Penelitian ini dilakukan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan dengan responden berjumlah 52 orang. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner dan wawancara dengan responden. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, memeriksa data dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pelayanan kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano mendapat respon positif dari peserta BPJS Kesehatan Mandiri dengan nilai 0,38. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,58, sikap dengan nilai 0,56 dan partisipasi dengan nilai -0,01. Peserta berharap pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan mutu pelayanannya.

(14)

xiii UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITIC SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Riasapta Oktavia Ley NIM : 110902085

ABSTRACT

One indicator of health status that can be seen from the number of Maternal Mortality Rate (MMR). Based on recent data obtained from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in September 2013, the MMR reached 359 / 100,000 live births. Health problems in Indonesia is very vulnerable faced by the poor. Poor health status is low, caused by the difficulty of access to health services. These circumstances make the government establish an insurance or social security to ensure that all people in the face of the risks caused by health problems. The latest form of social security in Indonesia is a Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) which provides health insurance for people who become participants BPJS Health. One hospital that participated implement programs JKN for participants of BPJS Health is Regional Public Hospital Lukas Hilisimaetano South Nias Regency. The health service would bring participants' responses, as seen from the three variables: perceptions, attitudes and participation. Given this condition, each participant will give a different response to the health services provided by the Hospital. This study aims to determine the participant's response to the Independent Health BPJS Health Care in Regional Public Hospital Lukas Hilisimaetano South Nias Regency.

The research methodusesdescriptiveresearch, whichmakesthe overall pictureof howthe responseof independents participantsBPJSHealth. This research

was conductedin Regional Public HospitalsLukasHilisimaetanoSouthNiasRegencywiththe respondent amounted

to52people. The technique of collectingdata throughobservation, questionnairesandinterviewswiththe respondents. While the methodsof analysis usedisdescriptive, examined datafromrespondents, thensearchedthe frequencyandpercentageforarrangedin the form ofa single tableas well asfurther describedqualitativelyandusing a Likert scaletomeasurethe variables.

Based on the data that has been collected and analyzed, it can be concluded that the average health care in Regional Public Hospitals Lukas Hilisimaetano received a positive response from the participants BPJS Mandiri with a value of 0.38. Consisting of perception with values of 0.58, 0.56 and attitudes to the value of participation by the value -0.01. Participants expect the health service needs to be improved quality of service.

(15)

xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Riasapta Oktavia Ley

NIM : 110902085

ABSTRAK

Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Masalah kesehatan di Indonesia sangat rentan dihadapi oleh masyarakat miskin. Derajat kesehatan masyarakat miskin tergolong rendah, diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Keadaan tersebut membuat pemerintah membentuk suatu asuransi ataupun jaminan sosial untuk menjamin seluruh rakyat dalam menghadapi resiko yang disebabkan oleh gangguan kesehatan. Bentuk jaminan sosial yang terbaru di Indonesia adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program JKN bagi peserta BPJS Kesehatan adalah RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan. Pelayanan kesehatan ini tentu akan memunculkan respon peserta, yang dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap peserta akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan.

Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif, yaitu membuat gambaran menyeluruh tentang bagaimana respon peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Penelitian ini dilakukan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan dengan responden berjumlah 52 orang. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner dan wawancara dengan responden. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, memeriksa data dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata pelayanan kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano mendapat respon positif dari peserta BPJS Kesehatan Mandiri dengan nilai 0,38. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,58, sikap dengan nilai 0,56 dan partisipasi dengan nilai -0,01. Peserta berharap pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan mutu pelayanannya.

(16)

xiii UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITIC SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Riasapta Oktavia Ley NIM : 110902085

ABSTRACT

One indicator of health status that can be seen from the number of Maternal Mortality Rate (MMR). Based on recent data obtained from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in September 2013, the MMR reached 359 / 100,000 live births. Health problems in Indonesia is very vulnerable faced by the poor. Poor health status is low, caused by the difficulty of access to health services. These circumstances make the government establish an insurance or social security to ensure that all people in the face of the risks caused by health problems. The latest form of social security in Indonesia is a Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) which provides health insurance for people who become participants BPJS Health. One hospital that participated implement programs JKN for participants of BPJS Health is Regional Public Hospital Lukas Hilisimaetano South Nias Regency. The health service would bring participants' responses, as seen from the three variables: perceptions, attitudes and participation. Given this condition, each participant will give a different response to the health services provided by the Hospital. This study aims to determine the participant's response to the Independent Health BPJS Health Care in Regional Public Hospital Lukas Hilisimaetano South Nias Regency.

The research methodusesdescriptiveresearch, whichmakesthe overall pictureof howthe responseof independents participantsBPJSHealth. This research

was conductedin Regional Public HospitalsLukasHilisimaetanoSouthNiasRegencywiththe respondent amounted

to52people. The technique of collectingdata throughobservation, questionnairesandinterviewswiththe respondents. While the methodsof analysis usedisdescriptive, examined datafromrespondents, thensearchedthe frequencyandpercentageforarrangedin the form ofa single tableas well asfurther describedqualitativelyandusing a Likert scaletomeasurethe variables.

Based on the data that has been collected and analyzed, it can be concluded that the average health care in Regional Public Hospitals Lukas Hilisimaetano received a positive response from the participants BPJS Mandiri with a value of 0.38. Consisting of perception with values of 0.58, 0.56 and attitudes to the value of participation by the value -0.01. Participants expect the health service needs to be improved quality of service.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dunia saat ini memberikan tempat dan perhatian tinggi bagi kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar dan menjadi tolak ukur untuk melihat kemajuan sebuah negara. Selain itu, kesejahteraan sosial juga perlu diwujudkan oleh negara karena merupakan hak setiap masyarakat dimana setiap individu, kelompok atau masyarakat mendapatkan kehidupan yang layak serta bermartabat agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Kesejahteraan sosial dianggap penting karena pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Kualitas hidup bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi penerus cita-cita bangsa yang kelak akan menentukan masa depan bangsa di masa mendatang.

(18)

2

kehidupan. Sehingga, apa yang diharapkan dari kehidupan bermasyarakat akan terwujud secara baik, adil dan merata.

Salah satu aspek kehidupan masyarakat yang masih menjadi masalah pada masa sekarang ini adalah kesehatan. Kesehatan erat kaitannya dengan kemiskinan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat dalam hal ini, khususnya masyarakat miskin sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang menganggu kesehatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh, antara lain : kurangnya gizi dalam makanan yang dikonsumsi, lingkungan pemukiman yang tidak sehat, perilaku kesehatan yang buruk, pengetahuan tentang konsep sehat yang kurang, serta biaya pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga yang kurang.

Kesehatan juga mempengaruhi kemiskinan. Kesehatan masyarakat sangat penting untuk diperhatikan sebab konsep ‘sehat’ itu mahal harganya. Kesehatan masyarakat yang baik akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang yang sehat akan berpikiran lebih maju, tingkat produktivitas kerja yang tinggi, rendahnya kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya, sehingga pengeluaran untuk berobat pun semakin berkurang. Masyarakat yang sehat juga sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat sakit, tentu mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif, artinya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah.

(19)

3

manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat mendukung pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggi tentu akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini dikarenakan salah satu indikator masyarakat dikatakan sejahtera adalah dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi negaranya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwasanya kesehatan merupakan unsur yang penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga merupakan unsur yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupannya. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia yang belum mencapai derajat kesehatan yang memenuhi standar. Terutama masyarakat Indonesia yang miskin, kurang mampu dan hidup di daerah terpencil sangat jauh dari konsep sehat yang sesungguhnya.

Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan mengenai AKI di Indonesia. SDKI memberikan hasil AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI tahun 2007 yang mencatat angka 228/100.000 kelahiran hidup (www.beritasatu.com /kesra/1474343-angka-kematian-ibu-dan - bayi - meningkat- tajam.html

Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), AKI di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di

(20)

4

peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000 kelahira

Dewasa ini, kesehatan Indonesia masih mencari-cari bentuk yang ideal dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku dan budaya di satu sisi menyulitkan pemerintah untuk dapat mengakses daerah-daerah terpencil di pedalaman Indonesia. Padahal sistem pelayanan kesehatan yang diinginkan adalah pelayanan kesehatan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Selama ini pelayanan kesehatan hanya dapat diakses di daerah-daerah yang terjangkau dan dekat dari kota. Selain itu, tenaga kesehatan yang kurang profesional juga menjadi penghalang terwujudnya sistem pelayanan kesehatan yang baik.

(21)

5

Sekarang ini pelayanan kesehatan menjadi sangat mahal, salah satunya disebabkan oleh berbagai peralatan canggih baik pada negara maju maupun negara berkembang. Hal ini memberikan dampak makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, namun di lain pihak ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Adapun berbagai masalah tersebut, antara lain : kurangnya alokasi dana Angggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk bidang kesehatan. Selain itu, penyebaran dana yang tidak sesuai karena kebanyakan beredar di daerah perkotaan, padahal kebanyakan penduduk kebanyakan bertempat tinggal di daerah pedesaan khususnya di negara berkembang. Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga menjadi masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia. Hal ini mencakup pemanfaatan dana yang lebih besar di bidang kedokteran dibanding pemanfaatan dana untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal jika ditinjau pemanfaatan dana untuk pelayanan kesehatan masyarakat jauh lebih efektif untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat (Azwar, 1996 : 130).

(22)

6

kesehatan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dibiayai oleh pemerintah. Sasaran dari program ini adalah khusus bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan ASKESKIN tidak berjalan sesuai dengan standar prosedur pelaksanaan asuransi sosial pada umumnya. Dalam pelaksanaannya ASKESKIN memiliki sejumlah kelemahan yaitu masalah kepesertaan dimana tidak lengkapnya data tentang jumlah dan identitas masyarakat miskin yang dijamin oleh ASKESKIN. Masalah lainnya yaitu keterlambatan pembayaran dana oleh pemerintah (Departemen Kesehatan RI) dikarenakan tidak tersedianya dana yang cukup untuk membayar klaim. Hal lainnya yang menjadi kelemahan program ini adalah dari segi manfaat pelayanan yang cenderung luas dan tidak ada batasan, sehingga tidak memprioritaskan pelayanan bagi masyarakat miskin (http:// www. pamjaki. org/ pamjaki-266 /askeskin –

(23)

7

kaya, meski cenderung memilih pelayanan kesehatan swasta dibandingkan milik pemerintah, tetap saja menggunakan layanan kesehatan pemerintah. Akibatnya semakin banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan layanan kesehatan karena tidak mampu berobat Januari 2015 pukul 23:53 WIB).

Pelayanan program JAMKESMAS yang belum tepat sasaran, memunculkan program jaminan kesehatan lain yaitu Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). JAMKESDA merupakan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan, baik itu JAMKESMAS, ASKES dan jaminan kesehatan lainnya. Akan tetapi, lagi-lagi program jaminan kesehatan yang dibentuk masih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akses pelayanan kesehatan yang diberikan JAMKESDA tidak menjangkau seluruh Indonesia mengingat peserta program JAMKESDA hanya mendapatkan keuntungan di daerahnya sendiri. Sehingga, pelayanan kesehatan yang dinikmati oleh masyarakat sangat terbatas.

(24)

8

menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.

Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia yang tidak memenuhi standar, sudah seharusnya pemerintah segera mengambil tindakan yang tepat untuk menjawab seluruh permasalahan kesehatan yang ada. Pasal 28 H UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga Indonesia berhak mendapatkan hidup sejahtera lahir dan batin, memiliki tempat tinggal dan memperoleh lingkungan hidup yang baik, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan berhak atas jaminan sosial. Pasal 34 ayat 2 dalam UUD 1945 juga tercantum bahwa pengembangan jaminan sosial, penyediaan fasilitas umum yang layak merupakan tanggung jawab negara.

(25)

9

yang disahkan oleh Presiden Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Undang-undang ini menjadi awal yang baik dengan harapan banyak pihak, tudingan Indonesia sebagai ‘negara tanpa jaminan sosial’ akan segera lenyap dan menjawab segala permasalahan yang ada.

JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 sesuai dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama ASKES dikelola oleh PT. ASKES Indonesia, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sasaran dari program JKN ini terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya, atau seluruh rakyat biasa. Menurut info BPJS Kesehatan, jumlah masyarakat Indonesia yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat. Tanggal 24 Oktober 2014, jumlah peserta JKN sudah mencapai 130 juta lebih. Diperkirakan, akhir tahun 2014 jumlah ini terus meningkat dan memenuhi target BPJS Kesehatan sebanyak 131 juta jiwa. (http://www.berita satu.com /kesehatan /221502-lebih-130-juta- penduduk- indonesia- jadi-peserta-jkn.html diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 17:02 WIB).

(26)

10

yang sudah melampaui 440 persen dari target. Pada awal pelaksanaannya tidak dapat dipungkiri masih terdapat beberapa kendala, khususnya pada pelayanan kesehatan untuk peserta BPJS mengingat adanya perubahan pada sistem rujukan dan pola tarif yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Bahkan sampai saat ini masih ada beberapa elemen masyarakat yang mempertanyakan tentang BPJS Kesehatan. Kendala lainnya adalah sebaran rumah sakit pemerintah maupun swasta yang tidak merata antar kabupaten/kota dan distribusi tenaga kesehatan khususnya dokter dan dokter spesialis tanggal 14 Februari 2015 pukul 17:16 WIB).

Salah satu daerah di Sumatera Utara yang tingkat permasalahan kesehatannya cukup tinggi, yaitu Pulau Nias. Nias adalah wilayah kepulauan dengan kondisi geografi yang penuh tantangan. Kondisi geografis Pulau Nias, keterbatasan peralatan kesehatan dan sumber daya manusia, keterbatasan dana juga memberi kontribusi pada masalah-masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah perbatasan tersebut. Kondisi ini juga sangat berpengaruh pada akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. (http:// www. antaranews. com / berita/462734/ mewujudkan – masyarakat – pulau - nias- yang- sehat

(27)

11

kurang. Berdasarkan survei Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Nias dan Nias -Selatan termasuk dua daerah di Kepulauan Nias yang menempati peringkat tertinggi gizi buruk yakni Kabupaten Nias 13,3 % dan Nias Selatan 10,1 %

Rata-rata masyarakat yang tinggal di desa dan jauh dari jangkauan transportasi kondisi mereka sangat memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada terbatasnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kondisi ini dilihat dari banyaknya ibu-ibu di desa-desa di Gomo, Kab. Nias Selatan dan mungkin saja kabupaten lain di pulau Nias tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap. Jangankan lengkap, bahkan banyak diantara mereka yang sama sekali tidak mendapat imunisasi selama kehamilan. Padahal ibu-ibu hamil sangat membutuhkan imunisasi secara lengkap dan teratur. Begitu juga setelah lahir harusnya si bayi juga mendapat imunisasi lengkap namun hingga beranjak balita dan anak-anak mereka masih juga belum mendapat imunisasi. (http://www.kotibnadsu.com/ kondisi – kesehatan-masyarakat - di-pedalaman-pulau-nias-masih-memprihatinkan diakses pada tanggal 14 Januari 2015 pukul 22:15 WIB).

(28)

12

identitas masyarakat miskin di daerahnya sehingga penyaluran dana jaminan kesehatan tidak tepat sasaran. Kebanyakan masyarakat yang menikmati program ini adalah lapisan masyarakat menengah ke atas, sebaliknya lapisan masyarakat bawah yang seharusnya menjadi sasaran program ini tidak seluruhnya menikmati akses pelayanan kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah.

JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan merupakan program jaminan kesehatan terbaru di Indonesia. Program ini dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, tidak terkecuali di daerah terpencil termasuk Pulau Nias. Program ini memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas / Rumah Sakit / Klinik Umum. Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program JKN bagi peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Nias Selatan adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan.

RSUD Lukas Hilisimaetano adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. RSUD ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Jumlah tenaga dokter di RSUD ini tersedia sangat sedikit jika dibandingkan rata-rata Rumah Sakit di Sumatera Utara. Dokter yang tersedia sebagian besar adalah dokter umum, sedangkan dokter spesialis sangat sedikit bahkan hampir tidak ada dokter untuk kategori spesialisasi kedokteran.

(29)

13

Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL). Pelayanan kesehatan di RSUD diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program JKN ini masih diwarnai dengan banyaknya persoalan, antara lain kepesertaan yang belum menyeluruh. Masih banyak masyarakat Nias Selatan yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dari pihak BPJS mengenai kepesertaan wajib bagi seluruh masyarakat Nias Selatan.

Pihak RSUD Lukas Hilisimaetano sebagai rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Nias Selatan berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi seluruh masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan disana sini, antara lain kurangnya tenaga medis seperti dokter umum dan spesialis, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya, serta sarana dan prasarana kesehatan RSUD yang tidak lengkap. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan pihak RSUD belum memenuhi standar pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Selain itu, persediaan obat-obatan yang kurang lengkap juga menjadi permasalahan yang serius dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Nias Selatan.

(30)

14

pekerjaan mandiri, pelayanan kesehatan RSUD Lukas Hilisimaetano yang kurang baik akan merugikan mereka. Hal ini disebabkan para peserta BPJS Kesehatan Mandiri membayar iuran wajib peserta/orang/bulan. Iuran ini dibayar sesuai dengan kemampuan membayar dan ruang kelas perawatan yang dipilih oleh peserta. Jadi, peserta akan merasa dirugikan jika harus membayar iuran wajib peserta/orang/bulan sedangkan pihak RSUD tidak maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana RSUD Lukas Hilisimaetano sebagai salah satu partner BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan program JKN yang memberikan pelayanan kesehatan jenjang kedua bagi peserta BPJS Kesehatan, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Hasil dari penelitian ini akan dituangkan dalam penelitian berjudul “Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

(31)

15 1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program JKN yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Nias Selatan.

2. Memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana program JKN dengan mengetahui respon peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Lukas Hilisimaetano Kab. Nias Selatan. Dengan demikian, program JKN ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik dari sebelumnya.

3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

(32)

16

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(33)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

2.1.1 Pengertian Respon

Respon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tanggapan, reaksi atau jawaban. Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut Darl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atas sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat (Adi, 1994 : 105).

Respon adalah istilah yang digunakan ole reaksi terhada diwujudkan dalam bent perangsangan. Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang

dipasangkan denga

Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan ata membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan 20:45 WIB).

(34)

18

oleh panca indera. Kemudian diikuti oleh reaksi yang diwujudkan dalam tindakan atau bentuk perilaku terhadap rangsangan yang diterima tersebut.

2.1.2 Proses Terjadinya Respon

Beberapa gejala terjadinya respon yaitu dimulai dari pengamatan sampai berpikir. Gejala tersebut menurut Suryabrata adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini merupakan bagian dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran.

2. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya.

3. Bayangan editik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan.

(35)

19

bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian

2.1.3 Indikator Respon

Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensorik information). Sedangkan menurut Morgan, King, dn Robinson menunjukkan bagaiman kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita dengan kata lain persepsi dapat juga dididefinisikan sebagai gejala suatu yang dialami manusia. Berdasarkan uraian diatas, William James mengatakan persepsi terbentuk atas data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita. Diperoleh dari pengelolaan ingatan (memory) kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita lihat (Adi, 1994 : 105).

(36)

20

Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima panca indera (hal ini dinamakan sensasi), kemudian stimulus diantar ke otak di mana ia dikodekan serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadari. Ada yang mengatakan bahwa persepsi merupakan stimulus yang ditangkap oleh pancaindera individu, lalu diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diindera itu. Ada yang dengan singkat mengatakan persepsi adalah memberikan makna pada stimulus inderawi. Jadi, persepsi merupakan suatu proses (Maramis, 2006 :15-16).

Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu. Sikap penting sekali karena ia memengaruhi tindakan. Perilaku seseorang juga sering ditentukan oleh sikap mereka. Konsep lain yang terkait erat dengan sikap adalah keyakinan, atau pernyataan-pernyataan yang dianggap benar oleh seseorang (Severin & Tankard, 2008 : 177).

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang. Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan kognitifnya.

1. Affective component (komponen afektif) terdiri dari emosi dan perasaan seseorang terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif atau negatif. 2. Behavioral component (komponen behavioural) adalah cara orang bertindak

dalam merespons stimulus.

(37)

21

Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari : sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Dan sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (http://www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pukul 23:48 WIB).

Pengukuran sikap dapat diketahui melalui : 1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi (Mueller, 1996 : 4).

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting dalam mengukur suatu respon. Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Partisipasi juga merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut memengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung memengaruhi kehidupan mereka (Theodorson dan Sumarto dalam Sulaeman, 2012 : 76).

Terdapat kondisi-kondisi yang mendukung dan menghambat partisipasi. Adapun kondisi-kondisi yang mendukung partisipasi adalah :

1. Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting.

(38)

22

4. Orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya.

5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. (Ife dan Tesoriero dalam Sulaeman, 2012 : 77).

2.2 Jaminan Sosial

Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menyatakan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Tidak ada definisi tentang jaminan sosial yang bisa diterima dan diterapkan secara umum. Penjelasan yang paling sering digunakan adalah seluruh rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang muncul karena gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak (Rys, 2011 : 23).

(39)

23

sosial sangat penting dalam mewujudkan kondisi kesejahteraan sosial suatu bangsa.

Jaminan sosial merupakan suatu sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan (income maintenance). Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara kesejahteraan berdasarkan prinsip bahwa negara harus berusaha dan mampu menjamin adanya jaring pengaman pendapatan (financial safety net) atau pemeliharaan pendapatan (income maintenance) bagi mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Suharto, 2008 : 15-16).

2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS ini terdiri dari :

a. BPJS Ketenagakerjaan; dan b. BPJS Kesehatan

2.3.1 Prinsip Penyelenggaraan

(40)

24 a. Kegotongroyongan;

b. Nirlaba; c. Keterbukaan; d. Kehati-hatian; e. Akuntabilitas; f. Portabilitas;

g. Kepesertaan bersifat wajib; h. Dana amanat; dan

i. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

2.3.2 Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Berdasarkan Undang-Undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, adapun tugas dari BPJS sebagai berikut :

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;

b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja; c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;

e. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;

f. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

(41)

25 2.4 BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

2.4.1 Sejarah Singkat BPJS Kesehatan

Pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.

(42)

26

Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat sejak lama sudah dibentuk dan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pelaksanaan jaminan sosial ini kemudian berubah-ubah sistem pelaksanaannya, namun tetap pada tujuan awal yaitu menjamin kesehatan seluruh masyarakat. Selain itu, masih terbatasnya akses kepesertaan bagi seluruh masyarakat juga mempengaruhi perubahan pada pelaksanaan program jaminan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia secara adil dan merata. Berikut ini alur pelaksanaan jaminan kesehatan di Indonesia :

1. Pada ta

jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.

2. Pada ta

(43)

27

3. Pada ta

kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.

4. Pada ta

status Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.

5. Pada tahun 2001, Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengarahkan Sekretaris Wakil Presiden RI membentuk Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pokja SJSN).

6. Pada ta

Departemen Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM/ASKESKIN). Dasar Penyelenggaraan :

a. UUD 1945

b. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan

c. UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(44)

28 Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :

a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong royong sehingga terjadi subsidi silang.

b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.

e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta. f. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan

prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

7. Pada ta berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

2.4.2 Landasan Hukum

Landasan Hukum BPJS Kesehatan : 1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(45)

29 2.4.3 Visi dan Misi BPJS Kesehatan

a. Visi BPJS Kesehatan

“Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya”.

b. Misi BPJS Kesehatan

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan JKN.

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.

(46)

30 2.4.4 Kepesertaan JKN BPJS Kesehatan

Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi : a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat

6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah.

b. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan.

c. Peserta PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. d. Peserta Non PBI Jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan

anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pesera Non PBIJaminan Kesehatan, terdiri dari : 1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

a) Pegawai Negeri Sipil; b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri; d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri; f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

(47)

31

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. 3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya

a) Investor; b) Pemberi Kerja;

c) Penerima Pensiun, terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;

5. Penerima pensiun lain; dan

6. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun.

d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan;

f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan

(48)

32

Pengertian Peserta BPJS kesehatan mandiri adalah mereka yang membayar premi atau iuran sendiri, bukan atas tanggungan perusahaan atau pemerintah bagi warga miskin. Peserta ini merupakan Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI), tergolong ke dalam Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya. Peserta BPJS Kesehatan mandiri ini dibagi dalam tiga katagori, yakni:

a. Kelas I dengan premi yang harus dibayar Rp59.500/orang/bulan; b. Kelas II dengan premi yang harus dibayar Rp.42.500/orang/bulan; c. Kelas III dengan premi yang harus dibayar Rp.25.500/orang/bulan.

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.5.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuan penyelenggaraan JKN untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

(49)

33

a. Dana amanat dan nirlaba dengan manfaat untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional.

c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas. d. Efisien, transparan dan akuntabel.

Adapun tujuan dan sasaran dari program JKN ini adalah : 1. Tujuan Umum

Pelaksanaan Program JKN untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2. Sasaran

Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program JKN ini adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah (pusat dan daerah), BPJS, fasilitas kesehatan, peserta dan pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program JKN (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional).

2.5.2 Manfaat JKN BPJS Kesehatan

Adapun manfaat program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan sebagai berikut :

(50)

34 a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:

a. Rawat jalan, meliputi: 1. Administrasi pelayanan

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5. Pelayanan alat kesehatan implant

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7. Rehabilitasi medis

8. Pelayanan darah

9. Pelayanan kedokteran forensik

10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi:

(51)

35 2. Perawatan inap di ruang intensif

c. Akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu sesuai rekomendasi dokter.

2.6 Tatalaksana Pelayanan Kesehatan JKN

2.6.1 Ketentuan Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, adapun yang menjadi ketentuan umum dalam tatalaksana pelayanan kesehatan adalah :

1. Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi: a. Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yaitu pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) yaitu pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari,

(52)

36

lanjutan sebagai rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis, dan/atau pelayanan medis lainnya termasuk konsultasi psikologi tanpa menginap di ruang perawatan; dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) yaitu pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan/atau pelayanan medis lainnya termasuk konsultasi psikologi, yang dilaksanakan pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dimana peserta atau anggota keluarganya dirawat inap di ruang perawatan paling singkat 1 (satu) hari,

c. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan, dan

d. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri.

2. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medis yang diperlukan.

3. Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu (kegawatdaruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

(53)

37

5. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

6. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk.

7. Program Rujuk Balik (PRB) pada penyakit-penyakit kronis (diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus Eritematosus) wajib

dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis.

8. Rujukan partial dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan dan biayanya ditanggung oleh fasilitas kesehatan yang merujuk.

9. Kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP harus diselesaikan secara tuntas di FKTP, kecuali terdapat keterbatasan SDM, sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

(54)

38

dan pembayaran iuran peserta JKN dan selanjutnya menunjukkan nomor identitas peserta JKN selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum.

11. Pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat (ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat dengan pertimbangan BPJS Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan) dan peserta memerlukan pelayanan kesehatan, maka peserta diberikan kompensasi oleh BPJS Kesehatan. Pemberian kompensasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 12. Dalam hal tidak terdapat dokter spesialis pada suatu daerah dimungkinkan

untuk mendatangkan dokter spesialis di FKRTL dengan persyaratan teknis dan administratif yaitu :

a. Diketahui oleh Dinas Kesehatan dan BPJS setempat. b. Transportasi tidak bisa ditagihkan.

c. Menggunakan pola pembayaran INA-CBGs sesuai dengan kelas FKRTL dokter.

(55)

39

disediakan oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Jenis obat, fasilitas kesehatan yang melayani program tersebut, mekanisme distribusi obat, diatur sesuai dengan ketentuan masing-masing program.

2.6.2 Prosedur Pelayanan

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut :

1. Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

a. Setiap peserta harus terdaftar pada FKTP yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk memperoleh pelayanan.

b. Menunjukan nomor identitas peserta JKN.

c. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP.

d. Jika diperlukan sesuai indikasi medis peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di FKTP atau dirujuk ke FKRTL.

2. Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) a. Peserta datang ke Rumah Sakit dengan menunjukkan nomor identitas

peserta JKN dan surat rujukan, kecuali kasus gawat darurat, tanpa surat rujukan.

b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan pelayanan.

c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap sesuai dengan indikasi medis.

(56)

40

kunjungan berikutnya pasien langsung datang ke FKRTL (tanpa harus ke FKTP terlebih dahulu) dengan membawa surat keterangan dari dokter tersebut.

e. Apabila dokter spesialis/subspesialis memberikan surat keterangan rujuk balik, maka untuk perawatan selanjutnya pasien langsung ke FKTP membawa surat rujuk balik dari dokter spesialis/subspesialis.

f. Apabila dokter spesialis/subspesialis tidak memberikan surat keterangan sebagaimana dimaksud pada poin (d) dan (e), maka pada kunjungan berikutnya pasien harus melalui FKTP.

g. Fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara mandiri (sebagai bagian dari jejaring FKTP untuk pelayanan rehabilitasi medik dasar) atau bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

h. Pelayanan rehabilitasi medik di FKRTL dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.

i. Dalam hal rumah sakit belum memiliki dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik, maka kewenangan klinis dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik dapat diberikan kepada dokter yang selama ini sudah ditugaskan sebagai koordinator pada bagian/ departemen/ instalasi rehabilitasi medik rumah sakit, dengan kewenangan terbatas sesuai kewenangan klinis dan rekomendasi surat penugasan klinis yang diberikan oleh komite medik rumah sakit kepada direktur/kepala rumah sakit.

(57)

41

rehabilitasi medik kembali menjadi wewenang dan tanggung jawab dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.

3. Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency):

a. Pada keadaan kegawatdaruratan (emergency), seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) baik fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan atau belum bekerja sama, wajib memberikan pelayanan penanganan pertama kepada peserta JKN.

b. Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan menarik biaya kepada peserta.

c. Fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan harus segera merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

2.7 Pelayanan Kesehatan

2.7.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

(58)

42 a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) (Notoatmodjo, 2003 : 91).

2.7.2 Manfaat Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 53, manfaat pelayanan kesehatan yaitu :

a. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

2.7.3 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Ada 3 (tiga) macam strata pelayanan kesehatan, yaitu sebagai berikut : a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

(59)

43

bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Balkesmas.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit Tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga superspesialis. Contohnya di Indonesia Rumah Sakit Tipe A dan B (Notoatmodjo, 2003 : 89).

2.7.4 Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan

Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien.

Berikut syarat-syarat pelayanan kesehatan dalam rangka memuaskan pasien :

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pemberian pupuk organik cair dan perlakuan macam varietas tidak terjadi interaksi nyata terhadap rerata bobot kering biji per tanaman dapat dilihat pada

Makalah ini melaporkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui faktor risiko individu dan masyarakat serta gambaran pelayanan kesehatan terhadap kasus pereklampsia

Pada ketika itu, Kandungan Kurikulum Standard Sekolah Menengah (KSSM) telah dijajarkan bagi tujuan kegunaan pengajaran dan pembelajaran bagi memenuhi keperluan pembelajaran

Orangtua nyaman menitipkan putri kami di DN, selain kenyamanan kami juga merasakan nilai lebih dengan adanya program khusus Putri yaitu berupa skill “ kewanitaan ” seperti belajar

Implementasi monitoring dan evaluasi visi misi yang dilakukan di tingkat jurusan berjalan dan berhasil baik jika didukung oleh komitmen para pelaku, manajemen

Bagi Bidan Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan, dapat dijadikan sebagai bahan referensi, sekaligus menjadi langkah awal untuk dilakukan kembali

KESI

Keuntungan lain dari material daktil adalah jika elemen struktur baja mendapat beban cukup maka akan terjadi defleksi yang cukup jelas sehingga dapat digunakan sebagai