• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI MASSA BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI (Glycine max L. Merill) TERHADAP RADIASI SINAR GAMMA PADA TURUNAN KEDUA

SKRIPSI

OLEH :

ALEKSANDER SILALAHI 040307039/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SELEKSI MASSA BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI (Glycine max L. Meril) TERHADAP RADIASI SINAR GAMMA PADA TURUNAN KEDUA

SKRIPSI

OLEH:

ALEKSANDER SILALAHI 040307039/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Medan

Disetujui oleh : Dosen Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Eva Sartini Bayu MP)

NIP. 132 056 643 NIP. 130 422 455 (Ir. Hasmawi hasyim, MP)

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi dan meningkatkan produksi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L. meril) dengan seleksi massa beberapa varietas kedelai pada turunan generasi kedua (M2).

Penelitian dilaksanakan dari bulan juli sampai bulan oktober 2009 di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatea Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dan 4 ulangan. Varietas (V) yang diteliti yaitu kerinci, Seulawah, Baluran yang merupakan turunan kedua dari mutasi sinar Gamma 10 krad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST (V3 = 14.39), 4 MST (V3 = 36.19), 6 MST (V3 = 63.06 ), 8 MST (V2 = 87.09), jumlah buku 4 mst (V1=8.38), 6 MST (V2 = 15.00), 8 MST (V2 = 19.63), umur panen (V2 = 13.00), jumlah cabang pertanaman (V2= 19.00), jumlah produksi persampel (V2 = 63.40), jumlah polong pertanaman (V2 = 286.50), jumlah polong hampa (V3 = 2.88), bobot biji 100 biji (V3=19.65). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing varietas memiliki susunan genetic yang berbeda beda dengan sifat dan ciri yang khusus walaupun ada yang memiliki sifat dan ciri yang sama antar varietas sehingga mempengaruhi produksi tanaman kedelai.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sei Pinyuh pada tanggal 10 Januari 1985 dari ayahanda

alm. A.S. Silalahi dan ibunda H.Y. br. Purba. Pernulis merupakan putra kedua dari

enam bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA RK. Deli Murni Diski. dan pada tahun

2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalar SPMB. Penulis memilih program studi

Pemuliaan Tanaman jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan

sebagai Ketua Majelis Musyawarah Fakultas (MMF) pertanian 2006 – 2007. Ketua

panitia Porseni Ikatan Mahasiswa Katolik USU 2006, Bendahara Hari Lingkungan

Hidup Dunia FP USU 2007, Kordinator Badan Penelitian dan Pengembangan

(litbang) Ikatan Mahasiswa Katolik FP USU 2006, Ketua Natal Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara 2008.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN-3 Kebun

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala Berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi adalah “Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai

(Glicine max L.merill) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ir. Eva Sartini Bayu, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hasmawi Hasyim,

MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Dan juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda Alm. A.S. Silalahi dan ibunda H.Y.br. Purba tercinta atas kasih sayang

yang luar biasa dalam mendidik hingga saat ini, serta abangda Albert Silalahi, adinda

Andreas, Johanes, Leonardo, Martha Rosari, dan Alm. Theresia Silalahi atas

dorongan moralnya yang tak henti-henti dalam proses awal hingga penyelesaian

akhir perkuliahan. Tak lupa juga terimakasih kepada sahabat-sahabat mahasiswa

Budidaya Pertanian (BDP) angkatan 2004 terkhususnya serta teman-teman semua

angkatan umumnya, para staf pengajar dan pegawai di Departemen Budidaya

Pertanian serta semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2010

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman dan Syarat Tumbuh ... 6

Botani ... 6

Syarat Tumbuh ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian ... 18

Metode Analisis Data ... 18

Keragaman Genetik ... 19

Heritabilitas ... 21

pelaksanaan penelitian ... 22

Persiapan Lahan ... 22

Penanaman benih ... 22

Pemupukan ... 22

(7)

Penyiraman ... 22

Penyulaman dan Penjarangan ... 22

Penyiangan... 22

Pembumbunan ... 22

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 22

Panen ... 23

Pengamatan Parameter... ... 24 Tinggi Tanaman (cm) ... 24

Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang) ... 24

Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 24

Jumlah Polong Hampa per Tanaman ... 24

Jumlah polong pertanaman ... 24

Umur Panen (HST) ... 25

Produksi per sampel (gr) ... 25

Bobot 100 Biji (g) ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah ... 20

2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) ... 26

3. Rataan Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang) ... 27

4. Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 28

5. Rataan Jumlah Polong Per Tanaman... 29

6. Rataan Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ... 30

7. Rataan Umur Panen (HST) ... 31

7. Rataan produksi per sampel (g) ... 32

8. Rataan Bobot 100 Biji (g)... 33

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Histogram Rataan Tinggi Tanaman (cm) ... 27

2. Histogram Rataan Jumlah Buku per Tanaman (buku) ... 28

3. Histogram Rataan Jumlah Cabang pada Batang utama (cabang) ... 30.

4. Histogram Rataan Umur Panen (HST)... 33

5. Histogram rataan jumlah polong per tanaman (polong) ... 34

5. Histogram Rataan Jumlah Polong hampa per Tanaman (polong) ... 35

6. Histogram Rataan Produksi Per Sampel ... 37

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 42

2. Bagan Percobaan ... 43

3. Bagan Plot Percobaan ... 44

4. Deskripsi Varietas Kerinci, Seulawah, dan Baluran ... 46

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 mst (cm) ... 49

6. Sidik Ragam Tingg i Tanaman mst 2 (cm) ... 49

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 mst (cm) ... 49

8. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 4 mst (cm) ... 49

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 mst (cm) ... 50

10. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 6 mst (cm) ... 50

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 mst (cm) ... 50

12. Sidik Ragam Tingg i Tanaman 8 mst (cm) ... 50

13. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 51

14. Sidik Ragam Jumlah Cabang Pada Batang Utama ... 51

15. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 2 mst(buku) ... 51

16. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 2 mst (buku) ... 51

17. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 4 mst (buku) ... 52

18. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 4 mst (buku) ... 52

19. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 6 mst (buku) ... 52

(11)

21. Data Pengamatan Jumlah Buku per Tanaman 8 mst (buku) ... 53

22. Sidik Ragam Jumlah Buku per Tanaman 8 mst (buku) ... 53

23. Data Pengamatan Jumlah Polong (polong) ... 53

24. Sidik Ragam Jumlah Polong (polong) ... 53

25. Data Pengamatan Jumlah Polong hampa (polong) ... 54

26. Sidik Ragam Jumlah Polong hampa (polong) ... 54

27. Data Pengamatan Jumlah Umur Panen ... 54

28. Sidik Ragam Jumlah Umur Panen ... 54

29. Data Pengamatan Produksi per Sampel (g) ... 55

30. sidik ragam jumlah produksi per sampel (g) ... 55

31. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g) ... 55

(12)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi dan meningkatkan produksi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L. meril) dengan seleksi massa beberapa varietas kedelai pada turunan generasi kedua (M2).

Penelitian dilaksanakan dari bulan juli sampai bulan oktober 2009 di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatea Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dan 4 ulangan. Varietas (V) yang diteliti yaitu kerinci, Seulawah, Baluran yang merupakan turunan kedua dari mutasi sinar Gamma 10 krad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST (V3 = 14.39), 4 MST (V3 = 36.19), 6 MST (V3 = 63.06 ), 8 MST (V2 = 87.09), jumlah buku 4 mst (V1=8.38), 6 MST (V2 = 15.00), 8 MST (V2 = 19.63), umur panen (V2 = 13.00), jumlah cabang pertanaman (V2= 19.00), jumlah produksi persampel (V2 = 63.40), jumlah polong pertanaman (V2 = 286.50), jumlah polong hampa (V3 = 2.88), bobot biji 100 biji (V3=19.65). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masing-masing varietas memiliki susunan genetic yang berbeda beda dengan sifat dan ciri yang khusus walaupun ada yang memiliki sifat dan ciri yang sama antar varietas sehingga mempengaruhi produksi tanaman kedelai.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai.

Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman kedelai yaitu 1,4 juta

ha setelah China (8 juta ha) dan India (4,5 juta ha). Dari sisi produksi kedelai,

Indonesia diketahui menduduki peringkat keenam terbesar di dunia setelah AS,

Brazil, Argentina, China, dan India. Peningkatan produksi kedelai selama sepuluh

tahun terakhir lebih banyak sebagai kontribusi perluasan areal tanam (73 %) dan

sisanya 27 % berasal dari peningkatan produktivitas. Meskipun setiap tahunnya

terjadi peningkatan produksi kedelai nasional tetapi tetap tidak bisa menyusul laju

permintaan kedelai dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas

pertanaman yang rendah yaitu hanya 1,1 ton/ha. Jauh lebih kecil hampir

setengahnya jika dibandingkan dengan Brazil dan Argentina yang mampu

menghasilkan di atas 2 ton kedelai perha Rendahnya produktivitas pertanaman

kedelai bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Belum populernya

penggunaan benih bermutu dan bersertifikasi yang digunakan oleh kebanyakan

petani sebagai benih dan bibit

(http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/2007seminarhasil_2006.)

Produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2007 (Angka sementara) sebesar

4.345 ton, turun sebesar 2.697 ton atau 38,30 persen dibandingkan produksi pada

(14)

2.564 hektar atau 40,63 persen. Untuk produksi mengalami kenaikan sebesar 3,94

persen

Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.

Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan

lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa

pembungaan akan mengurangi pembentukan polong (Soemaatmadja, 1993).

Perbaikan tanaman untuk perbaikan kualitas mutu gizi pada tanaman pangan

mendapat prioritas kecil dibandingkan dengan perbaikan produktivitas atau ketahanan

terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman yang luas dari kandungan mutu gizi

yang terdapat di dalam genotipe plasma nutfah memberikan kemungkinan yang

cukup besar untuk perbaikan mutu gizi tanaman (Zuraidah dkk, 2001).

Upaya peningkatan produksi komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian

memerlukan penyediaan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran/tahan

terhadap cekaman biotis dan abiotis penampilan keragaan tanaman dan umur panen,

serta kualitas seperti kandungan nutrisi, rasa, bentuk dan ukuran biji atau umbi (Balai

Penelitian Kacang-kacangan, 2006).

Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usaha tani

kedelai. Syarat benih bermutu adalah murni dan diketahui nama varietasnya,

memiliki daya tumbuh yang tinggi (>85%) dan vigor baik (Balai Penelitian

(15)

Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi kedelai tetap tinggi adalah

melakukan rekayasa pada tanaman kedelai hingga menghasilkan varietas kedelai

unggul. Di Indonesia misalnya, upaya pemulian tanaman dilakukan Badan Tenaga

Atom Nasional (BATAN) hingga melahirkan varietas baru yang dapat di

kembangkan menjadi tanaman unggul

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun

RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom.

Mutasi terjadi pada frekwensi yang rendah dialam, biasanya lebih rendah dari 1:

10.000 individu. ( http://bebas.vlsm.org.,2008).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang di

mutasi. Hal ini ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan

penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang

bekerja merakit kultifar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang

di kehendaki. Melalui tehnik peyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan atau

tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat-sifat yang diharapkan setelah

melakukan serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi benih pada tanaman (Amien

dan Carsono, 2008).

Benih merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan

produksi tanaman. Dalam memilih benih kedelai, petani mencari benih

kedelai yang padat, berkilat, tidak pecah, kering, bersih, dan cukup besar.

Sekitar 30% petani memakai benih mereka sendiri

(16)

Pengenalan atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk

menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang

dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat

pegangan berupa deskripsi varietas Untuk berhasilnya penanaman perlu dipilih

varietas yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Sifat unggul dari

suatu varietas ditentukan bagaimana komponen hasil saling terkait dalam membangun

penampilan suatu varietas. (Gani, 2000).

Hasil penelitian yang telah dilakukan di tanah masam dengan metode teknik

radisi sinar gamma menunjukkan adanya nomor kedelai yang berpotensi memiliki

daya hasil lebih tinggi, metode ini telah berhasil meningkatkan produktivitas tanaman

kedelai

Dari uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa

varietas kedelai ( Glicine max L.) pada turunan kedua.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan morfologi dan produksi beberapa varietas

kedelai hasil radiasi sinar gamma pada generasi kedua (M2).

Hipotesis Penelitian

- Ada perbedaan morfologi beberapa varieatas tanaman kedelai hasil radiasi

(17)

- Ada perbedaan produksi beberapa varietas tanaman kedelai hasil radiasi sinar

gamma pada generasi kedua (M2).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Leguminosae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.)

Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat tumbuh

sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang merupakan

koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah yang telah

mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur 15-20 hari

setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri rhizobium

tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk

(Departemen Pertanian, 1990).

Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian terpenting dari poros janin

adalah hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil akar.

(19)

mulai dari pangkal akar sampai hipokotil. Bagian batang kecambah diatas kotiledon

disebut hipokotil. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan

perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang pertama

dari batang utama (Somaatmadja, 1999).

Daunnya berselang-seling beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai daun

panjang terutama untuk daun-daun yang berada dibagian bawah, anak daun bundar

telur samapi bentuk lanset (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata, pangkal

membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Somaatmadja, 1993).

Pembungaannya berbentuk tandan aksilar atau terminal, berisi 3-30 kuntum

bunga, bunganya kecil, berbentuk kupu-kupu, lembayung atau putih, daun

kelopaknya berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah yang

berlainan, tidak rontok, benang sarinya sepuluh helai, dua tukal, tangkai putiknya

melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol (Somaatmadja,

1993).

Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.

Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan

lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa

pembungaan akan mengurangi pembentukan polong. jumlah polong, jumlah biji,

bobot 100 biji dan kepadatan populasi besar pengaruhnya dalam menentukan hasil

kedelai persatuan luas (Soemaatmadja, 1993).

Bentuk biji kedelai berbeda tergantung kultivar, dapat berbentuk bulat, tidak

(20)

kedelai juga berbeda besar dan bobotnya, bobot 100 butir beragam antara 5 sampai 30

gram. Biji kedelai terdiri dari 2 bagian yaitu 1) kulit biji (testa) dan 2) janin (embryo).

Kulit biji terdiri dari 3 lapisan sel, yaitu epidermis, hipodermis, dan parenkima. Janin

terdiri dari 2 kotiledon, plumula, dan poros hipokotil bakal akar. Kotiledon dapat

berwarna kuning atau hijau. Plumula terdiri dari 2 daun sederhana dan titik tumbuh

sedang poros hipokotil-bakal akar merupakan bagian janin yang terletak dibawah

kotiledon (Somaatmadja,dkk, 1999).

Polongnya yang berkembang dalam kelompok biasanya mengandung 2-3 biji

yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna

biji berbeda-beda menurut kultivar. Kultivar indeterminate biasa digunakan untuk

produksi sayuran dan ditanam dengan jarak tanam rapat (Rubatzky dan Yamaguchi,

1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Agar hidup dengan baik dan berproduksi optimal, kedelai memerlukan

penyinaran penuh. Kedelai dapat tumbuh pada suhu 250-300 C. Kedelai menghendaki

air yang cukup pada masa pertumbuhannya terutama pada saat pengisian biji. Curah

hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman

kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 meter diatas permukaan laut

(21)

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

subtropis. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih

disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh

baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan

untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara

100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C,

akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada

proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok.

(http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).

Tanah

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai

agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan

liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan

organic dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air

tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian,1996).

Untuk pertumbuhan kedelai yang optimal tanah perlu mengandung unsur hara

yang cukup gembur dan bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah : 6,0-6,8

merupakan keadaan optimal untuk pertumbuhan kedelai dan pertumbuhan bakteri

Rhizobium. Pada tanah dengan pH 5,5 kedelai masih memberi hasil dan pemberian

kapur sebanyak 2-3 ton/Ha pada tanah yang ber-pH 5,5 pada umumnya dapat

(22)

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah,

tetapi air tetap tersedia. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol,

latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang

mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila

diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup, Toleransi

keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada

pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat

terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses

nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan

berjalan kurang baik (http://warintek.ristek.go.idpertanian/kedelai.pdf, 2008).

Varietas

Untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan keunggulannya tetap di

miliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman seperti tipe tumbuh,warna

hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat-sifat kuantitatif seperti

tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan atau identifikasi varietas

unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah

benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan

mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).

Varitas unggul kedelai mempunyai keunggulan tertentu dibanding dengan

varietas lokal, keunggulan dapat berupa hasil yang lebih tinggi, batang lebih pendek

(genjah) lebih tahan terhadap hama/penyakit dan lain-lain. Kedelai yang unggul untuk

(23)

cara tanam. Varietas yang bijinya kecil pada umumnya lebih sesuai untuk dataran

tinggi. Varietas kedelai dapat ditanam sampai beberapa generasi tanpa mengalami

kemunduran asal kemurnian benihnya tetap dijaga (Departemen Pertanian, 1990).

Program pemuliaan tanaman kedelai memerlukan banyak informasi tentang

sifat-sifat agronomi, komponen hasil dan hasil, keragaman fenotipik dan genotipik

dari plasma nutfah yang dimiliki. Informasi-informasi tersebut serta implikasinya

terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas hasil tanaman kedelai sampai sekarang

masih terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap genotipe-genotipe

yang ada untuk mendapatkan beberapa informasi yang diperlukan bagi program

pemuliaan tanaman kedelai, sehingga arah pemuliaan tanaman kedelai menjadi lebih

jelas (Surwardi, Poerwoko dan Basuki, 2002).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan genotip unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip.

Respon genotip terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan

fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).

Keragaman Genotip dan Fenotip

Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program pemuliaan

tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan manusia, dengan

cara melakukan introduksi sederhana dan teknik seleksi atau dapat dimanfaatkan

(24)

baru. Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan yang

sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotip kedua tanaman

tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena

melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik

(Welsh, 2005).

Fenotip suatu karakter adalah hasil interaksi antara genotip dan lingkungan.

Dengan demikian, varians fenotip adalah penjumlahan varians genotip dan varians

lingkungan dalam suatu populasi adalah nol, maka varians fenotip sama dengan

varians genotip. Nilai yang diobservasi atau nilai suatu karakter yang diukur pada

suatu individu disebut nilai fenotip dari individu tersebut. Fenotip adalah penampilan

(dalam bentuk karakter fisik, biokimia, fisiologi, dll) dari suatu individu tanaman

yang merupakan hasil dari pengaruh genotip dan lingkungan. Genotip adalah

konstitusi genetik yang dimiliki oleh suatu individu (Malau, 1995).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika

mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh

terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan

terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman

yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang

dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain,

pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada

(25)

Siklus hidup tanaman tergantung pada lama waktu yang diperlukan untuk

tumbuh dari zigot (biji) atau bahan tanaman sampai memproduksi bunga, biji atau

buah. Variasi yang terjadi untuk setiap golongan tanaman dapat dijumpai berdasarkan

faktor genetik atau lingkungan, misal kemampuan beradaptasi akibat kondisi iklim

dan sebagainya (Mangoendidjojo, 2003).

Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai

keragaman genotipik, keragaman fenotipik, heritabilitas, korelasi genotipik dan

korelasi fenotipik. Untuk memperkecil kekeliruan seleksi yang didasarkan pada

wujud luar (fenotip) tanaman, maka perlu memperhatikan; (i) korelasi genotipik dan

fenotipik antar sifat, (ii) lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan,

(iii) ciri genetik sifat yang diseleksi (monogenik, oligogenik dan poligenik), (iv) cara

seleksinya (langsung atau tidak langsung), dan (v) keragaman genetik

(http://images.soemarno.multiply.com/attachment, 2002).

Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan

aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap bahwa

susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena berasal dari

varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan

genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari

jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada

lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut

maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang bersangkutan

(26)

Kegiatan seleksi dalam pemuliaan secara konvensional hanya didasarkan pada

pengamatan fenotip yang dibantu dengan pendugaan menggunakan metode statistik

yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul dalam pemuliaan secara

konvensional, adalah: 1) memerlukan waktu yang cukup lama, 2) sulit memilih

dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat

morfologi atau agronomi, karena penampilan fenotip tanaman bukan hanya

ditentukan oleh komposisi genetik, tetapi juga oleh lingkungan tempat tanaman

tersebut tumbuh, 3) rendahnya frekuensi individu berkenan yang berada dalam suatu

populasi yang besar sehingga menyulitkan kegiatan seleksi untuk mendapatkan hasil

yang valid secara statistik, dan 4) pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan

yang tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan (Azrai, 2006).

Karakter Agronomi

Pengenalan varietas, untuk mempertahankan kemurnian agar seragam dan

keunggulannya tetap dimiliki, perlu mempelajari sifat-sifat morfologis tanaman

seperti tipe tumbuh,warna hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan

sifat-sifat kuantitatif seperti tinggi tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan

atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang

dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan (Gani, 2000).

Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya adanya

perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada yang tidak), ini

disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun ada pula variasi yang memerlukan

pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi

(27)

Heritabilitas

Heritabilitas dengan nilai sedang tidak sesuai dengan yang umum terjadi pada

karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi karena nilai

heritabilitas bukan suatu konstanta, sehingga untuk karakter yang sama nilainya dapat

berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa, tetapi heritabilitas suatu

karakter tidak selalu persis sama. Di pihak lain, walaupun metode pendugaan

berbeda, mungkin saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk karakter tertentu

(Azrai dan Kasim, 2003).

Perbandingan antara varians yang disebabkan oleh genotip dengan varians

fenotip adalah ukuran dari Heritabilitas. Heritabilitas adalah kemampuan dari suatu

karakter untuk diwariskan pada keturunannya. Proporsi varians genotip dalam varians

fenotip dapat dihitung dengan rumus :

p G b

V V h 2 =

Perbandingan antara keseluruhan varians karena genotip dengan varians fenotip

disebut koefisien Heritabilitas.(Malau, 1995).

Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut

Heritabilitas. Dan dapat dirumuskan sebagai :

h = Vg / (Vg + Ve).

Vg = Variasi genetik, Ve = Variasi lingkungan (komponen faktor lingkungan).

Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan,

(28)

ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan

nilai 1 ialah bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Yang sering

menjadikan hambatan ialah rendahnya nilai heritabilitas sebagian besar produksi

tanaman budidaya yang penting dan rendahnya ketahanan terhadap beberapa

penyakit. Ini berarti pengaruh lingkungan terhadap ekspresi fenotip dan terjadinya

pengurangan karakter gen sangat besar (Welsh, 2005).

Salah satu sifat yang paling penting dari suatu karakter yang tumbuh

(tumbuhan) adalah heritabilitas. Hal ini menunjukkan seperti yang telah kita lihat

proporsi dari jumlah perbedaan yang diakibatkan oleh efek dari gen rata-rata dan

inilah yang menentukan tingkat derajat kemiripan diantara famili. Hanya nilai fenotip

dari suatu individu yang dapat langsung diukur, tetapi nilai pengembangbiakan itu

sendirilah yang menentukan pengaruh mereka pada generasi selanjutnya (Pai, 2000).

Dalam suatu populasi setiap individu tanaman terdapat perbedaan, misalnya

dalam hasil, tinggi tanaman, ketahanan terhadap lingkungan dan sifat-sifat lain. Jika

dilakukan seleksi secara acak dari dua tanaman dalam suatu populasi dan diukur

hasilnya maka terdapat perbedaan diantara kedua tanaman tersebut yang diakibatkan

oleh sebahagian pengaruh genetik dan sebahagian lagi oleh faktor lingkungan.

Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan oleh

faktor genetis terhadap keragaman penotip dari suatu populasi. Keragaman dari suatu

populasi disebabkan oleh faktor genetis (V2g) dan faktor lingkungan (V2e) (Hasyim,

2005).

Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks yang melukiskan hubungan

(29)

adalah ukuran atau indeks dari hubungan antara dua variabel. Koefisien korealasi

besarnya antara +1 sampai -1. tanda plus dan minus memberi arti arah dua hubungan

dari koefisien korelasi, plus berarti adanya hubungan positif yang berarti adanya

kalau satu variabel naik maka variabel lainnya juga naik, sedang hubungan negatif

berarti kalau yang satu naik variabel lainnya turun (Ritonga, 2007).

Seleksi Massa

Tujuan seleksi masssa adalah untuk memperbaiki populasi secara umum yaitu

melalui seleksi dan mencampurkan genotip yang unggul. Seleksi massa sering

digunakan untuk memurnikan suatu varietas campuran.

Yang dimaksud dengan seleksi massa adalah memili sekelompok tanaman

berdasarkan fenotipnya (yang sama penampilannya), kemudian benih dari tanaman

tersebut digabung tanpa dibedakan pengujian keturunannya(progeny test)

Kelemahan seleksi massa antara lain :

1. Tidak mungkin mengetahui apakah tanaman yang terpilih adalah homozygote

atau heterozygot untuk suatu sifat dominan tertentu. Jadi dalam hal ini perlu

dilanjutkan untuk generasi berikutnya.

2. Linkungan mempengaruhi perkembangan tanaman yang terpilih, sehingga

sulit mengetahui apakah fenotipnya yang terpilih adala unggul, yang memang

disebabkan, sifat keturunan atau pengaruh lingkungan.

Idiotyepe tanaman yang di inginkan dari penyeleksian, persilangan maupun

(30)

hidup dan berproduksi tinggi pada suatu tempat sebagai introduksi pada tanaman

tersebut.seperti tahan pada hama dan penyakit, produksi tinggi dan umur ganjah.

(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut, penelitian ini

dilaksanakan pada bulan juli 2009 sampai oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah benih kedelai, varietas

kerinci, varietas seulawah, Varietas baluran, sebagai objek yang diamati, tanah top

soil, kompos sebagai media tanam, pupuk urea, TSP dan KCL, insektisida decis

2,5EC, fungisida dithne M-4,5 dan bahan bahan lain yang mendukung pelaksanaan

penelitian ini.

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

meteran, handspryer, papan nama, papan perlakuan, pacak sample, timbangan, buku

tulis, kalkulator, penggaris, serta alat alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitiaan ini menggunakaan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial.

Varietas Kedelai turunan kedua yang diuji, yaitu:

Varietas Kerinci

Varietas Seulawah

Varietas Baluran

(32)

Jumlah plot : 12 plot

Ukuran plot : 70 x 50

Jumlah tanaman per plot : 10 tanaman

Jumlah sample per plot : 2 tanaman

Jumlah seluruh sample : 24 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 120 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 50 cm

Jarak tanam : 25 cm x 25 cm

Data yang dikumpulkan, dianalisis dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut:

Yijk = µ + αi+ βj + εij

Dimana :

Yij =Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.

µ = Nilai tengah rata-rata.

αi = Efek blok ke-i.

βj = Efek varietas ke-j.

εij = Efek galat percobaan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.

Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Steel and Torrie, 1995).

(33)

Keragaman dihitung setelah terlebih dahulu menghitung varians Penotip

(σ2P) dan varians genotip (σ2G).

Untuk menghitung varians Penotip (σ2P) dan varians genotip (σ2G) disajikan

[image:33.612.117.533.207.350.2]

pada tabel 1.

Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah Sumber

Keragaman Derajat Bebas JK KT Estimasi (Kuadrat Tengah)

Blok Genotip Eror (b-1) (g-1) (b-1)(g-1) JKB JKP JKE KTB KTP KTE

σ2e + g σ2

r

σ2e + r σ2

g

σ2

e

Total gb-1 JKT

Dari hasil analisis varians genotipe dan varians antar genotipe didapat Koefisien

Varians Genotipe (KVG) dan Koefisien Varians Penotip (KVP) dengan

menggunakan rumus :

KVG = 100%

2 x g Χ

σ

σ2G =

r KTE KTG

KVP = 100%

2 x p

Χ

σ σ2

E = KTE

σ2

P = σ2G + σ2E

Dimana Χ = rataan populasi

Menurut Murdaningsih dkk (1990) Koefisien Varians Genotipe (KVG) yang

telah diperoleh dari keseluruhan sifat agronomi dan hasil diklasifikasikan yang

(34)

Kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar

Kriteria sedang ≥ 25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar

Kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang terbesar

Kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar

Untuk menentukan luas sempitnya variasi genetik suatu karakter yang

mempunyai koefisien variasi genetik relatif yang rendah dan sedang digolongkan

sebagai karakter yang bervariabilitas sempit, sedangkan koefisien variasi genetik

tinggi dan sangat tinggi digolongkan sebagai karakter yang bervariabilitas sedang.

Heritabilitas

Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P G h 2 2 2 σ σ = σ2

P = σ2G + σ2E

E G

G

h 2 2

2 2 σ σ σ+ = dimana :

h2 = heritabilitas

σ2

G = varians genotipe

σ2

P = varians penotipe

σ2

E = varians lingkungan

Menurut Mangoendjojo (2003), heritabilitas dikatakan :

(35)

- sedang --- bila nilai H terletak antara 20%-50%, dan

(36)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang

tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100cm x

50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50

cm.

Penanaman

Penanaman benih dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak

dua butir perlubang kemudian ditutup dengan tanah atau kompos.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar dengan dosis

anjuran dalam bentuk 100 kg/ha Urea ( 0.06g/tan), 200 kg/ha TSP (0.12g/tan) dan

100kg/ha KCL ( 0.06g/tan) dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan urea

dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis

anjuran dan setengah dosis lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam

( HST), sedangkan untuk pupuk TSP dan KCL dilakukan saat penanaman.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu

(37)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari

satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan

dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara

gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau

menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC

dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan

penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-masing

disemprotkan pada tanaman yang terserang.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari leher akar hingga titik tumbuh

tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat stadia

(38)

Jumlah Buku per Tanaman (buku)

Jumlah buku per tanaman dihitung pada saat stadia vegetatipe – stadia matang

penuh atau panen (V1-R8). Buku yang dihitung adalah buku yang terdapat pada

batang utama dan cabang.

Jumlah Cabang (cabang)

Jumlah cabang di hitung dengan menghitung seluruh cabang utama yang ada

pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang di mulai setelah tanaman berumur 2

minggu setelah tanam (MST) sampai pada fase generatif n (Vn).

Jumlah Polong Pertanaman ( Polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong

pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut

dipanen.

Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)

Dihitung jumlah polong hampa pada tiap-tiap tanaman, yaitu polong yang

tidak menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.

Umur Panen (mst)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu polong

telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan

pada polong.

(39)

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot

buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot 100 biji (gr)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing

(40)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang

tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100cm x

50 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50

cm.

Penanaman

Penanaman benih dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak

dua butir perlubang kemudian ditutup dengan tanah atau kompos.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk dasar dengan dosis

anjuran dalam bentuk 100 kg/ha Urea ( 0.06g/tan), 200 kg/ha TSP (0.12g/tan) dan

100kg/ha KCL ( 0.06g/tan) dengan menggunakan sistem tugal, pemupukan urea

dilakukan dengan 2 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis

anjuran dan setengah dosis lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam

( HST), sedangkan untuk pupuk TSP dan KCL dilakukan saat penanaman.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu

(41)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari

satu pada setiap lobang tanam dengan mencabut tanaman tersebut. Penjarangan

dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antara

gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau

menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC

dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan

penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 cc/liter air. Masing-masing

disemprotkan pada tanaman yang terserang.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari leher akar hingga titik tumbuh

tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat stadia

(42)

Jumlah Buku per Tanaman (buku)

Jumlah buku per tanaman dihitung pada saat stadia vegetatipe – stadia matang

penuh atau panen (V1-R8). Buku yang dihitung adalah buku yang terdapat pada

batang utama dan cabang.

Jumlah Cabang (cabang)

Jumlah cabang di hitung dengan menghitung seluruh cabang utama yang ada

pada setiap tanaman. Pengamatan jumlah cabang di mulai setelah tanaman berumur 2

minggu setelah tanam (MST) sampai pada fase generatif n (Vn).

Jumlah Polong Pertanaman ( Polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong

pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut

dipanen.

Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)

Dihitung jumlah polong hampa pada tiap-tiap tanaman, yaitu polong yang

tidak menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.

Umur Panen (mst)

Pengamatan umur panen dihitung ketika tanaman memasuki R8 yaitu polong

telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai dengan warna kecokelatan

pada polong.

(43)

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot

buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot 100 biji (gr)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing masing

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6 mst, tinggi

tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst, jumlah buku 8 mst, jumlah

cabang, bobot 100 biji, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong

hampa dan produksi persampel dan tidak berbeda nyata terhadap jumlah buku 2 mst

yang diamati.

Tinggi Tanaman

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

tinggi tanaman pada 2 mst, 4 mst, 6 mst, 8 mst.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan verietas turunan kedua dapat dilihat

[image:44.612.118.526.526.657.2]

pada tabel berikut.

Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pada Beberapa Varietas pada turunan kedua.

VARIETAS MINGGU SETELAH TANAM TOTAL RATAAN

2 4 6 8

Kerinci 13.25a 33.45a 60.95a 82.14b 189.79 47.45a

Seulawah 11.14a 31.43a 59.91b 87.09b 189.57 47.39b

Baluran 14.39a 36.19a 63.06b 67.81b 181.45 45.36b

Total 38.78 101.07 183.92 237.04 560.81

Rataan 12.93 33.69 61.31 79.01 46.73

(45)

Dari tabel 1. diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada varietas

terdapat pada V1 (47.45 cm) dan terendah pada V3 (45.36 cm).

Histogram pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai varietas kedelai

turunan kedua dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Histogram Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Varietas kedelai Pada Turunan Kedua.

Jumlah cabang ( cabang)

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

[image:45.612.113.527.551.676.2]

jumlah cabang, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Rataan Jumlah Cabang Pada Beberapa Varietas pada turunan kedua.

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 11,00 22,00 20,00 22,00 75,00 18,75a

Seulawah 18,00 20,00 18,00 20,00 76,00 19,00b

Baluran 9,00 10,00 10,00 10,00 39,00 9,75c

Total 38,00 52,00 48,00 52,00 190,00

Rataan 12,67 17,33 16,00 17,33 15,83

(46)

Dari tabel 2. diketahui bahwa jumlah cabang tertinggi pada perlakuan varietas

turunan kedua terdapat pada V2 (19.00) dan terendah pada V3 (9.75).

Histogram pertumbuhan jumlah cabang pada beberapa varietas kedelai

[image:46.612.165.462.206.354.2]

turunan kedua dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Histogram Jumlah cabang (cabang) Pada Beberapa Varietas kedelai Pada Turunan Kedua

Jumlah Buku

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

jumlah buku pada 4 mst, 6 mst, 8 mst ,dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Rataan Jumlah Buku Pada Beberapa Varietas Kedelai Turunan Kedua.

Varietas Minggu setelah tanam Total Rataan

2 4 6 8

Kerinci 2,38a 8,38a 14,63b 17,25b 42,64 10,66a

Seulawah 2,50a 7,88a 15,00b 19,63b 45,01 11,25a

Baluran 2,50a 7,63a 12,63b 13,38b 36,14 9,04b

Total 7,38 23,89 42,26 50,26 123,79

Rataan 2,46 7,96 14,09 16,75 10,32

[image:46.612.118.524.528.632.2]
(47)

Dari tabel 3. diketahui bahwa rataan jumlah buku tertinggi pada varietas

terdapat pada V2 (11,25) dan terendah pada V3 (9.04).

Histogram pertumbuhan jumlah Buku pada beberapa varietas kedelai dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Histogram Jumlah Buku Pada Beberapa Varietas kedelai turunan kedua

Jumlah polong per tanaman ( polong)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

jumlah polong per tanaman.

[image:47.612.173.470.200.335.2]

Rataan jumlah polong per tanaman dari perlakuan varietas tabel berikut.

Tabel 4. Rataan jumlah polong per tanaman Pada Perlakuan Varietas pada Turunan Kedua.

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 90,50 215,50 239,00 215,50 760,50 190,13a

Seulawah 208,00 325,50 287,00 325,50 1146,00 286,50b

Baluran 88,50 91,50 166,00 91,50 437,50 109,38b

Total 387,00 632,50 692,00 632,50 2344,00

Rataan 129,00 210,83 230,67 210,83 195,33

[image:47.612.137.511.570.668.2]
(48)

Dari tabel 4. diketahui bahwa rataan jumlah polong per tanaman tertinggi

pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (286.50) dan terendah pada V3 (109.38).

Histogram jumlah polong per tanaman pada beberapa varietas kedelai dilihat

[image:48.612.200.428.209.345.2]

pada gambar berikut.

Gambar 5. Histogram jumlah polong per tanaman Pada Beberapa Varietas kedelai Turunan Kedua.

Jumlah polong hampa ( polong)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas turunan kedua berbeda

nyata terhadap jumlah polong hampa.

Rataan jumlah polong hampa dari perlakuan varietas turunan kedua pada tabel

(49)

Tabel 5. Rataan jumlah polong hampa Pada Perlakuan Varietas Turunan Kedua

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 0,50 2,00 0,50 2,00 5,00 1,25a

Seulawah 1,50 1,50 0,50 1,50 5,00 1,25a

Baluran 1,50 3,00 4,00 3,00 11,50 2,88b

Total 3,50 6,50 5,00 6,50 21,50

Rataan 1,17 2,17 1,67 2,17 1,79

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 5. diketahui bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi pada

perlakuan varietas terdapat pada V3 (2.88) dan terendah pada V1 (1.25).

Histogram jumlah polong hampa pada beberapa varietas kedelai turunan

[image:49.612.148.479.362.529.2]

kedua dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6. Histogram Jumlah Polong Hampa Pada Beberapa Varietas kedelai turunan kedua.

(50)

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur

panen. Rataan umur panen dari perlakuan varietas turunan kedua dapat dilihat pada

tabel berikut .

Tabel 6. Rataan Umur Panen Pada Perlakuan Varietas Turunan Kedua

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 11,50 13,50 13,50 13,50 52,00 13,00a

Seulawah 13,50 13,50 11,50 13,50 52,00 13,00a

Baluran 9,50 9,50 11,50 9,50 40,00 10,00ab

Total 34,50 36,50 36,50 36,50 144,00

Rataan 11,50 12,17 12,17 12,17 12,00

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 6. diketahui bahwa umur panen tertinggi pada perlakuan varietas

terdapat pada V2 (13.00) dan terendah pada V3 (10.00).

Histogram umur panen pada beberapa varietas kedelai turunan kedua dapat

[image:50.612.156.473.424.610.2]

dilihat pada gambar berikut.

(51)

Produksi per sampel

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

[image:51.612.118.522.192.300.2]

produksi per sample

Tabel 7. Rataan produksi per sampel Pada Varietas Turunan Kedua

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 35,85 53,05 50,10 53,05 192,05 48,01a

Seulawah 49,90 70,20 63,30 70,20 253,60 63,40a

Baluran 32,50 39,95 50,85 39,95 163,25 40,81b

Total 118,25 163,20 164,25 163,20 608,90

Rataan 39,42 54,40 54,75 54,40 50,74

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 7. diketahui bahwa rataan jumlah produksi per sampel tertinggi

pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (2.00) dan terendah pada V3 (1.83)

[image:51.612.174.467.395.564.2]
(52)

Bobot 100 biji ( gram)

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap

bobot 100 biji.

Rataan bobot 100 biji dari varietas kedelai turunan kedua dapat dilihat pada tabel

[image:52.612.118.535.243.344.2]

berikut.

Tabel 8. Rataan bobot 100 biji Perlakuan Varietas Turunan Kedua.

Varietas Blok Jumlah Rataan

1 2 3 4

Kerinci 15,9 12,30 11,45 12,30 51,95 12,99a

Seulawah 10,45 10,00 10,05 10,00 40,50 10,13a

Baluran 25,7 19,60 13,70 19,60 78,60 19,65b

Total 52,05 41,90 35,20 41,90 171,05

Rataan 17,35 13,97 11,73 13,97 14,25

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Dari tabel 8. diketahui bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan

varietas terdapat pada V3 (19.65) dan terendah pada V2 (10.13).

Histogram bobot 100 biji pada beberapa varietas kedelai dilihat pada gambar

berikut

[image:52.612.170.462.492.652.2]
(53)

Keragaman Genetik

Hasil perhitungan variabilitas genetik (σ2g), variabilitas Penotip (σ2p),

Koefisien variabilitas genetik (KVG) dan koefisien variabilitas Penotip (KVP) dapat

dilihat pada Tabel 8. Nilai KVG berkisar antara 11,90 – 72.35 dan nilai KVP

berkisar antara 15.06 – 75.19

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari komponen hasil yang diamati

terdapat 2 (dua) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sedang, dan 6 (enam)

[image:53.612.109.523.311.579.2]

komponen hasil yang bervariabilitas genetik rendah.

Tabel 9. Variabilitas Genotip (σ2g), Variabilitas Penotip (σ2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Penotip (KVP)

komponen hasil σ2g σ2p KVG KVP

tinggi tanaman 2.36 3.79 11.90 r 15.06

jumlah buku 55.70 60.16 72.35 r 75.19

jumlah cabang 25.94 33.25 32.17 r 36.24

jumlah polong per tanaman 7501.15 8951.19 44.34 s 48.44

jumlah polong hampa 0.71 1.40 46.97 s 65.944

umur panen 2.67 4.00 13.61 r 16.67

jumlah produksi pertanaman 123.47 150.12 22.25 r 24.13

bobot 100 biji/gram 22.40 28.34 33.20 r 37.35

Keterangan

r = rendah t = tinggi

s = sedang

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi.

Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai heritabilitas berkisar

antara 0,27-0,93. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 8 (delapan) komponen

(54)

heritabilitas sedang dan 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas

[image:54.612.127.503.161.389.2]

rendah

Tabel 10. Nilai Duga Heritabilitas Untuk Masing-Masing Komponen Hasil

komponen hasil (h2)

tinggi tanaman 0.27 r

jumlah buku 0.93 t

jumlah cabang 0.78 t

jumlah polong per tanaman 0.87 t

jumlah polong hampa 0.51 s

umur panen 0.67 t

jumlah produksi pertanaman 0.85 t

bobot 100 biji/gram 0.79 t

Keterangan :

Kj3 = rendah s = sedang

t = tinggi

Pembahasan

Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman kedelai

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa varietas berbeda nyata

terhadap parameter tinggi tanaman 2 mst, tinggi tanaman 4 mst, tinggi tanaman 6 mst,

tinggi tanaman 8 mst, jumlah buku 4 mst, jumlah buku 6 mst, jumlah buku 8 mst,

bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa, umur panen, dan

jumlah cabang dan produksi persampel.

Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 mst, 4 mst,

6 mst, 8 mst dan jumlah buku 8 mst. Hal ini diduga karena adanya pengaruh genetik

(55)

genotip dan fenotip, sehingga berbeda dalam tiap karakter yang diamati, meskipun

ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan varietas sangat

besar mempengaruhi sifat tanaman, karena faktor genetik yang berbeda dapat

diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi

tanaman yang akhirnya akan menghasilkan beragam pertumbuhan tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

bobot 100 biji, jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa, dan jumlah

cabang, umur panen, produksi persampel, jumlah buku, Hal ini diduga karena adanya

pengaruh perbedaan genetik dari ketiga varietas akibat pengaruh radiasi sinar gamma

yang merupakan generasi kedua dari kedelai sehingga mempengaruhi sifat genetis

dari varietas tersebut . Setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda

dengan varietas lain, walaupun ada beberapa sifat dan ciri yang sama antar varietas.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan

bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman

penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase

pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang

mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan

tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu

mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang

(56)

Dari data nilai keragaman (Lampiran 84) dapat dilihat bahwa nilai Keragaman

Variabilitas Genetik (KVG) berkisar antara 11,90 – 72.35. Terdapat dua parameter

mempunyai KVG sedang, yaitu Jumlah polong per tanaman (44,36), jumlah polong

hampa (46.97), Dan enam parameter mempunyai KVG rendah, yaitu tinggi tanaman

(11.90), jumlah buku pada per tanaman (72.35), jumlah cabang pada batang utama

(32.17), Bobot 100 biji (33.20, umur panen (13.61), jumlah produksi pertanaman

(22.25). Pengelompokan nilai KVG ini sesuai dengan literatur Murdaningsih dkk

(1990) dalam Tempake dan Luntungan (2002) yang menyatakan bahwa kriteria

variabilitas adalah kriteria rendah < 25% dari KVG yang terbesar, kriteria sedang ≥

25% - ≤ 50% dari KVG yang terbesar, kriteria tinggi ≥ 50% - ≤ 75% dari KVG yang

terbesar, kriteria sangat tinggi ≥ 75% dari KVG yang terbesar.

Berdasarkan kriteria dari Murdaningsih (1990), koefisien varians Penotip

(KVP) semua karakter yang diteliti terdistribusi mulai dari kategori r (rendah) sampai

s (sedang). Tinggi rendahnya nilai KVP menggambarkan realitas keragaman suatu

karakter secara visual. Nilai KVP yang rendah menunjukkan bahwa individu-individu

dalam populasi yang diuji cenderung seragam, seperti misalnya pada karakter umur

matang penuh dengan nilai KVP sebesar 6.97 % (termasuk kategori rendah). Untuk

mengetahui apakah tinggi rendahnya keragaman tersebut banyak dipengaruhi faktor

genetik ataukah banyak dipengaruhi faktor lingkungan, maka nilai KVP

diperbandingkan dengan nilai KVG (koefisien keragaman genetik). Jika besarnya

nilai KVG mendekati nilai KVPnya, maka dapat disimpulkan bahwa keragaman

(57)

pertanaman (nilai KVG 24,12 % dan KVP 25,22 %), jumlah buku (nilai KVG 72,35

% dan KVP 75,19 %), tinggi tanaman (nilai KVG 11.90% dan KVP 15.06%) karakter

bobot 100 biji (nilai KVG 33.20% dan KVP 37.35%)

Nilai heritabilitas (Lampiran 85) berkisar antara 0,27 – 0,93. Dari data didapat

enam parameter mempunyai heritabilitas tinggi, yaitu jumlah cabang pada batang

utama (0,78), jumlah buku per tanaman (0,93), jumlah polong per tanaman (0,87),

umur panen (0,67), jumlah produksi pertanaman (0,85), bobot 100 biji (0,79). Satu

parameter mempunyai nilai heritabilitas sedang, yaitu jumlah polong hampa (0,51).

Dan satu parameter mempunyai nilai heritabilitas rendah, yaitu tinggi tanaman (0,27).

Adanya pengelompokan nilai heritabilitas kepada tinggi, sedang dan rendah ini sesuai

dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa heritabilitas

dikatakan tinggi bila H>50%, sedang bila nilai H terletak antara 20%-50% dan

rendah bila H<20%.

Dari hasil pengamatan terhadap karakter dari tiga varietas (lampiran 5)

menunjukkan bahwa kemurnian sifat masih ada dan keunggulan dari masing-masing

varietas masih tetap dimiliki walaupun sudah ditanam pada lingkungan berbeda yang

terlihat dari parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang pada batang

utama, jumlah buku per tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot 100 biji. Dari

hal ini dapat kita peroleh bahwa varietas merupakan varietas unggul yang sesuai

dengan deskripsi asalnya. Dan menurut Gani (2000) yang menyatakan untuk

mempertahankan kemurnian agar seragam dan keunggulannya tetap di miliki, perlu

(58)

warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat-sifat kuantitatif seperti tinggi

tanaman, ukuran biji, dan ukuran daun. Pengenalan atau identifikasi varietas unggul

adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar

varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah buku per

tanaman, jumlah cabang pada batang utama, jumlah polong hampa, jumlah

polong per tanaman, dan bobot 100 biji,produksi pertanaman dan umur panen.

2. Keragaman genotipe tertinggi terdapat pada parameter jumlah buku per

tanaman (72,35) dan terendah pada parameter tinggi tanaman (11,90).

3. Nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada parameter jumlah buku pertanaman

dan terendah pada parameter tinggi tanaman.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui karakter vegetatif

dan generatif dari masing-masing varietas pada generasi selanjutnya.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Alnopri, 2004. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Sifat-Sifat Pertumbuhan Bibit Tujuh Genotipe Kopi Robusta-arabika. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume. 6, nomor 2, 2004. Available at :

Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 485 pp.

Andrianto, T. T., dan Indarto, N., 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.

Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2006. Hasil Utama Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Tahun 2005. Balitkabi Malang.

Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, 2007. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Balitkabi Malang.

Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater, 2001. Variabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.

Departemen Pertanian Direktoret Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Budidaya Tanman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak sekolah (PMT-AS. Jakarta. Hal: II-2.

Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.

Hasyim, H., 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tahun 2007 dan Ramalan Kondisi Tahun 2008. [18 Juni 2008].

2006. Produksi Kedelai Nasional Belum Mencukupi. [31 Maret 2008].

(61)

Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

diaskes tanggal 03 maret 2008.

Indonesia . diaskes tanggal 04 februari 2008.

kedelai hasil mutasi dan di seleksi melalui in Vitro terhadap cekaman almunium dan PH rendah

23 maret 2008.

Joint FAO/IAEA divis Atomic Energy in Food and Agriculture, 1997. Manual breeding on mutation. Second edition. International atomic egency, Viena.

Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman Dengan Teknik Mutasi. Puslitbag teknologi isotop dan radiasi, Jakarta

Natsir, M.,2002. Bioteknologi Molekuler. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Prosiding ikakarya., 2005. pengembangan tanaman kedelai di lahan Sub- Obtimal, balitkabi Malang

(62)

Lampiran 1. Bagan Lahan Percobaan

BLOK I BLOK II BLOK III

a

b

U Keterangan :

a = Jarak antar ulangan.

b = Jarak antar plot dalam satu blok.

V2 V3 V1

V3 V1 V2

(63)

Lampiran 2. Bagan Plot Tanaman

BLOK I BLOK II BLOK III

Keterangan :

U : Tanaman dalam polibag

50 cm

(64)

Lampiran 3. Bagan Plot Tanaman

Keterangan:

Luas plot = 100 cm x 50 cm

Jarak tanam = 10 cm x 50 cm

10 cm

50 cm

50 cm

(65)

Lampiran 4. Deskripsi Tiga Varietas Kedelai

A.Diskripsi varietas Baluran

Nama Varietas : Baluran

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 275/Kpts/TP.240/4/2002 tanggal 15 April 2002

Tahun : 2002

Tetua : Persilangan AVRDC

Rataan Hasil : 2,5-35 ton/ha

Pemulia : Ir. Suyono,MS., Dr.Ir. T. Adisarwanto, Dr. I. Hartana

Nomor galur : GC 88025-3-2

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Coklat

Warna bunga : Ungu

Warna polong masak : Coklat

Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum : coklat muda

Tipe pertumbuhan : Determinate

Bentuk biji : bulat telur

Tinggi tanaman : 60-80 cm

Gambar

Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah Sumber
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Pada Beberapa Varietas   pada turunan kedua
Tabel 2. Rataan Jumlah Cabang Pada Beberapa Varietas   pada turunan kedua.
Gambar 3. Histogram Jumlah cabang (cabang) Pada Beberapa Varietas kedelai Pada Turunan Kedua
+7

Referensi

Dokumen terkait

b) mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi hutan lindung dan kawasan

Dalam mensosialisasikan kampanye yang penulis buat untuk mengajak para pengguna jalan tol untuk beralih dari transaksi manual pindah menggunakan transaksi otomatis dengan kartu

Pengujian 65 cendawan endofit terhadap perkecambahan benih cabai diperoleh 43 cendawan endofit menyebabkan persentase perkecambahan benih dan atau persentase kecambah normal

Bab IVmerupakan pembahasan dan analisis data, sub-sub yang akan dibahas dalam bab ini yaitu: deskrpsi wilayah Desa Sokaraja Tengah, penyajian data, peran isteri dalam

Untuk mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program (UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human Development Indeks atau

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit

Nilai rata-rata faktor beban pencemar limbah cair batik yang tercantum pada Tabel 3 merupakan nilai umum yang dapat digunakan untuk mengestimasi secara kasar