• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

ZULHAM ANDI RITONGA NIM. 071000281

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIAMEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : ZULHAM ANDI RITONGA

NIM : 071000281

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.kes dr. Heldy BZ, M.P.H NIP. 197308031999032001 NIP. 195206011982031003 Penguji II Penguji III

Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H dr. Fauzi, S.K.M NIP. 140019774 NIP.140052649

Medan, 13 Januari 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(3)

ABSTRAK

Pelayanan perawat merupakan salah satu faktor penentu citra Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan, terhadap 92 orang pasien terdapat 69 orang pasien (75%) menyatakan bahwa perawat kurang perhatian terhadap keluhan pasien, 53% pasien menyatakan perawat kurang ramah, 69% pasien menyatakan perawat sering tidak di ruangan dan 71% pasien menyatakan perawat bekerja tidak disiplin.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh motivasi kerja (tanggung jawab, pengakuan, komitmen pemimpin, insentif dan kondisi kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia sebanyak 68 orang responden dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit yaitu variabel pengakuan (ρ =0,002), insentif (ρ =0,004) dan kondisi kerja

(ρ =0,041). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja

perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit yaitu variabel tanggung jawab

(ρ =0,632) dan komitmen pemimpin (ρ =0,556).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak pimpinan Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan agar selalu memerhatikan keadaan perawat di rumah sakit khususnya perawat pelaksana di instalasi rawat inap dalam melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan dukungan dan penghargaan atas hasil kerjanya baik material maupun non material sehingga dapat memotivasi mereka dalam melaksanakan proses keperawatan dengan lebih baik. Diharapkan kepada Kepala Ruangan dan seluruh perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan agar selalu menciptakan hubungan yang harmonis, mematuhi peraturan yang ada, memelihara segala fasilitas di rumah sakit dan bekerjasama dengan baik sehingga keadaan lingkungan kerja mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan untuk menghasilkan kinerja sesuai tujuan yang diharapkan bersama.

(4)

ABSTRACT

Service given by the nurses is one of the factors deciding the image of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital. The result preliminary survey in Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital, from the 92 patients there were 69 patients (75%) stated that the nurses were lack of attention to patient complaints, 53% patients expressed that the nurses were less friendly, 69% patients stated that the nurses were not often in the room and 71% patients stated that the nurses were not discipline when working.

The type of research used an explanatory approach that aimed to explain the influence of works motivation (responsibility, recognition, leadership

commitment, incentives and work condition) on nurses performance in inpatient installation of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital in 2010. The population for this study were all of the 68 nurses working in inpatient installation for Medan Indonesian workers Imelda General Hospital and all of them were

selected to be the samples for this study. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on nurses performance in hospital inpatient installation were variable recognition (ρ=0,002), incentive (ρ=0,004) and work condition (ρ=0,041). Variables which had not significant influence were responsibility (ρ=0,632) and leadership commitment (ρ=0,556).

It is expected to the Leadership Party of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital always looking for nurses at state hospitals, especially nurses are in inpatient installation to implementation nursing care, to provide support and awards for their work both material and non material so as to motivate them to implementation the better nursing process. It is expected to Head room and all nurses in inpatient installation of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital to always create a harmonious relationship,to comply with existing regulations, to maintain all facilities at the hospital and works well so that the working environment to support to implementation of nursing care to produce the expected performance based on common goals.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zulham Andi Ritonga

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Intan, 16 Juli 1980

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anak ke : 7 (tujuh)

Jumlah saudara : 7 (tujuh) orang

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Pelita VI GG. Mesjid No. 6 A Kelurahan Tegal Rejo

Kecamatan Medan Perjuangan

RIWAYAT PENDIDIKAN:

1. Tahun 1987-1993 : SD Negeri No. 116245 Pulau Intan

2. Tahun 1993-1996 : MTs Negeri Rantauprapat

3. Tahun 1996-1999 : MAN Rantauprapat

4. Tahun 2000-2003 : AKPER IMELDA Medan

5. Tahun 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dosen

pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu

dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran

(7)

4. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan serta saran kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

5. dr. Fauzi, S.K.M, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dosen Peminatan Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan (AKK) yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis

mengikuti pendidikan.

7. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti

pendidikan.

9. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia dan seluruh Staf yang

telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama

penenelitian.

11. Seluruh Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Imelda

(8)

12. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm) T. Ritonga dan

Ibunda (Alm) K. Pasaribu, abang dan kakak serta seluruh keluarga yang menjadi

motivasi dan semangat bagi penulis.

13. Yang saya cintai dan saya sayangi istri saya (Try neny) dan buah hati saya

(Nakeisha Sakhi Ritonga) yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta

do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Seluruh teman-teman Peminatan AKK yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

per satu untuk kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011 Penulis,

(Zulham Andi Ritonga)

(9)

DAFTAR ISI

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja ... 10

2.1.3. Penilaian Kinerja ... 14

2.2. Proses Keperawatan ... 17

2.3. Motivasi Kerja ... 19

2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja ... 19

2.3.2. Teori-Teori Motivasi ... 20

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Motivasi ... 25

2.4. Kerangka Konsep ... 26

3.5.1. Definisi Operasional Variabel Bebas ... 28

3.5.2. Definisi Operasional Variabel Terikat ... 31

3.6. Aspek Pengukuran ... 31

3.6.1. Variabel Bebas ... 31

3.6.2. Variabel Terikat ... 33

(10)

3.8. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1. Sejarah Perkembangan ... 35

4.1.2. Letak Geografis ... 36

4.1.3. Visi dan Misi ... 36

4.1.4. Tugas Pokok dan Fungsi ... 37

4.1.5. Tujuan dan Sasaran ... 38

4.1.6. Tenaga Kesehatan dan Pelayanan... 39

4.2Analisis Univariat ... 40

4.2.1. Karakteristik Responden ... 40

4.2.2. Tanggung Jawab ... 42

4.2.3. Pengakuan ... 44

4.2.4. Komitmen Pemimpin ... 46

4.2.5. Insentif ... 49

4.2.6. Kondisi Kerja ... 51

4.2.7. Kinerja Perawat Pelaksana ... 54

4.3Analisis Bivariat ... 63

4.4Hasil Uji Statistik Multivariat ... 65

BAB V PEMBAHASAN ... 68

5.1 Variabel Motivasi Kerja Perawat yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit ... 68

5.1.1. Variabel Pengakuan ... 68

5.1.2. Variabel Insentif ... 70

5.1.3. Variabel Kondisi Kerja ... 72

5.2 Variabel Motivasi Kerja Perawat yang Tidak Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit ... 73

5.2.1. Variabel Tanggung Jawab ... 73

5.2.2. Variabel Komitmen Pemimpin ... 76

5.3 Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit ... 78

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas...32

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat………33

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Status perkawinan

dan Masa kerja………..41

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan tanggung jawab perawat

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………...43

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tanggung Jawab

Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010…………44

Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Pengakuan Perawat di Instalasi

Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010……….45

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengakuan Perawat

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………...46

Tabel 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Komitmen Pemimpin Perawat

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………...48

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Komitmen pemimpin Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010…………49

Tabel 4.8. Distribusi Responden berdasarkan insentif perawat di Instalasi

Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010……….50

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan kategori Insentif Perawat

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………...51

Tabel 4.10. Distribusi Responden berdasarkan kondisi kerja perawat

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………..52

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi kerja

Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010…………53

(12)

di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010...58

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja Perawat

Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………62

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Total Kategori Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU IPI Medan Tahun 2010………63

Tabel 4.15. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson………65

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja…... 11

(14)

ABSTRAK

Pelayanan perawat merupakan salah satu faktor penentu citra Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan, terhadap 92 orang pasien terdapat 69 orang pasien (75%) menyatakan bahwa perawat kurang perhatian terhadap keluhan pasien, 53% pasien menyatakan perawat kurang ramah, 69% pasien menyatakan perawat sering tidak di ruangan dan 71% pasien menyatakan perawat bekerja tidak disiplin.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh motivasi kerja (tanggung jawab, pengakuan, komitmen pemimpin, insentif dan kondisi kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia sebanyak 68 orang responden dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit yaitu variabel pengakuan (ρ =0,002), insentif (ρ =0,004) dan kondisi kerja

(ρ =0,041). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja

perawat pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit yaitu variabel tanggung jawab

(ρ =0,632) dan komitmen pemimpin (ρ =0,556).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak pimpinan Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan agar selalu memerhatikan keadaan perawat di rumah sakit khususnya perawat pelaksana di instalasi rawat inap dalam melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan dukungan dan penghargaan atas hasil kerjanya baik material maupun non material sehingga dapat memotivasi mereka dalam melaksanakan proses keperawatan dengan lebih baik. Diharapkan kepada Kepala Ruangan dan seluruh perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan agar selalu menciptakan hubungan yang harmonis, mematuhi peraturan yang ada, memelihara segala fasilitas di rumah sakit dan bekerjasama dengan baik sehingga keadaan lingkungan kerja mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan untuk menghasilkan kinerja sesuai tujuan yang diharapkan bersama.

(15)

ABSTRACT

Service given by the nurses is one of the factors deciding the image of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital. The result preliminary survey in Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital, from the 92 patients there were 69 patients (75%) stated that the nurses were lack of attention to patient complaints, 53% patients expressed that the nurses were less friendly, 69% patients stated that the nurses were not often in the room and 71% patients stated that the nurses were not discipline when working.

The type of research used an explanatory approach that aimed to explain the influence of works motivation (responsibility, recognition, leadership

commitment, incentives and work condition) on nurses performance in inpatient installation of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital in 2010. The population for this study were all of the 68 nurses working in inpatient installation for Medan Indonesian workers Imelda General Hospital and all of them were

selected to be the samples for this study. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on nurses performance in hospital inpatient installation were variable recognition (ρ=0,002), incentive (ρ=0,004) and work condition (ρ=0,041). Variables which had not significant influence were responsibility (ρ=0,632) and leadership commitment (ρ=0,556).

It is expected to the Leadership Party of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital always looking for nurses at state hospitals, especially nurses are in inpatient installation to implementation nursing care, to provide support and awards for their work both material and non material so as to motivate them to implementation the better nursing process. It is expected to Head room and all nurses in inpatient installation of Medan Indonesia Workers Imelda General Hospital to always create a harmonious relationship,to comply with existing regulations, to maintain all facilities at the hospital and works well so that the working environment to support to implementation of nursing care to produce the expected performance based on common goals.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Menurut Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang

meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga

kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan.

Sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan

pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat

dapat dinilai sebagai salah satu indikator baik atau buruknya kualitas pelayanan di

rumah sakit (Aditama, 2000).

Peran perawat di rumah sakit khususnya di Instalasi rawat inap sangat

penting. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit dan

tenaga yang paling lama berhubungan dengan pasien. Akan tetapi kinerja perawat

masih banyak dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya. Hal ini tampak dari

banyaknya masukan dari pasien dan keluarganya atau pengunjung tentang pelayanan

rumah sakit terutama perawat. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan praktik

keperawatan yang seharusnya senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,

dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan

(17)

Kinerja perawat saat ini dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatannya.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek

keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien dengan berbagai tatanan

pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar

manusia. Asuhan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan keperawatan yang

dapat memuaskan pasien (Marilyn, 2007)

Bila dilihat dari sudut kepentingan pasien pengguna jasa rumah sakit,

indikator pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dapat dinilai dari tingkat

kepuasan pasien yang pernah dirawat. Salah satu dari indikator kepuasan pasien yang

baik adalah semakin meningkatnya rasio penghunian fasilitas unit rawat inap karena

rumah sakit tersebut dinilai mampu memberikan kepuasan pada pasien. Tuntutan dan

kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan

yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah

dan sungguh-sungguh (Wijono, 2003).

Menurut Mathis & Jackson (2002), kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang

memengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.

Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian

dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

Menurut Gibson dalam Ilyas (2001), secara teoritis ada tiga kelompok

variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: (1) Variabel individu,

terdiri dari: kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik, latar belakang: keluarga,

(18)

organisasi, terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain

pekerjaan, dan (3) Variabel psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian,

belajar, motivasi.

Mengingat perawat adalah sumber daya terpenting dalam menjalankan

pelayanan suatu rumah sakit, maka perawat dituntut untuk memiliki kemampuan

intelektual, komunikasi interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Karakteristik

perawat yang selalu menjadi penentu arah dan kekuatan bekerja adalah motivasi dan

lain-lain seperti: tingkat pengetahuan, keterampilan kerja, kewenangan yang

diberikan, nilai inovatif, dedikasi dan pengabdian masing-masing pada profesi.

Namun dalam komponen moril (morale) bahwa aspek motivasi yang terutama

berfungsi sebagai dasar kekuatan pendorong setiap tindakan dari

individu (Nursalam, 2007).

Motivasi kerja sangat memengaruhi kualitas kerja yang dimiliki oleh setiap

individu perawat. Ravianto (1990) yang mengutip pendapat Sutermeister

menyimpulkan bahwa prestasi kerja manusia 80-90% tergantung pada motivasinya

untuk bekerja, dan 10-20% tergantung kepada kemampuannya. Selanjutnya dikatakan

bahwa motivasi pekerja itu sendiri 50% tergantung pada kondisi sosial, yaitu manusia

sebagai makhluk sosial memerlukan interaksi dengan orang lain dan dengan

lingkungannya, misalnya kebutuhan untuk bersaing dan bersahabat. Kemudian 40%

tergantung kepada kebutuhan untuk berprestasi, pengembangan diri serta

penghargaan. Sedangkan 10% tergantung pada kondisi fisik seperti lapar, haus dan

(19)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2007) tentang pengaruh motivasi

pegawai terhadap produktivitas kerja pada Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan,

didapatkan hasil bahwa motivasi karyawan berpengaruh linier 46,41% terhadap

perubahan produktivitas kerjanya.

Demikian juga hasil penelitian Siregar (2008) tentang pengaruh motivasi

terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Swadana Tarutung

Tapanuli Utara, didapatkan hasil bahwa besarnya pengaruh motivasi (meliputi:

prestasi, pengembangan, kondisi kerja, pengakuan, tanggung jawab dan pendapatan)

terhadap kinerja perawat pelaksana sebesar 85,7%, sisanya 14,3% dipengaruhi oleh

faktor tingkat keterampilan, teknologi yang digunakan, sikap manajemen, cara

mereka memperlakukan perawat, lingkungan kerja fisik dan psikologis, serta

aspek-aspek lain dari kultur korporasi juga merupakan faktor-faktor penting yang

memengaruhi kinerja perawat pelaksana.

Menurut Herzberg dalam Ilyas (2001), yang dimaksud dengan faktor motivasi

adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti

bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor

higiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti

bersumber dari luar diri seseorang, misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan

perilaku seseorang dalam kehidupannya dalam melaksananakan pekerjaan.

Adapun yang tergolong faktor motivasional antara lain: pekerjaan seseorang,

keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir dan

pengakuan orang lain. Sedangkan faktor higiene atau pemeliharaan mencakup antara

(20)

atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan

yang diterapkan oleh para penyelia, kebijaksanaan organisasi, sistem administrasi

dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku (Ilyas, 2001).

Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI), terletak di jalan

Bilal No. 24 Pulo Brayan Darat I Medan, merupakan salah satu rumah sakit swasta di

kota Medan dengan klasifikasi rumah sakit umum tingkat utama yang ditetapkan

pada tanggal 11 Maret tahun 2008 oleh DEPKES RI Direktorat Jenderal Bina

Pelayanan Medik. Memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum, pasien

Askes, Jamkesmas dan Jamsostek yang memerlukan pelayanan kesehatan lanjutan

khususnya di kota Medan.

Instalasi rawat inap RSU IPI Medan memiliki 9 ruang rawat inap, di

antaranya ruangan Mawar, Tulip, ICU, VIP, Melati, Neonati, Anggrek, Teratai dan

Katalia, dengan kapasitas tempat tidur 222 unit dan jumlah perawat pelaksana

sebanyak 68 orang. Pada tahun 2009, pasien rawat inap berjumlah 6.519 pasien

(25%) dari total kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap berjumlah 26.000

pasien.

Berdasarkan data laporan RSU IPI Medan tahun 2009-2010, untuk tingkat

Bed Occupancy Rate (BOR) sebesar 54,92% (2008) dan 57% (2009), yang

merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengukur kinerja rumah sakit

dengan standar yang ditetapkan Depkes RI (2005) sebesar 60-85%. Indikator lain

yang menunjukkan kinerja rumah sakit adalah Bed Turn Over (BTO) sebesar 19 kali

(2008) dan 23 kali (2009), dari standar yang ditetapkan 40-50 kali. Average Length of

(21)

Turn Over Interval (TOI) 12,5 hari (2008) dan 8,47 hari (2009), dari standar yang

ditetapkan 1-3 hari. Net Death Rate (NDR) sebesar 17,04% (2009), dari standar yang

ditetapkan < 2,5%, dan Gross Death Rate (GDR) 4,35% (2009), sebaiknya < 3%.

Berdasarkan survei awal di RSU IPI Medan pada bulan Januari 2010

mengenai kinerja perawat pelaksana pada pasien rawat inap, yaitu dari 92 orang

pasien terdapat 69 orang pasien (75%) menyatakan bahwa perawat kurang perhatian

terhadap keluhan pasien, 53% pasien menyatakan perawat kurang ramah, 69% pasien

menyatakan perawat sering tidak berada di ruangannya pada saat bekerja, dan 71%

pasien menyatakan perawat bekerja tidak sesuai pada saat waktu masuk bekerja, yaitu

sering datang terlambat dan pada saat pulang bekerja, yaitu sering pulang lebih cepat

dari jadwal yang sudah ditentukan. Keluhan tersebut menunjukkan bahwa perawat

kurang memberikan pelayanan kepada pasien.

Hasil wawancara dengan salah seorang kepala ruangan dan juga observasi di

ruang rawat inap RSU IPI Medan, perawat dalam melaksanakan tugasnya (asuhan

keperawatan) sering tidak terselesaikan dengan baik, dari 10 dokumentasi

keperawatan, untuk kegiatan pengkajian 72% dilaksanakan, kegiatan penegakan

diagnosis 75% dilaksanakan, kegiatan perencanaan 54% dilaksanakan, kegiatan

pelaksanaan 52% dilaksanakan, kegiatan evaluasi 60% dilaksanakan, dan pencatatan

asuhan keperawatan 50% dilaksanakan. Dalam hal pembagian kerja, belum sesuai

pada setiap unit kerja yang menyebabkan beban kerja perawat tidak merata (seperti

pembagian shift/dinas pagi, sore dan malam). Dari 30 orang perawat pelaksana 45%

bekerja pada shift pagi dan 55% bekerja pada shift sore dan malam. Diterangkan juga

(22)

kehadiran yang sudah tersusun/setiap bulan dengan baik, di mana dari 20 orang

perawat pelaksana 85% hadir dengan tepat waktu dalam bekerja.

Berdasarkan uraian data-data diatas dan juga survei awal yang dilakukan di

RSU IPI Medan, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Motivasi

Kerja (meliputi: tanggung jawab, pengakuan, komitmen pemimpin, insentif dan

kondisi kerja) Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh motivasi kerja (meliputi: tanggung jawab,

pengakuan, komitmen pemimpin, insentif dan kondisi kerja) terhadap kinerja perawat

pelaksana di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2010.

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh motivasi kerja

(meliputi: tanggung jawab, pengakuan, komitmen pemimpin, insentif dan kondisi

kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja

(23)

1.4.Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian tentang pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja perawat

pelaksana di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan ini akan

memberikan manfaat yaitu:

1. Sebagai bahan masukan kepada pimpinan RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

dalam menyusun satu kebijakan yang terkait dengan motivasi kerja dalam upaya

meningkatkan kinerja perawat di instalasi rawat inap.

2. Sebagai bahan masukan bagi perawat yang memberikan pelayanan langsung di

instalasi rawat inap untuk memotivasi dirinya agar kinerjanya lebih optimal.

3. Sebagai bahan informasi dalam menambah wawasan bagi peneliti lain dan untuk

pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya peminatan Administrasi dan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi,

bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006).

Menurut Mangkunegara (2001), kinerja adalah: hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada

personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada

keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,

ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi

untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi

bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap

personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu

dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk

kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang

(25)

2.1.2. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja.

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

seorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu

lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang

bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka

keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal

maupun tempat kerjanya.

Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (2001), secara teoritis ada tiga

kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel

individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel

tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja

personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan

tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan

(26)

Diagram teori perilaku dan kinerja digambarkan sebagai berikut:

i

mber daya

Gambar 2.1. Diagram skematis teori perilaku dan kinerja dari Gibson (1987).

Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan

keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan

keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja

individu. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan

kinerja individu.

Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987), banyak dipengaruhi oleh

keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal

yang komplek dan sulit untuk diukur, juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan

tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan

bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan

keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.

Variabel individu :

• Kemampuan dan keterampilan: -mental -fisik

• Latar belakang: -keluarga (hasil yang diharapkan)

Psikologis:

(27)

Variabel organisasi, menurut Gibson (1987) berefek tidak langsung terhadap

perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel

sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Menurut Kapolmen yang dikutip oleh Ilyas (2001), ada empat determinan

utama dalam produktifitas organisasi termasuk didalamnya adalah prestasi kerja.

Faktor determinan tersebut adalah lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik

kerja dan karakteristik individu. Karakteristik kerja dan karakteristik organisasi akan

memengaruhi karakteristik individu seperti imbalan, penetapan tujuan akan

meningkatkan motivasi kerja, sedangkan prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan

dan program pengembangan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan dari individu. Selanjutnya variabel karakteristik kerja yang meliputi

penilaian pekerjaan akan meningkatkan motivasi individu untuk mencapai prestasi

kerja yang tinggi.

Menurut Stoner yang dikutip oleh Adiono (2002), mengemukakan bahwa

prestasi individu disamping dipengaruhi oleh motivasi dan pengetahuan juga

dipengaruhi oleh faktor persepsi peran yaitu pemahaman individu tentang perilaku

apa yang diperlukan untuk mencapai prestasi individu. Kemampuan (ability)

menunjukkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dan tugas.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002), ada teori yang mengemukakan

tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE”

yang artinya Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat

dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif

(28)

Validity (pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik

hasil kerja).

Menurut Davies (1989) yang dikutip oleh Adiono (2002), juga mengatakan

bahwa faktor yang memengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan secara psikologik

terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality, yang artinya karyawan

yang memiliki diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya

dan keterampilan dalam mengerjakan tugas sehari-hari maka ia akan lebih mudah

mencapai kinerja yang diharapkan.

Menurut teori Atribusi atau Expectancy Theory, dikemukakan oleh Heider,

pendekatan atribusi mengenai kinerja dirumuskan sebagai berikut: K= M x A, yaitu

K adalah kinerja, M adalah motivasi, dan A adalah ability. Konsep ini menjadi sangat

populer dan sering kali diikuti oleh ahli-ahli lain, menurut teori ini, kinerja adalah

interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar).

Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya tetapi memiliki kemampuan

yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, begitu pula orang yang

berkemampuan tinggi tetapi rendah motivasinya. Motivasi merupakan faktor penting

dalam mendorong setiap karyawan untuk bekerja secara produktif, sehingga

(29)

2.1.3. Penilaian Kinerja.

Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan

mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dalam

suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian

kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu (personel)

dengan membandingkan dengan standard baku penampilan. Menurut Hall, penilaian

kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel

dan usaha untuk memperbaiki kerja personel dalam organisasi. Menurut Certo,

penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa

tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem

manajemen (Ilyas, 2001).

Pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja:

a. Penilaian sendiri (Self Assesment).

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk

mengukur dan memahami perbedaaan individu. Ada dua teori yang menyarankan

peran sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori tersebut

adalah teori kontrol dan interaksi simbolik.

Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang

dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai

tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka,

(2) mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan

(3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya,

(30)

tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka

mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan mereka.

Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita mengembangkan

konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada kepercayaan kita

tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita. Teori ini menegaskan

pentingnya memahami pendapat orang lain disekitar mereka terhadap perilaku

mereka. Interaksi simbolik juga memberikan peran sentral bagi interpretasi individu

tentang dunia sekitarnya. Jadi individu tidak memberikan respon secara langsung dan

naluriah terhadap kejadian, tetapi memberikan interpretasi terhadap kejadian tersebut

Preposisi ini penting sebagai pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri yang

digunakan dalam mengukur atau menilai kinerja personel dalam organisasi.

Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian

terhadap proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas

organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian,

pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan pendidikan.

Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil karya sendiri

menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Ilyas, 2001).

b. Penilaian 360 derajat (360 Degree Assessment).

Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena

dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra dan atasan personel Data penilaian

(31)

diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerancuan, bila penilaian kinerja

hanya dilakukan oleh personel sendiri saja (Ilyas, 2001).

Penilaian atasan, pada organisasi dengan tingkat manajemen majemuk,

personel biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian ini

termasuk yang dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung yang kepadanya laporan

kerja personel disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain.

Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian lain dibatasi, hanya pada situasi

kerja kelompok dimana individu sering melakukan interaksi.

Penilaian mitra, biasanya penilaian mitra lebih cocok digunakan pada

kelompok kerja yang mempunyai otonomi yang cukup tinggi, dimana wewenang

pengambilan keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen

kepada anggota kelompok kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota

kelompok dan umpan balik untuk personel yang dinilai dilakukan oleh komite

kelompok kerja dan bukan oleh penyelia. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan

untuk pengembangan personel dibandingkan untuk evaluasi. Yang perlu diperhatikan

pada penilaian mitra adalah kerahasiaan penilaian untuk mencegah reaksi negatif dari

personel yang dinilai.

Penilaian bawahan, terhadap kinerja personel dilakukan dengan tujuan untuk

pengembangan dan umpan balik personel. Program ini meminta kapada manajer

untuk dapat menerima penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan

manajemen mereka. Umpan balik bawahan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

pencapaian perencanaan kinerja strategik, pencapaian komitmen personel,

(32)

penilaian kinerja, dan imbalan kinerja. Manajer diharapkan mengubah perilaku

manajemen sesuai dengan harapan bawahan.

2.2. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,

sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka

pemecahan masalah kesehatan pasien/keluarga, dimulai dari pengkajian

(pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan,

perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan

(Ali, 2001).

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam

melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang

berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap

penyakitnya (Tarwoto, 2003).

Proses keperawatan merupakan bagian integral dari praktik keperawatan yang

membutuhkan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan ini harus dilandaskan pada pengetahuan dan penerapan ilmu

pengetahuan serta prinsip-prinsip biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Langkah

dan tahapan pada proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi (Asmadi, 2008).

Berdasarkan pandangan beberapa ahli tentang proses keperawatan, terdapat

(33)

keperawatan diantaranya tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi (Hidayat, 2008).

a. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai

permasalahan yang ada.

b. Tahap Diagnosis Keperawatan

Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial.

c. Tahap Perencanaan

Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.

Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses

keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan

berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan

dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan,

peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,

mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi

keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta

(34)

d. Tahap Pelaksanaan

Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

e. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam

menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini

terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama

proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi

proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan

disebut sebagai evaluasi hasil.

2.3.Motivasi Kerja

2.3.1. Pengertian motivasi kerja

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang

berarti “menggerakkan” (to move). Rumusan motivasi oleh Mitchell (1982) bahwa

motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya,

diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang

(35)

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang (Suarli, 2009).

Robbins (2003) mendefinisikan motivasi adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan

oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu.

Menurut Mangkunegara (2000) yang dikutip oleh Nursalam (2007), Motivasi

kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan

dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

2.3.2. Teori-Teori Motivasi

Menurut Hasibuan (2005) teori-teori motivasi dikelompokkan atas:

1. Teori kepuasan (Content Theory) pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan

kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara

tertentu. Teori memusatkan perhatian pada faktor dalam diri orang yang

menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya, yang

memotivasi semangat orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan materil dan non materil yang diperoleh dari hasil pekerjaannya.

Teori kepuasan (Content Theory) dikenal antara lain: a)Teori Motivasi Klasik;

b)Teori Hirarki Kebutuhan; c)Teori Dua faktor; d)Teori Motivasi Human Relation;

e)Teori ERG (Existence, Related, and Growth); f)Teori Motivasi Prestasi.

2. Teori motivasi proses (Process Theory), teori ini merupakan proses sebab akibat

bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik

(36)

tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari

ini merupakan kegiatan hari kemarin.

Teori Motivasi Proses (Process Theory), yaitu: a)Teori Harapan; b)Teori Keadilan;

c)Teori Pengukuhan.

Dari kedua teori-teori motivasi diatas, dapat dijelaskan lebih rinci sebagai

berikut:

1. Teori Kepuasan

a) Teori Motivasi Klasik (teori kebutuhan tunggal).

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor, menurut teori ini

motivasi pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan

biologisnya saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan dan kepuasan

biologis ini akan terpenuhi, jika pendapatan yang diberikan cukup besar. Jadi jika

pendapatan karyawan dinaikkan semangat bekerja meningkat.

b) Teori Hirarki Kebutuhan

Abraham H. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang

itu jamak, yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa materil dan non materil.

Menurutnya kebutuhan manusia bertingkat tetapi dalam kenyataan manusia

mengiginkannya tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia itu tercapai sekaligus.

c) Teori Motivasi Dua Faktor

Pada teori dua faktor menunjukkan adanya 2 kelompok faktor yang

(37)

factor) atau motivator dan faktor bukan kepuasan (dissatisfies) sering disebut

dengan pemeliharaan atau hygienic factors.

Teori ini dikemukakan oleh Herzberg menurutnya motivasi yang ideal yang

dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih

membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan keahlian

Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya

dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu: a)Faktor motivasi

adalah sejumlah faktor intrinsik yang menyangkut kebutuhan psikologis yaitu

perasaan yang sempurna dalam melakukan pekerjaan. Yang termasuk dalam faktor

motivator adalah: prestasi, tanggung jawab, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,

pengembangan potensi individu, pencapaian. b)Faktor pemeliharaan adalah

sejumlah kondisi ekstrinsik yang apabila tidak ada menyebabkan ketidakpuasan,

yaitu: gaji, jaminan pekerjaan, kebijakan perusahaan, status.

d) Teori Motivasi Prestasi dari David McClelland

McClelland menemukan bahwa kebutuhan berprestasi dapat dikembangkan

pada orang dewasa. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi memiliki

karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu: 1) menyukai pengambilan

resiko yang layak sebagi fungsi keterampilan, 2) menyukai suatu tantangan dan

menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil yang dicapai, 3) kecendrungan

menetapkan tujuan prestasi yang layak dan menghadapi resiko yang telah

diperhitungkan, 4) memiliki kebutuhan terhadap umpan balik apa yang dikerjakan,

5) mempunyai keterampilan perencanaan jangka panjang dan memiliki

(38)

tertinggi pada kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini

mengharuskan seseorang untuk belajar agar menguasai keterampilan yang

memungkinkan seseorang mencapai prestasi.

e) Teori Motivasi Human Relation

Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dalam lingkungannya. Menurut

teori ini seseorang akan berprestasi baik jika ia diterima di lingkungan, diakui

dalam pekerjaan serta lingkungannya. Teori ini menekankan peran aktif pimpinan

organisasi. Memelihara hubungan dan kontak pribadi dengan bawahannya dan

membangkitkan gairah kerja. Teori ini menganjurkan bila dalam memotivasi

bawahan memerlukan kata-kata, hendaknya kata-kata itu mengandung kebijakan,

sehingga dapat menimbulkan rasa dihargai dan sikap optimis.

f) Teori ERG

Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer merupakan teori

penyempurnaan dari teori Maslow. Teori ini menurut para ahli lebih mendekati

keadaan sebenarnya berdasarkan fakta empiris. Dia mengemukakan bahwa ada

tiga kelompok kebutuhan, yaitu: kebutuhan akan keberadaan, kebutuhan akan

afiliasi, dan kebutuhan akan kemajuan.

2. Teori Motivasi Proses

a) Teori Pengharapan

Teori pengharapan ini dikenal dengan Victor Vroom, menyatakan bahwa

kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam pekerjaannya

tergantung hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari

(39)

bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya. Teori harapan ini

didasarkan atas, harapan, nilai, peraturan.

b) Teori Keadilan

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Penilaian

dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif bukan

atas suka atau tidak suka. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik oleh pimpinan maka

semangat kerja bawahan cenderung meningkat.

c) Teori Pengukuhan

Teori ini didasarkan 2 prinsip, yaitu: prinsip hukum ganjaran, prinsip respon

dan rangsangan. Berdasarkan prinsip pertama seseorang akan mengalami penguatan

tingkah laku bila mendapat ganjaran positif/menyenangkan. Seseorang yang merasa

berhasil menunaikan pekerjaan/kewajibannya dengan sangat memuaskan,

memperoleh dorongan positif untuk bekerja keras lagi dimasa yamg akan datang

sehingga meraih keberhasilan yang lebih besar dalam karir, motivasi bersifat positif.

Sebaliknya jika seseorang berhasil melakukan kewajiban/tugas maka

mendapat teguran dari atasannya, teguran merupakan faktor negatif oleh yang

bersangkutan yang dijadikan dorongan untuk memperbaiki kekurangan atau

(40)

2.3.3. Faktor-faktor yang memengaruhi Motivasi

Menurut Herzberg (motivation-Hygiene theory) bahwa staf atau pegawai

dapat dibagi menjadi dua golongan besar: mereka yang termotivasi oleh faktor-faktor

intrinsik, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing, dan

faktor-faktor ekstrinsik, yaitu pendorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari

organisasi tempatnya bekerja. Makna dari teori ini adalah bahwa orang yang bekerja

terdorong secara intrinsik atau lebih mudah diajak meningkatkan kinerjanya

dibandingkan mereka yang terdorong secara ekstrinsik (Ilyas, 2001).

Menurut Mc.Gregor, para manajer menggolongkan para bawahannya pada

dua kategori berdasarkan asumsi tertentu. Asumsi pertama adalah, bahwa para

bawahan tidak menyenangi pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul tanggung

jawab dan harus dipaksa agar menghasilkan sesuatu. Bawahan seperti ini

dikategorikan sebagai “manusia X”. Sebaliknya staf yang senang bekerja, kreatif,

menyenangi tanggung jawab dan mampu mengendalikan diri, mereka dikategorikan

“manusia Y” (Akhmadsudrajat, 2008).

Dari pendapat para pakar tersebut diatas yang dapat memengaruhi motivasi

kerja yaitu: faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik serta tipe individu itu sendiri apakah

(41)

2.4.Kerangka Konsep

2.5. Definisi Variabel

2.5.1. Motivasi kerja adalah dorongan/rangsangan yang mampu menggerakkan

individu/tenaga perawat untuk melaksanakan pekerjaan sebagai seorang

tenaga perawat pelaksana (meliputi: tanggung jawab, pengakuan, komitmen

pemimpin, insentif dan kondisi kerja).

2.5.2. Kinerja perawat pelaksana adalah hasil kerja dan mutu pelayanan keperawatan

yang diberikan oleh tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap.

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, landasan teoritis dan tujuan penelitian serta latar

belakang, maka hipotesis penelitian ini adalah:

”Ada pengaruh motivasi kerja (meliputi: tanggung jawab, pengakuan, komitmen

pemimpin, insentif dan kondisi kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi

rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.”

MOTIVASI KERJA

a. Tanggung jawab b. Pengakuan

c. Komitmen pemimpin d. Insentif

e. Kondisi kerja

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei tipe explanatory research

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh motivasi kerja (meliputi: tanggung jawab, pengakuan,

komitmen pemimpin, insentif, dan kondisi kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana

di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

dengan pertimbangan bahwa hasil evaluasi kinerja pelayanan RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan saat ini belum mencapai standar indikator mutu pelayanan dalam

ukuran tingkat efisiensi rumah sakit secara nasional dan RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan adalah rumah sakit berskala besar dengan klasifikasi sebagai rumah

sakit umum tingkat utama dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan baik dari

puskesmas maupun institusi kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas pelayanan

yang lengkap seperti fasilitas untuk pelayanan rawat inap. Penelitian ini dilakukan

pada Bulan Desember 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(43)

pelaksana yang bekerja di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

yaitu sebanyak 68 orang perawat.

3.3.2. Sampel

Sehubungan dengan keterbatasan jumlah populasi, maka penetapan jumlah

sampel penelitian yang digunakan menggunakan metode ”total sampling” dimana

seluruh populasi yang ada menjadi sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan observasi dengan

responden berpedoman kepada kuesioner penelitian.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan data-data dan laporan yang

dibutuhkan dari RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.

3.5. Definisi Operasional Variabel

3.5.1. Definisi Operasional Variabel Bebas

a. Tanggung jawab adalah suatu kewajiban yang timbul dalam diri perawat

untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan pengarahan yang diterima, berkaitan dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan di instalasi rawat inap rumah sakit, meliputi: pelaksanaan asuhan

keperawatan tepat waktu sesuai kebutuhan penderita, tanggung jawab,

(44)

melaksanakan asuhan keperawatan. Terdiri dari 5 pernyataan dan dibagi

menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 12-15.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 8-11.

3. Buruk, apabila responden mendapat skor 5-7.

b. Pengakuan adalah wujud tindakan dari atasan/teman sejawat terhadap hasil

kerja perawat dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan dalam

bentuk penghargaan atau pengesahan, meliputi: perhatian atasan,

penghargaan, adanya tugas pokok dan fungsi perawat, pengawasan, dan

dukungan baik dari atasan dan teman sejawat. Terdiri dari 5 pernyataan dan

dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 12-15.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 8-11.

3. Buruk, apabila responden mendapat skor 5-7.

c. Komitmen pemimpin adalah apa yang dapat dinilai oleh perawat tentang

kepedulian dari pihak atasan terhadap keberadaan dan kepentingan perawat di

instalasi rawat inap, meliputi: penjelasan tentang perkembangan ilmu

keperawatan, mendengarkan dengan baik usulan/keluhan, perhatian dan

bimbingan serta arahan, motivasi dan umpan balik. Terdiri dari 5 pernyataan

dan dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 12-15.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 8-11.

(45)

d. Insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh

pihak pemimpin rumah sakit terhadap perawat di instalasi rawat inap agar

mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam pencapaian

tujuan-tujuan rumah sakit, meliputi: kepuasan terhadap insentif, pemberian

insentif sesuai ketentuan atasan, pemberian insentif secara adil sesuai prestasi

kerja perawat, insentif dalam memotivasi perawat, dan penerimaan insentif

sewaktu melaksanakan tugas atas perintah atasan. Terdiri dari 5 pernyataan

dan dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 12-15.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 8-11.

3. Buruk, apabila responden mendapat skor 5-7.

e. Kondisi kerja adalah serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari

suatu rumah sakit yang menjadi tempat bekerja dari perawat di instalasi rawat

inap rumah sakit tersebut, meliputi: kondisi kerja baik dan nyaman, hubungan

harmonis perawat dengan atasan, hubungan harmonis antara sesama perawat,

peraturan, fasilitas dan tenaga perawat mendukung pelayanan pasien, serta

adanya prosedur kerja yang jelas. Terdiri dari 5 pernyataan dan dibagi

menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 12-15.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 8-11.

(46)

3.5.2. Definisi Operasional Variabel Terikat

a. Kinerja perawat pelaksana adalah hasil kerja dan mutu pelayanan keperawatan

yang diberikan oleh perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan. Terdiri dari 5 pertanyaan dan dibagi menjadi

3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden mendapat skor 52-66.

2. Sedang, apabila responden mendapat skor 37-51.

3. Buruk, apabila responden mendapat skor 22-36.

3.6. Aspek pengukuran

3.6.1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas (Independen) pengaruh motivasi kerja menggunakan skala

interval. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat

diukur dalam bentuk item pernyataan (indikator). Secara rinci dapat dilihat pada

(47)

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

N O

Variabel Jumlah

(48)

3.6.2. Variabel Terikat (Dependen)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji validitas dan reliabilitas di

lokasi yang berbeda dari lokasi penelitian. Tujuan uji validitas dan reliabilitas ini

adalah untuk mengetahui apakah kuesioner tentang variabel independen dan variabel

dependen yang disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas kuesioner penelitian penting karena ketepatan pengujian hipotesis

sangat tergantung kepada kualitas data yang dikumpulkan melalui kuesioner

penelitian (Sugiyono, 2006).

Validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah

korelasi Pearson Product Momen (r)

a. Bila r hasil > r tabel maka Ho ditolak berarti pertanyaan valid.

b. Bila r hasil < r tabel maka Ho gagal ditolak berarti pertanyaan tidak valid.

Setelah uji validitas dilakukan, maka selanjutnya terhadap kuesioner yang

akan diujicobakan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat

(49)

Sugiyono (2006), menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau

konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan

menghasilkan data atau jawaban yang sama. Reliabilitas suatu instrumen dapat

diketahui dengan membandingkan nilai r alpha dengan r tabel:

a. Bila r alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

b. Bila r alpha < r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 orang perawat pelaksana

di instalasi rawat inap RSU Haji Medan karena memiliki karakteristik yang mirip

dengan RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan (Sugiyono, 2006).

3.8.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi linier berganda pada

taraf uji nyata α=0,05, bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja

(meliputi: tanggung jawab, pengakuan, komitmen pemimpin, insentif, dan kondisi

kerja) terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan.

Persamaan regresi yang digunakan:

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

Keterangan:

Y = Variabel terikat (dependen)

X = Variabel bebas (Independen)

α = Konstanta

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Perkembangan

Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) adalah sebuah rumah

sakit swasta yang berdiri sejak tahun 1980. Pada awalnya rumah sakit ini merupakan

sebuah klinik bersalin yang didirikan oleh seorang dokter umum yang berlokasi di

jalan Bilal No. 48 Medan dengan luas tanah 600 m².

Pada tahun 1982 dengan bertambah banyaknya pasien yang bersalin dan juga

pasien yang berobat umum, Yayasan Imelda memperluas lahannya dengan membeli

tanah yang berlokasi di jalan Bilal No. 52 Medan seluas 3000 m².

Pada tanggal 25 Maret 1983 berdirilah Rumah Sakit Umum Imelda (RSU

Imelda) Medan dan mendapat izin sementara sebagai rumah sakit umum. Pada tahun

1985, terjadi perubahan penggunaan lahan yang sudah ada dan Rumah Sakit Umum

Imelda Medan pindah ke jalan Bilal No. 24 Medan dengan luas tanah 3244 m², dan

mendapat izin Penyelenggaraan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

YM.02..04.2.2.864 tahun 2003.

Pada tanggal 21 Mei 2004 lalu, rumah sakit yang terletak di lokasi strategis di

Medan itu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pekerja (RSP) di Sumatera Utara dan

berubah nama menjadi RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA

(RSU IPI) Medan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta dan

(51)

17 april 2008 RSU IPI Medan diklasifikasikan sebagai rumah sakit umum tingkat

utama yang memiliki pelayanan medik umum, spesialistik, dan subspesialistik.

4.1.2. Letak Geografis

RSU IPI secara geografis berada di wilayah kota Medan. Luas area RSU IPI

adalah 3244 m².

Letak RSU IPI yaitu di jalan Bilal No. 24 Pulo Brayan Darat I Medan dengan

batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Krakatau kecamatan Medan Timur.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Jemadi Medan.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Glugur Kecamatan Medan Barat.

4. Sebelah utara berbatasan dengan Gudang BULOG Jalan Mustafa Medan.

4.1.3. Visi dan Misi

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan yang merefleksikan cita-cita,

yaitu bagaimana RSU IPI di masa depan, dan sekaligus menetukan arah perjalanan

institusi ini.

Visi RSU IPI yaitu “Menjadi rumah sakit yang terdepan dalam pelayanan dan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat umum, pekerja, dan pengusaha serta

menjadi rumah sakit rujukan regional dan nasional”.

Untuk mewujudkan visi RSU IPI, perlu di rumuskan misi yang

menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi, agar tujuan

organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Misi

Gambar

Gambar 2.1. Diagram skematis teori perilaku dan kinerja dari Gibson (1987).
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis  Kelamin, Pendidikan Terakhir, Status perkawinan dan Masa kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

stres kerja di lingkungan rumah sakit diharapkan perawat mampu meningkatkan komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan teman sejawat dan

Pengaruh Motivasi Instrinsik terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap

Gambaran kepuasan kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan.. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan kepada pasien penderita hipertensi dapat disimpulkan bahwa

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “Tinjauan Kepatuhan Dokter Dalam Pengisian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja

Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa faktor motivasi yang mempunyai pengaruh terhadap mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja

stres kerja di lingkungan rumah sakit diharapkan perawat mampu meningkatkan komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan teman sejawat dan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Imelda pekerja Indonesia Medan, presentase jumlah penggunaan antibiotik oral