• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

TESIS

Oleh

ANHAR SYAHPUTRA

097003028/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

(2)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascsarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANHAR SYAHPUTRA

097003028/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

Nama Mahasiswa : Anhar Syahputra

Nomor Pokok :

097003028

Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedasaan

Menyetujui Komisi pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua

)

(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Jeluddin Daud, M.Eng Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. licrer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

Anggata : 1. Ir. Supriadi, MS

2. Ir. Jeuluddin Daud, M.Eng

3. Kasyful Mahlli, SE, M.Si

(5)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

ABSTRAK

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan

multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah

yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

(6)

THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY

ABSTRACT

Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis

The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai” merupakan syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dan sekaligus Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Kasyful Mahalli SE., M.Si., dan Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

3. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

(8)

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

5. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.

6. Bapak Ir. Lauren Gultom, M.Eng Kepala Baidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara, yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan Studi dan penulisan tesis ini.

7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

8. Ayahanda (Alm) Harun Sirait dan Ibunda (Almh) Hj. Nurana Nasution yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Nina Novida Lubis, BA demikian pula kepada kedua putra-putri penulis Mhd. Rizky Ananda Noviansyah dan Nur Annisa Syahputri yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi dukungan dan semangat kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Anhar Syahputra lahir di Medan, 06 Desember 1965, dari pasangan (Alm)

Harun Sirait dengan (Almh) Hj. Nurana Nasution, dan merupakan anak ketujuh

dari delapan bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1980 di SD Perguruan

Baduasin Bersubsidi Medan. Pada tahun 1983 menyelesaikan pendidikan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Persatuan Amal Bakti (PAB) Medan

dan tahun 1986 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di

Perguruan Josua Medan. Kemudian pada tahun 1998 menyelesaikan Sarjana (S1)

Jurusan Sospol di Universitas Dharmawangsa Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Nina Novida Lubis, BA dan

dikarunia 2 (dua) orang putra putri: Mhd. Rizky Ananda Noviansyah, dan Annisa

Syahputri. Sejak tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan

dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September

2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pembangunan ... 10

2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan . 12 2.3. Pengembangan Wilayah ... 15

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal ... 22

2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah ... 25

2.6. Penelitian Terdahulu ... 27

2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29

2.8. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Bentuk Penelitian ... 32

(11)

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.4. Populasi dan Sampel ... 34

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.6. Uji Instrumen Penelitian ... 39

3.6.1. Uji Validitas Data ... 39

3.6.2. Uji Reliabilitas Data ... 40

3.6.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.7. Analisis Data ... 42

3.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.7.2. Test Uji Goodness of Fit ... 43

3.8. Definisi dan Batasan Operasional ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Kota Binjai ... 46

4.1.1. Kondisi Geografis ... 46

4.1.2. Kondisi Pemerintahan ... 47

4.1.3. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja ... 47

4.1.4. Kondisi Sosial ... 48

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.2.1. Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai ... 49

4.2.2. Kondisi Fisik di Ruas Jalan Medan-Binjai ... 52

4.2.3. Kondisi Transportasi di Ruas Jalan Medan-Binjai .. 54

4.2.4. Kesejahteraan Masyarakat... 58

4.3. Hasil Estimasi Model Penelitian ... 61

4.3.1. Keberadaan Ruas Jalan ... 63

4.3.2. Kondisi Fisik Ruas Jalan ... 64

4.3.3. Kelancaran Transportasi ... 64

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban ... 38

3.2. Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 41

3.3. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 42

3.4. Operasional Variabel Penelitian dan Indikator ... 45

4.1. Tanggapan Responden terhadap Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai... 50

4.2. Tanggapan Responden terhadap Kondisi Fisik Ruas Jalan Medan-Binjai... 53

4.3. Tanggapan Responden terhadap Kelancaran Transportasi Jalan Medan-Binjai... 56

4.4. Tanggapan Responden terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Ruas Jalan Medan – Binjai ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 .

2.2 .

2.3 .

3.1 .

Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu …

Hubungan Fisik dan Non Fisik ……….

Kerangka Pemikiran Penelitian ……….

Gambaran Area Lokasi Penelitian ………

23

24

30

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72

2. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden ... 76

3. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden ... 79

4. Hasil Analisis Regresi Berganda Uji Interval ... 83

(16)

DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI

ABSTRAK

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan

multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah

yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

(17)

THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY

ABSTRACT

Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis

The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat

berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan sarana fisik

dapat diartikan sebagai bangunan fisik untuk kepentingan dan keselamatan umum

seperti tenaga listrik, telekomunikasi, transportasi termasuk jalan, irigasi, air bersih

maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dapat ditunjukan

dengan indikasi bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur

yang berfungsi lebih baik, mempunyai tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan

ekonomi yang lebih baik pula.

Infrastruktur dalam konteks ekonomi dikenal sebagai Social Overhead

Capital, untuk membedakannya dari sektor produksi langsung (Directly Productive

Activities), seringkali dilihat sebagai ‘perantara’ yang menghubungkan produksi

dengan konsumsi akhir, atau antara wilayah produksi dengan pusat pasar.

Infrastruktur yang lebih lengkap dan dapat berfungsi penuh di dalam sistem tersebut

dapat menekan biaya produksi, sehingga keberadaan infrastruktur dapat memberikan

gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat dan sekaligus mencerminkan

(19)

Pertumbuhan kota Binjai yang semakin pesat akibat faktor kedekatan lokasi

dengan kota Medan (sebagai hinterland Medan) mempunyai konsekuensi

bertambahnya kebutuhan akan prasarana dan sarana perkotaan, seperti air bersih,

drainase, saluran air kotor, perparkiran, listrik, persampahan, permukiman, fasilitas

sosial dan umum, jalan raya, dan lain-lain. Begitu juga, dengan penetapan kota Binjai

sebagai salah satu kota di kawasan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dengan

hirarki fungsional pusat pelayanan primer menyebabkan kota ini diarahkan sebagai

pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi provinsi Sumatera Utara (Bappedasu, 2009).

Untuk itu, agar kota mempunyai hubungan yang saling menguntungkan (kota

generatif) dengan daerah belakangnya maka kota tersebut harus mampu menjalankan

berbagai fungsinya sebagai pusat inclustri, perdagangan dan jasa, baik untuk dirinya

sendiri maupun untuk daerah belakangnya yang bersifat saling menguntungkan atau

mengembangkan (Tarigan, 2005).

Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Binjai dengan

Kota Medan atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Medan-Binjai merupakan

salah satu upaya pengembangan akses masyarakat di Provinsi Sumatera Utara hingga

Provinsi Tetangganya seperti Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam perencanaannya.

Oleh karena demikian pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang telah

selesai beberapa tahun yang lalu tentunya akan senantiasa memberikan pelayanan

yang lebih berkesinambungan seperti menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat

menuju Kota Medan sebagai daerah core bagi Kota Binjai. Sehingga banyak

(20)

merasakan adanya perbaikan dan perubahan khususnya dalam dimensi pencaharian

yang akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat yang dalam konteks

penelitian ini tersebar disepanjang ruas jalan Medan-Binjai dan masih tercakup

dalam Wilayah Administratif Kota Binjai.

Namun di lain sisi, Krisis ekonomi yang disusul dengan krisis Global yang

berlangsung mulai pertengahan 1997 dan awal tahun 2007 telah melemahkan

produksi dan distribusi secara luas, sehingga menurunkan kemampuan pendanaan

pemerintah, swasta maupun masyarakat dan menelantarkan berbagai kegiatan

strategis. Meskipun telah dilakukan reformasi ekonomi, permasalahan yang dihadapi

belum pulih secara penuh,sesuai kondisi ekonomi seperti sebelum krisis. Infrastruktur

pendukungnya terutama jalan terpengaruh pula dampak krisis ekonomi yang

ditunjukan permasalahan kinerja jalan yang belum memadai dibandingkan kebutuhan

adanya infrastruktur jalan yang efisien untuk mendorong pemulihan ekonomi.

Menurut Laporan Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan

Daerah, Dep. Kimpraswil (2009) penurunan pelayanan jalan antar kota dan jalan

perkotaan ditandai dengan masing-masing sekitar 15% Jalan Nasional, 28% Jalan

Provinsi, dan 50% Jalan Kabupaten dan Kota dalam keadaan rusak, disamping belum

sepenuhnya dapat melayani kawasan-kawasan tertinggal/terisolir termasuk kawasan

perbatasan. Menghadapi permasalahan tersebut, sektor infrastruktur dituntut agar

makin mampu berperan mendukung pergerakan orang, barang, dan jasa nasional

(21)

Fenomena ini juga terlihat melalui berbagai pemberitaan media dalam kurun

waktu beberapa tahun terakhir. Keberadaan fenomena keberadaan ruas jalan Binjai –

Medan yang senantiasa diwarnai kemacetan tentunya akan membawa dampak yang

tidak baik bagi perkembangan wilayah Kota Binjai sendiri. Terdapat banyak aktivitas

perekonomian masyarakat yang senantiasa menghadapi gangguan dari segi

kemacetan tersebut yang semakin diperburuk oleh adanya kegiatan masyarakat

tertentu. Misalnya Fenomena ini justru lebih jelas terlihat di waktu bulan ramadhan

tiba hingga beberapa hari menjelang Lebaran. Arus lalu lintas di inti Kota Binjai

mulai terganggu, karena macet. Kemacetan arus lalu lintas terjadi di Jalan Sudirman

(Jalan Medan Binjai), Jalan A Yani, Jalan Bangkatan dan Jalan Wahidin. Penyebab

kemacetan arus lintas di ruas Jalan tersebut tepatnya di bawah akibat badan jalan

dijadikan tempat menjajakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa. Jalan dua

arus itu menjadi macet karena sudah menyempit akibat banyaknya pedagang

musiman. Penyebab lainnya seperti parkir berlapis kendaraan roda dua tepat di depan

Pusat Perbelanjaan Ramayana Binjai Kota. Toserba Ramayana Binjai yang setiap hari

ramai diserbu pembeli tetapi belum memiliki lokasi parkir sendiri, sehingga

pengunjung terpaksa memarkirkan sepeda motornya sampai memakan separuh badan

jalan umum dan belum lagi parkir betor yang menanti penumpang

Februari 2011).

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya

(22)

jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak

seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Jika fenomena tersebut

terus dijumpai sebagaimana warna aktivitas masyarakat sehari-hari, maka akan

memberikan dampak gangguan yang signifikan bagi upaya pengembangan wilayah

Kota Binjai.

Dengan demikian, dalam perekonomian global yang diwarnai liberalisasi

perdagangan dan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA, APEC, WTO,

serta makin berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi,

menyebabkan sektor infrastruktur dihadapkan pula pada tuntutan besar akan

kecepatan, keandalan, efisiensi, dan daya saing yang tinggi. Dalam dunia yang makin

menyatu, jaringan fisik dan pelayanan infrastruktur nasional merupakan sub sistem

dari jaringan pelayanan regional dan global.

Konsep pembangunan yang akan menjawab berbagai tuntutan dan tantangan

di masa depan tersebut, tentunya telah mulai dipikirkan oleh banyak kalangan

khususnya para ahli perencanaan regional (regional planning), yang tentunya lebih

menkankan pertumbuhan yang seimbang antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga akan membutuhkan

beberapa hal penting berkaitan dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam

pembangunan wilayah. Dengan demikian proyek pembangunan yang juga meliputi

pemeliharaan jalan akses tersebut dapat bersinergi dengan tujuan membangun

(23)

lebih besar karena akses pada jalan tersebut merupakan jalur yang senantiasa padat.

Sinergitas yang ada akan memperbaiki kondisi perekonomian wilayah serta beberapa

aspek sosial dan kemudahan lainnya.

Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat

vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan

pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah

yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni

antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan

keberadaan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan

multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya.

Lebih dari itu, pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga sebagai prasarana

transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu. Bentuk

jalan non- tol yang telah dilaksanakan benar-benar akan memberikan pelayanan dan

manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas

manusia, barang dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing daerah

melalui perubahan pencaharian dan pola pendapatan masyarakat di sekitar jalur jalan

tersebut. Adapun motif tersebut menjadi fokus permasalahan yang akan ditelaah lebih

mendalam dan eksplanatif dalam penelitian ini.

Meski demikian harapan idealnya, namun pembangunan ruas jalan

Medan-Binjai tidak terlepas dari problem dan permasalahan yang senantiasa mewarnai

seperti keruwetan dan kepadatan pada jam-jam tertentu. Hal ini sesuai dengan adanya

(24)

WIB) bahwa frekwensi dan kepadatan ruas jalan Medan-Binjai pada tahun 2011

masih akan terus mengalami peningkatan yang tajam seiring dengan pertumbuhan

kendaraan bermotor baik pribadi maupun non pribadi. Kondisi ini dikhawatirkan akan

membawa dampak yang kontradiktif khususnya dalam mencapai cita-cita

memperbaiki aspek perekonomian sebagai dampak dari kekurangnyamanan yang

timbul di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai tersebut.

Dengan kata lain terdapat penundaan dalam hal percepatan pembangunan di

wilayah sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Salah satu wilayah yang terkena dampaknya

yakni masyarakat yang berdomisili di Kota Binjai yang dilintasi ruas jalan

Medan-Binjai. Kehadiran hambatan yang disampaikan tersebut cukup memberikan

penundaan akses karena harapan masyarakat yang cukup besar. Dengan demikian ide

dan penjelasan yang akan dihasilkan melalui tulisan ilmiah ini juga akan memberikan

kajian yang cukup baik bagi rencana dan upaya yang akan dipertimbangkan di waktu

yang akan datang. Sehingga meski pembangunan ruas jalan Medan-Binjai tersebut

menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, manfaat yang diharapkan masih dapat

dipersiapkan mulai saat ini. Dengan kata lain pembangunan wilayah di sekitar ruas

jalan Medan-Binjai tetap terjaga sustainibilitasnya.

Berdasarkan penejelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai

“Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah”

dengan fokus penelitian untuk mengetahui variabel pembangunan ruas jalan yang

(25)

terhadap variable pengembangan wilayah yaitu kesejahteraan masyarakat di

sepanjang ruas jalan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat

dirumuskan permasalan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat

yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?

2. Apakah ada pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat

yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?

3. Apakah ada pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di

Kota Binjai?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan

demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada

di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

2. Pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada

di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai dalam kerangka pengembangan wilayah di

(26)

3. Pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap kesejahteraan

masyarakat yang berada di sepanjang jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun kehadiran hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Secara Praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi

instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan khususnya di bidang Pembangunan

Wilayah yang dilalui ruas jalan Medan-Binjai.

2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai dimensi

keilmuan yang harus diperhatikan berkaitan dengan peningkatan mutu dan

kualitas pelayanan ruas jalam Medan Binjai dalam konteks Pembangunan

Wilayah yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan pendukung untuk kegiatan penelitian yang sama atau penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu

pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas

keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat

keputusan pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama

adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang

difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya.

Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan

pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial. Makna yang kedua

lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian

perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya

diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi

yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen

masyarakat (Hadi, 2000).

Adapun menurut (Supardi, 1994) pembangunan adalah suatu proses sosial

yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun

perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam

pelaksanaannya, proses pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi

(28)

modal, seperti sumer daya alam, sumber daya manusia, sumber keuangan,

permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan.

Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, dapat timbul efek samping berupa

produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan

lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung membahayakan tercapainya

tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi, sosial dan

ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya bahwa pembangunan

hendaknya bersifat terpadu antara segi ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan

menggunakan ekologi dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan

mutu pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh aktivitas

pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam lingkungan yang lebih luas.

Adapun pembangunan menurut (Tjahja, 2000) adalah perubahan yang terencana dari

situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep

pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan

merupakan suatu konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai kecenderungan untuk

merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu

pendekatan masyarakat dititik beratkan pada lingkungan social ekonomi yang

bercirikan:

1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok

(29)

2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti terwujudnya

pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.

3. Pembangunan yang di orientasikan kepada masyarakat melalui pengembangan

sumber daya manusia.

2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan

Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan berdampak pada aspek

Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan tanah. Semua itu akan memberikan

dampak pada aspek sosial, baik perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif.

Namun sebagian besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam

dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif (Reksohadiprodjo,

1997).

Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia sebagai makhluk

yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi penyesuaian diri. Reaksi tersebut

diawali dengan stress yang mana aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana

lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau

kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam menghadapi

stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang kedua adalah penyesuaian

mental. Migrasi atau berpindah tempat adalah contoh tindakan langsung akibat

perubahan lingkungan, (www.detikcom, 27 Januari 2008).

Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu masyarakat

(30)

berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan gambaran mengenai tingkat

pendapatan masyarakat, jenis atau keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek

perumahan serta hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok

masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi seseorang

dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan, jumlah pendapatan yang

diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni, pendidikan formal, pemilikan barang dan

pemilikan rumah. Berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir pantai yang

didominasi oleh masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa

permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi tingkat

pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja masyarakat dalam melakukan

aktivitas sehari-hari.

Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan pesisir sebagai

daerah pengembangan yang baru tampak semakin besar. Hal ini oleh karena daerah

pesisir relatif datar, harga lahannya masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan

laut, sehingga perubahan lingkungan pantai akibat kegiatan pembangunan akan

berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak

langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan tersebut mempengaruhi perilaku

masyarakat yang berakibat pada menurunnya pendapatan mereka.

Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk merupakan

dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985) pendekatan sosial ekonomi

(31)

1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program percepatan

pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara langsung atau tidak oleh

masyarakat.

2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya secara langsung

menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya: Gizi, kesehatan, kebersihan,

pendidikan, dll.

3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan

mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan masyarakat itu sendiri

serta membangun sesuai tujuan yang mereka kehendaki.

Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa pembangunan

kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang bernilai positif maupun negatif.

Berbagai masalah kota muncul seperti kemiskinan akibat terbatasnya mata

pencaharian dan tingkat pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap

produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap sumber daya

manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat terhadap daya dukung kota.

Pembangunan kota seperti reklamasi pantai yang dilakukan di kota Manado

menurut Lumain (2003) memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif

masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih pekerjaan dari

nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan

pendapatannya cenderung menurun setelah adanya reklamasi pantai, harga rumah

penduduk lebih tinggi dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan

(32)

2.3. Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu

ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik,

sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan

ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek administratif dan atau aspek fungsional.

Secara administrasi wilayah atau daerah adalah suatu ruang yang dibatasi oleh

batas administrasi tertentu seperti wilayah provinsi, kabupaten, kota dan sebagainya.

Secara fungsional wilayah bermakna kawasan seperti kawasan lindung, kawasan

budidaya, kawasan pertanian, kawasan perumahan dan lain-lain. Dalam penelitian ini

pengertian wilayah pesisir menggunakan kriteria administratif dan juga sosial

ekonomi. Menurut Soetomo (2002) dalam rangka perencanaan pengembangan

wilayah sering digunakan kriteria administrasi, penggunaan kriteria administrasi

dilakukan berdasarkan harapan akan adanya paling tidak dua keuntungan yakni;

pertama, dalam melakukan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah,

diperlukan tindakan beberapa lembaga pemerintah, oleh sebab itu akan lebih praktis

apabila pembagian daerah didasarkan atas satuan administrasi yang ada. Kedua,

analisis akan lebih mudah dilakukan karena pada umumnya data yang dibutuhkan

tersedia pada tingkat satuan adminitratif ini. Dan menurut Soetomo dalam kajian

pengembangan wilayah akan lebih ideal lagi jika kriteria administrasi dipadu dengan

(33)

Upaya untuk mengembangkan dan membangun satuan ruang yang disebut

daerah atau wilayah tadi kemudian disebut sebagai pembangunan daerah atau

pengembangan wilayah. Pengertian pembangunan daerah ini dapat dibedakan dalam

dua versi. Pertama, digunakan untuk menyatakan adanya berbagai aktivitas

pembangunan yang ada dalam suatu daerah. Barangkali pengertian pertama ini lebih

tepat disebut sebagai pembangunan di daerah. Pengertian kedua, pembangunan

daerah sebagai bagian dari pembangunan dari suatu Negara, yang berorientasi pada

pengembangan suatu satuan ruang tertentu. Pengertian yang kedua ini lebih tepat

disebut sebagai pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah.

Pembangunan regional atau pengembangan wilayah pada dasarnya identik

dengan gagasan desentralisasi pembangunan, atau pemerataan pembangunan. Bagian

masyarakat yang belum cukup beruntung dapat menerima hasil-hasilnya. Dengan

kata lain, gagasan ini juga berarti merupakan upaya untuk mendistribusikan

pembangunan dan hasil-hasilnya kepada daerah, yang karena berbagai kesenjangan

tertentu belum mampu memanfaatkan berbagai kesempatan yang terbuka dari proses

yang terjadi di daerah lain atau secara nasional.

Salah satu komponen yang penting dalam upaya pembangunan itu adalah

potensi dan daya dukung secara regional. Daya dukung yang ada dalam bentuk

kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia boleh jadi tidak berarti tanpa

pengembangan potensi tersebut secara tepat. Oleh karena itu perlu dibina dan

dikembangkan daya dukung itu untuk mempercepat proses teciptanya sosok manusia

(34)

Pembangunan wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sandy

(1982) menyatakan sebenarnya letak kunci dari makna pembangunan wilayah itu,

yaitu membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di

daerah yang bersangkutan.

Tarigan (2008), menyebutkan bahwa pengembangan wilayah adalah seluruh

tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang

ada, untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik bagi

kepentingan masyarakat di wilayah itu khususnya dan dalam skala nasional pada

umumnya.

Menurut Nachrowi (2001), dalam pengembangan wilayah ada tiga komponen

wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

teknologi, yang selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Salah satu pilar

yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan

yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada.

Sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam proses pembangunan, dapat

sebagai obyek maupun subyek pembangunan.

Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk

disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan SDM berperan sebagai pelaku

pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku

pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu sesungguhnya

(35)

berorientasi kepada manusia (people center development), dimana manusia dipandang

sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.

Perreoux (2011) menekankan bahwa pengertian kutub pertumbuhan dalam

ruang ekonomi. Menurut Perreoux kutub sebagai sektor dalam ruang ekonomi, yakni:

sebagai medan kekuatan, ruang ekonomi mengandung pusat dan kutub-kutub yang

mempunyai kekuatan sentrifugal yang memancar ke sekeliling dan mempunyai

kekuatan sentripetal yang menarik sekitarnya ke pusat-pusat tersebut. Tiap pusat

merupakan pusat penarikan dan penolakan serta mempunyai medan sendiri dalam

suatu gugus medan pusat-pusat yang lain.

Penjelasan dari Perreoux tersebut dapat digambarkan dalam persaingan di

antara perusahaan-perusahaan yang sejenis, persaingan tersebut akan menciptakan

keadaan hanya perusahaan kuat saja yang dapat bertahan. Perusahaan yang menang

seleksi tersebut bias dianggap sebagai perusahaan pendorong, dan bila perusahan itu

meningkatkan produksinya maka akan dapat menularkan ke perusahaan-perusahaan

lain. Akibat efek penularan terhadap perusahaan lain itulah, maka perusahaan

pendorong ini disebut sebagai perusahaan utama.

Pengertian kutub pertumbuhan didasarkan pada teori keseimbangan. Teori

keseimbangan ini menyadari bahwa seluruh produksi bukan hanya merupakan

penjumlahan produksi dari tiap perusahaan dalam suatu matriks, tetapi juga

merupakan fungsi pengaruh produksi perusahaan tertentu yang ditimbulkan oleh arus

masukan-keluaran (input-output) antara perusahaan ini dengan

(36)

menciptakan hubungan ketergantungan dan ini akan tumbuh terus. Dalam kerangka

pemikiran ini, dia mengabaikan pengertian ruang geografis.

Myrdal (2011) mengemukakan konsep “spread-back wash effects”. Konsep

ini mengandung pengertian pemencaran (penyebaran) atau penetesan dan pengertian

penarikan atau pengumpulan (polarisasi) yang terjadi di antara kutub pertumbuhan

dan wilayah pengaruhnya (hinterland). Konsep ini mengharapkan adanya imbasan ke

daerah sekitar titik pertumbuhan yang akan menanggulangi masalah-masalah di

daerah terbelakang. Namun pada kenyataannya pelaksanaan konsep ini kurang

memuaskan karena “spread effects” dari kutub pertumbuhan biasanya lebih kecil dari

pada “back wash effects”. Pada akhirnya hal ini akan memberikan hasil yang negatif

bagi “hinterland-nya”.

Friedman mengemukakan padangan bahwa pembangunan harus dipandang

sebagai proses inovasi yang diskontinyu –tetapi kumulatif- yang berasal dari

sejumlah kecil pusat, serta perubahan yang terletak pada titik-titik interaksi yang

mempunyai potensi tertinggi.

Sehubungan dengan peranan inti dalam pembangunan spasial, setidaknya

terdapat lima hal yang penting untuk dijelaskan:

1) daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah di sekitarnya

melalui sistem suplai, pasar, dan daerah administratif

2) daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan inovasi ke daerah-daerah

(37)

3) sampai sutu titik tertentu cirri-ciri “self reinforcing”pertumbuhan daerah inti

mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial.

4) dalam suatu sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan

kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi karakteristiknya secara

terperinci.

5) kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial dengan

cara mengembangkan pertukaran informasi.

Friedman menganjurkan pemebntukan geografis atau kota lading. Tujuannya

adalah mencegah perpindahan penduduk desa ke kota besar.

Boudeville (2011) telah menjelaskan perluasan pengertian kutub pertumbuhan

terutama dalam pengertian dimensi geografis: adalah lebih baik menggambarkan

kutub-kutub sebagai aglomerasi kegiatan-kegiatan secara geografis dari suatu

kompleks sistem daripada berbagai sektor yang berbeda dari matriks nasional. Secara

singkat kutub poertumbuhan akan tampil sebagai kota-kota yang memiliki suatu

kompleks industri pendorong.

Namun yang menjadi masalah adalah ukuran bagi kota-kota tersebut yang

mengalami perluasan kota, masalah harga lahan, teknologi dan fasilitas transportasi

serta jaringan komunikasi, fasilitas pelayanan sosial tata guna lahan, dan lain

sebagainya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan teori ambang batas

(threshold theory), yaitu melalui cara menyebarkan kota-kota dengan ukuran-ukuran

(38)

menata kembali kota-kota lama atau pun membangun kota-kota baru, terutama di

wilayah-wilayah yang kurang maju.

Hadjisaroso (2011) mengemukakan konsep simpul jasa distribusi, yaitu

menekankan pentingnya peranan pusat-pusat pertumbuhan yang kemudian

diidentifikasikan sebagai simpul-simpul jasa distribusi pada umumnya kota sedang-

untuk pengembangan wilayah berkaitan dengan pertumbuhan modal (SDM & SDA)

yang merupakan arus barang dan jasa (perdagangan) dengan alur dari bahan mentah,

pabrik, produksi dan konsumen.

Kriteria untuk menyatakan tingkat pertumbuhan di daerah adalah tingkat

kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, baik

kebutuhan hidup maupun kebutuhan melakukan kegiatan usaha. Adapun bentuk

kemudahannya berupa kemudahan-kemudahan jasa distribusi. Sedangkan kota-kota

yang merupakan pusat kegiatan usaha distribusi, disebut “simpul jasa distribusi”. Jadi

jasa distribusi merupakan kegiatan penting dalam kehidupan manusia dan

pembangunan secara fisik, sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan

wilayah.

Berdasarkan dari uraian dan pengertian diatas maka nyata bahwa

pengembangan wilayah merupakan suatu upaya menterpadukan berbagai sumberdaya

dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang bertujuan pada pencapaian

(39)

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal

Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa sebagai

dasar penyelenggaraan pemerintah daerah dirasa sudah tidak sesuai dengan tuntutan

era reformasi (menampung dinamika perkembangan masyarakat), sehingga

diperlukan undang-undang baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh

tuntutan dan dinamika masyarakat. Akhirnya pada tahun 1999 muncul UU No.22

tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 (saat ini telah direvisi kembali menjadi UU

No.32 dan No. 34 Tahun 2004) mengenai prinsip pemberian otonomi pada daerah

dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada

daerah. Secara proporsional pemberian wewenang itu diwujudkan dalam pengaturan

pembagian dan pemanfaatan potensi nasional yang berkeadilan serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,

peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.

Seperti telah diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan

keanekaragaman potensi termasuk budaya, alam, dan lingkungan. Untuk itu jika

sebuah pengambangan wilayah akan dilaksanakan maka hendaknya memperhatikan

karakteristik dari masing-masing daerah tersebut. Namun sebelum itu semua

dilakukan, harus dibuat terlebih dulu perencanaan yang matang dan mapan serta

meikirkan dampak yang tidak diharapkan dengan adanya perkembangan tersebut.

(40)

Perkembangan Wilayah (P d d k )

Perkembangan kegiatan usaha dan sosial,budaya masyarakat

Perkembangan Kebutuhan Ruang

Perubahan Pola Tata Guna Lahan : Pertambahan bangunan

Peningkatan kebutuhan sarana pelayanan fisik

yang bersifat terpadu dan menyeluruh serta terdapat keterkaitan satu sama lain dalam

suatu sistem yang seimbang.

Perencanaan yang menyeluruh dan terpadu mencakup segi sosial, ekonomi,

dan fisik. Di dalam segi sosial menyangkut norma-norma termasuk moral masyarakat

yang terkait dengan pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Adapun segi

ekonomi menyangkut produksi berbagai sektor, pendapatan masyarakat,dan

ketenagakerjaan. Kemudian dari segi fisik berkenaan dengan segi-segi geografis

daerah perencanaan. Dengan demikian antara segi fisik dan nonfisik (sosial ekonomi)

terdapat suatu keterkaitan. Hal ini bisa digambarkan dalam diagram berikut :

(41)

Perencanaa n sosial budaya

Perencanaa n Ekonomi

Perencanaan Fisik dan Tata Ruang

Lingkungan yang Ideal Secara Menyeluruh dan Terpadu

Selanjutnya keterkaitan antara kedua aspek perencanaan tersebut dapat

dijelaskan sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik

Terjadinya pengembangan wilayah/daerah bisa jadi akibat pertambahan

penduduk. Jika suatu wilayah/daerah menunjukkan adanya pemekaran maka

diperlukan perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi munculnya

permasalahan utama, yaitu adanya ketimpangan. Untuk merencanakan pembangunan

dan pertumbuhan wilayah, dalam tulisan ini akan dipaparkan teori-teori yang

melandasi serta pengalaman negara lain yang menggunakan teori tersebut.

Permasalahan utama dalam suatu wilayah adalah ketimpangan, baik

antarwilayah maupun intrawilayah. Ketimpangan ini dapat ditinjau dari perbandingan

kemiskinan atau keterbelakangan suatu wilayah/daerah lainnya yang menunjukkan

perkembangan pesat. Ketimpangan selain mengenai kondisi antar wilayah juga dapat

(42)

kesempatan kerja, fasilitas pelayanan kebutuhan dasar, bahkan ketidakpuasan

kelompok etnik atau suku, kelompok minoritas, dan lain sebagainya. Sehingga

dengan begitu itu tujuan utama perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana

mengurangi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengintegrasikan dengan tata

ruang nasional, baik secara fungsional maupun secara territorial. Adapun teori-teori

perencanaan pengembangan wilayah yang dikemukakan berbagai ahli adalah sebagai

berikut.

2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai oleh meningkatnya

angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya angka

partisipasi sekolah, dan lain sebagainya. Dilihat dari aspek ekonomi Seperti

diungkapkan oleh Miraza (2005) bahwa pembangunan berdasarkan pendekatan

wilayah merupakan suatu aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah

dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam satu wilayah

mempunyai irama yang sama dan saling mendukung. Hal ini merupakan upaya untuk

mengantisipasi terpecahnya potensi ekonomi sebagai akibat dari perubahan struktur

yang ada. Ini semua dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari

(43)

manusia. Demikian juga dengan lokasi kegiatan dan akses keluar masuknya barang

dan jasa dari satu daerah ke daerah lainnya.

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah mempunyai pengaruh sangat

besar terhadap pemanfaatan sumber daya, yang mencakup sumber bahan baku dan

bahan makanan, tenaga kerja, transportasi, telekomunikasi, energi listrik, air bersih,

pusat perbelanjaan, kawasan permukiman, kawasan pendidikan, untuk daerah

Transportasi (Pembangunan Jalan).

Dalam Konteks Pengembangan Wilayah, Pembangunan ekonomi merupakan

salah satu bagian penting dari isu pembangunan nasional dengan tujuan akhir yakni

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan

masyarakat ditandai pula secara makro dengan semakin meningkatnya tingkat

pertumbuhan regional.

Peningkatan transportasi akan meningkatkan keunggulan kompetitif wilayah

karena barang dan orang dapat diangkut dengan lebih cepat dan murah. Sistem

transportasi yang efisien menurunkan biaya komoditi di pasar internasional sehingga.

daya saing produk eksport rneningkat. Ekspor secara langsung meningkatkan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga merniliki dampak multiplier pada sektor

non ekspor.

Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun

nasional. Hal ini akan meningkatkan PDRB secara langsung dan juga membuka

lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat. Peningkatan

(44)

pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi dan

lain-lain juga meningkat.

Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan

suatu daerah (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Artinya, infrastruktur jalan

merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam

menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan yang

lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang,

selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh

karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan

dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.

Selanjutnya pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh kesatuan wilayah

nasional sehingga menjangkau daerah-daerah terpencil. Pengadaan jalan tersebut

dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat

produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah

pemasaran. Selain upaya pembangunan jalan juga dilakukan penanganan jalan

dengan pemeliharaan rutin dan berkala yang ketiga upaya penanganan tersebut

ditujukan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan lancar dan mantap.

2.6. Penelitian Terdahulu

Wahyu (2010) melakukan penelitian yang cukup relevan dengan judul

penelitian yakni; Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi

(45)

Dalam penelitiannya beliau mendasarkan pada tujuan untuk mengidentifikasikan

karakteristik masyarakat Desa Gemahripah yang terkena pembangunan jalan tol,

menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap

petani dan bukan petani Desa Gemahripah dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial

dan aspek psikologis, dan menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi

pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa

Gemahripah. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa mayoritas umur masyarakat

dalam kategori produktif (76%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SD (54%),

jumlah anggota keluarga tergolong sedang, luas lahan tergolong sempit, mayoritas

pendapatan tergolong sedang, tingkat kekayaan tergolong sedang, interaksi

sosial/kekerabatan tergolong tinggi, penerimaan dan pelaksanaan adat istiadat dalam

kategori tinggi, total rata-rata potensi kehilangan pendapatan Rp 1.157.076, petani

menjadi bekerja di luar sektor pertanian sedangkan pekerjaan non petani tidak

berubah, total luas lahan rata-rata (sawah,pekarangan,tegalan) mengalami perubahan,

mayoritas masyarakat masih bingung pindah rumah/tempat tinggal, kecemasan

tergolong tinggi, keresahan tergolong tinggi, stres tergolong tinggi. Dari analisis (X²)

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan dari

pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, ada

perbedaan dampak sosial yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo Ngawi

terhadap masyarakat Desa Gemahripah, tidak ada perbedaan dampak psikologis yang

signifikan dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap masyarakat Desa

(46)

Selanjutnya Djuri (2000) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Pembangunan Jalan Lingkar Luar (outer ringroad) pada pengembangan Kota Medan.

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilakukan pada lokasi jalan

Ngumban Surbakti Kota Medan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa proses

pembangunan jalan lingkar luar (jalan Ngumban Surbakti) memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap pengembangan Kota Medan. Beberapa penjelasan hasil

analisis regresi linier menyimpulkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan

senantiasa berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Kota Medan

yang juga mencakup pendapatan perkapita masyarakat Kota Medan. Kondisi ini

justru didukung oleh semakin berkembangnya skala aktivitas perekonomian

masyarakat Kota Medan khususnya yang berada di sepanjang jalan lingkar luar Kota

Medan.

2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai

salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan

kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan

bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan

umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

(47)

Dengan demikian jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional

mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan

budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan

wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,

membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan

dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan

sasaran pembangunan nasional.

Berdasarkan pada deskripsi dan penjelasan pada bagian sebelumnya,

diperoleh penjelasan bahwa Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai akan

mempengaruhi aspek pengembangan wilayah khususnya dalam dimensi

perekonomian masyarakat di sekitarnya. Oleh karena demikian dapat disederhanakan

(48)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

1. Diduga keberadaan ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di

Kota Binjai.

2. Diduga kondisi fisik ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di

Kota Binjai.

3. Diduga kelancaran transportasi pada ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh

terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan

Medan-Binjai di Kota Medan-Binjai.

Keberadaan Ruas Jalan (X1)

Kondisi Fisik Ruas Jalan (X2)

Kelancaran Transportasi (X3)

Kesejahteraan Masyarakat di Sepanjang

R J l (Y)

Pembangunan Ruas Jalan Medan Bijnai

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kuantitatif,

dengan bentuk penelitian explanatory (penelitian penjelasan) dengan cara pendekatan

dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat di mana tiap subjek penelitian hanya

diukur sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel yang sama subjek

penelitian diamati pada waktu yang sama guna untuk menjawab suatu permasalahan

pada situasi sekarang yang hasilnya dipergunakan untuk perencanaan perbaikan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai yang masih

dalam cakupan Wilayah Administratif Kota Binjai. Pemilihan lokasi berdasarkan atas

pertimbangan bahwa pembangunan wilayah ini memiliki karakter yang spesifik yakni

dengan peluang dan tantangan yang cukup kompleks terutama kaitannya dengan

pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang merupakan salah satu isu

strategis di Provinsi Sumatera Utara.

Ruang lingkup penelitian terkonsentrasi pada pengamatan terhadap

Masyarakat yang ada di sepanjang jalan Medan Binjai. Adapun pembatasan ini

disusun atas dasar menyamakan persepsi bagi semua pihak yang akan memahami

(50)

sekitarnya. Sebagai gambaran lebih rinci sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

dapat dijelaskan melalui denah lokasi penelitian di bawah ini.

Gambar 3.1. Gambaran Area Lokasi Penelitian

Keterangan:

1. Jalan Medan-Binjai

2. Batas Kota Binjai dengan Kabupaten Deli Serdang 3. Tugu Kota

(51)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang

dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai

pengaruh pemanfaatan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan dan kelancaran transportasi

terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Binjai.

Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi

dan kondisi Kota Binjai, dalam hal ini infrastruktur jalan yang bersumber dari Kota

Binjai Dalam Angka.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat (Kepala Keluarga)

Kota Binjai yang berdomisili di sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Secara spesifik

fokus populasi ini merupakan masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan sepanjang

ruas jalan Medan-Binjai (dimulai dari Batas Kota Binjai hingga Batas Ruas jalan

dengan Pusat Kota Binjai) yakni berjarak sepanjang 22 Km.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili keberadaan

populasi dalam pengumpulan data serta dapat menggambarkan karakteristik populasi

secara keseluruhan. Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe

(Sugiono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian

sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang.

(52)

sebanyak 100 orang masyarakat (Kepala Keluarga), dengan pertimbangan telah

melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Sampel

responden diambil sebanyak 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kanan jalan

serta 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kiri ruas jalan Medan-Binjai

sebagaimana gambaran di atas.

Pada penelitian ini, pemilihan sampel responden dilakukan berdasarkan

metode Purposive Sampling. Penentuan sampel penelitian ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa keluarga yang berdomisili di sepanjang ruas jalan tersebut

merupakan pihak yang benar-benar memahami permasalahan yang akan diteliti

dengan tetap memperhatikan aspek biaya dan waktu yang tersedia.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Kuesioner penelitian yang mencakup daftar pertanyaan yang disusun

berdasarkan kriteria jawaban secara tertutup.

2. Studi Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data–data sekunder yang memiliki

relevasi terhadap penelitian ini.

Adapun untuk mengukur beberapa variabel yang diajukan dalam penelitian ini

digunakan teknik penentuan skor menurut skala yang digunakan oleh likert. Likert’s

Summated Ratings adalah metode pengukuran sikap yang banyak digunakan karena

(53)

Dalam keterkaitannya dengan pelaksanaan penelitian ini, maka pengukuran

jawaban responden diukur melalui langkah kerja sebagai berikut;

1. Menentukan sikap terhadap permasalahan apa yang akan diukur.

2. Menetukan dimensi yang ada dalam menyusun sikap tersebut.

Menurut Likert’s dimensi sikap adalah:

a. Cognitif Domain (Tahu/Tidak tahu)

b. Affective Domain (Perasaan terhadap sesuatu)

c. Conative Domain (Tendensi untuk bertingkah laku)

3. Menyusun pertanyaan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang

menyusun sikap dan akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya item antara

3 – 40 buah, untuk suatu sikap. Item yang disusun harus terdiri dari item positif

dan negatif. Item positif bila pertanyaan memberi isyarat mendukung

permasalahan yang sedang diteliti. Item negatif bila pertanyaan bertentangan

dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Likert tidak mengijinkan adanya

item yang bersifat netral serta item positif dan negatif dalam kuesioner harus

tersebar secara acak.

Dengan demikian terdapat pula beberapa asumsi mengenai penyusunan skala

ukuran jawaban responden sebagaimana telah dijelaskan yakni mencakup;

1) Asumsi utama yang mendasari LSR adanya sebuah kontinum.

2) Banyaknya alternatif jawaban untuk setiap item harus sama atau tetap dan

banyaknya pun harus sama agar mudah di jumlahkan.

(54)

Teknik penentuan skor yang digunakan berisikan skala ordinal, yaitu ukuran

yang diberikan pada objek pengamatan maupun pengertian tingkatan dari yang

terendah sampai yang tertinggi.

Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan kepada

responden, maka ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan sebagai berikut:

1) Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

2) Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

3) Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

4) Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

5) Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1

Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka untuk menguji analisis

regresi berganda maka skala tersebut harus dinaikkan dulu menjadi skala interval

dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau “Method of Succesive

Interval” dengan rumus sebagai berikut:

Langkah-langkahnya:

(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner

(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi

kumulatifnya.

Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =

(55)

(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi

kumulatif.

(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.

(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval.

(6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:

Y = Nilai Skala - [Nilai Skala Minimal] + 1

Sehingga Interval dari masing-masing katagori jawaban skala ordinal dapat

ditentukan dengan nilai skor pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban

Interval

Jawaban Katagori Jawaban

Skor Jawaban Ordinal 4,24 – 5,00

3,43 – 4,23 2,62 – 3,42 1,81 – 2,61 0,00 – 1,80

Sangat Setuju/Baik

Setuju/Baik

Ragu-ragu

Kurang Setuju/Baik Tidak Setuju/Baik

5 4 3 2 1 Sumber: Sugiyono, 2003

Berdasarkan pengkatagorian skala interval tersebut disusun kriteria penilaian

berdasarkan prosentasi sebagai berikut:

4,24

x 100% = 84,8 5

3,43

x 100% = 68,8 5

Gambar

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu
Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3.1. Gambaran Area Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian analisis genetik pada etnis Minangkabau dengan penanda tiga lokus DNA mikrosatelit menunjukkan bahwa dari 3 lokus tersebut baik digunakan dalam analisis DNA

Hasilnya berada pada daerah positif (kuat) karena pada interval > 3-4 yang berarti bahwa pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian Drilling

Pembuatan elektroda pembanding Ag/AgCl dengan variasi jenis membran yaitu membran poliisoprena, LDPE, kaolin, selulosa dan grafit telah dilakukan dengan ukuran yang

Sebagai badan pelaksana dalam pengelolaan limbah radioaktif, BAT AN dalam hal ini P2PLR (Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif) dengan fasilitas yang dimilikinya

Pola Asuh Orang Tua dalam Pembentukan Moral Anak (Studi Kasus di SDI Terpadu darl Falah dan MI Perguruan Mu’allimat Jombang). Penelitian ini bertujuan untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaturan dan pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum belum sepenuhnya memenuhi prinsip

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras

Tes Elektronik (E-test) materi perubahan lingkungan untuk mengukur kemampuan problem solving siswa kelas X SMA dinyatakan valid dengan mendapatkan skor 90,13%, reliabilitas