DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI
TESIS
Oleh
ANHAR SYAHPUTRA
097003028/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S
E K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA
DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascsarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANHAR SYAHPUTRA
097003028/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN – BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI
Nama Mahasiswa : Anhar Syahputra
Nomor Pokok :
097003028
Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedasaan
Menyetujui Komisi pembimbing
(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua
)
(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Jeluddin Daud, M.Eng Anggota Anggota
)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. licrer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal: 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
Anggata : 1. Ir. Supriadi, MS
2. Ir. Jeuluddin Daud, M.Eng
3. Kasyful Mahlli, SE, M.Si
DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI
ABSTRAK
Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan
multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah
yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.
THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY
ABSTRACT
Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis
The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah Kota Binjai” merupakan syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dan sekaligus Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Kasyful Mahalli SE., M.Si., dan Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
3. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
5. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.
6. Bapak Ir. Lauren Gultom, M.Eng Kepala Baidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara, yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan Studi dan penulisan tesis ini.
7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
8. Ayahanda (Alm) Harun Sirait dan Ibunda (Almh) Hj. Nurana Nasution yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Nina Novida Lubis, BA demikian pula kepada kedua putra-putri penulis Mhd. Rizky Ananda Noviansyah dan Nur Annisa Syahputri yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi dukungan dan semangat kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Medan, Agustus 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Anhar Syahputra lahir di Medan, 06 Desember 1965, dari pasangan (Alm)
Harun Sirait dengan (Almh) Hj. Nurana Nasution, dan merupakan anak ketujuh
dari delapan bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1980 di SD Perguruan
Baduasin Bersubsidi Medan. Pada tahun 1983 menyelesaikan pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Persatuan Amal Bakti (PAB) Medan
dan tahun 1986 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di
Perguruan Josua Medan. Kemudian pada tahun 1998 menyelesaikan Sarjana (S1)
Jurusan Sospol di Universitas Dharmawangsa Sumatera Utara, Medan.
Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Nina Novida Lubis, BA dan
dikarunia 2 (dua) orang putra putri: Mhd. Rizky Ananda Noviansyah, dan Annisa
Syahputri. Sejak tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September
2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Pembangunan ... 10
2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan . 12 2.3. Pengembangan Wilayah ... 15
2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal ... 22
2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah ... 25
2.6. Penelitian Terdahulu ... 27
2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29
2.8. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Bentuk Penelitian ... 32
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.4. Populasi dan Sampel ... 34
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 35
3.6. Uji Instrumen Penelitian ... 39
3.6.1. Uji Validitas Data ... 39
3.6.2. Uji Reliabilitas Data ... 40
3.6.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41
3.7. Analisis Data ... 42
3.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 42
3.7.2. Test Uji Goodness of Fit ... 43
3.8. Definisi dan Batasan Operasional ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1. Gambaran Umum Kota Binjai ... 46
4.1.1. Kondisi Geografis ... 46
4.1.2. Kondisi Pemerintahan ... 47
4.1.3. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja ... 47
4.1.4. Kondisi Sosial ... 48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
4.2.1. Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai ... 49
4.2.2. Kondisi Fisik di Ruas Jalan Medan-Binjai ... 52
4.2.3. Kondisi Transportasi di Ruas Jalan Medan-Binjai .. 54
4.2.4. Kesejahteraan Masyarakat... 58
4.3. Hasil Estimasi Model Penelitian ... 61
4.3.1. Keberadaan Ruas Jalan ... 63
4.3.2. Kondisi Fisik Ruas Jalan ... 64
4.3.3. Kelancaran Transportasi ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban ... 38
3.2. Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 41
3.3. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 42
3.4. Operasional Variabel Penelitian dan Indikator ... 45
4.1. Tanggapan Responden terhadap Keberadaan Ruas Jalan Medan-Binjai... 50
4.2. Tanggapan Responden terhadap Kondisi Fisik Ruas Jalan Medan-Binjai... 53
4.3. Tanggapan Responden terhadap Kelancaran Transportasi Jalan Medan-Binjai... 56
4.4. Tanggapan Responden terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Ruas Jalan Medan – Binjai ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 .
2.2 .
2.3 .
3.1 .
Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu …
Hubungan Fisik dan Non Fisik ……….
Kerangka Pemikiran Penelitian ……….
Gambaran Area Lokasi Penelitian ………
23
24
30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 72
2. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden ... 76
3. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden ... 79
4. Hasil Analisis Regresi Berganda Uji Interval ... 83
DAMPAK PEMBANGUNAN RUAS JALAN MEDAN-BINJAI TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BINJAI
ABSTRAK
Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan
multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Perumusan masalah
yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan, dan kelancaran transportasi terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai, dengan menggunakan analisis regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kondisi fisik ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. Kelancaran transportasi pola ruas jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.
THE IMPACT OF DEVELOPMENT ROADS SPACE MEDAN-BINJAI TO REGIONAL DEVELOPMENT IN BINJAI CITY
ABSTRACT
Construction of roads Medan-Binjai is a very vital as the main supporter of the dynamics and economic activity and regional development as well as a key supporting infrastructure for the region that it passes. The road infrastructure was also bring strategic benefits which include creating new jobs for the surrounding community, increased utilization of local resources and improve the real sector through the creation of multiplier effect for local community development. Formulation of the problem you want addressed in this study is whether there is the influence of space road existence, the physical condition of roads, and smooth transport for the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai, using multiple regression analysis
The results showed that the existence of roads space positive effect and significant on the welfare of society that are along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The physical condition of roads has positive and significant impact on the welfare of the people residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai. The smooth pattern of road transport has positive and significant impact on the welfare of the community residing along the roads in the city of Medan-Binjai Binjai.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat
berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan sarana fisik
dapat diartikan sebagai bangunan fisik untuk kepentingan dan keselamatan umum
seperti tenaga listrik, telekomunikasi, transportasi termasuk jalan, irigasi, air bersih
maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan
kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dapat ditunjukan
dengan indikasi bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur
yang berfungsi lebih baik, mempunyai tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik pula.
Infrastruktur dalam konteks ekonomi dikenal sebagai Social Overhead
Capital, untuk membedakannya dari sektor produksi langsung (Directly Productive
Activities), seringkali dilihat sebagai ‘perantara’ yang menghubungkan produksi
dengan konsumsi akhir, atau antara wilayah produksi dengan pusat pasar.
Infrastruktur yang lebih lengkap dan dapat berfungsi penuh di dalam sistem tersebut
dapat menekan biaya produksi, sehingga keberadaan infrastruktur dapat memberikan
gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat dan sekaligus mencerminkan
Pertumbuhan kota Binjai yang semakin pesat akibat faktor kedekatan lokasi
dengan kota Medan (sebagai hinterland Medan) mempunyai konsekuensi
bertambahnya kebutuhan akan prasarana dan sarana perkotaan, seperti air bersih,
drainase, saluran air kotor, perparkiran, listrik, persampahan, permukiman, fasilitas
sosial dan umum, jalan raya, dan lain-lain. Begitu juga, dengan penetapan kota Binjai
sebagai salah satu kota di kawasan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dengan
hirarki fungsional pusat pelayanan primer menyebabkan kota ini diarahkan sebagai
pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi provinsi Sumatera Utara (Bappedasu, 2009).
Untuk itu, agar kota mempunyai hubungan yang saling menguntungkan (kota
generatif) dengan daerah belakangnya maka kota tersebut harus mampu menjalankan
berbagai fungsinya sebagai pusat inclustri, perdagangan dan jasa, baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk daerah belakangnya yang bersifat saling menguntungkan atau
mengembangkan (Tarigan, 2005).
Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Binjai dengan
Kota Medan atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Medan-Binjai merupakan
salah satu upaya pengembangan akses masyarakat di Provinsi Sumatera Utara hingga
Provinsi Tetangganya seperti Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam perencanaannya.
Oleh karena demikian pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang telah
selesai beberapa tahun yang lalu tentunya akan senantiasa memberikan pelayanan
yang lebih berkesinambungan seperti menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat
menuju Kota Medan sebagai daerah core bagi Kota Binjai. Sehingga banyak
merasakan adanya perbaikan dan perubahan khususnya dalam dimensi pencaharian
yang akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat yang dalam konteks
penelitian ini tersebar disepanjang ruas jalan Medan-Binjai dan masih tercakup
dalam Wilayah Administratif Kota Binjai.
Namun di lain sisi, Krisis ekonomi yang disusul dengan krisis Global yang
berlangsung mulai pertengahan 1997 dan awal tahun 2007 telah melemahkan
produksi dan distribusi secara luas, sehingga menurunkan kemampuan pendanaan
pemerintah, swasta maupun masyarakat dan menelantarkan berbagai kegiatan
strategis. Meskipun telah dilakukan reformasi ekonomi, permasalahan yang dihadapi
belum pulih secara penuh,sesuai kondisi ekonomi seperti sebelum krisis. Infrastruktur
pendukungnya terutama jalan terpengaruh pula dampak krisis ekonomi yang
ditunjukan permasalahan kinerja jalan yang belum memadai dibandingkan kebutuhan
adanya infrastruktur jalan yang efisien untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Menurut Laporan Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan
Daerah, Dep. Kimpraswil (2009) penurunan pelayanan jalan antar kota dan jalan
perkotaan ditandai dengan masing-masing sekitar 15% Jalan Nasional, 28% Jalan
Provinsi, dan 50% Jalan Kabupaten dan Kota dalam keadaan rusak, disamping belum
sepenuhnya dapat melayani kawasan-kawasan tertinggal/terisolir termasuk kawasan
perbatasan. Menghadapi permasalahan tersebut, sektor infrastruktur dituntut agar
makin mampu berperan mendukung pergerakan orang, barang, dan jasa nasional
Fenomena ini juga terlihat melalui berbagai pemberitaan media dalam kurun
waktu beberapa tahun terakhir. Keberadaan fenomena keberadaan ruas jalan Binjai –
Medan yang senantiasa diwarnai kemacetan tentunya akan membawa dampak yang
tidak baik bagi perkembangan wilayah Kota Binjai sendiri. Terdapat banyak aktivitas
perekonomian masyarakat yang senantiasa menghadapi gangguan dari segi
kemacetan tersebut yang semakin diperburuk oleh adanya kegiatan masyarakat
tertentu. Misalnya Fenomena ini justru lebih jelas terlihat di waktu bulan ramadhan
tiba hingga beberapa hari menjelang Lebaran. Arus lalu lintas di inti Kota Binjai
mulai terganggu, karena macet. Kemacetan arus lalu lintas terjadi di Jalan Sudirman
(Jalan Medan Binjai), Jalan A Yani, Jalan Bangkatan dan Jalan Wahidin. Penyebab
kemacetan arus lintas di ruas Jalan tersebut tepatnya di bawah akibat badan jalan
dijadikan tempat menjajakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa. Jalan dua
arus itu menjadi macet karena sudah menyempit akibat banyaknya pedagang
musiman. Penyebab lainnya seperti parkir berlapis kendaraan roda dua tepat di depan
Pusat Perbelanjaan Ramayana Binjai Kota. Toserba Ramayana Binjai yang setiap hari
ramai diserbu pembeli tetapi belum memiliki lokasi parkir sendiri, sehingga
pengunjung terpaksa memarkirkan sepeda motornya sampai memakan separuh badan
jalan umum dan belum lagi parkir betor yang menanti penumpang
Februari 2011).
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya
jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak
mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak
seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Jika fenomena tersebut
terus dijumpai sebagaimana warna aktivitas masyarakat sehari-hari, maka akan
memberikan dampak gangguan yang signifikan bagi upaya pengembangan wilayah
Kota Binjai.
Dengan demikian, dalam perekonomian global yang diwarnai liberalisasi
perdagangan dan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA, APEC, WTO,
serta makin berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi,
menyebabkan sektor infrastruktur dihadapkan pula pada tuntutan besar akan
kecepatan, keandalan, efisiensi, dan daya saing yang tinggi. Dalam dunia yang makin
menyatu, jaringan fisik dan pelayanan infrastruktur nasional merupakan sub sistem
dari jaringan pelayanan regional dan global.
Konsep pembangunan yang akan menjawab berbagai tuntutan dan tantangan
di masa depan tersebut, tentunya telah mulai dipikirkan oleh banyak kalangan
khususnya para ahli perencanaan regional (regional planning), yang tentunya lebih
menkankan pertumbuhan yang seimbang antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga akan membutuhkan
beberapa hal penting berkaitan dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam
pembangunan wilayah. Dengan demikian proyek pembangunan yang juga meliputi
pemeliharaan jalan akses tersebut dapat bersinergi dengan tujuan membangun
lebih besar karena akses pada jalan tersebut merupakan jalur yang senantiasa padat.
Sinergitas yang ada akan memperbaiki kondisi perekonomian wilayah serta beberapa
aspek sosial dan kemudahan lainnya.
Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat
vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan
pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah
yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni
antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan
keberadaan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan
multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya.
Lebih dari itu, pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga sebagai prasarana
transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu. Bentuk
jalan non- tol yang telah dilaksanakan benar-benar akan memberikan pelayanan dan
manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas
manusia, barang dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing daerah
melalui perubahan pencaharian dan pola pendapatan masyarakat di sekitar jalur jalan
tersebut. Adapun motif tersebut menjadi fokus permasalahan yang akan ditelaah lebih
mendalam dan eksplanatif dalam penelitian ini.
Meski demikian harapan idealnya, namun pembangunan ruas jalan
Medan-Binjai tidak terlepas dari problem dan permasalahan yang senantiasa mewarnai
seperti keruwetan dan kepadatan pada jam-jam tertentu. Hal ini sesuai dengan adanya
WIB) bahwa frekwensi dan kepadatan ruas jalan Medan-Binjai pada tahun 2011
masih akan terus mengalami peningkatan yang tajam seiring dengan pertumbuhan
kendaraan bermotor baik pribadi maupun non pribadi. Kondisi ini dikhawatirkan akan
membawa dampak yang kontradiktif khususnya dalam mencapai cita-cita
memperbaiki aspek perekonomian sebagai dampak dari kekurangnyamanan yang
timbul di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai tersebut.
Dengan kata lain terdapat penundaan dalam hal percepatan pembangunan di
wilayah sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Salah satu wilayah yang terkena dampaknya
yakni masyarakat yang berdomisili di Kota Binjai yang dilintasi ruas jalan
Medan-Binjai. Kehadiran hambatan yang disampaikan tersebut cukup memberikan
penundaan akses karena harapan masyarakat yang cukup besar. Dengan demikian ide
dan penjelasan yang akan dihasilkan melalui tulisan ilmiah ini juga akan memberikan
kajian yang cukup baik bagi rencana dan upaya yang akan dipertimbangkan di waktu
yang akan datang. Sehingga meski pembangunan ruas jalan Medan-Binjai tersebut
menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, manfaat yang diharapkan masih dapat
dipersiapkan mulai saat ini. Dengan kata lain pembangunan wilayah di sekitar ruas
jalan Medan-Binjai tetap terjaga sustainibilitasnya.
Berdasarkan penejelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai
“Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah”
dengan fokus penelitian untuk mengetahui variabel pembangunan ruas jalan yang
terhadap variable pengembangan wilayah yaitu kesejahteraan masyarakat di
sepanjang ruas jalan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat
dirumuskan permasalan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat
yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?
2. Apakah ada pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat
yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?
3. Apakah ada pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap
kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di
Kota Binjai?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan
demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada
di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.
2. Pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada
di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai dalam kerangka pengembangan wilayah di
3. Pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap kesejahteraan
masyarakat yang berada di sepanjang jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun kehadiran hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat sebagai berikut:
1. Secara Praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi
instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan khususnya di bidang Pembangunan
Wilayah yang dilalui ruas jalan Medan-Binjai.
2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai dimensi
keilmuan yang harus diperhatikan berkaitan dengan peningkatan mutu dan
kualitas pelayanan ruas jalam Medan Binjai dalam konteks Pembangunan
Wilayah yang berkelanjutan.
3. Sebagai bahan pendukung untuk kegiatan penelitian yang sama atau penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan
Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu
pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas
keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat
keputusan pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama
adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang
difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya.
Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan
pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial. Makna yang kedua
lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian
perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya
diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi
yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen
masyarakat (Hadi, 2000).
Adapun menurut (Supardi, 1994) pembangunan adalah suatu proses sosial
yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun
perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam
pelaksanaannya, proses pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi
modal, seperti sumer daya alam, sumber daya manusia, sumber keuangan,
permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan.
Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, dapat timbul efek samping berupa
produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan
lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung membahayakan tercapainya
tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi, sosial dan
ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya bahwa pembangunan
hendaknya bersifat terpadu antara segi ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan
menggunakan ekologi dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan
mutu pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh aktivitas
pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam lingkungan yang lebih luas.
Adapun pembangunan menurut (Tjahja, 2000) adalah perubahan yang terencana dari
situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep
pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan
merupakan suatu konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai kecenderungan untuk
merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu
pendekatan masyarakat dititik beratkan pada lingkungan social ekonomi yang
bercirikan:
1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok
2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti terwujudnya
pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.
3. Pembangunan yang di orientasikan kepada masyarakat melalui pengembangan
sumber daya manusia.
2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan
Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan berdampak pada aspek
Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan tanah. Semua itu akan memberikan
dampak pada aspek sosial, baik perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif.
Namun sebagian besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam
dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif (Reksohadiprodjo,
1997).
Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia sebagai makhluk
yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi penyesuaian diri. Reaksi tersebut
diawali dengan stress yang mana aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana
lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau
kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam menghadapi
stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang kedua adalah penyesuaian
mental. Migrasi atau berpindah tempat adalah contoh tindakan langsung akibat
perubahan lingkungan, (www.detikcom, 27 Januari 2008).
Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu masyarakat
berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan gambaran mengenai tingkat
pendapatan masyarakat, jenis atau keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek
perumahan serta hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi seseorang
dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan, jumlah pendapatan yang
diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni, pendidikan formal, pemilikan barang dan
pemilikan rumah. Berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir pantai yang
didominasi oleh masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa
permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi tingkat
pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan pesisir sebagai
daerah pengembangan yang baru tampak semakin besar. Hal ini oleh karena daerah
pesisir relatif datar, harga lahannya masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan
laut, sehingga perubahan lingkungan pantai akibat kegiatan pembangunan akan
berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak
langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan tersebut mempengaruhi perilaku
masyarakat yang berakibat pada menurunnya pendapatan mereka.
Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk merupakan
dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985) pendekatan sosial ekonomi
1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program percepatan
pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara langsung atau tidak oleh
masyarakat.
2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya secara langsung
menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya: Gizi, kesehatan, kebersihan,
pendidikan, dll.
3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan masyarakat itu sendiri
serta membangun sesuai tujuan yang mereka kehendaki.
Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa pembangunan
kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang bernilai positif maupun negatif.
Berbagai masalah kota muncul seperti kemiskinan akibat terbatasnya mata
pencaharian dan tingkat pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap
produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap sumber daya
manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat terhadap daya dukung kota.
Pembangunan kota seperti reklamasi pantai yang dilakukan di kota Manado
menurut Lumain (2003) memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif
masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih pekerjaan dari
nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan
pendapatannya cenderung menurun setelah adanya reklamasi pantai, harga rumah
penduduk lebih tinggi dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan
2.3. Pengembangan Wilayah
Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu
ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik,
sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Secara administrasi wilayah atau daerah adalah suatu ruang yang dibatasi oleh
batas administrasi tertentu seperti wilayah provinsi, kabupaten, kota dan sebagainya.
Secara fungsional wilayah bermakna kawasan seperti kawasan lindung, kawasan
budidaya, kawasan pertanian, kawasan perumahan dan lain-lain. Dalam penelitian ini
pengertian wilayah pesisir menggunakan kriteria administratif dan juga sosial
ekonomi. Menurut Soetomo (2002) dalam rangka perencanaan pengembangan
wilayah sering digunakan kriteria administrasi, penggunaan kriteria administrasi
dilakukan berdasarkan harapan akan adanya paling tidak dua keuntungan yakni;
pertama, dalam melakukan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah,
diperlukan tindakan beberapa lembaga pemerintah, oleh sebab itu akan lebih praktis
apabila pembagian daerah didasarkan atas satuan administrasi yang ada. Kedua,
analisis akan lebih mudah dilakukan karena pada umumnya data yang dibutuhkan
tersedia pada tingkat satuan adminitratif ini. Dan menurut Soetomo dalam kajian
pengembangan wilayah akan lebih ideal lagi jika kriteria administrasi dipadu dengan
Upaya untuk mengembangkan dan membangun satuan ruang yang disebut
daerah atau wilayah tadi kemudian disebut sebagai pembangunan daerah atau
pengembangan wilayah. Pengertian pembangunan daerah ini dapat dibedakan dalam
dua versi. Pertama, digunakan untuk menyatakan adanya berbagai aktivitas
pembangunan yang ada dalam suatu daerah. Barangkali pengertian pertama ini lebih
tepat disebut sebagai pembangunan di daerah. Pengertian kedua, pembangunan
daerah sebagai bagian dari pembangunan dari suatu Negara, yang berorientasi pada
pengembangan suatu satuan ruang tertentu. Pengertian yang kedua ini lebih tepat
disebut sebagai pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah.
Pembangunan regional atau pengembangan wilayah pada dasarnya identik
dengan gagasan desentralisasi pembangunan, atau pemerataan pembangunan. Bagian
masyarakat yang belum cukup beruntung dapat menerima hasil-hasilnya. Dengan
kata lain, gagasan ini juga berarti merupakan upaya untuk mendistribusikan
pembangunan dan hasil-hasilnya kepada daerah, yang karena berbagai kesenjangan
tertentu belum mampu memanfaatkan berbagai kesempatan yang terbuka dari proses
yang terjadi di daerah lain atau secara nasional.
Salah satu komponen yang penting dalam upaya pembangunan itu adalah
potensi dan daya dukung secara regional. Daya dukung yang ada dalam bentuk
kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia boleh jadi tidak berarti tanpa
pengembangan potensi tersebut secara tepat. Oleh karena itu perlu dibina dan
dikembangkan daya dukung itu untuk mempercepat proses teciptanya sosok manusia
Pembangunan wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sandy
(1982) menyatakan sebenarnya letak kunci dari makna pembangunan wilayah itu,
yaitu membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di
daerah yang bersangkutan.
Tarigan (2008), menyebutkan bahwa pengembangan wilayah adalah seluruh
tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang
ada, untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik bagi
kepentingan masyarakat di wilayah itu khususnya dan dalam skala nasional pada
umumnya.
Menurut Nachrowi (2001), dalam pengembangan wilayah ada tiga komponen
wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
teknologi, yang selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Salah satu pilar
yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan
yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada.
Sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam proses pembangunan, dapat
sebagai obyek maupun subyek pembangunan.
Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk
disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan SDM berperan sebagai pelaku
pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku
pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu sesungguhnya
berorientasi kepada manusia (people center development), dimana manusia dipandang
sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.
Perreoux (2011) menekankan bahwa pengertian kutub pertumbuhan dalam
ruang ekonomi. Menurut Perreoux kutub sebagai sektor dalam ruang ekonomi, yakni:
sebagai medan kekuatan, ruang ekonomi mengandung pusat dan kutub-kutub yang
mempunyai kekuatan sentrifugal yang memancar ke sekeliling dan mempunyai
kekuatan sentripetal yang menarik sekitarnya ke pusat-pusat tersebut. Tiap pusat
merupakan pusat penarikan dan penolakan serta mempunyai medan sendiri dalam
suatu gugus medan pusat-pusat yang lain.
Penjelasan dari Perreoux tersebut dapat digambarkan dalam persaingan di
antara perusahaan-perusahaan yang sejenis, persaingan tersebut akan menciptakan
keadaan hanya perusahaan kuat saja yang dapat bertahan. Perusahaan yang menang
seleksi tersebut bias dianggap sebagai perusahaan pendorong, dan bila perusahan itu
meningkatkan produksinya maka akan dapat menularkan ke perusahaan-perusahaan
lain. Akibat efek penularan terhadap perusahaan lain itulah, maka perusahaan
pendorong ini disebut sebagai perusahaan utama.
Pengertian kutub pertumbuhan didasarkan pada teori keseimbangan. Teori
keseimbangan ini menyadari bahwa seluruh produksi bukan hanya merupakan
penjumlahan produksi dari tiap perusahaan dalam suatu matriks, tetapi juga
merupakan fungsi pengaruh produksi perusahaan tertentu yang ditimbulkan oleh arus
masukan-keluaran (input-output) antara perusahaan ini dengan
menciptakan hubungan ketergantungan dan ini akan tumbuh terus. Dalam kerangka
pemikiran ini, dia mengabaikan pengertian ruang geografis.
Myrdal (2011) mengemukakan konsep “spread-back wash effects”. Konsep
ini mengandung pengertian pemencaran (penyebaran) atau penetesan dan pengertian
penarikan atau pengumpulan (polarisasi) yang terjadi di antara kutub pertumbuhan
dan wilayah pengaruhnya (hinterland). Konsep ini mengharapkan adanya imbasan ke
daerah sekitar titik pertumbuhan yang akan menanggulangi masalah-masalah di
daerah terbelakang. Namun pada kenyataannya pelaksanaan konsep ini kurang
memuaskan karena “spread effects” dari kutub pertumbuhan biasanya lebih kecil dari
pada “back wash effects”. Pada akhirnya hal ini akan memberikan hasil yang negatif
bagi “hinterland-nya”.
Friedman mengemukakan padangan bahwa pembangunan harus dipandang
sebagai proses inovasi yang diskontinyu –tetapi kumulatif- yang berasal dari
sejumlah kecil pusat, serta perubahan yang terletak pada titik-titik interaksi yang
mempunyai potensi tertinggi.
Sehubungan dengan peranan inti dalam pembangunan spasial, setidaknya
terdapat lima hal yang penting untuk dijelaskan:
1) daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah di sekitarnya
melalui sistem suplai, pasar, dan daerah administratif
2) daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan inovasi ke daerah-daerah
3) sampai sutu titik tertentu cirri-ciri “self reinforcing”pertumbuhan daerah inti
mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial.
4) dalam suatu sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan
kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi karakteristiknya secara
terperinci.
5) kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial dengan
cara mengembangkan pertukaran informasi.
Friedman menganjurkan pemebntukan geografis atau kota lading. Tujuannya
adalah mencegah perpindahan penduduk desa ke kota besar.
Boudeville (2011) telah menjelaskan perluasan pengertian kutub pertumbuhan
terutama dalam pengertian dimensi geografis: adalah lebih baik menggambarkan
kutub-kutub sebagai aglomerasi kegiatan-kegiatan secara geografis dari suatu
kompleks sistem daripada berbagai sektor yang berbeda dari matriks nasional. Secara
singkat kutub poertumbuhan akan tampil sebagai kota-kota yang memiliki suatu
kompleks industri pendorong.
Namun yang menjadi masalah adalah ukuran bagi kota-kota tersebut yang
mengalami perluasan kota, masalah harga lahan, teknologi dan fasilitas transportasi
serta jaringan komunikasi, fasilitas pelayanan sosial tata guna lahan, dan lain
sebagainya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan teori ambang batas
(threshold theory), yaitu melalui cara menyebarkan kota-kota dengan ukuran-ukuran
menata kembali kota-kota lama atau pun membangun kota-kota baru, terutama di
wilayah-wilayah yang kurang maju.
Hadjisaroso (2011) mengemukakan konsep simpul jasa distribusi, yaitu
menekankan pentingnya peranan pusat-pusat pertumbuhan yang kemudian
diidentifikasikan sebagai simpul-simpul jasa distribusi pada umumnya kota sedang-
untuk pengembangan wilayah berkaitan dengan pertumbuhan modal (SDM & SDA)
yang merupakan arus barang dan jasa (perdagangan) dengan alur dari bahan mentah,
pabrik, produksi dan konsumen.
Kriteria untuk menyatakan tingkat pertumbuhan di daerah adalah tingkat
kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, baik
kebutuhan hidup maupun kebutuhan melakukan kegiatan usaha. Adapun bentuk
kemudahannya berupa kemudahan-kemudahan jasa distribusi. Sedangkan kota-kota
yang merupakan pusat kegiatan usaha distribusi, disebut “simpul jasa distribusi”. Jadi
jasa distribusi merupakan kegiatan penting dalam kehidupan manusia dan
pembangunan secara fisik, sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan
wilayah.
Berdasarkan dari uraian dan pengertian diatas maka nyata bahwa
pengembangan wilayah merupakan suatu upaya menterpadukan berbagai sumberdaya
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang bertujuan pada pencapaian
2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal
Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa sebagai
dasar penyelenggaraan pemerintah daerah dirasa sudah tidak sesuai dengan tuntutan
era reformasi (menampung dinamika perkembangan masyarakat), sehingga
diperlukan undang-undang baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh
tuntutan dan dinamika masyarakat. Akhirnya pada tahun 1999 muncul UU No.22
tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 (saat ini telah direvisi kembali menjadi UU
No.32 dan No. 34 Tahun 2004) mengenai prinsip pemberian otonomi pada daerah
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada
daerah. Secara proporsional pemberian wewenang itu diwujudkan dalam pengaturan
pembagian dan pemanfaatan potensi nasional yang berkeadilan serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,
peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Seperti telah diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
keanekaragaman potensi termasuk budaya, alam, dan lingkungan. Untuk itu jika
sebuah pengambangan wilayah akan dilaksanakan maka hendaknya memperhatikan
karakteristik dari masing-masing daerah tersebut. Namun sebelum itu semua
dilakukan, harus dibuat terlebih dulu perencanaan yang matang dan mapan serta
meikirkan dampak yang tidak diharapkan dengan adanya perkembangan tersebut.
Perkembangan Wilayah (P d d k )
Perkembangan kegiatan usaha dan sosial,budaya masyarakat
Perkembangan Kebutuhan Ruang
Perubahan Pola Tata Guna Lahan : Pertambahan bangunan
Peningkatan kebutuhan sarana pelayanan fisik
yang bersifat terpadu dan menyeluruh serta terdapat keterkaitan satu sama lain dalam
suatu sistem yang seimbang.
Perencanaan yang menyeluruh dan terpadu mencakup segi sosial, ekonomi,
dan fisik. Di dalam segi sosial menyangkut norma-norma termasuk moral masyarakat
yang terkait dengan pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Adapun segi
ekonomi menyangkut produksi berbagai sektor, pendapatan masyarakat,dan
ketenagakerjaan. Kemudian dari segi fisik berkenaan dengan segi-segi geografis
daerah perencanaan. Dengan demikian antara segi fisik dan nonfisik (sosial ekonomi)
terdapat suatu keterkaitan. Hal ini bisa digambarkan dalam diagram berikut :
Perencanaa n sosial budaya
Perencanaa n Ekonomi
Perencanaan Fisik dan Tata Ruang
Lingkungan yang Ideal Secara Menyeluruh dan Terpadu
Selanjutnya keterkaitan antara kedua aspek perencanaan tersebut dapat
dijelaskan sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik
Terjadinya pengembangan wilayah/daerah bisa jadi akibat pertambahan
penduduk. Jika suatu wilayah/daerah menunjukkan adanya pemekaran maka
diperlukan perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi munculnya
permasalahan utama, yaitu adanya ketimpangan. Untuk merencanakan pembangunan
dan pertumbuhan wilayah, dalam tulisan ini akan dipaparkan teori-teori yang
melandasi serta pengalaman negara lain yang menggunakan teori tersebut.
Permasalahan utama dalam suatu wilayah adalah ketimpangan, baik
antarwilayah maupun intrawilayah. Ketimpangan ini dapat ditinjau dari perbandingan
kemiskinan atau keterbelakangan suatu wilayah/daerah lainnya yang menunjukkan
perkembangan pesat. Ketimpangan selain mengenai kondisi antar wilayah juga dapat
kesempatan kerja, fasilitas pelayanan kebutuhan dasar, bahkan ketidakpuasan
kelompok etnik atau suku, kelompok minoritas, dan lain sebagainya. Sehingga
dengan begitu itu tujuan utama perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana
mengurangi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengintegrasikan dengan tata
ruang nasional, baik secara fungsional maupun secara territorial. Adapun teori-teori
perencanaan pengembangan wilayah yang dikemukakan berbagai ahli adalah sebagai
berikut.
2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari
pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai oleh meningkatnya
angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya angka
partisipasi sekolah, dan lain sebagainya. Dilihat dari aspek ekonomi Seperti
diungkapkan oleh Miraza (2005) bahwa pembangunan berdasarkan pendekatan
wilayah merupakan suatu aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah
dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam satu wilayah
mempunyai irama yang sama dan saling mendukung. Hal ini merupakan upaya untuk
mengantisipasi terpecahnya potensi ekonomi sebagai akibat dari perubahan struktur
yang ada. Ini semua dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari
manusia. Demikian juga dengan lokasi kegiatan dan akses keluar masuknya barang
dan jasa dari satu daerah ke daerah lainnya.
Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap pemanfaatan sumber daya, yang mencakup sumber bahan baku dan
bahan makanan, tenaga kerja, transportasi, telekomunikasi, energi listrik, air bersih,
pusat perbelanjaan, kawasan permukiman, kawasan pendidikan, untuk daerah
Transportasi (Pembangunan Jalan).
Dalam Konteks Pengembangan Wilayah, Pembangunan ekonomi merupakan
salah satu bagian penting dari isu pembangunan nasional dengan tujuan akhir yakni
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat ditandai pula secara makro dengan semakin meningkatnya tingkat
pertumbuhan regional.
Peningkatan transportasi akan meningkatkan keunggulan kompetitif wilayah
karena barang dan orang dapat diangkut dengan lebih cepat dan murah. Sistem
transportasi yang efisien menurunkan biaya komoditi di pasar internasional sehingga.
daya saing produk eksport rneningkat. Ekspor secara langsung meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga merniliki dampak multiplier pada sektor
non ekspor.
Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun
nasional. Hal ini akan meningkatkan PDRB secara langsung dan juga membuka
lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat. Peningkatan
pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi dan
lain-lain juga meningkat.
Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan
suatu daerah (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Artinya, infrastruktur jalan
merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam
menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan yang
lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang,
selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan
dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.
Selanjutnya pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh kesatuan wilayah
nasional sehingga menjangkau daerah-daerah terpencil. Pengadaan jalan tersebut
dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat
produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah
pemasaran. Selain upaya pembangunan jalan juga dilakukan penanganan jalan
dengan pemeliharaan rutin dan berkala yang ketiga upaya penanganan tersebut
ditujukan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan lancar dan mantap.
2.6. Penelitian Terdahulu
Wahyu (2010) melakukan penelitian yang cukup relevan dengan judul
penelitian yakni; Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi
Dalam penelitiannya beliau mendasarkan pada tujuan untuk mengidentifikasikan
karakteristik masyarakat Desa Gemahripah yang terkena pembangunan jalan tol,
menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap
petani dan bukan petani Desa Gemahripah dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial
dan aspek psikologis, dan menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi
pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa
Gemahripah. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa mayoritas umur masyarakat
dalam kategori produktif (76%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SD (54%),
jumlah anggota keluarga tergolong sedang, luas lahan tergolong sempit, mayoritas
pendapatan tergolong sedang, tingkat kekayaan tergolong sedang, interaksi
sosial/kekerabatan tergolong tinggi, penerimaan dan pelaksanaan adat istiadat dalam
kategori tinggi, total rata-rata potensi kehilangan pendapatan Rp 1.157.076, petani
menjadi bekerja di luar sektor pertanian sedangkan pekerjaan non petani tidak
berubah, total luas lahan rata-rata (sawah,pekarangan,tegalan) mengalami perubahan,
mayoritas masyarakat masih bingung pindah rumah/tempat tinggal, kecemasan
tergolong tinggi, keresahan tergolong tinggi, stres tergolong tinggi. Dari analisis (X²)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan dari
pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, ada
perbedaan dampak sosial yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo Ngawi
terhadap masyarakat Desa Gemahripah, tidak ada perbedaan dampak psikologis yang
signifikan dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap masyarakat Desa
Selanjutnya Djuri (2000) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Pembangunan Jalan Lingkar Luar (outer ringroad) pada pengembangan Kota Medan.
Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilakukan pada lokasi jalan
Ngumban Surbakti Kota Medan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa proses
pembangunan jalan lingkar luar (jalan Ngumban Surbakti) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pengembangan Kota Medan. Beberapa penjelasan hasil
analisis regresi linier menyimpulkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan
senantiasa berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Kota Medan
yang juga mencakup pendapatan perkapita masyarakat Kota Medan. Kondisi ini
justru didukung oleh semakin berkembangnya skala aktivitas perekonomian
masyarakat Kota Medan khususnya yang berada di sepanjang jalan lingkar luar Kota
Medan.
2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian
Sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai
salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan
umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Dengan demikian jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan
wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,
membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan
dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan
sasaran pembangunan nasional.
Berdasarkan pada deskripsi dan penjelasan pada bagian sebelumnya,
diperoleh penjelasan bahwa Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai akan
mempengaruhi aspek pengembangan wilayah khususnya dalam dimensi
perekonomian masyarakat di sekitarnya. Oleh karena demikian dapat disederhanakan
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.8. Hipotesis Penelitian
1. Diduga keberadaan ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di
Kota Binjai.
2. Diduga kondisi fisik ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di
Kota Binjai.
3. Diduga kelancaran transportasi pada ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan
Medan-Binjai di Kota Medan-Binjai.
Keberadaan Ruas Jalan (X1)
Kondisi Fisik Ruas Jalan (X2)
Kelancaran Transportasi (X3)
Kesejahteraan Masyarakat di Sepanjang
R J l (Y)
Pembangunan Ruas Jalan Medan Bijnai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kuantitatif,
dengan bentuk penelitian explanatory (penelitian penjelasan) dengan cara pendekatan
dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat di mana tiap subjek penelitian hanya
diukur sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel yang sama subjek
penelitian diamati pada waktu yang sama guna untuk menjawab suatu permasalahan
pada situasi sekarang yang hasilnya dipergunakan untuk perencanaan perbaikan.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai yang masih
dalam cakupan Wilayah Administratif Kota Binjai. Pemilihan lokasi berdasarkan atas
pertimbangan bahwa pembangunan wilayah ini memiliki karakter yang spesifik yakni
dengan peluang dan tantangan yang cukup kompleks terutama kaitannya dengan
pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang merupakan salah satu isu
strategis di Provinsi Sumatera Utara.
Ruang lingkup penelitian terkonsentrasi pada pengamatan terhadap
Masyarakat yang ada di sepanjang jalan Medan Binjai. Adapun pembatasan ini
disusun atas dasar menyamakan persepsi bagi semua pihak yang akan memahami
sekitarnya. Sebagai gambaran lebih rinci sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini
dapat dijelaskan melalui denah lokasi penelitian di bawah ini.
Gambar 3.1. Gambaran Area Lokasi Penelitian
Keterangan:
1. Jalan Medan-Binjai
2. Batas Kota Binjai dengan Kabupaten Deli Serdang 3. Tugu Kota
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang
dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai
pengaruh pemanfaatan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan dan kelancaran transportasi
terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Binjai.
Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi
dan kondisi Kota Binjai, dalam hal ini infrastruktur jalan yang bersumber dari Kota
Binjai Dalam Angka.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat (Kepala Keluarga)
Kota Binjai yang berdomisili di sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Secara spesifik
fokus populasi ini merupakan masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan sepanjang
ruas jalan Medan-Binjai (dimulai dari Batas Kota Binjai hingga Batas Ruas jalan
dengan Pusat Kota Binjai) yakni berjarak sepanjang 22 Km.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili keberadaan
populasi dalam pengumpulan data serta dapat menggambarkan karakteristik populasi
secara keseluruhan. Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe
(Sugiono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian
sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang.
sebanyak 100 orang masyarakat (Kepala Keluarga), dengan pertimbangan telah
melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Sampel
responden diambil sebanyak 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kanan jalan
serta 50 kepala keluarga yang tinggal di sebelah kiri ruas jalan Medan-Binjai
sebagaimana gambaran di atas.
Pada penelitian ini, pemilihan sampel responden dilakukan berdasarkan
metode Purposive Sampling. Penentuan sampel penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa keluarga yang berdomisili di sepanjang ruas jalan tersebut
merupakan pihak yang benar-benar memahami permasalahan yang akan diteliti
dengan tetap memperhatikan aspek biaya dan waktu yang tersedia.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1. Kuesioner penelitian yang mencakup daftar pertanyaan yang disusun
berdasarkan kriteria jawaban secara tertutup.
2. Studi Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data–data sekunder yang memiliki
relevasi terhadap penelitian ini.
Adapun untuk mengukur beberapa variabel yang diajukan dalam penelitian ini
digunakan teknik penentuan skor menurut skala yang digunakan oleh likert. Likert’s
Summated Ratings adalah metode pengukuran sikap yang banyak digunakan karena
Dalam keterkaitannya dengan pelaksanaan penelitian ini, maka pengukuran
jawaban responden diukur melalui langkah kerja sebagai berikut;
1. Menentukan sikap terhadap permasalahan apa yang akan diukur.
2. Menetukan dimensi yang ada dalam menyusun sikap tersebut.
Menurut Likert’s dimensi sikap adalah:
a. Cognitif Domain (Tahu/Tidak tahu)
b. Affective Domain (Perasaan terhadap sesuatu)
c. Conative Domain (Tendensi untuk bertingkah laku)
3. Menyusun pertanyaan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang
menyusun sikap dan akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya item antara
3 – 40 buah, untuk suatu sikap. Item yang disusun harus terdiri dari item positif
dan negatif. Item positif bila pertanyaan memberi isyarat mendukung
permasalahan yang sedang diteliti. Item negatif bila pertanyaan bertentangan
dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Likert tidak mengijinkan adanya
item yang bersifat netral serta item positif dan negatif dalam kuesioner harus
tersebar secara acak.
Dengan demikian terdapat pula beberapa asumsi mengenai penyusunan skala
ukuran jawaban responden sebagaimana telah dijelaskan yakni mencakup;
1) Asumsi utama yang mendasari LSR adanya sebuah kontinum.
2) Banyaknya alternatif jawaban untuk setiap item harus sama atau tetap dan
banyaknya pun harus sama agar mudah di jumlahkan.
Teknik penentuan skor yang digunakan berisikan skala ordinal, yaitu ukuran
yang diberikan pada objek pengamatan maupun pengertian tingkatan dari yang
terendah sampai yang tertinggi.
Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan kepada
responden, maka ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan sebagai berikut:
1) Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5
2) Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4
3) Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3
4) Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2
5) Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1
Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka untuk menguji analisis
regresi berganda maka skala tersebut harus dinaikkan dulu menjadi skala interval
dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau “Method of Succesive
Interval” dengan rumus sebagai berikut:
Langkah-langkahnya:
(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner
(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi
kumulatifnya.
Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =
(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi
kumulatif.
(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval.
(6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:
Y = Nilai Skala - [Nilai Skala Minimal] + 1
Sehingga Interval dari masing-masing katagori jawaban skala ordinal dapat
ditentukan dengan nilai skor pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban
Interval
Jawaban Katagori Jawaban
Skor Jawaban Ordinal 4,24 – 5,00
3,43 – 4,23 2,62 – 3,42 1,81 – 2,61 0,00 – 1,80
Sangat Setuju/Baik
Setuju/Baik
Ragu-ragu
Kurang Setuju/Baik Tidak Setuju/Baik
5 4 3 2 1 Sumber: Sugiyono, 2003
Berdasarkan pengkatagorian skala interval tersebut disusun kriteria penilaian
berdasarkan prosentasi sebagai berikut:
4,24
x 100% = 84,8 5
3,43
x 100% = 68,8 5