TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA
SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
PUSPA TRESNA HANA YUGA
1111018200008
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dalam bentuk survei terbatas. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa dengan 5 alternatif jawaban dan sebagai data pembanding menggunakan studi dokumen seperti tata tertib sekolah, point pelanggaran dan data point penghargaan yang berlaku disekolah, serta menggunakan wawancara, dengan mewawancarai 1 kepada kepala sekolah, 2 pamong (guru) pelajaran. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau, yaitu seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 66 orang. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi terlaksana dengan baik dengan memperoleh nilai persentase 77%.
Rekomendasi yang dapat diberikan agar transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa dapat berjalan maksimal: Pertama, kepala sekolah lebih optimal dalam memotivasi siswa. Kedua, guru bidang studi harus lebih kreatif dan inovatif. Ketiga, pelatih/pembina ekskul harus bisa maksimal dalam mengasah minat dan bakat peserta didik. Keempat, perbaikan dalam pelaksanaan program-program sekolah yang harus konsisten.
ii
ABSTRACT
Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
This study aims to determine and describe the role of a cultural transformation of the schools to junior high school students learning activities (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. The method used is descriptive quantitative method in the form of a limited survey. Data collection techniques used include engineering questionnaire using Likert scale for students with five alternative answers and as comparative data using the study documents such as school rules, point violations and data points awards that apply in school, as well as the use of interviews, interviewing 1 to the principal , two officials (teachers) lessons. The sample in this study is the population of affordable, that all students in grade VIII totaling 66 people. The results found in this study that the Role of Cultural Transformation Against School Activities Student Learning at SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi done well to obtain a percentage value of 77%. Recommendations can be given that the transformation of school culture on student learning activities can run up: First, the principal is more optimal in motivating students. Second, the subject teachers to be more creative and innovative. Third, trainers / coaches ekskul should be maximum in honing students' interests and talents. Fourth, improvements in the implementation of school programs that have to be consistent.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
anugerah dankarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan serta
motivasi dari berbagai pihak, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui
skripsi penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Dosen pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat,
motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga
skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
4. Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, motivasi, ilmu,
kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Majelis Cabang Perguruan Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Ki Setiyaka, S.Ag. Kepala Sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah menerima dan membantu penulis dalam
iv
8. Nyi Dra. Dendang Hernawati, Nyi Dra. Euis Setiawati, dan Ki Wana Sapto Ajie, S.Pd. Pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang dengan
ramah telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh siswa/i SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang telah bersedia memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.
10. Papah dan mamah (Una Ranuwijaya dan Isur Suryani). Orang tua tercinta yang telah memberikan motivasi baik moril dan materil serta selalu
mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
11. Kakak-kakakku, Andhika Ranja Sena, S.Kom; Pinuji Prawita Dikjaya, S.Pd; Yuyun Gumilar, A.Md dan Nur Habzah, S.I. yang selalu memberikan support
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku, Fajrin Kurniawan, S.E; Anis Novi Setia Dewi; Anna Rahmawati; Ari Handiningsih, S.Pd; Bahrul Alam, S.Pd; Dede Syukrillah
Rifai, S.Pd; Gilang Putra Prasetyo, S.Pd; Madyana Nur Azizah, S.Pd; Sastria
Dewantara Putra, S.Pd; Affan Setiadi, S.Pd. dan Rekan-rekan Manajemen
Pendidikan 2011 yang telah membantu dan memotivasi dalam pembuatan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa
maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik
lagi.
Jakarta, 13 Oktober 2016
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii ix xBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
B. Identifikasi Masalah...
C. Batasan Masalah...
D. Rumusan Masalah...
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 1
4
4
4
5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Transformasi...
1. Pengertian Transformasi...
2. Tujuan Transformasi...
3. Ruang Lingkup Transformasi...
B. Budaya Sekolah...
1. Pengertian Budaya Sekolah...
2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah...
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah...
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah...
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah... 6 6 7 8 9 9 11 13 15 15
C. Aktivitas Belajar...
1. Pengertian Aktivitas Belajar...
2. Prinsip-prinsip Belajar...
3. Tujuan dan Manfaat Belajar...
4. Bentuk-bentuk Belajar... 17
17
20
22
vi
D. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar...
E. Penelitian Relevan...
F. Kerangka Berpikir...
G. Hipotesis Penelitian... 25
27
28
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
B. Metode Penelitian...
C. Populasi dan Sampel...
D. Teknik Pengumpulan Data...
E. Teknik Pengolahan Data ...
F. Teknik Analisis Data ...
G. Uji Hipotesis...
H. Instrumen Penelitian... 31 31 31 32 34 36 39 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum...1. Sejarah Singkat SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...
2. Visi, Misi, Strategi, dan Motto SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
Bekasi...
3. Profil SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...
4. Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...
5. Tenaga Pendidik...
6. Tata Tertib SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...
7. Sarana dan Prasarana...
B.
Deskripsi dan Interprestasi Data...C.
Pengujian Hipotesis... 43 43 43 46 47 47 48 49 49 94BAB V PENUTUP
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21Jumlah Peserta Didik SMP Tamansiswa Bekasi 2015-2016...
Skala Penilaian...
Katagori Interpretasi...
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket...
Kisi-kisi Wawancara...
Jumlah Guru...
Peran kepala sekolah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa...
Peran pamong (guru) dalam mengembangkan kepekaan sosial..
Peran Kepala sekolah membentuk pribadi siswa yang berbudi
pekerti...
Interpretasi Data Transformasi...
Alasan bersekolah di SMP Tamansiswa Bekasi...
Kepala sekolah menunjukkan perilaku disiplin waktu...
Peran kepala sekolah menumbuhkan perilaku disiplin...
Peran kepala sekolah dalam mengingatkan sikap sopan santun..
Mensosialisasikan tata tertib sekolah...
Disiplin mematuhi tata tertib pemakaian seragam sekolah...
Disiplin kehadiran siswa...
Disiplin waktu...
Peran polisi siswa terhadap kedisiplinan dan ketertiban...
Minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah rendah...
Minat membaca buku siswa rendah...
Kelas jurnalistik untuk menyalurkan bakat dan minat menulis
siswa...
GKS sebagai wadah kreatifitas siswa...
Peran sekolah dalam mengembangkan bakat minat dan
keterampilan siswa...
Kesiapan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar...
viii Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 Tabel 4.43
Kerja keras siswa dalam belajar...
Sikap cerdas dalam belajar...
Sikap Ikhlas...
Memberi penghargaan terhadap siswa...
Memberi teguran terhadap siswa...
Kejujuran siswa dalam belajar...
Interpretasi Data Budaya Sekolah...
Peran kepala sekolah dalam mendukung kegiatan siswa...
Peran kepala sekolah dan pamong dalam memotivasi siswa...
Keterlibatan siswa saat pelajaran berlangsung...
Rendahnya minat siswa mengikuti GKS...
Penerimaan siswa terhadap metode belajar yang variatif...
Sikap siswa dalam menghadapi kesulitan belajar...
Tanggung jawab siswa mengerjakan pekerjaan rumah...
Disiplin belajar siswa di rumah...
Kewajiban siswa hadir tepat waktu...
Kewajiban siswa mentaati peraturan tata tertib belajar...
Pamong (guru) melakukan kegiatan mental...
Kesiapan siswa menghadapi test yang diberikan pamong...
Kewajiban pamong (guru) mengajar dengan kreatif ...
Interpretasi Data Aktifitas Belajar...
Interpretasi Data Peran Transformasi Budaya Sekolah
Terhadap Aktivitas Belajar di SMP (Taman Dewasa)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 4.1
Model dalam Membangun Budaya Sekolah...
Kerangka Berpikir...
Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi... 14
30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1
Lampiran.2
Lampiran.3
Lampiran.4
Lampiran.5
Lampiran.6
Lampiran.7
Lampiran.8
Lampiran.9
Lampiran.10
Lampiran.11
Lampiran.12
Lampiran.13
Lampiran.14
Lampiran.15
Pedoman Angket...
Data Hasil Angket...
Uji Validitas dan Reliabilitas...
Rangkuman Data Peran Transformasi Budaya Sekolah
Terhadap Aktivitas Belar Siswa...
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas...
Hasil Wawancara...
Profil SMP Tamansiswa Bekasi...
Prestasi Non-Akademik Siswa SMP Tamansiswa Bekasi...
Peraturan Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi...
Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas...
Tindakan dan Sanksi Pelanggran Tata Tertib Siswa SMP
Tamansiswa Bekasi...
Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi...
Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa Berprestasi...
Peraturan Penghargaan Terhadap Pengabdian Guru
Berprestasi...
Dokumentasi... 1
5
8
11
13
14
25
28
29
31
32
34
36
37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup manusia.
Melalui pendidikan manusia akan memperoleh ilmu yang mampu
menentukan perilaku dalam kehidupannya yang akan diwariskan
kegenerasi berikutnya melalui proses belajar. Tapi yang terjadi pendidikan
Indonesia saat ini memiliki suatu masalah yang serius, yaitu rendahnya
mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Banyak pihak
yang berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah
satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang
memiliki keahlian, keterampilan dan budi pekerti. Ini terbukti dengan
semakin tingginya krisis moral dikalangan siswa dan masyarakat. Oleh
karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menanamkan budi pekerti. Budi pekerti sangat perlu untuk ditanamkan
kembali pada dunia pendidikan, ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Trias Kuncahyo dalam Tribun News, menurutnya:
Pendidikan budi pekerti sangat mendesak untuk ditanamkan kembali pada dunia pendidikan. Kita semua bertanggung jawab atas masa depan Indonesia yang bermartabat, berbudaya dan sekaligus berakhlak. Mengembalikan pendidikan budi pekerti ke sekolah setidaknya akan menjamin Indonesia dengan masa depan yang lebih baik. Tidak adanya budi pekerti dalam tata pergaulan atau tata komunikasi menjadikan para mahasiswa menjadi pemimpin yang tidak profesional, haus kekuasaan dan tidak memiliki hati.1
Oleh karena itu perlu adanya penanaman kembali budi pekerti sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan agar terjadinya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara menyeluruh.
“Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek yang sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni proses belajar mengajar,
1Trias Kuncahyo, “Mendesak, Pendidikan Budi Pekerti Dikembalikan ke Kurikulum
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.”2 Oleh sebab
itu, keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didukung oleh
sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa yang baik, tetapi juga
budaya sekolah. “Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah,
kinerja di sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri dan
profesional.”3 Karena pada prinsipmya budaya sekolah yang efektif akan
memberikan efek positif bagi semua unsur dalam sekolah.
Budaya sekolah merupakan jiwa sebuah sekolah yang memberikan
makna dan mempengaruhi kegiatan kependidikan sekolah tersebut.
menurut Depdikbud, “secara eksplisit faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah
kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana
dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam,
psikososial dan budaya.”4 Ini dapat dipahami bahwa budaya sekolah
berpengaruh baik langsung ataupun tidak terhadap proses kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa.
Budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Prilaku
individu siswa yang sangat bergantung dengan perilaku yang diperlihatkan
oleh orang-orang di sekitarnya terutama pemimpin sekolah. Dalam hal ini
bisa perilaku kepala sekolah dalam memperlakukan para siswa dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebagai pemimpin, selain membuat
perencanaan, pengorganisasian, pengesahan dan pengawasan. Kepala
sekolah memegang peranan sebagai penggerak dinamika sekolah yang
dipimpinnya dan memajukan bertumbuhnya budi pekerti. Untuk mencapai
hal ini Tamansiswa menggunakan sitem pendidikan yang dinamakan
sistem among dengan berpedoman pada patrap triloka, serta tetap
2 Suprapto. dkk,. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), h. 17. 3 Daryanto dan Hery Tarno, Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h.7.
3
mempertahankan kurikulumnya yang lebih menekankan aspek mendidik
siswa agar memiliki budi pekerti luhur.
Untuk menjadikan kebiasaan positif terpelihara dan tumbuh dalam diri
seluruh warga sekolah, maka kepala sekolah dapat menentukan budaya
sekolah apa yang dapat ditransfer kepada seluruh siswa dan seluruh warga
sekolah selama itu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah yang
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari dengan metode among, secara
konsisten dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah dalam
diri kepala sekolah sebagai manajemen puncak sehingga bisa
menyampaikan dan mentransfer kepada personil sekolah tentang
bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan yang kemudian dapat
mempengaruhi seluruh anggota sekolah untuk sama-sama memiliki rasa
cinta terhadap sekolah.
Selain itu, dengan didukung oleh budaya sekolah yang kuat, intim,
kondusif dan bertanggung jawab akan memberikan dampak bagi individu
atau kelompok lain, yaitu:
a. Meningkatkan kepuasan kerja; b. Pergaulan lebih akrab;
c. Disiplin meningkat;
d. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan;
e. Muncul keinginan untuk selalu berbuat proaktif, dan f. Belajar dan berprsetasi terus, serta
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengangkat suatu
permasalahan yang akan dianalisis dan diteliti oleh penulis dengan judul
“PERAN TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA)
TAMANSISWA BEKASI”
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi merupakan pengenalan atau penemaan masalah secara
spesifik. Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penerapan visi sekolah.
2. Kurang optimalnya disiplin siswa.
3. Belum optimalnya penerapan budi pekerti.
4. Masih rendahnya tingkat prestasi siswa.
5. Peran lingkungan luar sekolah yang belum optimal.
6. Program pengajaran belum optimal.
C.
Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan tentang peran transformasi budaya
sekolah dengan aktivitas belajar siswa, dan berdasar dari identifikasi
masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan pada rendahnya
budaya disiplin di kalangan siswa dan prestasi siswa.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang
akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana peran transformasi terhadap siswa SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi?
2. Bagaimana keadaan budaya sekolah SMP (Taman Dewasa)
Tamansiswa Bekasi?
3. Bagaimana aktivitas belajar SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa
5
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan memiliki tujuan untuk dapat
menjelaskan peran transformasi budaya disiplin di kalangan siswa
dalam aktivitas belajar.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat yaitu:
a. Manfaat Teoritis:
Dapat mengembangkan pemikiran dalam bidang manajemen
pendidikan, menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang
dilaksanakan sehingga dapat memberikan konstribusi pemikiran
bagi pengembangan ilmu dan sebagai bahan pemahaman untuk
penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis:
1) Bagi Penulis
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan yang berhubungan dengan transformasi
budaya sekolah dan aktivitas belajar siswa;
b) Memberi kesempatan pada penulis untuk mengaplikasikan
ilmu dan teori yang telah dipelajari.
2) Bagi Sekolah
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang berarti bagi kepala sekolah atau sekolah guna
mengambil langkah yang tepat dalam rangka
mengembangkan budaya sekolah;
b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi sekolah atau kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya sekolah agar mampu
melaksanakan aktivitas belajar siswa sesuai tujuan
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Transformasi
1. Pengertian Transformasi
Banyak pendapat ahli tentang pengertian Transformasi. Berikut
ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian
transformasi. Transformasi merupakan kata yang berasal dari kata
“Transform atau Transformation” yang berarti perubahan bentuk
atau pergantian bentuk.1 Begitu juga dengan yang tertera di dalam
Kamus Bahasa Indonesia, bahwa “transformasi adalah perubahan rupa atau bentuk, sifat dan sebagainya.”2 Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dipahami bahwa transformasi dan perubahan adalah
dua hal yang memiliki kesaaman makna, yaitu bentuk pergantian
menuju keadaan yang lebih baik.
Sedangkan menurut Wibowo, “perubahan adalah transformasi
dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan di masa
yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Transformasi atau
perubahan merupakan suatu tanda dalam kehidupan yang selalu
berlangsung secara tetap.”3
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Potts and La Mars dalam Wibowo bahwa
“perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu
organisasi menuju pada keadan yang diinginkan di masa depan.
Transformasi atau perubahan dari keadaan sekarang dilihat dari
sudut struktur, proses, orang, dan budaya.”4 Kedua pernyataan ini
bermakna bahwa transformasi dilakukan untuk menjadikan sebuah
1 John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), cet. 26, h. 601
2 Nur Azman (kord.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Bandung: Penabur Ilmu, 2008), h. 487.
7
sistem atau kondisi menjadi lebih baik dari yang sebelumnya bagi
seluruh aspek di dalam organisasi.
2. Tujuan Transformasi
Sebelum melakukan transformasi atau melakukan perubahan
haruslah terlebih dahulu mengetahui mengapa perlu melakukan
sebuah perubahan. Berikut merupakan beberapa pendapat ahli
mengenai tujuan dari perubahan.
Transformasi atau perubahan merupakan kebutuhan bagi setiap
organisasi agar dapat selalu menyesuaikan diri dengan dunia di
luarnya untuk dapat survive dan mengembangkan diri.5 Menurut
Robbins dalam Wibowo, “tujuan perubahan adalah untuk
memperbaiki kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan dan di sisi lain mengupayakan
perubahan perilaku karyawan.”6
Kedua pernyataan ini memaknai
tujuan transformasi atau perubahan sebagai sebuah upaya untuk
menghadapi segala tantangan yang hadir dalam organisasi. Dengan
sifat dinamis yang dimiliki oleh organisasi, maka sebuah organisasi
dan aspek-aspek yang terdapat di dalamnya haruslah mampu
mengikuti segala macam kondisi untuk menghadapi
perubahan-perubahan di lingkungan organisasi.
Menurut Musa Ali, usaha transformasi dilakukan untuk
menjamin survival organisasi. Selain itu juga untuk memastikan
kecakapan dan keberkesanan organisasi dalam menyampaikan
perkhidmatan atau pengeluarannya.7 Pernyataan ini mengartikan
bahwa transformasi atau perubahan dilakukan sebagai upaya
mempertahankan diri dari keadaan tertentu yang bersifat buruk, dan
5Ibid., h. 115 6Ibid., h. 90.
juga untuk memastikan kecakapan dan efektivitas organisasi dalam
memberikan layanan.
Transformasi atau perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari oleh sebuah organisasi, bahkan pada kondisi tertentu
transformasi atau perubahan sangat perlu dilakukan dengan berbagai
macam cara tetapi memiliki tujuan pasti, yaitu menjadikan kinerja
organisasi lebih baik sehingga organisasi lebih bertahan dengan
setiap kondisi yang berlangsung disekitarnya. Dengan kemampuan
organisasi bertahan maka akan menjadikan organisasi tetap ada dan
diakui.
3. Ruang Lingkup Transformasi
Upaya transformasi atau perubahan dalam organisasi terjadi
pada beberapa area atau objek seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Wibowo, “sasaran atau objek suatu
perubahan dapat diarahkan pada struktur organisasi, teknologi,
pengaturan fisik, proses, orang, dan budaya dalam suatu organisasi.
Namun sasaran transformasi atau perubahan tersebut pada umumnya
tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi karena diantaranya
saling memengaruhi.”8
Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Wibowo. Daft dan
Marcic dalam Ismail Solihin, kemudian menambahkan dua area lain
di dalam organisasi yang perlu mengalami perubahan, yakni: strategi
(strategy) dan produk (products).9 Perubahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi organisasi dengan rencana baru ketika kondisi
organisasi berada dalam kondisi yang membahayakan
keberlangsungan organisasi. Yang secara tidak langsung akan
berdampak terhadap perubahan pada hasil kerja organisasi.
8 Wibowo, op. cit., h. 93.
9
Dari ulasan diatas mengenai transformasi atau perubahan penulis
menyimpulkan bahwa transformasi atau perubahan terjadi pada semua
bagian dalam organisasi tanpa bisa dihindari dan dapat terjadi kapan
saja. Saat melakukan transformasi atau perubahan haruslah melihat
pengalaman transformasi atau perubahan yang terjadi sebelumnya
untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan keberhasilan dan
kegagalan dari transformasi atau perubahan yang dilakukan.
B. Budaya Sekolah
1. Pengertian Budaya Sekolah
Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna, “Bedasarkan asal usul
katanya (etimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan
yang berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budi yang artinya akal atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan akal pikiran manusia.”10
Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery
Tarno, “budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.” Kemudian Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery Tarno membagi
kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain-lain;
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan;
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.11
10 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 96.
Sehingga budaya atau kultur dapat diartikan sebagai suatu
kualitas kehidupan dalam sebuah kelompok atau organisasi yang
diwujudkan dalam aturan-aturan atau norma, tata kerja, hasil karya,
pengalaman, gaya kepemimpinan seorang atasan maupun bawahan,
tradisi yang mengakar dan mempengaruhi sikap perilaku setiap orang
yang ada dalam kelompok termasuk mempengaruhi nilai, sikap dan
perilaku yang ada di lingkungan sekolah sebagai cerminan
kepribadian sekolah yang ditunjukkan oleh prilaku individu dan
kelompok dalam komunitas sekolah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna, yaitu: “budaya
sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi
melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya,
kebiasan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan-tindakan yang
ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu
kesatuan khusus dari sistem sekolah.”12
Beberapa pendapat mengenai budaya sekolah yang senada dengan
yang dikemukakan di atas juga dikemukakan oleh beberapa ahli,
diantaranya: “Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang
dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai
yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah/madrasah tersebut.”13 Menurut Suprapto, “
budaya sekolah
sebagai keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh
sekolah yang meliputi visi, misi, dan tujuan sekolah, etos belajar,
integrasi, norma agama, norma hukum dan norma sosial.”14
Dari beberapa pengertian budaya sekolah di atas dapat
disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan norma, nilai
12 Aan Komariah dan Cepi Triatna, op.cit., h.102
11
dan tradisi yang dibangun oleh semua warga sekolah dalam semua
aktivtas sekolah yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh
seluruh warga sekolah secara bersama-sama sebagai cara hidup di
sekolah yang kemudian membentuk karakter sekolah akibat dari
adanya kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam sekolah dengan
jangka waktu yang lama.
2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah
Berikut ini akan dipaparkan pandangan beberapa ahli tentang tujuan
dan maanfaat dari adanya budaya sekolah.
Daryanto dan Hery Tarno mengungkapkan bahwa tujuan dari
pengembangan budaya sekolah, yaitu:
Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.15
Kemudian Rohiat juga mengutarakan tujuan dari pengembangan
budaya sekolah, yaitu:
Sasaran (tujuan jangka pendek atau tujuan situasional) dari pengembangan budaya sekolah adalah terwujudnya budaya sekolah yang kondusif serta dan bermutu untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah sehingga program-program yang dapat dikembangkan antara lain (1) penyosialisasian budaya mutu di sekolah, (2) peningkatan perencanaan program pengembangan budaya mutu sekolah, (3) peningkatan implementasi budaya mutu sekolah, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam program budaya mutu sekolah, (5) peningkatan manajemen program budaya mutu sekolah, (6) dan sebagainya.16
Pernyataan ini dapat dipahami bahwa, budaya sekolah secara
sederhana dalam jangka waktu yang singkat dapat menjadikan sekolah
15 Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 11.
memiliki mutu pembelajaran melalui pengembangan
program-program yang dianggap mampu meningkatkan mutu sekolah.
Menurut Mulyasa, “iklim dan budaya sekolah yang kondusif
diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif,
sehingga semua pihak yang terlibat didalamnya, khususnya peserta
didik merasa nyaman belajar.”17 Dengan demikian kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan yang secara tidak
langsung akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik.
Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, manfaat yang akan
diperoleh dari pengembangan budaya dan iklim sekolah yang kuat,
intim, kondusif dan bertanggung jawab adalah:
a. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
b. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal.
c. Lebih terbuka dan transparan.
d. Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi. e. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
f. Jika menemukan kesalahan akan segaera dapat diperbaiki. g. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan
IPTEK.18
Manfaat dari adanya budaya sekolah tidak hanya dirasakan
sekolah dan lingkungannya, tetapi juga dapat dirasakan oleh
masing-masing individu dan kelompok dimana saja karena terbentuknya
norma pribadi dan bukan akibat dari aturan yang kaku dengan
berbagai hukuman. Menurut Daryanto dan Hery Tarno Manfaat
budaya sekolah bagi individu dan kelompok, antara lain;
a. Meningkatkan kepuasan kerja b. Pergaulan lebih akrab
c. Disiplin meningkat
d. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan
e. Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif f. Belajar dan berprestasi terus
17 Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 92.
13
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.19
Ini menjelaskan, bahwa dengan adanya budaya sekolah
memungkinkan untuk menjadikan seriap induvidu mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas
dirinya.
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah
Setiap sekolah haruslah memiliki budaya sebagai identitas bagi
lembaganya dan sebagai nilai hidup seluruh individu di dalamnya.
Namun budaya sekolah haruslah dibentuk dan dikembangkan agar
budaya sekolah dapat diterima dan bermanfaat bagi individu dalam
organisasi dan bagi organisasi itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa
cara pembentukkan dan pengembangan budaya sekolah menurut
beberapa ahli.
Menurut Aan Komariah cara yang dapat dilakukan untuk
membentuk sebuah budaya organisasi/sekolah bisa melalui tiga cara,
yaitu sebagai berikut:
a. Seleksi
Menekankan sejak awal terhadap pegawai-pegawai bahwa hanya pegawai-pegawai yang memenuhi kriteria organisasi yang dapat diterima.
b. Manajemen Puncak
Pimpinan menjadi pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku bawahan. Pemimpin mesti menetapkan norma-norma perilaku yang dapat diikuti bawahannya. Disamping itu apa yang dilakukan atasan dapat diobservasi dan dinilai oleh bawahannya. c. Sosialisasi
Penanaman norma-norma yang ditetapkan organisasi dapat dilakukan dengan cara membicarakannya dalam rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, atau bahkan dengan alat/media khusus.20
19Ibid.
Dalam bukunya, Dryanto dan Hery Tarno menjelaskan tentang
bagaimana membangun sebuah budaya sekolah melalui gambar/
model seperti berikut;
Gambar 2.1 Model dalam Membangun Budaya Sekolah21
Model tersebut menggambarkan bahwa budaya dan iklim sekolah
merupakan kumpulan niali-nilai, norma dan perilaku yang mengontrol
interaksi warga sekolah dengan orang-orang di luar sekolah. Budaya
sekolah merupakan hasil interaksi nilai-nilai yang dianut individu di
dalam sekolah dan di luar sekolah secara sadar untuk mewujudkan
visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah.
21Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., 16.
Pemberdayaan Sekolah
Budaya Lingkungan
Fisik Sekolah Pemberdayaan
Sekolah
a. Nilai b. Norma c. Perilaku
a. Keindahan b. Keamanan c. Ketentraman d. Kebersihan a. Berbasis Mutu
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah
c. Disiplin dan Tata Tertib d. Penghargaan dan
Insentif
e. Harapan Berprestasi f. Akses Informasi g. Evaluasi
h. Komunikasi Intensif dan Terbuka
15
Budaya sekolah yang positif akan mendukung peningkatan mutu
pendidikan yang positif dan sejalan dengan pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah. Oleh sebab itu maka melalui kompetensi yang
dimiliki oleh kepala sekolah, kepala sekolah diharapkan dapat
memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan budaya
sekolah sehingga secara maksimal mampu mendukung peningkatan
mutu pendidikan.
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah
Budaya sekolah secara umumnya didefinisikan sebagai cara hidup
di sekolah yang sebenarnya dihasilkan oleh pelajar dan sebagian guru.
Budaya sekolah yang berlangsung sangatlah beranekaragam dan
setiap sekolah memiliki budaya yang berbeda antara sekolahnya
dengan sekolah lain. Berikut ini adalah jenis-jenis budaya sekolah.
Budaya sekolah berdasarkan jenisnya, menurut Daryanto dan
Hery Tarno terdapat dua jenis budaya sekolah, yaitu budaya formal
dan budaya informal. “Budaya formal ini mementingkan pencapaian
akademik dan manfaat untuk mencapai tersebut. Budaya informal
ialah apa saja selain untuk mencapai kepentingan budaya formal
sekolah seperti budaya bertutur kata, berpakaian, dan lain-lain.”22
Kedua jenis budaya sekolah pada dasarnya sama-sama untuk
meningkatkan perilaku positif yang konsisten agar dapat menunjang
program sekolah secara kuat dan menjadikan siswa serta guru
memiliki kualitas dan prestasi dengan budaya formal yang dimiliki.
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah
Budaya sekolah merupakan komponen penting untuk memajukan
sekolah, oleh karena itu sekolah haruslah menanamkan budaya
sekolah secara tepat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut sekolah.
Bentuk-bentuk budaya sekolah yang diterapkan tiap-tiap sekolah pun
berbeda-beda. Berikut ini adalah bentuk-bentuk budaya sekolah yang
diterapkan oleh sekolah menurut beberapa ahli.
Balitbang Kemendikbud dalam Albertin Dwi Astuti memaparkan
aspek-aspek mengenai budaya utama (core culture) yang direkomendasikan untuk dikembangkan sekolah, yakni: (a) Budaya
jujur, (b) Budaya saling percaya, (c) Budaya kerja sama, (d) Budaya
membaca, (e) Budaya disiplin dan efisien, (f) Budaya bersih, (g)
Budaya berprestasi, dan (h) Budaya memberi penghargaan dan
menegur.23
Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, kegiatan budaya
sekolah yang masing sering dilakukan di sekolah, diantaranya yakni:
(a) Budaya salam, (b) Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk
melatih jurnalistiknya, (c) Dialog interaktif dengan para pakar
dibidangnya, (d) Lintas juang, (e) Studi kepemimpinan siswa, (f)
Budaya disiplin, (g) Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, (h) Budaya
kreatif.24
Salah satu bentuk budaya sekolah yang selalu ada dan harus
menjadi fokus utama yaitu budaya disiplin. Disiplin merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai
dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik
dan diharapkan. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan dan selalu menjauhi hal-hal yang tidak baik.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah
merupakan pola dari nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah
untuk menuntun kebijakan sekolah terhadap semua komponen sekolah.
Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
23Albertin Dwi Astuti, “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten”, Skripsi pada Strata Satu UNY, Yogyakarta, 2015, h. 12,
17
penuh kesadaran sebagai prilaku alami yang dibentuk oleh lingkungan
dengan pemahan yang sama diantara seluruh komponen sekolah dan
semua yang memiliki keterhubungan dengan sekolah.
Setiap sekolah harus memiliki budaya sekolah sebagai identitas
sekolah. Setiap sekolah akan memiliki budaya sekolah yang berbeda satu
dengan lainnya, inilah yang menjadikan budaya sekolah sebagai sebuah
identitas diri bagi sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya
sekolah merupakan komponen penting dalam memajukan sekolah
meskipun tidak selalu berdampak positif. Budaya sekolah banyak
bergantung kepada kepemimpinan kepala sekolah dan harus diperhatikan
oleh kepala sekolah mengenai keberadaan budaya sekolah tersebut
karena kepala sekolah merupakan seseorang yang memiliki kekuasaan
dalam membentuk budaya sekolah yang dipimpinnya. Selain dengan
berpedoman kepada visi dan misi sekolah, dalam menciptakan budaya
sekolah positif juga perlu dibarengi oleh rasa saling percaya dan saling
memiliki yang besar terhadap sekolah. Salah satu sekolah atau perguruan
yang memiliki budaya yang sangat kuat dan terus-menerus dijadikan nilai
hidup hingga saat ini adalah Taman Siswa.
C.
Aktivitas Belajar
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan aktivitas belajar,
terlebih dahulu harus diketahui pengertian aktivitas dan belajar
menurut beberapa ahli.
a. Pengertian Aktivitas
Kata aktivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki
pengertian sebagai “kegiatan, kerja atau kesibukan, keaktivan.”25
Sehingga dapat dipahami bahwa aktivitas adalah kerja atau salah
satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam
organisasi.
Aktivitas dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan yang
dialakuakan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan
tersebut. Aktivitas manusia ataupun tingkah laku manusia di dalam
sebuah interaksi dengan lingkungannya selalu berorientasi pada
masa depan.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak akan pernah bisa
dilepaskan dari kehidupan manusia. Menurut Suyono dan
Hariyanto, “belajar adalah sebagai suatu aktivitas atau suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.”26
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sudarwan
Danim, menurutnya “belajar merupakan proses menciptakan nilai
tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. Nilai tambah
itu tercermin dari perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan.”27
Sedangkan Muhibbin Syah membagi pengertian belajar
kedalam tiga ranah, yaitu secara kuantitatif, institusional dan
kualitatif.
Secara kuantitatif (ditinju dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. Secra institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik
26 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9.
19
mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memeroleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada terciptanya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.28
Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar
merupakan sebuah proses yang terus berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang secara sadar untuk memenuhi kebutuhannya
dan akan membantunya memahami kemampuannya dan
mengembangkannya dengan melibatkan pengalaman, sehingga
menjadikan dirinya lebih berkualitas untuk menjalani
kehidupannya dengan baik dan cara yang benar.
c. Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut William, “aktivitas belajar adalah interaksi yang
spesifik antara pembelajaran dengan orang lain menggunakan
alat-alat dan sumber daya tertentu demi mencapai hasil tertentu.”29
Kemudian Sardiman mengartikan aktivitas belajar sebagai
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar
kedua aktivitas itu harus saling berkait.30 Lebih lanjut lagi, Piaget
menerangkan dalam buku Sardiman bahwa “seorang anak itu
berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa Perbuatan berarti anak itu
tidak berfikir.”31
Dapat dipahami, bahwa aktivitas belajar merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi siswa yang intens
dengan guru dan seluruh warga sekolah. Aktivitas belajar yang baik
28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Perspektif Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. XIX, h. 90.
29 William, Tiga Tahun Dari Sekarang, (Jakarta: Feliz Books, 2013), h. 155.
30 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), cet. XXII, h. 100.
harus melibatkan psikologi dan fisik peserta didik, baik jasmani
maupun rohani sehingga perubahan perilaku peserta didik sebagai
hasil belajar dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar,
baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik
yang tentunya akan menjadikan peserta didik jauh lebih berkarakter
dan memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan belajar dan
pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Banyak teori mengenai prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli dalam bidang pendidikan yang masing-masing
memiliki persamaan dan perbedaan.
Dalam bukunya, Dimyati dan Mudjiono menyebutkan tujuh
prinsip-prinsip belajar, yakni: (a) Perhatian dan motivasi, (b)
Keaktifan, (c) Keterlibatan langsung/berpengalaman, (d) Pengulangan,
(e) Tantangan, (f) Balikan dan penguatan, serta (g) Perbedaan
individual.32
Kemudian Sukmadinata menyampaikan mengenai prinsip umum
belajar yang telah dikembangkannya sebagai berikut: (a) Belajar
merupakan bagian dari perkembangan, (b) Belajar berlangsung
seumur hidup, (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor
bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara
aktif, (d) Belajar mencangkup semua aspek kehidupan, (e) Kegiatan
belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu, (f) Belajar
berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, (g) Belajar yang
terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, (h)
Pembentukkan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang sangat kompleks, (i) Dalam belajar dapat terjadi
21
hambatan-hambatan, dan (j) Dalam hal tertentu belajar memerlukan
adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.33
Selanjutnya Nanang dan Cucu mengemukakan prinsip-prinsip
belajar yang sama dengan Sukmadinata dan menambahkan tiga
prinsip-prinsip belajar, yaitu:
a. Belajar dimulai dari yang faktual menuju konseptual.
b. Belajar dari yang kongkret menuju yang abstrak.
c. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.34
Prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan
yang tepat dan mengembangkan sikap yang diperlukan dalam
menunjang peningkatan belajar peserta didik. Selain itu, aktivitas
belajar harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan, baik
kedisiplinan guru terhadap teori dan prinsip-prinsip belajar ataupun
kedisiplinan siswa terhadap kebijakan sekolah dan disiplin dalam
belajar. Ini karena disiplin menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Pernyataan ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan Moedjiarto dalam Dryanto dan Hery
Tarno. Moedjiarto mengungkapkan bahwa “karakteristik dan tata
tertib dan kebijakan disiplin sekolah mempunyai hubungan yang
signifikan dengan prestasi akademik siswa.”35
Secara umum Daryanto dan Hery Tarno mengartikan disiplin
sebagai “suatu bentuk ketaatan pada peaturan dan sanksi yang berlaku
dalam lingkungan sekolah.”36
Disiplin belajar merupakan salah satu
yang mempengaruhi kegiatan belajar. Menurut Bambang Sumantri,
Disiplin belajar siswa bisa terjadi di rumah dan di sekolah:
Disiplin belajar di rumah, antara lain meliputi: belajar setiap hari, mengerjakan pekerjaan rumah, membuat laporan, belajar berkelompok dan sebagainya. Sedangkan disiplin belajar di sekolah
33 Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 128.
34 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2012),Ccet. III, h. 18.
antara lain meliputi: ketepatan waktu datang ke sekolah, keaktifan mengikuti pelajaran di kelas, ketaatan mengikuti peraturan di kelas maupun sekolah, menggunakan waktu luang dan sebagainya.37
Dengan adanya disiplin belajar siswa akan belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik. Pada dasarnya kedisiplinan merupakan
kesadaran dan kepatuhan dari seseorang untuk mentaati segala
peraturan yang ada. Sehingga kedisiplinan tidak dapat dilepaskan dari
masalah tata tertib.
3. Tujuan dan Manfaat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik dengan
perbaikan dan pembinaan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang
Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.38
Dave dalam Eveline Siregar, dkk. Mengemukakan lima jenjang
tujuan belajar pada ranah psikomotor, yakni: (a) Meniru, (b)
Menerapkan, (c) Memantapkan, (d) Merangkai, (e) Naturalisasi.39
Pernyataan ini bermakna bahwa, dengan adanya aktivitas belajar
siswa akan merespon apa yang dia amati dengan tepat dan
mengkordinasikannya dengan fisik dan psikisnya.
37 Bambang Sumantri, Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI
SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010, Media Prestasi, Vol. VI. No. 3 Desember 2010,
2016, h. 119. (http://jurnal.stkipngawi.ac.id).
38Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1, 2015 (http://www.setneg.go.id)
23
Kemudian secara sederhana Sardiman membagi tujuan belajar
menjadi tiga jenis, yaitu: (a) Untuk mendapatkan pengetahuan, (b)
Penanaman konsep dan keterampilan, dan (c) Pembentukkan sikap.40
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa, tujuan belajar adalah untuk
memperoleh pengetahuan, keahlian dan kepribadian yang sesuai
dengan nilai-nilai norma yang berlaku.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana juga menjelaskan bahwa
aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:
a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati. b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami
sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya. 41
Dari penjabaran di atas, maka dapat dipahami bahwa dari
kegiatan belajar tidak hanya menjadikan seseorang memiliki
kecerdasan akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran
dan sikapnya. Disepanjang hidupnya manusia akan terus
mengahadapai kondisi dan proses kehidupan yang sadar dan tanpa
disadari, manusia melakukan belajar untuk memenuhi dan
melaksanakan kehidupannya secara mandiri. Karena untuk
melaksanakan kehidupannya secara mandiri manusia haruslah
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap yang baik. Dan semua itu
40 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. XXI h. 25.
dapat diperoleh dari kegiatan belajar yang dilakukan mausia secara
terus-menerus.
4. Bentuk-bentuk Belajar
Begitu banyak aktivitas belajar yang dapat dilakukan dan diterima
peserta didik di dalam kelas. Berikut merupakan bentuk-bentuk
aktivitas belajar yang bisa dilakukan.
Gage dalam Ratna Wilis Dahar mengungkapkan ada lima bentuk
belajar, yaitu: (a) Belajar Responden, (b) Belajar Kontiguitas, (c)
Belajar Operant, (d) Belajar Observasional, dan (e) Belajar Kognitif.42
Kemudian Nanang & Cucu Suhana mengungkapkan, bahwa
aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai
berikut: (a) Kegiatan-kegiatan visual, (b) Kegiatan-kegiatan lisan
(oral), (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, (d) Kegiatan-kegiatan
menulis, (e) Kegiatan-kegiatan menggambar, (f) Kegiatan-kegiatan
metrik, (g) Kegiatan-kegiatan mental, dan (h) Kegiatan-kegiatan
emosional.43
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan disekolah sangat
ditentukan oleh model-model pengajaran yang diberikan oleh guru.
Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran
guru dan mengaktifkan indera yang dimiliki siswa sehingga membuat
siswa lebih terlatih.
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,
mulai dari kegiatan fisik dan psikis yang berprinsip dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individu. Dalam kegiatan belajar banyak terdapat macam-macam
kegiatan yang berbeda satu dengan yang lainnya dan selalu berubah
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi manusia yang melakukan belajar.
25
Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran
guru. Tujuannya tetap sama, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan,
untuk penanaman konsep dan keterampilan, serta untuk pembentukkan
sikap dan upaya mencapai prestasi siswa.
D.
Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat
kegiatan belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan kualitas anak
didik. Tidak hanya menjadikan seseorang memiliki kecerdasan
akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran dan sikapnya.
Kecerdasan selalu diidentikkan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar
sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Muhibbin Syah. Menurutnya, ada tiga faktor yang
dapat mempengaruhi belajar siswa, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.44
Kondisi lingkungan sekolah bisa dipengaruhi oleh budaya sekolah
yang berlangsung. Budaya sekolah merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari sekolah sebab merupakan suatu yang dapat menjelaskan,
menggambarkan, dan mengidentifikasi mengenai sekolah tersebut.
Pentingnya membangun budaya sekolah berkenaan dengan upaya
pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah.
Jika dikaitkan dengan prestasi dalam aktivitas belajar, budaya
sekolah memiliki sumbangan yang sangat berharga dalam menunjang
aktivitas belajar. Melalui budaya positif yang diterapkan disekolah,
seperti budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja sama, budaya
membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya berprestasi,
serta budaya memberi penghargaan dan menegur siswa akan terlibat
langsung dalam pelakasanaannya yang secara perlahan akan merubah
cara hidup, berpikir siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar yang
positif dan memperoleh hasil belajar berupa prestasi belajar yang positif
juga.
Pembelajaran positif hanya berlangsung dalam budaya yang positif.
Sekolah yang sehat akan mempengaruhi kesuksesan banyak siswa dan
guru. Ini diperkuat dengan pernyataan dari Sudarwan Danim dan Khoril,
menurutnya “Kultur sekolah yang positif mendorong orang dapat membangun komitmen kuat untuk mencapai sesuatu yang menarik secara
bersama. Sebaliknya kultur sekolah yang negatif dapat mengganggu
hubungan antarkomunitas sekolah.”45
Kemudian Suyono dan Hariyanto juga nyatakan, bahwa:
Pembudayaan adalah suatu proses di mana seseorang belajar tentang sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi kehidupannya, sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dan diperlukan dalam budaya semacam itu. Pengaruh orang tua, orang dewasa lain seperti guru serta temen sebaya akan membantu pembentukkan individu dalam enkulturasi. Jika pengaruh ini berlangsung secara sukses, maka akan menghasilkan peningkatan kompetensi siswa dalam penguasaan bahasa, nilai-nilai yang dipegang, serta berbagai ritual terkait budaya tersebut, termasuk pemahaman dan peraktiknya dalam menghayati agama.46
Pernyataan bahwa budaya sekolah memiliki peran dalam aktivitas
dan prestasi belajar siswa juga diperkuat dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Daryanto dan Hery Tarno. Menurutnya “siswa yang
memiliki budaya mutu memiliki motivasi belajar, komitmen dan
keranjinan yang tinggi dan sebaliknya menolak cara-cara yang tidak fair,
seperti menyontek, dan sebagainya.”47
27
Dari pernyataan di atas maka dapat dipahami bahwa, budaya sekolah
memiliki peran penting terhadap keputusan dan pelaksanaan pendidikan
yang berlangsung di sekolah asalkan sekolah mampu secara konsisten
melaksanakan budaya sekolah yang telah menjadi cara hidup masyarakat
sekolah. Dengan demikian maka peningkatan mutu sekolah yang
diharapkan dapat tercapai. Karena jika budaya positif sudah ditransfer
dan ditanamkan dalam aktivitas belajar, maka seluruh bagian dalam
sekolah akan bergerak untuk berprestasi.
E.
Penelitian Relevan
Di bawah ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, antara lain:
1. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Desi
Widiasari dalam skripsi Universitas Negeri Malang (2013) dengan
judul “Transformasi Budaya Disiplin Peserta Didik di SMKPGRI 3
Malang” menunjukkan bahwa peran warga sekolah dalam
transformasi budaya disiplin peserta didik adalah karena adanya
komitmen dari warga sekolah untuk mematuhi peraturan, guru yang
memberikan teladan, guru wali yang memberikan konseling, orang tua
menjadi kendali untuk anaknya ketika dirumah. Hubungan yang
dimaksud adalah semakin besar peran lingkungan sekitar siswa dalam
menerapkan disiplin, semakin tinggi pula nilai positif siswa.
2. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Ana
Purnama dalam skripsi Universitas Indonesia (2013) dengan judul
“Peran Budaya Sekolah Dalam Mendukung Prestasi Belajar Siswa”
menunjukkan bahwa budaya sekolah yang dimiliki oleh SMA Sugar
Group yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar siswa, yaitu
budaya private study time (PST) dan budaya berbahasa inggris.
Budaya sekolah yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar
internalisasi pihak sekolah. Daya dukung prestasi belajar pun lemah.
Hubungan yang dimaksud adalah semakin baik penerapan budaya
sekolah, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa.
3. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh
Albertin Dwi Astuti dalam skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
(2015) dengan judul “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter
Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”
menunjukkan bahwa budaya sekolah terhadap karakter siswa sebesar
30,2% yang termasuk dalam kategori cukup sehingga bisa
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara
budaya sekolah terhadap karakter siswa. Hubungan yang dimaksud
adalah semakin positif budaya sekolah yang diterapkan maka semakin
positif pula karakter siswa yang terbentuk.
F.
Kerangka Berpikir
Lingkungan belajar merupakan hal yang penting bagi individu
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan. Lingkungan
belajar terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila
ketiga macam lingkungan tersebut mendukung dan mendorong dalam
proses belajar seorang siswa maka akan berdampak baik bagi prestasi
belajar individu. Namun pada nyatanya tidak semua lingkungan belajar
dalam kondisi yang kondusif, baik kondisi fisik maupun pelaksanaan
aktivitas pendidikannya. Nyatanya penerapan visi sekolah, disiplin siswa,
budi pekerti, lingkungan luar sekolah dan program pengajaran belum
optimal. Serta masih rendahnya tingkat prestasi siswa dan kompetisi
siswa. Jika kondisi seperti ini terus saja berlangsung tentunya dapat
mempengaruhi prestasi belajar individu, harapan dan efektivitas aktivitas
pendidikan di sekolah tersebut.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki harapan
29
membentuk lulusan yang berkarakter disiplin dan berprestasi sehingga
siap untuk berkompetisi dalam segala hal. Oleh sebab itu sekolah perlu
membangun karakter siswa dan warga sekolah secara serius. Salah
satunya dengan budaya sekolah, karena lembaga pendidikan tidak hanya
perlu didukung oleh sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa
yang baik, tetapi budaya sekolah sangat berperan terhadap peningkatan
keefektifan sekolah.
Dilihat dari kondisi yang berlangsung disekolah ini, maka dapat
dipahami bahwa masalah yang muncul ada pada rendahnya disiplin dan
prestasi siswa dalam menghadapi kompetisi. Maka seharusnya disiplin
dan berprestasi di sekolah ini harus ditingkatkan dan diterapkan secara
sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam kegiatan sehari-hari warga
sekolah sehingga menjadi kebiasaan positif yang terpelihara dalam diri
warga sekolah sebagai suatu budaya.
Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk memperbaiki kondisi
yang berlangsung, yaitu dengan mensosialisasikan nilai visi dan misi
sekolah di dalam berbagai program sekolah, menanamkan budaya
disiplin dan efesiensi kepada seluruh warga sekolah, menciptakan budaya
positif dalam diri siswa, meningkatkan mutu melalui berbagai inovasi
dan kreativitas program, memfasilitasi siswa dengan kebutuhan proses
pembelajaran, manajemen sekolah/madrasah yang lebih efektif,
mengadakan diklat secara berkala kepada tenaga pendidik dan
kependidikan. Jika cara-cara tersebut bisa terlaksana dengan baik dan
menjadi sebuah budaya sekolah yang positif tentunya akan memberikan
dampak positif terhadap aktivitas pendidikan di sekolah ini, yang
tentunya juga akan mempengaruhi kualitas out put yang dihasilkan.
Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dibuatkan gambar
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
G.
Hipotesis Penelitian
Peneliti memandang perlu