DAFTAR PUSTAKA
American Nonsmoker’s Right Fondation (ANRF). 2013. 100% Smokefree U. S.
Hospital and Psychiatric Facilities. California: ANRF
Armstrong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Jakarta : Arcan
Association of Schools of Public Health (ASPH). 2007. Public Health Reports - Impact of a Smoke Free Hospital Campus Policy On Employee and Consumer Behavior. Washington DC: ASPH
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Balitbang
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana
Harian Sumut Pos. Kota Tebing Tinggi Berlakukan Kawasan Tanpa Rokok.
http://www.hariansumutpos.com/2013/02/52345/kota-tebingtinggi-berlakukan-kawasan-tanpa-rokok#axzz2LG6YM3ND (diakses pada tanggal 18 Februari 2013)
Health Compas. Kawasan Tanpa Rokok Belum Terealisasi Penuh.
http://health.kompas.com/read/2013/02/08/08280553/Kawasan.Tanpa.Rokok .Belum.Terealisasi.Penuh (diakses pada tanggal 18 Februari 2013)
Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84/ Menkes/ Inst/ II/ 2002 Tentang KTR di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/ Menkes/ Inst/ III/ 1990 Tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok
Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 4/U/1997 Tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok
Kemenkes RI. 2011. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Disertai Contoh KTI, Skripsi, Tesis. Yogyakarta: Fitramaya
Maramis, Willy, F. 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press
Medan Tribun News. LBH dukung Pergub Terkait Bebas Rokok, Tapi.
http://medan.tribunnews.com/2013/01/14/lbh-dukung-pergub-terkait-bebas-rokok-tapi (diakses pada tanggal 19 Januari 2013)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan – Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta
Patilima. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Perkantoran di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
Prabandari, Y. Suryo, dkk. 2009. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Alternatif Pengendalian Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok Terhadap Perilaku Dan Status Merokok Mahasiswa Di Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta: FK UGM Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang
Samarinda Pos Online. RSUD Abdul Rivai Terapkan Bebas Asap-Pengunjung
dan Karyawan Dilarang Merokok.
Saputra, Dhanny. 2011. Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Kesehatan. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo
Solichin, H. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM
Steiner, George A, dkk. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen Edisi
Kedua-Diterjemahkan Oleh Ticoalu dan Agus Dharma. Jakarta : Erlangga
Susanti, Dewi. 2011. Persepsi Unsur Pimpinan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Medan
Tobbaco Atlas Organization. 2012. Death – From The Tobacco Atlas.
www.tobaccoatlas.org (diakses pada tanggal 11 April 2012)
Tobacco Control Support Centre (TCSC). 2012. Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya – Policy Paper Seri 4. Jakarta: TCSC
---. 2012. Pemerintah Harus Segera
Tanda Tangani FCTC dan Sahkan PP Pengendalian Konsumsi Rokok!.
http://tcsc-indonesia.org/?page_id=558 (diakses pada tanggal 18 Februari 2012)
---. 2010. Tobacco Initiative Bab 8 -
Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain (Kawasan Tanpa Rokok). Jakarta: TCSC
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
WHO-Tobacco Free Initiative, 2010. Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain (Kawasan Tanpa Rokok) – Tobacco Initiative Bab 8.
Jakarta: TFI
Wikipedia. Kebijakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kebijakan (diakses pada tanggal 13 Februari 2013)
---. Perokok Pasif. http://id.wikipedia.org/wiki/Perokok_pasif (diakses pada tanggal 18 Februari 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif dan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth
interview).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian adalah RSU Kabanjahe. Alasan penulis memilih lokasi
ini adalah rumah sakit tersebut hanya menerapkan peraturan KTR secara
himbauan dan tidak didukung oleh peraturan tertulis rumah sakit, sehingga
penerapan KTR di rumah sakit tersebut tidak terlaksana sesuai peraturan yang
berlaku.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian diadakan pada bulan Maret-April 2013.
3.3 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah karyawan rumah sakit yang terdiri dari
direktur rumah sakit dan staf serta pengunjung rawat inap, dan pengunjung rawat
jalan di RSU Kabanjahe.
Informan dalam penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan (purposive
mewakili populasi, sehingga didapatkan informan sejumlah 8 orang yang terdiri dari
1 direktur rumah sakit (PLT), 1 kepala tata usaha, 2 kepala bidang, 2 kepala sub
bagian, 1 orang pengunjung kelas rawat inap, dan 1 orang pengunjung kelas rawat
jalan. Jumlah informan dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang terjadi pada
saat penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
penelitian survei lapangan dengan menggunakan :
a. Wawancara, yakni melakukan wawancara langsung dengan menggunakan
kuesioner tak terstruktur (pertanyaan panduan wawancara) yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu terhadap direktur rumah sakit, staf, dan
pengunjung di RSU Kabanjahe (responden).
b. Observasi, yakni pengamatan langsung di lapangan. Objek penelitian dalam hal
ini adalah direktur rumah sakit, staf, dan pengunjung di RSU Kabanjahe, serta
membuat catatan rencana sistematik dari hal-hal yang dirasakan perlu untuk
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan
membaca buku-buku literatur dan mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat
para ahli guna menemukan berbagai teori atau pendapat mengenai hal-hal yang ada
hubungannya dengan penulisan skripsi ini serta mencari, mengumpulkan,
mengobservasi, dan meneliti data, fakta dan laporan serta informasi dari RSU
Kabanjahe.
3.5 Triangulasi
Salah satu cara yang paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil
penelitian adalah dengan melakukan triangulasi (Bungin, 2008). Triangulasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.
3.5.1 Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yakni dilakukan dengan memilih informan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan, yakni 1 direktur rumah sakit (PLT),
1 kepala tata usaha, 2 kepala bidang (bidang penunjang pelayanan medik dan bidang
bina program), 2 kepala sub bagian (bagian keperawatan dan bagian umum dan
peralatan), 1 orang pengunjung kelas rawat inap, dan 1 orang pengunjung kelas rawat
jalan RSU Kabanjahe.
3.5.2 Triangulasi Metode
Triangulasi metode yakni dengan menggunakan metode wawancara mendalam
3.6 Definisi Istilah
Untuk memperoleh persepsi yang sama, maka perlu di jelaskan defenisi
operasional variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Persepsi adalah proses bagaimana responden dapat menggunakan indera yang
dimilikinya dalam menggambarkan dan menafsirkan hal-hal terkait
implementasi KTR untuk mendapatkan suatu makna. Persepsi tersebut dapat
berbeda dari masing-masing responden (subjektif) maupun dari kenyataan
objektif yang ada.
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah RSU Kabanjahe.
3. Karyawan rumah sakit adalah orang-orang yang terdaftar secara resmi bekerja
pada instansi rumah sakit, baik yang menangani hal-hal terkait medis maupun
non-medis, terdiri atas kepala dan staf rumah sakit. Dalam hal ini karyawan
RSU Kabanjahe yang akan diteliti adalah 1 direktur rumah sakit (PLT), 1
kepala tata usaha, 2 kepala bidang (bidang penunjang pelayanan medik dan
bidang bina program), dan 2 kepala sub bagian (bagian keperawatan dan bagian
4. Pengunjung rumah sakit adalah orang-orang yang datang atau mengunjungi
rumah sakit. Dalam hal ini pengunjung rumah sakit yang akan menjadi sampel
penelitian adalah seorang pengunjung kelas rawat jalan dan seorang
pendamping pasien kelas rawat inap di RSU Kabanjahe.
5. KTR (Kawasan Tanpa Rokok) adalah kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan yang dinyatakan dilarang untuk segala kegiatan produksi, distribusi,
dan konsumsi rokok.
6. Implementasi KTR adalah aktivitas yang dilakukan, baik oleh individu,
kelompok, masyarakat, lembaga, maupun pemerintah dalam menggunakan
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan terkait adanya peraturan yang
melarang kegiatan yang berhubungan dengan rokok di suatu wilayah tertentu
yang telah ditentukan.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dengan wawancara mendalam selanjutnya akan dianalisa
dengan tahapan yang terdiri dari transkripsi, pengorganisasian data, pengenalan dan
koding. Selanjutnya data dinarasikan dan disajikan dalam bentuk matriks menurut
variabel penelitian. Data-data tersebut akan dikomparasikan dengan teori dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Lokasi dan Sejarah RSU Kabanjahe
RSU Kabanjahe terletak di Jalan Kapten Selamat Ketaren Nomor 8, tepat di
tengah kota Kabanjahe, Kabupaten Karo. Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1921
oleh Pemerintahan Hindia-Belanda dengan nama Bataks Institute dan setelah
kemerdekaan Indonesia tahun 1945, pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintahan
Daerah Kabupaten Karo. Sejak penyerahan tersebut hingga saat ini,
pimpinan/direktur RSU Kabanjahe telah mengalami pergantian sebanyak 17 kali.
Pimpinan rumah sakit yang pertama dikenal dengan nama dr. Kwee Bingkong
(1945-1963) dan yang terakhir adalah dr. Terry Surbakti (2012-2013) yang saat ini tidak lagi
menjabat dan digantikan sementara oleh dr Jansen Perangin-angin yang juga
menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.
4.1.2 Visi, Misi, dan Motto RSU Kabanjahe
RSU Kabanjahe memiliki visi “Menjadikan RSU Kabupaten yang terbaik di
Provinsi Sumatera Utara”. Visi tersebut berusaha diwujudkan melalui misi-misi
antara lain:
1. Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima
2. Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit secara bertahap
3. Meningkatkan profesionalisme pegawai
Rumah sakit ini memiliki motto “MALEM” (bahasa Indonesia : “sembuh”),
yakni: “Murah, Akurat, Lemah lembut, Efisien, dan Memuaskan”. Rumah sakit ini
juga memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam pelayanan pasien
2. Meningkatkan penyediaan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana dan
prasarana dalam pelayanan pasien di rumah sakit
3. Meningkatkan keterampilan dan keahlian pegawai dalam pemberian pelayanan
kepada pasien rumah sakit
4. Seluruh pelayanan yang diberikan kepada pasien rumah sakit dilaksanakan
sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure).
4.1.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian RSU Kabanjahe
RSU Kabanjahe memiliki struktur organisasi yang terdiri dari direktur,
kelompok jabatan fungsional, kepala tata usaha yang membawahi 3 sub bagian
(subbag keuangan, subbag kepegawaian, serta subbag umum dan perlengkapan), 3
kepala bidang yakni bidang pelayanan medik (membawahi seksi keperawatan serta
seksi pelayanan dan humas), bidang penunjang pelayanan medik (membawahi seksi
sarana dan prasarana serta seksi rekam medik), dan bidang bina program
(membawahi seksi perencanaan dan seksi diklat), dan 12 jenis pelayanan lainnya.
Saat ini rumah sakit ini memiliki 257 orang pegawai yang terdiri dari 64 orang
pegawai berjenis kelamin laki-laki dan 193 orang pegawai berjenis kelamin
Tabel 4.1 Daftar Pegawai RSU Kabanjahe Tahun 2013
No. Bagian Laki-Laki Perempuan Jumlah
4.2 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 PLT
direktur RSU Kabanjahe merangkap kepala dinas kesehatan Kabupaten Karo, 1
kepala tata usaha, 2 kepala bidang, 2 kepala sub bagian, 1 orang pengunjung kelas
rawat inap, dan 1 orang pengunjung kelas rawat jalan.
Tabel 4.2 Deskripsi Informan RSU Kabanjahe
No Nama Informan Jenis
4.3 Hasil Wawancara Mengenai Persepsi Karyawan dan Pengunjung
Terhadap Implementasi KTR di RSU Kabanjahe 4.3.1 Persepsi tentang Rokok dan Merokok
4.3.1.1 Merokok tidaknya informan
Informan 6 Aku nggak merokok Informan 7 Merokok
Informan 8 Merokok
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 5 orang informan adalah bukan
perokok, sedangkan 3 informan adalah perokok.
4.3.1.2 Persepsi informan mengenai pengertian merokok
Informan Pernyataan
Informan 1 Nggak tau saya. Ya istilahnya apa saja yang saya rokok tidak masalah sama saya.
Informan 2 Yang saya tanya dari teman-teman, merokok itu katanya menghilangkan suntuklah, membuat kita happy-lah, tapi karena saya tidak merokok, saya nggak pernah rasakan itu.
Informan 3 Defenisi merokok. Kalau saya rasa, merokok itu suatu kebiasaan yang tidak benar, tradisi yang tidak benar, karena kita kan memasukkan racun nya ke badan kita. Itu aja batasannya.
Informan 4 Kebiasaan seseorang, mungkin kesenangan. Kadang ada efeknya.
Informan 5 Merokok itu menurut saya ya, itu suatu ini, kebiasaan yang merugikan diri kita sendiri.
membuat pengertiannya.
Informan 7 Sebetulnya itu hanya mengisi waktu luang aja nya merokok, yang hanya saya tahu hanya berbentuk tembakau. Kalau memang itu ada campurannya itu saya nggak tau. Memang saya
tau itu karena ada itu, apa namanya, informasi-informasi
merokok bisa merugikan kan. Tapi lantaran (karena) udah kebiasaan, kalau berhenti merokok, agaknya, agak-agak pening,
gitu aja. Itu maka agak sulit menghindari merokok. Memang ku tau nya keuntungan merokok ini nggak nya ada. Iya, tau nya itu,
tapi memang karena mengisi waktu-waktu luang, sambil-sambil santai, merokok, gitu aja.
Informan 8 Pengertiannya kalau menurut aku, itu kan setiap manusia kan beda pengertiannya kan. Jadi diajak-ajak kawan untuk merokok, merokoklah. Kadang-kadang sambil merokok udah kayak pemikiran ini lepaslah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 3 orang informan menyatakan
merokok adalah suatu kebiasaan (tradisi) yang memiliki dampak buruk, 2 orang
informan menyatakan merokok adalah aktivitas yang dapat membantu kemampuan
untuk berpikir, 1 orang informan menyatakan merokok adalah aktivitas yang dapat
membuat efek bahagia dan terbebas dari beban pikiran (rasa suntuk), 1 orang
informan menyatakan merokok adalah aktivitas untuk mengisi waktu luang, dan 1
orang informan menyatakan tidak tahu mengenai pengertian merokok.
4.3.1.3 Tanggapan orang terdekat terhadap seorang perokok
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya maklumlah kan, gimana dokter kok perokok. Merintahkan orang jangan merokok bisa, tapi memberhentikan dirinya sendiri
nggak bisa.
Informan 2 Saya sarankan kurangilah merokok dan saya tau susah itu berhenti, tapi kurangi. Alhasil tahun ini dia udah bisa, dari empat bungkus per hari, menjadi enam batang per hari, atau empat batang. Mudah-mudahan nanti bisa berhentilah.
Informan 3 Nggak suka.
misalnya ada kawan merokok gitu, oh jangan merokok, jangan masuk dulu ke sini.
Informan 5 Tanggapan saya sih gini aja, kalau soal karena dia udah faktor kebiasaannya ya, kalau kita langsung melarang berhenti merokok ya susah. Tapi saya bilang, ayo dikurangi pelan-pelan,
gitu.
Informan 6 Gimana ku bilang ya. Kalau bibik di kesehatan, bibik juga melarang dia merokok. Tapi ku larang pun, bibik larang pun, yah gimana dia memberhentikannya, orang itu memang udah nggak bisa diapakannya, dihentikannya, gitu. Cuma ya misalkan dia dua apa namanya, dua bungkus, bisa dihilangkannya jadi tinggal satu bungkus, gitu.
Informan 7 Ada, ada nya tanggapan. Sebaiknya kurangilah pak, katanya. Kurangilah pak, kata ibu ini. Seringnya itu dianjurkan, tapi memang dikurangi nya merokok, karena rokok itu kan, rokok saya Gepe, jadi rokok itu kalau menurut saya bukannya perokok apa namanya, perokok yang professional (berat). Maka begitu ku bilang, karena rokok saya cukup nya satu bungkus untuk satu hari satu malam. Ya, isinya dua belas batang. Dibeli pagi cukup itu sampai malam. Jadi pendek katanya rokok saya itu minimallah satu bungkus satu hari, satu malam. itu pun
sewaktu… waktu-waktu luang.
Informan 8 Sudah pasti, contohnya, istriku lah. Sering diberikan pengarahan, dibilangkannya, kau tengok itu yang merokok itu batuk-batuk, sesak katanya. Tapi gitu dibilangnya, iya… iya… dibilanglah, cepat lupalah. Tapi tau nya saya efek sampingnya. Sudah banyak kita tengok di rumah sakit itu kan banyak kali orang sesak. Kan taunya kita. Tapi belum bisa diberhentikan. Sering nya berpikir bertekad untuk bisa berhentilah, terus pula ku berhentikan tiga bulan, tambah gemuk terus. Kan takut pula aku. Itu maka ada pula niat-ta (kita/saya) untuk bertekad untuk berhentilah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 4 orang informan menyatakan
keluarga terdekat menyarakan untuk mengurangi aktivitas merokok, 2 orang
informan menyatakan keluarga terdekat tidak menyukai keluarganya merokok, 1
orang informan menyatakan keluarga terdekat memberikan sindiran halus dan
informan menyatakan keluarga terdekat mencoba memberi pengarahan mengenai
akibat dari aktivitas merokok.
4.3.1.4 Persepsi informan mengenai dampak buruk merokok
Informan Pernyataan
Informan 1 Terhadap inilah, apa namanya, yang saya rasakan ke paru dan ke jantung saya. Kalau paru, batuk. Kalau jantung itu, ya kemarin itu saya sudah pernah serangan penyakit jantung koroner.
Informan 2 Banyak sekali. Bisa sakit jantung, TBC, impoten, banyak itu ya. Informan 3 Oh iya dong. Kanker, paru, kemandulan, banyak sekali. Perlu
disebutkan satu-satu? Nggak usah lah ya, banyak kali. Kebetulan kan aku dokter, jadi aku tau nya.
Informan 4 Dampak buruk banyak kali, iya. Jantung, paru-paru. Terus ini lagi, merusak mata pencaharian. Tujuh ribu satu hari, bisa tiga bungkus satu hari. Kalau perokok berat kan kayak gitu kan, bisa sampai dua bungkus satu hari, lima bungkus. Yang paling murah berapa ya satu bungkus sekarang? Dua belas ribu. Bayangkan lima, udah enam puluh ribu. Enam puluh ribu kali tiga ratus tiga puluh enam. Iya, merusak mata pencaharian.
Informan 5 Banyak sekali ya, apalagi untuk dirinya sendiri. Terus yang bagi anggota terdekatnya juga merugikan juga dan dari asapnya lebih berat sebenarnya kita perokok pasif daripada aktif, ya kan, kayak gitu. Menurut saya sih itu banyak sekali kerugiannya. Bisa menyebabkan sakit paru-paru karena kebanyakan merokok ya. Karena banyak pasien-pasien di sini yang udah banyak kita lihat yang mengalami begitu.
Informan 6 Ya banyak sekali lah dampaknya nakku. Itu kan merugikan kesehatan, bisa impoten, udah, bisa ya batuk-batuk, bisa
mengakibatkan itu yang… apa ya, penyakit paru, kan sama itu,
gitu. Sesak, gitu.
Informan 7 Sesak, paru-paru, ku tau nya memang itu. Cuma itu yang efek paling menonjol yang ku lihat.
Informan 8 Dampak negatifnya, kalau terlalu banyak merokok makan pun kurang suka. Tidur pun agak susah, nggak nyenyak lah, kalau kebanyakan merokok. Penyakit udah pastilah ada kalau kebanyakan merokok. Panas di dada pun bisa. Itu maka kalau merokok ini kalau kurang minum air putih, bisa batuk pun. Iyah, itu banyak efek sampingnya itu. Sesak, batuk, terus pokoknya banyak lah. Itu nggak mungkin itu ada keuntungannya merokok,
Terus efek sampingnya dari merokok ini, efek samping yang paling utama, kalau masih muda kebanyakan merokok, kam (kamu) kan udah dewasa kan, berhubungan intim pun pasti berkurang kali itu. Kurang kejantanan, udah pasti kali berkurang, ku tengok aku dulu sebelum merokok. Kurang tenaga, tenaga kerjalah. Kam (kamu) tengok yang nggak merokok, udah pasti tenaga lebih kuat yang nggak merokok. Kan udah saya ceritakan tadi, udah pasti itu lebih kuat tenaganya. Itu udah positif itu.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
merokok dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan (penyakit paru, batuk,
sesak, dan TBC), 4 orang informan menyatakan merokok dapat menyebabkan
gangguan sistem reproduksi (impoten, kekurangan kejantanan, dan kemandulan), 3
orang informan menyatakan merokok dapat menyebabkan gangguan sistem
kardiovaskuler (penyakit jantung dan PJK), 1 orang informan menyatakan merokok
dapat menyebabkan kanker, 1 orang informan menyatakan merokok dapat
menyebabkan nafsu makan berkurang, 1 orang informan menyatakan merokok dapat
menyebabkan gangguan tidur, 1 orang informan menyatakan merokok dapat
menyebabkan panas di dada, 1 orang informan menyatakan merokok dapat
menyebabkan kurang tenaga, dan 1 orang informan menyatakan merokok dapat
merusak mata pencaharian.
4.3.1.5 Pernah tidaknya informan mendengar pernyataan bahwa di dalam rokok terkandung beratus ribu partikel dari berbagai zat berbahaya seperti zat adiktif, zat karsinogen, zat logam beracun dan radio aktif, zat yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor, serta zat berbahaya lainnya yang juga digunakan dalam pembuatan cairan pengawet mayat, pestisida, dan racun tikus.
Informan Pernyataan
Informan 2 Oh, belum. Belum pernah. Informan 3 Pernah
Informan 4 Pernah. Waktu kami…bukan, ada stiker dari mana itu ya. Ngeri kali pun itu, gambarnya itu. Kurasa perlu kam (kamu) foto itu.
Di ruang poli paru sana ada gambar laki-laki yang merokok itu tadi, semua nampak, semua habis, kakinya pun habis.
Informan 5 Sebelumnya sih ada juga sebagian pernah, tapi yang terakhir itu
udah yang sekarang ini lagi digalak-galakkan jadi harus dilarang
merokok, kawasan bebas rokok, itu semuanya. Tapi yang zat-zat yang terakhir yang racun tikus itu ya memang baru ini juga saya dengar. Kalau penyebab kanker, untuk ketergantungan, itu dari dulu kita juga udah tau, gitu.
Informan 6 Pernah, iya. Informan 7 Belum.
Informan 8 Memang pernah, pernah, tapi di rumah sakit ini nya kubaca-baca.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 6 orang informan menyatakan
pernah mendengar pernyataan bahwa di dalam rokok terkandung beratus ribu partikel
dari berbagai zat berbahaya seperti zat adiktif, zat karsinogen, zat logam beracun dan
radio aktif, zat yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor, serta zat
berbahaya lainnya yang juga digunakan dalam pembuatan cairan pengawet mayat,
pestisida, dan racun tikus, 2 orang informan menyatakan belum pernah mendengar
pernyataan tersebut.
4.3.1.6 Persepsi informan terhadap pernyataan bahwa di dalam rokok terkandung beratus ribu partikel dari berbagai zat berbahaya seperti zat adiktif, zat karsinogen, zat logam beracun dan radio aktif, zat yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor, serta zat berbahaya lainnya yang juga digunakan dalam pembuatan cairan pengawet mayat, pestisida, dan racun tikus.
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya, setuju, saya orang kesehatan kan.
dia merokok. Informan 3 Setuju.
Informan 4 Setuju. Memang betul memang kan.
Informan 5 Setuju sekali, karena kalau misalnya itu kita arahkan kepada
setiap…, maksudnya pasien-pasien yang perokok, jangankan pasien, bahkan perawat-perawatnya sekalian juga, biar kita bebas dari asap rokok.
Informan 6 Setuju.
Informan 7 Setuju. Memang yang kutahu selama ini dari merokok seperti yang kubilang tadi, nggak ada yang menguntungkan, hanya merugikan, lantaran (karena) kesemalan (kebiasaan), dan belum juga kutahu itu apa penyebab yang mematikan. Menurut tanggapan saya, saya akan bertekad sesuai dengan penjelasan adek ini, sesuai dengan apa yang terkandung di dalam rokok ini, mulai hari ini, memang nggak saya berjanji total berhenti, tapi saya akan kurangi sesuai dengan penjelasan itu.
Informan 8 Betul, setuju.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan setuju
terhadap pernyataan bahwa di dalam rokok terkandung beratus ribu partikel dari
berbagai zat berbahaya seperti zat adiktif, zat karsinogen, zat logam beracun dan
radio aktif, zat yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor, serta zat
berbahaya lainnya yang juga digunakan dalam pembuatan cairan pengawet mayat,
pestisida, dan racun tikus.
4.3.1.7 Persepsi informan terhadap rokok terkait zat-zat berbahaya yang terkandung di dalamnya.
Informan Pernyataan
Informan 1 Itu tadi, karena mungkin dampaknya nggak begitu langsung didapat, makanya mungkin rasa takut itu barangkali kurang. Informan 2 Jangan merokok lah. Tidak merokok. Jadi, kalau bisa sekalian
pabriknya aja ditutup, ya kan? Sekarang kan begini, kita ya jangan merokok, dilarang merokok, tapi ngambil rokok di mana-mana gampang, maunya nggak ada dijual. Walaupun itu sekalian sebagai PAD (Pendapatan Asli Daerah) kan, dari yang lain-lain
Informan 3 Kalau bisa kita jauhkan.
Informan 4 Tanggapan saya terhadap rokok…, tapi itulah ya, kenapa dikeluarkan lagi itu, ijin bagi perusahaan rokok? Padahal kan,
itulah… di rokok itu kayak peringatan, tapi di situ… awas,
ditempelkan juga bahayanya rokok ini. Tapi itulah karena mungkin kurangnya tingkat kesadaran ataupun pengetahuan kita ataupun entah karena apa, tetap aja merokok, gitu. Padahal di ditutup, supaya jangan lagi orang membeli rokok. Karena kalau apapun kita bilang, apapun kita arahkan, kalau pabriknya lagi buka, di mana-mana ada jual, nggak mungkin berhenti kan? Jadi tanggapan saya itulah, kita harus setuju semua, kita buat pernyataan bahwasanya itu pabrik rokok jangan dikasih ijin lagi, supaya nggak ada lagi pabrik rokok, di Indonesia terutama ya. Informan 6 Ya nggak bagus lah nakku, karena itu sakit paru-paru kan bibik
bilang tadi, bisa merusak kesehatan. Karena di rokok itu pun
Informan 7 Secara kesimpulannya, untuk itu, bukan saya berjanji untuk berhenti total, tapi akan saya kurangi semaksimal mungkin.
Lantaran (karena) sudah ada kam (kamu) berikan penjelasan di
menarik satu batang rokok, itu hilang sedikit. Entah mengandung racun atau kayak mana, itu nggak tau saya itu. Tapi sesuai dengan penjelasan apa yang terkandung dalam rokok itu, saya akan berjanji ini akan kembali mengurangi dan sekaligus kalau bisa di bawah petunjuk Tuhan, akan saya berhenti merokok. Ini disaksikan oleh istri saya juga kan.
Informan 8 Kadang-kadang berpikir aku, itu maka kubilang tadi mau berhentinya ku bilang. Tapi lantaran (karena) pernah kuberhentikan, gemuk, tambah gemuk terus, itulah, kurangilah. Biasa habis satu bungkus, saya usahakan itu satu bungkus. Inilah satu hari satu malam cukupkanlah. Bukan rugi saya dalam uang, kalau kurang saya merokok, tenaga saya kuat. Semangat kuat lah kalau kurang merokok, semangat kerja sehari pun dia yang merokok udah pastilah orangnya lemas, fit kurang.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mengingat zat berbahaya yang
terkandung dalam rokok, 3 orang informan menyatakan sebaiknya pabrik rokok tidak
lagi memproduksi ataupun mendistribusikan rokok, 2 orang informan menyatakan
walaupun berbahaya, masyarakat akan tetap merokok dipengaruhi tingkat
pengetahuan dan kesadaran yang kurang, 2 orang informan menyatakan sebaiknya
mengurangi bahkan memberhentikan aktivitas merokok, 1 orang informan
menyatakan walaupun berbahaya, masyarakat akan tetap merokok karena dampak
tidak langsung didapat, 1 orang informan menyatakan sebaiknya menjauhi rokok.
4.3.1.8 Pernah tidaknya informan mendengar pernyataan bahwa risiko bahaya perokok pasif tiga kali lebih besar daripada perokok aktif disebabkan 25% zat berbahaya di dalam rokok akan masuk ke tubuh perokok sedangkan 75% lainnya akan beredar di udara bebas.
Informan 4 Pernah. Informan 5 Pernah. Informan 6 Pernah.
Informan 7 Memang pernah saya dengar informasi ini, tapi penjelasan lebih mendalam belum saya tau.
Informan 8 Pernah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
pernah mendengar bahwa risiko bahaya perokok pasif tiga kali lebih besar daripada
perokok aktif disebabkan 25% zat berbahaya di dalam rokok akan masuk ke tubuh
perokok sedangkan 75% lainnya akan beredar di udara bebas.
4.3.1.9 Tanggapan informan terhadap pernyataan bahwa risiko bahaya perokok pasif tiga kali lebih besar daripada perokok aktif disebabkan 25% zat berbahaya di dalam rokok akan masuk ke tubuh perokok sedangkan 75% lainnya akan beredar di udara bebas.
Informan Pernyataan
Informan 1 Tapi saya belum bisa pastikan dek. Saya nggak bisa pastikan kenapa dibilang begitu. Barangkali itu hanya arahnya supaya kita menghargai orang lain yang tidak merokok di dekat kita. Ini barangkali.
Informan 2 Setuju. Informan 3 Setuju.
Informan 4 Ya memang, setuju memang. Perokok pasif sama perokok yang aktif sama dibilangnya ya, malahan lebih berbahaya perokok pasif. Karena yang aktif itu mungkin udah terbiasa dia kan, sementara kita yang pasif ini, daya apa kita pun lemah terhadap paparan rokok. Makanya hati-hati yang pasif, sama yang aktif pun harus tetap hati-hati, kan gitu.
Informan 5 Setuju. Sebenarnya itu pernyataan itu bagus didengar setiap masyarakat atau setiap orang, supaya kita itu sama-sama dapat menggerakkan bahwa misalnya di kantor lah, ada ruangan khusus bagi perokok. Jangan dicampur-aduk, di mana-mana boleh. Jadi kita harus membuat selebaran-selebaran bahwasanya harus ruangan bebas rokok, jadi ada di situ stand ruangan khusus untuk merokok. Itu anjuran saya, tanggapan saya.
besar yang tidak merokok.
Informan 7 Penjelasan secara mendetail, bukan (belum). Tapi informasi-informasi dari orang yang tidak merokok, katanya memang
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 6 informan menyatakan setuju
terhadap pernyataan bahaya perokok pasif tiga kali lebih besar daripada perokok aktif
disebabkan 25% zat berbahaya di dalam rokok akan masuk ke tubuh perokok
sedangkan 75% lainnya akan beredar di udara bebas dan 2 informan menyatakan ragu
(belum yakin) terhadap pernyataan tersebut.
4.3.1.10a. Bagi yang Perokok : tanggapan informan terhadap pernyataan bahwa orang di sekitar informan (perokok pasif) berisiko bahaya 3 kali lebih besar daripada informan (perokok aktif) akibat paparan asap rokok informan (perokok aktif).
Informan Pernyataan
Informan 1 Nah itulah makanya saya bilang tadi, barangkali kalau di dekat kita ada yang nggak merokok, kita upayakan menghargai itu lah. Ya orang yang tidak merokok, tentu berarti kan tidak merokok di situ. Makanya kalau walaupun saya pun merokok, ini di ruangan ini nggak boleh merokok lho. Kalau merokok, keluar saya, itu ya sesuai dengan pernyataan saya yang pertama tadi ya akan saya kurangi, semoga bisa berhenti.
Informan 8 Itu maka kalau di ruangan kita, contohnya anak seperti inilah, merokok kita di ruangan. Itu maka nggak usah kita merokok di
ini. Jadi udah pasti tercium dia. Itu maka saya dekat orang ini pun, kecuali ruangan terbuka gini, baru mau aku merokok. Kalau di ruangan aku, nggak mau aku. Itu maka saya usahakan nggak dekat dia merokok lah, karena itu udah taunya aku cem mana efek samping orang merokok, udahnya ku tau. Jadi ngapain pula nanti anak-anakku ini terhirup pula dia. Udah pasti aku tau efek sampingnya lah. Kita kan harus memakai perasaan kita, kalau ada orang sakit di situ, merokok kita, kan nggak enak kan.
Umpamana (misalnya) keluarga kita pula yang sakit, merokok
orang di dalam, kan nggak enak.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 2 orang informan menyatakan tidak
merokok di sekitar orang yang tidak merokok dan 1 orang informan menyatakan
perokok berdosa karena menyebabkan orang lain mendapat dampak buruk dari asap
rokok si perokok.
b. Bagi yang Bukan Perokok : tanggapan informan terhadap pernyataan bahwa informan (perokok pasif) berisiko bahaya 3 kali lebih besar daripada perokok aktif akibat paparan asap rokok dari perokok aktif.
Informan Pernyataan
Informan 2 Jangan dekat orang yang merokoklah. Jangan merokok di dekat kita. Ya untuk rokok ini ya ditentukanlah tempatnya untuk merokok, buat suatu ruangan lah ya, khusus untuk merokok, supaya jangan terkontaminasi kita sama orang.
Informan 3 Menjauhi. Iya, minimal kita pakai tutup sapu tangan, atau menjauhilah. Paling baiknya menjauhi. Kalau ada orang merokok kita nggak usah dekat-dekat.
Informan 4 Ngerilah. Cuma ya itu tadi lah. Artinya perokok yang pasif itu
tau dia menempatkan dirinya. Kalau ada di situ orang merokok,
ya hindari. Ini kita tahankan nanti teman kita merokok di situ kan.
Informan 5 Tanggapan saya, saya sih cemburu. Dia yang merokok kok kita yang kena sasarannya lebih besar ya. Aturan dia sendiri, ya kan begitu. Jadi makanya seperti saya bilang yang pertama tadi, ditutup aja pabrik rokok supaya nggak ada yang dirugikan. Itu yang bagusnya.
yang kena, yah, apa jugalah, gimana membilangkannya, menderita jugalah kan, karena dia yang merokok, saya yang kena, gitu. Kan iya? Kan beresiko juga itu, dari asapnya itu. Padahal dia yang merokok, kita yang kena. Jadi itu yang kita bilang, hindari, kurangi, merokok supaya jangan membawa penyakit, bagi dia, kan gitu. Bagi yang perokok ini. Sementara kadang kita nggak bisa maksa, gitu.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 4 orang informan menyatakan
sebaiknya tidak berada di sekitar orang yang sedang merokok (menghindar) dan 1
orang informan menyatakan sebaiknya pabrik rokok ditutup.
4.3.2 Persepsi tentang KTR
4.3.2.1 Pernah tidaknya informan mendengar istilah “KTR”
Informan Pernyataan
Informan 1 Pernah. Informan 2 Pernah. Informan 3 Pernah. Informan 4 Pernah.
Informan 5 Ada (pernah), kayak kita di ruangan, kita buat no smoking… no
smoking, ruangan bebas rokok, ada. Khusus di rumah sakit, kita udah dibuat. Kan adek sendiri lihat kan, ada bebas rokok, di sini
ruangan dilarang merokok. Kan di ruangan-ruangan, apalagi ruangan rawat inap ya kan begitu. Jadi dokter sendiri pun kalau lagi memeriksa pasien, tidak boleh merokok. Karena udah dianjurkan ruangan bebas rokok.
Informan 6 Pernah, kawasan tanpa rokok. Informan 7 Pernah.
Informan 8 Pernah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
4.3.2.2 Pengetahuan informan mengenai pengertian KTR
Informan Pernyataan
Informan 1 Kawasan tanpa rokok ya di situ nggak bisa ada asap rokok,
nggak ada orang merokok. Barangkali sampai saat ini pengertian
kita begitu.
Informan 2 Kawasan tanpa rokok ya nggak ada rokok, nggak ada orang yang merokok.
Informan 3 Ya areal itu tidak boleh merokok. Ya total tidak boleh merokok. Informan 4 Kalau di rumah sakit itu, ada memang hari itu pernyataan, entah
di mana ku lihat, bahwa rumah sakit itu harus bebas asap rokok. Informan 5 Kawasan tanpa rokok ya karena di ruangan itu banyak kita
yang…, misalnya di ruangan rapat, di kantor, itu harus memang nggak boleh, karena tidak boleh merokok. Karena di ruangan itu kan kita semuanya kan tau ya, sekarang umumnya kalau di untuk menghindari, supaya orang yang di sekitarnya tidak terkena yang seperti tadi, kebanyakan efeknya bagi yang perokok pasif tadi. Jadi kita dekat sama dia pun kan kita jadinya
nggak enak ya, karena banyak penyakitnya ke kita, ketimbang
bagi yang perokok itu sediri.
Informan 6 Kawasan tanpa rokok, tidak ada asap rokok. Iya.
Informan 7 Itu saya dengar di daerah Jakarta. Kalau di daerah Karo ini mayoritas nggak ada itu berlaku. Lantaran (karena) seperti yang kubilang tadi mungkin, lantaran (karena) peradatan dan pengaruh lingkungan mungkin. Tapi di daerah Jawa sana, ada kawasan bebas rokok. Kalau di (daerah) Karo ini, hanya ruangan-ruangan tertentu. Cuma ya walaupun di rumah sakit ini, hanya di dalam ruangannya dilarang merokok, tetapi di luar
udah bebas. Tapi mungkin sesuai penjelasan adek tadi, nggak tau kami perokok ini, bahwa penyakit itu untuk orang lain lebih
banyak kira-kira.
Informan 8 Kawasan tanpa rokok umpamanya (misalnya) ya dilarangnya merokok di dalam itu.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 4 informan menyatakan KTR adalah
kawasan dimana tidak ada orang yang merokok, dan 2 informan menyatakan KTR
adalah kawasan bebas asap rokok.
4.3.2.3 Pengetahuan informan mengenai tempat-tempat yang dinyatakan sebagai KTR
Informan Pernyataan
Informan 1 Di ruangan saya juga kawasan tanpa rokok. Di bandara ada kawasan tanpa rokok. Ya rumah sakit juga.
Informan 2 Di hotel-hotel.
Informan 3 Ya rumah sakit umum, sekolah-sekolah, rumah ibadah, ya kalau saya ditanya kalau bisa jangan ada lagi yang merokok malah.
rokok itu, itu ada khusus kantin di situ memang laki-laki semua yang perokok-perokok. Ada memang kayak di kantin kita, nah itu dianjurkan merokok di sana. Karena ruangan khusus sekali di sini tidak ada. Di kantin bagi yang perokok.
Informan 6 Kan di rumah-rumah sakit kan banyak itu ditulis. Pokoknya kemana kin (rupanya) kita, rumah sakit Adam Malik kita, kawasan bebas rokok. Misalkan di rumah sakit, kebanyakan di rumah-rumah sakit lah, swasta, rumah sakit pemerintah.
Informan 7 Pastinya saya nggak tau itu nama alamatnya. Pokoknya kalau di daerah Jawa ya lebih banyak kawasan dilarang merokok daripada bebas merokok. Ya di wilayah rumah sakit ini pun adanya pamflet dibikin perawat-perawat itu dilarang merokok, tapi masyarakatnya masih tetap merokok, nah itulah kira-kira. Informan 8 Di ruangan (ber-)AC lah. Umpamanya (misalnya) kan ada apa
itu, toko-toko yang besar (mall) itu, kan dilarangnya merokok di dalam itu. Contohnya di Kabanjahe, Rumah Sakit Efarina itu, itu
nggak bisa merokok di dalam itu, harus keluar. Nggak bisa di
luar pun gini nggak bisa merokok itu. Harus di luar rumah sakitlah, harus keluar kita. Itu nggak bisa merokok itu.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 6 informan menyatakan rumah sakit
hotel sebagai KTR, 1 informan menyatakan sekolah sebagai KTR, 1 informan
menyatakan rumah ibadah sebagai KTR, 1 informan menyatakan pusat perbelanjaan
sebagai KTR, dan 1 informan menyatakan tidak ada kawasan yang benar-benar
khusus tanpa rokok.
4.3.2.4 Pemberlakuan aturan KTR di RSU Kabanjahe
Informan Pernyataan
Informan 1 Kemarin belum ada tapi ini sudah kita coba terapkan karena seperti saya bilang tadi itu, kita orang kesehatan melarang, tapi ini secara pelan-pelan sudah kita jalankan di rumah sakit umum itu supaya di ruangan tidak merokok. Aturan tertulis ada, aturan, itu harus ada sanksi. Nah dalam penegakan sanksinya ini yang takutnya kita belum siap. Kita belum mempunyai model. Informan 2 Di tempat kita ini belum ada, yang ada di hotel-hotel. Tapi di
rumah sakit ini udah kita sosialisasikan. Tapi tetapnya yang dari kampung-kampung itu ke mari bawa rokok, merokok. Kemarin kita udah waktu tahun 2009 kita langsung berinteraksi dengan pasiennya, kalau di sini jangan merokok. Terus kita bikin lagi pamflet-pamfletnya gitu bahwasanya di sini nggak bisa merokok. Tapi hanya sementara aja. Ya, langsung turun (ke lapangan) itu dulu waktu mau akreditasi. Sejak itu ya nggak ada lagi sampai sekarang.
Informan 3 Kita sudah instruksikan, tapi belum ada.
Informan 4 Udah. peraturannya udah ada di stiker-stiker ditempel.
Informan 5 Udah, khusus ruangan-ruangan kayak kita yang di atas ini seperti yang adek lihat kan nggak ada yang merokok di atas. Jadi kawasan tanpa rokok itu udah dulu juga udah dianjurkan tidak boleh sembarangan merokok. Apalagi pernah kami melayani pasien yang di sini, masa kami yang melarang pasien merokok, sementara di sini tidak dibuat kawasan bebas rokok, kan gitu. Informan 6 Belum. Seringnya dibuat kawasan tanpa rokok, tapi banyak yang
merokok, nggak diindahkan, gitu nakku. Dibuatnya, di situ pun
Informan 7 Menurut saya sudah nya diberlakukan. Tapi masyarakat nya, orang nya ini seakan-akan melanggar peraturan itu. Entah mungkin lantaran (karena) kebiasaan itu nggak bisa dihilangkan atau bagaimana itu, saya kurang mengerti. Kalau nggak, menurut penglihatan saya dan pengamatan saya, sudah adanya dibikin pihak rumah sakit ini kawasan dilarang merokok. Udah ada nya itu sebenarnya. Barusan pun saya merokok, di luar ruanganlah. Kalau di dalam ruangan, nggak. Beberapa kali saya berkunjung ke rumah sakit ini, kalau di dalam ruangan itu saya jaga betul. Tapi di luar ini lantaran (karena) kawan-kawan, tengoklah orang ini kan merokok semua di luar, lantaran (karena) sudah kawasan bebas udaranya, itu sudah seperti biasa, seperti di ladanglah kira-kira. Kalau di ruangan itu jelas saja saya tidak pernah merokok, kalau di dalam ruangan.
Informan 8 Rumah Sakit Kabanjahe ini nggak nya kurasa. Nggak pernah kutengok dilarang orang ini, kecuali di ruangan ini. Umpamanya (misalnya) ada ruang pasien di dalam, itu nggak bisa merokok itu. Di luar di sini bisa. Kalau di dalam ruangan ada pasien
nggak bisa lah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 5 informan menyatakan aturan KTR
di RSU Kabanjahe belum berlaku dan 3 informan menyatakan aturan KTR di RSU
Kabanjahe sudah berlaku.
4.3.2.5 Karyawan merokok di lingkungan rumah sakit
Informan Pernyataan
Informan 2 Pernah, ini kan merokok dia. Ya biasanya di kantor, tapi kantor kita di atas nggak bisa, nggak bisa merokok.
Informan 3 Pernah. Di koridor, di ruangan. Informan 4 Pernah. Di kantin, di ruangan jarang.
Informan 5 Ada sih ada, tapi karena sudah ada larangan itu sekarang sudah tidak ada lagi.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
bahwa terdapat karyawan yang merokok di lingkungan rumah sakit.
4.3.2.6 Ada tidaknya himbauan dari pimpinan rumah sakit terhadap karyawan rumah sakit untuk tidak merokok di lingkungan rumah sakit
Informan Pernyataan
Informan 1 Khusus untuk itu kayaknya belum. Ya himbauan dulu (ada pada saat rapat).
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
adanya himbauan dari pimpinan rumah sakit terhadap karyawan rumah sakit untuk
tidak merokok di lingkungan rumah sakit.
4.3.2.7 Bentuk himbauan yang diberikan pimpinan rumah sakit terhadap karyawan rumah sakit untuk tidak merokok di lingkungan rumah sakit
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya himbauan dulu (pada saat rapat).
Informan 2 Begini, bagi kita semua pegawai, dilarang merokok di kawasan rumah sakit. Kalau mau merokok silahkan ke kantin.
Informan 3 Secara lisan ada. Teguran halus lah. Informan 4 Dilarang, dilarang merokok
Informan 5 Himbauannya itu sampai dibawa ke rapat, terus dibuat selebaran-selebaran. Sekarang sudah di setiap ruangan juga udah dilengketin semua bebas rokok.
Informan 6 Supaya di ruangan tidak merokok. Yang bagusnya merokok di tempat khusus, maksudnya ya di kantin, di apalah, misalkan di luar dari rumah sakitlah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 2 informan menyatakan himbauan
informan menyatakan himbauan merokok hanya boleh di kantin, 1 informan
menyatakan himbauan secara lisan dan teguran halus, dan 1 informan menyatakan
himbauan untuk menempelkan himbauan dilarang merokok di seluruh ruangan.
4.3.2.8 Ada tidaknya himbauan dari karyawan rumah sakit terhadap pengunjung rumah sakit untuk tidak merokok di lingkungan rumah sakit
Informan Pernyataan
Informan 1 Khusus untuk itu kayaknya belum. Informan 2 Pernah (ada).
Informan 3 Sering (ada). Informan 4 Pernah (ada). Informan 5 Sering (ada). Informan 6 Pernah (ada).
Informan 7 Kalau di ruangan ada tegoran.
Informan 8 Aku nggak pernah pula merokok di dalam kan nggak tau pula aku. Kalau di luar, kalau di rumah sakit umum nggak pernah,
nggak pernah aku dilarang, kalau di luar ya. Nggaknya ada orang
yang berani di dalam kalau merokok, nggaknya ada orang yang merokok.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 6 orang informan menyatakan ada
himbauan dari karyawan rumah sakit terhadap pengunjung rumah sakit untuk tidak
merokok di lingkungan rumah sakit, 1 orang informan menyatakan belum ada
himbauan khusus, dan 1 orang menyatakan tidak ada himbauan untuk tidak merokok
di luar ruangan.
4.3.2.9 Bentuk himbauan yang diberikan karyawan rumah sakit terhadap pengunjung rumah sakit untuk tidak merokok di lingkungan rumah sakit
Informan Pernyataan
Informan 3 Kalau bisa jangan merokok, karena di samping bapak rugi, masyarakat juga rugi, teman sekeliling bapak rugi, keluarga dekat.
Informan 4 Menegur supaya jangan merokok.
Informan 5 Malahan setiap kita kontrol ke bawah, ada ketemu ya kita kasih tau secara pelan-pelan, tidak boleh merokok. Ya namanya kita mengatasi masyarakat yang banyak ya harus kita menegor itu pun harus dengan sopan, tidak boleh secara kasar. Walaupun kita nanti karena sayang sama dia, tapi dia tidak mengerti apa yang kita ucapkan itu. Ya, nanti salah paham.
Informan 6 Bang, pak, kalau di ruangan jangan merokok ya bang. Itu kan mengganggu kesehatan yang rawat inap.
Informan 7 Kalau di ruangan, eh pak kalau mau merokok di luarlah, kata perawat-perawat yang lewat itu. Kalau di luar yang kayak gini, memang sesuai dengan yang saya bilang tadi, lantaran (karena) kebiasaan mungkin memang nggak larangan. Lagipula karena udah hawa bebas mungkin, udara bebas, lantaran (karena)
kesemalan (kebiasaan) orang Karo merokok ini, mungkin
perawat ini segan akan melarang, tapi sudahnya ada pamflet. Tapi kalau ada perawat yang lewat melihat pengunjung pasien itu merokok di ruangan, itu sepanjang sepengetahuan saya itu dilarang.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan
bentuk himbauan yang diberikan karyawan rumah sakit terhadap pengunjung rumah
sakit untuk tidak merokok di lingkungan rumah sakit adalah berupa teguran sopan.
4.3.2.10Pembuatan aturan KTR di RSU Kabanjahe
Informan Pernyataan
tidak begitu kuat sekali ya barangkali kalau misalnya hanya manajemen rumah sakit aja yang menerapkan. Makanya saya bilang tadi masih hanya dalam taraf himbauan. Pembuatan peraturan itu ndak bisa lepas dari pemerintah daerah. Bisa lepas tapi terbatas pada lingkungan itu saja dia peraturannya. Nah jadi kalau cuma sebesar itu aja lingkungannya, ini punya kendala buat kita. Kenapa? Karena begitu dia masuk ke rumah sakit, itu kebiasaan dari luar itu jadi terbawalah dia, jadi merokok juga di dalam. Makanya secara pelan-pelan inilah yang kita siasati, kita coba himbauan dulu, kalau di lingkungan ini baiknya tidak merokoklah, nah gitu-gitu. Kalau peraturan itu tadi kan kita bilang ada sanksi, dendalah, sanksi fisiklah, sanksi disiplinlah, dan sebagainya. Rancangan aturan, ya sudah pasti masuk. Tapi kalau di rumah sakit ya belum bisalah, orang saya hanya PLT. Tapi barangkali, artinya tahun depan barangkali himbauan dari dinas (kesehatan) kepada seluruh rumah sakit agar bebas asap rokok, ini sudah bisa ada.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pembuatan aturan KTR di RSU
Kabanjahe belum dapat dilaksanakan karena membutuhkan dana dalam pembuatan
aturan tersebut, sementara dana dari pemerintah daerah masih terfokus pada
pembangunan.
4.3.2.11Tanggapan informan terhadap pernyataan bahwa setiap rumah sakit berkewajiban memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai KTR
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya (setuju)
Informan 2 Ya, harusnya iya. Tapi inilah udah mulai kita benahi rumah sakit ini dengan jam bertamu. Dengan adanya jam bertamu nanti, bisa kita kurangi orang merokok di dalam. Terus kita akan tetap larang ini. Jadi kalau bertemu pasien tidak merokok di rumah sakit.
Informan 3 Setuju
Informan 4 Setuju kali pun.
merokok itu memang tidak baik. Informan 6 Bagus.
Informan 7 Memang bagus itu, tapi itulah masyarakat ini ada umumnya sulit untuk diatur. Ada pepatah mengatakan peraturan itu dibuat untuk dilanggar, ya? Kan semal (biasa) itu biasa kam (kamu) dengar? Peraturan itu dibuat untuk dilanggar, kata orang-orang pintar. Memang itu kalau pada umumnya ini, kawasan rumah sakit, pada umumnya itu baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan kan seharusnya itu nggak merokok. Seharusnya. Tapi
lantaran (karena) apalah kubilang ini ya, seandainyalah umpamanya (misalnya) saya kan pengunjung di sini, datang kalimbubu (tingkatan masyarakat Suku Karo yang paling
dihormati) saya, yang pertama ini, inilah Ma (orang tua istri dan semarganya) rokok, inilah kebiasaan Suku Karo pada umumnya.
Lantaran (karena) itulah kurasa maka untuk merokok ini agak
sulit dihilangkan. Lagipula di peradatan kan ada itu sebagai pengantar pembicaraan, disodorkan rokok. Artinya itu kalau di kita, untuk menghindari rokok ini, untuk keseluruhan, itu dihilangkan. Itu kan pertua-pertua adat juga harus dikonfirmasikan kan? Lagipula dari nenek moyang kita untuk pembicaraan pesta dari awal itu disodorkan kapur sirih sama rokok. Nah jadi, dari situ kan mengajak itu bahwa yang disodorkan itu untuk merokok. Sementara ada unsur pihak pemerintahan lah kita katakan untuk melarang merokok kan. Tetapi di dalam peradatan ada sebagian peradatan menyodorkan rokok. Jadi, inilah bagaimana kira-kira solusinya untuk bagusnya untuk menjaga kawasan bebas rokok ini, konsultasilah pihak pemerintah dengan peradatan ini agar masyarakat Karo ini pada umumnya bisa mengurangi untuk merokok. Itulah yang kira-kira bisa saya sampaikan.
Informan 8 Baguslah. Namanya pun rumah sakit, aku setujulah.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan setuju
terhadap pernyataan bahwa setiap rumah sakit berkewajiban memberlakukan seluruh
4.3.2.12Mendukung tidaknya informan bila diberlakukannya KTR di RSU Kabanjahe
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya, saya dukung.
Informan 2 Mendukung, kalau bisa bantu kami nanti memberantas orang merokok di dalam.
Informan 3 Setuju sekali. Informan 4 Setuju sekali.
Informan 5 Mendukung sekali, malahan itu yang kami anjurkan untuk menyatakan itu semua sama-sama, baik ke pasien, baik ke petugasnya sekalian. Kadang-kadang dokternya pun merokok kita tegor ya. Jadi saling menegor untuk membuat kebaikan, kan gitu.
Informan 6 Mendukung sekali.
Informan 7 Sangat, sangat mendukung. Ya, sangat mendukung.
Informan 8 Sudah seratus persen aku mendukung. Aku aja kalau contohnya ada keluargaku yang sakit, merokok orang di situ, benci aku. Jadi aku nggak berani aku merokok, aku aja pun benci nengok orang merokok di rumah sakit.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh informan menyatakan setuju
dan mendukung diberlakukannya KTR di RSU Kabanjahe.
4.4 Hasil Observasi Terhadap Implementasi KTR di RSU Kabanjahe
Penulis telah melakukan pengamatan terkait Implementasi KTR di RSU
Kabanjahe. Tempat-tempat yang diamati penulis antara lain 11 ruang kantor di lantai
2, 9 ruang rawat inap, ruang V.K (bersalin), 9 ruang poliklinik, ruang instalasi gawat
darurat, tempat tunggu pasien, lorong/beranda/taman rumah sakit, dan 2 kantin di
4.4.1 Hasil Observasi Ruang Kantor Lantai 2 RSU Kabanjahe
Tabel 4.4 Keadaan Asbak dan Himbauan Tertulis Tidak Merokok di Ruangan Kantor 3. R. Pembantu Bendahara Pengeluaran Tidak Ada Tidak Ada 4. R. Ka. Seksi Sarana dan Prasarana Tidak Ada Tidak Ada
5. R. Ka. Seksi Perencanaan Tidak Ada Tidak Ada
6. R. Ka. Seksi Keperawatan Tidak Ada Ada
7. R. Komite Medik/Etik Rumah Sakit Tidak Ada Tidak Ada
8. R. Ka. Bidang Bina Program Tidak Ada Ada
9. R. Ka. Sub Bagian Kepegawaian dan
Perlengkapan Umum Ada Tidak Ada
10. R. Ka. Bidang Pelayanan Medik Tidak Ada Tidak Ada 11. R. Ka. Bidang Penunjang Pelayanan Medik Tidak Ada Tidak Ada
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terdapat 3 dari 11 ruangan
kantor yang menyediakan asbak serta terdapat 3 dari sebelas ruangan kantor yang
memiliki tulisan himbauan agar tidak merokok di dalam ruangan. Selain itu beberapa
karyawan laki-laki merokok di ruangan kantor tersebut meskipun dalam jumlah kecil
disebabkan karyawan mayoritas berjenis kelamin perempuan dan tidak merokok.
4.4.2 Hasil Observasi Ruang Rawat Inap Pasien RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terdapat 3 dari 9 ruang rawat
inap yang memiliki himbauan yang bertuliskan “Terima Kasih untuk Tidak Merokok
di Ruangan Ini”, yakni Ruang Paviliun, Ruang VIP, dan Ruang Hemodialisa.
Beberapa perawat yang bertugas menjaga di ruang rawat inap mengatakan bahwa
beberapa waktu yang lalu dilaksanakan renovasi dan pengecatan di beberapa ruangan,
maka beberapa ruangan tersebut tidak lagi memiliki tulisan himbauan tersebut. Selain
itu juga disebabkan beberapa pasien/pengunjung pasien mencabut/merusak tulisan
himbauan tersebut dan tidak diganti hingga saat ini. Berdasarkan hasil pengamatan,
ditemukan beberapa pengunjung pasien yang merokok di dalam ruangan tersebut.
4.4.3 Hasil Observasi Ruang V.K. (Bersalin) RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terdapat satu poster yang
bertuliskan “Kami Berhak Dapat Udara Segar Tanpa Asap Rokok” yang ditempel
pada dinding bagian luar ruang V.K. (bersalin) dan lokasi dinding dekat dengan
bangku pengunjung sehingga poster dapat dilihat oleh pengunjung yang datang ke
ruang V.K. (bersalin). Berdasarkan pengamatan, diketahui juga bahwa tidak
ditemukan perawat yang merokok di lingkungan V.K. (bersalin).
4.4.4 Hasil Observasi Ruang Poliklinik RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terdapat 7 dari 11 ruang
poliklinik yang memiliki himbauan yang bertuliskan, baik berupa poster maupun
tulisan stiker, yakni ruang poliklinik umum, penyakit dalam, kulit dan kelamin,
bedah, gigi, paru, dan anak. Berdasarkan hasil pengamatan juga tidak ditemukan
adanya petugas kesehatan maupun pasien yang merokok dalam ruangan poliklinik.
4.4.5 Hasil Observasi Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa terdapat dua poster himbauan
tidak merokok, satu poster bertuliskan “Saya malu kalau merokok, sudah ada
tubuh seorang perokok. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan petugas kesehatan
yang merokok di dalam ruang IGD, namun tidak pada saat menangani pasien, tetapi
saat berbincang-bincang dengan beberapa pengunjung yang menanyakan informasi.
4.4.6 Hasil Observasi Tempat Tunggu Pasien RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tidak terdapat poster maupun
himbauan tertulis lainnya di tempat tunggu pasien rawat inap, namun di tempat
tunggu pasien rawat jalan (poliklinik), tempat duduk langsung berhadapan dengan
poster yang ditempel di beberapa ruang poliklinik. Berdasarkan hasil pengamatan
juga terdapat banyak pengunjung laki-laki yang merokok di tempat tunggu, baik
rawat jalan maupun rawat inap disebabkan karena tempat tunggu berada di luar
ruangan sehingga perokok merasa dapat merokok jika tidak berada dalam ruangan.
4.4.7 Hasil Observasi Lorong/Beranda/Taman RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada sebagian besar lorong
ataupun beranda tidak terdapat himbauan untuk tidak merokok. Baik petugas maupun
pengunjung tampak berjalan sambil merokok di sekitar lorong rumah sakit yang
bentuk lorongnya tidak tertutup. Pengunjung pasien rawat inap seringkali merokok
sambil duduk di sekitar beranda dan taman rumah sakit yang berada di luar ruangan
dan tidak tampak petugas kesehatan yang memberikan teguran.
4.4.8 Hasil Observasi Kantin RSU Kabanjahe
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tidak terdapat himbauan untuk
tidak merokok di dua kantin yang terdapat pada rumah sakit. Kantin adalah salah satu
BAB V PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan
kesehatan, dibutuhkan upaya kesehatan, yakni setiap kegiatan ataupun serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. KTR merupakan salah satu
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang efektif untuk melindungi
seluruh masyarakat dari bahaya paparan asap rokok orang lain. WHO dalam Tobacco
Free Initiative Bab 8 (2010) menyebutkan untuk mencapai KTR yang efektif, perlu
adanya implementasi yang sesuai dengan aturan yang berlaku, yakni dapat
dilaksanakan dan dipatuhi.
Implementasi mengarah pada aktivitas apapun yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan manusia dan menggunakan berbagai jenis sumber daya untuk mencapai
rencana yang telah disusun dalam proses perencanaan. Perilaku pekerjaan yang
menyimpang dari peran yang diharapkan akan menjadi penyebab kegagalan
implementasi (Steiner dan Miner, 1997).
Keberhasilan implementasi suatu aturan dalam suatu organisasi dipengaruhi
oleh perilaku orang-orang yang terikat dalam organisasi tersebut. Perilaku seseorang
aturan tersebut. Untuk melihat kemungkinan berhasil tidaknya implementasi KTR di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe, maka perlu dipahami bagaimana karyawan dan
pengunjung di Rumah Sakit Umum Kabanjahe yang terkait secara langsung dengan
rumah sakit mempersepsikan tentang KTR dan hal-hal yang terkait dengan KTR
(rokok). Adapun faktor-faktor internal yang memengaruhi persepsi seseorang antara
lain pengalaman/pengetahuan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya, dan harapan
(Notoatmodjo, 2005).
5.1 Pengalaman / Pengetahuan
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengalaman masa lalu ataupun apa
yang telah dipelajari oleh seseorang (pengetahuan) akan menyebabkan terjadinya
perbedaan interpretasi. Pengetahuan dan pengalaman informan akan memengaruhi
informan dalam mempersepsikan rokok dan KTR.
Harrisons dalam Sitepu (2000) menyatakan merokok merupakan aktivitas
membakar tembakau dan kemudian menghisap asapnya, baik menggunakan rokok
maupun pipa. Dalam penelitian ini, ditemukan adanya kesulitan karyawan dan
pengunjung dalam menyebutkan pengertian dari merokok menurut persepsi mereka
sendiri. Karyawan dan pengunjung cenderung memiliki persepsi bahwa pengertian
merokok terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok tersebut
sehingga karyawan dan pengunjung menyebutkan dampak merokok sebagai
pengertian dari merokok itu sendiri, seperti yang dinyatakan oleh salah satu informan:
nggak merokok dia sepertinya ada pekerjaan dia, nakku, kalau nggak merokok dia, konsentrasinya nggak ke situ. Jadi gimana, kam (kamu) yang membuat pengertiannya.”
Namun jika ditarik kesamaan dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
informan secara umum, karyawan dan pengunjung menyatakan bahwa merokok
merupakan suatu kebiasaan yang memiliki dampak buruk. Salah seorang informan
menyatakan :
“Defenisi merokok. Kalau saya rasa, merokok itu suatu kebiasaan yang tidak benar, tradisi yang tidak benar, karena kita kan memasukkan racun nya ke badan kita. Itu aja batasannya.”
Jika dikaitkan dengan dampak buruknya, Ogden dalam Saputra (2011)
menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai dampak negatif bagi
individu maupun masyarakat, terutama di bidang kesehatan. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa karyawan dan pengunjung dapat menyebutkan dampak buruk yang
dapat ditimbulkan dari aktivitas merokok secara berbeda-beda. Namun secara umum
karyawan dan pengunjung memiliki persepsi bahwa dampak buruk merokok yang
terutama menyerang sistem pernafasan dan menimbulkan penyakit terkait sistem
pernafasan, seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan :
“Sesak, paru-paru, ku tau nya memang itu. Cuma itu yang efek paling menonjol yang ku lihat.”
Jika dipandang dari segi pengalaman, 3 dari 8 informan merupakan perokok
dan memiliki pengetahuan tentang dampak buruk merokok yang bersumber dari
pengalaman pribadinya. Salah satu diantaranya merupakan seorang karyawan dan dua