• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Kinerja Guru Di SMPIT Asy-syukriyyah Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Kinerja Guru Di SMPIT Asy-syukriyyah Tangerang"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Disusun oleh:

Nurjanah

1112018200051

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara tata ruang kantor dengan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang, seberapa besar kontribusi yang diberikan, apakah hal tersebut memiliki signifikan atau tidak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui hubungan dua variabel, sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui angket.

Penelitian ini dilakukan di SMPIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang. Adapun subjek penelitian yaitu populasinya 36 orang dan semuanya dijadikan responden dalam penelitian. Penyebaran angket berisi 41 butir soal tentang tata ruang kantor dan 28 butir tentang kinerja guru.

Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tata ruang kantor (x) dan kinerja guru (y). Dari perhitungan x dan y diperoleh rxy = 0,425 dikonsultasikan pada

tabel interpretasi korelasi product moment dengan hasil interpretasi sedang karena 0,425 berada pada rentang 0,40 – 0,599. Sedangkan uji signifikansi koefisien korelasi menunjukkan bahwa r tabel pada taraf 5% sebesar 0,329. Dengan demikian dapat diketahui rhit > rtabel pada taraf signifikansi 5% H0 ditolak dan Ha

diterima, dengan kontribusi 18,1 %. Jadi, terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara tata ruang kantor dengan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang.

Melalui penelitian ini penulis menyarankan agar guru tetap meningkatkan kinerjanya walaupun kontribusi dan pengaruh tata ruang kantor dikatakan sedang, dan sekolah harus tetap mempertahankan hal-hal lainnya yang membuat kinerja guru meningkat agar menjadi motivasi bagi guru dalam menjalankan tugas mulia di sekolah tersebut.

(7)

ii

Performance in SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang

This study aims to determine whether there is influence between the office layout with a teacher's performance SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang, how large contributions, whether these have a significant or not. The method used in this research is descriptive quantitative approach to determine the relationship of two variables, while data collecting technique in this research is through questionnaires.

This research was conducted in SMPIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang. The subject of research is population 36 people and all of them as respondents in the study. Questionnaire containing 41 items of office layout and 28 grains of teacher performance.

Data processing is done by the product moment correlation analysis. The variables examined is the office layout (x) and the performance of teachers (y). The calculation of x and y is obtained r xy = 0.425 consulted on the interpretation of product moment correlation table with the results of interpretation is good enough as 0.425 in the range 0.40 to 0.599. While the significance test shows that the correlation coefficient r table at 5% level at 0.329. This it can be seen rhit >

rtabel at the 5% significance level H0 is rejected and Ha is accepted, with a

contribution of 18.1%. So, there is a considerable and significant effect between the office layout with a teacher's performance SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang. Through this study the authors suggest that the teacher still improve its performance despite the contributions and influence of the office layout is said to be good enough. And schools must keep the other things that make the performance of teachers increased in order to be a motivation for teachers in the noble task in the school.

(8)

iii

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Hal ini dikarenakan oleh

keterbatasan yang dimiliki penulis sendiri, namun berkat bantuan, dukungan,

saran dan doa dari banyak pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Maka

dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan banyak rasa terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy‟ari M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan yang tealah memberikan bimbingan, nasehat dan arahannya kepada

penulis selama penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

3. Dra. Nurdelima Waruru, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah

banyak luangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan,

dukungan dan semangat selama penyusunan skripsi dari awal sampai

selesai.

4. Drs. Ali Nurdin, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang memberikan

arahan dan bimbingan sehingga mempermudah penulis untuk

(9)

iv

kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau

pimpin.

7. Dina, SE.I selaku kepala staf tata usaha serta seluruh guru dan guru di

SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang yang telah membantu proses

penelitian dalam menyusun skripsi ini.

8. Ayahanda Wasrun Muhamad dan Ibunda Rijah tercinta beserta ketiga

adikku Nur Muslihatun, Nur Athif Amanullah, dan Shafa Salsabila

tersayang yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan dukungan

tanpa mengenal lelah selama penulis menempuh pendidikan S1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2012 atas semua

kenangan yang telah dilalui bersama dan selalu menjadi bagian dari

lembaran kehidupan.

10.Sahabat-sahabat tercinta yang tidak pernah terlupakan, Ismi Farhana,

Siti Aisyah, Umdatul Faizah, Ainatul Maghfiroh, Ira Nurfadilah, Vidi

Septiyani, Siti Alawiyah dan Essa Ahwar Faraz, terima kasih atas

semua cerita yang kita lalui yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis, semoga persahabatan kita tidak pernah luput oleh waktu.

Especially Tien Meylanissholihat yang selalu membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi.

11.Sahabat serta penasihat terbaik, Sorayah Al-Haddad yang senantiasa

menghibur dan membimbing selama proses penulisan skripsi.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan dan doa dalam proses penyelesaian

(10)

v

semua pihak khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Jakarta, 6 Desember 2016

(11)

vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ... 7

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Kinerja Guru... 7

a. Pengertian Kinerja Guru ... 7

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 9

c. Indikator Kinerja Guru ... 16

d. Penilaian Kinerja Guru ... 18

2. Tata Ruang Kantor ... 21

a. Pengertian Tata Ruang Kantor ... 21

b. Prinsip-prinsip tata Ruang Kantor ... 22

c. Perencanaan Tata Ruang Kantor ... 25

d. Tujuan, dan Manfaat Tata Ruang Kantor ... 28

e. Macam-macam Tata Ruang Kantor ... 30

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tata Ruang Kantor ... 32

(12)

vii

METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampling ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Teknik Pengolahan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV ... 52

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Gambaran Umum Penelitian ... 52

1. Profil SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang ... 52

2. Daftar Nama Guru dan Staf SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang ... 54

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 55

1. Tata Ruang Kantor (X) ... 55

2. Kinerja Guru (Y) ... 58

C. Uji Persayaratan Analisis ... 60

1. Uji Normalitas ... 60

2. Uji Homogenitas ... 61

3. Uji Linieritas ... 61

4. Uji Korelasi ... 63

5. Uji Hipotesis ... 64

(13)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 67

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ... 34

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Tata Ruang Kantor ... 38

Tabel 3.3 : Nilai Reliabilitas Variabel Tata Ruang Kantor ... 43

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru... 44

Tabel 3.5 : Nilai Reliabilitas Variable Kinerja Guru ... 48

Tabel 3.6 : Hasil Uji Coba Normalitas Data ... 49

Tabel 3.7 : Hasil Uji Coba Homogenitas Data ... 50

Tabel 3.8 : Interpretasi Indeks “r” Product Moment ... 51

Tabel 4.1 : Data Guru dan Staf SMPIT Asy-Syukriyyah... 54

Tabel 4.2 : Data Deskriptif Analisis Tata Ruang Kantor ... 55

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Variabel Tata Ruang Kantor... 56

Tabel 4.4 : Data Deskriptif Analisis Kinerja Guru ... 58

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru ... 58

Tabel 4.6 : Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.7 : Uji Homogenitas ... 61

Tabel 4.8 : Uji Lnieritas ... 62

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara dengan Staf ... 70

Lampiran 2 : Hasil Wawancara dengan Guru ... 72

Lampiran 3 : Angket Penelitian ... 73

Lampiran 4 : Nilai Variabel X dan Y ... 82

Lampiran 5 : Uji Persyaratan Analisis ... 84

Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Variabel tata Ruang Kantor ... 87

Lampiran 7 : Hasil Uji Coba Variabel Kinerja Guru ... 89

Lampiran 8 : Distribusi t Tabel ... 91

Lampiran 9 : Distribusi f Tabel ... 93

Lampiran 10 : Distribusi r Tabel ... 95

Lampiran 11 : Uji Referensi ... 96

Lampiran 12 : Surat Bimbingan Skripsi ... 102

Lampiran 13 : Surat Observasi ... 103

Lampiran 14 : Surat Uji Coba Instrumen Penelitian ... 104

Lampiran 15 : Surat Permohonan Penelitian ... 105

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup

yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu

dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.1Melalui pendidikanlah setiap insan bisa menuju kepada perubahan yang lebih baik

lagi, dengan mengikuti serangkaian proses belajar mengajar. Dalam proses

belajar mengajar tidak hanya peran guru yang menjadi hal utama, ada guru ,

tata usaha, sarana & prasarana, petugas kebersihan, dan lain-lain. Pada sisi

internal, proses belajar mengajar juga harus memperhatikan input dimana hal

tersebut berperan sebagai penunjang keberhasilan program pendidikan. Guru,

dimana di dalamnya ada guru yang sangat berperan penting dalam mencapai

tujuan sekolah.

Semua lembaga pendidikan khususnya sekolah pasti menginginkan hasil

terbaik untuk pencapaian tujuan yaitu visi dan misi sekolah. Maka sangatlah

penting jika semua itu didukung oleh produktivitas yang tinggi dari para guru

sekolah, karena secara konseptual, prouktivitas adalah hubungan antara

keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas

yang tinggi tidak semata-mata hanya didukung oleh kemampuan yang dimiliki

oleh setiap individu. Produktivitas yang tinggi harus didukung oleh

lingkungan kerja yang aman dan nyaman demi kelancaran pekerjaan yang

dilakukan. Jika produktivitas dan kinerja para guru sudah baik, maka sekolah

akan mempunyai reputasi yang baik pula

Sehubungan dengan tuntutan produktivitas guru yang harus konsisten dan

terus ditingkatkan, maka pimpinan sekolah seyogyanya memperhatikan

1

(16)

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor yang mempengaruhi

kinerja meliputi faktor internal dan eksternal. Kinerja yang baik dipengaruhi

oleh kemampuan, semangat dan motivasi yang tinggi. Jika dari sisi eksternal

meliputi lingkungan, teman dan pimpinan yang baik. Sebaliknya faktor yang

mempengaruhi kinerja buruk terletak pada kemampuan dan semangat yang

rendah. Jika dari sisi eksternal meliputi lingkungan, teman dan pimpinan yang

kurang baik pula. Kinerja akan dicapai dengan baik apabila didukung oleh

lingkungan yang baik. Guru akan lebih termotivasi dalam bertanggungjawab

atas pekerjaan mereka apabila atasan memberikan perhatian internal dan

eksternal. Terpenuhinya fasilitas yang memadai tentu saja akan meningkatkan

produktivitas dan kinerja para guru.

Di samping beberapa faktor yang telah diuraikan di atas, sekolah juga

perlu meningkatkan kinerja guru dengan cara melakukan pelatihan atau

pemekaran pekerjaan sesuai dengan apa yang diampunya. Sehingga guru pun

bertambah wawasan akan pekerjaannya, dan harapan dengan diadakannya

pelatihan dan pemekaran pekerjaan tersebut dapat meningkatkan kinerja para

guru di sekolah.

Kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya

manusia di dalamnya, tetapi juga oleh sumber daya lainnya seperti dana,

bahan, peralatan, teknologi dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam

organisasi.

Demikian pula apakah lingkungan kerja atau situasi kerja memberikan

kenyamanan sehingga mendorong kinerja guru. Juga termasuk bagaimana

kondisi hubungan antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan

bawahan maupun di antara rekan sekerja.

Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi guru sangatlah penting,

karena di lingkungan kerja itulah guru banyak menghabiskan waktu untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya. Lingkungan kerja mecakup lingkungan fisik

(17)

udara, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non-fisik meliputi kenyamanan,

keamanan dan lain-lain. Lingkungan kerja yang baik akan mendorong guru

lebih semangat dalam bekerja dan sebaliknya jika lingkungan kerja kurang

baik, maka gurupun tidak mempunyai semangat dalam menyelesaikan

kewajibannya.

Salah satu lingkungan fisik yang mendukung kinerja guru adalah tata

ruang kantor. Tata ruang kantor merupakan sesuatu yang secara langsung

berhadapan dengan aktivitas guru sehari-hari, di mana setiap guru

membutuhkan ruang untuk melaksanakan pekerjaannya. Faktor penting yang

turut menentukan kelancaran tugas adalah penyusunan tempat kerja dan alat

perlengkapan kantor dengan sebaik-baiknya.

Tidak sedikit dijumpai keadaan tata ruang kantor yang belum memenuhi

standar. Masih banyak guru yang beraktivitas pada lingkungan yang kurang

kondusif, penataan ruang kantor yang kurang mendukung, menurunnya

perhatian terhadap ruang kantor, dan penataan tata ruang kantor yang tidak

sesuai dapat menyebabkan kinerja guru menurun, sehingga tercipta keadaan

yang membuat guru di sekolah merasa kurang nyaman untuk mengerjakan

tugas-tugas dan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang mengakibatkan

kinerja guru menurun.

SMPIT Asy-syukriyyah Tangerang, yang sudah berdiri sejak tahun 2002,

dimana tata ruang kantor diatur dengan model semi tertutup, dengan alasan

untuk menjaga privasi antar guru. Luas ruang kantor memang kurang

memenuhi standar, karena terbatasnya lahan yang diberikan oleh yayasan

Asy-syukriyyah itu sendiri. Sekolah selalu mengevaluasi mengenai tata ruang

kantor, karena mereka diberikan kebebasan oleh yayasan dan kepala sekolah.

Walaupun luas ruang kantor belum memenuhi standar, namun sekolah

mengupayakan untuk melengkapi data-data atau barang-barang yang harus

ada di dalam kantor. Selain itu, tata ruang kantor di SMPIT Asy-syukriyyah

(18)

menunjang setiap pekerjaanya, namun belum maksimal dalam

mengakomodasi keseluruhan jumlah guru.2 Luas ruang guru di SMPIT Asy-syukriyah Tangerang yaitu 40 m2 di mana luas tersebut dibagi menjadi dua bagian, 20 m2 untuk guru pria dan 20 m2 untuk guru wanita. Di dalam ruang guru terdapat loker-loker yang dipergunakan untuk menyimpan dokumen para

guru, dan terdapat satu buah meja dan satu buah kursi pada masing-masing

ruang guru. Adapun luas untuk ruang guru berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan

prasarana sekolah/madrasah pendidikan umum yang menyatakan bahwa rasio

minimum luas untuk ruang guru yaitu 4 m2/pendidik. Dan luas minimum kelseluruhan yaitu 32 m2. dan terdapat satu buah kursi/guru, satu buah meja kerja/guru, lemari, papan statistik, papan pengumuman, tempat sampah,

tempat cuci tangan, jam dinding, dan penanda waktu.3

Dengan dipaparkannya keadaan tata ruang kantor tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi Pengaruh Tata Ruang

Kantor terhadap Kinerja Guru di SMPIT Asy-syukriyyah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyak guru yang beraktivitas pada lingkungan fisik yang tidak kondusif,

sehingga kinerja guru menurun.

2. Tata ruang kantor yang dirancang kurang mendukung.

3. Menurunnya perhatian terhadap tata ruang kantor.

4. Tata ruang kantor yang tidak sesuai dapat menyebabkan kinerja guru

menurun.

2

Hasil Wawancara dengan ibu Dina, ketua staf tata usaha di SMPIT Asy-Syukriyyah pada tanggal 03 Desember 2015.

3

(19)

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah tentang pengaruh

tata ruang kantor terhadap kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah, meliputi:

kesesuaian tata ruang kantor dengan tugas guru, kesesuaian tata ruang kantor

dengan arus kerja, proyeksi hubungan kerja pada masa datang, kesesuaian tata

ruang kantor dengan jaringan komunikasi, kesesuaian tata ruang kantor

dengan kebutuhan ruang, kesesuaian tata ruang kantor dengan pertimbangan

keamanan dan kenyamanan, kesesuaian tata ruang kantor dengan pembiayaan

ruangan perkantoran, kualitas guru, kuantitas guru, efektivitas, kerja sama

antar guru, dan hubungan antarpersonal.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Bagaimana pengaruh tata ruang kantor terhadap kinerja guru di SMPIT

Asy-Syukriyyah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mendeskripsikan tata ruang kantor guru di SMPIT

Asy-Syukriyyah?

b. Untuk mendeskripsikan kinerja guru di SMPIT Asy-Syukriyyah?

c. Untuk mengetahui pengaruh tata ruang kantor terhadap kinerja

guru di SMPIT Asy-Syukriyyah?

2. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada dampak baik untuk

seluruh siswa/i SMPIT Asy-Syukriyyah Tangerang karena kinerja

guru yang meningkat, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan

(20)

b. Bagi guru

Melalui penelitian ini, diharapkan ada peningkatan yang

signifikan terhadap kinerja guru, sehingga lebih banyak persiapan

yang matang dalam melakukan proses belajar mengajar.

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan sekolah bisa lebih

termotivasi dan menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk

merancang dan memperhatikan tata ruang kantor guru, karena guru

sejatinya adalah orang-orang yang ikut andil dalam melaksanakan

proses pembelajaran. Jika tata ruang yang dirancang memenuhi

standar dan bisa membuat guru nyaman, maka kinerja mereka pun

bisa meningkat dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sekolah.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai tata ruang kantor yang

berpengaruh terhadap kinerja guru di lembaga sekolah khususnya.

Dapat mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

guru, dan dapat melakukan pengembangan terhadap pengelolaan tata

(21)

7 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori 1. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik

organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang

dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstrong dan

Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen

dan memberikan kontribusi ekonomi. Lebih jauh Indra Bastian

menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan

skema strategis (strategic planning) suatu organsasi.3

Pendapat mengenai definisi kinerja telah dikemukakan Supardi bahwa

kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan

tujuan yang telah ditetapkan.4

Menurut Anwar Prabu kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas

maupun kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan.5

3

Irham Fahmi, Manajemen, (Bandung: IKAPI, 2012), h. 226.

4

Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: rajawali Pers, 2013), h. 45

5

(22)

8

Pandangan lain dikemukakan King, yang menjelaskan kinerja adalah

aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan

kepadanya.6

Adapun pengertian guru, Lif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri

menyatakan bahwa guru sebagai tenaga kerja profesional yang

mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh

seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan

sertifikat pendidik sesuai dengan oersyaratan untuk setiap jenis dan

jenjang pendidikan tertentu.7

Selaju dengan itu, Amad Tafsir menyatakan bahwa guru adalah

orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi

psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif.8

Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterpretasikan bahwa kinerja

seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya.

Misalnya, sebagai seorang guru, tugas rutinnya adalah melaksanakan

proses belajar mengajar di sekolah. Hasil yang dicapai secara optimal dari

tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kinerja adalah hasil

kerja seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan

sertifikat pendidik yang berupa prestasi, dan dapat diukur melalui kualitas

dan kuantitas pekerjaannya, dengan jangka waktu yang telah ditentukan

dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.

6

Paytrician King, Performance Planning and Appraisal, dalam Hamzah B. Uno, Teori Kinerja dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 61

7

Lif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakakarya, 2010), h.58.

8

(23)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang memengaruhi kinerja organisasi maupun individu.

Tempe mengemukaka bahwa: “Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi kerja atau kinerja seseorang antara lain adalah lingkungan, perilaku

manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan

administrasi pengupahan” (Tempe, 1992: 3).

Sedangkan Kopelman menyatakan bahwa: “Kinerja organisasi

dipengaruhi oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) ligkungan, (2)

karakteristik individu, (3) karakteristik organisasi, dan (4) karakteristik

pekerjaan” (Kopelman, 1986: 16)

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kinerja guru sangat

dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas: pengetahuan,

keterampilan, keamampuan, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap.

Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan

karakteristik pekerjaan. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat

seperti gambar berikut ini:9

9

(24)

Menurut Anwar Prabu dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia

Sekolah, faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi

(motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1964:484)

yang merumuskan bahwa:

1) Human Performance = ability + motivation

2) Motivation = attitude + situation

(25)

1) Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) guru terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, guru

yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka ia lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

2) Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang guru dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri guru ke arah yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi (tujuan kerja).

David C, McClelland berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif

antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja”. Motif berprestasi

adalah suatu dorongan dalam diri guru untuk melakukan suatu kegiatan

atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja

(kinerja) dengan predikat terpuji.

Selanjutnya McClelland mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang

memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu pertama, memiliki tanggung jawab

pribadi yang tinggi. Kedua, berani mengambil risiko. Ketiga, memiliki

tujuan yang realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruh

dan berjuang merealisasi tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan balik

(feed back) yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.

Keenam, mencari kesemptan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

Berdasarkan pendapat McClelland tersebut, guru akan mampu

mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif

berprestasi yang dimiliki oleh guru harus ditumbuhkan dari dalam diri

(26)

ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri

dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja

akan lebih mudah. Oleh karena itu, kembangkanlah motif berprestasi

dalam diri dan manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada pada lingkungan

kerja guna mencapai kinerja maksimal.10

Selanjutnya Tabrani Rusyan menyatakan bahwa untuk mendukung

keberhasilan kinerja guru, maka perlu berbagai faktor yang mendukung,

diantaranya:

1) Motivasi

Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru

sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari

luar juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang

diberikan dari kepala ekolah kepada guru.

2) Etos

Guru yang memiliki etos kerja lebih besar untuk berhasil dalam

melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru

yang tidak ditunjang oleh etos kinerja. Dalam melaksanakan tugasnya

guru memiliki etos yang berbeda-beda

3) Lingkungan

Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas

secara efektif dan efisien, meliputi:

(a) Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan

harmonis antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala

sekolah dengan staf TU dapat menunjang keberhasilan kinerja

guru.

(b) Lingkungan fisik, ruang guru hendaknya memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut: ruangan harus bersih, ada ruangan khusus untuk

kerja, peralatan dan perabotan tertata baik, mempunyai

10

(27)

penerangan yang baik, tersedia meja kerja yang cukup, sirkulasi

udara yang baik dan jauh dari kebisingan

4) Tugas dan Tanggung Jawab

(a) Tanggung jawab moral, guru harus memiliki kemampuan

menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral

Pancasila.

(b) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap

guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu

membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan

baik.

(c) Tanggung jawab guru di bidang masyarakat, yaitu turut

mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus

mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.

(d) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta

memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan

pengembangan.

(e) Optimalisasi kelompok kerja guru.11

Selaju dengan itu, Abdul Wahab menyatakan bahwa keberadaan

guru dalam melaksnakan tugas tidak lepas dari pengaruh faktor internal

maupun ekstrenal yang membawa dampak pada perubahan kinerja.

Beberapa faktor yang memenaruhi kinerja guru yang dapat diungkap

tersebut antara lain.

1) Kepribadian dan Dedikasi

Setiap guru memiliki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri

pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang

guru dari guru lainnya. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap

dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.

Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam

11

(28)

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Guru yang

memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk

giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam

melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru

tersebut memiliki akuntabilitas yang baik. Dengan kata lain, perilaku

akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir dengan hasil baik

yang dapat memuaskan atasan yang memberi tugas itu dan

pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dapat pula dikatakan bahwa segala

pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif

tersebut seuai standar yang ditetapkan dan tidak asal-asalan.

2) Pengembangan Profesi

Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak

ketinggalan. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk

diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan

terhadap profesi guru.

3) Kemampuan Mengajar

Unutk meaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan

kemampuan. Amier Daien Indrakusuma menyatakan bahwa sosok

guru yang ideal harus mempunyai beberapa kompetensi sebagai

berikut.

(a) Pesyaratan jasmani dan ruhani, artinya seorang guru sehat jasmani

dan tidak boleh cacat secara nyata.

(b) Pesyaratan pengetahuan pendidikan.

(c) Persyaratan kepribadian, artinya seorang guru harus mempunyai

moral yang baik karena guru merupakan pendukung moral yang

baik.

4) Hubungan dengan Masyarakat

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tida dakapt dipisahkan dari

masyarakat lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, masyarakat pun

(29)

kepentingan. Agar hubungan dengan masyarakat terjamin baik dan

berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam

hal berhubungan dengan masyarakat. Guru, di samping mampu

melakukan tgasnya masing-masing di sekolah, mereka juga

diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan

dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas

masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya,

mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa

berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka.12 Mengacu pada pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja guru berasal dari dua sumber.

Sumber yang pertama yaitu berasal dari diri sendiri, dan sumber yang

kedua berasal dari lingkungan.

Sumber pertama berasal dari diri sendiri yang terdiri atas pengetahuan,

keterampilan, tujuan dan motivasi. Adapun sember kedua berasal dari

lingkungan yang terdiri atas lingkungan kerja, lingkungan keluarga, dan

karakteristik pekerjaan. Dan mengacu pada pendapat Tabrani Rusyan

bahwa lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang

sama-sama harus diperhatikan oleh atasan atau kepala sekolah. Kedua

sumber tersebut harus dimanfaatkan dengan baik oleh seorang guru,

dengan cara mengembangkan motivasi dalam diri sendiri dan manfaatkan

susana dan lingkungan kerja dengan baik untuk mencapai kinerja yang

maksimal.

12

(30)

c. Indikator Kinerja Guru

Dimensi atau indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi

ukuran dalam menilai kinerja. Ukuran-ukuran dijadikan tolok ukur dalam

menilai kinerja. Dimensi ataupun ukuran kinerja sangat diperlukan

karena akan bermanfaat baik bagi pihak banyak. Adapun survei literatur

mengenai dimensi atau indikator yang menjadi ukuran kinerja adalah

sebagai berikut.

Berdasarkan pendapat John Miner yang dikutip Sudarmanto dalam

buku Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, bahwa ada 4

dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja,

yaitu:

1) Kualitas, yaitu; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.

2) Kuantitas, yaitu; jumlah pekerjaan yang dihasilkan.

3) Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu; tingkat ketidakhadiran,

keterlambatan, waktu kerja efektif/jam kerja hilang.

4) Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.

Tidak jauh dari pendapat John Miner, Bernardin (2001)

menyampaikan ada 6 kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja,

yaitu;

1) Quality terkait dengan proses atau hasil mendekati

sempurna/ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan.

2) Quantity terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang

dihasilkan.

3) Timeliness terkait dengan waktu yang diperlukan dalam

menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk.

4) Cost-effectiveness terkait dengan penggunaan sumber-sumber

organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan

atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam

(31)

5) Need for supervision terkait dengan kemampuan individu dapat

menyelesaikan pekerjaan atau fungsi pekerjaan tanpa asistensi

pimpinan atau intervensi pengawasan pimpinan.

6) Interpersonal impact terkait dengan kemampuan individu dalam

meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama

di antara sesama pekerja dan anak buah.13

Sementara itu Stephen P. Robbins mengemukakan, indikator untuk

mengukur kinerja secara individu ada enam indikator, yaitu:

1) Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

keterampilan dan kemampuan karyawan.

2) Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam

istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang

diselesaikan.

3) Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada

awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan

hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk

aktivitas lain.

4) Efektivitas. Merupakan tingkat pengguaan sumber daya

organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan

dengan maksud untuk menaikkan hasil dari setiap unit dalam

penggunaan sumber daya.

5) Kemandirian. Merupakan tingkat seseorang yang nantinya akan

dapat menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan

suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja

degan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.14

13

Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009), h. 11

14

(32)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis

sependapat dengan pendapat Stephen P. Robbins dan menyimpulkan

bahwa ada lima indikator yang menjadi tolok ukur dalam menilai kinerja

seseorang. Maka seyogyanya seorang guru harus memiliki dan

mengembangkan kelima indikator tersebut di dalam dirinya demi

menghasilkan prestasi kerja yang baik.

d. Penilaian Kinerja Guru

Untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada aspek: “penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill”. Dimensi

atau standar kerja yang dievaluasi meliputi:

1. Quantity of Work: yang berkenaan dengan volume pekerjaan yang

dapat dikerjakan seorang guru.

2. Quality of Work: yang berkenaan dengan ketelitian, dan

kelengkapan hasil kerja.

3. Inisiatif: berkenaan dengan keinginan untuk maju, mandiri, penuh

tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

4. Adaptability: berkenaan dengan kemampuan guru untuk merespons

dan menyesuaikan dengan perubahan keadaan.

5. Cooperation: berkenaan dengan kemampuan dan kemauan untuk

bekerja sama dengan pimpinan dan sesama teman kerja.15

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak

manajemen sekolah baik para guru maupun manajer yang selama ini telah

melakukan pekerjaannya. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson

yang dikutip Irham Fahmi dalam buku Manajemen Kinerja, bahwa:

“Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik

karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan

satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut”.

Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya akan menjadi bahan masukan

15

(33)

yang berarti dalam menilai kinerja yang dilakukan dan selanjutnya dapat

dilakukan perbaikan, atau yang biasa disebut perbaikan yang

berkelanjutan.16

Penilaian kinerja, berlandaskan anggapan bahwa jika kinerja diteliti

dan umpan balik diberikan, dorongan untuk bekerja secara lebih efektif

seharusnya meningkat. Definisi kata „to appraise‟ (menilai) menurut kamus adalah „menetapkan harga untuk‟ atau „menilai suatu benda‟. Jika kita menggunakan istilah „penilaian kinerja‟, kita mengartikan bahwa kita terlibat dalam proses menentukan nilai guru bagi sekolah, dengan maksud

meningkatkannya.17

Alasan diperlukannya penilaian kinerja yakni dalam rangka

melakukan perbaikan yang berkesinambungan maka suatu organisasi

perlu melakukan penilaian kinerja, dimana penilaian kinerja tersebut

memiliki berbagai alasan. Ada beberapa alasan dan pertimbangan untuk

itu, yaitu:

1) Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian

promosi dan penetapan gaji

2) Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun

karyawan untuk melakukan intropeksi dan meninjau kembali perilaku

selama ini, baik yang positif maupun negaif untuk kemudian

dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh

berkembangnya budaya organisasi secara keseluruhan

3) Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan

pelatihan kembali (retraining) serta pengembangan

4) Penilaiain kinerja dewasa ini bagi setiap organisasi khususnya

organisasi bisnis merupakan suatu keharusan, apalagi jika dilihat

tinggnya persaingan antar sekolah

16

Irham Fahmi, Manajemen Kinerja, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 65

17

(34)

5) Hasil penilaian kinerja lebih jauh akan menjadi bahan masukan bagi

pemerintah dalam melihat bagaimana kondisi sekolah tersebut.

Termasuk manjadi bahan masukan bagi lembaga pemberi pinjaman

dalam melihat kualitas kinerja suatu sekolah bisa menjadi bahan

masukan untuk mendukung keputusan pemberi kredit, yaitu pihak

pemberi pinjaman menjadi lebih yakin dan percaya.18

Dari berbagai alasan dan pertimbangan tersebut di atas maka semua

itu diharapkan akan mampu memberi pengaruh pada peningkatan kinerja

guru. Karena sebagaimana kita ketahui alasan paling utama dari

diperlukannya penilaian kinerja adalah agar terciptanya peningkatan

kualitas kinerja di sekolah, dan pengaruhnya lebih jauh pada peningkatan

produktivitas serta profit sekolah.

Yang melakukan penilaian kinerja adalah

1) Para supervisor yang menilai karyawan mereka.

2) Anggota tim yang menilai sesamanya.

3) Sumber-sumber dari luar.

4) Karyawan menilai diri sendiri.

5) Penilaian dari multisumber (umpan balik).

Dengan adaya penilaian dan umpan balik yang diberikan kepada para

guru, diharapkan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi kerja yang

dihasilkan, dan hasil tersebut bisa menjadi acuan dan motivasi untuk lebih

baik lagi di waktu yang akan datang.

18

(35)

2. Tata Ruang Kantor

a. Pengertian Tata Ruang Kantor

Akibat perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini mengakibatkan

penerapan tata ruang kantor ditujukan untuk meningkatkan produktivitas

kerja. Dari beberapa pakar yang mengutarakan tentang pengertian tata

ruang, diantaranya George R. Terry dalam buku Office Management and

control tahun 1958 menyatakan sebagai berikut:

“Office lay out in the determination of space requirement and the

detailed utilization of this space in order to provide a practical

arrangement of the physical factors considered necessary for the execution

of the officework within reasonable costs:. (Tata ruang kantor adalah

penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang

penggunaannya secara praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu

bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak).

Dengan kata lain, arti tata ruang kantor dapat pula diuraikan debagai

pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan

kantor serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga guru dapat

bekerja dengan baik, nyaman, leluasa, dan bebas untuk bergerak, sehingga

tercapai efisiensi kerja.19

Dikatakan pulah oleh Hendi Haryadi, bahwa tata ruang kantor adalah

pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat kantor dan perabotan

kantor sesuai dengan luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk

memberikan sarana bagi guru.20

Ditinjau dari pengertian tata ruang kantor beberapa ahli seperti The

Liang Gie, mengemukakan bahwa tata ruang kantor adalah penyusunan

alat-alat kantor pada letak yang tepat, serta pengaturan tempat kerja yang

menimbulkan kepuasan kerja bagi para guru. Menambahkan Terry bahwa

19

Sedarmayanti, Manajemen Perkantoran, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 125

20

(36)

tata ruang kantor adalah penempatan segala kebutuhan ruang dan

penggunaan secara tereprinci dari ruangan, untuk menyiapkan suatu

susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu untuk

pelaksanaan kerja perkantoran.21

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tata ruang kantor adalah

penyusunan alat-alat kantor pada tempat yang sesuai dengan standar

sehingga memberikan sarana dan kemudahan bagi guru, karena guru akan

merasa mudah, aman dan nyaman ketika ia berada pada ruang kantor yang

ditata sebagaimana mestinya.

b. Prinsip-prinsip tata Ruang Kantor

Prinsip-prinsip tata ruang kantor dan perencanaan tata ruang menurut

Soedjadi (1990) harus diselenggarakan dengan setepat-tepatnya.

Prinsio-prinsip dan pedoman dalam tata ruang dan perencanaan tata ruang kantor

adalah:

1) Aliran pekerjaan harus diusahakan bergerak menuju ke depan,

sehingga mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya

penyimpangan-penyimpangan (crisscrosing), arus yang bolak-balik

(back-tracking), dan tabrakan-tabrakan.

2) Tempatkan setiap guru sedekat mungkin dengan:

a) Pimpinan dimana dia menerima pekerjaannya;

b) Mesin, perlengkapan, dan peralatan kerja yang denganna dia harus

paling banyak menggunakannya;

c) Pimpinan dimana dia harus senantiasa mendapat bimbingan

langsung tentang pekerjaan dan tentang penggunaan mesin,

perlengkapan, dan peralatan seperti tersebut pada butir b;

d) Pimpinan lain ke mana dia harus menyerahkan pekerjaan yang

telah diselesaikan.

21

(37)

3) Manajer hendaknya dibuatkan kamar-kamar kerja sendiri-sendiri utnuk

masing-masing orang, sebab mereka itu dapat dipandang sebagai pusat

konsentrasi pemikiran (think-tank) seluruh organisasi;

4) Pekerjaan-pekerjaan teknis seperti pusat pengetikan, pusat audio

visual, reproduksi, foto kopi, stensil dan percetakan, serta pusat

pekerjaan administrartif (ketatausahaan) sebaiknya disediakan

ruangan-ruangan tersendiri, terpisah dati think-tank tersebut, agar

suara-suara yang timbul dari bekerjanya alat-alat kerja tersebut dapat

diisolasi;

5) Kamar operasi sebagai salah satu alat pengendalian kegiatan

hendaknya jangan terlalu jauh dari kamar kerja top manajer;

6) Unit-unit yang melayani umum, hendaknya menempati ruangan yang

mudah mereka capai, tetapi tidak mengganggu ketenangan kerja

seluruhnya;

7) Ruangan untuk unit-unit yang berhubungan dengan permesinan,

pergudangan, alat-alat besar, dan sebagainya sebaiknya ditempatkan di

belakang, sehingga mengurangi kegaduhan bagi unit-unit lain;

8) Hendaknya diusahakan adanya tempat kerja beserta

perabot-perabotnya yang tetap letaknya, sehingga mengurangi kegaduhan bagi

unit-unit lain;

9) Untuk memelihara keleluasaan gerakan badan guru khusus untuk

pekerjaan-pekerjaan administrasi, maka diusahakan agar space kerja

setiap orang tidak kurang dari 1,5 x 2 m2;

10)Tempat duduk para guru hendaknya diatur jangan sampai mereka

saling berhadapan yang seorang dengan yang lainnya, yakni untuk

menjaga agar mereka tidak selalu saling bercakap-cakap tentang

hal-hal yang bukan-bukan;

11)Segi-segi ketenangan dan keselamatan kerja guru harsu dijamin

(38)

a) Adanya unit-unit atau alat-alat pemadaman kebakaran, alat-alat

PPPK, serta alat-alat keamanan lainnya termasuk pos penjagaan di

pintu masuk dan di pintu keluar;

b) Harus ada jalan khusus untuk keluar dalam keadaan darurat;

c) Kebisingan mesin-mesin yang sedang bekerja harus diisolir dengan

misalnya menempatkan mesin-mesin itu di dekat jendela (jadi tidak

di ruang depan, dan juga tidak di tengah-tengah ruang kerja), dan

lebih-lebih pada waktu mesin-mesin tersebut sedang bekerja, maka

jendela-jendela tadi harus dibuka lebar-pebar;

d) Dinding-dinding, jendela-jendela, dan pintu-pintu, sebaiknya

dibuat dari bahan-bahan yang tidak memperkuat gema suara, serta

jangan lupa selalu meminyaki engsel-sengselnya;

e) Hendaknya dalam instansi itu sendiri tersedia semacam kafetaria

murah khusus untuk para guru.

12)Untuk keperluan pribadi para guru, maka disediakan:

a) Kamar-kamar kecil (toilet) yang bersih, sehat, dan cukup

jumlahnya;

b) Kamar-kamar rias terutama bagi guru wanita;

c) Tempat air minum yang sehat dan bersih.

13)Untuk keperluan pertemuan dan rekreasi bersama hendaklah ada satu

ruangan khusus atau aula dari yang berukuran sekitar 17,5 x 25 m

sampai 25 x 40 m.

14)Untuk mempermudah bagi tamu-tamu mengetahui letak ruang kerja

pimpinan ataupun unit-unit yang diperlukan, maka perlu dilaksanakan

adanya:

a) Ruang tamu yang cukup lapang dan tenang;

b) Skema denah dari seluruh unit dalam instansi itu yang ditaruh di

ruang tamu tersebut;

c) Daftar nama pimpinan berikut jabatannya, dan nomor kamar

(39)

15)Untuk keindahan dan kesegaran udara di dalam tempat kerja

hendaklah dipenuhi dengan persyaratan-persyaratan yang berikut:

a) Adanya lubang peranginan (ventilasi) yang cukup dan

memungkinkan sirkulasi udara secara teratur;

b) Tingkat kelembaban (humidity) berkisar antara 45% s.d. 60%;

c) Daya penerangan dengan lampu hemat energi (bukan neon).

16)Kesegaran udara dan keindahan sreal tempat kerja, hendaklah

dilaksankan adanya:

a) Jalan sekitar tempat kerja yang cukup lapang dan sejuk;

b) Kebun dengan rerumputan dan taman bunga-bungaan yang segar;

c) Tempat parkir mobil yang cukup luas dan tidak terlalu dekat

dengan kamar-kamar kerja guru.

17)Memelihara keleluasaan bagi kemungkinan-kemungkinan

perkembangan dan perluasan di kemudian hari.22

c. Perencanaan Tata Ruang Kantor

Tahapan ini sangat penting karena akan mempengaruhi seluruh

tahapan berikutnya dan, yang jauh lebih penting lagi, adalah apakah

layoutmembuat kerja berlangsung secara efektif dan efisien. Sebagian

besar tahapan ini adalah untuk menilai apa yang dibutuhkan oleh

organisasi melalui proses pengumpulan informasi, kemudian

ditransformasikan dalam bentuk gambar dan akhirnya ke dalam bentuk

layout yang aktual. Menurut Quibel (2001), ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan agar tercipta tata ruang kantor yang efektif, antara lain

sebagai berikut:

1) Tugas guru. Jenis tugas dan tingkat otonomi yang dimiliki guru akan

memengaruhi penggunaan jenis fasilitas kantor yang dibutuhkan

untuk mengoptimalisasikan kinerja mereka. Sebagai contoh, ruang

kerja guru yang membutuhkan tingkat interaksi yang tinggi dengan

22

(40)

anggota timnya yang lain, akan sangat berbeda dengan ruang kerja

yang guru yang kurang membutuhkan interaksi sosial.

2) Arus kerja. Analisis arus kerja dengan mengacu pada pergerakan

informasi dan tugas secara horizontal atau vertikal tentunya sangat

diperlukan dalam perencanaan tata ruang. Menurut Gie (2000), arus

kerja yang efisien akan menempatkan guru dengan pola garis lurus

informasi, sehingga akan mengeliminasi backtracking maupun

criss-crossing pekerjaan. Misalnya, divisi penagihan mempunyai dokumen

utama berupa formulir penagihan, divisi kredit berupa aplikasi kredit,

dan departemen pembelian berupa order pembelian. Dengan melacak

pergerakan dokumen utama antardepartemenyang dapat dilakukan

melalui 2 cara, yaitu persiapan dan penganalisaan arusbagan proses

serta mendiagramkan pergerakan dokumen melalui pola arus kerja;

pola arus kerja dapat meminimalisir aktivitas kerja yang dapat

menimbulkan fenomena bottleneck.

3) Bagan organisasi. Ketika arus kerja secara vertikal, bagan organisasi

akan menggambarkan rentang wewenang masing-masing anggota

organisasi. Hal ini juga akan mengidentifikasi hubungan kerja antar

guru pada level yang sama dan membantu dalam menjelaskan lokasi

yang tepat bagi guru ataupun unit kerja.

4) Proyeksi hubungan kerja pada masa datang. Menjelaskan beberapa

luas area yang dibutuhkan jika persahaan akan melakukan perluasan

atau pengurangan pada masa depan. Perluasan dilakukan karena

beberapa hal berikut:

a) Pengembangan produk baru yang akan membutuhkan guru baru

yang mungkin diikuti dengan perluasan area kantor.

b) Ekspektasi tingkat pertumbuhan sekolah per tahun, baik diukur

melalui tingkat laba yang diperoleh maupun tingkat penjualan

yang didapat.

c) Kemungkinan perubahan dalam pengorganisasian kantor yang

(41)

5) Jaringan komunikasi. Analisis bentuk interaksi ataupun media yang

digunakan untuk berkomunikasi (telepon, e-mail, surat, tatap muka,

dan lain-lain) yang dilakukan oleh guru ataupun departemen sangat

membantu dalam perencanaan tata ruang kantor. Semakin tinggi

frekuensi hubungan yang dilakukan, semakin dekat ruangannya.

6) Departemen dalam organisasi. Banyak sekolah mengelola kantornya

berdasarkan fungsi, terutama depertemen yang berpengaruh terhadap

keputusan penempatan ruang kerja yang biasanya ditetapkan

berdasarkan arus kerja antarmereka. Misalnya, departemen akuntansi

akan ditempatkan berdekatan dengan departemen pemrosesan data,

dan departemen yang biasa berhubungan dengan publik (pembelian

atau hubungan masyarakat) akan ditempatkan berdekatan dengan

pintu masuk atau reception area.

7) Kantor publik dan privat. Pada masa lalu, penggunaan kantor privat

akan menunjukkan prestise dan status sekolah atau organisasi di mata

masyarakat. Namun, pemanfaatan kantor masa sekarang lebih

mengarah pada pemakaian kantor bersama karena biaya

pengoperasian kantor privat yang mahal: sulitnya mengubah tata

ruang apabila diperlukan, penataan cahaya atau AC sulit dilakukan

dibandingkan dengan di kantor terbuka yang tentunya akan

menghambat komunikasi yang efektif, dan yang paling berpengaruh

adalah lingkungan kerja sekolah semakin luas. Tidak dapat

dibayangkan bagaimana sekolah yang melayani Bekasi hanya

mempunyai satu kantor pusat di Kawasan Sudirman, Jakarta.

8) Kebutuhan ruang. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan ruangan

minimum yang dibutuhkan oleh guru adalah guru yang membutuhkan

peralatan dalam melaksanakan tugasnya akan membutuhkan ruang

yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Yang kedua, jenis

peralatan ataupun tanggung jawab masing-masing guru akan

(42)

9) Pertimbangan keamanan. Pada dasarnya, desain dan tata ruang kantor

memfasilitasi pergerakan guru dari suatu area ke area yang lain.

Perencanaan tersebut harus dapat membuat guru bergerak secara

mudah tanpa terhambat, dan sebaliknya lorong tempat guru bergerak

tidak diisi oleh furnitur atau peraalatan yang dapat menghalanginya.

10)Pembiayaan ruangan perkantoran. Dapat dikatakan bahwa investasi

sekolah dalam ruang kantor melebihi investasinya di bidang SDM, di

mana hubungan positif dari keduanya sangat dibutuhkan. Beberapa

faktor yang perlu diperhatikan dalam hal ini, antara lain

menghipotekkan pembayaran, pemanfaatan, pemeliharaan, biaya

pemeliharaan, pajak, asuransi, kebutuhan akan peralatan kontrol

lingkungan kantor (AC, kelembaban), perlakuan khusus, lisensi, dan

lain-lain.23

d. Tujuan, dan Manfaat Tata Ruang Kantor

Menurut Sedarmayanti, apabila diperinci, tujuan tata ruang kantor,

antara lain adalah:

1) Mencegah penghamburan tenaga dan waktu guru karena prosedur

kerja dipersingkat

2) Menjamin kelancaram proses pekerjaan

3) Memungkinkan pemakaian ruang kerja agar lebih efisien

4) Mencegah guru di bagian lain terganggu oleh suara bising dan lainnya

5) Menciptakan kenyamanan kerja guru

6) Memberikan kesan yang baik terhadap para pengunjung kantor

7) Mengusahakan adanya keleluasaan bagi:

a) Gerakan guru yang sedang bekeja

b) Kemungkinan untuk guru memanfaatkan ruangan bagi keperluan

lain pada waktu tertentu

23

(43)

c) Perkembangan dan perluasan kegiatan kantor pada kemudian hari

(jika mungkin)

Menurut Sukoco, tata ruang yang efektif akan memberikan manfaat

sebagai berikut:

1) Mengoptimalkan penggunan ruang yang ada secara efektif

2) Mengembangkan lingkungan kerja yang nyaman bagi guru

3) Memberikan kesan positif terhadap pelanggan/konsumen

4) Menjamin efisiensi dari arus keja yang ada

5) Meningkatkan produktivitas kerja guru

6) Mengantisipasi perkembangan organisasi pada masa depan dengan

melakukan perencanaan tata ruang yang fleksibel

Moekijat dalam bukunya menjelaskan beberpa fungsi kantor. Fungsi

kantor adalah untuk memberikan pelayanan komnikasi dan

catatan-catatan. Secara terinci fungsi kantor itu adalah sebagai berikut:

1) Untuk menerima keterangan

2) Untuk mencatat keterangan

3) Untuk menyusun keterangan

4) Untuk memberi keterangan

5) Untuk menjamin aktiva.24

Jadi, secara garis besar, tujuan dan manfaat tata ruang kantor adalah

mengatur tata ruang kantor secara baik sehingga pelaksanaan pekerjaan

kantor dapat diatur secara tertib dan lancar, koordinasi dan pengawasan

semakin mudah, akhirnya mencapai efektivitas kerja.

24

(44)

e. Macam-macam Tata Ruang Kantor

Pada umumnya penataan ruang kantor terdiri atas dua jenis, yaitu:

1) Tata ruang yang terpisah-pisah. Ruangan untuk bekerja

terbagi-bagi dalam beberapa satuan. Pemterbagi-bagian itu karena keadaan

gedungnya yang terdiri atas kamar-kamar ataupun karena

memang sengaja dibuat pemisah buatan, misalnya plywood atau

dinding kaca

2) Tata ruang yang terbuka. Ruangan kerja tidak dipisah-pisahkan,

jadi semua guru berada dalam satu ruangan besar dan antara guru

yang satu dan guru yang lainnya saling terlihat.

Menurut Sedarmayanti pada dasarnya terdapat empat macam tata

ruang kantor, yaitu sebagai berikut.

1) Tata ruang kantor berkamar/tertutup (cubicel type offices), yaitu

ruang kerja untuk bekerja yang dipisah atau dibagi dalam kamar

atau ruang kerja.

a) Keuntungan tata ruang kantor berkamar adalah:

(1) Menjamin konsentrasi kerja

(2) Menjamin pekerjaan yang bersifat rahasia

(3) Menambah atau menjaga, status pimpinan sehingga selalu

terpelihara adanya kewajiban pimpinan

(4) Menjamin kebersihan kerja dan merasa ikut

bertanggungjawab serta merasa ikut memiliki

b) Kerugian tata ruang kantor berkamar adalah:

(1) Komunikasi langsung antarguru tidak dapat berjalan

lancar sehingga kesempatan untun mengadakan

komunikasi menjadi berkurang

(2) Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya

pemeliharaan ruangan, pengaturan penerangan, dan biaya

(45)

(3) Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan

dan perkembangan organisasi

(4) Mempersulit pengawasan

(5) Memerlukan banyak luas lantai

2) Tata ruang kantor terbuka (open plan offices), yaitu ruang kerja

yang cukup luas, ditempati oleh beberapa guru untuk bekerja

bersama di ruang termaksud tanpa dipisah oleh penyekat atau

pembatas yang permanen.

a) Keuntungan tata ruang kantor terbuka:

(1) Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara,

warna dan dekorasi

(2) Luwes/fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan

dan tidak memerlukan biaya tinggi

(3) Mudah untuk mengadakan hubungan langsung,

pengawasan, penyeragaman kerja, dan pembagian

peralatan kerja

(4) Biaya lebih hemat untuk pemelihranaan ruangan kerja,

penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan,

penggunaan telepon, dan lain-lain

b) Kelemahan tata ruang kantor terbuka:

(1) Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau

kebisingan karena guru bersebda gurau, mengobrol, dan

lain-lain

(2) Guru sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh

konsentrasi

(3) Batas kedudukan antara pemimpin dan bawahan tidak

jelas

(4) Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan

3) Tata ruang kantor berhias/bertaman/berpanorama (landscape

offices), Yaitu ruang kera yang dihiasi oleh taman, dekorasi, dan

(46)

lingkungan ruang kantor tampak seperti pemandangan alam

terbuka dan merupakan lingkungan yang nyaman, menyegarkan,

dan ekonomis dalam pemanfaatan ruangan.

a) Keuntungan tata ruang kantor berhias adalah:

(1) Guru akan merasa nyaman dan betah bekerja

(2) Ketegangan saraf dapat berkurang atau dihindarkan

(3) Kebisingan atau kegaduhan dapat dihindarkan

(4) Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efisien,

produktivitas kerja dapat meningkat sehingga tjuan

organisasi mudah dicapai

b) Kelemahan tata ruang kantor berhias adalah:

(1) Biaya cukup tinggi untuk mengadakan taman dan dekorasi

lainnya

(2) Biaya pemeliharaan tinggi

(3) Memerlukan tenaga ahli yang tidak mudah dan tidak

murah.

Berdasarkan penjelasan tentang macam-macam tata ruang kantor,

makasebuah organisasi atau sekolah bebas menerapkan tata ruang

kantor yang seperti apa. Tergantung kesanggupan dan disesuaikan

dengan luas ruang kantor yang ada.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tata Ruang Kantor

Hal-hal yang mengharuskan perubahan suatu tata ruang kantor

adalah:

1. Penambahan atau pengurangan guru unit/bagian bersangkutan

2. Penambahan atau pergantian perabot atau alat-alat lainnya

(47)

4. Perubahan terhadap susunan organisasi atau tugas pokok

pekerjaan.25

Adapun penataan ruang kantor perlu dilakukan ulang jika sudah

muncul berbagai masalah atau perubahan sebagai berikut:

1. Lay out yang sudah ada menimbulkan hambatan bagi guru dalam

melakukan pekerjaan. Misalnya, suatu pabrik sudah melakukan

penyederhanaan prosedur kerja, tetapi lay out-nya tidak

mendukung, sehingga pekerjaan terhambat.

2. Adanya keluhan dari guru yang disebabkan kondisi lingkungan

fisik tempat kerja. Misalnya, guru di pabrik teh terkena polusi

udara karena debu teh yang sedang diolah beterbangan akibat

kurangnya ventilasi udara.

3. Mulai menurunnya citra sekolah di mata pelanggan atau tamu

sekolah.

4. Organisasi yang semakin berkembang membuat struktur organisasi

lebih kompleks, sehingga job description yang semakin banyak

membutuhkan lebih banyak guru baru untuk mendudukinya.

5. Lay out yang sudah ada perlu dibenahi lagi karena kurang

mendukung perkembangan dan perubahan organisasi. Misalnya,

kantor membuka unit baru untuk customer service.

6. Tata ruang yang sudah ada perlu disegarkan kembali sehingga tidak

kotor dan monoton atau menimbulkan kebosanan. Misalnya, ganti

karpet, ganti warna cat, ganti posisi meja, dan lemari kantor.26

25

Khaerul Umam. Manajemen Perkantoran. (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 161

26

(48)

g. Langkah-langkah dalam Menyusun Tata Ruang Kantor

Sebelum dimulai membuat konsep menyusun tata ruang, maka

terlebih dahulu perlu diketahui langkah-langkah menyusun tata ruang

antara lain adalah:27

a) Mengetahui hubungan satuan yang melaksanakan Tata Usaha

dengan satuan-satuan kerja lainnya.

b) Mengetahui sifat pekerjaan (rahasia atau tidak rahasia) dan

pelajari segenap pekerjaan, tentukan urutan pekerjaan, serta

ketahui jumlah guru yang terlibat

c) Satuan pekerjaan yang melayani publik ditempatkan pada tempat

yangmudah didtangi orang luar tanpa mengganggu satuan kerja

lainnya

d) Satuan-satuan yang satu sama lain saling berhubungan erat,

diupayakan utnuk dikelompokkan pada satu tempat

e) Satuan pusat yang mengerjakan semua kegiatan ketatausahaan,

diupayakan ditempatkan ditengah-tengah (yang strategis)

f) Satuan yang tugas pekerjaannya menimbulkan suara gaduh,

diletakkan jauh dari satuan kerja yang membutuhkan ketenangan

g) Membuat gambar denah ruangan dengan memakai skala,

cantumkan panjangdan lebar ruangan yang bersangkutan, serta

beri tanda, tempat pintu, jendela dan lainnya

h) Susun letak meja kursi guru dan perabot lainnya, gunakan kertas

warna-warni dengan ukuran tertentu, serta beri nomor kode

masing-masing

i) Menyusun dengan konsep tata ruang, dengan memperhitungkan

kemungkinan perubahan yang disebabkan oleh:

(1) Penambahan atau pengurangan guru

(2) Penambahan atau penggantian perabot/alat kerja

(3) Perubahan penyelesaian prosedur kerja

27

(49)

(4) Perubahan atau pengembangan struktur organisasi

(5) Penambahan atau pengurangan atau perubahan pekerjaan

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan topik yang akan dilakukan oleh peneliti

adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Subki (2015), mahasiswa

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Manajemen Pendidikan,

dengan judul Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Kinerja Guru di SMK

Islamiyah Ciputat. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK

Islamiyah Ciputat yang berjumlah 50 orang. Hasil dari penelitian tersebut

adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian insentif

terhadap kinerja guru di SMK Islamiyah Ciputat.28Persamaan dari penelitian ini adalah meneliti variabel kinerja guru. Metode yang

digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan pendekatan

kuantitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui angket,

observasi, dan wawancara. Dan fokus masalahnya yaitu kinerja guru.

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini yaitu pada tahun dan lokasi

penelitian. Pada penelitian yang sebelumnya, penelitian dilakukan pada

tahun 2015 di SMK Islamiyah Ciputat. namun pada penelitian yang akan

dilakukan peneliti kali ini adalah pada tahun 2016 di SMPIT

Asy-syukriyyah Tangerang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saipulloh (2014), mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Manajemen Pendidikan, dengan judul

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah denan Kinerja Guru di MTsN 8

Jakarta. Objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang guru yang

ada di MTsN 8 Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat

pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

28

Gambar

Gambar 4.2 : Diagram Kinerja Guru....................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Nilai Reliabilitas Tata Ruang Kantor (X)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alam Laut Sejahtera tata ruang kantor yang digunakan adalah tata. ruang kantor berkamar dan gabuangan, mereka menggunakan tata

Julaikha Salim: Pengaruh tata ruang kantor terhadap peningkatan produktivitas kerja,2005 USU e-Repository © 2008... Julaikha Salim: Pengaruh tata ruang kantor terhadap

Tujuan penerapan tata ruang kantor bagi suatu perusahaan pada umumnya adalah seperti yang di kemukakan Sedarmayanti (2001:126).. RR Nurul Indah : Peranan Tata Ruang Kantor

Hasil analisis data dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa tata ruang kantor berpengaruh positif dan signifikan dengan kontribusi sebesar 45,3% terhadap

Dengan adanya prinsip pengelolaan tata ruang kantor dan juga adanya pandangan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang kantor maka,

Dilihat dari penjelasan-penjelasan mengenai tata ruang kantor dapat mempengaruhi efektivitas kerja pegawai, definisi efektivitas menurut Peter Druker seorang

Dengan demikian, berdasarkan data dan hasil penelitian “Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang” diproleh hasil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan guna memperbaiki atau meningkatkan tata ruang kantor, fasilitas