ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA
(Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
Oleh : Eva Situmorang
070309017
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA
(Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
Oleh : Eva Situmorang
070309017
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian
Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Anggota Komisi
(Ir. A. T. Hutajulu, MS) (Emalisa, SP, M.Si) NIP. 194606181980032001 NIP. 1972111819980220012
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
EVA NELLIANA SITUMORANG (070309017) dengan judul skripsi “ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo) dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Emalisa, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei; untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei; untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei; untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga; dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah teknik budidaya usahatani bawang prei adalah teknik budidaya yang meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen; komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei adalah biaya bibit; usahatani bawang prei adalah layak untuk diusahakan; kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar; dan masalah yang dihadapi petani pada usahatani bawang prei adalah kekeringan air pada bak cuci pada saat kegiatan pascapanen (proses pencucian) yaitu ketika musim kemarau dan upaya yang dilakukan petani adalah mengangkat air dari rumah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan sebaik-baiknya. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo).
Skripsi dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda S. Situmorang, Ibunda N. Sihombing, Abang Eduard, Kakak Ewi, S.Pd, Adik Febry, Adik Vitha, dan Adik Virgok yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.
2. Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi motivasi dan petunjuk dalam penulisan skirpsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Administrasi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendidik
5. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka
Kabupaten Karo sebagai tempat penulis melaksanakan Penelitian Skripsi dan
Desa Pematang Rambai Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara
sebagai tempat penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
6. Teman-teman penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan
dukungan sehingga penulis berhasil memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP
EVA NELLIANA SITUMORANG lahir di Aek Torop tanggal 13 Agustus 1989, anak ke 3 dari 6 bersaudara dari Ayahanda S. Situmorang dan Ibunda N. Sihombing.
Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar dan lulus Tahun 2001 dari SD Negeri
118173 Aek Torop.
2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus Tahun 2004 dari SMP Negeri I Torgamba.
3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus Tahun 2007 dari SMA Katolik Tri Sakti Medan.
4. Tahun 2007 masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian... 6
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
Tinjauan Pustaka ... 7
Tinjauan Agronomis ... 7
Tinjauan Ekonomis ... 9
Landasan Teori ... 10
Kerangka Pemikiran ... 13
Hipotesis Penelitian ... 15
METODOLOGI PENELITIAN ... 16
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16
Metode Pengambilan Sampel ... 16
Metode Pengumpulan Data ... 16
Metode Analisis Data ... 17
Definisi dan Batasan Operasional ... 18
Definisi ... 18
Batasan Operasional ... 19
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 20
Deskripsi Daerah Penelitian ... 20
a. Luas dan Letak Geografis ... 20
b. Jenis Penggunaan Lahan ... 20
d. Keadaan Penduduk ... 21
e. Sarana dan Prasarana ... 25
Karakteristik Petani Sampel ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei ... 29
Analisis Usahatani Bawang Prei ... 34
1. Lahan ... 34
2. Tenaga kerja ... 34
3. Sarana produksi ... 35
4. Alat-alat pertanian ... 39
5. Biaya Pengangkutan ... 41
Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Prei ... 42
Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Prei ... 44
Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei ... 45
Pendapatan Petani Bawang Prei ... 46
Total Pendapatan Keluarga ... 46
Kontribusi Pendapatan Petani Bawang Prei Terhadap Total Pendapatan Keluarga ... 51
Masalah Yang Dihadapi dan Upaya Yang Dilakukan Oleh Petani ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
Kesimpulan ... 53
Saran ... 54
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
1. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 17 2. Penggunaan Lahan Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 21 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa
Penelitian, Tahun 2010 ... 22 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di
Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 23 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata
Pencaharian Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 23 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di
Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 24 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa
Penelitian, Tahun 2010 ... 25 8. Sarana dan Prasana Di Desa Penelitian, Tahun 2010 ... 26 9. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian ... 27 10. Perbandingan Teknik Budidaya Anjuran Dengan Teknik
Budidaya Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian ... 33 11. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata pada Usahatani
Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 35 12. Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata pada Usahatani Bawang
Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 36 13. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani pada Usahatani
Bawang Prei Di Desa Penelitian, Tahun 2011 ... 37 14. Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-rata pada Usahatani Bawang
Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 37 15. Jenis dan Harga Obat-obatan yang Digunakan Petani pada
16. Penggunaan dan Biaya Obat-obatan Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 39 17. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Rata-rata pada Usahatani
Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam... 40 18. Biaya Alat/ Bahan Habis Pakai Rata-rata pada Usahatani Bawang
Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 40 19. Biaya Pengangkutan Bawang Prei Rata-rata Di Desa Penelitian
Per Musim Tanam... 41 20. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di
Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 42 21. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Usahatani Bawang Prei Di
Desa Penelitian Per Musim Tanam ... 44 22. Pendapatan Bersih Rata-rata Usahatani Bawang Prei Di Desa
Penelitian Per Musim Tanam ... 45 23. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per
Musim Tanam ... 45 24. Pendapatan Rata-rata Petani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per
Musim Tanam ... 46 25. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Wortel Di Desa
Penelitian Per Musim Tanam ... 47 26. Pendapatan Rata-rata Petani Wortel Di Desa Penelitian Per
Musim Tanam ... 48 27. Total Biaya Produksi Rata-rata pada Usahatani Tomat Di Desa
Penelitian Per Musim Tanam ... 49 28. Pendapatan Rata-rata Petani Tomat Di Desa Penelitian Per
Musim Tanam ... 49 29. Pendapatan Rata-rata Petani Dari Non Usahatani Di Desa
Penelitian Per 3 Bulan ... 50 30. Pendapatan Rata-rata Petani Dari Non Usahatani Bawang Prei
Per 3 Bulan ... 50 31. Kontribusi Pendapatan Petani Bawang Prei Terhadap Total
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
1. Lahan usahatani bawang prei ... 7
2. Tanaman bawang prei ... 7
3. Skema kerangka pemikiran ... 14
4. Pengolahan lahan ... 29
5. Penanaman bibit bawang prei... 30
6. Pemanenan bawang prei ... 32
7. Pembersihan dan pemotongan ... 32
8. Bak pencucian hasil panen ... 32
9. Sortasi hasil panen ... 32
10. Produksi super ... 43
11. Produksi non super ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian
2. Luas Lahan Petani Sampel, Status dan Nilai Sewa Lahan/ PBB Di Desa Penelitian
3. Distribusi Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
4. Distribusi Penggunaan dan Biaya Bibit pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
5. Distribusi Penggunaan dan Biaya Pupuk pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
6. Distribusi Penggunaan dan Biaya Obat-obatan pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
7. Distribusi Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
8. Distribusi Penggunaan dan Biaya Alat/ Bahan Habis Pakai pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam 9. Distribusi Biaya Pengangkutan Hasil Panen Bawang Prei Ke
Pajak Brastagi Per Musim Tanam
10. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
11. Produksi dan Penerimaan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
12. Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
13. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
15. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Wortel Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
16. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Wortel di Desa Penelitian Per Musim Tanam
17. Distribusi Total Biaya pada Usahatani Tomat Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
18. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Petani Tomat Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
19. Pendapatan Petani Dari Non Usahatani Di Desa Penelitian Per Bulan
ABSTRAK
EVA NELLIANA SITUMORANG (070309017) dengan judul skripsi “ANALISIS USAHATANI BAWANG PREI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA” (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo) dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Emalisa, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei; untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei; untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei; untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga; dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah teknik budidaya usahatani bawang prei adalah teknik budidaya yang meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen; komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei adalah biaya bibit; usahatani bawang prei adalah layak untuk diusahakan; kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar; dan masalah yang dihadapi petani pada usahatani bawang prei adalah kekeringan air pada bak cuci pada saat kegiatan pascapanen (proses pencucian) yaitu ketika musim kemarau dan upaya yang dilakukan petani adalah mengangkat air dari rumah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu produk pertanian yang penting bagi
ketahanan pangan nasional. Selain pangsa pasarnya yang terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,
sebagian besar usahatani sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif
dan komparatif karena efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumber daya
domestik (Departemen Pertanian, 2004).
Potensi ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar, karena
harganya yang tinggi dan juga karena waktu yang dibutuhkan untuk produksinya
singkat. Beberapa jenis tanaman sayuran dapat ditanam beberapa kali dalam
setahun, terutama di daerah Tropis, di mana musim tanam tidak dibatasi oleh
musim dingin sebagaimana yang terjadi pada daerah beriklim sedang (temperate
zone) (Lakitan, 2003).
Dalam bidang hortikultura dikenal berbagai jenis tanaman sayur yang
diusahakan dalam skala kecil, misalnya di pekarangan. Namun tidak sedikit pula
jenis tanaman sayur yang diusahakan dalam skala yang luas. Jenis sayuran banyak
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai bahan makanan yang
bergizi, menyehatkan masyarakat, namun kenikmatan rasanya tidak akan menarik
bilamana tidak dilengkapi dengan jenis sayuran yang berfungsi sebagai pelezat
(Rismunandar, 1989).
Tanaman sayuran merupakan komoditi pertanian yang berprospek cerah
bagian menu sehari-hari masyarakat Indonesia sehingga tidak mengherankan jika
tanaman ini selalu tersedia di pasaran (Setiawan, 1995).
Bawang merupakan salah satu jenis sayuran pelengkap dan bumbu masak
yang diperlukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat pada setiap saat.
Permintaan bawang oleh konsumen yang terus menerus ini akan bisa terpenuhi
kalau semua faktor penunjang untuk membudidayakannya memadai. Faktor
penunjang tersebut, antara lain penguasaan teknologi, mulai dari pembibitan,
pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan, termasuk pengendalian hama
dan penyakit sampai dengan pascapanen (AAK, 1998).
Bawang prei atau kerap sekali disebut sebagai bawang daun termasuk
salah satu jenis sayuran daun bahan bumbu dapur dan pencampur sayur-mayur
yang populer diseluruh dunia. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia
Tenggara, kemudian meluas ditanam di berbagai daerah (negara) yang beriklim
tropis maupun sub-tropis (Rukmana, 1995).
Bawang daun dibedakan dari bawang merah dan bawang putih karena
yang dimanfaatkan adalah daun dan batangnya, bukan umbinya. Aroma dan
rasanya yang khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai campuran
masakan (Nazaruddin, 2000).
Meningkatnya luas areal pengembangan budidaya bawang daun antara lain
karena prospek pemasaran produksi komoditas ini makin cerah (baik). Pemasaran
komoditi bawang daun tidak hanya di pasar dalam negeri (domestik), tetapi juga
telah menembus pasar luar negeri (ekspor). Jenis bawang daun yang dinantikan
Bawang prei (Allium porrum) atau leek (Inggris) sudah lama dikenal di
Indonesia, terutama di Jawa Timur dan Jawa Barat. Tetapi dibanding bawang lain,
jenis ini lebih terbatas penggunaannya dan umumnya khusus untuk bumbu
penyedap masakan Eropa. Beberapa varietas yang biasa ditanam yang populer
adalah Reuzen van Cerantha, Goliath dan Olifant (Wibowo, 2008).
Bawang prei dimanfaatkan daunnya sehingga dikenal sebagai bawang
daun atau loncang (onclang). Sebenarnya, yang digunakan sebagai penyedap dan
sekaligus pengharum masakan adalah batangnya yang berwarna putih. Bawang
prei dapat ditanam secara monokultur maupun sebagai tanaman sela atau tumpang
sari dan mudah tumbuh dalam iklim Indonesia (AAK, 1998).
Berdasarkan perkiraan analisis usahatani yang dirinci dalam buku bawang
daun, bahwa lahan seluas 1 ha untuk usahatani bawang daun memerlukan biaya
sebesar Rp.18.303.248,00. Produksi yang dihasilkan mencapai 47.666 kg, dan bila
harga jual bawang daun di tingkat petani Rp.1.100,00/kg akan mendatangkan
keuntungan Rp.28.886.215,00/musim (Cahyono, 2005).
Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi bawang daun penting artinya
bagi tata ekonomi rumah tangga maupun negara. Sumbangan dari usahatani
bawang daun cukup besar terhadap usaha peningkatan pendapatan petani,
perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis,
dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).
Peluang bisnis bawang daun cukup baik dan cerah karena banyak
dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu
penyedap masakan, di samping sebagai bahan pengobatan (terapi). Dengan
berkesinambungan. Kebutuhan bawang daun ini akan meningkat terus sejalan
dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, kenaikan tingkat
pendidikan (pengetahuan), dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kesehatan (Cahyono, 2005).
Kuatnya pasar bawang daun dapat dilihat dari harganya yang relatif murah
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga daya beli masyarakat
terhadap bawang daun sangat kuat. Industri makanan, seperti Indofood yang
memproduksi mie instan, juga merupakan pasar yang potensial untuk bawang
daun. Dengan adanya perkembangan industri makanan di Indonesia, serapan pasar
terhadap bawang daun semakin meningkat. Di samping itu, bawang daun juga
merupakan mata dagangan ekspor ke berbagai negara di kawasan Asia dan Eropa
(Cahyono, 2005).
Pengembangan budidaya sayur mayur memang terlihat telah dirasakan
urgensinya. Bahkan kalau saja dilihat secara nyata di lapangan maka prospek
pengembangan sangatlah memungkinkan untuk dapat merubah potret petani ke
tingkat yang lebih baik. Maka dari itu pembinaan dan pengembangan sayur mayur
ini haruslah didukung oleh pembinaan yang terpadu, baik di bidang produksi,
pemasaran, dan sarana/ prasarana (Saastratmajda, 1991).
Tanaman bawang prei sudah tidak asing bagi masyarakat Desa Jaranguda
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara, karena desa ini
merupakan salah satu sentra penghasil bawang prei di Sumatera Utara. Pada
umumnya, usahatani bawang prei tidaklah menjadi sumber pendapatan utama bagi
petani bawang prei di Desa Jaranguda. Sumber pendapatan lainnya adalah
Negeri Sipil (PNS). Walaupun usahatani bawang prei tidaklah menjadi prioritas
utama, namun usahatani bawang prei diperkirakan akan memberikan kontribusi
yang besar terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penelitian ini merumuskan
permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian?
2. Mana komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di
daerah penelitian?
3. Apakah usahatani bawang prei layak diusahakan di daerah penelitian?
4. Berapa besar kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total
pendapatan keluarga di daerah penelitian?
5. Apa saja masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan
upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah
penelitian?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah
penelitian.
2. Untuk mengetahui komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani
bawang prei di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani bawang prei
terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei
dan upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah tersebut di daerah
penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi petani bawang prei yang mengusahakannya.
2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak terkait terhadap perkembangan
komoditi bawang prei, baik untuk pertimbangan ekonomis maupun akademis.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Agronomis
Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk
rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke semua arah
pada kedalaman antara 15-30 cm (Rukmana, 1995).
Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang
saling menutupi. Bagian batang semu yang tertimbun tanah umumnya berwarna
putih bersih, sedangkan batang semu di permukaan tanah berwarna hijau
keputih-putihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan
yang baru (Rukmana, 1995).
Gambar 1. Lahan usahatani bawang prei Gambar 2. Tanaman bawang prei
Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang pipih tidak berlubang. Warna
daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat bervariasi
antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varietas dan kesuburan
pertumbuhannya (Rukmana, 1995).
Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang,
pelepahnya cukup panjang, tidak membentuk umbi, hanya batang semunya di
bagian bawah agak membengkak (Rismunandar, 1989).
Usahatani bawang daun perlu didukung dengan teknik bercocok tanam
yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang runtut. Teknik
budidaya tanaman bawang daun meliputi:
1. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan yang baik akan menciptakan media tanam yang mendukung
tanaman untuk tumbuh lebih sempurna. Penyiapan lahan untuk budidaya
bawang daun meliputi pesemaian/pembibitan dan penyiapan lahan untuk
penanaman bibit (pembersihan rumput, pengolahan tanah dan pembuatan
bedengan, pemupukan dasar, pengapuran tanah, dan pemulsaan).
1.1. Pembersihan rumput dapat dilakukan secara mekanis dengan cara dibabat
menggunakan sabit atau dimatikan dengan penyemprotan herbisida
1.2. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul atau dibajak dengan
traktor sedalam 30-40 cm, kemudian tanah disisir untuk memecah dan
menghaluskan gumpalan-gumpalan tanah yang besar. Tanah
digemburkan lagi dengan cara dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm,
berukuran lebar 100 cm dan panjang 1000 cm atau disesuaikan dengan
kondisi lahan, sedangkan parit dibuat dengan ukuran lebar 25 cm
1.3. Tanah bedengan diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak
15-20 ton/hektar atau pupuk organik super sebanyak 3,5 ton/hektar
1.4. Pengapuran tanah harus dilakukan dua minggu sebelum tanam karena
akar tanaman pada umumnya tidak kuat terhadap pengapuran secara
langsung setelah penanaman. Jika pH tanah telah sesuai (6,5-7,5) dengan
yang dikehendaki bawang daun, tidak perlu dilakukan pengapuran tanah
1.5. Pemulsaan dengan mulsa plastik hitam perak sebagai penutup tanah pada
bawang daun dapat memberikan hasil yang baik. Mulsa plastik dapat
mengurangi tercucinya pupuk oleh hujan dan penyerapan pupuk oleh
tanaman menjadi lebih efektif
2. Pembibitan
Perbanyakan bawang daun dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) dan
secara vegetatif (dengan anakan atau belahan rumpun/setek tunas). Jika
perbanyakan dilakukan dengan biji, sebaiknya biji bawang daun tersebut
disemaikan terlebih dahulu agar dapat diperoleh bibit yang pertumbuhannya
baik dan seragam. Sementara, perbanyakan tanaman dengan anakan dilakukan
dengan mengambil atau memecah-mecah anakan bawang daun yang baik,
kemudian langsung ditanam di kebun atau disimpan di tempat yang teduh dan
lembab bila belum segera ditanam. Daya simpan bibit anakan bawang daun
adalah sekitar 5-7 hari
Bibit bawang daun yang tumbuh baik di pesemaian akan tumbuh pula di
kebun. Walaupun demikian, penanaman bibit bawang daun di kebun harus
dilakukan dengan baik dan benar serta memperhatikan waktu tanam, jarak
tanam, pemindahan bibit, dan cara penanamannya.
3.1. Penanaman bibit bawang daun sebaiknya dilakukan pada sore hari agar
bibit sudah kuat pada saat terkena terik matahari pada pagi harinya
3.2. Penanaman bibit bawang daun menggunakan jarak antar-tanaman 20 cm
dan jarak antar-barisan 30 cm. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal karena iklim mikro di
sekitar tanaman tidak sesuai dengan syarat tumbeh bawang daun. Jarak
tanam yang terlalu lebar juga kurang efektif karena populasi tanaman
lebih sedikit sehingga penggunaan lahan kurang optimal
3.3. Bibit bawang daun yang berasal dari biji sudah dapat dipindah tanam ke
kebun pada umur 2 bulan setelah benih disemai atau tinggi tanaman
sudah mencapai 10 cm, sedangkan bibit bawang daun yang berasal dari
setek tunas dapat segera ditanam ke kebun setelah bawang daun dipanen
dan dilakukan sortasi (memisah-misahkan bawang daun berdasarkan
ukuran dan kualitasnya)
3.4. Bibit bawang daun yang telah dipotong sebagian daun dan akarnya
ditanam pada lubang tanam sampai pangkal batang. Akar-akar tanaman
juga ditata secara menyebar. Kemudian, lubang tanam ditutup dengan
tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar tanaman dapat berdiri tegak dan
kuat
Bibit bawang daun yang telah ditanam di kebun perlu dipelihara lebih lanjut
agar pertumbuhannya tetap baik. Kegiatan pemeliharaan bawang daun
meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan susulan, penyiangan dan
pendangiran, pemangkasan bunga dan daun, dan perlindungan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit.
4.1. Penyulaman adalah penggantian bibit yang pertumbuhannya kurang baik,
rusak, atau mati. Penyulaman harus dilakukan seawal mungkin sampai
tanaman berumur dua minggu setelah tanam
4.2. Pengairan bawang daun cukup dilakukan seperlunya, pengairan yang
tepat akan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, seperti
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang,
dan jumlah anakan
4.3. Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah pemupukan
dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah. Pemupukan susulan
bertujuan untuk member tambahan zat makanan (hara), terutama N, P, K,
dan zat-zat hara lainnya. Pemupukan susulan ini disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan tanaman
4.4. Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan (gulma) dan
jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang daun.
Pendangiran dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara ringan,
bertujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase,
memperbaiki peredaran udara (aerasi), dan memelihara struktur tanah
4.5. Pemangkasan bunga dan daun bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan agar menghasilkan jumlah anakan dan daun lebih banyak.
Pemangkasan bunga dilakukan pada saat tangkai bunga sudah muncul
4.6. Perlindungan tanaman bawang daun terhadap serangan hama dan
penyakit dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu pengendalian hama
dan penyakit secara kultur teknis yaitu dengan cara menerapkan teknik
bercocok tanam yang benar dan baik, secara mekanis yaitu membunuh
hama dan patogen (penyebab penyakit) secara langsung, secara kimiawi
yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida
yang disemprotkan pada tanaman, dan secara biologis yaitu pengendalian
hama dengan cara menyebarkan hewan yang menjadi musuh alami hama
tersebut ke areal perkebunan
5. Panen dan Pascapanen
Penanganan panen yang baik dan benar akan menghasilkan daun bawang daun
yang berkualitas baik pula, yaitu dengan memperhatikan umur tanaman, cara
pemanenan, dan waktu pemanenan. Pemanenan bawang daun sudah dapat
dilakukan pada umur 5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari biji dan pada
umur 2,5 bulan jika bibit yang ditanam berasal dari setek tunas (bibit anakan).
Pemanenan bawang daun dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun
tanaman atau membongkarnya dengan alat bantu. Pencabutan tanaman harus
dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah
atau rusak. Waktu pemanenan bawang daun yang baik adalah pada pagi atau
sore hari dan pada saat cuaca cerah. Penanganan pascapanen bawang daun
pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian,
sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran
(Cahyono, 2005).
Tinjauan Ekonomis
Usahatani bawang prei sangat menguntungkan bagi petani. Alasannya
usahatani tersebut tidak memerlukan banyak waktu untuk mengusahakannya
sehingga menghasilkan, perawatannyapun tidak terlalu sulit. Harga bawang prei di
pasar mengalami fluktuasi, harga penjualan bawang prei berkisar antara
Rp.1.000,00 sampai Rp.15.000,00/kg.
Produksi usahatani bawang prei tentu akan semakin baik dan banyak jika
petani merawatnya. Menurut Cahyono (2005), potensi lahan 1 ha usahatani
bawang prei biasanya menghasilkan produksi 47.666 kg. Dengan biaya produksi
sebesar Rp.18.303.248,00 dan harga jual di tingkat petani sebesar Rp.1.100,00/kg,
akan mendatangkan keuntungan Rp.28.886.215,00/ musim tanam (empat bulan).
Sementara komoditi bawang prei ini dapat diusahakan/ ditanam 3 (tiga) kali dalam
setahun. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani dalam satu tahun
semakin besar.
Landasan Teori
Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi
pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan
suatu komoditas pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar,
berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun
sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai
keterkaitan yang erat dengan sektor lain(Soekartawi, 1984).
Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan
harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada
tujuan-tujuan tersebut. Namun demikian seringkali petani karena kesibukannya tidak
menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani
adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya
begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian
untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan
(Suratiyah, 2008).
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula
dengan usahatani. Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan
menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang
dilaksanakan dalam rangka pengembangan usahatani. Suatu usahatani dikatakan
berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga
modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat
menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008).
Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang
diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi.
Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk di dalamnya adalah:
1. Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan
bakar, bunga modal dalam penanaman lain
2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan,
3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan
perkakas yang berupa penyusutan
4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja
tetap atau tenaga bergaji tetap
5. Biaya-biaya lain
(Prawirokusuma, 1990).
Penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang
diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan
atau produksi dikali harga jual (rupiah). Pendapatan bersih adalah selisih dari
penerimaan dengan total biaya (rupiah). Pendapatan petani adalah pendapatan
bersih usahatani ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri/TKDK (rupiah),
maka dirumuskan sebagai berikut:
Pendapatan Petani = Pendapatan Bersih + Nilai TKDK Pendapatan Bersih = TR - TC
= (Y x Py) - TC
Ket: TR = Total penerimaan (rupiah) TC = Total biaya (rupiah)
Nilai TKDK = Upah tenaga kerja dalam keluarga (rupiah)
Y = Produksi (kg)
Py = Harga jual (rupiah/kg)
(Soekartawi, 1995).
Kalayakan usahatani dapat diukur dengan memperhitungkan R/C ratio dan
BEP. R/C (Return Cost Ratio) adalah sebagai perbandingan atau nisbah antara
penerimaan dan biaya, dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
- Jika R/C = 1, maka usaha layak impas
Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama
dengan total cost, secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:
Total Biaya Produksi BEP Volume Produksi =
Harga di Tingkat Petani Total Biaya Produksi BEP Harga Produksi =
Total Produksi
Kriteria uji : Titik impas terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih
tinggi dari hasil perhitungan BEP
(Soekartawi, 1995).
Kerangka Pemikiran
Usahatani bawang prei di Desa Jaranguda menghadapi masalah yang
umum terjadi, namun dapat diatasi petani dengan upaya yang tepat. Usahatani
yang dilakukan dengan baik, pasti juga akan menghasilkan produksi yang besar.
Produksi yang dihasilkan dari usahatani bawang prei segera dijual ke pasar
sehingga diperoleh besarnya total penerimaan dari usahatani tersebut. Total
penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga jual
bawang prei di pasar. Untuk mencari besarnya pendapatan bersih usahatani
bawang prei dapat diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total
biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Dari hasil pengamatan bahwa sumber pendapatan petani di Desa
Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo selain dari usahatani bawang prei
adalah dari usahatani wortel, usahatani tomat, dan non usahatani (PNS).
Total pendapatan keluarga diperoleh dari penjumlahan pendapatan petani
petani dari non usahatani. Untuk melihat besarnya kontribusi pendapatan dari
masing-masing sumber pendapatan dapat dihitung dengan perhitungan pendapatan
setiap sumber dibagi dengan total pendapatan keluarga dikali 100 %. Dari uraian
diatas dapat dikemukakan skema kerangka pemikiran seperti tertera pada gambar
berikut:
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)
yaitu Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Adapun
pertimbangan penentuan daerah penelitian karena desa tersebut adalah salah satu
desa yang mengusahakan usahatani bawang prei di Kabupaten Karo.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang prei di Desa Jaranguda
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Jumlah populasi sebanyak 212 KK dan
jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 30 KK dengan menggunakan metode
simple random sampling, dimana karakteristik sampel bersifat homogen yaitu
perlakuan dalam usahatani dan variabel yang akan diteliti sama. Hal ini sesuai
dengan teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian menggunakan analisa
statistik, ukuran sampel paling minimum sebanyak 30 (Hasan, 2002).
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Desa
Jaranguda melalui survey maupun data kuesioner yang sudah disiapkan.
Kepala Desa, Kantor Camat, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, dan Badan Pusat
Statistik. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1
berikut:
Tabel 1. Spesifikasi Pengumpulan Data
No. Jenis Data Sumber Data Metode
Wawancara Observasi 1. Identifikasi petani Petani
responden
2. Teknik budidaya usahatani
Petani
responden
3. Biaya produksi Petani
responden
4. Besarnya pendapatan bersih usahatani
Petani
responden
5. Masalah yang dihadapi dan upaya mengatasinya
Petani
responden
6. Monografi desa Kepala desa
Metode Analisis Data
Analisa dapat dilakukan setelah data-data dikumpulkan dengan lengkap.
Untuk masalah dan tujuan 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengamati dan mengumpulkan informasi mengenai teknik budidaya usahatani
bawang prei di daerah penelitian.
Untuk masalah dan tujuan 2, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei
di daerah penelitian.
Untuk masalah dan tujuan 3, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menganalisis kelayakan usahatani bawang prei di daerah penelitian dengan
Untuk hipotesis, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di
daerah penelitian dengan rumus:
Pendapatan petani bawang prei Kontribusi pendapatan petani = x 100 % bawang prei Total pendapatan keluarga
Keterangan, dengan ketentuan apabila:
Kontribusi pendapatan ≥ 30 % Kontribusinya dikategorikan besar
Kontribusi pendapatan < 30 % Kontribusinya dikategorikan rendah
Untuk masalah dan tujuan 5, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang
prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah
penelitian.
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi
1. Usahatani bawang prei adalah kegiatan untuk mengembangkan dan
memelihara tanaman bawang prei sehingga menghasilkan produksi bawang
prei.
2. Teknik budidaya usahatani bawang prei adalah tahapan kerja yang runtut
dalam usahatani bawang prei yaitu meliputi pengolahan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen.
3. Komponen biaya produksi pada usahatani bawang prei adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani bawang prei berlangsung, baik
Bumi dan Bangunan), maupun biaya variabel yaitu bibit, pupuk, pestisida,
tenaga kerja, dan lain-lain.
4. Pendapatan bersih usahatani bawang prei adalah selisih antara total
penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dengan rupiah per
musim tanam.
5. Pendapatan petani bawang prei adalah pendapatan bersih usahatani ditambah
dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga yang dinyatakan dengan rupiah per
musim tanam.
6. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan per musim tanam yang
dinyatakan dengan rupiah.
7. Kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga
adalah pendapatan petani bawang prei dibagi dengan total pendapatan
keluarga dan dikalikan dengan 100 % yang dinyatakan dengan persentase.
8. Musim tanam adalah lamanya waktu usahatani bawang prei untuk
menghasilkan produksi yaitu 3 bulan.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten
Karo.
2. Populasi penelitian adalah petani yang mengelola usahatani bawang prei di
daerah penelitian.
3. Analisis usahatani bawang prei adalah analisis usahatani bawang prei per
musim tanam dari bulan Mei sampai Agustus tahun 2011.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
a. Luas dan Letak Geografis
Desa penelitian memiliki luas wilayah sebesar 632,9 ha, berada pada
ketinggian 1300 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per
tahun 2000-3000 mm, dan keadaan suhu rata-rata 17-25 C0. Jarak desa penelitian
ke ibukota kecamatan sekitar 2 km, sementara jarak desa ke ibukota kabupaten
sekitar 13 km, dan jarak desa ke ibukota propinsi sekitar 67 km. Waktu tempuh ke
ibukota kecamatan sekitar 0,10 jam, sementara waktu tempuh ke ibukota
kabupaten sekitar 1,5 jam, dan waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat
(ekonomi, kesehatan, pemerintahan) sekitar 0,5 jam.
Adapun batas-batas wilayah desa penelitian adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gongsol - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Merdeka - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lau Gumba b. Jenis Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Penggunaan Lahan Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemukiman 220,90 34,90
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar di
desa penelitian adalah lahan untuk hutan lindung yaitu 36,34 %, kemudian lahan
untuk pemukiman yaitu 34,90 %, sementara lahan untuk ladang yaitu 18,96 %,
dan lahan yang belum dikelola yaitu 7,90 %.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masih ada lahan yang belum
dikelola yaitu sebesar 50 ha, keadaan ini sebenarnya menjadi peluang besar bagi
masyarakat jika mau membuka lahan dan mengolahnya menjadi lahan pertanian.
c. Pemerintahan Desa
Desa penelitian dipimpin oleh seorang kepala desa yang bertugas dalam
mengorganisasi struktur pemerintahan desa yang bertujuan membantu
kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada
pemerintahan pusat. Dalam menjalankan kegiatannya, kepala desa dibantu oleh
seorang sekretaris desa, 3 orang kaur (kepala urusan), dan seorang bendahara
desa.
d. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk desa penelitian yaitu 1570 jiwa atau 375 KK. Keadaan
penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, jenis mata pencaharian,
d.1. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-laki 775 49,36
2. Perempuan 795 50,64
Total 1570 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin di desa penelitian adalah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 775 jiwa
(49,36 %) dan penduduk perempuan yaitu sebanyak 795 jiwa (50,64 %). Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah seimbang.
d.2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Dari Tabel 4 berikut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
terbesar berdasarkan kelompok umur di desa penelitian adalah penduduk usia
produktif (kelompok umur 15-64 tahun) yaitu sebanyak 804 jiwa (51,21 %),
kemudian penduduk usia non produktif yaitu balita, anak-anak, dan remaja
(kelompok umur 0-14 tahun) yaitu sebanyak 758 jiwa (48,28 %), dan penduduk
usia tidak produktif (kelompok umur 64 tahun ke atas) yaitu sebanyak 8 jiwa
(0,51 %). Dengan demikian beban ketergantungan usia non produktif terhadap
usia produktif diperoleh dari Date Ratio (DR) = 94. Artinya setiap satu orang usia
produktif menanggung 0,94 orang usia non produktif.
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa
Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0 – 4 435 27,71
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
d.3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di desa
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. PNS dan Pegawai Swasta 643 63,35
2. Petani 280 27,59
3. Jasa dan Industri 92 9,06
Total 1015 100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian di desa penelitian terdapat 643 jiwa (63,35 %) yang dominan sebagai
PNS dan pegawai swasta, kemudian sebagai petani yaitu sebanyak 280 jiwa
(9,06 %).
d.4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Tidak tamat SD 28 2,53
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar
berdasarkan tingkat pendidikan di desa penelitian adalah penduduk yang tamat
SLTA yaitu sebanyak 483 jiwa (43,55 %), menyusul penduduk yang tamat SD
yaitu sebanyak 345 jiwa (31,11 %), selanjutnya penduduk yang tamat Perguruan
Tinggi yaitu sebanyak 136 jiwa (12,26 %), kemudian penduduk yang tamat SLTP
yaitu sebanyak 79 jiwa (7,12 %), dan penduduk yang tamat Akademi yaitu
sebanyak 38 jiwa (3,43 %), serta penduduk yang tidak tamat SD yaitu sebanyak
28 jiwa (2,53 %). Sedangkan penduduk yang belum sekolah karena belum cukup
umur yaitu sebanyak 461 jiwa, sehingga jumlah keseluruhan penduduk desa
penelitian adalah 1570 jiwa.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di desa
penelitian dapat digolongkan cukup tinggi karena 59,24 % tamat SLTA bahkan
mempengaruhi wawasan dan pola pikir masyarakat secara sosial maupun
ekonomi.
d.5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama di desa penelitian dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Penelitian, Tahun 2010
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar
berdasarkan agama di desa penelitian adalah penduduk beragama Islam yaitu
sebanyak 915 jiwa (58,28 %), selanjutnya penduduk beragama Kristen Protestan
yaitu sebanyak 530 (33,76 %), kemudian penduduk beragama Katolik yaitu
sebanyak 114 jiwa (7,26 %), dan penduduk beragama Budha yaitu sebanyak 11
jiwa (0,70 %). Hal ini menunjukkan bahwa semua penduduk sangat menyadari
bahwa agama itu sangat penting dalam kehidupannya.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang
keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana merupakan segala sesuatu yang
dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana
merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang dapat menunjang
pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Sarana dan Prasana Di Desa Penelitian, Tahun 2010
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Kesehatan
- Puskesmas Pembantu 1
2. Peribadatan
- Kendaraan Umum Roda Empat - Kendaraan Umum Roda Dua
- Alat Tansportasi Tradisional (Delman dan Kuda)
10
Sumber: Kantor Kepala Desa Jaranguda, 2011
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di
desa penelitian adalah meliputi sarana dan prasarana kesehatan, peribadatan,
angkutan, transportasi, pendidikan, dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sarana
dan prasarana tersebut sangat minim khususnya pendidikan. Sehingga untuk
memperoleh pendidikan SD dan SLTP, penduduk harus sekolah di luar desa
penelitian baik di ibukota kecamatan merdeka maupun ibukota kecamatan
brastagi.
Karakteristik Petani Sampel
aktifitasnya sehari-hari. Karakteristik petani sampel meliputi umur, lama
pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, dan luas lahan. Karakteristik
petani sampel di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Penelitian
No. Karakteristik Range Rata-rata
1. Umur (tahun) 30 – 62 47,20
2. Lama pendidikan (tahun) 9 – 17 12,76
3. Jumlah tanggungan (jiwa) 0 – 5 2,76
4. Pengalaman bertani (tahun) 6 – 42 21,37
5. Luas lahan (rante) 1 – 25 8,53
Sumber: Data diolah dari lampiran 1
1. Umur
Umur adalah usia petani sampel yang dihitung dari tanggal lahirnya
sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Umur petani
sampel yaitu dari 30 sampai 62 tahun dengan rata-rata 47,20 tahun atau 47 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di desa penelitian tergolong usia
produktif dalam mengelola usahatani bawang prei.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah lama pendidikan yang ditempuh petani sampel di
bangku sekolah yang dinyatakan dengan tahun. Pendidikan yang ditempuh petani
sampel yaitu dari SLTP sampai Perguruan Tinggi atau range 9 – 17 tahun dengan
rata-rata 12,76 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan yang
ditempuh petani sampel di desa penelitian adalah SLTA.
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau
rumah tangga dan ditanggung oleh kepala keluarga yang dinyatakan dengan jiwa.
dengan rata-rata 2,76 jiwa atau 3 jiwa.
4. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani adalah lama petani sampel bekerja dan berusahatani
bawang prei yang dinyatakan dengan tahun. Pengalaman bertani petani sampel
yaitu dari 6 sampai 42 tahun dengan rata-rata 21,37 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa petani sampel di desa penelitian memiliki pengalaman bertani yang cukup
lama dalam mengelola usahatani bawang prei.
5. Luas Lahan
Luas lahan usahatani bawang prei adalah luas lahan yang digunakan petani
sampel dalam usahatani bawang prei yang dinyatakan dengan rante. Luas lahan
usahatani bawang prei yang dimiliki petani sampel di desa penelitian yaitu dari 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei
Usaha tani bawang prei perlu didukung dengan teknik bercocok tanam
yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang runtut. Teknik
budidaya bawang prei di desa penelitian meliputi:
1. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan untuk penanaman bibit bawang prei di desa penelitian
meliputi pembersihan rumput dari sisa-sisa tanaman lain, pengolahan tanah dan
pembuatan bedengan, serta pemupukan
dasar. Tanah disisir untuk memecah dan
menghaluskan gumpalan-gumpalan
tanah yang besar, caranya tanah
dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm
sampai diperoleh struktur tanah yang
Gambar 4. Pengolahan lahan gembur dan halus, sekaligus diratakan
dan dilakukan pembentukan bedengan dan parit. Bedengan berukuran lebar 100
cm dengan ukuran panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, sedangkan parit
dibuat dengan ukuran lebar 25 cm. Setelah itu, tanah bedengan diberi pupuk
Kompos untuk meningkatkan produktivitas lahan.
2. Penanaman
Bibit anakan yang telah dipotong sebagian daun dan akarnya pada tahap
pascapanen pada usahatani bawang prei sebelumnya, ditanam pada lubang tanam
Kemudian, lubang tanam ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar
tanaman dapat berdiri tegak dan kuat. Penanaman bibit bawang prei di desa
penelitian biasanya dilakukan pada sore hari agar bibit sudah kuat pada saat
terkena terik matahari pada pagi harinya, dengan demikian bibit dapat tumbuh
dengan baik. Penanaman bawang prei
dengan menggunakan jarak
tanaman 10-15 cm dan jarak
antar-barisan 10-15 cm. Untuk luas lahan 400
m2 atau 1 rante, petani di desa penelitian
membutuhkan 134,70 kg bibit.
Gambar 5. Penanaman bibit bawang prei
3. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman bawang prei di desa penelitian meliputi
penyulaman, pemupukan susulan, penyiangan dan pendangiran, dan perlindungan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Penyulaman adalah penggantian
bibit bawang prei yang pertumbuhannya kurang baik. Pemupukan susulan untuk
tanaman bawang prei di desa penelitian dilakukan saat umur tanaman 7-10 hari
dengan memberikan pupuk NPK melalui tanah berupa pupuk Mutiara maupun
pupuk Basf yang bertujuan untuk memberi tambahan zat makanan (hara) pada
tanaman bawang prei, dan pemupukan susulan lainnya melalui daun berupa
penyemprotan pupuk pelengkap cair atau pupuk Daun Fosfo-N yang diberikan
setiap 2 minggu berturut-turut setelah bawang prei ditanam yang bertujuan
menghasilkan panen, serta pemberian pupuk Urea melalui tanah pada umur
tanaman 3-4 minggu yang berguna untuk merangsang pertumbuhan produksi.
Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan (gulma) dan
jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang prei, dan pendangiran
dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara ringan. Langkah ini bertujuan
untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, memperbaiki peredaran
udara (aerasi), dan memelihara struktur tanah agar tetap gembur.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang prei di desa
penelitian adalah hama wereng dan penyakit busuk daun. Perlindungan tanaman
yang dilakukan petani adalah perlindungan secara kimiawi yaitu pemberian
pestisida dalam waktu 2 x seminggu dengan melakukan penyemprotan, sehingga
serangan hama dan penyakit dapat ditekan sekecil mungkin.
4. Panen dan pascapanen
Untuk mendapatkan kualitas bawang prei yang baik, penanganan panen
yang dilakukan petani adalah dengan memperhatikan umur tanaman, cara
pemanenan, dan waktu pemanenan. Umur tanaman sudah dapat dipanen pada
umur 3 bulan. Pemanenan bawang prei dapat dilakukan dengan cara mencabut
seluruh rumpun tanaman dan harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh
rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Waktu pemanenan dilakukan
pada pagi hari agar produksi bawang prei dapat segera dipasarkan.
Penanganan pascapanen produksi bawang prei di desa penelitian meliputi
pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi,
pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran. Pada tahap sortasi,
dari 3 (tiga) jenis, yaitu produksi super (besar), produksi non super (kecil), dan
bibit bawang prei. Untuk mempermudah pengangkutan produksi bawang prei ke
pajak Brastagi, petani mengikat dan mengemas produksi bawang prei
menggunakan tali dan goni plastik.
Gambar 8. Bak pencucian hasil panen Gambar 9. Sortasi hasil panen
Untuk melihat apakah teknik budidaya usahatani bawang prei di desa
penelitian telah intensif atau tidak, dapat dilihat dengan membandingkan teknik
budidaya anjuran yang dikemukakan oleh Cahyono (2005) dengan teknik
Tabel 10. Perbandingan Teknik Budidaya Anjuran Dengan Teknik Budidaya Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian
Kegiatan Teknik Budidaya Anjuran Yang
Dikemukakan Cahyono (2005) x) Teknik Budidaya Di Desa Penelitian xx) Keterangan Pengolahan
lahan
- Pembersihan rumput
- Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan - Pemupukan dasar
- Pengapuran - Pemulsaan
- Pembersihan rumput
- Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan - Pemupukan dasar
Sesuai
Pembibitan Perbanyakan secara generatif atau vegetatif Perbanyakan secara vegetatif Sesuai
Penanaman Penanaman dilakukan sore hari, dengan
menggunakan jarak antar-tanaman 20 cm dan jarak antar-barisan 30 cm.
Penanaman dilakukan sore hari, dengan menggunakan jarak antar-tanaman 10-15 cm dan jarak antar-barisan 10-15 cm.
Hampir sesuai
Pemeliharaan -Penyulaman -Pengairan
-Pemupukan susulan
-Penyiangan dan pendangiran -Pemangkasan bunga dan daun
-Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
- Penyulaman
- Pemupukan susulan
- Penyiangan dan pendangiran
- Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
Sesuai
Panen dan pascapanen
-Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman
-Penanganan pascapanen yaitu pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran
- Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman
- Penanganan pascapanen yaitu pengumpulan, pembersihan dan pemotongan bagian tanaman, pencucian, sortasi, pengikatan, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran
Sesuai
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa teknik budidaya usahatani bawang prei
di desa penelitian secara garis besar telah sesuai dengan anjuran yang
dikemukakan oleh Cahyono (2005). Dengan demikian teknik budidaya usahatani
bawang prei di desa penelitian dapat dikatakan telah intensif, karena sesuai
dengan anjuran.
Analisis Usahatani Bawang Prei
1. Lahan
Ketersediaan lahan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu
usahatani. Demikian juga dengan usahatani bawang prei, lahan juga menjadi hal
yang penting bagi petani bawang prei di desa penelitian. Status kepemilikan lahan
untuk usahatani bawang prei dari 30 sampel pada umumnya milik sendiri, dimana
hanya 1 orang petani dengan menyewa lahan. Petani bawang prei juga membayar
biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) terhadap lahan miliknya sendiri. Biaya
PBB yang dikenakan di desa penelitian yaitu Rp.50.000,00/ tahun untuk 1 ha
lahan. Adapun biaya PBB per musim tanam apabila penanaman bawang prei 3
kali dalam setahun adalah Rp.16.667,00/ha.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani
bawang prei, karena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan
usahatani tersebut. Dalam pengelolaan usahatani bawang prei di desa penelitian,
tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja
dengan upah harian Rp.40.000,00 s/d Rp.50.000,00 untuk 1 HKO (HKO = 8 jam
kerja).
Penggunaan dan biaya tenaga kerja rata-rata pada usahatani bawang prei di
desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
No. Tahapan Rata-rata/ petani 27,27 149,27 176,54 8.792.833 100,00 Rata-rata/ rante 3,19 17,48 20,67 1.029.927 100,00 Sumber: Data diolah dari Lampiran 3
Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tenaga kerja luar
keluarga (TKLK) untuk semua tahapan pekerjaan lebih besar daripada tenaga
kerja dalam keluarga (TKDK) yaitu 84,55 % TKLK dan 15,45 % TKDK. Biaya
tenaga kerja terbesar pada usahatani bawang prei di desa penelitian adalah pada
tahap kegiatan panen dan pascapanen yaitu 69,70 %, menyusul pemeliharaan
yaitu 21,25 %, kemudian penyiapan lahan dan penanaman yaitu 9,05 %. Adapun
biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang prei untuk biaya tenaga kerja
selama 1 musim tanam adalah Rp.8.792.833,00/petani atau Rp.1.029.927,00/rante.
3. Sarana produksi 3.1. Bibit
Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan/ penangkaran yang siap untuk
ditanam, bisa berasal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan bisa berasal dari
tanaman biasanya telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat
mencapai proses tumbuh yang baik. Bibit yang digunakan petani di desa
penelitian umumnya bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif yaitu setek
yang berasal dari usahatani bawang prei sebelumnya, sehingga biaya bibit pada
usahatani bawang prei dapat ditekan sekecil mungkin, dengan catatan harga bibit
diperkirakan Rp.8.000,00/kg.
Penggunaan dan biaya bibit rata-rata pada usahatani bawang prei di desa
penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
No. Uraian Satuan Per Petani Per Rante
1. Jumlah bibit Kg 1.150,00 134,70
2. Biaya Rupiah 9.200.000 1.077.620
Sumber: Data diolah dari Lampiran 4
Dari Tabel 12 dapat dikemukakan bahwa biaya yang dikeluarkan pada
usahatani bawang prei di desa penelitian untuk biaya bibit selama 1 musim tanam
adalah sebesar Rp.9.200.000,00/petani atau Rp.1.077.620,00/rante.
3.2. Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani
dengan pemberian unsur hara baik secara organik maupun kimia. Tujuannya
adalah meningkatkan unsur hara pada lahan dan juga tanaman agar mempunyai
produksi lebih baik.
Pemupukan pada usahatani bawang prei di desa penelitian dilakukan pada
dengan pemupukan susulan yang dilakukan seminggu setelah bawang prei
ditanam yaitu pemberian pupuk Urea, serta pemupukan susulan lainnya berupa
penyemprotan pupuk pelengkap cair atau pupuk Daun Fosfo-N yang diberikan
setiap 2 minggu berturut-turut setelah bawang prei ditanam.
Jenis dan harga pupuk yang digunakan pada usahatani bawang prei di desa
penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian, Tahun 2011
No. Jenis Pupuk Satuan Harga (Rupiah)
Penggunaan dan biaya pupuk rata-rata pada usahatani bawang prei di desa
penelitian dapat dilihat pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-rata pada Usahatani Bawang Prei Di Desa Penelitian Per Musim Tanam
No. Jenis Pupuk
Kuantitas Biaya (Rupiah) Persen-tase (%) Satuan Per Petani Per Rante Per Petani Per Rante
1. Kompos Kg 3.924,00 459,62 1.308.000 153.209 42,46
Dari Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani
bawang prei di desa penelitian ada 5 jenis yaitu pupuk Kompos, pupuk Urea,