Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Disusun oleh:
Nurjanah
1112018200051
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
i
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara tata ruang kantor dengan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang, seberapa besar kontribusi yang diberikan, apakah hal tersebut memiliki signifikan atau tidak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui hubungan dua variabel, sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui angket.
Penelitian ini dilakukan di SMPIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang. Adapun subjek penelitian yaitu populasinya 36 orang dan semuanya dijadikan responden dalam penelitian. Penyebaran angket berisi 41 butir soal tentang tata ruang kantor dan 28 butir tentang kinerja guru.
Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tata ruang kantor (x) dan kinerja guru (y). Dari perhitungan x dan y diperoleh rxy = 0,425 dikonsultasikan pada
tabel interpretasi korelasi product moment dengan hasil interpretasi sedang karena 0,425 berada pada rentang 0,40 – 0,599. Sedangkan uji signifikansi koefisien korelasi menunjukkan bahwa r tabel pada taraf 5% sebesar 0,329. Dengan demikian dapat diketahui rhit > rtabel pada taraf signifikansi 5% H0 ditolak dan Ha
diterima, dengan kontribusi 18,1 %. Jadi, terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara tata ruang kantor dengan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang.
Melalui penelitian ini penulis menyarankan agar guru tetap meningkatkan kinerjanya walaupun kontribusi dan pengaruh tata ruang kantor dikatakan sedang, dan sekolah harus tetap mempertahankan hal-hal lainnya yang membuat kinerja guru meningkat agar menjadi motivasi bagi guru dalam menjalankan tugas mulia di sekolah tersebut.
ii
Performance in SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang
This study aims to determine whether there is influence between the office layout with a teacher's performance SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang, how large contributions, whether these have a significant or not. The method used in this research is descriptive quantitative approach to determine the relationship of two variables, while data collecting technique in this research is through questionnaires.
This research was conducted in SMPIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang. The subject of research is population 36 people and all of them as respondents in the study. Questionnaire containing 41 items of office layout and 28 grains of teacher performance.
Data processing is done by the product moment correlation analysis. The variables examined is the office layout (x) and the performance of teachers (y). The calculation of x and y is obtained r xy = 0.425 consulted on the interpretation of product moment correlation table with the results of interpretation is good enough as 0.425 in the range 0.40 to 0.599. While the significance test shows that the correlation coefficient r table at 5% level at 0.329. This it can be seen rhit >
rtabel at the 5% significance level H0 is rejected and Ha is accepted, with a
contribution of 18.1%. So, there is a considerable and significant effect between the office layout with a teacher's performance SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang. Through this study the authors suggest that the teacher still improve its performance despite the contributions and influence of the office layout is said to be good enough. And schools must keep the other things that make the performance of teachers increased in order to be a motivation for teachers in the noble task in the school.
iii
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Hal ini dikarenakan oleh
keterbatasan yang dimiliki penulis sendiri, namun berkat bantuan, dukungan,
saran dan doa dari banyak pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Maka
dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan banyak rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy‟ari M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang tealah memberikan bimbingan, nasehat dan arahannya kepada
penulis selama penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
3. Dra. Nurdelima Waruru, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah
banyak luangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan,
dukungan dan semangat selama penyusunan skripsi dari awal sampai
selesai.
4. Drs. Ali Nurdin, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang memberikan
arahan dan bimbingan sehingga mempermudah penulis untuk
iv
kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin.
7. Dina, SE.I selaku kepala staf tata usaha serta seluruh guru dan guru di
SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang yang telah membantu proses
penelitian dalam menyusun skripsi ini.
8. Ayahanda Wasrun Muhamad dan Ibunda Rijah tercinta beserta ketiga
adikku Nur Muslihatun, Nur Athif Amanullah, dan Shafa Salsabila
tersayang yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan dukungan
tanpa mengenal lelah selama penulis menempuh pendidikan S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2012 atas semua
kenangan yang telah dilalui bersama dan selalu menjadi bagian dari
lembaran kehidupan.
10.Sahabat-sahabat tercinta yang tidak pernah terlupakan, Ismi Farhana,
Siti Aisyah, Umdatul Faizah, Ainatul Maghfiroh, Ira Nurfadilah, Vidi
Septiyani, Siti Alawiyah dan Essa Ahwar Faraz, terima kasih atas
semua cerita yang kita lalui yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis, semoga persahabatan kita tidak pernah luput oleh waktu.
Especially Tien Meylanissholihat yang selalu membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi.
11.Sahabat serta penasihat terbaik, Sorayah Al-Haddad yang senantiasa
menghibur dan membimbing selama proses penulisan skripsi.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dukungan dan doa dalam proses penyelesaian
v
semua pihak khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 6 Desember 2016
vi
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 7
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
A. Kajian Teori ... 7
1. Kinerja Guru... 7
a. Pengertian Kinerja Guru ... 7
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 9
c. Indikator Kinerja Guru ... 16
d. Penilaian Kinerja Guru ... 18
2. Tata Ruang Kantor ... 21
a. Pengertian Tata Ruang Kantor ... 21
b. Prinsip-prinsip tata Ruang Kantor ... 22
c. Perencanaan Tata Ruang Kantor ... 25
d. Tujuan, dan Manfaat Tata Ruang Kantor ... 28
e. Macam-macam Tata Ruang Kantor ... 30
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tata Ruang Kantor ... 32
vii
METODOLOGI PENELITIAN ... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampling ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Pengolahan Data ... 39
F. Instrumen Penelitian... 40
G. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV ... 52
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Gambaran Umum Penelitian ... 52
1. Profil SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang ... 52
2. Daftar Nama Guru dan Staf SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang ... 54
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 55
1. Tata Ruang Kantor (X) ... 55
2. Kinerja Guru (Y) ... 58
C. Uji Persayaratan Analisis ... 60
1. Uji Normalitas ... 60
2. Uji Homogenitas ... 61
3. Uji Linieritas ... 61
4. Uji Korelasi ... 63
5. Uji Hipotesis ... 64
viii
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ... 34
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Tata Ruang Kantor ... 38
Tabel 3.3 : Nilai Reliabilitas Variabel Tata Ruang Kantor ... 43
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru... 44
Tabel 3.5 : Nilai Reliabilitas Variable Kinerja Guru ... 48
Tabel 3.6 : Hasil Uji Coba Normalitas Data ... 49
Tabel 3.7 : Hasil Uji Coba Homogenitas Data ... 50
Tabel 3.8 : Interpretasi Indeks “r” Product Moment ... 51
Tabel 4.1 : Data Guru dan Staf SMPIT Asy-Syukriyyah... 54
Tabel 4.2 : Data Deskriptif Analisis Tata Ruang Kantor ... 55
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Variabel Tata Ruang Kantor... 56
Tabel 4.4 : Data Deskriptif Analisis Kinerja Guru ... 58
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru ... 58
Tabel 4.6 : Uji Normalitas ... 60
Tabel 4.7 : Uji Homogenitas ... 61
Tabel 4.8 : Uji Lnieritas ... 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Wawancara dengan Staf ... 70
Lampiran 2 : Hasil Wawancara dengan Guru ... 72
Lampiran 3 : Angket Penelitian ... 73
Lampiran 4 : Nilai Variabel X dan Y ... 82
Lampiran 5 : Uji Persyaratan Analisis ... 84
Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Variabel tata Ruang Kantor ... 87
Lampiran 7 : Hasil Uji Coba Variabel Kinerja Guru ... 89
Lampiran 8 : Distribusi t Tabel ... 91
Lampiran 9 : Distribusi f Tabel ... 93
Lampiran 10 : Distribusi r Tabel ... 95
Lampiran 11 : Uji Referensi ... 96
Lampiran 12 : Surat Bimbingan Skripsi ... 102
Lampiran 13 : Surat Observasi ... 103
Lampiran 14 : Surat Uji Coba Instrumen Penelitian ... 104
Lampiran 15 : Surat Permohonan Penelitian ... 105
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup
yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu
dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.1Melalui pendidikanlah setiap insan bisa menuju kepada perubahan yang lebih baik
lagi, dengan mengikuti serangkaian proses belajar mengajar. Dalam proses
belajar mengajar tidak hanya peran guru yang menjadi hal utama, ada guru ,
tata usaha, sarana & prasarana, petugas kebersihan, dan lain-lain. Pada sisi
internal, proses belajar mengajar juga harus memperhatikan input dimana hal
tersebut berperan sebagai penunjang keberhasilan program pendidikan. Guru,
dimana di dalamnya ada guru yang sangat berperan penting dalam mencapai
tujuan sekolah.
Semua lembaga pendidikan khususnya sekolah pasti menginginkan hasil
terbaik untuk pencapaian tujuan yaitu visi dan misi sekolah. Maka sangatlah
penting jika semua itu didukung oleh produktivitas yang tinggi dari para guru
sekolah, karena secara konseptual, prouktivitas adalah hubungan antara
keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas
yang tinggi tidak semata-mata hanya didukung oleh kemampuan yang dimiliki
oleh setiap individu. Produktivitas yang tinggi harus didukung oleh
lingkungan kerja yang aman dan nyaman demi kelancaran pekerjaan yang
dilakukan. Jika produktivitas dan kinerja para guru sudah baik, maka sekolah
akan mempunyai reputasi yang baik pula
Sehubungan dengan tuntutan produktivitas guru yang harus konsisten dan
terus ditingkatkan, maka pimpinan sekolah seyogyanya memperhatikan
1
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor yang mempengaruhi
kinerja meliputi faktor internal dan eksternal. Kinerja yang baik dipengaruhi
oleh kemampuan, semangat dan motivasi yang tinggi. Jika dari sisi eksternal
meliputi lingkungan, teman dan pimpinan yang baik. Sebaliknya faktor yang
mempengaruhi kinerja buruk terletak pada kemampuan dan semangat yang
rendah. Jika dari sisi eksternal meliputi lingkungan, teman dan pimpinan yang
kurang baik pula. Kinerja akan dicapai dengan baik apabila didukung oleh
lingkungan yang baik. Guru akan lebih termotivasi dalam bertanggungjawab
atas pekerjaan mereka apabila atasan memberikan perhatian internal dan
eksternal. Terpenuhinya fasilitas yang memadai tentu saja akan meningkatkan
produktivitas dan kinerja para guru.
Di samping beberapa faktor yang telah diuraikan di atas, sekolah juga
perlu meningkatkan kinerja guru dengan cara melakukan pelatihan atau
pemekaran pekerjaan sesuai dengan apa yang diampunya. Sehingga guru pun
bertambah wawasan akan pekerjaannya, dan harapan dengan diadakannya
pelatihan dan pemekaran pekerjaan tersebut dapat meningkatkan kinerja para
guru di sekolah.
Kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya
manusia di dalamnya, tetapi juga oleh sumber daya lainnya seperti dana,
bahan, peralatan, teknologi dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam
organisasi.
Demikian pula apakah lingkungan kerja atau situasi kerja memberikan
kenyamanan sehingga mendorong kinerja guru. Juga termasuk bagaimana
kondisi hubungan antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan
bawahan maupun di antara rekan sekerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi guru sangatlah penting,
karena di lingkungan kerja itulah guru banyak menghabiskan waktu untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya. Lingkungan kerja mecakup lingkungan fisik
udara, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non-fisik meliputi kenyamanan,
keamanan dan lain-lain. Lingkungan kerja yang baik akan mendorong guru
lebih semangat dalam bekerja dan sebaliknya jika lingkungan kerja kurang
baik, maka gurupun tidak mempunyai semangat dalam menyelesaikan
kewajibannya.
Salah satu lingkungan fisik yang mendukung kinerja guru adalah tata
ruang kantor. Tata ruang kantor merupakan sesuatu yang secara langsung
berhadapan dengan aktivitas guru sehari-hari, di mana setiap guru
membutuhkan ruang untuk melaksanakan pekerjaannya. Faktor penting yang
turut menentukan kelancaran tugas adalah penyusunan tempat kerja dan alat
perlengkapan kantor dengan sebaik-baiknya.
Tidak sedikit dijumpai keadaan tata ruang kantor yang belum memenuhi
standar. Masih banyak guru yang beraktivitas pada lingkungan yang kurang
kondusif, penataan ruang kantor yang kurang mendukung, menurunnya
perhatian terhadap ruang kantor, dan penataan tata ruang kantor yang tidak
sesuai dapat menyebabkan kinerja guru menurun, sehingga tercipta keadaan
yang membuat guru di sekolah merasa kurang nyaman untuk mengerjakan
tugas-tugas dan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang mengakibatkan
kinerja guru menurun.
SMPIT Asy-syukriyyah Tangerang, yang sudah berdiri sejak tahun 2002,
dimana tata ruang kantor diatur dengan model semi tertutup, dengan alasan
untuk menjaga privasi antar guru. Luas ruang kantor memang kurang
memenuhi standar, karena terbatasnya lahan yang diberikan oleh yayasan
Asy-syukriyyah itu sendiri. Sekolah selalu mengevaluasi mengenai tata ruang
kantor, karena mereka diberikan kebebasan oleh yayasan dan kepala sekolah.
Walaupun luas ruang kantor belum memenuhi standar, namun sekolah
mengupayakan untuk melengkapi data-data atau barang-barang yang harus
ada di dalam kantor. Selain itu, tata ruang kantor di SMPIT Asy-syukriyyah
menunjang setiap pekerjaanya, namun belum maksimal dalam
mengakomodasi keseluruhan jumlah guru.2 Luas ruang guru di SMPIT Asy-syukriyah Tangerang yaitu 40 m2 di mana luas tersebut dibagi menjadi dua bagian, 20 m2 untuk guru pria dan 20 m2 untuk guru wanita. Di dalam ruang guru terdapat loker-loker yang dipergunakan untuk menyimpan dokumen para
guru, dan terdapat satu buah meja dan satu buah kursi pada masing-masing
ruang guru. Adapun luas untuk ruang guru berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan
prasarana sekolah/madrasah pendidikan umum yang menyatakan bahwa rasio
minimum luas untuk ruang guru yaitu 4 m2/pendidik. Dan luas minimum kelseluruhan yaitu 32 m2. dan terdapat satu buah kursi/guru, satu buah meja kerja/guru, lemari, papan statistik, papan pengumuman, tempat sampah,
tempat cuci tangan, jam dinding, dan penanda waktu.3
Dengan dipaparkannya keadaan tata ruang kantor tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi Pengaruh Tata Ruang
Kantor terhadap Kinerja Guru di SMPIT Asy-syukriyyah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Banyak guru yang beraktivitas pada lingkungan fisik yang tidak kondusif,
sehingga kinerja guru menurun.
2. Tata ruang kantor yang dirancang kurang mendukung.
3. Menurunnya perhatian terhadap tata ruang kantor.
4. Tata ruang kantor yang tidak sesuai dapat menyebabkan kinerja guru
menurun.
2
Hasil Wawancara dengan ibu Dina, ketua staf tata usaha di SMPIT Asy-Syukriyyah pada tanggal 03 Desember 2015.
3
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah tentang pengaruh
tata ruang kantor terhadap kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah, meliputi:
kesesuaian tata ruang kantor dengan tugas guru, kesesuaian tata ruang kantor
dengan arus kerja, proyeksi hubungan kerja pada masa datang, kesesuaian tata
ruang kantor dengan jaringan komunikasi, kesesuaian tata ruang kantor
dengan kebutuhan ruang, kesesuaian tata ruang kantor dengan pertimbangan
keamanan dan kenyamanan, kesesuaian tata ruang kantor dengan pembiayaan
ruangan perkantoran, kualitas guru, kuantitas guru, efektivitas, kerja sama
antar guru, dan hubungan antarpersonal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Bagaimana pengaruh tata ruang kantor terhadap kinerja guru di SMPIT
Asy-Syukriyyah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mendeskripsikan tata ruang kantor guru di SMPIT
Asy-Syukriyyah?
b. Untuk mendeskripsikan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah?
c. Untuk mengetahui pengaruh tata ruang kantor terhadap kinerja
guru di SMPIT Asy-Syukriyyah?
2. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada dampak baik untuk
seluruh siswa/i SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang karena kinerja
guru yang meningkat, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
b. Bagi guru
Melalui penelitian ini, diharapkan ada peningkatan yang
signifikan terhadap kinerja guru, sehingga lebih banyak persiapan
yang matang dalam melakukan proses belajar mengajar.
c. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan sekolah bisa lebih
termotivasi dan menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk
merancang dan memperhatikan tata ruang kantor guru, karena guru
sejatinya adalah orang-orang yang ikut andil dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Jika tata ruang yang dirancang memenuhi
standar dan bisa membuat guru nyaman, maka kinerja mereka pun
bisa meningkat dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sekolah.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai tata ruang kantor yang
berpengaruh terhadap kinerja guru di lembaga sekolah khususnya.
Dapat mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
guru, dan dapat melakukan pengembangan terhadap pengelolaan tata
7 BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori 1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang
dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstrong dan
Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen
dan memberikan kontribusi ekonomi. Lebih jauh Indra Bastian
menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organsasi.3
Pendapat mengenai definisi kinerja telah dikemukakan Supardi bahwa
kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan
tujuan yang telah ditetapkan.4
Menurut Anwar Prabu kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan.5
3
Irham Fahmi, Manajemen, (Bandung: IKAPI, 2012), h. 226.
4
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: rajawali Pers, 2013), h. 45
5
8
Pandangan lain dikemukakan King, yang menjelaskan kinerja adalah
aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan
kepadanya.6
Adapun pengertian guru, Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri
menyatakan bahwa guru sebagai tenaga kerja profesional yang
mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikat pendidik sesuai dengan oersyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu.7
Selaju dengan itu, Amad Tafsir menyatakan bahwa guru adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif.8
Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterpretasikan bahwa kinerja
seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya.
Misalnya, sebagai seorang guru, tugas rutinnya adalah melaksanakan
proses belajar mengajar di sekolah. Hasil yang dicapai secara optimal dari
tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang guru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kinerja adalah hasil
kerja seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikat pendidik yang berupa prestasi, dan dapat diukur melalui kualitas
dan kuantitas pekerjaannya, dengan jangka waktu yang telah ditentukan
dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.
6
Paytrician King, Performance Planning and Appraisal, dalam Hamzah B. Uno, Teori Kinerja dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 61
7
Lif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakakarya, 2010), h.58.
8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Banyak faktor yang memengaruhi kinerja organisasi maupun individu.
Tempe mengemukaka bahwa: “Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi kerja atau kinerja seseorang antara lain adalah lingkungan, perilaku
manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan
administrasi pengupahan” (Tempe, 1992: 3).
Sedangkan Kopelman menyatakan bahwa: “Kinerja organisasi
dipengaruhi oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) ligkungan, (2)
karakteristik individu, (3) karakteristik organisasi, dan (4) karakteristik
pekerjaan” (Kopelman, 1986: 16)
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kinerja guru sangat
dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas: pengetahuan,
keterampilan, keamampuan, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap.
Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan
karakteristik pekerjaan. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat
seperti gambar berikut ini:9
9
Menurut Anwar Prabu dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
Sekolah, faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi
(motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1964:484)
yang merumuskan bahwa:
1) Human Performance = ability + motivation
2) Motivation = attitude + situation
1) Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) guru terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, guru
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
2) Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang guru dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri guru ke arah yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja).
David C, McClelland berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif
antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja”. Motif berprestasi
adalah suatu dorongan dalam diri guru untuk melakukan suatu kegiatan
atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja
(kinerja) dengan predikat terpuji.
Selanjutnya McClelland mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang
memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu pertama, memiliki tanggung jawab
pribadi yang tinggi. Kedua, berani mengambil risiko. Ketiga, memiliki
tujuan yang realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan berjuang merealisasi tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan balik
(feed back) yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
Keenam, mencari kesemptan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Berdasarkan pendapat McClelland tersebut, guru akan mampu
mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif
berprestasi yang dimiliki oleh guru harus ditumbuhkan dari dalam diri
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri
dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja
akan lebih mudah. Oleh karena itu, kembangkanlah motif berprestasi
dalam diri dan manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada pada lingkungan
kerja guna mencapai kinerja maksimal.10
Selanjutnya Tabrani Rusyan menyatakan bahwa untuk mendukung
keberhasilan kinerja guru, maka perlu berbagai faktor yang mendukung,
diantaranya:
1) Motivasi
Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru
sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari
luar juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang
diberikan dari kepala ekolah kepada guru.
2) Etos
Guru yang memiliki etos kerja lebih besar untuk berhasil dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru
yang tidak ditunjang oleh etos kinerja. Dalam melaksanakan tugasnya
guru memiliki etos yang berbeda-beda
3) Lingkungan
Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas
secara efektif dan efisien, meliputi:
(a) Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan
harmonis antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala
sekolah dengan staf TU dapat menunjang keberhasilan kinerja
guru.
(b) Lingkungan fisik, ruang guru hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: ruangan harus bersih, ada ruangan khusus untuk
kerja, peralatan dan perabotan tertata baik, mempunyai
10
penerangan yang baik, tersedia meja kerja yang cukup, sirkulasi
udara yang baik dan jauh dari kebisingan
4) Tugas dan Tanggung Jawab
(a) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral
Pancasila.
(b) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap
guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu
membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan
baik.
(c) Tanggung jawab guru di bidang masyarakat, yaitu turut
mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.
(d) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta
memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
(e) Optimalisasi kelompok kerja guru.11
Selaju dengan itu, Abdul Wahab menyatakan bahwa keberadaan
guru dalam melaksnakan tugas tidak lepas dari pengaruh faktor internal
maupun ekstrenal yang membawa dampak pada perubahan kinerja.
Beberapa faktor yang memenaruhi kinerja guru yang dapat diungkap
tersebut antara lain.
1) Kepribadian dan Dedikasi
Setiap guru memiliki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri
pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dari guru lainnya. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap
dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.
Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam
11
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Guru yang
memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk
giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam
melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru
tersebut memiliki akuntabilitas yang baik. Dengan kata lain, perilaku
akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir dengan hasil baik
yang dapat memuaskan atasan yang memberi tugas itu dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dapat pula dikatakan bahwa segala
pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif
tersebut seuai standar yang ditetapkan dan tidak asal-asalan.
2) Pengembangan Profesi
Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak
ketinggalan. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk
diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan
terhadap profesi guru.
3) Kemampuan Mengajar
Unutk meaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan
kemampuan. Amier Daien Indrakusuma menyatakan bahwa sosok
guru yang ideal harus mempunyai beberapa kompetensi sebagai
berikut.
(a) Pesyaratan jasmani dan ruhani, artinya seorang guru sehat jasmani
dan tidak boleh cacat secara nyata.
(b) Pesyaratan pengetahuan pendidikan.
(c) Persyaratan kepribadian, artinya seorang guru harus mempunyai
moral yang baik karena guru merupakan pendukung moral yang
baik.
4) Hubungan dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tida dakapt dipisahkan dari
masyarakat lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, masyarakat pun
kepentingan. Agar hubungan dengan masyarakat terjamin baik dan
berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam
hal berhubungan dengan masyarakat. Guru, di samping mampu
melakukan tgasnya masing-masing di sekolah, mereka juga
diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan
dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas
masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya,
mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa
berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka.12 Mengacu pada pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru berasal dari dua sumber.
Sumber yang pertama yaitu berasal dari diri sendiri, dan sumber yang
kedua berasal dari lingkungan.
Sumber pertama berasal dari diri sendiri yang terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, tujuan dan motivasi. Adapun sember kedua berasal dari
lingkungan yang terdiri atas lingkungan kerja, lingkungan keluarga, dan
karakteristik pekerjaan. Dan mengacu pada pendapat Tabrani Rusyan
bahwa lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang
sama-sama harus diperhatikan oleh atasan atau kepala sekolah. Kedua
sumber tersebut harus dimanfaatkan dengan baik oleh seorang guru,
dengan cara mengembangkan motivasi dalam diri sendiri dan manfaatkan
susana dan lingkungan kerja dengan baik untuk mencapai kinerja yang
maksimal.
12
c. Indikator Kinerja Guru
Dimensi atau indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi
ukuran dalam menilai kinerja. Ukuran-ukuran dijadikan tolok ukur dalam
menilai kinerja. Dimensi ataupun ukuran kinerja sangat diperlukan
karena akan bermanfaat baik bagi pihak banyak. Adapun survei literatur
mengenai dimensi atau indikator yang menjadi ukuran kinerja adalah
sebagai berikut.
Berdasarkan pendapat John Miner yang dikutip Sudarmanto dalam
buku Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, bahwa ada 4
dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja,
yaitu:
1) Kualitas, yaitu; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
2) Kuantitas, yaitu; jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
3) Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu; tingkat ketidakhadiran,
keterlambatan, waktu kerja efektif/jam kerja hilang.
4) Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.
Tidak jauh dari pendapat John Miner, Bernardin (2001)
menyampaikan ada 6 kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja,
yaitu;
1) Quality terkait dengan proses atau hasil mendekati
sempurna/ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan.
2) Quantity terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang
dihasilkan.
3) Timeliness terkait dengan waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk.
4) Cost-effectiveness terkait dengan penggunaan sumber-sumber
organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan
atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam
5) Need for supervision terkait dengan kemampuan individu dapat
menyelesaikan pekerjaan atau fungsi pekerjaan tanpa asistensi
pimpinan atau intervensi pengawasan pimpinan.
6) Interpersonal impact terkait dengan kemampuan individu dalam
meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama
di antara sesama pekerja dan anak buah.13
Sementara itu Stephen P. Robbins mengemukakan, indikator untuk
mengukur kinerja secara individu ada enam indikator, yaitu:
1) Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
2) Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam
istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang
diselesaikan.
3) Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada
awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan
hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk
aktivitas lain.
4) Efektivitas. Merupakan tingkat pengguaan sumber daya
organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan
dengan maksud untuk menaikkan hasil dari setiap unit dalam
penggunaan sumber daya.
5) Kemandirian. Merupakan tingkat seseorang yang nantinya akan
dapat menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan
suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja
degan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.14
13
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009), h. 11
14
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis
sependapat dengan pendapat Stephen P. Robbins dan menyimpulkan
bahwa ada lima indikator yang menjadi tolok ukur dalam menilai kinerja
seseorang. Maka seyogyanya seorang guru harus memiliki dan
mengembangkan kelima indikator tersebut di dalam dirinya demi
menghasilkan prestasi kerja yang baik.
d. Penilaian Kinerja Guru
Untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek: “penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill”. Dimensi
atau standar kerja yang dievaluasi meliputi:
1. Quantity of Work: yang berkenaan dengan volume pekerjaan yang
dapat dikerjakan seorang guru.
2. Quality of Work: yang berkenaan dengan ketelitian, dan
kelengkapan hasil kerja.
3. Inisiatif: berkenaan dengan keinginan untuk maju, mandiri, penuh
tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
4. Adaptability: berkenaan dengan kemampuan guru untuk merespons
dan menyesuaikan dengan perubahan keadaan.
5. Cooperation: berkenaan dengan kemampuan dan kemauan untuk
bekerja sama dengan pimpinan dan sesama teman kerja.15
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak
manajemen sekolah baik para guru maupun manajer yang selama ini telah
melakukan pekerjaannya. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson
yang dikutip Irham Fahmi dalam buku Manajemen Kinerja, bahwa:
“Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik
karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan
satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut”.
Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan
15
yang berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat
dilakukan perbaikan, atau yang biasa disebut perbaikan yang
berkelanjutan.16
Penilaian kinerja, berlandaskan anggapan bahwa jika kinerja diteliti
dan umpan balik diberikan, dorongan untuk bekerja secara lebih efektif
seharusnya meningkat. Definisi kata „to appraise‟ (menilai) menurut kamus adalah „menetapkan harga untuk‟ atau „menilai suatu benda‟. Jika kita menggunakan istilah „penilaian kinerja‟, kita mengartikan bahwa kita terlibat dalam proses menentukan nilai guru bagi sekolah, dengan maksud
meningkatkannya.17
Alasan diperlukannya penilaian kinerja yakni dalam rangka
melakukan perbaikan yang berkesinambungan maka suatu organisasi
perlu melakukan penilaian kinerja, dimana penilaian kinerja tersebut
memiliki berbagai alasan. Ada beberapa alasan dan pertimbangan untuk
itu, yaitu:
1) Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian
promosi dan penetapan gaji
2) Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun
karyawan untuk melakukan intropeksi dan meninjau kembali perilaku
selama ini, baik yang positif maupun negaif untuk kemudian
dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh
berkembangnya budaya organisasi secara keseluruhan
3) Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan
pelatihan kembali (retraining) serta pengembangan
4) Penilaiain kinerja dewasa ini bagi setiap organisasi khususnya
organisasi bisnis merupakan suatu keharusan, apalagi jika dilihat
tinggnya persaingan antar sekolah
16
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 65
17
5) Hasil penilaian kinerja lebih jauh akan menjadi bahan masukan bagi
pemerintah dalam melihat bagaimana kondisi sekolah tersebut.
Termasuk manjadi bahan masukan bagi lembaga pemberi pinjaman
dalam melihat kualitas kinerja suatu sekolah bisa menjadi bahan
masukan untuk mendukung keputusan pemberi kredit, yaitu pihak
pemberi pinjaman menjadi lebih yakin dan percaya.18
Dari berbagai alasan dan pertimbangan tersebut di atas maka semua
itu diharapkan akan mampu memberi pengaruh pada peningkatan kinerja
guru. Karena sebagaimana kita ketahui alasan paling utama dari
diperlukannya penilaian kinerja adalah agar terciptanya peningkatan
kualitas kinerja di sekolah, dan pengaruhnya lebih jauh pada peningkatan
produktivitas serta profit sekolah.
Yang melakukan penilaian kinerja adalah
1) Para supervisor yang menilai karyawan mereka.
2) Anggota tim yang menilai sesamanya.
3) Sumber-sumber dari luar.
4) Karyawan menilai diri sendiri.
5) Penilaian dari multisumber (umpan balik).
Dengan adaya penilaian dan umpan balik yang diberikan kepada para
guru, diharapkan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi kerja yang
dihasilkan, dan hasil tersebut bisa menjadi acuan dan motivasi untuk lebih
baik lagi di waktu yang akan datang.
18
2. Tata Ruang Kantor
a. Pengertian Tata Ruang Kantor
Akibat perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini mengakibatkan
penerapan tata ruang kantor ditujukan untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Dari beberapa pakar yang mengutarakan tentang pengertian tata
ruang, diantaranya George R. Terry dalam buku Office Management and
control tahun 1958 menyatakan sebagai berikut:
“Office lay out in the determination of space requirement and the
detailed utilization of this space in order to provide a practical
arrangement of the physical factors considered necessary for the execution
of the officework within reasonable costs:. (Tata ruang kantor adalah
penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang
penggunaannya secara praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu
bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak).
Dengan kata lain, arti tata ruang kantor dapat pula diuraikan debagai
pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan
kantor serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga guru dapat
bekerja dengan baik, nyaman, leluasa, dan bebas untuk bergerak, sehingga
tercapai efisiensi kerja.19
Dikatakan pulah oleh Hendi Haryadi, bahwa tata ruang kantor adalah
pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat kantor dan perabotan
kantor sesuai dengan luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk
memberikan sarana bagi guru.20
Ditinjau dari pengertian tata ruang kantor beberapa ahli seperti The
Liang Gie, mengemukakan bahwa tata ruang kantor adalah penyusunan
alat-alat kantor pada letak yang tepat, serta pengaturan tempat kerja yang
menimbulkan kepuasan kerja bagi para guru. Menambahkan Terry bahwa
19
Sedarmayanti, Manajemen Perkantoran, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 125
20
tata ruang kantor adalah penempatan segala kebutuhan ruang dan
penggunaan secara tereprinci dari ruangan, untuk menyiapkan suatu
susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu untuk
pelaksanaan kerja perkantoran.21
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tata ruang kantor adalah
penyusunan alat-alat kantor pada tempat yang sesuai dengan standar
sehingga memberikan sarana dan kemudahan bagi guru, karena guru akan
merasa mudah, aman dan nyaman ketika ia berada pada ruang kantor yang
ditata sebagaimana mestinya.
b. Prinsip-prinsip tata Ruang Kantor
Prinsip-prinsip tata ruang kantor dan perencanaan tata ruang menurut
Soedjadi (1990) harus diselenggarakan dengan setepat-tepatnya.
Prinsio-prinsip dan pedoman dalam tata ruang dan perencanaan tata ruang kantor
adalah:
1) Aliran pekerjaan harus diusahakan bergerak menuju ke depan,
sehingga mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan (crisscrosing), arus yang bolak-balik
(back-tracking), dan tabrakan-tabrakan.
2) Tempatkan setiap guru sedekat mungkin dengan:
a) Pimpinan dimana dia menerima pekerjaannya;
b) Mesin, perlengkapan, dan peralatan kerja yang denganna dia harus
paling banyak menggunakannya;
c) Pimpinan dimana dia harus senantiasa mendapat bimbingan
langsung tentang pekerjaan dan tentang penggunaan mesin,
perlengkapan, dan peralatan seperti tersebut pada butir b;
d) Pimpinan lain ke mana dia harus menyerahkan pekerjaan yang
telah diselesaikan.
21
3) Manajer hendaknya dibuatkan kamar-kamar kerja sendiri-sendiri utnuk
masing-masing orang, sebab mereka itu dapat dipandang sebagai pusat
konsentrasi pemikiran (think-tank) seluruh organisasi;
4) Pekerjaan-pekerjaan teknis seperti pusat pengetikan, pusat audio
visual, reproduksi, foto kopi, stensil dan percetakan, serta pusat
pekerjaan administrartif (ketatausahaan) sebaiknya disediakan
ruangan-ruangan tersendiri, terpisah dati think-tank tersebut, agar
suara-suara yang timbul dari bekerjanya alat-alat kerja tersebut dapat
diisolasi;
5) Kamar operasi sebagai salah satu alat pengendalian kegiatan
hendaknya jangan terlalu jauh dari kamar kerja top manajer;
6) Unit-unit yang melayani umum, hendaknya menempati ruangan yang
mudah mereka capai, tetapi tidak mengganggu ketenangan kerja
seluruhnya;
7) Ruangan untuk unit-unit yang berhubungan dengan permesinan,
pergudangan, alat-alat besar, dan sebagainya sebaiknya ditempatkan di
belakang, sehingga mengurangi kegaduhan bagi unit-unit lain;
8) Hendaknya diusahakan adanya tempat kerja beserta
perabot-perabotnya yang tetap letaknya, sehingga mengurangi kegaduhan bagi
unit-unit lain;
9) Untuk memelihara keleluasaan gerakan badan guru khusus untuk
pekerjaan-pekerjaan administrasi, maka diusahakan agar space kerja
setiap orang tidak kurang dari 1,5 x 2 m2;
10)Tempat duduk para guru hendaknya diatur jangan sampai mereka
saling berhadapan yang seorang dengan yang lainnya, yakni untuk
menjaga agar mereka tidak selalu saling bercakap-cakap tentang
hal-hal yang bukan-bukan;
11)Segi-segi ketenangan dan keselamatan kerja guru harsu dijamin
a) Adanya unit-unit atau alat-alat pemadaman kebakaran, alat-alat
PPPK, serta alat-alat keamanan lainnya termasuk pos penjagaan di
pintu masuk dan di pintu keluar;
b) Harus ada jalan khusus untuk keluar dalam keadaan darurat;
c) Kebisingan mesin-mesin yang sedang bekerja harus diisolir dengan
misalnya menempatkan mesin-mesin itu di dekat jendela (jadi tidak
di ruang depan, dan juga tidak di tengah-tengah ruang kerja), dan
lebih-lebih pada waktu mesin-mesin tersebut sedang bekerja, maka
jendela-jendela tadi harus dibuka lebar-pebar;
d) Dinding-dinding, jendela-jendela, dan pintu-pintu, sebaiknya
dibuat dari bahan-bahan yang tidak memperkuat gema suara, serta
jangan lupa selalu meminyaki engsel-sengselnya;
e) Hendaknya dalam instansi itu sendiri tersedia semacam kafetaria
murah khusus untuk para guru.
12)Untuk keperluan pribadi para guru, maka disediakan:
a) Kamar-kamar kecil (toilet) yang bersih, sehat, dan cukup
jumlahnya;
b) Kamar-kamar rias terutama bagi guru wanita;
c) Tempat air minum yang sehat dan bersih.
13)Untuk keperluan pertemuan dan rekreasi bersama hendaklah ada satu
ruangan khusus atau aula dari yang berukuran sekitar 17,5 x 25 m
sampai 25 x 40 m.
14)Untuk mempermudah bagi tamu-tamu mengetahui letak ruang kerja
pimpinan ataupun unit-unit yang diperlukan, maka perlu dilaksanakan
adanya:
a) Ruang tamu yang cukup lapang dan tenang;
b) Skema denah dari seluruh unit dalam instansi itu yang ditaruh di
ruang tamu tersebut;
c) Daftar nama pimpinan berikut jabatannya, dan nomor kamar
15)Untuk keindahan dan kesegaran udara di dalam tempat kerja
hendaklah dipenuhi dengan persyaratan-persyaratan yang berikut:
a) Adanya lubang peranginan (ventilasi) yang cukup dan
memungkinkan sirkulasi udara secara teratur;
b) Tingkat kelembaban (humidity) berkisar antara 45% s.d. 60%;
c) Daya penerangan dengan lampu hemat energi (bukan neon).
16)Kesegaran udara dan keindahan sreal tempat kerja, hendaklah
dilaksankan adanya:
a) Jalan sekitar tempat kerja yang cukup lapang dan sejuk;
b) Kebun dengan rerumputan dan taman bunga-bungaan yang segar;
c) Tempat parkir mobil yang cukup luas dan tidak terlalu dekat
dengan kamar-kamar kerja guru.
17)Memelihara keleluasaan bagi kemungkinan-kemungkinan
perkembangan dan perluasan di kemudian hari.22
c. Perencanaan Tata Ruang Kantor
Tahapan ini sangat penting karena akan mempengaruhi seluruh
tahapan berikutnya dan, yang jauh lebih penting lagi, adalah apakah
layoutmembuat kerja berlangsung secara efektif dan efisien. Sebagian
besar tahapan ini adalah untuk menilai apa yang dibutuhkan oleh
organisasi melalui proses pengumpulan informasi, kemudian
ditransformasikan dalam bentuk gambar dan akhirnya ke dalam bentuk
layout yang aktual. Menurut Quibel (2001), ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan agar tercipta tata ruang kantor yang efektif, antara lain
sebagai berikut:
1) Tugas guru. Jenis tugas dan tingkat otonomi yang dimiliki guru akan
memengaruhi penggunaan jenis fasilitas kantor yang dibutuhkan
untuk mengoptimalisasikan kinerja mereka. Sebagai contoh, ruang
kerja guru yang membutuhkan tingkat interaksi yang tinggi dengan
22
anggota timnya yang lain, akan sangat berbeda dengan ruang kerja
yang guru yang kurang membutuhkan interaksi sosial.
2) Arus kerja. Analisis arus kerja dengan mengacu pada pergerakan
informasi dan tugas secara horizontal atau vertikal tentunya sangat
diperlukan dalam perencanaan tata ruang. Menurut Gie (2000), arus
kerja yang efisien akan menempatkan guru dengan pola garis lurus
informasi, sehingga akan mengeliminasi backtracking maupun
criss-crossing pekerjaan. Misalnya, divisi penagihan mempunyai dokumen
utama berupa formulir penagihan, divisi kredit berupa aplikasi kredit,
dan departemen pembelian berupa order pembelian. Dengan melacak
pergerakan dokumen utama antardepartemenyang dapat dilakukan
melalui 2 cara, yaitu persiapan dan penganalisaan arusbagan proses
serta mendiagramkan pergerakan dokumen melalui pola arus kerja;
pola arus kerja dapat meminimalisir aktivitas kerja yang dapat
menimbulkan fenomena bottleneck.
3) Bagan organisasi. Ketika arus kerja secara vertikal, bagan organisasi
akan menggambarkan rentang wewenang masing-masing anggota
organisasi. Hal ini juga akan mengidentifikasi hubungan kerja antar
guru pada level yang sama dan membantu dalam menjelaskan lokasi
yang tepat bagi guru ataupun unit kerja.
4) Proyeksi hubungan kerja pada masa datang. Menjelaskan beberapa
luas area yang dibutuhkan jika persahaan akan melakukan perluasan
atau pengurangan pada masa depan. Perluasan dilakukan karena
beberapa hal berikut:
a) Pengembangan produk baru yang akan membutuhkan guru baru
yang mungkin diikuti dengan perluasan area kantor.
b) Ekspektasi tingkat pertumbuhan sekolah per tahun, baik diukur
melalui tingkat laba yang diperoleh maupun tingkat penjualan
yang didapat.
c) Kemungkinan perubahan dalam pengorganisasian kantor yang
5) Jaringan komunikasi. Analisis bentuk interaksi ataupun media yang
digunakan untuk berkomunikasi (telepon, e-mail, surat, tatap muka,
dan lain-lain) yang dilakukan oleh guru ataupun departemen sangat
membantu dalam perencanaan tata ruang kantor. Semakin tinggi
frekuensi hubungan yang dilakukan, semakin dekat ruangannya.
6) Departemen dalam organisasi. Banyak sekolah mengelola kantornya
berdasarkan fungsi, terutama depertemen yang berpengaruh terhadap
keputusan penempatan ruang kerja yang biasanya ditetapkan
berdasarkan arus kerja antarmereka. Misalnya, departemen akuntansi
akan ditempatkan berdekatan dengan departemen pemrosesan data,
dan departemen yang biasa berhubungan dengan publik (pembelian
atau hubungan masyarakat) akan ditempatkan berdekatan dengan
pintu masuk atau reception area.
7) Kantor publik dan privat. Pada masa lalu, penggunaan kantor privat
akan menunjukkan prestise dan status sekolah atau organisasi di mata
masyarakat. Namun, pemanfaatan kantor masa sekarang lebih
mengarah pada pemakaian kantor bersama karena biaya
pengoperasian kantor privat yang mahal: sulitnya mengubah tata
ruang apabila diperlukan, penataan cahaya atau AC sulit dilakukan
dibandingkan dengan di kantor terbuka yang tentunya akan
menghambat komunikasi yang efektif, dan yang paling berpengaruh
adalah lingkungan kerja sekolah semakin luas. Tidak dapat
dibayangkan bagaimana sekolah yang melayani Bekasi hanya
mempunyai satu kantor pusat di Kawasan Sudirman, Jakarta.
8) Kebutuhan ruang. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan ruangan
minimum yang dibutuhkan oleh guru adalah guru yang membutuhkan
peralatan dalam melaksanakan tugasnya akan membutuhkan ruang
yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Yang kedua, jenis
peralatan ataupun tanggung jawab masing-masing guru akan
9) Pertimbangan keamanan. Pada dasarnya, desain dan tata ruang kantor
memfasilitasi pergerakan guru dari suatu area ke area yang lain.
Perencanaan tersebut harus dapat membuat guru bergerak secara
mudah tanpa terhambat, dan sebaliknya lorong tempat guru bergerak
tidak diisi oleh furnitur atau peraalatan yang dapat menghalanginya.
10)Pembiayaan ruangan perkantoran. Dapat dikatakan bahwa investasi
sekolah dalam ruang kantor melebihi investasinya di bidang SDM, di
mana hubungan positif dari keduanya sangat dibutuhkan. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam hal ini, antara lain
menghipotekkan pembayaran, pemanfaatan, pemeliharaan, biaya
pemeliharaan, pajak, asuransi, kebutuhan akan peralatan kontrol
lingkungan kantor (AC, kelembaban), perlakuan khusus, lisensi, dan
lain-lain.23
d. Tujuan, dan Manfaat Tata Ruang Kantor
Menurut Sedarmayanti, apabila diperinci, tujuan tata ruang kantor,
antara lain adalah:
1) Mencegah penghamburan tenaga dan waktu guru karena prosedur
kerja dipersingkat
2) Menjamin kelancaram proses pekerjaan
3) Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien
4) Mencegah guru di bagian lain terganggu oleh suara bising dan lainnya
5) Menciptakan kenyamanan kerja guru
6) Memberikan kesan yang baik terhadap para pengunjung kantor
7) Mengusahakan adanya keleluasaan bagi:
a) Gerakan guru yang sedang bekeja
b) Kemungkinan untuk guru memanfaatkan ruangan bagi keperluan
lain pada waktu tertentu
23
c) Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor pada kemudian hari
(jika mungkin)
Menurut Sukoco, tata ruang yang efektif akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1) Mengoptimalkan penggunan ruang yang ada secara efektif
2) Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi guru
3) Memberikan kesan positif terhadap pelanggan/konsumen
4) Menjamin efisiensi dari arus keja yang ada
5) Meningkatkan produktivitas kerja guru
6) Mengantisipasi perkembangan organisasi pada masa depan dengan
melakukan perencanaan tata ruang yang fleksibel
Moekijat dalam bukunya menjelaskan beberpa fungsi kantor. Fungsi
kantor adalah untuk memberikan pelayanan komnikasi dan
catatan-catatan. Secara terinci fungsi kantor itu adalah sebagai berikut:
1) Untuk menerima keterangan
2) Untuk mencatat keterangan
3) Untuk menyusun keterangan
4) Untuk memberi keterangan
5) Untuk menjamin aktiva.24
Jadi, secara garis besar, tujuan dan manfaat tata ruang kantor adalah
mengatur tata ruang kantor secara baik sehingga pelaksanaan pekerjaan
kantor dapat diatur secara tertib dan lancar, koordinasi dan pengawasan
semakin mudah, akhirnya mencapai efektivitas kerja.
24
e. Macam-macam Tata Ruang Kantor
Pada umumnya penataan ruang kantor terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Tata ruang yang terpisah-pisah. Ruangan untuk bekerja
terbagi-bagi dalam beberapa satuan. Pemterbagi-bagian itu karena keadaan
gedungnya yang terdiri atas kamar-kamar ataupun karena
memang sengaja dibuat pemisah buatan, misalnya plywood atau
dinding kaca
2) Tata ruang yang terbuka. Ruangan kerja tidak dipisah-pisahkan,
jadi semua guru berada dalam satu ruangan besar dan antara guru
yang satu dan guru yang lainnya saling terlihat.
Menurut Sedarmayanti pada dasarnya terdapat empat macam tata
ruang kantor, yaitu sebagai berikut.
1) Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices), yaitu
ruang kerja untuk bekerja yang dipisah atau dibagi dalam kamar
atau ruang kerja.
a) Keuntungan tata ruang kantor berkamar adalah:
(1) Menjamin konsentrasi kerja
(2) Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia
(3) Menambah atau menjaga, status pimpinan sehingga selalu
terpelihara adanya kewajiban pimpinan
(4) Menjamin kebersihan kerja dan merasa ikut
bertanggungjawab serta merasa ikut memiliki
b) Kerugian tata ruang kantor berkamar adalah:
(1) Komunikasi langsung antarguru tidak dapat berjalan
lancar sehingga kesempatan untun mengadakan
komunikasi menjadi berkurang
(2) Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya
pemeliharaan ruangan, pengaturan penerangan, dan biaya
(3) Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan
dan perkembangan organisasi
(4) Mempersulit pengawasan
(5) Memerlukan banyak luas lantai
2) Tata ruang kantor terbuka (open plan offices), yaitu ruang kerja
yang cukup luas, ditempati oleh beberapa guru untuk bekerja
bersama di ruang termaksud tanpa dipisah oleh penyekat atau
pembatas yang permanen.
a) Keuntungan tata ruang kantor terbuka:
(1) Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara,
warna dan dekorasi
(2) Luwes/fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan
dan tidak memerlukan biaya tinggi
(3) Mudah untuk mengadakan hubungan langsung,
pengawasan, penyeragaman kerja, dan pembagian
peralatan kerja
(4) Biaya lebih hemat untuk pemelihranaan ruangan kerja,
penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan,
penggunaan telepon, dan lain-lain
b) Kelemahan tata ruang kantor terbuka:
(1) Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau
kebisingan karena guru bersebda gurau, mengobrol, dan
lain-lain
(2) Guru sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh
konsentrasi
(3) Batas kedudukan antara pemimpin dan bawahan tidak
jelas
(4) Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan
3) Tata ruang kantor berhias/bertaman/berpanorama (landscape
offices), Yaitu ruang kera yang dihiasi oleh taman, dekorasi, dan
lingkungan ruang kantor tampak seperti pemandangan alam
terbuka dan merupakan lingkungan yang nyaman, menyegarkan,
dan ekonomis dalam pemanfaatan ruangan.
a) Keuntungan tata ruang kantor berhias adalah:
(1) Guru akan merasa nyaman dan betah bekerja
(2) Ketegangan saraf dapat berkurang atau dihindarkan
(3) Kebisingan atau kegaduhan dapat dihindarkan
(4) Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efisien,
produktivitas kerja dapat meningkat sehingga tjuan
organisasi mudah dicapai
b) Kelemahan tata ruang kantor berhias adalah:
(1) Biaya cukup tinggi untuk mengadakan taman dan dekorasi
lainnya
(2) Biaya pemeliharaan tinggi
(3) Memerlukan tenaga ahli yang tidak mudah dan tidak
murah.
Berdasarkan penjelasan tentang macam-macam tata ruang kantor,
makasebuah organisasi atau sekolah bebas menerapkan tata ruang
kantor yang seperti apa. Tergantung kesanggupan dan disesuaikan
dengan luas ruang kantor yang ada.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tata Ruang Kantor
Hal-hal yang mengharuskan perubahan suatu tata ruang kantor
adalah:
1. Penambahan atau pengurangan guru unit/bagian bersangkutan
2. Penambahan atau pergantian perabot atau alat-alat lainnya
4. Perubahan terhadap susunan organisasi atau tugas pokok
pekerjaan.25
Adapun penataan ruang kantor perlu dilakukan ulang jika sudah
muncul berbagai masalah atau perubahan sebagai berikut:
1. Lay out yang sudah ada menimbulkan hambatan bagi guru dalam
melakukan pekerjaan. Misalnya, suatu pabrik sudah melakukan
penyederhanaan prosedur kerja, tetapi lay out-nya tidak
mendukung, sehingga pekerjaan terhambat.
2. Adanya keluhan dari guru yang disebabkan kondisi lingkungan
fisik tempat kerja. Misalnya, guru di pabrik teh terkena polusi
udara karena debu teh yang sedang diolah beterbangan akibat
kurangnya ventilasi udara.
3. Mulai menurunnya citra sekolah di mata pelanggan atau tamu
sekolah.
4. Organisasi yang semakin berkembang membuat struktur organisasi
lebih kompleks, sehingga job description yang semakin banyak
membutuhkan lebih banyak guru baru untuk mendudukinya.
5. Lay out yang sudah ada perlu dibenahi lagi karena kurang
mendukung perkembangan dan perubahan organisasi. Misalnya,
kantor membuka unit baru untuk customer service.
6. Tata ruang yang sudah ada perlu disegarkan kembali sehingga tidak
kotor dan monoton atau menimbulkan kebosanan. Misalnya, ganti
karpet, ganti warna cat, ganti posisi meja, dan lemari kantor.26
25
Khaerul Umam. Manajemen Perkantoran. (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 161
26
g. Langkah-langkah dalam Menyusun Tata Ruang Kantor
Sebelum dimulai membuat konsep menyusun tata ruang, maka
terlebih dahulu perlu diketahui langkah-langkah menyusun tata ruang
antara lain adalah:27
a) Mengetahui hubungan satuan yang melaksanakan Tata Usaha
dengan satuan-satuan kerja lainnya.
b) Mengetahui sifat pekerjaan (rahasia atau tidak rahasia) dan
pelajari segenap pekerjaan, tentukan urutan pekerjaan, serta
ketahui jumlah guru yang terlibat
c) Satuan pekerjaan yang melayani publik ditempatkan pada tempat
yangmudah didtangi orang luar tanpa mengganggu satuan kerja
lainnya
d) Satuan-satuan yang satu sama lain saling berhubungan erat,
diupayakan utnuk dikelompokkan pada satu tempat
e) Satuan pusat yang mengerjakan semua kegiatan ketatausahaan,
diupayakan ditempatkan ditengah-tengah (yang strategis)
f) Satuan yang tugas pekerjaannya menimbulkan suara gaduh,
diletakkan jauh dari satuan kerja yang membutuhkan ketenangan
g) Membuat gambar denah ruangan dengan memakai skala,
cantumkan panjangdan lebar ruangan yang bersangkutan, serta
beri tanda, tempat pintu, jendela dan lainnya
h) Susun letak meja kursi guru dan perabot lainnya, gunakan kertas
warna-warni dengan ukuran tertentu, serta beri nomor kode
masing-masing
i) Menyusun dengan konsep tata ruang, dengan memperhitungkan
kemungkinan perubahan yang disebabkan oleh:
(1) Penambahan atau pengurangan guru
(2) Penambahan atau penggantian perabot/alat kerja
(3) Perubahan penyelesaian prosedur kerja
27
(4) Perubahan atau pengembangan struktur organisasi
(5) Penambahan atau pengurangan atau perubahan pekerjaan
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan topik yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Subki (2015), mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Manajemen Pendidikan,
dengan judul Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Kinerja Guru di SMK
Islamiyah Ciputat. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK
Islamiyah Ciputat yang berjumlah 50 orang. Hasil dari penelitian tersebut
adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian insentif
terhadap kinerja guru di SMK Islamiyah Ciputat.28Persamaan dari penelitian ini adalah meneliti variabel kinerja guru. Metode yang
digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan pendekatan
kuantitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui angket,
observasi, dan wawancara. Dan fokus masalahnya yaitu kinerja guru.
Sedangkan perbedaan dari penelitian ini yaitu pada tahun dan lokasi
penelitian. Pada penelitian yang sebelumnya, penelitian dilakukan pada
tahun 2015 di SMK Islamiyah Ciputat. namun pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti kali ini adalah pada tahun 2016 di SMPIT
Asy-syukriyyah Tangerang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Saipulloh (2014), mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Manajemen Pendidikan, dengan judul
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah denan Kinerja Guru di MTsN 8
Jakarta. Objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang guru yang
ada di MTsN 8 Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
28