• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara Didalam Ruangan Pabrik Dan Keluhan Kesehatan Di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur Ptpn Ii Tanjung Morawa Medan 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara Didalam Ruangan Pabrik Dan Keluhan Kesehatan Di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur Ptpn Ii Tanjung Morawa Medan 2010."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KARYAWAN PABRIK KARET TENTANG POLUSI UDARA DIDALAM RUANGAN PABRIK DAN KELUHAN KESEHATAN DI PABRIK KARET KEBUN LIMAU MUNGKUR PTPN II TANJUNG MORAWA TAHUN

2010 Oleh : NIM. 081000233

NURUL RAHMAH SIREGAR

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Nopember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi

NIP.196811011993032005 NIP.195804041987021001 dr. Surya Dharma, MPH

Penguji II Penguji III

dr. Devi Nuraini Santi, Mkes

NIP.197002191998022001 NIP. 196501091994032002 Dr. Irnawati M., MS

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KARYAWAN PABRIK KARET TENTANG POLUSI UDARA DIDALAM RUANGAN PABRIK DAN KELUHAN KESEHATAN DI

PABRIK KARET

KEBUN LIMAU MUNGKUR PTPN II TANJUNG MORAWA TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 081000233

NURUL RAHMAH SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain kedalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Pabrik kebun limau mungkur dalam proses pengolahannya menggunakan beberapa bahan kimia dan kayu bakar yang dapat mencemari udara.

Penelitian ini dilakaukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan di pabrik karet kebun limau mungkur.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif,yang dilakukan pada karyawan pabrik karet kebun limau mungkur yang berjumlah 20 orang. Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan dalam melakukan proses pengolahan getah karet.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 16 orang (80%), sebagian besar responden memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 orang (65%), dan sebagian besar responden memiliki tindakan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang (70%). Sementara itu seluruh responden mengalami keluhan kesehatan seperti mata perih dan mengalami anemia 19 orang (95%), gangguan pernapasan dan kulit terasa seperti terbakar 20 orang (100%).

Berdasarkan penelitian ini disarankan agar dilaksanakan pengawasan bagi para karyawan untuk menggunakan alat pelindungi diri agar dapat meminimalisasikan terjadinya gannguan kesehatan.

(4)

ABSTRACT

Air Pollution is the incoming of other component into the clean air that can be happened directly through human activity or indirectly through the effect of natural process so that the air quality falls down to a certain level.thuse for the environment cannot be functioned according to its usage. The Limau Mungkur plantation factory in its manufacturing process, uses chemicals and firewoods that are able to contaminated air.

This research is conducted to find out the knowledge, attitude and behavior of the employees of the rubber factory toward the air pollution inside the factory and the health disorder at the factory of Limau Mungkur plantation.

The type used in this research is descriptive research. The population of this research is the employees of the Limau Mungkur plantation factory. The respondents are twenty employees of the factory. The primary data of this research is a result of interview through questioners about the description of knowledge, attitude and behavior of rubber factory’s employees toward the air pollution inside the factory and health disorder during the manufacturing process of rubber.

The result of research indicates that the stage of respondent’s knowledge is fair. It is about sixteen respondents or eighty percents. The stage of respondent’s attitude is good. It is about thirteen respondents or sixty five percent. The stage of respondents behavior is fair. It is about fourteen respondents or seventy percents. Meanwhile, the entire respondents have a health disorder such as sore eyes. It is about nineteen respondent or ninety five percent. Anemia, nineteen respondent or ninety five percent. Respiratory disorder and burnt skin. It is about twenty respondent or one hundred percent

Based on the research, it is suggested that a supervision should be made for the employees to always use self protection appliances in order to minimalize the health disorder.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nurul Rahmah Siregar

Tempat /tanggal lahir : Medan, 18 September 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) orang

Alamat Rumah : JL. STM/ Suka Puri No. 36 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1990 – 1992 : TK. Permata Bunda Binjai 2. Tahun 1992 – 1998 : SD. Negeri 060812 Medan 3. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Swasta Al - Azhar Medan 4. Tahun 2001 – 2004 : SMU Al – Azhar Medan

5. Tahun 2004 – 2007 : D3 Keperawatan USU Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara Didalam Ruangan Pabrik Dan Keluhan Kesehatan Di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur Ptpn Ii Tanjung Morawa Medan 2010

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada Ir. Indra Chahaya S, Msi dan dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada : 1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan.

3. Prof.DR. Dra Ida Yustina, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan

5. Seluruh staf dan karyawan kebun Limau Mungkur PTPN II yang telah member izin kapada penulis

untuk melakukan penelitian pada pabrik karet.

6. Teristimewa untuk Kedua orang tua penulis dan keluarga yang telah memberikan dukungan,

(7)

7. Untuk para sahabat dan teman-teman yang telah setia memberikan motivasi dan agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini memberikan semangat dan manfaat bagi kita semua.

Medan, November 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. ... Latar Belakang ... 1

1.2. ... Rumusan Masalah ... 4

1.3. ... Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. ... Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1. Bagi Kebun Limau Mungkur ……… 5

1.4.2. Bagi Peneliti ………..……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Industri ... 7

2.1.1. Defenisi Industri ... 7

2.1.2. Jenis/Macam-Macam Industri ... 7

2.2. Karet ... 8

2.2.1 Jenis-Jenis Karet. ... 8

2.2.2. manfaat karet ... 11

2.2.3. proses pengolahan karet ... 12

2.2.4. bahan pencemaran udara ... 14

2.3. Polusi Udara ... 14

2.3.1. Defenisi Polusi Udara ... 14

2.3.2. Klasifikasi Bahan Pencemar Di Udara ... 15

2.3.3. Sumber Bahan Pencemara Di Udara ... 16

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 17

(9)

2.3.7. Indikator Pencemaran Udara ... 24

2.3.8. Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian ... 25

2.4. Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet ... 26

2.4.1. Ammonia (NH3 2.4.2. Asam Asetat/ Asam Cuka ... 30

) ... 26

2.4.3. bahan bakar kayu ... 33

2.5. Alat Pelindung Diri (APD) di Dalam Pabrik Karet ... 34

2.5.1. Defenisi APD ... 34

2.5.2. Syarat-Syarat APD ... 35

2.5.3. Alat Pelindu ng Diri (APD) di Dalam Pabrik Karet ... 35

2.6. Konsep Perilaku ... 36

2.6.1. Batasan Perilaku ... 36

2.6.2. Perilaku Kesehatan ... 37

2.6.3. Domain Perilaku ... 38

2.7. Kerangka Konsep ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian ... 44

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2. Waktu Penelitian ... 44

3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1. Data Primer ... 45

3.4.2. Data Sekunder ... 45

3.5. Defenisi Operasional ... 45

3.6. Aspek Pengukuran ... 46

3.7. Teknik Pengolahan Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 51

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

4.1.2. Struktur Organisasi ... 52

4.2. Data Umum Responden ... 53

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 53

4.3. Data Perilaku Responden ... 54

4.3.1. Pengetahuan Responden ... 54

4.3.2. Sikap Responden ... 56

4.3.3. Tindakan Responden ... 58

4.4. Hasil Penilaian Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan ... 60

4.5. Hasil Penilaian Keluhan Kesehatan Karyawan Pabrik Karet ... 61

4.6. Tabulasi Silang ... 62

(10)

5.1. Karakteristik Responden ... 64

5.2. Pengetahuan Responden Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik karet ... 64

5.3. Sikap Responden Tentang Polusi Udra Di Dalam Ruangan Pabrik Karet ... 66

5.4. Tindakan responden terhadap polusi udara di dalam ruangan Pabrik karet ... 68

5.5. Keluhan Kesehatan ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sumber Bahan Pencemar Yang Menghasilkan Bahan Pencemar

Udara……… 17

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik pada Karyawan Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II

Tanjung Morawa Medan 2010 .………. 53

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet pada

Karyawan Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II

Tanjung Morawa Medan 2010 ..………. 55

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet pada Karyawan Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur PTPN II Tanjung Morawa Medan

2010…..……….. 57

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet pada Karyawan Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II Tanjung Morawa

Medan 2010……….. 59

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur

Tanjung Morawa Medan 2010………... 60

(12)

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Responden Terhadap Tindakan Responden Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan pada

Karyawan Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II

Tanjung Morawa Medan 2010……… 62

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Antara Sikap Responden Terhadap Tindakan Responden Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan pada Karyawan Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Dan Keluhan Kesehatan Di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur PTPN II Tanjung Morawa Medan 2010 Lampiran 2. Master data Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang

Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Dan Keluhan Kesehatan Di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur PTPN II Tanjung Morawa Medan 2010

(14)

ABSTRAK

Polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain kedalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Pabrik kebun limau mungkur dalam proses pengolahannya menggunakan beberapa bahan kimia dan kayu bakar yang dapat mencemari udara.

Penelitian ini dilakaukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan di pabrik karet kebun limau mungkur.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif,yang dilakukan pada karyawan pabrik karet kebun limau mungkur yang berjumlah 20 orang. Data primer dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan dalam melakukan proses pengolahan getah karet.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 16 orang (80%), sebagian besar responden memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 orang (65%), dan sebagian besar responden memiliki tindakan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang (70%). Sementara itu seluruh responden mengalami keluhan kesehatan seperti mata perih dan mengalami anemia 19 orang (95%), gangguan pernapasan dan kulit terasa seperti terbakar 20 orang (100%).

Berdasarkan penelitian ini disarankan agar dilaksanakan pengawasan bagi para karyawan untuk menggunakan alat pelindungi diri agar dapat meminimalisasikan terjadinya gannguan kesehatan.

(15)

ABSTRACT

Air Pollution is the incoming of other component into the clean air that can be happened directly through human activity or indirectly through the effect of natural process so that the air quality falls down to a certain level.thuse for the environment cannot be functioned according to its usage. The Limau Mungkur plantation factory in its manufacturing process, uses chemicals and firewoods that are able to contaminated air.

This research is conducted to find out the knowledge, attitude and behavior of the employees of the rubber factory toward the air pollution inside the factory and the health disorder at the factory of Limau Mungkur plantation.

The type used in this research is descriptive research. The population of this research is the employees of the Limau Mungkur plantation factory. The respondents are twenty employees of the factory. The primary data of this research is a result of interview through questioners about the description of knowledge, attitude and behavior of rubber factory’s employees toward the air pollution inside the factory and health disorder during the manufacturing process of rubber.

The result of research indicates that the stage of respondent’s knowledge is fair. It is about sixteen respondents or eighty percents. The stage of respondent’s attitude is good. It is about thirteen respondents or sixty five percent. The stage of respondents behavior is fair. It is about fourteen respondents or seventy percents. Meanwhile, the entire respondents have a health disorder such as sore eyes. It is about nineteen respondent or ninety five percent. Anemia, nineteen respondent or ninety five percent. Respiratory disorder and burnt skin. It is about twenty respondent or one hundred percent

Based on the research, it is suggested that a supervision should be made for the employees to always use self protection appliances in order to minimalize the health disorder.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka bumi ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, namun udara juga dapat sebagai penghantar atau media penyebaran penyakit pada manusia.

Menurut Darmono (2007), apabila kita menghirup udara dalam-dalam, sekitar 99% dari udara yang kita hirup ialah gas nitrogen dan oksigen. Udara yang kita hirup juga mengandung gas lain namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa diantara gas yang sangat sedikit tersebut diidentifikasi adanya gas pencemar. Gas pencemar dapat berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih, dan sebagainya yang berhubungan erat dengan kegiatan manusia. Udara yang kita hirup mengandung gas pencemar walau dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru sebagai saluran pernapasan pada manusia atau hewan, tanaman, bangunan dan bahan lainnya.

Berdasarkan pendapat Mukono (1997), yang mengutip pendapat Saric,1980; Xu & Dockery, 1991, perubahan kualitas udara ambien, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Parameter-parameter udara ambien seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S,

(17)

pedas dan berair), radang saluran pernapasan, sembab paru, bronchitis menahun, emfisema, ataupun kelainan paru menahun lainnya.

Pertumbuhan yang cepat dari populasi dan industri, dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan pesawat udara telah membuat polusi udara menjadi masalah yang semakin serius di beberapa kota. Pada saat ini udara begitu terpolusi sehingga mengganggu kesehatan.

Pada zaman industri modern sekarang ini peningkatan pemakaian bahan-bahan kimia merupakan hal yang tidak terelakkan. Sejalan dengan itu maka jumlah penyakit yang disebabkan bahan kimia ini juga turut meningkat. Hal ini terutama terjadi pada industri dimana sarana keselamatan bekerja karyawannya kurang memadai.

Bahan kimia (toksikan = bahan racun) yang dipakai atau dihasilkan oleh suatu industri dapat berupa gas, padat, cairan yang tidak menguap dan yang mudah menguap. Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru dan lain-lain, tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal atau cairan limfa dan menimbulkan efek kesehatan pada jangka panjang.

(18)

Perkebunan Limau Mungkur merupakan salah satu industri yang mengolah hasil pertaniannya sendiri, yaitu berupa getah karet. Perkebunan Limau Mungkur memiliki pabrik karet yang beroperasi untuk mengolah getah dari deresan pohon rambung. Dalam proses inilah digunakan beberapa bahan kimia sebagai pencampur agar getah karet yang dihasilkan dalam keadaan baik atau tidak rusak. Bahan kimia yang digunakan adalah asam asetat (cuka) atau yang dikenal juga dengan nama formic acid dan ammonia (NH3

Asam asetat/asam cuka dalam bentuk uap dapat menimbulkan kesulitan bernapas. Jika tertelan dalam jumlah pH yang sangat rendah sekitar pH 1 asam asetat dapat menyebabkan kerusakan lambung dan hati. Keracunan ammonia terutama dapat menyebabkan iritasi. Keracunan melalui inhalasi terutama menyebabkan edema paru, dan pneumoni. Asam cuka (asam asetat) juga bersifat korosif. keracunan asam asetat dapat melalui inhalasi yang ditandai oleh gejala klinis antara lain menyebabkan batuk, rasa seperti tercekik, sakit kepala, dan badan lemah.

).

Asam asetat (cuka) dan ammonia termasuk bahan kimia iritan yaitu bahan yang jika terkena atau kontak dengan bagian tubuh yang lembab akan mengakibatkan kerusakan atau peradangan. Bahan iritan pada umumnya bersifat korosif. Berdasarkan bentuk zat, maka asam asetat dan ammonia masuk kedalam bahan iritan gas (Budi, 2004).

(19)

Penggunaan bahan kimia tersebut tentu saja mengharuskan para karyawan pabrik yang berhubungan langsung dengan bahan kimia untuk berkerja dengan cara yang aman agar terhindar dari gangguan kesehatan akibat bahan kimia. Maka karyawan yang berkerja dalam proses pengolahan karet atau berhubungan langsung dengan bahan kimia harus dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD).

Berdasarkan observasi awal terhadap karyawan pabrik karet kebun limau mungkur ternyata beberapa karyawan mengeluh mengalami gangguan kesehatan seperti kulit kering atau rasa seperti terbakar, batuk kering dan mata perih pada saat berkerja didalam ruangan pabrik. Pada observasi awal terlihat para karyawan yang bekerja di dalam pabrik tidak menggunakan peralatan yang dapat melindungi diri dari bahaya-bahaya polutan. Standart penggunaan alat pelindung diri bagi karyawan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan merupakan masker dan sarung tangan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas penulis melakukan penelitian tentang “ Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara di Dalam Ruangan Pabrik dan Keluhan Kesehatan di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur- Medan Tahun 2010 ”

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang dihadapi adalah terdapat beberapa bahan kimia yang bersifat korosif dalam bentuk gas yang berbau khas dan sangat menyengat sehingga para karyawan mengalami gangguan ataupun keluhan kesehatan.

Oleh karena itu maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan.

(20)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Karyawan Pabrik Karet Tentang Polusi Udara di Dalam Ruangan Pabrik dan Keluhan Kesehatan di Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur.”

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, lama berkerja/ hari dan masa berkerja) karyawan pabrik karet kebun limau mungkur.

2. Mengetahui pengetahuan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik karet

3. Mengetahui sikap karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik karet

4. Mengetahui tindakan karyawan pabrik karet berkaitan dengan polusi udara di dalam ruangan pabrik karet

5. Mengetahui keluhan/gangguan kesehatan yang dialami oleh karyawan pabrik karet 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Karyawan Pabrik Karet Kebun Limau Mungkur

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi staf maupun para karyawan pabrik karet sehingga para karyawan pabrik karet dapat terhindar dari gangguan ataupun keluhan kesehatan yang berasal dari bahan kimia yang dipergunakan pada saat proses pengolahan karet.

(21)
(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri

2.1.1. Defenisi Industri

Berdasarkan Wikipedia (2010), Industri secara umum adalah kelompo yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan

pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

2.1.2. Jenis / Macam-Macam Industri 1. Berdasarkan Tempat Bahan Baku

a. Industri Ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar b. Industri Nonekstraktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain

alam sekitar.

c. Industri Fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.

2. Berdasarkan Klasifikasi Atau Penjenisannya

Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 a. Industri Kimia Dasar

b. Industri Mesin Dan Logam Dasar c. Industri Kecil

(23)

4. Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

a. Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

c. Industri Sedang Atau Industri Menengah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

5. Berdasarkan Produktifitas Perorangan

a. Industri Primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.

b. Industri Sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.

c. Industri Tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. 2.2. Karet

2.2.1. Jenis-Jenis Karet

Menurut pendapat Tim Penulis PS (2004), ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan sintetis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dubutuhkan.

(24)

Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat dari getah tanaman karet.

a.Sifat-sifat karet alam:

1) Daya elastisitas atau daya lentingnya sempurna 2) Sangat plastis, sehingga mudah diolah

3) Tidak mudah panas 4) Tidak mudah retak b.Jenis karet alam

1) Bahan Olah Karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari penyadapan pohon karet. bahan olah karet ini umumnya merupakan produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar (bahan olah karet rakyat).

2) Karet alam konvensional

Karet alam konvensional hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Dalam

Green Book yang diterbitkan oleh International Rubber Quality And Packing

Conference ( IRQPC), karet alam konvensional dimasukkan kedalam beberapa

golongan mutu. Daftar yang dibuat oleh Green Book ini merupakan pedoman pook para produsen karet alam konvensional di seluruh dunia.

Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional beserta standart mutunya menurut Green Book adalah sebagai berikut: (Setiawan & Andoko 2008)

Ribbed Smoked Sheet adalah berupa lembaran sheet yang diproses melalui

(25)

− White Crepe Pale Crepe memiliki warna putih atau muda, ada yang tebal dan

tipis.

− Estate brown crepe memiliki warna cokelat muda. Umumnya diproduksi oleh

perkebunan-perkebunan besar atau estate. Estate brown crepe dibuat dari bahan-bahan yang kurang baik, seperti sisa lateks, lump, atau koagulum yang berasal dari prakoagulasi.

Compo crepe merupakan jenis yang dibuat dai bahan lump, scrap pohon,

potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah. Untuk pembuatan compo

crepes tidak boleh menggunakan tanah.

3) Lateks pekat

Lateks pekat berbentuk cairan pekat, pemrosesan bahan baku menjadi lateks pekat bias melalui pendadihan atau pemusingan. Lateks pekat ini merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis dan bermutu tinggi.

4) Karet bongkah

Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.

5) Karet spesifikasi teknis

Karet jenis ini merupakan karet yang dbuat secara khusus, sehingga mutu tekhnisnya terjamin yang penetapannya didasrkan pada sifat-sifat tekhnis.

6) Tyre rubber

Merupakan karet setengah jadi, sehingga bias langsung digunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat ban atau bang-barang lain yang berbahan karet alam.

(26)

Karet reklim adalah karet yang didaue ulang dari karet bekas. 2. Karet sintetis

Jika karet alam dibuat dari getah pohon karet, karet sintetis atau karet buatan dibuat dari bahan baku minyak bumi.

2.2.2. Manfaat Karet

Menurut Setiawan & Andoko (2008), karet alam bermanfaat sebagai ban kendaraan, sering pula dipasang di pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan diperlatan lainnya yang membuat kuat dan kedap air. Selain itu, juga karet dibuat menjadi karet gelang, penghapus, sepatu, kabel, atau kasur busa. Karet alam juga ternyata dimanfaatkan di peternakan-peternakan yaitu untuk lantai kandang agar kuku dari ternak tidak tergores atau terluka serta mudah di bersihkan.

Dalam perkembangannya karet juga merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan untuk penbuatan bagian-bagian mesin perang, seperti pesawat tempur, panser berlapis baja, tank, dan jip.

Karet sintetis banyak digunakan untuk pembutan pipa karet untuk minyak dan bensin, membrane, seal, gasket, serta barang-barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas. Karet sintetis memiliki kelebihan tahan minyak, tahan api.

2.2.3. Proses Pengolahan Karet Sheet

(27)

bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan sejenis protein tipis yang memiliki kestabilan tersendiri. Jika kestabilan berkurang terjadilah prakoagulasi.

Pencegahan agar tidak terjadi prakoagulasi dapata dilakukan dengan menggunakan beberapa zat antikoagulan. Zat antikoagulan yang akan dipakai harus disesuaikan dengan kadar bahaya, harga, dan efektifitasnya. Salah satu zat antikoagula yang sering digunakan adalah ammonia. Ammonia adalah zat antikoagulan yang paling luas penggunaannya di perkebunan karet karena dengan dosis tepat akan member hasil memuaskan. Dosis tepat yang digunakan adalah 5-10 ml larutan ammonia 2,5% untuk setiap liter lateks. Jika tetap terjadi prakoagulasi, dosisnya bisa dinaikkan dua kali atau dosis sama tetapi menggunakan ammonia 5%.

Lateks encer yang akan dibuat smoked sheet dibekukan dalam bejana-bejana atau tangki-tangki koagulasi. Hasil pembekuan akan semakin keras bila kadar karet kering bahan lateks yang digunakan semakin tinggi. Tingkat kekerasan koagulum yang terjadi tergantung juga pada lamanya pembuatan serta jumlah asam yang ditambahkan. Semakin lama pembekuan terjadi semakin keras koagulumnya. Begitu juga semakin besar jumlah asamnya, koagulum pun akan bertambah keras.hasil pembekuan yang baik adalah tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Jika terlalu keras maka akan susah pada saat di mesin penggilingan. Begitu juga jika terlalu lembek akan mudah robek dan molor pada saat di keringkan.

(28)

Lateks kemudian dimasukkan kedalam tangki dan diberi pelat-pelat sebagai tempat pembekuan, dibutuhkan waktu 2 jam untuk pembekuan. Jika lateks sudah membeku, pada tangki koagulasi ditambahkan air untuk memudahkan kontraksi. Koagulum diubah menjadi smoked melalui proses penggilingan. Setelah itu lembaran sheet direndam lalu dicuci hingga bersih. Setelah itu digantung diruang pengasapan untuk dikeringkan. Pengasapan bertujuan agar bahan-bahan pengawet yang terdapat pada asap terserap oleh lembaran-lembaran karet. Selama pengasapan, suhu, ventilasi, dan jumlah asap harus diatur dan dijaga, pengasapan dapat menggunakan kayu rambung/ kayu dari pohon karet yang dibakar di dalam ruangan pengasapan . Pengasapan biasa berlangsung selama 4 hari lebih hingga selesai. Setelah itu dilakukan sortasi yaitu pemeriksaan mutu sheet dan pemisahan menurut mutu. Lalu terakhir dari proses ini adalah pembuatan bandela dan pengepakan.

2.2.4. Bahan Pencemaran Udara Yang Dikeluarkan Oleh Limbah Karet

Pabrik karet dalam proses pengolahan menggunakan bahan kimia berupa ammonia dan asam cuka serta dalam proses pengasapan menggunakan kayu rambung sebagai bahan bakar. Ammonia dan asam cuka yang digunakan berupa gas yang dapat menguap dan dapat mencemari udara jika penggunaannya melebihi ambang batas yang ditentukan. Dalam proses pengasapan penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar juga dapat menyebabkan pencemaran udara. Kayu yang dibakar mengasilkan polutan berupa Carbon Dioksida, Nitrogen Oksida dan Nitrogen Dioksida.

2.3. Polusi Udara

2.3.1. Defenisi Polusi Udara

(29)

kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Setiap substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Chandra, 2007).

Menurut chambers (1967) dan masters (1991) dalam Mukono (2000), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substat fisik atau kimia kedalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material.

Menurut Parker (1980), dalam Mukono (2000), Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan kedalam atmosfer tersebut. Sedangkan Menurut Kumar (1987) dalam Mukono (2000), pencemaran udara adalah adanya polutan diatmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.

2.3.2. Klasifikasi Bahan Pencemar Di Udara

Menurut Mukono (2008), Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian:

1. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:

a.Polutan Gas terdiri dari:

− Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenisasi, dan karbon

(30)

− Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida

− Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan ammonia.

− Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi,

dan bromine. b.Partikel

Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse maupun proses erosi bahan tertentu. Asap seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat, uap, gas, dan kabut.

2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia.

2.3.3. Sumber Bahan Pencemar Udara

Di daerah perkotaan dan industri, parameter bahan pencemar udara yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan penyakit saluran pernapasan adalah parameter gas SO2,

gas CO, gas NO2, dan partikel debu, Holzworth & Cormick, (1976) dalam Mukono, (1997).

(31)
[image:31.612.68.471.84.274.2]

Tabel 2.1. : Sumber bahan pencemar yang menghasilkan bahan pencemar udara

Sumber Pencemaran Bahan Pencemar

HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber stasioner + + + + + +

Proses industry + + + + + +

Sampah padat + + + + +

Pembakaran sisa pertanian + + + - + +

Trasnportasi + + + + + +

Bahan bakar minyak + + + + + +

Bahan bakar gas alam - + - - -

-Bahan bakar kayu - + - - + +

Incinerator + + + + + +

Kebakaran hutan + + + - + +

Keterangan: + = menghasilkan - = tidak menghasilkan

Sumber: (Urone, 1976; Nadakavukaren, 1986; Esmen,1989; Graedel & Cratzen,1989; masters, 1991 dalam Mukono, 1997).

2.3.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor meteorologi dan iklim serta faktor topografi, (Chandra, 2008).

1. Meteorologi dan Iklim

Variabel yang termasuk di dalam faktor meteorology dan iklim, antara lain: a.Temperatur

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat menimbulkan temperatur inverse. Dengan kata lain, udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.

(32)

pada tahun 1970 diselimuti kabut tebal penuh dengan polutan sampai beberapa minggu sehingga lebih dari 8000 penduduknya menderita infeksi saluran pernapasan atas, sakit mata, dan lain-lain.

b.Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain. Kondisi semacam ini pernah dialami oleh negara-negara di daratan eropa. Contoh lainnya adalah kebakaran hutan di Indonesia yang menyebabkan kabut asap di Negara Malaysia dan Singapura. Sebaliknya, apabila kecepatan angin lemah, polutan akan menumpuk di tempat dan dapat mencemari udara tempat permukiman yang terdapat disekitar lokasi pencemaran tersebut.

c.Hujan

Air hujan, sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang ada di udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya. Pembakaran batubara akan menghasilkan gas sulfurdioksida dan apabila gas tersebut bercampur dengan air hujan akan membentuk asam sulfat (sulfuric acid) sehingga air hujan menjadi asam, biasa disebut hujan asam (acid rain).

2. Topografi

(33)

Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh keseluruh penjuru dan dapat melewati batas Negara dan mencemari udara negara lain.

b. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inverse dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.

c. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi. Contoh, kasus lembah Silicon (USA).

2.3.5 Polusi Udara Dalam Ruangan

Menurut Mukono (1997), Peningkatan kadar bahan polutan didalam ruangan selain dapat berasal dari penetrasi polutan dari luar ruangan, dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan, seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur, atau pemakaian obat anti nyamuk. Sumber lain dari bahan polutan di dalam ruangan adalah perlengkapan kerja seperti pakaian, sepatu, ataupun perlengkapan lainnya yang dibawa masuk ke dalam rumah dari tempat kerja.

(34)

Pengertian udara dalam ruang atau indoor air menurut NHMRC (National Health

Medical Research Counsil) adalah udara yang berada di dalam suatu ruang gedung yang

ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam pengertian ini meliputi rumah, sekolah, restoran, gedung untuk umum, hotel, rumah sakit dan perkantoran.

Berdasarkan pendapat Muhamad Idham (2003), dalam hasil penelitian Tri Endah (2005), pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan kualitas udara dalam suatu ruang atau indoor air quality adalah:

1. Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-batas yang dapat diterima

2. Gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal

3. Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada dibawah level ambang bau dan kesehatan.

Dalam investigasi permasalahan udara dalam ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu: sumber kontaminan langsung, udara yang dimasukkan ke dalam ruang, udara pengeluaran dari ruang gedung, kontaminan yang berasal dari dalam gedung.

2.3.6. Polusi Udara Dan Kesehatan

(35)

rumah/ruangan terhadap kesehatan ternyata sering kali lebih buruk dibandingkan dengan polusi udara luar, bahkan di sebuah kota industri sekalipun.

Tidak dapat diingkari bahwa pencemaran udara dapat menyebabkan gangguan pada manusia mulai dari iritasi mata dan sakit kepala sampai asma, bronchitis, emphysema, dan kanker paru. Polusi udara terutama merusak saluran pernapasan, walaupun kerusakan dapat juga terjadi pada organ tubuh lainnya. Terlepasnya secara kebetulan bahan kimia di udara seperti khlorin dan ammonia, dapat juga menimbulkan masalah. Polusi udara dalam ruangan bahkan dapat menjadi lebih penting dibandingkan dengan polusi udara di luar ruangan karena sebahagian besar waktu dalam kegiatan sehari-hari kita habiskan dalam ruangan (Haryoto, 1995).

Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia akibat pencemaran udara.

1. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa: a. Sakit, baik yang akut maupun kronis

b. Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan dan perkembangan

c. Mengganggu fungsi fisiologi dari:

• Paru

• Saraf

• Transport oksigen oleh hemoglobin

• Kemampuan sensorik

(36)

f. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh g. Rasanya tidak nyaman (bau)

(Goldsmith & Friberg, Masters dalam Mukono, 1997). 2. Efek Terhadap Saluran Pernapasan

Menurut Chandra (2007), Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadinya:

a. Iritasi pada saluran pernapasan yang dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat berhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan.

b. Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar. c. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. d. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan.

e. Pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernapasan menjadi menyempit.

f. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.

g. Akibat dari semua hal tersebut diatas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan hal lain ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan (Mukono, 2000).

3. Efek Terhadap Kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:

(37)

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap haemoglobin darah (menjadi methaemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas O2

b. Efek lambat

sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara, antara lain, emfisema paru, asbestosis, bisinosis, asma.

4. Efek pencemaran udara oleh limbah karet terhadap kesehatan

a. Keracunan ammonia melalui pernapasan dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, batuk, muntah, faring menjadi merah. Dalam bentuk gas dapat menyebabkan rangsangan dengan membentuk gelembung-gelembung kecil berisi air pada selaput lendir mata. Jika tumpah dan terkena kulit maka kulit akan terasa seperti terbakar dan kering.

b. Asam cuka yang masuk lewat pencernaan dapat menyebabkan sakit pada saluran percernaan berupa nyeri pada mulut, paring dan perut. Muntah-muntah, diare.

c. Akibat penggunaan kayu sebagai bahan bakar dalam proses pengasapan, maka asap yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan serta batuk.

(38)

Indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah dengan cara mengukur atau memeriksa konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap, serta partikel-partikel debu di udara.

1. Gas Sulfur Dioksida

Gas sulfur oksida merupakan gas pencemar di udara yang konsentrasinya paling tinggi di daerah kawasan industri dan daerah perkotaan. Gas ini dihasilkan dari sisa pembakaran batubara dan bahan bakar minyak. Di dalam setiap survei pencemaran udara, gas ini selalu diperiksa.

2. Indeks Asap

Berikut cara pengunanaan indeks asap (smoke atau sciling index): sampel udara disaring dengan sejenis kertas (paper tape) dan diukur densitasnya dengan alat fotoelektrik meter. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan Coh Units Per 1000

Linear Feet dari sampel udara. Indeks asap ini sangat bervariasi dari hari ke hari dan

bergantung pada perubahan iklim. 3. Partikel Debu

Pertikel-pertikel berupa debu dan arang dari hasil pembakaran sampah dan industri merupakan salah satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat pencemaran udara. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan milligram atau microgram per meter kubik udara.

Indikator pencemaran udara pada pabrik karet berupa Nilai Ambang Batas (kepmenkes 405/menkes SK/XI/2002)

a. Parameter ammonia : 35 mg/m b. Parameter asam cuka : 25 mg/m

3

(39)

c. Parameter karbon dioksida : 9000 mg/ m d. Parameter nitrogen oksida : 30 mg/ m

3

e. Parameter nitrogen dioksida: 30 mg/ m

3

2.3.8. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian

3

Untuk menanggulangi pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini, perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendaliannya. Beberapa batasan prosedur pencegahan dan pengendalian pencemaran udara yang diajukan dalam Research into

Environmental Pollutan WHO tahun1968, antara lain :

1. Containment

Containment merupakan suatu upaya penanggulangan untuk mencegah masuknya

gas-gas toksik secara langsung ke dalam udara bebas. Upaya ini dilakukan dengan cara memasang saringan atau filter pada alat pembuangan agar konsentrasi gas yang keluar masih berada dalam batas baku mutu emisi yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan.

2. Replacement

Tujuan dari replacement adalah mengganti perlengkapan dan sumber energi yang banyak mengakibatkan pencemaran dengan yang perlengkapan dan sumber energi yang kurang mengakibatkan pencemaran. Contoh, mengganti bahan bakar batubara dengan tenaga listrik.

3. Dilution

Dilution merupakan suatu upaya untuk mengencerkan bahan pencemar. Upaya ini

(40)

hijau tersebut merupakan suatu kawasan yang ditanami dengan tumbuhan yang rindang dan ditempakan diantara lokasi permukiman dan kawasan industri.

4. Legislation

Upaya legislation diwujudkan dengan adanya peraturan dan perundangan yang dikeluarkan untuk melindungi tenaga kerja, masyarakat umum, dan untuk melestarikan lingkungan hidup.

5. International Action

WHO telah membentuk suatu jaringan internasional berupa laboratorium-laboratorium yang bertugas memantau dan mempelajari kasus-kasus pencemaran udara. Jaringan internasional tersebut berpusat di London dan Washington, sedangkan jaringan laboratorium lainnya di Moskow, Singapura, dan Tokyo.

2.4. Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet 2.4.1. Ammonia ( NH3

Ammonia berupa gas pada suhu kamar, sedangkan ammonium hidroksida merupakan larutan ammonia 25-29% dalam air. Ammonia digunakan dalam sintesa senyawa kimia organik, antara lain di pabrik bahan peledak, plastik, pupuk, dan sebagai refrigerant alat pendingin. Ammonia dan ammonium hidroksida bersifat korosif, langsung merusak sel, dan menyebabkan iritasi pada selaput lendir. Akibat keracunan gas ammonia dan amonium hiodroksida, terutama menyababkan iritasi. Keracunan melalui inhalasi, terutama menyebabkan edema paru, dan pneumonia. Batasan paparan ammonia 25 ppm. (Sartono, 2002)

)

1. Sifat-Sifat Fisis Dari Ammonia:

(41)

c. Titik didih : -33,40

d. Tekanan uap : 400 mmHg (-45,4 C

0

e. Kelarutan dalam air : 31g/100g (25 C)

0

f. Berat jenis : 0,682 (-33,4

C)

0

g. Berat jenis uap : 0,6 (udara=1) C)

h. Suhu kritis 1330

i. Nilai Ambang Batas (NAB): 35 mg/m C

Ammonia (NH

3

3), dalam suhu dan tekanan biasa bersifat gas dan tidak berwarna, beratnya

lebih ringan dari udara, baunya merangsang. Karena ammonia bersifat gas, maka dalam penyimpanannya harus diperhatikan agar tidak meledak. Ammonia mudah larut dalam air, ammonia mempunyai sifat basa misalnya ammonia liquida, dalam air membentuk hydroxid. Larutan ammonia yang pekat mengandung 28%- 29% ammonia pada suhu 250C. Ammonia (NH3

Amonia(NH

) sering digunakan untuk membuat barang-barang sintesis bahan organic, dipakai untuk anti beku pada alat-alat pendingin, untuk membuat pupuk, dipakai dalam pembuatan sulfuric dan nitrit acid, obat-obat dan bahan lainnya (Adiwisastra, 1992)

3) dalam konsentrasi rendah dapat segera dikenal karena baunya

(42)

Akibat rangsangan (iritasi) terhadap alat pernapasan menimbulkan peradangan (bronchial

cataract) yang kronis, bertambahnya pengeluaran air liur oleh kelenjar saliva, pengeluaran urin

sedikit-sedikit (urin retention).

Menurut Adiwisastra (1992), keracunan ammonia dalam bentuk gas dapat menimbulkan peradangan basah paru-paru kronis, perubahan dalam hemoglobin darah baru terjadi kira-kira 24 jam kemudian setelah menghisap gas ammonia. Keracunan dalam bentuk gas terutama menyerang saluran/alat pernapasan yang menimbulkan iritasi pada selaput lendir (mucus

membrance) dan paru-paru atau pneumonitis, laryngitis dan tenggorokan dan selaput suara

(tracheatis).

Untuk mengidentifikasi ammonia dapat menggunakan cara-cara: a. Menggunakan alat indra manusia, amonia (NH3

b. Menggunakan kertas lakmus (indicator), lakmus merah yang lembab akan berubah menjadi warna kuning.

), dapat dikenal karena baunya merangsang.

c. Mencampurkan gas hydrogen chlorat ke dalam gas ammonia, maka akan terjadi kabut putih. 2. Gejala Klinis

(43)

b. Dalam bentuk uap/gas menyebabkan rangsanangan (iritasi) dengan membentuk gelembung-gelembung kecil berisi air pada selaput lendir mata, selaput lendir alat pernapasan. Dalam keadaan pekat dapat menyebabkan radang mata (conjucvitis), radang pangkal tenggorok (laryngitis), pulmonary edema (pneumonitis), mati lemas (suffocation), hal ini disebabkan kekejangan (spasm) dari katup pangkal tenggorok (glottis)

c. Kontak dengan kulit atau dengan jalan tertumpah ke kulit dapat menimbulkan luka bakar kimia (chemichal burn) dan kulit menjadi melepuh (vesication), yaitu selaput tanduk kulit terangkat ke atas.

d. Larutan amonia yang tertelan/terminum dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan patologis, yaitu gangguan terhadap organ-organ dalam seperti hati, ginjal dan menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti yang terdapat pada keracunan oleh bahan-bahan korosif alkali lainnya.

3. Keselamatan Dan Pengamanan di Lingkungan Industri a. Penanganan Dan Penyimpanan

Hindari gas berada dalam ruangan kerja, hindari dari loncatan api dan sumber panas. Simpan pada tempat dingin, kering dan berventilasi dan jauh dari populasi. Hindarkan dari asam, oksidator, halide, etoksi, logam alkali dan kalium klorat.

b. Tumpahan Dan Bocoran

Bila terjadi tumpahan atau bocoran, harus ditangani oleh orang yang terlatih dengan memakai alat pelindung diri. Jauhkan dari sumber api. Kabut ammonia dapat di semprot oleh air.

c. Alat Pelindung Diri

(44)

2) Mata : safety goggles dan pelindung muka 3) Kulit : gloves ( neoprene, karet, PVC karet) d. Pertolongan Pertama

1) Terhirup : bawa ketempat aman dan udara yang segar, beri pernapasan buatan jika perlu, segera ke dokter.

2) Terkena mata : cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera bawa ke dokter

3) Terkena kulit : cuci dengan air bersih dan mengelir selama 20 menit, lepaskan pakaian yang terkontaminasi

e. Pemadam Api :

Hentikan kebocoran gas dengan aman, gunakan semprotan air sebagai pendingin. Media pemadaman CO2

2.4.2. Asam Asetat/ Asam cuka

, halon, bubuk kimia kering.

Asam Asetat ( Acetic Acid, Ethanoic Acid, Methyl Carboxylic Acid ) adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CH3

Asam asetat atau cuka dihasilkan dari proses destilasi, asam asetat atau cuka dalam kadar tertentu digunakan sebagai pencipta rasa asam pada makanan tetapi dalam kadar yang berlebihan asam asetat dapat memberi dampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia.

COOH, berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Pada konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam.

(45)

Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Dirumah tangga, asam asetat encer mencapai 6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari hasil daur ulang, biasanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayat. Asam asetat yang kita gunakan di rumah memiliki pH sekitar 2. karena sifatnya yang mudah larut dan bercampur, ini membuat asam asetat digunakan luas di industri kimia.

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu digunakan dengan hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan Latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat juga dapat terbakar dilaboratorium. Namun dengan sulit, ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 390C (1020

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fumebad) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer seperti cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman.

F) dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan 5,4% – 16%).

1. Sifat-Sifat Fisika Dan Kimia

a. Cair, tidak berwarna, bau menyengat b. Titik nyala : 49°C

c. Titik beku : 16,70 d. Titk didih : 117,9

C

0

(46)

e. Dalam bentuk uap dapat menimbulkan kesulitan bernapas. f. Nilai Ambang Batas (NAB) : 25 mg/m3

Menurut pendapat Abide (2010), tingkat keasaman asam asetat murni sangatlah tinggi, yang merupakan hasil dari produksi secara sintesis berbahaya bagi kesehatan manusia.

2. Efek Negatif Yang Disebabkan Asam Asetat

a. Adapun gejala yang diakibatkan terpapar asam asetat pekat yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi antara lain:

1) Kulit dan tangan akan menjadi hitam karena keasaman yang tinggi dari asam asetat murni (Jika kontak langsung dengan asam asetat pekat).

2) Kulit akan mengalami keratinisari yang berlebihan.

3) Gigi mudah rapuh/mengalami erosi dan terlihat kehitam-hitaman. 4) Peradangan pada konjungtiva, cornea dan iritasi.

5) Radang kronic pada laring dan bronchitis.

b. Efek yang di sebabkan jika masuk melalui pencernaan :

1) Sakit yang dirasakan pada mulut, paring, esophagus, dan nyeri pada perut. 2) Muntah-muntah dan hematemesis (kerusakan hati).

3) Diare

4) Radang pada laring, bronkelous, pembengkakan paru-paru dan pneumonia 5) Albuminuria dan hemateria

6) Cardiovascular callpase

(47)

1) Akar-akar tanaman akan membusuk karena keasaman tanah sangat rendah sehingga tumbuhan akan mati dan daun tanaman akan membentuk menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis

2) Menyebabkan derajat keasaman meningkat

3) Ikan-ikan akan mati jika asam asetat mencemari badan air

4) Zat gizi lepas dari tanah sehingga tingkat keasaman tanah meningkat 3.

a. Ventilasi yang dikontrol dengan baik akan menghindari tingginya konsentrasi asam asetat pekat di udara, serta mengurangi bau tidak sedap yang berasal dari asam asetat apabila pergantian udara berlangsung dengan baik

Pencegahan

b. Penggunaan alat pelindung diri contohnya penggunaan masker dan sarung tangan karet nitril

c. Penggunaan baju pelindung karet mencegah asam asetat yang memiliki keasaman mengenai badan

d. Pemeriksaan kesehatan bagi pekerjaan terutama mata, kulit dan paru-paru 2.4.3. Bahan Bakar Kayu

Berdasarkan Mukono (2003), kayu yang digunakan sebagai bahan bakar menghasilkan bahan pencemar berupa Carbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NO), Nitrogen Dioksida

(NO2

1. Carbon Dioksida (CO ).

2

Pembakaran bahan fosil meningkatkan konsentrasi CO ) :

2 di bumi, sehingga melampaui

(48)

es di kutub, permukaan laut akan naik, dan pantai banyak yang tenggelam. Itulah pengaruh CO2 yang dinamakan pengaruh rumah kaca (sastrawijaya, 1991).

2. Nitrogen Oksida:

Menurut Fardiaz (1992), pada konsentrasi rendah gas NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi dalam konsentrasi tinggi dapat menjadi lebih beracun. Efek lain terhadap kesehatan dapat memperlihatkan gejala paralisis system syaraf dan konvulsi. Pada penelitian lain tikus yang diberi NO sampai jumlah 2500 ppm akan hilang kesadaranya setelah 6-7 menit. Tetapi kemudian diberi udara segar sembuh kembali setelah 4-6 menit. 3. Nitrogen Dioksida (NO2

Berdasrkan pendapat Mukono (1993), Gas NO ):

2

a. peningkatan insiratory resistance

dapat memberikan kelainan berupa:

b. peningkatan respiratory resistance c. terjadinya sembab paru

d. terjadinya fibrosis paru

2.5. Alat Pelindung Diri (APD) di Dalam Pabrik Karet 2.5.1. Defenisi APD

(49)

APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha untuk karyawannya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tanga, dan pelindung kaki.

2.5.2. Syarat-syarat APD

Menurut pendapat Budi (2004), pelindung tenaga kerja dapat dilakukan melalui usaha-usaha teknis pengaman tempat, peralatan lingkungna kerja adalah hal yang sangat perlu diutamakan, namun terkadang dalam keadaan bahaya belum dapat dikendalikan sepenuhnya sehingga digunakan APD. APD harus memenuhi persyaratan, enak dipakai, tidak mengganggu pekerjaan dan memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya.

2.5.3. APD di Dalam Pabrik Karet

Menurut Suma’mur (1987), peralatan untuk proses secara tertutup sangat baik untuk mencegah kontak dengan bahan-bahan korosif.jika hal ini tidak mungkin diterapkan, disarankan agar dipakai alat-alat perlindungan diri. Alat proteksi diri secara lengkap terdiri dari pakaian keseluruhan, pelindung kaki, pelindung tangan dan lengan, pelindung mata dan muka. Semua perlengkapan ini harus tahan bahan korosif dan tak tembus. Dalam hal terdapat gas korosif , masker perlindungan pernapasan atau sistem pernapasan dengan udara atau oksigen sendiri harus dipergunakan. Bahan-bahan perlindungan yang baik adalah karet sintetis, polivinil klorida, polipropilen atau polietilen. Bahan katun atau wol tidak memadai. Celana panjang di bagian bawah harus menutup sepatu.

(50)

Gambar 1. Goggles pelindung mata Gambar 2. Sarung tangan vinil dan neoprene

Gambar 3. Sepatu nitrile Gambar 4. Sepatu vinyl 2.6. Konsep Perilaku

2.6.1. Batasan Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003) dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dngan kata lain perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung seperti berbicara, berjalan, tertawa, dan sebagainya, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar seperti berfikir, berfantasi, dan sebagainya.

Skinner dalam Notoadmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

2.6.2. Perilaku Kesehatan

[image:50.612.107.275.127.255.2]
(51)

Seorang ahli bernama Becker dalam Notoadmodjo (2003) membuat klasifikasi perilaku kesehatan menjadi tiga yaitu : perilaku hidup sehat. Perilaku sakit, dan perilaku peran sakit. 1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, antara lain : a. Makan dengan menu seimbang

b. Olahraga teratur c. Tidak merokok

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba e. Istirahat cukup

f. Mengendalikan stress

g. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan 2. Perilaku Sakit

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainnya (Notoadmoadjo, 2003).

3. Perilaku Peran Sakit

Dari segi sosiologis, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :

(52)

b. Mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak c. Mengetahui hak (hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan

sebagainya) serta kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter. Petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

2.6.3. Domain Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau factor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Di dalam Notoadmodjo (2003) dijelaskan bahwa Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice).

1. Pengetahuan (knowledge)

(53)

Terdapat 6 tingkat pengetahuan yang tercakup didalam koknitif yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dari suatu atau kondisi sebenarnya (riil).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evalution)

Evaluasi adalah berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatau materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(54)

Menurut Zimbardo dan Ebbesen dalam Ahmadi (2007), sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Menurut D. Krech and Crutchfield dalam Ahmadi (2007) sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi, atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

Secara umum dalam Ahmadi (2007) dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap dalam Ahmadi (2007) ada dua hal, yaitu:

a. Faktor intern

Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Misalnya : orang yang sangat haus akan memperhatikan perangsang yang dapat menghilangkan hausnya itu dari perangsang-perangsang yang lain.

b. Faktor ekstern

Yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok.

(55)

Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, dan saudara-saudara di rumah, memiliki peranan yang penting. (Ahmadi, 2007)

Fungsi Sikap

Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman d. Sikap berfungsi sebagai alat pernyataan kepribadian

Menurut Notoadmojo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas namun merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Ada beberapa tingkat dalam sikap yaitu: a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengajarkan dan menyelesaikan tugas diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena denagn suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengajarkan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

(56)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya denagn segala resiko. 3. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan mempunyai 4 tingkatan: a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

c. Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatau sudah merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai tingkat ketiga.

d. Adaptasi (adoption)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo,2003).

2.7. Kerangka Konsep

(57)

− pengetahuan

− Sikap

− Tindakan

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif sederhana, untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan dalam melakukan proses pengolahan getah karet di Kebun Limau Mungkur Tanjung Morawa

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN-II Tanjung Morawa.

Adapun alasan pemilihan lokasi di pabrik karet adalah sebagai berikut:

1. Pabrik karet kebun limau mungkur merupakan suatu pabrik yang dalam proses pengolahan getah menggunakan campuran bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan jika tidak di awasi.

Karakteristik karyawan/pekerja

− Umur

− Pendidikan

− Lama bekerja /hari

(58)

2. Pabrik karet kebun limau mungkur memiliki karyawan yang produktif membutuhkan karyawan yang sehat dalam menjalankan proses pengolahan pabrik.

3.2.2. Waktu Penelitian

(59)

− pengetahuan

− Sikap

− Tindakan

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif sederhana, untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan pabrik karet tentang polusi udara di dalam ruangan pabrik dan keluhan kesehatan dalam melakukan proses pengolahan getah karet di Kebun Limau Mungkur Tanjung Morawa

3.2. Lokasi dan Waktu Peneli

Gambar

Tabel 2.1. : Sumber bahan pencemar yang menghasilkan bahan pencemar udara
Gambar 4. Sepatu vinyl
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik pada Karyawan  Pabrik karet Kebun Limau Mungkur PTPN II Tanjung Morawa Medan 2010
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Polusi Udara Di Dalam Ruangan Pabrik Karet pada Karyawan  Pabrik karet
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan skr ipsi yang berjudul “ Sikap Masyarakat Terhadap Black

Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi

Alhamdulillahi rabbil’allamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, sehingga pelaksanaan tugas akhir

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas akhir ini dengan judul “Prarancangan