SELEKSI MASSA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L. Merill) TERHADAP RADIASI SINAR GAMMA PADA TURUNAN KEDUA
SKRIPSI
OLEH :
ALEKSANDER SILALAHI 040307039/PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SELEKSI MASSA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L. Meril) TERHADAP RADIASI SINAR GAMMA PADA TURUNAN KEDUA
SKRIPSI
OLEH:
ALEKSANDER SILALAHI 040307039/PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Medan
Disetujui oleh : Dosen Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Eva Sartini Bayu MP)
NIP. 132 056 643 NIP. 130 422 455 (Ir. Hasmawi hasyim, MP)
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi dan meningkatkan produksi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L. meril) dengan seleksi massa beberapa varietas kedelai pada turunan generasi kedua (M2).
Penelitian dilaksanakan dari bulan juli sampai bulan oktober 2009 di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatea Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dan 4 ulangan. Varietas (V) yang diteliti yaitu kerinci, Seulawah, Baluran yang merupakan turunan kedua dari mutasi sinar Gamma 10 krad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST (V3 = 14.39), 4 MST (V3 = 36.19), 6 MST (V3 = 63.06 ), 8 MST (V2 = 87.09), jumlah buku 4 mst (V1=8.38), 6 MST (V2 = 15.00), 8 MST (V2 = 19.63), umur panen (V2 = 13.00), jumlah cabang pertanaman (V2= 19.00), jumlah produksi persampel (V2 = 63.40), jumlah polong pertanaman (V2 = 286.50), jumlah polong hampa (V3 = 2.88), bobot biji 100 biji (V3=19.65). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing varietas memiliki susunan genetic yang berbeda beda dengan sifat dan ciri yang khusus walaupun ada yang memiliki sifat dan ciri yang sama antar varietas sehingga mempengaruhi produksi tanaman kedelai.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sei Pinyuh pada tanggal 10 Januari 1985 dari ayahanda
alm. A.S. Silalahi dan ibunda H.Y. br. Purba. Pernulis merupakan putra kedua dari
enam bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA RK. Deli Murni Diski. dan pada tahun
2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalar SPMB. Penulis memilih program studi
Pemuliaan Tanaman jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan
sebagai Ketua Majelis Musyawarah Fakultas (MMF) pertanian 2006 – 2007. Ketua
panitia Porseni Ikatan Mahasiswa Katolik USU 2006, Bendahara Hari Lingkungan
Hidup Dunia FP USU 2007, Kordinator Badan Penelitian dan Pengembangan
(litbang) Ikatan Mahasiswa Katolik FP USU 2006, Ketua Natal Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara 2008.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN-3 Kebun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala Berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi adalah “Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai
(Glicine max L.merill) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua’’.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hasmawi Hasyim,
MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Dan juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ayahanda Alm. A.S. Silalahi dan ibunda H.Y.br. Purba tercinta atas kasih sayang
yang luar biasa dalam mendidik hingga saat ini, serta abangda Albert Silalahi, adinda
Andreas, Johanes, Leonardo, Martha Rosari, dan Alm. Theresia Silalahi atas
dorongan moralnya yang tak henti-henti dalam proses awal hingga penyelesaian
akhir perkuliahan. Tak lupa juga terimakasih kepada sahabat-sahabat mahasiswa
Budidaya Pertanian (BDP) angkatan 2004 terkhususnya serta teman-teman semua
angkatan umumnya, para staf pengajar dan pegawai di Departemen Budidaya
Pertanian serta semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2010
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesa Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman dan Syarat Tumbuh ... 6
Botani ... 6
Syarat Tumbuh ... 8
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian ... 18
Metode Analisis Data ... 18
Keragaman Genetik ... 19
Heritabilitas ... 21
pelaksanaan penelitian ... 22
Persiapan Lahan ... 22
Penanaman benih ... 22
Pemupukan ... 22
Penyiraman ... 22
Penyulaman dan Penjarangan ... 22
Penyiangan... 22
Pembumbunan ... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 22
Panen ... 23
Pengamatan Parameter... ... 24 Tinggi Tanaman (cm) ... 24
Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang) ... 24
Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 24
Jumlah Polong Hampa per Tanaman ... 24
Jumlah polong pertanaman ... 24
Umur Panen (HST) ... 25
Produksi per sampel (gr) ... 25
Bobot 100 Biji (g) ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26
Pembahasan ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41
Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah ... 20
2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) ... 26
3. Rataan Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang) ... 27
4. Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 28
5. Rataan Jumlah Polong Per Tanaman... 29
6. Rataan Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ... 30
7. Rataan Umur Panen (HST) ... 31
7. Rataan produksi per sampel (g) ... 32
8. Rataan Bobot 100 Biji (g)... 33
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Histogram Rataan Tinggi Tanaman (cm) ... 27
2. Histogram Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 28
3. Histogram Rataan Jumlah Cabang pada Batang utama (cabang) ... 30.
4. Histogram Rataan Umur Panen (HST)... 33
5. Histogram rataan jumlah polong per tanaman (polong) ... 34
5. Histogram Rataan Jumlah Polong hampa per Tanaman (polong) ... 35
6. Histogram Rataan Produksi Per Sampel ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 42
2. Bagan Percobaan ... 43
3. Bagan Plot Percobaan ... 44
4. Deskripsi Varietas Kerinci, Seulawah, dan Baluran ... 46
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 mst (cm) ... 49
6. Sidik Ragam Tingg i Tanaman mst 2 (cm) ... 49
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 mst (cm) ... 49
8. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 4 mst (cm) ... 49
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 mst (cm) ... 50
10. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 6 mst (cm) ... 50
11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 mst (cm) ... 50
12. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 8 mst (cm) ... 50
13. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 51
14. Sidik Ragam Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 51
15. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 2 mst(buku) ... 51
16. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 2 mst (buku) ... 51
17. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 4 mst (buku) ... 52
18. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 4 mst (buku) ... 52
19. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 6 mst (buku) ... 52
21. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 8 mst (buku) ... 53
22. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 8 mst (buku) ... 53
23. Data Pengamatan Jumlah Polong (polong) ... 53
24. Sidik Ragam Jumlah Polong (polong) ... 53
25. Data Pengamatan Jumlah Polong hampa (polong) ... 54
26. Sidik Ragam Jumlah Polong hampa (polong) ... 54
27. Data Pengamatan Jumlah Umur Panen ... 54
28. Sidik Ragam Jumlah Umur Panen ... 54
29. Data Pengamatan Produksi per Sampel (g) ... 55
30. sidik ragam jumlah produksi per sampel (g) ... 55
31. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) ... 55
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi dan meningkatkan produksi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L. meril) dengan seleksi massa beberapa varietas kedelai pada turunan generasi kedua (M2).
Penelitian dilaksanakan dari bulan juli sampai bulan oktober 2009 di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatea Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dan 4 ulangan. Varietas (V) yang diteliti yaitu kerinci, Seulawah, Baluran yang merupakan turunan kedua dari mutasi sinar Gamma 10 krad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST (V3 = 14.39), 4 MST (V3 = 36.19), 6 MST (V3 = 63.06 ), 8 MST (V2 = 87.09), jumlah buku 4 mst (V1=8.38), 6 MST (V2 = 15.00), 8 MST (V2 = 19.63), umur panen (V2 = 13.00), jumlah cabang pertanaman (V2= 19.00), jumlah produksi persampel (V2 = 63.40), jumlah polong pertanaman (V2 = 286.50), jumlah polong hampa (V3 = 2.88), bobot biji 100 biji (V3=19.65). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing varietas memiliki susunan genetic yang berbeda beda dengan sifat dan ciri yang khusus walaupun ada yang memiliki sifat dan ciri yang sama antar varietas sehingga mempengaruhi produksi tanaman kedelai.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai.
Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia
merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman kedelai yaitu 1,4 juta
ha setelah China (8 juta ha) dan India (4,5 juta ha). Dari sisi produksi kedelai,
Indonesia diketahui menduduki peringkat keenam terbesar di dunia setelah AS,
Brazil, Argentina, China, dan India. Peningkatan produksi kedelai selama sepuluh
tahun terakhir lebih banyak sebagai kontribusi perluasan areal tanam (73 %) dan
sisanya 27 % berasal dari peningkatan produktivitas. Meskipun setiap tahunnya
terjadi peningkatan produksi kedelai nasional tetapi tetap tidak bisa menyusul laju
permintaan kedelai dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas
pertanaman yang rendah yaitu hanya 1,1 ton/ha. Jauh lebih kecil hampir
setengahnya jika dibandingkan dengan Brazil dan Argentina yang mampu
menghasilkan di atas 2 ton kedelai perha Rendahnya produktivitas pertanaman
kedelai bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Belum populernya
penggunaan benih bermutu dan bersertifikasi yang digunakan oleh kebanyakan
petani sebagai benih dan bibit
(http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/2007seminarhasil_2006.)
Produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2007 (Angka sementara) sebesar
4.345 ton, turun sebesar 2.697 ton atau 38,30 persen dibandingkan produksi pada
2.564 hektar atau 40,63 persen. Untuk produksi mengalami kenaikan sebesar 3,94
persen
Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.
Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan
lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa
pembungaan akan mengurangi pembentukan polong (Soemaatmadja, 1993).
Perbaikan tanaman untuk perbaikan kualitas mutu gizi pada tanaman pangan
mendapat prioritas kecil dibandingkan dengan perbaikan produktivitas atau ketahanan
terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman yang luas dari kandungan mutu gizi
yang terdapat di dalam genotipe plasma nutfah memberikan kemungkinan yang
cukup besar untuk perbaikan mutu gizi tanaman (Zuraidah dkk, 2001).
Upaya peningkatan produksi komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian
memerlukan penyediaan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran/tahan
terhadap cekaman biotis dan abiotis penampilan keragaan tanaman dan umur panen,
serta kualitas seperti kandungan nutrisi, rasa, bentuk dan ukuran biji atau umbi (Balai
Penelitian Kacang-kacangan, 2006).
Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usaha tani
kedelai. Syarat benih bermutu adalah murni dan diketahui nama varietasnya,
memiliki daya tumbuh yang tinggi (>85%) dan vigor baik (Balai Penelitian
Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi kedelai tetap tinggi adalah
melakukan rekayasa pada tanaman kedelai hingga menghasilkan varietas kedelai
unggul. Di Indonesia misalnya, upaya pemulian tanaman dilakukan Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) hingga melahirkan varietas baru yang dapat di
kembangkan menjadi tanaman unggul
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun
RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom.
Mutasi terjadi pada frekwensi yang rendah dialam, biasanya lebih rendah dari 1:
10.000 individu. ( http://bebas.vlsm.org.,2008).
Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang di
mutasi. Hal ini ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan
penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang
bekerja merakit kultifar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang
di kehendaki. Melalui tehnik peyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan atau
tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat-sifat yang diharapkan setelah
melakukan serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi benih pada tanaman (Amien
dan Carsono, 2008).
Benih merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
produksi tanaman. Dalam memilih benih kedelai, petani mencari benih
kedelai yang padat, berkilat, tidak pecah, kering, bersih, dan cukup besar.
Sekitar 30% petani memakai benih mereka sendiri
Pengenalan atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk
menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang
dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat
pegangan berupa deskripsi varietas Untuk berhasilnya penanaman perlu dipilih
varietas yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Sifat unggul dari
suatu varietas ditentukan bagaimana komponen hasil saling terkait dalam membangun
penampilan suatu varietas. (Gani, 2000).
Hasil penelitian yang telah dilakukan di tanah masam dengan metode teknik
radisi sinar gamma menunjukkan adanya nomor kedelai yang berpotensi memiliki
daya hasil lebih tinggi, metode ini telah berhasil meningkatkan produktivitas tanaman
kedelai
Dari uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas kedelai ( Glicine max L.) pada turunan kedua.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan morfologi dan produksi beberapa varietas
kedelai hasil radiasi sinar gamma pada generasi kedua (M2).
Hipotesis Penelitian
- Ada perbedaan morfologi beberapa varieatas tanaman kedelai hasil radiasi
- Ada perbedaan produksi beberapa varietas tanaman kedelai hasil radiasi sinar
gamma pada generasi kedua (M2).
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Family : Leguminosae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.)
Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat tumbuh
sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang merupakan
koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah yang telah
mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur 15-20 hari
setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri rhizobium
tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk
(Departemen Pertanian, 1990).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari poros janin
adalah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil akar.
mulai dari pangkal akar sampai hipokotil. Bagian batang kecambah diatas kotiledon
disebut hipokotil. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan
perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang pertama
dari batang utama (Somaatmadja, 1999).
Daunnya berselang-seling beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai daun
panjang terutama untuk daun-daun yang berada dibagian bawah, anak daun bundar
telur samapi bentuk lanset (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata, pangkal
membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Somaatmadja, 1993).
Pembungaannya berbentuk tandan aksilar atau terminal, berisi 3-30 kuntum
bunga, bunganya kecil, berbentuk kupu-kupu, lembayung atau putih, daun
kelopaknya berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah yang
berlainan, tidak rontok, benang sarinya sepuluh helai, dua tukal, tangkai putiknya
melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol (Somaatmadja,
1993).
Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.
Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan
lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa
pembungaan akan mengurangi pembentukan polong. jumlah polong, jumlah biji,
bobot 100 biji dan kepadatan populasi besar pengaruhnya dalam menentukan hasil
kedelai persatuan luas (Soemaatmadja, 1993).
Bentuk biji kedelai berbeda tergantung kultivar, dapat berbentuk bulat, tidak
kedelai juga berbeda besar dan bobotnya, bobot 100 butir beragam antara 5 sampai 30
gram. Biji kedelai terdiri dari 2 bagian yaitu 1) kulit biji (testa) dan 2) janin (embryo).
Kulit biji terdiri dari 3 lapisan sel, yaitu epidermis, hipodermis, dan parenkima. Janin
terdiri dari 2 kotiledon, plumula, dan poros hipokotil bakal akar. Kotiledon dapat
berwarna kuning atau hijau. Plumula terdiri dari 2 daun sederhana dan titik tumbuh
sedang poros hipokotil-bakal akar merupakan bagian janin yang terletak dibawah
kotiledon (Somaatmadja,dkk, 1999).
Polongnya yang berkembang dalam kelompok biasanya mengandung 2-3 biji
yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna
biji berbeda-beda menurut kultivar. Kultivar indeterminate biasa digunakan untuk
produksi sayuran dan ditanam dengan jarak tanam rapat (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Agar hidup dengan baik dan berproduksi optimal, kedelai memerlukan
penyinaran penuh. Kedelai dapat tumbuh pada suhu 250-300 C. Kedelai menghendaki
air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah
hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman
kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 meter diatas permukaan laut
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih
disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh
baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan
untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara
100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C,
akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada
proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok.
(http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).
Tanah
Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai
agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan
liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan
organic dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air
tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian,1996).
Untuk pertumbuhan kedelai yang optimal tanah perlu mengandung unsur hara
yang cukup gembur dan bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah : 6,0-6,8
merupakan keadaan optimal untuk pertumbuhan kedelai dan pertumbuhan bakteri
Rhizobium. Pada tanah dengan pH 5,5 kedelai masih memberi hasil dan pemberian
kapur sebanyak 2-3 ton/Ha pada tanah yang ber-pH 5,5 pada umumnya dapat
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah,
tetapi air tetap tersedia. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol,
latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila
diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup, Toleransi
keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada
pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat
terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses
nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan
berjalan kurang baik (http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).
Varietas
Untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan keunggulannya tetap di
miliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman seperti tipe tumbuh,warna
hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat-sifat kuantitatif seperti
tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan atau identifikasi varietas
unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah
benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).
Varitas unggul kedelai mempunyai keunggulan tertentu dibanding dengan
varietas lokal, keunggulan dapat berupa hasil yang lebih tinggi, batang lebih pendek
(genjah) lebih tahan terhadap hama/penyakit dan lain-lain. Kedelai yang unggul untuk
cara tanam. Varietas yang bijinya kecil pada umumnya lebih sesuai untuk dataran
tinggi. Varietas kedelai dapat ditanam sampai beberapa generasi tanpa mengalami
kemunduran asal kemurnian benihnya tetap dijaga (Departemen Pertanian, 1990).
Program pemuliaan tanaman kedelai memerlukan banyak informasi tentang
sifat-sifat agronomi, komponen hasil dan hasil, keragaman fenotipik dan genotipik
dari plasma nutfah yang dimiliki. Informasi-informasi tersebut serta implikasinya
terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas hasil tanaman kedelai sampai sekarang
masih terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap genotipe-genotipe
yang ada untuk mendapatkan beberapa informasi yang diperlukan bagi program
pemuliaan tanaman kedelai, sehingga arah pemuliaan tanaman kedelai menjadi lebih
jelas (Surwardi, Poerwoko dan Basuki, 2002).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip.
Respon genotip terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan
fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Keragaman Genotip dan Fenotip
Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program pemuliaan
tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan manusia, dengan
cara melakukan introduksi sederhana dan teknik seleksi atau dapat dimanfaatkan
baru. Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan yang
sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotip kedua tanaman
tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena
melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik
(Welsh, 2005).
Fenotip suatu karakter adalah hasil interaksi antara genotip dan lingkungan.
Dengan demikian, varians fenotip adalah penjumlahan varians genotip dan varians
lingkungan dalam suatu populasi adalah nol, maka varians fenotip sama dengan
varians genotip. Nilai yang diobservasi atau nilai suatu karakter yang diukur pada
suatu individu disebut nilai fenotip dari individu tersebut. Fenotip adalah penampilan
(dalam bentuk karakter fisik, biokimia, fisiologi, dll) dari suatu individu tanaman
yang merupakan hasil dari pengaruh genotip dan lingkungan. Genotip adalah
konstitusi genetik yang dimiliki oleh suatu individu (Malau, 1995).
Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika
mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh
terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan
terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman
yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang
dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain,
pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada
Siklus hidup tanaman tergantung pada lama waktu yang diperlukan untuk
tumbuh dari zigot (biji) atau bahan tanaman sampai memproduksi bunga, biji atau
buah. Variasi yang terjadi untuk setiap golongan tanaman dapat dijumpai berdasarkan
faktor genetik atau lingkungan, misal kemampuan beradaptasi akibat kondisi iklim
dan sebagainya (Mangoendidjojo, 2003).
Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai
keragaman genotipik, keragaman fenotipik, heritabilitas, korelasi genotipik dan
korelasi fenotipik. Untuk memperkecil kekeliruan seleksi yang didasarkan pada
wujud luar (fenotip) tanaman, maka perlu memperhatikan; (i) korelasi genotipik dan
fenotipik antar sifat, (ii) lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan,
(iii) ciri genetik sifat yang diseleksi (monogenik, oligogenik dan poligenik), (iv) cara
seleksinya (langsung atau tidak langsung), dan (v) keragaman genetik
(http://images.soemarno.multiply.com/attachment, 2002).
Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan
aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap bahwa
susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena berasal dari
varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan
genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari
jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada
lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut
maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang bersangkutan
Kegiatan seleksi dalam pemuliaan secara konvensional hanya didasarkan pada
pengamatan fenotip yang dibantu dengan pendugaan menggunakan metode statistik
yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul dalam pemuliaan secara
konvensional, adalah: 1) memerlukan waktu yang cukup lama, 2) sulit memilih
dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat
morfologi atau agronomi, karena penampilan fenotip tanaman bukan hanya
ditentukan oleh komposisi genetik, tetapi juga oleh lingkungan tempat tanaman
tersebut tumbuh, 3) rendahnya frekuensi individu berkenan yang berada dalam suatu
populasi yang besar sehingga menyulitkan kegiatan seleksi untuk mendapatkan hasil
yang valid secara statistik, dan 4) pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan
yang tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan (Azrai, 2006).
Karakter Agronomi
Pengenalan varietas, untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan
keunggulannya tetap dimiliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman
seperti tipe tumbuh,warna hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan
sifat-sifat kuantitatif seperti tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan
atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang
dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan (Gani, 2000).
Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya adanya
perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada yang tidak), ini
disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun ada pula variasi yang memerlukan
pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi
Heritabilitas
Heritabilitas dengan nilai sedang tidak sesuai dengan yang umum terjadi pada
karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi karena nilai
heritabilitas bukan suatu konstanta, sehingga untuk karakter yang sama nilainya dapat
berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa, tetapi heritabilitas suatu
karakter tidak selalu persis sama. Di pihak lain, walaupun metode pendugaan
berbeda, mungkin saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk karakter tertentu
(Azrai dan Kasim, 2003).
Perbandingan antara varians yang disebabkan oleh genotip dengan varians
fenotip adalah ukuran dari Heritabilitas. Heritabilitas adalah kemampuan dari suatu
karakter untuk diwariskan pada keturunannya. Proporsi varians genotip dalam varians
fenotip dapat dihitung dengan rumus :
p G b
V V h 2 =
Perbandingan antara keseluruhan varians karena genotip dengan varians fenotip
disebut koefisien Heritabilitas.(Malau, 1995).
Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut
Heritabilitas. Dan dapat dirumuskan sebagai :
h = Vg / (Vg + Ve).
Vg = Variasi genetik, Ve = Variasi lingkungan (komponen faktor lingkungan).
Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan,
ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan
nilai 1 ialah bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Yang sering
menjadikan hambatan ialah rendahnya nilai heritabilitas sebagian besar produksi
tanaman budidaya yang penting dan rendahnya ketahanan terhadap beberapa
penyakit. Ini berarti pengaruh lingkungan terhadap ekspresi fenotip dan terjadinya
pengurangan karakter gen sangat besar (Welsh, 2005).
Salah satu sifat yang paling penting dari suatu karakter yang tumbuh
(tumbuhan) adalah heritabilitas. Hal ini menunjukkan seperti yang telah kita lihat
proporsi dari jumlah perbedaan yang diakibatkan oleh efek dari gen rata-rata dan
inilah yang menentukan tingkat derajat kemiripan diantara famili. Hanya nilai fenotip
dari suatu individu yang dapat langsung diukur, tetapi nilai pengembangbiakan itu
sendirilah yang menentukan pengaruh mereka pada generasi selanjutnya (Pai, 2000).
Dalam suatu populasi setiap individu tanaman terdapat perbedaan, misalnya
dalam hasil, tinggi tanaman, ketahanan terhadap lingkungan dan sifat-sifat lain. Jika
dilakukan seleksi secara acak dari dua tanaman dalam suatu populasi dan diukur
hasilnya maka terdapat perbedaan diantara kedua tanaman tersebut yang diakibatkan
oleh sebahagian pengaruh genetik dan sebahagian lagi oleh faktor lingkungan.
Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan oleh
faktor genetis terhadap keragaman penotip dari suatu populasi. Keragaman dari suatu
populasi disebabkan oleh faktor genetis (V2g) dan faktor lingkungan (V2e) (Hasyim,
2005).
Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan hubungan
adalah ukuran atau indeks dari hubungan antara dua variabel. Koefisien korealasi
besarnya antara +1 sampai -1. tanda plus dan minus memberi arti arah dua hubungan
dari koefisien korelasi, plus berarti adanya hubungan positif yang berarti adanya
kalau satu variabel naik maka variabel lainnya juga naik, sedang hubungan negatif
berarti kalau yang satu naik variabel lainnya turun (Ritonga, 2007).
Seleksi Massa
Tujuan seleksi masssa adalah untuk memperbaiki populasi secara umum yaitu
melalui seleksi dan mencampurkan genotip yang unggul. Seleksi massa sering
digunakan untuk memurnikan suatu varietas campuran.
Yang dimaksud dengan seleksi massa adalah memili sekelompok tanaman
berdasarkan fenotipnya (yang sama penampilannya), kemudian benih dari tanaman
tersebut digabung tanpa dibedakan pengujian keturunannya(progeny test)
Kelemahan seleksi massa antara lain :
1. Tidak mungkin mengetahui apakah tanaman yang terpilih adalah homozygote
atau heterozygot untuk suatu sifat dominan tertentu. Jadi dalam hal ini perlu
dilanjutkan untuk generasi berikutnya.
2. Linkungan mempengaruhi perkembangan tanaman yang terpilih, sehingga
sulit mengetahui apakah fenotipnya yang terpilih adala unggul, yang memang
disebabkan, sifat keturunan atau pengaruh lingkungan.
Idiotyepe tanaman yang di inginkan dari penyeleksian, persilangan maupun
hidup dan berproduksi tinggi pada suatu tempat sebagai introduksi pada tanaman
tersebut.seperti tahan pada hama dan penyakit, produksi tinggi dan umur ganjah.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut, penelitian ini
dilaksanakan pada bulan juli 2009 sampai oktober 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah benih kedelai, varietas
kerinci, varietas seulawah, Varietas baluran, sebagai objek yang diamati, tanah top
soil, kompos sebagai media tanam, pupuk urea, TSP dan KCL, insektisida decis
2,5EC, fungisida dithne M-4,5 dan bahan bahan lain yang mendukung pelaksanaan
penelitian ini.
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
meteran, handspryer, papan nama, papan perlakuan, pacak sample, timbangan, buku
tulis, kalkulator, penggaris, serta alat alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitiaan ini menggunakaan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial.
Varietas Kedelai turunan kedua yang diuji, yaitu:
Varietas Kerinci
Varietas Seulawah
Varietas Baluran
Jumlah plot : 12 plot
Ukuran plot : 70 x 50
Jumlah tanaman per plot : 10 tanaman
Jumlah sample per plot : 2 tanaman
Jumlah seluruh sample : 24 tanaman
Jumlah seluruh tanaman : 120 tanaman
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Jarak tanam : 25 cm x 25 cm
Data yang dikumpulkan, dianalisis dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut:
Yijk = µ + αi+ βj + εij
Dimana :
Yij =Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.
µ = Nilai tengah rata-rata.
αi = Efek blok ke-i.
βj = Efek varietas ke-j.
εij = Efek galat percobaan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.
Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Steel and Torrie, 1995).
Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians Penotip
(σ2P) dan varians genotip (σ2G).
Untuk menghitung varians Penotip (σ2P) dan varians genotip (σ2G) disajikan
[image:33.612.117.533.207.350.2]pada tabel 1.
Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman Derajat Bebas JK KT Estimasi (Kuadrat Tengah)
Blok Genotip Eror (b-1) (g-1) (b-1)(g-1) JKB JKP JKE KTB KTP KTE
σ2e + g σ2
r
σ2e + r σ2
g
σ2
e
Total gb-1 JKT
Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat Koefisien
Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien Varians Penotip (KVP) dengan
menggunakan rumus :
KVG = 100%
2 x g Χ
σ
σ2G =
r KTE KTG−
KVP = 100%
2 x p
Χ
σ σ2
E = KTE
σ2
P = σ2G + σ2E
Dimana Χ = rataan populasi
Menurut Murdaningsih dkk (1990) Koefisien Varians Genotipe (KVG) yang
telah diperoleh dari keseluruhan sifat agronomi dan hasil diklasifikasikan yang
Kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar
Kriteria sedang ≥ 25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar
Kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang terbesar
Kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar
Untuk menentukan luas sempitnya variasi genetik suatu karakter yang
mempunyai koefisien variasi genetik relatif yang rendah dan sedang digolongkan
sebagai karakter yang bervariabilitas sempit, sedangkan koefisien variasi genetik
tinggi dan sangat tinggi digolongkan sebagai karakter yang bervariabilitas sedang.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P G h 2 2 2 σ σ = σ2
P = σ2G + σ2E
E G
G
h 2 2
2 2 σ σ σ+ = dimana :
h2 = heritabilitas
σ2
G = varians genotipe
σ2
P = varians penotipe
σ2
E = varians lingkungan
Menurut Mangoendjojo (2003), heritabilitas dikatakan :
- sedang --- bila nilai H terletak antara 20%-50%, dan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang
tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100cm x
50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50
cm.
Penanaman
Penanaman benih dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak
dua butir perlubang kemudian ditutup dengan tanah atau kompos.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar dengan dosis
anjuran dalam bentuk 100 kg/ha Urea ( 0.06g/tan), 200 kg/ha TSP (0.12g/tan) dan
100kg/ha KCL ( 0.06g/tan) dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan urea
dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis
anjuran dan setengah dosis lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam
( HST), sedangkan untuk pupuk TSP dan KCL dilakukan saat penanaman.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari
satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan
dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara
gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau
menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC
dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-masing
disemprotkan pada tanaman yang terserang.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari leher akar hingga titik tumbuh
tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat stadia
Jumlah Buku per Tanaman (buku)
Jumlah buku per tanaman dihitung pada saat stadia vegetatipe – stadia matang
penuh atau panen (V1-R8). Buku yang dihitung adalah buku yang terdapat pada
batang utama dan cabang.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah cabang di hitung dengan menghitung seluruh cabang utama yang ada
pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang di mulai setelah tanaman berumur 2
minggu setelah tanam (MST) sampai pada fase generatif n (Vn).
Jumlah Polong Pertanaman ( Polong)
Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong
pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut
dipanen.
Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)
Dihitung jumlah polong hampa pada tiap-tiap tanaman, yaitu polong yang
tidak menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Umur Panen (mst)
Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu polong
telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan
pada polong.
Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot
buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot 100 biji (gr)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang
tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100cm x
50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50
cm.
Penanaman
Penanaman benih dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak
dua butir perlubang kemudian ditutup dengan tanah atau kompos.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar dengan dosis
anjuran dalam bentuk 100 kg/ha Urea ( 0.06g/tan), 200 kg/ha TSP (0.12g/tan) dan
100kg/ha KCL ( 0.06g/tan) dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan urea
dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis
anjuran dan setengah dosis lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam
( HST), sedangkan untuk pupuk TSP dan KCL dilakukan saat penanaman.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari
satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan
dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara
gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau
menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC
dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-masing
disemprotkan pada tanaman yang terserang.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari leher akar hingga titik tumbuh
tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat stadia
Jumlah Buku per Tanaman (buku)
Jumlah buku per tanaman dihitung pada saat stadia vegetatipe – stadia matang
penuh atau panen (V1-R8). Buku yang dihitung adalah buku yang terdapat pada
batang utama dan cabang.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah cabang di hitung dengan menghitung seluruh cabang utama yang ada
pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang di mulai setelah tanaman berumur 2
minggu setelah tanam (MST) sampai pada fase generatif n (Vn).
Jumlah Polong Pertanaman ( Polong)
Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong
pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut
dipanen.
Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)
Dihitung jumlah polong hampa pada tiap-tiap tanaman, yaitu polong yang
tidak menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Umur Panen (mst)
Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu polong
telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan
pada polong.
Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot
buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot 100 biji (gr)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6 mst, tinggi
tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst, jumlah buku 8 mst, jumlah
cabang, bobot 100 biji, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
hampa dan produksi persampel dan tidak berbeda nyata terhadap jumlah buku 2 mst
yang diamati.
Tinggi Tanaman
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman pada 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst.
Rataan tinggi tanaman dari perlakuan verietas turunan kedua dapat dilihat
[image:44.612.118.526.526.657.2]pada tabel berikut.
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pada Beberapa Varietas pada turunan kedua.
VARIETAS MINGGU SETELAH TANAM TOTAL RATAAN
2 4 6 8
Kerinci 13.25a 33.45a 60.95a 82.14b 189.79 47.45a
Seulawah 11.14a 31.43a 59.91b 87.09b 189.57 47.39b
Baluran 14.39a 36.19a 63.06b 67.81b 181.45 45.36b
Total 38.78 101.07 183.92 237.04 560.81
Rataan 12.93 33.69 61.31 79.01 46.73
Dari tabel 1. diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada varietas
terdapat pada V1 (47.45 cm) dan terendah pada V3 (45.36 cm).
Histogram pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai varietas kedelai
turunan kedua dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Histogram Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Varietas kedelai Pada Turunan Kedua.
Jumlah cabang ( cabang)
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
[image:45.612.113.527.551.676.2]jumlah cabang, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Rataan Jumlah Cabang Pada Beberapa Varietas pada turunan kedua.
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 11,00 22,00 20,00 22,00 75,00 18,75a
Seulawah 18,00 20,00 18,00 20,00 76,00 19,00b
Baluran 9,00 10,00 10,00 10,00 39,00 9,75c
Total 38,00 52,00 48,00 52,00 190,00
Rataan 12,67 17,33 16,00 17,33 15,83
Dari tabel 2. diketahui bahwa jumlah cabang tertinggi pada perlakuan varietas
turunan kedua terdapat pada V2 (19.00) dan terendah pada V3 (9.75).
Histogram pertumbuhan jumlah cabang pada beberapa varietas kedelai
[image:46.612.165.462.206.354.2]turunan kedua dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Histogram Jumlah cabang (cabang) Pada Beberapa Varietas kedelai Pada Turunan Kedua
Jumlah Buku
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
jumlah buku pada 4 mst, 6 mst, 8 mst ,dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Rataan Jumlah Buku Pada Beberapa Varietas Kedelai Turunan Kedua.
Varietas Minggu setelah tanam Total Rataan
2 4 6 8
Kerinci 2,38a 8,38a 14,63b 17,25b 42,64 10,66a
Seulawah 2,50a 7,88a 15,00b 19,63b 45,01 11,25a
Baluran 2,50a 7,63a 12,63b 13,38b 36,14 9,04b
Total 7,38 23,89 42,26 50,26 123,79
Rataan 2,46 7,96 14,09 16,75 10,32
[image:46.612.118.524.528.632.2]Dari tabel 3. diketahui bahwa rataan jumlah buku tertinggi pada varietas
terdapat pada V2 (11,25) dan terendah pada V3 (9.04).
Histogram pertumbuhan jumlah Buku pada beberapa varietas kedelai dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Histogram Jumlah Buku Pada Beberapa Varietas kedelai turunan kedua
Jumlah polong per tanaman ( polong)
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
jumlah polong per tanaman.
[image:47.612.173.470.200.335.2]Rataan jumlah polong per tanaman dari perlakuan varietas tabel berikut.
Tabel 4. Rataan jumlah polong per tanaman Pada Perlakuan Varietas pada Turunan Kedua.
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 90,50 215,50 239,00 215,50 760,50 190,13a
Seulawah 208,00 325,50 287,00 325,50 1146,00 286,50b
Baluran 88,50 91,50 166,00 91,50 437,50 109,38b
Total 387,00 632,50 692,00 632,50 2344,00
Rataan 129,00 210,83 230,67 210,83 195,33
[image:47.612.137.511.570.668.2]Dari tabel 4. diketahui bahwa rataan jumlah polong per tanaman tertinggi
pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (286.50) dan terendah pada V3 (109.38).
Histogram jumlah polong per tanaman pada beberapa varietas kedelai dilihat
[image:48.612.200.428.209.345.2]pada gambar berikut.
Gambar 5. Histogram jumlah polong per tanaman Pada Beberapa Varietas kedelai Turunan Kedua.
Jumlah polong hampa ( polong)
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas turunan kedua berbeda
nyata terhadap jumlah polong hampa.
Rataan jumlah polong hampa dari perlakuan varietas turunan kedua pada tabel
Tabel 5. Rataan jumlah polong hampa Pada Perlakuan Varietas Turunan Kedua
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 0,50 2,00 0,50 2,00 5,00 1,25a
Seulawah 1,50 1,50 0,50 1,50 5,00 1,25a
Baluran 1,50 3,00 4,00 3,00 11,50 2,88b
Total 3,50 6,50 5,00 6,50 21,50
Rataan 1,17 2,17 1,67 2,17 1,79
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 5. diketahui bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi pada
perlakuan varietas terdapat pada V3 (2.88) dan terendah pada V1 (1.25).
Histogram jumlah polong hampa pada beberapa varietas kedelai turunan
[image:49.612.148.479.362.529.2]kedua dilihat pada gambar berikut.
Gambar 6. Histogram Jumlah Polong Hampa Pada Beberapa Varietas kedelai turunan kedua.
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur
panen. Rataan umur panen dari perlakuan varietas turunan kedua dapat dilihat pada
tabel berikut .
Tabel 6. Rataan Umur Panen Pada Perlakuan Varietas Turunan Kedua
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 11,50 13,50 13,50 13,50 52,00 13,00a
Seulawah 13,50 13,50 11,50 13,50 52,00 13,00a
Baluran 9,50 9,50 11,50 9,50 40,00 10,00ab
Total 34,50 36,50 36,50 36,50 144,00
Rataan 11,50 12,17 12,17 12,17 12,00
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 6. diketahui bahwa umur panen tertinggi pada perlakuan varietas
terdapat pada V2 (13.00) dan terendah pada V3 (10.00).
Histogram umur panen pada beberapa varietas kedelai turunan kedua dapat
[image:50.612.156.473.424.610.2]dilihat pada gambar berikut.
Produksi per sampel
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
[image:51.612.118.522.192.300.2]produksi per sample
Tabel 7. Rataan produksi per sampel Pada Varietas Turunan Kedua
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 35,85 53,05 50,10 53,05 192,05 48,01a
Seulawah 49,90 70,20 63,30 70,20 253,60 63,40a
Baluran 32,50 39,95 50,85 39,95 163,25 40,81b
Total 118,25 163,20 164,25 163,20 608,90
Rataan 39,42 54,40 54,75 54,40 50,74
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 7. diketahui bahwa rataan jumlah produksi per sampel tertinggi
pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (2.00) dan terendah pada V3 (1.83)
[image:51.612.174.467.395.564.2]Bobot 100 biji ( gram)
Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap
bobot 100 biji.
Rataan bobot 100 biji dari varietas kedelai turunan kedua dapat dilihat pada tabel
[image:52.612.118.535.243.344.2]berikut.
Tabel 8. Rataan bobot 100 biji Perlakuan Varietas Turunan Kedua.
Varietas Blok Jumlah Rataan
1 2 3 4
Kerinci 15,9 12,30 11,45 12,30 51,95 12,99a
Seulawah 10,45 10,00 10,05 10,00 40,50 10,13a
Baluran 25,7 19,60 13,70 19,60 78,60 19,65b
Total 52,05 41,90 35,20 41,90 171,05
Rataan 17,35 13,97 11,73 13,97 14,25
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
Dari tabel 8. diketahui bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan
varietas terdapat pada V3 (19.65) dan terendah pada V2 (10.13).
Histogram bobot 100 biji pada beberapa varietas kedelai dilihat pada gambar
berikut
[image:52.612.170.462.492.652.2]Keragaman Genetik
Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ2g), variabilitas Penotip (σ2p),
Koefisien variabilitas genetik (KVG) dan koefisien variabilitas Penotip (KVP) dapat
dilihat pada Tabel 8. Nilai KVG berkisar antara 11,90 – 72.35 dan nilai KVP
berkisar antara 15.06 – 75.19
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari komponen hasil yang diamati
terdapat 2 (dua) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sedang, dan 6 (enam)
[image:53.612.109.523.311.579.2]komponen hasil yang bervariabilitas genetik rendah.
Tabel 9. Variabilitas Genotip (σ2g), Variabilitas Penotip (σ2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Penotip (KVP)
komponen hasil σ2g σ2p KVG KVP
tinggi tanaman 2.36 3.79 11.90 r 15.06
jumlah buku 55.70 60.16 72.35 r 75.19
jumlah cabang 25.94 33.25 32.17 r 36.24
jumlah polong per tanaman 7501.15 8951.19 44.34 s 48.44
jumlah polong hampa 0.71 1.40 46.97 s 65.944
umur panen 2.67 4.00 13.61 r 16.67
jumlah produksi pertanaman 123.47 150.12 22.25 r 24.13
bobot 100 biji/gram 22.40 28.34 33.20 r 37.35
Keterangan
r = rendah t = tinggi
s = sedang
Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi.
Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai heritabilitas berkisar
antara 0,27-0,93. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 8 (delapan) komponen
heritabilitas sedang dan 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas
[image:54.612.127.503.161.389.2]rendah
Tabel 10. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Komponen Hasil
komponen hasil (h2)
tinggi tanaman 0.27 r
jumlah buku 0.93 t
jumlah cabang 0.78 t
jumlah polong per tanaman 0.87 t
jumlah polong hampa 0.51 s
umur panen 0.67 t
jumlah produksi pertanaman 0.85 t
bobot 100 biji/gram 0.79 t
Keterangan :
Kj3 = rendah s = sedang
t = tinggi
Pembahasan
Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman kedelai
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa varietas berbeda nyata
terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6 mst,
tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst, jumlah buku 8 mst,
bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa, umur panen, dan
jumlah cabang dan produksi persampel.
Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 mst, 4 mst,
6 mst, 8 mst dan jumlah buku 8 mst. Hal ini diduga karena adanya pengaruh genetik
genotip dan fenotip, sehingga berbeda dalam tiap karakter yang diamati, meskipun
ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan varietas sangat
besar mempengaruhi sifat tanaman, karena faktor genetik yang berbeda dapat
diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi
tanaman yang akhirnya akan menghasilkan beragam pertumbuhan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa, dan jumlah
cabang, umur panen, produksi persampel, jumlah buku, Hal ini diduga karena adanya
pengaruh perbedaan genetik dari ketiga varietas akibat pengaruh radiasi sinar gamma
yang merupakan generasi kedua dari kedelai sehingga mempengaruhi sifat genetis
dari varietas tersebut . Setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda
dengan varietas lain, walaupun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan
bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman
penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan
tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu
mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang
Dari data nilai keragaman (Lampiran 84) dapat dilihat bahwa nilai Keragaman
Variabilitas Genetik (KVG) berkisar antara 11,90 – 72.35. Terdapat dua parameter
mempunyai KVG sedang, yaitu Jumlah polong per tanaman (44,36), jumlah polong
hampa (46.97), Dan enam parameter mempunyai KVG rendah, yaitu tinggi tanaman
(11.90), jumlah buku pada per tanaman (72.35), jumlah cabang pada batang utama
(32.17), Bobot 100 biji (33.20, umur panen (13.61), jumlah produksi pertanaman
(22.25). Pengelompokan nilai KVG ini sesuai dengan literatur Murdaningsih dkk
(1990) dalam Tempake dan Luntungan (2002) yang menyatakan bahwa kriteria
variabilitas adalah kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar, kriteria sedang ≥
25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar, kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang
terbesar, kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar.
Berdasarkan kriteria dari Murdaningsih (1990), koefisien varians Penotip
(KVP) semua karakter yang diteliti terdistribusi mulai dari kategori r (rendah) sampai
s (sedang). Tinggi rendahnya nilai KVP menggambarkan realitas keragaman suatu
karakter secara visual. Nilai KVP yang rendah menunjukkan bahwa individu-individu
dalam populasi yang diuji cenderung seragam, seperti misalnya pada karakter umur
matang penuh dengan nilai KVP sebesar 6.97 % (termasuk kategori rendah). Untuk
mengetahui apakah tinggi rendahnya keragaman tersebut banyak dipengaruhi faktor
genetik ataukah banyak dipengaruhi faktor lingkungan, maka nilai KVP
diperbandingkan dengan nilai KVG (koefisien keragaman genetik). Jika besarnya
nilai KVG mendekati nilai KVPnya, maka dapat disimpulkan bahwa keragaman
pertanaman (nilai KVG 24,12 % dan KVP 25,22 %), jumlah buku (nilai KVG 72,35
% dan KVP 75,19 %), tinggi tanaman (nilai KVG 11.90% dan KVP 15.06%) karakter
bobot 100 biji (nilai KVG 33.20% dan KVP 37.35%)
Nilai heritabilitas (Lampiran 85) berkisar antara 0,27 – 0,93. Dari data didapat
enam parameter mempunyai heritabilitas tinggi, yaitu jumlah cabang pada batang
utama (0,78), jumlah buku per tanaman (0,93), jumlah polong per tanaman (0,87),
umur panen (0,67), jumlah produksi pertanaman (0,85), bobot 100 biji (0,79). Satu
parameter mempunyai nilai heritabilitas sedang, yaitu jumlah polong hampa (0,51).
Dan satu parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu tinggi tanaman (0,27).
Adanya pengelompokan nilai heritabilitas kepada tinggi, sedang dan rendah ini sesuai
dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa heritabilitas
dikatakan tinggi bila H>50%, sedang bila nilai H terletak antara 20%-50% dan
rendah bila H<20%.
Dari hasil pengamatan terhadap karakter dari tiga varietas (lampiran 5)
menunjukkan bahwa kemurnian sifat masih ada dan keunggulan dari masing-masing
varietas masih tetap dimiliki walaupun sudah ditanam pada lingkungan berbeda yang
terlihat dari parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang pada batang
utama, jumlah buku per tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot 100 biji. Dari
hal ini dapat kita peroleh bahwa varietas merupakan varietas unggul yang sesuai
dengan deskripsi asalnya. Dan menurut Gani (2000) yang menyatakan untuk
mempertahankan kemurnian agar seragam dan keunggulannya tetap di miliki, perlu
warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat-sifat kuantitatif seperti tinggi
tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan atau identifikasi varietas unggul
adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar
varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah buku per
tanaman, jumlah cabang pada batang utama, jumlah polong hampa, jumlah
polong per tanaman, dan bobot 100 biji,produksi pertanaman dan umur panen.
2. Keragaman genotipe tertinggi terdapat pada parameter jumlah buku per
tanaman (72,35) dan terendah pada parameter tinggi tanaman (11,90).
3. Nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada parameter jumlah buku pertanaman
dan terendah pada parameter tinggi tanaman.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui karakter vegetatif
dan generatif dari masing-masing varietas pada generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alnopri, 2004. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Sifat-Sifat Pertumbuhan Bibit Tujuh Genotipe Kopi Robusta-arabika. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume. 6, nomor 2, 2004. Available at :
Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 485 pp.
Andrianto, T. T., dan Indarto, N., 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2006. Hasil Utama Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Tahun 2005. Balitkabi Malang.
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2007. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Balitkabi Malang.
Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater, 2001. Variabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.
Departemen Pertanian Direktoret Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Budidaya Tanman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak sekolah (PMT-AS. Jakarta. Hal: II-2.
Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.
Hasyim, H., 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tahun 2007 dan Ramalan Kondisi Tahun 2008. [18 Juni 2008].
2006. Produksi Kedelai Nasional Belum Mencukupi. [31 Maret 2008].
Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
diaskes tanggal 03 maret 2008.
Indonesia . diaskes tanggal 04 februari 2008.
kedelai hasil mutasi dan di seleksi melalui in Vitro terhadap cekaman almunium dan PH rendah
23 maret 2008.
Joint FAO/IAEA divis Atomic Energy in Food and Agriculture, 1997. Manual breeding on mutation. Second edition. International atomic egency, Viena.
Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbag teknologi isotop dan radiasi, Jakarta
Natsir, M.,2002. Bioteknologi Molekuler. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Prosiding ikakarya., 2005. pengembangan tanaman kedelai di lahan Sub- Obtimal, balitkabi Malang
Lampiran 1. Bagan Lahan Percobaan
BLOK I BLOK II BLOK III
a
b
U Keterangan :
a = Jarak antar ulangan.
b = Jarak antar plot dalam satu blok.
V2 V3 V1
V3 V1 V2
Lampiran 2. Bagan Plot Tanaman
BLOK I BLOK II BLOK III
Keterangan :
U : Tanaman dalam polibag
50 cm
Lampiran 3. Bagan Plot Tanaman
Keterangan:
Luas plot = 100 cm x 50 cm
Jarak tanam = 10 cm x 50 cm
10 cm
50 cm
50 cm
Lampiran 4. Deskripsi Tiga Varietas Kedelai
A.Diskripsi varietas Baluran
Nama Varietas : Baluran
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 275/Kpts/TP.240/4/2002 tanggal 15 April 2002
Tahun : 2002
Tetua : Persilangan AVRDC
Rataan Hasil : 2,5-35 ton/ha
Pemulia : Ir. Suyono,MS., Dr.Ir. T. Adisarwanto, Dr. I. Hartana
Nomor galur : GC 88025-3-2
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna polong masak : Coklat
Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : coklat muda
Tipe pertumbuhan : Determinate
Bentuk biji : bulat telur
Tinggi tanaman : 60-80 cm