PERJANJI AN KREDI T MODAL KERJA
Pada hari ini, Rabu, tanggal 28 November 2012, yang bertanda tangan di bawah ini:
1. I r.Sidarta, lahir di Jakarta, pada tanggal 25 Desember 1968, Swasta, Warga Negara
I ndonesia, pemegang KTP nomor 13.2009.5640.002, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Senopati Nomor 25, jabatannya sebagai Kepala Bagian Kredit dari Perseroan
yang akan disebut di bawah ini.
- Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut diatas dan sebagai demikian
untuk dan atas nama I r.Dahlan Purnomo yang bertindak selaku Direksi, berdasarkan Surat Kuasa Direksi tanggal 25 April 2000, Nomor 50 yang dibuat dihadapan Maharani, SH., MH., Notaris di Jakarta, dari dan karenannya sah mewakili Perseroan PT.BANK MANDI RI .
- Yang dalam hal ini disebut sebagai PI HAK PERTAMA selaku PEMBERI KREDI T
2. Tuan Adi Budiman,S.H., lahir di Jakarta pada tanggal 5 Desember 1972, Swasta,
Warga Negara I ndonesia, pemegang KTP Nomor 1053000459070003, bertempat tinggal di Bandung, Jalan Veteran Nomor 70, jabatannya sebagai Direktur Utama Perseroan yang akan disebut di bawah ini.
- Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut diatas dan sebagai demikian
untuk dan atas nama Perseroan PT.SERVO COAL SEJAHTERA, berkedudukan di Jakart a, yang dibuat dihadapan Alifa Dewi,SH.,M.Kn, Notaris, di Jakarta, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
I ndonesia tanggal 20 Agustus 2008 Nomor AHU-93166.AH.0102,Tahun 2008, yang akta pendirian dan Anggaran Dasar mana telah diumumkan dalam Berita Negara Republik I ndonesia tertanggal 21 Juni 2010 Nomor 7, Tambahan Berita Negara Republik I ndonesia Nomor 645.
- Berdasarkan pada pasal 12 Anggaran Dasar Perseroan, perseroa telah memperoleh
persetujuan dari para pemegang saham berdasarkan akta Risalah Rapat tanggal 25 September 2012 Nomor 70, yang dibuat dihadapan Mahadewa,SH.,M.Kn, Notaris di
Jakart a.
Para Pihak menerangkan terlebih dahulu : ---
Bahwa PI HAK PERTAMA dan PI HAK KEDUA untuk selanjutnya dapat disebut juga PARA PI HAK.
Bahwa PI HAK PERTAMA adalah Perseroan Terbatas yang bergerak dibidang perbankan, dan PI HAK KEDUA adalah Perseroan Terbatas yang bergerak dibidang
pertambangan. PI HAK PERTAMA adalah Bank yang bergerak di bidang jasa perbankan dan juga termasuk di dalamnya penyaluran kredit usaha modal kerja.
Bahwa mengingat kewajiban PI HAK KEDUA kepada PT.PRI MA KOMERSI AL LEASI NG CORP,Tbk dan CV.PRI MA JAYA, sedangkan pembayaran dari rekan kerjasama yaitu
PT.PRI MA BATUBARA ABADI baru akan dilaksanakan satu bulan setelah eksploitasi tambang maupun pengangkutan hasil tambangnya dilaksanakan, maka PI HAK KEDUA
membutuhkan tambahan modal kerja dalam rangka kerj asama operasional dengan PT.PRI MA BATUBARA ABADI untuk melakukan Eksploitasi tambang batubara di Kutai - Kalimantan Timur dan mengangkut hasil tambang batubara tersebut ke Pelabuhan di Bontang untuk dikapalkan.
Bahwa PI HAK KEDUA membutuhkan tambahan modal kerja dengan mengajukan permohonan kepada PI HAK PERTAMA yaitu bank langganannya yang telah lama
menjadi mitra kerja.
Bahwa mengingat track record PI HAK KEDUA sebagai nasabah dari PI HAK PERTAMA cukup baik dan termasuk nasabah prima, maka PI HAK PERTAMA bersedia untuk
memberikan kredit modal kerja sebesar yang disepakati dalam perjanjian ini.
Bahwa pemberian kredit oleh PI HAK PERTAMA kepada PI HAK KEDUA telah diperoleh
pengesahan dari kantor pusat Bank Mandiri di Jakar ta, berdasarkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit ( SPPK) tanggal 17 November 2012 Nomor 020/ SPPK/ KMK/ 11/ 2012.
Berdasarkan hal-hal yang diterangkan di atas, PARA PI HAK bertindak sebagaimana
tersebut di atas, telah setuju dan sepakat untuk membuat Perjanjian ini berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1 DEFI NI SI
Untuk keperluan Perjanjian Kredit, setiap istilah di bawah ini mempunyai arti sebagaimana diuraikan di bawah ini:
a. Agunan, berarti barang dan/ atau hak yang diserahkan oleh PI HAK KEDUA maupun oleh pihak lain kepada PI HAK PERTAMA yang digunakan untuk menjamin
sebab apa pun terutang dan wajib dibayar oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK
PERTAMA berdasarkan Perjanjian Kredit.
b. Akta Pemberian Jaminan, mempunyai arti sebagaimana didefinisikan dalam ayat 6.1 sub ( a) Pasal 6 Perjanjian Kredit.
c. Batas W aktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit, berarti periode penarikan dan/ atau penggunaan fasilitas kredit yang diijinkan oleh PI HAK PERTAMA kepada PI HAK KEDUA .
d. Dokumen Agunan, berarti dokumen pengikatan atas agunan, baik yang dibuat dalam akta otentik maupun akta di bawah tangan.
e. Fasilitas Kredit, berarti fasilitas atau fasilitas-fasilitas kredit yang disetujui oleh PI HAK PERTAMA untuk diberikan kepada PI HAK KEDUA sebagaimana diuraikan dalam Pasal 2 Perjanjian Kredit berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan- ket entuan
Perjanjian Kredit.
f. Hari Kerja, berarti hari pada waktu kantor cabang PI HAK PERTAMA set empat dibuka dan menyelenggarakan pelayanan umum.
g. Kejadian Kelalaian, berarti setiap tindakan atau peristiwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Perjanjian Kredit.
h. Lampiran, berarti lampiran atau lampiran-lampiran yang dilekatkan dan merupakan satu kesatuan serta menj adi bagian yang tidak terpisah dari Perjanjian Kredit yang berisi antara lain cara penarikan dan/ atau penggunaan serta ketentuan- ket entuan khusus untuk setiap Fasilitas Kredit.
i. Perjanjian Kredit, berarti perjanjian ini berikut segenap perpanjangan, pengubahan, dan/ atau penambahannya.
j. Penjamin, berarti pihak lain yang mengikatkan diri, guna kepentingan PI HAK PERTAMA untuk menanggung pemenuhan pembayaran kembali dengan tertib dan sebagaimana mestinya Utang manakala PI HAK KEDUA lalai memenuhi
kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit.
k. Tanggal Pembayaran Bunga, berarti tanggal saat PI HAK KEDUA wajib melakukan pembayar an bunga sebagaimana ditentukan lebih lanjut dalam Pasal 4.2. Perjanjian Kredit.
Pasal 2
JUMLAH DAN TUJUAN PENGGUNAAN FASI LI TAS KREDI T Ayat 1
Dengan mengindahkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan Perjanjian Kredit, PI HAK PERTAMA menyetujui untuk memberikan Fasilitas Kredit kepada PI HAK KEDUA yaitu Fasilitas Kredit Modal Kerja, dengan jumlah kredit sebesar Rp 10.000.000.000,-
Ayat 2
PI HAK KEDUA dengan ini telah menyetujui jumlah pemberian Fasilitas Kredit tersebut. Ayat 3
Fasilitas Kredit tersebut akan digunakan untuk modal kerja. PI HAK KEDUA bertanggung jawab mengenai kebenaran atas penggunaan Fasilitas Kredit tersebut.
Pasal 3
BATAS W AKTU PENARI KAN DAN/ ATAU PENGGUNAAN FASI LI TAS KREDI T Ayat 1
Dengan memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian Kredit,
Batas Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit ditentukan yaitu Fasilitas Kredit Modal Kerja bersifat Revolving untuk jangka waktu 1 tahun, terhitung sejak tanggal 28 November 2012 dan berakhir pada tanggal 28 November 2013, yang setiap kalinya dapat diperpanjang.
Ayat 2
Setelah Batas Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit sebagaimana diuraikan dalam Pasal 3 ayat 1 tersebut di atas berakhir, PI HAK PERTAMA tidak mempunyai kewajiban lagi untuk memberikan Fasilitas Kredit kepada PI HAK KEDUA . Ayat 3
PI HAK KEDUA dengan ini menyetujui dalam hal Batas Waktu, Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit sudah berakhir dan PI HAK PERTAMA atas
pertimbangannya sendiri telah menyetujui untuk memperpanjang Batas Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit tersebut namun akta Perubahan Perjanjian Kredit mengenai perpanjangan tersebut belum dapat ditandatangani, maka PI HAK PERTAMA akan mengirimkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit yang berisi pemberitahuan
PI HAK KEDUA dengan ini mengikatkan diri (pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh PI HAK PERTAMA untuk menandatangani akta Perubahan Perjanjian Kredit sebagaimana ditentukan oleh PI HAK PERTAMA yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kredit dalam hal PI HAK KEDUA tidak
menandatangani akta Perubahan Perjanjian Kredit tersebut pada waktu yang ditetapkan oleh PI HAK PERTAMA, maka PI HAK PERTAMA berhak untuk menghentikan atau membatalkan Fasilitas Kredit dan oleh karenanya PI HAK KEDUA wajib membayar kembali kepada PI HAK PERTAMA seluruh Utang yang timbul berdasarkan Perjanjian
Kredit secara seketika dan sekaligus lunas. Pasal 4
BUNGA, BI AYA ADMI NI STRASI DAN PROVI SI ATAU KOMI SI Ayat 1
Atas setiap pinjaman uang yang terutang berdasarkan Perjanjian Kredit, PI HAK KEDUA
wajib membayar bunga sebesar 12 % per tahun yang dihitung dari Utang yang timbul dari Fasilitas Kredit Modal Kerja dan/ atau dari saldo debet yang wajib dibayar secara efektif setiap bulannya
Ayat 2
Perhitungan bunga dilakukan secara harian atas dasar pembagi tetap jumlah hari dalam setahun dan wajib dibayar lunas kepada PI HAK PERTAMA pada Tanggal Pembayaran
Bunga, yaitu setiap tanggal 25 pada tiap-tiap bulan, untuk Fasilitas Kredit Modal Kerja atau jika t erdapat perubahan ketentuan mengenai tanggal pembayaran bunga untuk Fasilitas Kredit Modal Kerja di PI HAK PERTAMA, pada tanggal lain yang akan diberitahukan secara tertulis oleh PI HAK PERTAMA kepada PI HAK KEDUA. Pembayaran bunga tersebut dapat dilakukan dengan cara mendebet rekening PI HAK KEDUA yang ada pada PI HAK PERTAMA at au dengan cara lain yang disepakati oleh para pihak, dengan ketentuan bahwa:
a. Tanggal Pembayaran Bunga tidak boleh melampaui tanggal saat Fasilitas Kredit wajib dibayar lunas, dan
b. Jumlah bunga yang wajib dibayar oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA akan dihitung sejak tanggal timbulnya jumlah bunga yang terutang sampai dengan tanggal dilunasinya jumlah bunga yang terutang tersebut seluruhnya oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA.
Ayat 3
Ayat 4
Atas fasilitas pemberian kredit, PI HAK KEDUA wajib membayar provisi atau komisi kepada PI HAK PERTAMA sebesar 0,5 persen per tahun, yang dihitung dari jumlah maksimum Fasilitas Kredit yang diberikan untuk Fasilitas Kredit Modal Kerja. Provisi
tersebut wajib dibayar pada tanggal penandatanganan Perjanjian Kredit atau tanggal lain yang disetujui PI HAK PERTAMA, dan selanjutnya pada saat penandatanganan
Perubahan Perjanjian Kredit mengenai perpanjangan dan/ atau penambahan Fasilitas Kredit tersebut.
Ayat 5
Pembayaran provisi atau komisi tersebut dapat dilakukan dengan cara mendebet rekening PI HAK KEDUA yang ada pada PI HAK PERTAMA atau dengan cara lain yang disepakati oleh para pihak.
Ayat 6
Untuk melaksanakan pendebetan atas rekening tersebut, PI HAK KEDUA memberi kuasa
kepada PI HAK PERTAMA sebagaimana diuraikan dalam Pasal 19 ayat 1 Perjanjian Kredit.
Ayat 7
Apabila tanggal Pembayaran Bunga dan/ atau tanggal pembayaran provisi atau komisi jatuh pada hari yang bukan merupakan Hari Kerja, maka PI HAK KEDUA wajib
menyediakan dana dalam rekeningnya pada PI HAK PERTAMA untuk keperluan pembayaran bunga atau provisi atau komisi tersebut pada Hari Kerja sebelumnya.
Ayat 8
Apabila Perjanjian Kredit telah ditandatangani namun Fasilitas Kredit tidak digunakan
oleh PI HAK KEDUA atau Utang menjadi jatuh waktu karena sebab yang tercantum dalam Pasal 14 ayat 3 Perjanjian Kredit atau terjadi kejadian sebagaimana diuraikan dalam Pasal 18 ayat 3 Perjanjian Kredit, maka PI HAK PERTAMA tidak berkewajiban untuk membayar kembali kepada PI HAK KEDUA provisi yang telah dibayar PI HAK
KEDUA kepada PI HAK PERTAMA. Ayat 9
PI HAK KEDUA berkewajiban membayar biaya administrasi dalam pengurusan Perjanjian Kredit Modal Kerja ini kepada PI HAK PERTAMA sebesar Rp 1.000.000,- yang
dibayarkan secara tunai dan lunas setelah perjanjian ini ditandatangani. Pasal 5
Pembukuan dan catatan-catatan yang telah dan akan dibuat oleh PI HAK PERTAMA
merupakan bukti yang lengkap dan sempurna mengenai Utang dan bukti tersebut akan mengikat PI HAK KEDUA , kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya.
Pasal 6
SYARAT- SYARAT PENARI KAN DAN/ ATAU PENGGUNAAN FASI LI TAS KREDI T Ayat 1
Penarikan dan/ atau penggunaan Fasilitas Kredit dapat dilakukan oleh PI HAK KEDUA
pada setiap Hari Kerja apabila PI HAK KEDUA t elah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan telah menandatangani Dokumen Agunan, dan/ atau penjamin telah menandatangani akta pengikatan at as jaminan
pribadi dan/ atau jaminan perusahaan ( selanjutnya disebut “ Akta Pemberian Jaminan” ) dalam bentuk dan isi yang dapat diterima oleh PI HAK PERTAMA.
b. PI HAK KEDUA telah menyerahkan kepada PI HAK PERTAMA:
- Dokumen-dokumen asli kepemilikan Agunan,
- Fotokopi yang dinyatakan sesuai asli anggaran dasar PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin berikut perubahannya ( apabila PI HAK KEDUA
dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin berbentuk badan) , dan
- Dokumen lain yang diperlukan PI HAK PERTAMA antara lain Nomor Pokok Wajib
Pajak, Tanda Daftar Perusahaan, Surat I jin Usaha.
c. Tidak ada Kejadian Kelalaian yang berlangsung atau suatu tindakan atau peristiwa
yang mengakibat kan timbulnya Kejadian Kelalaian atau suatu tindakan atau peristiwa yang dengan dilakukannya pemberitahuan atau lewatnya waktu atau keduanya akan merupakan suatu Kejadian Kelalaian.
d. Hal-hal yang dinyatakan dalam Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Perjanjian Kredit adalah benar dan sesuai dengan kenyataannya.
Ayat 2
Pasal 7
PEMBAYARAN UTANG Ayat 1
Pembayaran Utang wajib dilakukan oleh PI HAK KEDUA dalam mat a uang yang sama
dengan Fasilitas Kredit yang diberikan oleh PI HAK PERTAMA dan harus sudah efektif diterima oleh PI HAK PERTAMA di kantor cabangnya di Jalan Sudirman Nomor 144
Jakart a, selambat-lambatnya pukul 15.00 waktu setempat, pada saat Bat as Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit berakhir, untuk Fasilitas Kredit Modal Kerja.
Ayat 2
Apabila tanggal pembayaran Utang jatuh pada hari yang bukan merupakan Hari Kerja, maka PI HAK KEDUA wajib menyediakan dana dalam rekeningnya pada PI HAK PERTAMA untuk keperluan pembayaran t ersebut pada Hari Kerja sebelumnya.
Ayat 3
Pembayaran Ut ang yang diterima PI HAK PERTAMA setelah pukul 15.00 waktu setempat dianggap diterima oleh PI HAK PERTAMA pada Hari Kerja berikutnya.
Pasal 8 DENDA Ayat 1
Apabila PI HAK KEDUA lalai membayar Utang karena sebab apa pun pada tanggal jatuh waktunya, maka PI HAK KEDUA wajib membayar denda atas jumlah uang yang lalai dibayar itu terhitung sejak tanggal jumlah tersebut wajib dibayar sampai jumlah tersebut dibayar seluruhnya sebesar 4% persen per bulan.
Ayat 2
Perhitungan denda tersebut dilakukan secara harian atas dasar pembagi tetap dalam jumlah hari dalam sebulan mapun pertahun.
Pasal 9
AGUNAN DAN/ ATAU JAMI NAN
Untuk menjamin kepastian pembayar an kembali dengan tertib dan sebagaimana mestinya Utang, PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin dengan ini menyerahkan Agunan dan/ atau jaminan pribadi dan/ atau jaminan perusahaan sebagai
berikut:
Pasal 10 ASURANSI Ayat 1
Selama PI HAK KEDUA belum membayar lunas Utang atau Batas Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit belum berakhir, maka Agunan yang menurut sifatnya dapat diasuransikan wajib diasuransikan oleh PI HAK KEDUA terhadap bahaya
kebakaran, kerusakan, kecurian, atau bahaya-bahaya lainnya yang dianggap perlu oleh PI HAK PERTAMA,pada perusahaan asuransi yang disetujui PI HAK PERTAMA, untuk jumlah dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh PI HAK PERTAMA, dengan ketentuan bahwa premi asuransi dan biaya lain yang berkenaan dengan penutupan asuransi tersebut wajib ditanggung oleh PI HAK KEDUA dan dalam polis, PI HAK PERTAMA ditunjuk sebagai pihak yang berhak untuk menerima segala pembayar an berdasarkan
asuransi itu.
Dalam hal PI HAK KEDUA lalai mengasuransikan Agunan dan/ atau memperpanjang asuransi, maka dengan ini PI HAK KEDUA memberi kuasa kepada PI HAK PERTAMA, tanpa PI HAK PERTAMA berkewajiban untuk melaksanakannya, untuk mengasuransikan
Agunan dan/ atau memperpanjang asuransi tersebut atas biaya PI HAK KEDUA .
Apabila PI HAK KEDUA menghendaki adanya tambahan jenis atau perluasan bahaya-bahaya yang diasuransikan, maka PI HAK KEDUA wajib memberitahukan hal tersebut
kepada PI HAK PERTAMA, dengan ketentuan jika PI HAK KEDUA tidak memberitahukan hal tersebut, maka resiko atas jenis atau perluasan bahaya-bahaya yang tidak diasuransikan tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan PI HAK KEDUA. Ayat 2
Jumlah uang yang diterima PI HAK PERTAMA sebagai akibat dari pembayaran asuransi
tersebut akan diperhitungkan dengan Utang. Pasal 11 PERNYATAAN
PI HAK KEDUA dengan ini menyatakan dan menjamin PI HAK PERTAMA mengenai kebenaran hal-hal sebagai berikut:
1. PI HAK KEDUA m empunyai ijin-ijin yang disyaratkan untuk menj alankan usaha-usaha PI HAK KEDUA sebagaimana mestinya dan dengan ini berjanji tidak memperpanjang atau memperbaharui ijin-ijin tersebut bilamana telah habis masa berlakunya, apabila hal yang demikian disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. 2. Tidak ada suatu perkara perdata, tata usaha negara, tuntut an pajak, penyidikan
atau dapat menimbulkan akibat terhadap PI HAK KEDUA atau harta kekayaan
PI HAK KEDUA, sehingga mempengaruhi keadaan keuangan atau usaha-usaha PI HAK KEDUA at au dapat mengganggu kemampuan PI HAK KEDUA untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit.
3. Semua dokumen, data, dan keterangan yang telah diberikan PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA adalah benar dan tidak ada dokumen, data, dan keterangan lain yang tidak diberitahukan oleh PI HAK KEDUA yang apabila diberikan atau diberitahukan oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA dapat mempengaruhi
keputusan PI HAK PERTAMA dalam pemberian fasilitas kredit. Pasal 12
KEW AJI BAN BAGI PI HAK KEDUA
Kecuali apabila PI HAK PERTAMA secara tertulis menetapkan lain, PI HAK KEDUA
wajib untuk:
1. Mentaati semua undang-undang, peraturan pemerintah, kebijakan pemerintah, petunjuk atau instruksi dari pemerintah yang berlaku terhadap PI HAK KEDUA . 2. Segera memberitahukan kepada PI HAK PERTAMA secara tertulis tentang adanya
setiap perkara yang menyangkut PI HAK KEDUA , baik perdata, tata usaha negara,
tuntutan pajak, penyidikan maupun perkara pidana yang akan mempengaruhi usaha maupun harta kekayaan PI HAK KEDUA .
3. Segera memberitahukan kepada PI HAK PERTAMA secara tertulis dengan melampirkan dokumen pendukung setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar serta perubahan susunan Direksi, Komisaris, dan/ atau pemegang saham PI HAK KEDUA jika PI HAK KEDUA berbentuk badan.
4. Membayar semua biaya yang timbul dan berhubungan dengan pemberian Failitas
Kredit serta pelaksanaan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan Perjanjian Kredit meskipun Fasilitas Kredit tidak digunakan dan/ atau Perjanjian Kredit dibatalkan. 5. Memberikan segala keterangan yang diminta oleh PI HAK PERTAMA yang
berhubungan dengan pemberian Fasilitas Kredit dan Agunan.
6. Mempertahankan Hak atas Kekayaan I ntelektual, antara lain hak cipta, paten dan merek yang telah atau akan dimiliki oleh PI HAK KEDUA .
7. Khusus bagi PI HAK KEDUA berbentuk Perseroan Terbatas yang mempunyai aktiva
Pasal 13
LARANGAN BAGI PI HAK KEDUA
Selama PI HAK KEDUA belum membayar lunas utang atau Batas Waktu Penarikan dan/ atau Penggunaan Fasilitas Kredit belum berakhir, PI HAK KEDUA tidak
diperkenankan untuk m elakukan hal-hal di bawah ini, tapa persetujuan tertulis dahulu dari PI HAK PERTAMA :
1. Memperoleh pinjaman uang/ kredit baru dari pihak lain dan/ atau mengikatkan diri
sebagai penanggung/ penjamin dalam bentuk dan dengan nama apa pun dan/ atau mengagunkan harta kekayaan PI HAK KEDUA kepada pihak lain.
2. Meminjamkan uang, termasuk tetapi tidak terbatas kepada perusahaan afiliasinya, kecuali dalam rangka menjalankan usaha sehari-hari.
3. Apabila PI HAK KEDUA berbentuk badan :
a. Melakukan peleburan, penggabungan, pengambilalihan, pembubaran/ likuidasi. b. Mengubah status kelembagaan.
Pasal 14
KEJADI AN KELALAI AN Ayat 1
Satu atau lebih dari tindakan atau peristiwa tersebut di bawah ini merupakan Kejadian
Kelalaian.
1. Kelalaian PI HAK KEDUA untuk membayar utang pada waktu dan dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit.
2. PI HAK KEDUA lalai atau tidak memenuhi syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 atau ketentuan-ketentuan lainnya dalam Perjanjian Kredit dan/ atau lalai berdasarkan perjanjian lainnya yang dibuat antara PI HAK KEDUA dan PI HAK PERTAMA atau pihak lain, baik yang telah ada maupun yang akan dibuat di kemudian hari.
3. Pemberi Agunan dan/ atau Penjamin melalaikan kewajibannya berdasarkan dokumen Agunan dan/ atau Akta Pemberian Jaminan.
4. Pihak lain yang utangnya dijamin dengan Agunan dan/ atau jaminan pribadi
dan/ atau jaminan perusahaan yang sama dengan Agunan dan/ atau jaminan pribadi dan/ atau jaminan perusahaan PI HAK KEDUA telah dinyatakan lalai oleh PI HAK PERTAMA.
6. Menurut penilaian PI HAK PERTAMA, keadaan keuangan, bonafiditas dan
solvabilitas PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin mundur sedemikian rupa, sehingga mempengaruhi kemampuan PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin dalam melakukan pembayaran ut ang.
7. PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin mengajukan permohonan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang atau dinyatakan pailit atau karena sebab apapun tidak berhak lagi untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin.
8. Sebagian besar atau seluruh harta kekayaan PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin disita akibat tersangkut suatu perkara atau sengketa yang secara material dapat mempengaruhi kemampuan PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit dan/ atau Dokumen Agunan dan/ atau
Akta Pemberian Jaminan.
9. Agunan yang diberikan oleh PI HAK KEDUA dan/ atau Pemberi Agunan musnah,
berkurang nilainya atau disita pihak lain baik sebagian atau seluruhnya atau karena sesuatu hal berakhir hak penggunaannya.
10. Suatu persetujuan yang dibuat oleh PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin kepada PI HAK PERTAMA atau suatu keterangan atau pernyataan yang diberikan kepada PI HAK PERTAMA, termasuk tetapi tidak
terbatas pada pernyataan yang tercantum dalam Pasal 11 Prejanjian Kredit, atau Agunan yang diserahkan terbukti tidak benar.
11. PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin terlibat dalam perkara di pengadilan yang menurut penilaian PI HAK PERTAMA dapat mengakibat kan PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin wajib membayar ganti rugi dan/ atau pembayaran lainnya yang secara material dapat mempengaruhi kemampuan PI HAK KEDUA dan/ atau
Penjamin untuk melakukan pembayaran utang.
12. PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin melakukan tindakan yang melanggar suatu ketentuan atau peraturan hukum yang berlaku yang dapat mengakibatkan ijin usaha PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin dicabut dan/ atau secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kemampuan PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit. 13. PI HAK KEDUA dan/ atau Penjamin meninggal dunia (dalam hal PI HAK KEDUA
dan/ atau Penjamin bukan berbentuk badan) .
Ayat 2
Apabila PI HAK KEDUA berkewajiban untuk melakukan suatu kewajiban berdasarkan Perjanjian Kredit dalam suatu waktu yang ditetapkan dan PI HAK KEDUA lalai melaksanakannya, maka dengan lewatnya waktu saja sudah merupakan bukti yang sah dan cukup untuk kelalaian PI HAK KEDUA , sehingga tidak diperlukan suatu
pemberitahuan ( somasi) atau surat lain yang serupa dengan itu serta surat peringatan dari juru sita.
Ayat 3
Jika terjadi kelalaian sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 1 Perjanjian Kredit, para pihak menyatakan tidak berlaku pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya yang mengatur keharusan untuk mengajukan permohonan pembatalan perjanjian melalui Pengadilan negeri, dan PI HAK PERTAMA berhak menyatakan utang menjadi jatuh waktu dengan seketika dan wajib dibayar sekaligus lunas oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA tanpa memperhatikan ketentuan Pembayaran Ut ang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 Perjanjian Kredit, dengan ketentuan kewajiban-kewajiban PI HAK KEDUA yang timbul dari Perjanjian Kredit tetap wajib dipenuhi.
Ayat 4
Jika utang menjadi jatuh waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 3 Prejanjian Kredit, maka PI HAK PERTAMA berhak untuk melaksanakan hak-haknya selaku kreditor
untuk memperoleh pengembalian Utang dengan jalan pelaksanaan hak-haknya terhadap PI HAK KEDUA dan/ atau harta kekayaannya, term asuk tetapi tidak t erbatas pada pelaksanaan/ eksekusi hak-hak PI HAK PERTAMA terhadap Agunan dan/ atau Penjamin berdasarkan Dokumen Agunan serta Akta Pemberian Jaminan.
Pasal 15
PENGGUNAAN PEMBAYARAN Ayat 1
Setiap jumlah uang yang diperoleh PI HAK PERTAMA dari pembayaran Utang dan/ atau
karena dilaksanakannya hak-hak PI HAK PERTAMA atau Agunan dan/ atau atas jaminan pribadi dan/ atau jaminan perusahaan yang diberikan oleh PI HAK KEDUA dan/ atau pemberi Agunan dan/ atau Penjamin berdasarkan Perjanjian Kredit, Dokumen Agunan, Akta Pemberian Jaminan, atau dokumen lainnya dan/ atau pembayaran asuransi yang
- Pertama : untuk membayar semua biaya yang dikeluarkan atau dibayar oleh PI HAK
PERTAMA :
- dalam melaksanakan tugas-tugas PI HAK PERTAMA sehubungan dengan Perjanjian Kredit yang belum dibayar oleh PI HAK KEDUA .
- dalam mengamankan, mengambil alih, memperbaiki, memulihkan, menyimpan, mengangkut ke tempat penjualan dan/ atau m enjual Agunan atau sebagian daripadanya termasuk ongkos-ongkos Pengadilan, biaya penasihat hukum atau pengacara serta biaya lelang.
- Kedua : untuk pembayaran lunas seluruh denda yang timbul tetapi
belum dibayar PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA sehubungan dengan Perjanjian Kredit.
- Ketiga : untuk pembayaran lunas seluruh bunga yang timbul dan/ atau provisi yang belum dibayar PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA sehubungan dengan
Perjanjian Kredit.
- Keempat : untuk pembayaran lunas jumlah utang pokok yang wajib dibayar oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA sehubungan dengan Perjanjian Kredit. Ayat 2
Apabila setelah semua kewajiban yang menjadi beban PI HAK KEDUA dibayar lunas dan ternyata masih terdapat kelebihan uang, maka PI HAK PERTAMA akan menyerahkan kelebihan uang tersebut kepada PI HAK KEDUA atau pihak yang berhak
atas kelebihan uang tersebut.
Pasal 16 PAJAK Ayat 1
Semua dan setiap jumlah uang yang wajib dibayar oleh PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA berdasarkan Perjanjian Kredit, bebas, bersih dan tanpa pengurangan atau pemotongan pajak, pungutan, iuran atau beban berupa apa pun dan berapa pun.
Ayat 2
Jika PI HAK KEDUA diwajibkan oleh Undang-Undang atau Peraturan Hukum yang berlaku untuk melakukan pemotongan atau pengurangan atas jumlah uang yang wajib dibayarnya berdasarkan Perjanjian Kredit, maka PI HAK KEDUA wajib membayar suatu jumlah tambahan kepada PI HAK PERTAMA yang besarnya sedemikian rupa, sehingga setelah dilakukan pemotongan atau pengurangan tersebut PI HAK PERTAMA kan menerima dari PI HAK KEDUA suatu jumlah yang sama besarnya seakan-akan tidak
Pasal 17
PERUBAHAN KETENTUAN PERJANJI AN KREDI T
Dalam hal dilakukan perubahan atas ketentuan- ketentuan dalam Perjanjian Kredit, maka perubahan dimaksud akan diatur dalam suatu perjanjian atau surat tersendiri yang
ditandatangani oleh para pihak, perjanjian atau surat tersebut m erupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisah dari Perjanjian Kredit.
Pasal 18 LAI N- LAI N Ayat 1
PI HAK PERTAMA berhak, tanpa persetujuan t erlebih dahulu dari PI HAK KEDUA , memindahkan atau mengalihkan dengan cara apa pun sebagian at au seluruh hak dan/ atau kewajiban PI HAK PERTAMA dalam memberikan Fasilitas Kredit berdasarkan
Perjanjian Kredit kepada lembaga keuangan, Bank atau kreditor lainnya yang pelaksanaannya cukup dengan memberitahukan secara tertulis kepada PI HAK KEDUA . - Untuk keperluan tersebut, PI HAK KEDUA sekarang atau nanti pada waktunya, memberi kuasa kepada PI HAK PERTAMA untuk m emberikan dat a dan/ atau keterangan
yang diperlukan kepada lembaga keuangan, Bank atau kreditor lainnya. Ayat 2
PI HAK PERTAMA berhak, tanpa persetujuan t erlebih dahulu dari PI HAK KEDUA , memblokir/ membekukan dan/ atau mencairkan dan/ atau mendebet dana yang terdapat dalam rekening-rekening PI HAK KEDUA pada PI HAK PERTAMA dan menggunakan hasilnya untuk diperhitungkan atau dikompensasikan dengan utang dan/ atau kewajiban-kewajiban PI HAK KEDUA lainnya berdasarkan Perjanjian Kredit dalam hal terjadi Kejadian Kelalaian sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 1 Perjanjian Kredit. Dalam hal terdapat perbedaan mata uang antara kewajiban PI HAK KEDUA dengan mata uang dari dana hasil pencairan/ pendebetan rekening-rekening PI HAK KEDUA , maka PI HAK PERTAMA berhak untuk melakukan konversi terhadap dana hasil pencairan/ pendebetan rekening-rekening PI HAK KEDUA t ersebut berdasarkan nilai tukar (kurs) yang ditetapkan PI HAK PERTAMA pada hari dimana konversi tersebut dilakukan. Resiko atas kerugian yang timbul sehubungan dengan dilakukannya konversi mata uang tersebut dipikul dan menjadi tanggung jawab PI HAK KEDUA .
Ayat 3
PI HAK KEDUA dengan ini menyetujui tindakan PI HAK PERTAMA untuk :
1. Menyesuaikan/ mengubah besarnya suku bunga sebagaimana dimaksud dalam
2. Mewajibkan PI HAK KEDUA untuk m engganti biaya-biaya yang diperlukan oleh PI HAK PERTAMA dalam m elanjutkan atau memelihara pemberian Fasilitas Kredit kepada PI HAK KEDUA dan/ atau
3. Menunda tanggal penarikan dan/ atau penggunaan Fasilitas Kredit yang diajukan oleh PI HAK KEDUA ; dan/ atau
4. Menurunkan jumlah Fasilitas Kredit; dan/ atau
5. Mengganti pemberian Fasilitas Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 Perjanjian Kredit dengan mata uang lain yang tersedia pada PI HAK PERTAMA;
dan atau
6. Menghentikan pemberian Fasilitas Kredit.
dalam hal terjadi:
1. Peningkatan biaya-biaya yang diperlukan PI HAK PERTAMA dalam mempertahankan pemberian Fasilitas Kredit kepada PI HAK KEDUA sebagai
akibat dari pemenuhan peraturan/ ketentuan dari Bank I ndonesia atau badan pemerintah lainnya, sehingga tingkat suku bunga yang berlaku bagi PI HAK KEDUA tidak dapat menutup biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh PI HAK PERTAMA; dan/ atau
2. Terjadi perubahan dalam bidang moneter, keuangan, ekonomi atau politik yang
mempengaruhi likuiditas PI HAK PERTAMA, atau tingkat kolektibilitas PI HAK KEDUA , baik pada PI HAK PERTAMA maupun pada Bank (-Bank) lain menurun menjadi Kurang Lancar atau Diragukan atau Macet.
Dalam hal PI HAK PERTAMA t elah melaksanakan hak PI HAK PERTAMA tersebut,
PI HAK PERTAMA akan memberitahukan secara tertulis pelaksanaannya kepada PI HAK KEDUA . Surat pemberitahuan tersebut merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisah dari Perjanjian Kredit.
Ayat 4
Kegagalan dan/ atau keterlambatan PI HAK PERTAMA untuk menggunakan sesuatu hak, kekuasaan, wewenang atau hak istimewanya berdasarkan Perjanjian Kredit tidak berarti bahwa PI HAK PERTAMA telah melepaskan hak, kekuasaan, wewenang atau hak istimewa tersebut, demikian juga pelaksanaan semua atau sebagian dari hak, kekuasaan, wewenang atau hak istimewa menurut Perjanjian Kredit, tidak akan menghalangi pelaksanaan selanjutnya dari hak, kekuasaan, wewenang atau hak istimewa tersebut. Ayat 5
dianggap bertentangan dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka ketentuan-ketentuan lainnya yang tercantum dalam Perjanjian Kredit akan tetap berlaku dan mengikat para pihak.
Ayat 6
Perjanjian Kredit berlaku bagi para pihak dan para pengganti hak masing-masing pihak, dengan ketentuan bahwa PI HAK KEDUA tidak berhak memindahkan dan/ atau menyerahkan suatu hak dan/ atau kewajiban PI HAK KEDUA berdasarkan Perjanjian
Kredit dan/ atau perjanjian lainnya sehubungan dengan Perjanjian Kredit, tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PI HAK PERTAMA.
Ayat 7
Syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam Perjanjian Kredit berlaku dan mengikat para pihak sampai dipenuhinya seluruh kewajiban PI HAK KEDUA kepada PI HAK PERTAMA berdasarkan Perjanjian Kredit.
Pasal 19 KUASA Ayat 1
Untuk keperluan pelaksanaan pembayaran utang sesuai Perjanjian Kredit, dengan ini PI HAK KEDUA memberi kuasa dan wewenang kepada PI HAK PERTAMA untuk dari waktu ke waktu melaksanakan pendebetan atas dana yang terdapat dalam setiap rekening PI HAK KEDUA pada PI HAK PERTAMA.
Ayat 2
Untuk mem astikan ket ertiban pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 2 Perjanjian Kredit, PI HAK KEDUA , sekarang ini untuk nanti pada waktunya, memberi kuasa kepada PI HAK PERTAMA, untuk dan atas nama PI HAK KEDUA , mencairkan dan/ atau dengan cara lain mendebet dana yang terdapat dalam setiap rekening PI HAK KEDUA pada PI HAK PERTAMA.
Ayat 3
Setiap kuasa yang diberikan PI HAK KEDUA berdasarkan Perj anjian Kredit merupakan
Pasal 20
KETENTUAN- KETENTUAN KHUSUS
Terhadap Fasilitas Kredit berlaku juga syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Lampiran (-lampiran) yang dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan Fasilitas Kredit yang diberikan PI HAK PERTAMA dan diterima PI HAK KEDUA , yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisah dari Perjanjian Kredit.
Pasal 21 YURI DI KSI
Mengenai Perjanjian Kredit dan segala akibat serta pelaksanaannya, PI HAK PERTAMA dan PI HAK KEDUA memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan tidak berubah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakart a tanpa mengurangi hak PI HAK PERTAMA untuk menggugat PI HAK KEDUA di hadapan pengadilan lain di dalam wilayah Republik I ndonesia berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Demikian Perjanjian ini disetujui dan dibuat, serta ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan dihadiri saksi-saksi yang dikenal oleh kedua belah pihak.
Jakart a, 28 November 2012.
PI HAK PERTAMA PI HAK KEDUA
( Materai Rp 6.000,-)
( I r.Sidarta ) ( Adi Budiman,S.H. )
SAKSI -SAKSI
3. Putra Perwira, S.H. - Rudolof Parepare, S.E.
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku
Ali, H. Zainudd in. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Apeldoorn, L. J. Van.Pengantar Ilmu Hukum. cet. Xxx.Jakarta: Pradya Paramita, 2004.
Badrulzaman, Mariam Darus.Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.
Budiono, Herlien.Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.
Harahap, M. Yahya.Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Hernoko, Agus Yudha.Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Kasmir.Managemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Kusumohamidjojo, Budiono.Dasar-dasar Merancang Kontrak. Jakarta: Grasindo, 1998.
Marzuki, Peter Mahmud.Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Padrik, Purwahid.Dasar-dasar Hukum Perikatan. Bandung: Mandar Maju, 1994.
Prawirohamdjojo, Soetojo dan Marthalena Pohan.Hukum Perikatan. Surabaya: Bina Ilmu, 1978.
Sinaga, Budiman N.P.D.Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa dari Perspektif Sekretaris. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
Subekti.Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.
Suharnoko.Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004.
B.Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang hukum perdata.
Het Herziene Indonesish Reglemen (HIR), Stb. 194-44
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undng Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
C.Website
diakses tanggal 13 Oktober 2015.
tanggal 12 Oktober 2015.
, diakses tanggal 14 Oktober
15 Oktober 2015.
diakses tanggal 6 November
BAB III
ASPEK HUKUM PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang
dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan
atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang
pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai
dengan perjanjian. Jadi, dapat diartikan bahwa kredit dapat berbentuk barang atau
berbentuk uang. Baik kredit berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang
dalam hal pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran atau
cicilan tertentu. Kredit dalam bentuk uang lebih dikenal dengan istilah pinjaman
oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang
digunakan oleh bank berdasarkan prinsip syariah.55
Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,
berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit
artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan
pasti kembali.Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
55Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau
tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk
pembelian rumah atau modal. Kemudian adanya kesepakatan antara bank
(kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian yang telah
dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing,
termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula
dengan masalah sanksi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang
telah dibuat bersama.56
Secara yuridis Undang-Undanga Nomor 7 Tahun 1992 menggunakan
dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian
kredit. Kedua istilah itu, yaitu pertama, kata kredit, istilah yang digunakan pada Perbedaaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga,
sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau
bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian kredit beserta latar
belakang nasabah atau perusahaaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan,
serta faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang
diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.
bank konvensional dalam menjalankan kegiatan usahanya, dan kedua, kata
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, istilah yang digunakan pada bank
syariah.Istilah kredit banyak dipakai dalam sistem perbankan konvensional yang
berbasis pasar bunga.
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula
kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, kredit yang ada di
masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas
kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh bank
dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi.
Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat
dari berbagai segi adalah sebagai berikut.57
1. Dilihat dari segi kegunaan
Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat
penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau
hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis
kredit, yaitu:
a. Kredit investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan atau
membangun proyek atau pabrik baru di mana masa pemakaiannnya untuk suatu
periode yang relatif lebih lama dari biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk
kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Contoh, kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan
kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis
kredit dilihat dari segi tujuan adalah sebagai berikut.
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasil barang atau jasa. Artinya, kredit
ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa
barang maupun jasa.
b. Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan
karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan hukum
c. Kredit perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini
adalah sebagai berikut.
a. Kredit jangka pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga
tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja atau beberapa bank
mengklarifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang, yaitu di
atas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi
jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk
4. Dilihat dari segi jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu
fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga
minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah
sebagai berikut:
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon
debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas
si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
Setiap sektor usaha memili karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari
sektor usaha sebagai berikut.
a. Kredit pertanian
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian
rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
Dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek
misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau
sapi.
c. Kredit industri
Yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri
kecil, menengah, atau besar.
d. Kredit pertambangan
Yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam
jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, atau tambang timah.
e. Kredit pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang
belajar.
f. Kredit profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan para profesi, seperti
dosen, dokter, atau pengacara.
g. Kredit perumahan
Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
h. Dan sektor-sektor usaha lainnya.
Yaitu yang belum terkadung atau belum ada dalam cakupan penjelasan di
B. Syarat Sahnya Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit elemen pembentuknya adalah perjanjian pada umumnya,
oleh karenanya syarat sah perjanjian tersebut sama halnya dengan syarat sah
perjanjian yang biasanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, ada empat syarat
sahdalam perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Sepakat dalam kontrak adalah perasaan rela atau ikhlas diantara para
pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya kesepakatan dinyatakan
tidak ada bila adanya suatu penipuan, kesalahan, paksaan, dan penyalahgunaan
keadaan.
2. Kecakapan untuk membuat suatu kontrak
Berarti orang-orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah orang
yang oleh hukum dapat dianggap subjek hukum, yang tidak cakap oleh hukum
adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditempatkan dalam pengawasan
atau pengampuan, orang yang sakit kejiwaannya.
3. Suatu pokok persoalan tertentu
Artinya dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas
sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.
4. Suatu sebab yang halal atau yang tidak dilarang
Berarti perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan
Suatu perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang dikehendaki oleh
yang membuatnya,58
Menurut Soemitro, pengertian badan hukum merupakan suatu badan yang
dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang
pribadi.
misalnya untuk dapat memiliki kekayaan, mempunyai utang,
membuat perjanjian dan seterusnya. Terkait dengan subyek hukum dalam
perjanjian, Pasal 1320 junctoPasal 1329 KUHPerdata mensyaratkan bahwa
perjanjian itu harus dibuat oleh orang yang cakap dalam melakukan tindakan
hukum. Sementara terkait dengan badan hukum, KUHPerdata mengaturnya secara
khusus dalam Bab IX Buku III, mulai Pasal 1654 KUHPerdata menyatakan bahwa
badan hukum yang diakui sah dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum
perdata sehingga ketentuan ini dipandang sebagai dasar hukum yang menyatakan
bahwa badan hukum sebagai subyek hukum.
59
1. Kewenangan atas harta kekayaan dan
Dalam hal ini, Soemitro melihat badan hukum dari segi kewenangannya,
yang terbagi atas dua, yaitu:
2. Kewenangan untuk mempunyai hak dan mempunyai kewajiban.
Pemaparan syarat sah dan bagaimana yang dikatakan subyek hukum suatu
perjanjian atau kontrak tersebut dengan kata lain orang atau perorangan yang
seperti apa yang nantinya memenuhi syarat untuk diberikat pinjaman (kredit) oleh
bank maka kita juga perlu melihat unsur-unsur setiap pemberian kredit. Adapun
58 Perbuatan hukum adalah perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum, baik orang
maupun badan hukum. Perbuatan hukum biasanya dikehendaki oleh yang membuat sehingga dapat dikatakan perbuatan yang tidak dikehendaki oleh yang membuatnya bukan meruapakan perbuatan hukum. Lihat Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para
Pihak (Bandung: Sinar Grafika, 2008), hlm. 180.
unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut.60
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa
tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena
sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang
mendalam tentang nasabah yang akan menerima kredit tersebut. Penelitian dan
penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannnya dalam
membayar kredit yang disalurkan.
2. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak manandatangani
hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit
dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu
pihak bank dan nasabah.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir
dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.
4. Risiko
Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian
yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu
dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, yaitu akibat
terjainya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya
dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu).
Semakin panjang waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian
pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja
maupun resiko yang tidak disengaja.
5. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit, bank mengharapkan suatu
keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau
jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional.
Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi
kredit ini merupakan kauntungan utama bank, sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
Pemberian kredit (kreditur) dan penerima kredit (denitur) wajib
memperhatikan syarat dan unsur yang telah di jelaskan di atas, maka diharapkan
agar memperkecil kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau
sengketa yang terjadi dalam kontrak atau perjanjian tersebut. Dan antara para
pihak yang melakukan perjanjian antara hak dan kewajibannya seimbang dari apa
C. Perjanjian Kredit Modal Kerja
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
dimana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Adapun filosofis
harus dibuatnya perjanjian kredit modal kerja adalah berfungsinya perjanjian
kredit itu sebagai alat bukti, dan sebagaimana diketahui bahwa surat-surat
perjanjian yang ditandatangani adalah merupakan suatu akta.61
Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak ditentukan
bentuk dan perjanjian kredit bank, berarti pemberian kredit bank dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan. Dalam praktik perbankan, guna mengamankan
pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, umumnya
perjanjian kredit dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku
(standards contract) dan juga dapat dibuat di bawah tangan.62
Perjanjian kredit menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah
satu bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga
KUHPerdata Pasal 1754 – 1769. Namun, dalam praktik perbankan yang modern, Secara umum biasanya perjanjian kredit modal kerja ini berisi
definisi-definisi, jumlah kredit (pinjaman), besarnya bunga dan denda, jangka waktu,
angsuran dan cara pembayaran, agunan, wanprestasi, timbul dan berakhirnya hak
dan kewajiban , serta hukum yang berlaku bagi perjanjin tersebut. Setiap kredit
yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur maka wajib
dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis.
hubungan hukum dalam kredit bukan lagi semata-mata berbentuk perjanjian
pinjam meminjam, melainkan adanya campuran dengan bentuk perjanjian yang
lainnya, seperti perjanjian pemberian kuasa dan perjanjian lainnya. Dalam bentuk
yang campuran demikian maka selalu tampil adanya suatu jalinan di antara
perjanjian yang terkait tersebut. Akan tetapi, dalam praktik perbankan pada
dasarnya bentuk dan pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam yang ada dalam
KUHPerdata tidaklah sepenuhnya identik dengan bentuk dan pelaksanaan suatu
perjanjian kredit perbankan, di antara keduanya ada perbedaan-perbedaan yang
gradual, bahkan dapat pula merupakan perbedaan yang pokok.63
Bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dan bank yang
lainnya tidaklah sama. Hal tersebut terjadi dalam rangka menyesuaikan diri
dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian, perjanjian kredit
tersebut tidak mempunyai bentuk yang berlaku umum, hanya saja dalam praktik Sesuai dengan asas yang utama dari suau perikatan atau perjanjian, yaitu
asas kebebasan berkontrak, maka pihak-pihak yang akan mengikatkan diri dalam
perjanjian kredit tersebut dapat mendasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada
pada KUHPerdata, tetapi dapat pula mendasarkan pada kesepakatan
bersama.Dalam perkembangannya kebebasan berkontrak ini mendapat pengaruh
dari peraturan ekonomi yang memuat ketentuan yang bersifat memaksa, yang
ditujukan untuk menyeimbangkan kemampuan pihak-pihak pelaku ekonomi
secara lebih adil dalam rangka pelaksanaan pembagunan nasional yang
berdasarkan asas pemerataan.
63 Sigit Trianduri, Totok Budi Santoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta:
ada banyak hal yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian kredit, misalnya
berupa definisi istilah-istilah yang akan dipakai dalam perjanjian ini (terutama
dalam perjanjian kredit dengan pihak asing), jumlah dan batas waktu peminjaman,
pembayaran kembali pinjamanapakah si peminjam berhak mengembalikan dana
pinjaman lebih cepat dari ketentuan yang ada, penetapan bunga pinjaman dan
dendanya jika debitur lalai membayar bunga, dan dicantumkannya berbagai
klausul.64
Pemberian kredit perbankan di Indonesia tunduk kepada ketentuan
Undang-Undang Perbankan dan peraturan pelaksanaannya, antara lain yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan peraturan intern masing-masing bank.
Adapun mengenai perjanjian kreditnya, sebagai salah satu perjanjian, tunduk
kepada ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan
tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan-ketentuan KUHPerdata, Buku ketiga
tentang perikatan. Oleh karena itu, sahnya perjanjian kredit modal kerja berlaku Perjanjian kredit sering kali mengakomodasi hal-hal seperti di atas
sehingga semuanya dilakukan dan akhirnya terbentuklah perjanjian baku untuk
perjanjian kredit tersebut. Rumusan perjanjian baku tersebut harus terhindar dari
kandungan unsur-unsur yang akan mengakibatkan kecurangan yang sangat
berlebihan dan terjadi suatu pemaksaan karena adanya ketidakseimbangan
kekuatan para pihak, juga harus dihindarkan pula syarat perjanjian yang hanya
menguntungkan sepihak, atau risiko yang hanya dibebankan kepada sepihak pula,
serta pembatasan hak dalam menggunakan upaya hukum.
dengan sendirinya ketentuan yang tercantuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata
mengenai syarat-syarat sahnya suatu perjanjian.
Perjanjian kredit dibuat secara kontraktual berdasarkan
pinjam-meminjam yang diatur dalam Buku tiga Bab 13 KUHPerdata. Oleh karena itu,
ketentuan mengenai berakhirnya perikatan dalam Pasal 1381 KUHPerdata berlaku
juga untuk perjanjian kredit. Dan Pasal 1319 KUHPerdata, menetapkan semua
perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan
suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat, hal ini
berarti perjanjian kredit merupakan perjanjian yang tidak dikenal didalam
KUHPerdata, juga harus tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang termuat
dalam Buku tiga KUHPerdata, menurut Pasal 1381 KUHPerdata yang mengatur
cara hapusnya perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank,
umumnya perjanjian kredit bank harus hapus atau berakhir karena hal-hal di
bawah ini:65
1. Karena pembayaran
Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik
pembayaran hutang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya lain yang wajib
dibayar lunas oleh debitur.
2. Novasi
Pembaharuan utang atau novasi disini adalah dibuatnya suatu perjanjian
kredit yang baru untuk atau sebagai penggantian perjanjian kredit yang lama.
65 Syamsu Iskandar, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: In Media, 2013),
Sehingga dengan demikian yang hapus atau berakhir adalah perjanjian kredit yang
lama.
3. Konpensasi (perjumpaan utang)
Konpensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang
ditentukan, menurut jenis yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara timbal
balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun
debitur terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang ada diantara kedua utang
tersebut.
Dasar konpensasi ini disebutkan dalam Pasal 1325 KUHPerdata.
Dikatakan jika dua orang saling berhutang satu pada yang lain, maka terjadilah
antara mereka suatu perjumpaan antara utang piutang, dengan mana utang-utang
antara dua orang tersebut dihapuskan. Kondisi demikian ini dijalankan oleh bank
dengan cara mengkonpensasikan barang jaminan debitur dengan utangnya kepada
bank, sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambil alih tersebut.
Prosedur pemberian kredit modal kerja merupakan tahapan-tahapan yang
dilalui untuk memberikan kredit modal kerja. Prosedur pemberian kredit dan
penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum sama, antara satu bank
dengan bank lainnya memiliki prosedur yang tidak jauh berbeda. Dengan kata lain
prosedur pemberian kredit antara satu bank dengan bank lain tidak terlalu kontras
perbedaannya. Hal yang menjadi perbedaan mungkin terletak pada bagaimana
tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkan dengan
petimbangan-pertimbangan masing-masing. Tujuan utama dari prosedur ini untuk
dapat mencegah terjadinya kredit bermasalah. Prosedur pemberian kredit secara
umum dapat dibedakan antara pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat
pula ditinjau dari segi tujuannyaapakah untuk konsumtif atau produktif.
Secara umum prosedur pemberian kredit oleh bank adalah sebagai
berikut:66
1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas
lainnya yang dibutuhkan.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum
lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan
apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
3. Wawancara pertama
Bank setelah menerima permohonan berikut persyaratan dan kelengkapan
data pemohon, selanjutnya melakukan penelitian atau verifikasi terhadap
pemenuhan syarat dan kebenaran datanya, salah satunya melalui wawancara
langsung dengan calon debitur.
4. Survey ke lapangan
66 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: PT.Citra Aditya,
Kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang
akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil survey dicocokkan dengan
hasil wawancara pertama.
5. Wawancara kedua
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan-kekurangan pada saat telah dilakukan survey ke lapangan. Catatan yang ada pada
permohonan pada saat wawancara pertama dicocokkan dengan pada saat survey
apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.
6. Analisa kredit
Setelah verifikasi data dengan melakukan wawancara dan survey ke
lapangan, petugas bank menganalisa permohonan kredit calon debitur dengan
menggunakan prinsip analisis.
7. Keputusan kredit
Setelah dianalisa maka akan ditentukan apakah kredit akan di berikan atau
di tolak, jika kredit disetujui, bank akan menertibkan Surat Keputusan Kredit
(SKK). Begitu pula apabila permohonan kredit ditolak, diberitahukan secara
tertulis dengan alasan-alasan sebaik-baiknya.
8. Penandatanganan perjanjian kredit
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusannya kredit, maka
sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad
kredit dan mengikat jaminan.
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
10.Penyaluran atau penarikan dana
Penyaluran atau penarikan dana adalah pencairan atau pengambilan uang
dari rekening sebagai reaalisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai
BAB IV
PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA DI BANK MANDIRI
A.Tujuan Penerapan Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial
Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di dunia bisnis, setiap orang tentu
menghendaki segala sesuatu berjalan dengan baik tanpa masalah apa pun terlebih
berupa sengketa. Akan tetapi, pada kenyataannya hidup ini tidak pernah luput dari
masalah. Tidak heran jika dalam berbisnis tidak hanya masalah yang muncul,
melainkan sengketa juga. Beberapa di antara masalah atau sengketa itu hadir
tanpa dikehendaki atau tidak dapat dicegah oleh seseorang sebab bermula dari
pihak lain. Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang dapat memastikan
dirinya akan senantiasa luput dari sengketa. Sehubungan dengan kenyataan itu,
setiap orang tampaknya perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah
atau sengketa sehingga tetap dapat menjaga kepentingannya.
Bahkan pada saat-saat tertentu, seseorang perlu mempunyai kemampuan
untuk melihat masalah atau sengketa sebagai sebuah peluang bisnis yang mesti
dimanfaatkan, bukan sekadar masalah yang harus dihindari. Sebagai sebuah
peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan, sudah selayaknya para pelaku bisnis
mengenal seluk beluk penyelesaian sengketa bisnis.
Ibarat pisau yang dapat bermanfaat jika digunakan secara benar dan
merugikan orang lain serta diri sendiri jika digunakan secara salah demikian
penyelesaian sengketa, para pelaku bisnis diharapkan akan memiliki dasar
pertimbangan untuk menggunakan penyelesaian sengketa secara tepat. Kapan
harus menggunakan cara-cara penyelesaian sengketa dan kapan harus
menghindarinya. Kalaupun sudah yakin perlu memanfaatkan penyelesaian
sengketa, masih harus memilih cara penyelesaian sengketa yang paling tepat di
antara cara-cara yang ada.
Tujuan disusunnya suatu bentuk kontrak komersial bukan untuk
mempertajam perbedaan dan memaksakan kehendak, tetapi untuk menciptakan
kerjasama didasarkan kesepakatan dengan mematuhi kaidah-kaidah etika bisnis
dan kaidah-kaidah hukum kontrak yang berlaku. Tujuan dari Asas
Proporsionalitas adalah hasil akhir yang menempatkan posisi para pihak
seimbangdalam menentukan hak dan kewajibannya. Oleh karenanya dalam rangka
menyeimbangkan posisi para pihak, intervensi dari otoritas Negara (pemerintah)
sangat kuat.67Tujuan penerapan kontrak secara umum ialah;68
1. Memberi Perlindungan.
2. Mencegah ketidakadilan.
3. Mencegah kerugian.
4. Sebagai alat bukti.
5. Mencegah penipuan
6. Menetapkan hak dan kewajiban.
7. Memuat rincian bisnis, supaya dapat mengatasi hambatan.
68https://alfanaikkelas.wordpress.com/2011/01/07/azas-proporsionalitas/ (diakses pada
8. Memudahkan penyelesaian sengketa.
9. Mengalokasikan risiko.
10.Mempermudah rencana transaksi bisnis.
11.Memberi kepastian hokum.
12.Sebagai aturan main.
Tujuan lain dari kontrak komersial adalah untuk mewujudkan hubungan
kerjasama bisnis untuk memperoleh keuntungan bersama sebesar-besarnya
(optimum profit) didasarkan pada prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Kegunaan
kontrak komersial, mengakomodasi kehendak para pihak dan mengesahkan
kesepakatan sesuai asas konsensualisme dan asas kebebasan berkontrak.
Kontrak komersial mempunyai banyak rambu-rambu yang harus
diperhatikan, dan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan dibuatnya kontrak
tersebut. Risiko dalam kontrak dapat bersumber dari dua hal yang sering menjadi
pemicu timbulnya sengketa, yaitu kekurang cermatan dalam berkontrak dan tidak
adanya itikad baik dari salah satu pihak. Oleh sebab, itu dalam penyusunan
kontrak perlu dicermati prinsip-prinsip yang terkait dengan penyusunan kontrak
antara lain prinsip hukum kontrak nasional dan prinsip etika bisnis agar kontrak
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Penyusunan kontrak harus didasarkan
pada prinsip-prinsip pokok perjanjian sebagaimana tersirat dalam Pasal 1338
KUHPerdata yang menjadi prinsip hukum kontrak nasional.69
Dalam tahap pra
kontrak, asas proporsionalitas membuka peluang negosiasi bagi para pihak untuk
melakukan pertukaran hak dan kewajiban secara fair. Oleh karena itu tidak
proporsional dan harus ditolak proses negosiasi dengan itikad buruk ;70
1. Dalam pembentukan kontrak, asas proporsional menjamin kesetaraan hak
serta kebebasan dalam menentukan atau mengatur proporsi hak dan kewajiban
para pihak berlangsung secara fair.
2. Dalam pelaksanaan kontrak, asas proporsional menjamin terwujudnya
distribusi petukaran hak dan kewajiban menurut proporsi yang disepakati atau
dibebankan pada para pihak.
3. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak, maka harus dinilai
secara proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat fundamental sehingga
mengganggu pelaksanaan sebagian besar kontrak atau sekedar hal-hal yang
sederhana/kesalahan kecil.
4. Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, asas proporsionalitas menentukan
bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak harus dibagi menurut
pertimbangan yang fair.
Penerapan asas proporsinalitas dalam pembentukan kontrak komersial
dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan dari terjadinya sengketa yang
terjadi dikemudian hari baik dari salah satu pihak yang dapat menghambat
kelancaran dari apa yang telah diperjanjikan atau isi dari kontrak tersebut.