• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

RIZKI KURNIAWAN

Pembagian urusan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sebagai peraturan pelaksana dari Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Landasan hukum tentang pajak daerah yang terbaru diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lahirnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan penambahan 3 (tiga) jenis pajak baru bagi kabupaten/kota, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Pajak Sarang Burung Walet dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (yang sebelumnya merupakan pajak pusat)

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah telah mengaturnya dalam bentuk Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 dan pelaksanaan pemungutannya diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2011. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas peolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan serta pemungutan ini menggunakan sistem self assessment yang artinya wajib pajak wajib dipercaya dalam menghitung besarnya nilai pajak yang harus disetorkan.

(2)

dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan, setelah terkumpul data dianalisis secara deskripsi kualitatif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengaturan kewenangan hukum pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Lampung Tengah dan secara substansi telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta pelaksanaan pemungutan pajak ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada. Dalam realisasinya di periode pertama Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor BPHTB Kabupaten Lampung Tengah belum dapat menembus angka yang ditargetnya yaitu sebesar Rp. 2 miliyar. Hal ini dikarenakan batas Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) yang di tetapkan di Lampung Tengah yaitu sebesar Rp. 60.000.000,00 dan untuk hibah sebesar Rp. 300.000.000,00. Angka ini terlalu tinggi dibandingkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di daerah kabupaten ini. mengingat harga pasaran tanah di Kabupaten lebih rendah di bandingkan harga pasar tanah di daerah perkotaan. Sedangkan untuk penetapan tarif BPHTB di Lampung Tengah sebesar 5% (lima persen).

(3)

Daerah merupakan landasan bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Kedua Undang-Undang tersebut juga merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah berkomitmen melaksanakan pengembangan nasional secara merata dalam semua tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah memerlukan anggaran yang di daerah dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berlandaskan NKRI memerlukan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah tidak lagi bergantung kepada pemerintah pusat dalam hal pembiayaan pemerintahan daerah. Dengan demikian, setiap kabupaten/kota dapat mencari terobosan untuk memperbesar penerimaan daerah, terutama dari pajak daerah. Salah satu sumber pendapatan daerah adalah dari sektor pajak dan retribusi daerah sebagai unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD). Yang dipungut dari masyarakat tanpa mendapatkan imbalan secara langsung dengan menggali potensi dari sektor pajak yang ada, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pajak daerah merupakan salah satu bentuk pungutan oleh negara kepada rakyat, oleh karena itu Pasal 23A UUDNRI Tahun 1945 mengatur bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

(4)

Undang-undang yang berkenaan langsung dengan ketentuan pajak daerah diatur bersamaan dengan ketentuan tentang retribusi daerah. Landasan hukum tentang pajak daerah yang terbaru diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2 ayat (2) menentukan hak daerah untuk menyelenggarakan pemungutan pajak, jenis pajak yang dapat di pungut pemerintah kabupaten/kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(5)

Berdasarkan undang-undang ini, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang semula merupakan kewenangan pemerintah pusat dialihkan menjadi kewenangan kabupaten/kota. Dengan adanya kondisi ini, Kabupaten Lampung Tengah telah membuat Rancangan Peraturan Daerah pajak baru yaitu tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang dipungut di wilayah Lampung Tengah dengan memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan. Pajak BPHTB bersifat pajak bukan Retribusi sebagaimana diatur dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, dengan nama Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak

atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Objek dan dasar pengenaan pajak atas tanah dan bangunan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 85 yang menjadi objek pajak adalah Perolehan Hak Atas Tanah da Bangunan yang diperoleh sehubungan dengan adanya pelaksanaan kegiatan pemindahan hak dan hak baru dalam kegiatan perolehan hak atas tanah dan bangunan di wilayah Lampung Tengah.

(6)

Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp.300.000.000,00. Berdasarkan nilai tersebut potensi pendapatan asli daerah dalam 1 tahun dikalikan dengan tarif pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana diatur dalam pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu sebesar 5%.

Bagi wajib pajak, pajak BPHTB ini tidak memberikan dampak ekonomi yang negative, karena wajib pajak hanya dikenakan paling tinggi 5% dari jumlah Nilai Perolehan Objek Pajak. Pengenaan Pajak memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Pelaksanaan pemungutan pajak BPHTB diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Lampung Tengah. Dalam pemungutan pajak tersebut Bupati Lampung Tengah akan memberi wewenang kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai pelaksana pemungutan pajak BPHTB dan Dinas ini dituntut untuk bisa memasukkan dan meningkatkan pendapatan asli daerah semaksimal mungkin dari pemungutan pajak BPHTB guna kepentingan pembiyayaan rumah tangga daerah Lampung Tengah.

Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan itu sendiri menggunakansistem self assessmentdimana waib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dan melaporkannya tanpa mendasarkan diterbitkanya surat ketetapan pajak.

(7)

a. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). b. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). c. Surat Setoran Pajak Daerah (SPPD). d. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). e. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

f. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).

g. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). h. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.(SKPDN).

i. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). j. Surat Tagihan Pajak Daerah(STPD)

Jika wajib pajak merasa keberatan dengan surat ketetapan yang diperoleh maka wajib pajak dapat mengajukan keberatan. Dan wajib pajak akan mendapatkan Surat Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan Pembetulan.

(8)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimanakah pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah.

b. Bagaimanakah pelaksanaan kewenangan dalam pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah.

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan diatas agar tidak menyimpang dari maksud penulisan, maka yang menjadi ruang lingkup dalm penelitian ini adalah

a. Pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (dasar pemungutan pajak,objek pajak,subjek pajak,wajib pajak,dasar pengenaan tarif pajak,tata cara pemungutan pajak) di Kabupaten Lampung Tengah.

(9)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan kewenangan hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah. b. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan kewenangan dalam

pemungutan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah.

2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara, dan sebagai bahan informasi serta bahan pemikiran bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perpajakan dan memperdalam pengetahuan khususnya di bidang hukum pajak.

b. Kegunaan Praktis

(10)

Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas, maka kewenangan dari pemerintah untuk melaksakan tugasnya dalam pemerintahan berasal dari peraturan perundang-perundangan yang ada, oleh karena itu pemerintah tidak boleh menganggap bahwa ia memiliki sendiri wewenang premarital dan tidak boleh berbuat sesuatu selai yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan tidak sama dengan kekuasaan, karena kekuasaan hanyalah menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat, sedangkan wewenang mengandung hak dan juga kewajiban. Di dalam kewajiban dari suatu kewenangan secara horizontal dan kewenangan secara vertikal, kewenangan secara horizontal berarti kekuasaan tersebut berguna untuk menyelenggarakan pemerintahan sbagaimana mestinya, sedangkan kewenangan secara vertikal berarti kekuasaan tersebut adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan (Ridwan HR,2002:72)

1. Sifat kewenangan

Dalam kepustakaan terdapat pembagian mengenai sifat wewenang pemerintahan, (Ridwan HR, 2002:78-79), yaitu :

a. Terikat

Wewenang pemerintahan yang bersifat terikat terjadi apabila peraturan pada dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil.

b. Fakultatif

(11)

c. Bebas

Wewenang yang bersifat bebas terjadi apabila peraturan dasarnya memberi kebebasan untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkan atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup kebebasan.

2. Sumber kewenangan

Kewenangan bersumber dari tiga cara (Ridwan HR, 2002:74), yaitu : a. Atribusi

Atribusi merupakan pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.

b. Delegasi

Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan dari satu organ pemerintahan ke organ pemerintahan lainnya. c. Mandat

Mandat merupakan pelimpahan wewenang ketika organ pemerintahan mengizikan kewenanganya dijalankan oleh orang lain atas namanya.

Untuk dapat memperoleh suatu kewenangan akan suatu urusan pemerintahan, pemerintahan daerah dapat memperolehnya dari tiga cara, yaitu melalui atribusi, delegasi dan mandat. Setelah memperoleh kewenangan dari ketiga sumber kewenangan tersebut, barulah pemerintah dapat menjalankan kewenangannya. Kewenangan tersebut merupakan suatu tindakan hukum dari pemerintah dan hanya dapat dilakukan oleh aparatur negara engan tanggung jawab yang ditanggung sendiri. Selain itu perbuatan dari aparatur pemerintahan tersebut yang dilakukan sesuai kewenangannya akan menimbulkan suatu akibat hukum dibidang hukum administrasi demi terciptanya pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat. Hal ini sesuai dengan unsur dari tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan kewenangan aparatur pemerintahan (Muchan, 1981 :18-19), yaitu: a. Perbuatan itu dilakukan oleh apaat pemerintahan dalam kedudukannya sebagai

penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuursorganen) dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.

b. Perbuatan tersebut dilaksakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan. c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat

(12)

d. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

3. Wewenang Pemungutan Pajak Daerah

Berdasarkan Pasal 2 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 wewenang pemungutan pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: 1) Pajak Kendaraan Bermotor;

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; 4) Pajak Air Permukaan; dan

5) Pajak Rokok.

b. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: 1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 4) Pajak Reklame;

5) Pajak Penerangan Jalan;

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 7) Pajak Parkir;

8) Pajak Air Tanah;

9) Pajak Sarang Burung Walet;

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

B. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut P.J.A. Andriani menyatakan bahwa ”pajak adalah Iuran pada negara

(13)

Rochmat Soemitro (1990:5) dalam bukunya ”Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan”, memberikan pengertian bahwa ”Pajak adalah Iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Early Suandy, 2000:8).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri melekat pada pengertian pajak :

a. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi indhividual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.

d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukanya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Selanjutnya terhadap pengertian pajak daerah Kunarjo (1993:151) berpendapat bahwa: ”Pajak Daerah adalah kewajiban penduduk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah disebabkan suatu keadaan, kejadian atau perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman”

(14)

di daerah oleh Institusi Pajak setempat yang hasilya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.( Munawir, S. 1985).

Dengan demikian pajak daerah merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada terhutang bagi yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjukan penggunaanya untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan tugas-tugas dalam penyelenggaran pemerintah daerah.

Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 Angka 10 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daearah yaitu Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Dengan tidak mendapetkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sehubungan dengan pengertian tersebut di atas maka pajak daerah mempunyai empat unsur pokok, yaitu :

a. Pajak daerah merupakan iuran kepada daerah yang dapat dipaksakan kepada setiap wajib pajak yang ada.

b. Pajak daerah yang dipungut tidak medapatkan prestasi langsung tetapi dapat ditunjukan setelah atau sebelum bayar pajak.

c. Pajak daerah harus berdasarkan pada Undang-Undang serta peraturan pelaksana lainnya yang berlaku sebelumnya.

(15)

Pajak dilihat dari segi pengelola dan pemungutannya dapat dibedakan antara pajak pusat dan pajak Daerah, namun demikian pada prinsipnya terdapat beberapa persamaan yaitu :

a. Pajak sama-sama dipungut oleh pemerintah dan digunakan untuk keperluan penyelengaraan pemerintahan umumnya.

b. Pajak harus dikenakan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

c. Pajak tidak mendapatkan prestasi/imbalan secara langsung yang dapat ditunjukan pada saat wajib pajak membayar pajaknya.

d. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara.

Untuk melihat perbedaan Pajak Pusat dan Pajak Daerah maka perlu ditinjau dari dua sisi yaitu dari sisi tugas dan pelaksanaanya serta dari sisi tujuannya.

a. Dari segi tugas pelaksaanya.

Pajak Pusat adalah pajak yang ditetapkan pungutanya oleh Pemerintah Pusat dan pelaksanaanya dilakukan oleh petugas pajak pusat. Pajak pusat penggunaanya untuk membiayai rumah tangga negara Indonesia. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut dan ditetapkan oleh pemerintah daerah guna membiayai rumah tangga daerah sebagai badan hukum publik.

b. Dari segi tujuannya

(16)

2. Fungsi Pajak Daerah

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah ebagaimana pajak pusat, pajak daerah memiliki dua fungsi yaitu :

a. Fungsi Penerimaan(Budgetair)

Pajak berfunsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, Contoh : Dimasukkanya pajak daerah dalam APBD sebagai penerimaan daerah.

b. Fungsi Mengatur(Regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakan pajak yang tinggi terhadap minumam keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah (Waluyo dan Wirawan B. IIyas, 2000: 2).

3. Sistem Pengenaan Pajak Daerah

Sistem pengenaan pajak (stesel pajak) yang dipakai untuk memungut pajak daerah adalah menggunakan sisten pada umumnya, yaitu:

a. Stelsel nyata(riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada nilai objek yang nyata, sehingga pemungutanya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah nilai objek yang sesungguhnya dapat diketahui. Kelebihan stesel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahanya adalah pajak baru dapat dikenakan dalam akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

b. Stelsel anggapan(fictieve stelsel)

(17)

tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat berdasarkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar dalam tahun berjalan, tanpa ahrus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apalagi besar pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya apabila lebih kecil maka kelebihannya dapat diminta kembali (Waluyo dan Wirawan B. Iilyas, 2000 : 9).

4. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Sistem pemungutan pajak daerah menggunakan sistem pemungutan pajak pada umumnya. Ada tiga sistem dalam pemungutan pajak daerah, yaitu :

a. Official Assesment System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Jadi wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak timbul setelah dikeluarkanya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System

(18)

tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, memebayar, dan melaporkannya sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. c. With Holding System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak (Mardiasmo, 2002: 7-8)

5. Asas Pemungutan Pajak Daerah

Asas pemungutan pajak daerah menggunakan asas pemungutan pajak pada umumnya. Dalam buku An Inguiry into the Nature and Cause of Nations yang ditulis oleh Adam Smith pada abad ke 18 mengajarkan tentang asas-asas pemungutan pajak yang dikenal dengan The Four Cannons atau The Four Maxim dengan uraian sebagai berikut:

a. Equality

Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalm hal ini equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda harus diperlakukan berbeda.

b. Certainty

(19)

c. Convenience of payment

Pajak hendaknya dipungut pada saat paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/ keuntungan yang dikenakan pajak.

d. Economic of colections

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh (Erly Suandy, 2000 : 19).

6. Pembagian Pajak Daerah

Berdasarkan golongannya pajak dibagi menjadi :

a. Pajak langsung yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan yang tidak dialihkan kepada pihak lain. Contohnya pajak penghasilan

b. Pajak tidak langung, yaitu pajak yang dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga disebut juga sebagai pihak tidak langsung. Contohnya pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.

7. Pemungutan Pajak Daerah

(20)

wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Pemungutan pajak maupun retribusi daerah ini tidak dapat diborongkan.

Pemungutan pajak tidak dapaat diborongkan dan dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pemungtan pajak berdasarkan penetapan dilaksanakan dengan menggunakan surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. Sedangkan pembayaran pajak yang diajukan sendiri oleh wajib pajak dilakukan dengan menggunakan surat pemberitahuan pajak daerah. Surat ketetapan pajak daerah kurang bayar dan surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan. Terhadap wajib pajak tersebut dapat diterbitkan surat tagihan pajak daerah, surat keputusan pembetulan, surat keputusan pemberatan dan putusan banding sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak

C. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 1. Sejarah BPHTB

(21)

bapak Salamun AT (Direktur Jenderal Pajak waktu itu), merupakan upaya langsung yang diharapkan dapat meningkatkan rencana penerimaan negara dan merupakan kebijakansanaan terpenting yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk membangun sitem perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Sebelumnya sejak tahun 1924, setiap perolehan hak atas tanah dibebani pajak, yang disebut Bea Balik Nama Harta Tetap, sebagaimana diatur dalam Ordonansi Bea Balik Nama Harta Tetap 1924 (Staatblad No. 291)

Bea Balik Nama ini dipungut atas setiap perjanjian pemindahan hak atas tanah harta tetap yang ada di wilayah Indonesia, termasuk peralhan harta karna hibah wasiat yang ditinggalkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal terakhir di Indonesia (Penjelasan UU No.21 Tahun 1997), Ordonansi Bea Balik Nama Harta Tetap mengenakan pajak atas:

1. Semua perjanjian pemindahan harta tetap yang terletak atau berada di Indonesia.

2. Akte pendaftaran dan pemindahan kapal

3. Semua peralihan karena warisan atau legaat dari harta tetap atau kapal yang terdaftar yang ditinggalkan oleh orang-orang yang mempunyai tempat tinggal terakhir di Indonesia.

(22)

Berlakunya atau terbitannya Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960, hak-hak kebendaan yang dimaksudkan diatas tidak berlaku lagi, karena semua telah diganti dengan hak-hak baru yang diatur dalam Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Dengan demikian sejak diberlakukannya Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Bea Balik Nama atas Harta Ttap berupa hak atas tanah tidak dipungut lagi. Sedangkan ketentuan mengenai pengenaan pajak atas akta pendaftaran dan pemindahan kapal yang didasarkan pada Ordanansi Bea Balik Nama staatsblad 1924 No. 291 masih tetap berlaku. Ordanansi Bea Balik Nama Harta Tetap dicabut tahun 1997 dengan diundangkannya UU No. 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Namun kemudian baru berjalan kurang dari 3 (tiga) tahun UU No. 21 Tahun 1997 ini diubah menjadi UU No. 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 juli 2001 dan pada tahun 2009 Pemerintah kembali melakukan pembaharuan tentang sitem perpajakan. Hal ini dipicu karena adanya UU. No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang mengakibatkan pemerintah daerah membuat dan memberlakukan UU No 28 tahun 2009 Tentang Pajak dan retribusi daerah. Dengan lahirnya UU No 28 Tahun 2009 ini maka pajak BPHTB diatur dalam Pemerintahan Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

2. Pengertian BPHTB

(23)

BPHTB pada dasarnya dikenakan atas setiap prolehan hak yang diterima oleh orang atau badan yang terjadi dalam wilayah hukun Negara Indonesia. BPHTB merupakan pajak yang terutang dan harus dibayar oleh pihak yang memperoleh suatu hak atas tanah dan bangunan agar akta atau risalah lelang, atau surat keputusan pemberian hak dapt dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan dapat terjadi karena dua hal, yaitu peristiwa hukum (pewarisan) dan perbuatan hukum seperti jual beli, tukar menukar.

3. Dasar Hukum Pemungutan BPHTB

Setiap pemungutan pajak yang dapat menimbulkan beban bagi masyarakat harus dilakukan dengan persetujuan masyarakat, dalam hal ini DPR, dan dituangkan dalam bentuk Undang-Undang. Karena penerapan BPHTB di indonesia juga dilakukan dengan dasar hukum yang jelas melalui Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak dan Keputusan Pejabat yang Berwenang lainnya sebagai aturan pelaksaan dari undang-undang BPHTB. Aturan yang menjadi daaar pemungutan BPHT B di Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :

(24)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Karena Waris Dan Hibah Wasiat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4030);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 112 tahun 2000 tentang Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Karena Pemberian Hak Pengelolaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4031); d. Peraturan Pemerintah Nomor 113 Tahun 2000 tentang penentuan besarnya

nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak

e. Keputusan Menteri Keuangan No. 516/KMK.04/2000 Tentang Tatacara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak BPHTB f. Keputusan Menteri Keuangan No. 517/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara

Pembayaran BPHTB

g. Keputusan Menteri Keuangan No. 87/KMK.03/2002 Tentang Pemberian Pengurangan BPHTB

h. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep-24/PJ/2000 Tentang Tatacara Penerbitan Surat Ketetapan BPHTB Lebih Bayar (SKPLB) dan Perhitungan Kelebihan Pembayaran BPHTB

i. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep-221/PJ/2002 Tentang Tatacara Pemberian Pengurangan BPHTB

(25)

k. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No.2 Tahun 2010 Tentang Bea Peolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(26)

B. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumbernya atau data dari hasil penelitian di lapangan yaitu keterangan dan penjelasan dari narasumber yang nantinya akan di pergunakan sebagai bahan kajian penulisan tentang proses pelaksaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah di Kabupaten Lampung Tengah.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustaka yang bersumber dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan hasil penelitian dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan proses Pengaturan hukum atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Lampung Tengah.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi kepustaka

Studi kepustaka adalah suatu cara mengumpulkan data dengan membaca, memahami, mengutip, merangkum, dan membuat catatan-catatan serta menganalisis peraturan Perundang-Undangan.

(27)

2. Pengolahan Data

Seleksi data yaitu memeriksa secara keseluruhan data untuk menghindari kekurangan serta kesalahan data yang berhubungan dengan analisis yuridis terhadap Proses Pengaturan serta Pelaksanan Bea Perolehan Hak Aras Tanah dan Bangunan

a. Klasifikasi data yaitu menempatkan dan mengelompokan data yang akan dimasukan dalam penelitian ini harus melalui proses pemeriksaan serta penggolongan data sesuai dengan permasalahan.

b. Penyusunan data yaitu data yang telah diperiksa dan terklasifikasi kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan urutanya, sehingga mempermudah pembahasanya.

D. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu pembahasan skripsi ini dengan cara memaparkan dalam bentuk uraian-uraian kalimat serta memberikan interprestasi data dalam bentuk kalimat secara sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari permasalah yang diteliti dalam penulisan ini.

(28)

LAMPUNG TENGAH

(skripsi)

OLEH

RIZKI KURNIAWAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)

ABSTRAK ... i

4. Wewenang Pemungutan Pajak Daerah ... 12

B. Pajak Daerah 1. Pengertian Pajak Daerah ... 13

2. Fungsi Pajak Daerah ... 16

3. Sistem Pengenaan Pajak Daerah ... 17

4. Sistem Pemungutan Pajak Daerah ... 18

5. Asas Pemungutan Pajak Daerah ... 19

6. Pembagian Pajak Daerah ... 20

(30)

3. Dasar Pemungutan BPHTB ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 27

B. Sumber Data ... 28

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

2. Pengolahan Data ... 29

D. Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah 1. Sejarah singkat Kabupaten Lampung Tengah... 30

2. Pemekaran Wilayah Kabupaten Lampung Tengah... 33

3. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah... 35

B. Pengaturan kewenangan Hukum Pemungutan BPHTB di kabupaten Lampung Tengah 1. Nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan... 41

2. Objek, Subjek, dan Wajib Pajak BPHTB a. Objek BPHTB ... 42

b. Subjek BPHTB ... 43

c. Wajib Pajak BPHTB ... 46

3. Dasar Pengenaan dan Tarif BPHTB ... 46

C. Pelaksanaan Kewenangan Dalam Pemungutan BPHTB di Kabupaten Lampung Tengah 1. Kewenangan Pemungutan BPHTB ... 50

2. Pelaksanaan Pemungutan BPHTB ... 51

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

(31)

H.R, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Kunarjo. 1993.Perpajakan Indonesia. Yogyakarta.

Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Mardiasmo, 2002,Perpajakan,AUDI, Yogyakarta.

Muchsan. 1981.Peradilan Administrasi Negara.Liberty. Yogyakarta. Munawir, S. 1985.Pokok Pokok Pajak,Liberty. Yogyakarta.

Nicolai,P. 1994.Besturrecht.Amsterdam.

Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar Dasar Hukum Pajak dan Hukum Pajak Pendapatan,Eresco, Bandung.

Suandy, Early. 2000.Hukum Pajak.Salemba Empat. Jakarta.

Waluyo dan Iiyas, B , Wirawan. 2001. Perpajakan Indonesia PenyesuaianDengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Baru Tahun 2001. Salemba Empat. Jakarta.

Perundang-Undangan.

UU RI Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

UU RI Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah.

UU RI Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

UU RI Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

(32)

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggara Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Kabupaten Lampung Tengah.

(33)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, petunjuk dan bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Heriyandi, S.H.,M.H. selaku Penjabat Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara dan selaku Dosen Pembimbing I, atas saran, bimbingan, serta waktunya. 3. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi

Negara dan selaku Dosen Pembimbing II, atas saran, bimbingan dan waktunya.

(34)

6. Bapak Dr.H.S. Tisnanta, S.H.,M.H. selaku Dosen yang telah mengarahkan,membantu meluapkan pemikiran baik akademik maupun non akademik serta membimbing penulis dalam segala hal.

7. Bapak Abdul Muthalib, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Bapak Rusmiyadi S.H. selaku Kasubag Kemahasiswaan yang telah memberikan dukungan, nasehat dan mengajarkan banyak hal kepada penulis. 9. Ibu Hj. Arniah selaku Kasubag Akademik Fakultas Hukum yang telah banyak

membantu dalam hal akademik kepada penulis.

10. Seluruh Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

11. Seluruh staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Lampung atas kerjasamanya yang baik selama penulis menjadi mahasiswa.

12. Bapak Aprianto.mas pendi, dan lain-lainya . atas dukungan yang tiada henti kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

13. Bapak Supriyadi,S.H. selaku Kepala Bidang Hukum Pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi kepada penulis.

14. Bapakku Marzuki dan Mamaku Romiyati yang telah membesarkanku, mendo’akan,membimbing dengan penuh kasih dan sayang serta senantiasa

(35)

16. Keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendo’akan, dan memberikan dukungan moril dan materil.

17. Sahabat terbaikku Dian Maulana, Eries Rosadi, Andika, Rafli, Vidho, Eka, Fajar Sembiring, Aditya Nugraha, Alpin Tantilar, Dessy Mayasari, Dini Kurnia, M. Aru Setiawan, Rhenaldi Fardani. Terimakasih atas segala dukungan kalian.

18. Yang tercinta Dwi Anindhiati Putri Purnomo, terimakasih atas pengertiaan, kesabaran dan dukungan serta telah menemani setiap langkah penulis dengan penuh kasih sayang.

19. Mama Herlianti putri S.H, terimakasih atas do’a dan dukungan yang begitu besar kepada penulis serta adek Nabilla Atika Putri Purnomo. Terimaksih. 20. Rekan-rekan seangkatan, yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini tidak cukup untuk membahas apa yang telah diberikan kepada penulis, Semoga Allah SWT membalas segala macam kebaikanya, Amien..

B.Lampung, Februari 2012 Penulis

(36)

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik pada diri kamu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kamu sendiri

( QS. Al-Isra ; 7 )

Jangan pernah jatuh ke lubang yang sama, karena sesungguhnya pengalaman itu merupakan pelajaran yang nyata buat kamu bangkit dan

jauh lebih baik lagi

(37)

MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH.

Nama Mahasiswa : RIZKI KURNIAWAN No. Pokok Mahasiswa : 0642011341

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H.,M.H Upik Hamidah, S.H.,M.H

NIP. 196112191988032002 NIP. 196006061987032002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S,H.,M.H

(38)

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani, S.H.,M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Upik Hamidah, S.H.,M.H. ...

Penguji Utama : Syamsir Syamsu, S.H.,M.H. ...

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heriyandi, S.H.,M.H

NIP.

(39)

Alm.Kakek tercinta selowidodo romowijoyodiningrat,

Bapak Marzuki dan Mama Romiyati, yang telah mendidik, membesarkanku dengan penuh kasih dan sayang, jerih payah dan do a yang tiada hentinya

untuk keberhasilan ini.

Adikku tersayang Maya Hari Agustina dan Mega Sukma Wahyuni. Keluaraga besarku, terimkasih atas dukungannya selama ini.

Sesorang yang akan menjadi pendamping hidupku. *poke DAPP.

Sahabat-sahabat tercinta yang selalu support serta rekan-rekan angkatan 2005,2006,2007 semuanya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang

telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(40)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 Desember 1988, sebagai anak pertama dari tiga saudara dari pasangan yang berbahagia Bpk. Marzuki dan Ibu Romiyati.

Jenjang pendidikan yang ditempuh :

1. Menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pratama Bandar Lampung pada tahun 1994

2. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2000.

3. Menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2003.

4. Menyelesaikan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diberikan latihan selama 16 kali pertemuan, maka akan dilakukan post test yaitu dengan melakukan latihan “memukul samsak” untuk melihat apakah ada

Kondisi ini berbeda dengan proses pembelajaran dua arah (siswa aktif) seperti pada proses pembelajaran flipped classroom , di mana interaksi tidak didominasi oleh guru,

Hasil analisis penelitian Risbinakkes Poltekkes Kemenkes Mataram Tahun Anggaran 2013 dengan judul ““Aktivitas Biological Response Modifiers Alami Filtrat Buah Buni

Halaman ini memuat abstrak dari isi tesis yang telah disusun.Abstrak merupakan rangkuman singkat dari isi tulisan yang memuat secara ringkas permasalahan yang diangkat

Permasalahan yang ditemukan dalam teori pohon Steiner adalah untuk mencari pohon Steiner dari suatu graf, digunakan algoritma yang memiliki kompleksitas cukup besar untuk

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Permainan Monopoli sebagai Media Pembelajaran Teams Games

The purpose of this study was to examine the mediating role of perceived value (perceived value) and customer satisfaction (customer satisfaction) in mediating the effect

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian PMSG murni dan kombinasi dengan dosis 20 IU/Kg bobot tubuh dapat meningkatkan gonadosomatik indek, hepatosomatik indeks dan