Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
PEMANFAATAN JAMUR ISOLAT LOKAL UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD, COD PADA LIMBAH CAIR PABRIK KERTAS
SKRIPSI
OLEH : ELENTI NOVITA
030805032
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
2
PEMANFAATAN JAMUR ISOLAT LOKAL UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD, COD PADA LIMBAH CAIR PABRIK KERTAS
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains
ELENTI NOVITA 030805032
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PEMANFAATAN JAMUR ISOLAT LOKAL UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD, COD PADA LIMBAH CAIR PABRIK KERTAS
Kategori : SKRIPSI
Nama : ELENTI NOVITA HUTABARAT
Nomor Induk Mahasiswa : 030805032
Program studi : Sarjana ( S1 ) BIOLOGI
Departemen : BIOLOGI
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Maret 2009
Komisi Pembimbing :
Pembimbing II Pembimbing I
Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc. Dra. Nunuk Priyani, M.Sc. NIP.132 207 808 NIP. 132 149 454
Diketahui/ Disetujui oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
4
PERNYATAAN
PEMANFAATAN JAMUR ISOLAT LOKAL UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD, COD PADA LIMBAH CAIR PABRIK KERTAS
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dra Nunuk Priyani M.Sc., selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc., sebagai Pembimbing II, yang telah banyak membantu dan membimbing saya untuk menyelesaikan penelitian ini dan menyempurnakan kajian ini. Kepada Bapak Dr Dwi Suryanto, M.Sc., sebagai Penguji I, serta Ibu Yurnaliza SSi, M.Si., selaku Penguji II, yang telah memberikan bantuan, masukan dan saran untuk menyempurnakan kajian ini.
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
6
ABSTRAK
THE USE OF LOCAL FUNGI TO REDUCE BOD, COD ON PULP MILL EFFLUENT
ABSTRACT
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
8
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstrack vi
Daftar Isi viii
Daftar Lampiran ix
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4 .Hipotesis 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Sejarah dan Perkembangan Industri Pulp dan Kertas 4 2.2. Dampak Aktivitas Industri Pulp dan Kertas Sebagai
Pencemar Lingkungan 4
2.3. Standar Limbah Cair Industri Pulp dan Kertas Sebagai
Pencemar Lingkungan 6
2.4. Senyawa-Senyawa Kimia Yang Terkandung Dalam
Effluen Industri Pulp dan Kertas 8
Bab 3 Bahan dan Metode
3.1. Waktu dan Tempat 10
3.2. Sumber Isolat 10
3.3. Pengambilan Sampel 10
3.4. Isolasi Jamur Multiseluler dari Effluen Pulp 11
3.5. Isolasi Jamur Multiseluler dari Tanah Terkontaminasi 11 3.6. Uji Penurunan Kadar BOD dan COD dan Pertumbuhan
Isolat Jamur Pada Media Cair GMRN EP
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1. Isolasi Jamur Multiseluler 13
4.2. Nilai Kadar BOD Pabrik Kertas 14
4.3. Nilai Kadar COD Pabrik Kertas 18
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 22
5.2. Saran 22
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
10
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Alur kerja pengambilan sampel 26
Lampiran B. Alur kerja isolasi jamur multiseluler dari effluen pulp 27
Lampiran C. Alur kerja pembuatan stok isolat 28
Lampiran D. Alur kerja pengamatan morfologi jamur dan identifikasi 29
Lampiran E. Alur kerja pengukuran kadar COD 30
Lampiran F. Alur kerja pengukuran kadar BOD 31
Lampiran G. Foto enam isolat jamur multiseluler 32
Lampiran H. Pertumbuhan diameter isolat jamur pada media GMRN 33
Lampiran J. Komposisi Media 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Ciri-ciri morfologi koloni jamur multiseluler isolat effluen pabrik kertas dan tanah yang terkontaminasi effluen pabrik
kertas 13
Tabel 4.2. Nilai kadar BOD pabrik kertas 14
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2.1. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar BOD pada konsentrasi effluen 50% dengan penam
bahan glukosa 1% pada inkubasi 0,14,28,42 hari. 15 Gambar 4.2.2. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan
kadar BOD pada konsentrasi effluen 75% dengan penam
bahan glukosa 1% pada inkubasi 0,14,28,42 hari. 15
Gambar 4.3.1. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar COD pada konsentrasi effluen 50% dengan penam
bahan glukosa 1% pada inkubasi 0,14,28,42 hari 19 Gambar 4.3.2. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan
kadar COD pada konsentrasi effluen 75% dengan penam
bahan glukosa 1% pada inkubasi 0,14,28,42 hari. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Proses industri kertas memerlukan pasokan air dalam jumlah yang sangat besar.
Keperluan air untuk memproduksi setiap ton kertas adalah 35-220 m3 dengan muatan
bahan pencemar sebesar 30 m3. Pasokan air yang cukup besar dalam proses industri
tentunya akan mempengaruhi baku mutu air (Kerski,1995). Air yang telah digunakan
yang disebut effluent, dibuang sebagai limbah cair ke dalam sungai, danau dan laut.
Pelepasan effluent ini ke lingkungan menyebabkan peningkatan polusi, peningkatan
kebutuhan oksigen yaitu: kebutuhan oksigen (Biochemical Oxygen Demand/ BOD)
dan kebutuhan oksigen kimia (Chemical Oxygen Demand/COD), menimbulkan warna
hitam kecoklatan pada air, peningkatan toksisitas (akut dan kronik) dan menimbulkan
mutagenitas terhadap organisme perairan karena keberadaan lignin dan
derivat-derivatnya dari proses bleaching (pemutihan) dalam effluen (Silva et al., 2002).
Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh efluen industri kertas dan tekanan akan
kebutuhan terhadap kertas telah memaksa industri-industri pulp dan kertas untuk
mengurangi dan meniadakan senyawa- senyawa terklorinasi dalam effluen dari
industri pulp dan kertas yang ramah terhadap lingkungan (Ruzene & Goncalves,
2002).
Usaha-usaha untuk penanganan lingkungan akibat pengaruh pencemaran di
industri kertas telah banyak dilakukan antara lain dengan mengolah limbah yang
dihasilkan baik secara fisik, kimia maupun biologis. Pengolahan limbah secara fisik
dan kimia memiliki beberapa kelemahan antara lain instalasi yang spesifik dan
penggunaan bahan kimia yang bermacan-macam yang harganya kemungkinan lebih
mahal. Dewasa ini banyak dikembangkan pengolahan secara biologis yaitu dengan
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
14
Salah satu pengolahan secara biologis yang dikembangkan saat ini dengan
menggunakan jamur pembusuk putih seperti Phanerochaete chrysosporium dan
Coriolus versicolor yang mempunyai kemampuan mendegradasi lignin dan
turunannya serta menurunkan kadar warna air limbah pabrik pulp dan kertas. Hasil
penelitian terhadap Sporotricum sp, diketahui bahwa jamur tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mendegradasi senyawa lignin dan derivat-derivatnya dan dapat
menurunkan nilai BOD, COD dan TSS (Madigan et al., 2003).
Potensi dari jamur busuk putih dan berbagai jamur lainya telah diujikan pada
effluen-effluen dari pabrik kertas, strategi ini telah dikenal selama bertahun-tahun.
Sejumlah effluen dari pabrik pulp dan kertas yang diperoleh dari tempat yang berbeda
dengan warna yang sangat pekat (hitam kecoklatan/ hitam) juga telah diuji untuk
didekolorisasi oleh jamur tertentu. Riset yang telah dilakukan tersebut mengenai
dekolorisasi effluen pabrik kertas didominasi oleh spesies utama jamur busuk putih
seperti: Phanerochaete chrysosporium dan Coriolus versicolor. Serta dua spesies
lainya yaitu: Bjerkandera adusta dan Pleurotus ostreatus (Gadd, 2001).
1.2.Permasalahan
Seiring dengan besarnya kebutuhan pasar akan kertas, industri kertas semakin
meningkatkan kapasitas produksinya. Di samping kertas sebagai produk utama, juga
dihasilkan effluen atau limbah dalam skala besar yang sangat berbahaya terhadap
lingkungan. Sistem pengolahan limbah dengan cara biologi yaitu dengan
menggunakan mikroorganisme merupakan salah satu alternatif. Sejauh ini belum
diketahui apakah jamur yang diisolasi dari effluen pabrik kertas mampu menurunkan
1.3.Tujuan Penelitian
a. Mengetahui jenis-jenis jamur multiseluler dari isolat lokal pada industri kertas
dalam menurunkan kadar BOD dan COD
b. Untuk mengetahui jenis jamur multiseluler yang bermanfaat dan memiliki
potensi dalam penguraian limbah.
1.4.Hipotesis
a. Jamur multiseluler yang diisolasi dari limbah pabrik kertas memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menurunkan nilai BOD dan COD.
b. Terdapat keragaman jamur multiseluler yang bermanfaat dalam pengolahan
effluen pabrik kertas
1.5.Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat jamur
multiseluler dalam sistem pengolahan limbah cair `pabrik kertas
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Perkembangan industri kertas
Sejarah pembuatan kertas sudah ada sejak abad pertama sebelum masehi, sedangkan
proses modern baru berlangsung sejak pembukaan pabrik Frogmotre di Inggris pada
tahun 1798. Pabrik ini memproduksi kertas dari bahan baku kain usang (Myreen,
1994). Pemenuhan jangka pendek terhadap kain usang yang ekstrim dikurangi sejak
akhir tahun 1870-an ketika kelihatan secara teknis memungkinkan untuk
memproduiksi pulp dari kayu. Inilah yang menjadi titik awal dalam pengembangan
industri yang selanjutnya berkembang dari jenis aktivitas kerajinan tangan sepenuhnya
berubah menjadi aktivitas mekanis (Kerski, 1995). Pada perkembangan selanjutnya,
pabrik-pabrik kertas ditempatkan dekat sungai-sungai dengan lahan hutannya, fasilitas
transportasi dan air untuk kebutuhan proses industrinya (Johnston, et al., 1996).
2.2. Dampak Aktivitas Industri Kertas Dalam Berbagai Aspek
Keberadaan industri kertas yang terjadi saat ini banyak menimbulkan dampak yang
dapat dirasakan masyarakat yang mempengaruhi dalam berbagai aspek. Aspek yang
ditimbulkan dapat berdampak terhadap aspek perekonomian dan sosial. Dampak dari
kenaikan konsumsi kertas per kapita dewasa ini, mengakibatkan pasokan pulp sebagai
bahan baku kertas mengalami kenaikan. Di Indonesia kebutuhan kertas pada dekade
1980 – 1990 menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi yaitu sekitar 24% (Johnston,
et al., 1996). Hal ini menunjukkan bahwa saat ini perkembangan industri pulp di
Indonesia semakin pesat, terlihat banyak disetujuinya inventasi bangunan industri pulp
berdampak positif maupun negatif, dampak positif antara lain terbukanya lapangan
kerja baru, pemanfaatan kayu seoptimal mungkin dan bahan kimia untuk bahan
pemasak, sehingga devisa negara akan meningkat (Kerski, 1995).
Produksi kertas merupakan teknik tunggal yang paling penting melalui
konversi kimiawi kayu. Konversi ini dihitung lebih dari sepertiga dari jumlah yang
ada setiap tahunnya yaitu: 460 juta meter kubik dari total 2600 juta meter kubik kayu
yang dipanen, sudah termasuk 1500 meter kubik kayu yang dipakai sebagai bahan
bakar (Johnston, et al., 1996). Pandangan lain diutarakan oleh Kerski (1995), yang
menghitung bahwa konsumsi kayu setiap tahunnya sama dengan produksi lahan seluas
20.000 kilometer persegi. Produksi kertas diperkirakan lebih dari satu persen total
output ekonomi dunia.
Dewasa ini dampak aktivitas industri kertas sebagai pencemar lingkungan
menimbulkan banyak masalah di lingkungan masyarakat. Dalam proses produksinya
industri kertas membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat
mengancam kelestarian habitat di sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan
air bagi kehidupan hewan air dan merubah suhu air. Kertas dibuat secara mekanis
maupun kimia dengan memisahkan serat kayu atau selulosa dari bahan lain. Dalam
proses kraft pulping, larutan campuran antara natrium hidroksida dan natrium sulfida
digunakan untuk melarutkan bahan tidak berserat. Pulp kemudian diputihkan untuk
menghasilkan kertas yang putih (Koesbiono, 1979).
Beberapa zat kimia digunakan dalam proses pemutihan (bleaching) antara lain
gas klorin, natrium hidroksida, kalsium hipoklorit, klorin dioksida, hidrogen peroksida
dan natrium peroksida. Setelah penambahan filter dan pewarna, bubur kertas dibuat
menjadi kertas (World Bank Group, 1998). Limbah cair yang dihasilkan dari industri
kertas dapat bersifat mencemari, terutama dalam menurunkan BOD (Biological
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan warna. Teknologi
pengendalian pencemaran terhadap lingkungan dari operasi pulping difokuskan
dengan melakukan pengambilan atau reduksi dari suspensi padat (suspended solid),
serat, bahan tambahan, BOD, COD, lignin serta sakarida dari pulp kayu (Kerski,
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
6
2.3. Standard Limbah Cair Industri Kertas Sebagai Pencemar Lingkungan
Standard limbah cair yang harus diperhatikan dalam industri kertas sebagai pencemar
lingkungan adalah DO, BOD, COD, TSS. Dissolved Oxygen (DO) adalah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Brower et al.,1990).
Kandungan oksigen terlarut minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini
sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Odum, 1994). Idealnya, kandungan
oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Koesbiono, 1979).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kandungan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan (Michael, 1984).
Biochemical Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi
(Brower et al., 1990). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk
menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik
ada. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan
hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (Odum, 1994).
Di alam penguraian bahan organik secara biologis, melibatkan
bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida
(CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur
oksidasi organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan
organik menjadi CO2 dan H2O (Seki, 1982). Reaksi oksidasi selama pemeriksaan
BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang
berlangsung dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh
jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus
diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu yang umum di alam melibatkan
bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir CO2
dan air H2O ( Koesbiono,1979).
Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik
menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil
dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung dengan kecepatan
reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu.
Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam (Darmono, 2001).
Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk prosesoksidasi yang sempurna
sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam
praktek di laboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa
selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD (Hynes, 1976). Nilai
BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 -
80% dari nilai BOD total. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi
kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana
diketahui bahwa, Ammonia sebagai hasil sampingan dapat dioksidasi menjadi nitrit
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
8
Untuk mengetahui jumlah bahan organik dalam air dapat dilakukan dengan uji
COD, yaitu reksi kimia berdasarkan dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut
dengan uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang menentukan
jumlah oksigen yang dibutuhkan bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk
mengoksidasi bahan organik yang terdapat dalam air (Fardiaz, 1992). Uji COD
biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dibandingkan uji
BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme
dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh selulosa sering tidak terukur
melalui uji COD ( Stroker, 1992).
Sebanyak 96% hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan
setara dengan uji hasil BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu
uji BOD juga mengganggu uji COD, karena khlor dapat bereaksi dengan kelium
dikhromat. Cara pencegahanya adalah dengan cara penambahan merkuri sulfat yang
akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk mencegah reaksi dikhromat
dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira sepuluh kali jumlah
khlor didalam contoh (Fardiaz, 1992).
Total padatan tersuspensi (TSS) dalam air atau padatan tidak terlarut dalam air
adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam keadaan melayang,
terapung maupun mengendap. Senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik maupun
anorganik. Padatan tidak terlarut ini menyebabkan air berwarna keruh (Wardhana,
2001). Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam air adalah golongan
senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat, dan hidroksida (Sastrawijaya, 1991).
2.4. Senyawa-senyawa Kimia yang Terkandung dalam Effluen Industri Kertas
Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa
senyawa-senyawa kimia berupa selulosa 40,3% , tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan
panjang yang merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas
karena panjang, kuat. Hemiselulosa 28,7%, tersusun atas glukosa rantai pendek dan
proses pulping. Lignin 28%, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang
berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses
pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara
signifikan ekstraktif 3-10%, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur
lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah
toksik (Buser et al., 1990).
Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung
klorin. Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk
senyawa toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan kertas, air
limbah (efluen), bahkan dalam produk kertas yang dihasilkan. Industri kertas
menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk membilas zat kimia dan
senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Dioksin adalah salah satu jenis organoklorin
yang memiliki empat klor, dua oksigen dan dua cincin benzena. Klor adalah unsur
halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik
maupun senyawa lainnya. Sebagian besar organoklorin menimbulkan efek toksik
seperti dioxin dan furan. Zat kimia mematikan ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi
di daerah masyarakat pesisir yang mempunyai pabrik pulp (Suntio et al., 1998)
Dioxin sering digunakan untuk menyatakan tiga jenis zat kimia dengan
toksisitas akut yaitu dioksin, furan dan polychlorinated biphenyls (PCBs) yang
semuanya memiliki dua cincin benzena dan senyawa klorin. Bentuk dioksin yang
paling toksik adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Dalam industri
kertas dioksin terbentuk dari klorin yang berikatan dengan senyawa organik dalam
kayu (Johnston, et al., 1996). Menurut Barr (1994), sekitar 30% dari senyawa organik
yang berikatan dengan klorin ditemukan dalam cairan klorinasi dan 5% diantaranya
merupakan senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah yang ditemukan dalam
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 3
BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2008 sampai dengan bulan Oktober 2008
di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Sumber Isolat
Isolat jamur di isolasi dari effluen (E) dan tanah terkontaminasi (S ) dari PT. TOBA
PULP LESTARI Tbk; Desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara. Sampel effluen diambil sebanyak 10 liter dengan
menggunakan jerigen steril dari kolam instalasi pengolahan limbah primer (inlet),
disimpan pada lemari pendingin sebelum digunakan. Sampel tanah diambil dari lokasi
di sekitar instalasi pengolahan limbah sebanyak 10 kg dan sampel diambil dari situs
pembuangan effluen ke lingkungan.
3.3. Pengambilan Sampel
Sampel effluen kertas diambil sebanyak 5 liter dengan menggunakan jerigen steril dari
kolam instalasi pengolahan limbah pertama (Inlet), disimpan dalam lemari pendingin
sebelum digunakan. Sampel tanah terkontaminasi effluen pulp diambil dari beberapa
lokasi di sekitar instalasi pengolahan limbah sebanyak 10 kg, digabung sampai
3.4. Isolasi Jamur Multiseluler dari Effluen Pulp
Sebanyak 6ml effluen pulp yang telah diambil dari situs pembuangan effluen pulp ke
lingkungan ke dalam Erlenmeyer berukuran 100ml yang berisi 50ml media cair
GMRN (Tien & Kirk, 1988) yang di modifikasi dengan menambahkan 2,4 mM, atau
0,27 g/l diamonium sulfat dan supernatan effluen steril 50% (vol/vol) pada pH 5,6.
Erlenmeyer berisi campuran tersebut diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang dan
digoncang dengan shaker pada 120rpm. Pengisolasian dilakukan dengan
menginokulasikan inokulum sebanyak 100µ l dari pengenceran 10-4 disebarkan pada
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Diinkubasi pada suhu ruang 7 hari.
3.5. Isolasi Jamur Multiseluler dari Tanah Terkontaminasi Effluen
Sebanyak 10g sampel tanah dari yang telah diperoleh dari beberapa lokasi di sekitar
pabrik kertas digabung sampai dengan homogen. Tanah yang sudah digabung
dihomogenasi dengan cara disuspensikan dalam 100ml aquadest steril, dimasukkan
dalam Erlenmeyer steril dan diaduk menggunakan magnetik stirer selama 1 jam.
Lima puluh milliliter suspensi tanah yang terhomogenasi disentrifugasi pada 4500 rpm
selama 10 menit. Sebanyak 5ml filtrat diambil dan diinokulasikan ke dalam
Erlenmeyer berukuran 100ml yang berisi 50ml media cair GMRN yang dimodifikasi
dengan menambahkan 2,4 mM atau 0,27 g/l, diamonium sulfat dan effluen steril 50%
(vol/vol) pada pH 5,6. Erlenmeyer berisi campuran tersebut diinkubasi selama 7 hari
sambil digoncang dengan shaker 120 rpm pada suhu ruang.
Pengisolasian dilakukan dengan menginokulasikan inokulum sebanyak 100µ l
dari pengenceran 10-4 disebarkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
Diinkubasi pada suhu ruang 7 hari. Koloni yang tumbuh pada masing-masing cawan
diamati dan dicatat sifat-sifat morfologinya, antara lain : warna, bentuk, tepi dan
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
12
3.6. Uji Penurunan Kadar BOD, COD, dan Pertumbuhan Isolat Jamur Pada Media Cair GMRN EP
3.6.1. Uji Penurunan Kadar BOD
Seluruh isolat jamur yang diperoleh diuji kemampuannya dalam menurunkan kadar
BOD dan uji pertumbuhan biomassanya pada media cair GMRN EP. Sebanyak 1
lempengan inokulum (diameter koloni 5 mm) yang disiapkan dengan menggunakan
core borer diinokulasikan ke dalam botol berisi 50ml media GMRN ditambah
supernatan effluen 50% dan 75% 2,4 mM atau 0,27g/L diamonium sulfat dan 1%
glukosa pada pH 5,6 diinkubasi pada suhu ruang sambil di shaker 120 rpm selama 5
hari. Kemudian nilai BOD diukur. Alur kerja penurunan kadar BOD dapat dilihat
pada Lampiran E Halaman 31. Persentase penurunan nilai BOD ditentukan dengan
menggunakan rumus (Fardiaz, 1992):
Persentase penurunan nilai karakterisrik limbah = X 100%
A B A−
Dimana A: Nilai tiap parameter dari karakteristik limbah sebelum perlakuan tanpa jamur
B: Nilai tiap parameter dari krakteristik limbah sesudah perlakuan dengan jamur
3.6.2. Uji Penurunan Kadar COD
Seluruh isolat jamur yang diperoleh diuji kemampuannya dalam menurunkan kadar
COD dan uji pertumbuhan biomassanya pada media cair GMRN EP. Sebanyak 1
lempengan inokulum (diameter koloni 5 mm) yang disiapkan dengan menggunakan
core borer diinokulasikan ke dalam botol berisi 50ml media GMRN ditambah
supernatan effluen 50% dan 75% 2,4 mM atau 0,27g/L diamonium sulfat dan 1%
glukosa pada pH 5,6 diinkubasi pada suhu ruang sambil di shaker 120 rpm selama 2
jam. Kemudian diukur nilai COD nya. Persentase penurunan nilai COD ditentukan
Persentase penurunan nilai karakterisrik limbah = X 100% A
B
A−
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Isolasi Jamur Multiseluler
Hasil isolasi jamur yang telah dilakukan dari effluen pulp dan tanah yang
terkontaminsi effluen pulp diperoleh 6 spesies jamur multiseluler yang berbeda. Enam
isolat tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda. Foto seluruh isolat dapat
dilihat pada (Lampiran G Halaman 31). Ciri-ciri karakteristik morfologi jamur
multiseluler didominasi oleh tepi rhizoid dengan warna hijau muda, putih, krem dan
bentuk bulat dan tak teratur. Selain itu juga terdapat tepi filamen dengan warna krem,
bentuk bulat dan tepi bulat dengan warna putih terang dan bentuk tak teratur. Ciri-ciri
karakteristik dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Ciri-ciri morfologi koloni jamur multiseluler isolat effluen pabrik kertas dan tanah terkontaminasi effluen pabrik kertas
Jamur Warna Ciri Morfologi Koloni Jamur Bentuk Tepi
SP S1
Sp S2
Sp S3
Sp S4
Sp E1
Sp E2
Putih
Hijau muda
Hijau muda
Tengah koloni krem, tepi putih
Krem
Putih terang
Bulat
Tak teratur
Tak teratur
Bulat
Bulat
Tak teratur
Rhizoid
Rhizoid
Rhizoid
Filamen
Rhizoid
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
14
Pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa dari 6 spesies tersebut 4 spesies yaitu : Sp S1, Sp
S2. Sp S3, Sp S4 diisolasi dari tanah terkontaminasi disekitar lokasi pabrik kertas dan
2 spesies yaitu Sp E1, SP S2, diisolasi dari situs pembuangan effluen. Seluruh Isolat
yang diperoleh akan diujikan untuk mengetahui kemampuan isolat dalam
menurunkan kadar BOD dan COD effluen pabrik kertas.
4.2. Nilai Kadar BOD Pabrik Kertas
Hasil penurunan kadar BOD effluen pabrik kertas baik yang menggunakan perlakuan
tanpa isolat jamur maupu n yang menggunakan isolat jamur menunjukkan adanya
perbedaan dalam penurunan nilai BOD. Besarnya penurunan kadar BOD dapat terlihat
dengan adanya penurunan yang sangat signifikan terutama pada inkubasi 42 hari.
Hasil pengukuran penurunan kadar BOD dapat dilihat pada Tabel 4.2. di bawah ini.
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran kadar BOD ( Biochemical Oxygen Demand) limbah cair pabrik kertas pada konsentrasi effluen 50% + glukosa 1% dan konsentrasi effluen 75% + glukosa 1%, dengan waktu inkubasi dan perlakuan yang berbeda.
Isolat Konsentrasi Effluen
Nilai BOD (mg/l) Setelah Waktu Inkubasi (Hari)
Persentase Penurunan
(%)
0 14 28 42
SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K
Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1%
26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 26,42 20,19 18,27 16,27 17,96 19,24 17,02 21,27 21,82 17,16 16,48 18,12 21,16 17,92 20,68 18,23 16,20 9,62 11,84 17,43 8,29 18,14 17,06 16,80 7,13 12,74 18,04 8,82 19,10 15,39 13,26 6,72 10,26 15,21 6,96 15,41 15,22 12,18 5,18 9,12 16,73 6,86 17,97 14,35 26,00 62,11 42,03 15,06 61,22 K 15,32 32,23 71,23 49,25 6,90 61,82 K
Keterangan : K ( Kontrol ) atau perlakuan tanpa jamur
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa, nilai terendah kadar BOD terdapat pada
1%, terdapat 3 isolat terbaik dalam menurunkan kadar BOD effluen pabrik kertas
yang terdapat pada isolat Sp S3 sebesar 6,72 mg/l dan isolat Sp E2 sebesar 6,96 mg/l
kemudian diikuti oleh oleh isolat Sp S4 sebesar 10,26 mg/l yang masing – masing
pada inkubasi 42 hari. Sedangkan pada konsentrasi effluen 75% + Glukosa 1% yang
sekaligus merupakan nilai kadar BOD terendah terdapat pada isolat SP S3 sebesar
5,18 mg/l , dan pada isolat SP E2 sebesar 6,86 mg/l yang kemudian diikuti oleh isolat
Sp S4 sebesar 9,12 mg/l yang masing-masing pada inkubasi 42 hari. Sementara
perlakuan tanpa jamur pada inkubasi 42 hari pada konsentrasi effluen 50% + Glukosa
1% sebesar 15,41 mg/l sedangkan pada konsentrasi effluen 75% + Glukosa 1%
sebesar 17,97 mg/l.
0 5 10 15 20 25 30 SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K Fungi N ila i K ada r B O D (mg /l)
Hari ke 0 Hari ke 14 Hari ke 28 Hari ke 42
Gambar 4.2.1. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar BOD pada konsentrasi effluen 50% + Glukosa 1%. Pada inkubasi 0, 14, 28 42
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
16 0 5 10 15 20 25 30 SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K Fungi N ila i K ada r B O D (mg /l)
Hari ke 0 Hari ke 14 Hari ke 28 Hari ke 42
Gambar 4.2.2. Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar BOD pada konsentrasi effluen 75% + Glukosa 1%. Pada inkubasi 0, 14, 28 42
hari.
Terjadinya penurunan kadar BOD pada effluen pulp ini mungkin disebabkan
oleh adanya kemampuan beberapa isolat jamur untuk mengoksidasi bahan organik
yang berasal dari polutan effluen kertas seperti lignin, selulosa, hemiselulosa. Menurut
Stoker et al (1996), salah satu faktor yang menyebabkan tingginya nilai kadar BOD
effluen limbah cair pada pabrik kertas adalah disebabkan oleh kandungan senyawa –
senyawa organik koloid terlarut yang berupa lignin, selulosa dan hemiselulosa dan zat
sintesis lainya. Tidak semua jamur mampu mendegradasi lignin, selulosa,
hemiselulosa, hanya beberapa jamur yang menghasilkan enzim pendegradasi. Jamur
busuk putih mendegradasi lignin adalah untuk mendapatkan selulosa dari material
lignoselulase. Ketidak teraturan struktur lignin ini menyebabkan proses degradasi
menjadi sangat kompleks dan enzim yang sangat berperan dalam degradasi menjadi
sangat kompleks dan enzim yang berperan dalam degradasi lignin juga akan bekerja
secara non spesifik Filed et al., (1993). Evans et al (1994) menyatakan bahwa
kelompok peroksidase (LiP) dan Manganase (MnP) yang menggunakan H2O2 dan
Lakase (Polyfenol Oksidase) yang menggunakan molekul oksigen yang berperan dal
degradasi lignin. Didukung oleh penelitian Mulyadi (2002), melaporkan jamur
pembusuk putih mempunyai kemampuan untuk mendegradasi lignin dan turunanya
serta menurunkan kadar BOD, COD, warna air limbah cair pabrik kertas, dan salah
Pada hakekatnya BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan dalam
air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan tersebut. Jika Konsumsi oksigen tinggi ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut maka berati kandungan bahan-bahan buangan
yang membutuhkan oksigen tinggi (Seki, 1982). Menurut Sastrawijaya (1991),
turunnya nilai kadar BOD pada limbah pabrik kertas disebabkan oleh waktu inkubasi
yang berbeda. Didukung oleh Penelitian Mulyadi (2002) oleh jamur Sporotricum sp
mampu menurunkan nilai kadar BOD, dengan nilai BOD yang berbeda-beda pada
inkubasi 14 hari sebesar 30,23 mg/l , pada inkubasi 28 hari sebesar 22,87 mg/ l,
sedangkan pada inkubasi 40 hari sebesar 16,65 mg/l.
Hasil pengukuran nilai kadar BOD dari effluen pabrik pulp berkisar dari 5,18
mg/l sampai dengan 26,42 mg/l pada inkubasi 0 hari sampai dengan inkubasi 42 hari.
Penetapan baku mutu limbah pabrik kertas dikemukakan oleh Anonim (1995), bahwa
besarnya nilai BOD untuk bahan baku mutu limbah cair pabrik kertas adalah sebesar
150 mg/l. Didukung oleh Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup (KEP- 03/MNKLH/II/2001), menyatakan bahwa batas maksimum
nilai BOD pada pabrik kertas adalah sebesar 150 mg/l. Apabila nilai pengukuran awal
dari buangan limbah pabrik kertas dibandingkan dengan nilai baku mutu limbah cair
kertas maka nilainya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahida (1981),
bahwa zat- zat atau materi yang tidak dapat teroksidasi dalam tes BOD adalah fenol,
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
18
4.3. Nilai Kadar COD Pabrik Kertas
Pada perlakuan dengan menggunakan isolat jamur maupun perlakuan tanpa
menggunakan isolat jamur dapat menurunkan kadar COD efluen pabrik kertas. Dari
Hasil pengukuran kadar COD menunjukkan bahwa isolat Sp 3 mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan kadar COD, yang kemudian diikuti oleh Sp E2,
dan Sp S4. Sementara pada Sp S1, Sp S2, Sp E2, dan tanpa jamur belum
menunjukkan penurunan yang signifikan. Pengaruh penggunaan jamur dalam
menurunkan kadar COD dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini:
Tabel 4.3. Data hasil pengukuran kadar COD ( Chemical Oxygen Demand) limbah cair pabrik kertas pada konsentrasi effluen 50 % + glukosa 1% dan konsentrasi effluen 75% + glukosa 1%, dengan waktu inkubasi dan perlakuan yang berbeda.
Isolat Konsentrasi Effluen
Nilai COD (mg/l) Setelah Waktu
Inkubasi (Hari) Persentase Penurunan
SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K
Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 50% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1% Effluen 75% + Glukosa 1%
7467,8 7467,8 7467,8 7467,8 7467,8 7467,8 7467,8 6543,3 6543,3 6543,3 6543,3 6543,3 6543,3 6543,3 1460,8 1440,2 1403,0 1450,3 1461,2 1409,6 1462,4 1240,2 1222,2 1009,2 1222,4 1200,3 1118,2 1244,8 1400,2 1389,2 1082,6 1325,3 1400,1 1120,4 1408,2 1081,7 970,2 882,4 1000,2 980,9 870,8 971,6 1212,2 1300,3 823,3 1006,6 1300,2 850,4 1316,4 812,3 800,4 647,2 800,4 900 689,4 900,2 7,91 1,22 37,41 25,52 1,20 35,75 K 11,90 28,11 23,52 0,02 35,11 23,01 K
Keterangan : K ( Kontrol ) atau perlakuan tanpa jamur
Dari Tabel 4.3. dapat dilihat hasil pengujian penurunan kadar COD
menunjukkan bahwa nilai kadar COD terendah terdapat pada perlakuan yang
menggunakan jamur yang terdapat pada isolat Sp S3 yaitu sebesar 823,3 mg/l pada
konsentrasi effluen 50% dan 647,2 mg/l pada konsentrasi effluen 75% masing –
masing pada inkubasi 42 hari.
Terjadinya penurunan yang signifikan tersebut mungkin disebabkan jamur
mempunyai kemampuan dalam mengoksidasi bahan-bahan organik dalam effluen
pabrik kertas seiring dengan bertambahnya waktu inkubasi. Menurut Barr (1996),
menyatakan bahwa jamur mempunyai sistem degradasi enzimatis ekstra seluler yang
menyebabkan sebagian jamur lebih toleran terhadap konsentrasi polutan toksik yang
lebih tinggi, selanjutnya mekanisme degradasi non spesifik yang dimiliki oleh jamur
menyebabkan jamur mampu mendegradasi sejumlah besar polutan. Keunggulan lain
dari jamur misalnya jamur pembusuk putih dalam degradasi polutan adalah jamur
tidak memerlukan pengkondisian untuk polutan tertentu. Karena kekurangan nutrien
jamur dapat menginduksi proses degradasi. Di samping itu induksi sintesis
enzim-enzim pendegradasi polutan biasanya tidak terpengaruh oleh banyak sedikitnya
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
20 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K
Fungi N ila i K a d a r C O D (m g /l)
[image:32.595.119.506.99.264.2]Hari ke 0 Hari ke 14 Hari ke 28 Hari ke 42
Gambar 4.3.1 Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar COD pada konsentrasi effluen 50% + Glukosa 1%. Pada inkubasi 0, 14, 28 42
hari. 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
SP S1 SP S2 SP S3 SP S4 SP E1 SP E2 K
Fungi N ila i K a d a r C O D (m g /l)
Hari ke 0 Hari ke 14 Hari ke 28 Hari ke 42
Gambar 4.3.2 Histogram pengaruh isolat jamur terhadap penurunan kadar COD pada konsentrasi effluen 75% + Glukosa 1%. Pada inkubasi 0, 14, 28 42
hari.
Pada Isolat jamur dan tanpa perlakuan jamur penurunan nilai kadar COD lebih
jelas terlihat terlihat angka penurunan yang sangat signifikan pada inkubasi hari ke-0
(awal inkubasi) sampai dengan inkubasi hari ke-14. Seperti yang terjadi pada isolat
Sp S3 pada konsentrasi effluen 75%+ Glukosa 1% pada awal inkubasi mempunyai
nilai sebesar 6543,3 mg/l, sementara pada inkubasi hari ke-14 terjadi penurunan yang
sangat drastis yakni sebesar 1009,2 mg/l, sedangkan pada inkubasi hari ke-42 sebesar
[image:32.595.114.507.308.547.2]menyebabkan penurunan kadar COD dalam effluen pabrik kertas. Pada jangka waktu
inkubasi hari ke-0 sampai dengan inkubasi hari ke-14 merupakan waktu inkubasi yang
menunjukkan nilai yang paling rendah karena waktu tersebut akan terjadi
pengendapan zat-zat suspendik organik secara cepat dan besar melebihi pengurangan
zat organik oleh degradasi jamur. Didukung oleh penelitian Mulyadi (2002),
kemampuan jamur busuk putih dalam menurunkan kadar COD pada inkubasi hari
ke-0 sebesar 5995,8 mg/l dan pada inkubasi hari ke-14 sebesar 1ke-082 mg/l, pada inkubasi
28 hari sebesar 1000,3 mg/l sementara pada inkubasi hari ke-40 sebesar 903 mg/l.
Pada pengukuran awal nilai COD pada konsentrasi effluen 50%+ glukosa 1%
sebesar 7467,8 mg/l sedangkan pada effluen 75%+ glukosa 1% sebesar 6543,2 mg/l.
Tingginya nilai COD awal ini disebabkan oleh limbah yang dianalisis pada awal ini
disebabkan pengukuran masih murni atau dengan kata lain belum ada pengurangan
zat-zat organik akibat oksidasi mikroorganisme maupun proses pengendapan.
Nilai COD dalam penelitian ini sangat tinggi baik untuk perlakuan inokulasi
jamur maupun pada kontrol limbah tanpa inokulasi jamur. Pengukuran awal nilai
COD pada konsentrasi effluen 75%+ Glukosa 1% adalah sebesar 7467,8 mg/l
sedangkan pada akhir inkubasi (42 hari) sebesar 647,3 mg/l. Terjadinya penurunan
kadar COD itu terlihat sangat signifikan, tetapi jika dibandingkan dengan kadar COD
dalam baku mutu limbah cair industri kertas masih tergolong tinggi seperti yang
dikemukakan oleh Anonim (1995) yang menetapkan bahan baku mutu limbah cair
industri pulp dan kertas untuk nilai kadar COD adalah 350 mg/l. Didukung oleh Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup (KEP-
03/MNKLH/II/2001), menyatakan bahwa batas maksimum nilai COD pada pabrik
kertas adalah sebesar 350 mg/l. Hasil pengukuran nilai COD dari penelitian ini
apabila dikaitkan dengan standard tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
22
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa:
1. Sebanyak 6 isolat jamur multiseluler telah diisolasi dari effluen dan tanah dari
limbah pabrik kertas
2. Isolat Sp S3 menunjukkan kemampuan terbaik dalam menurunkan nilai BOD
dari 26,42 mg/l menjadi 5,18 mg/l, dan nilai COD dari 7467,8 mg/l menjadi
647,2 mg/l.
3. Penambahan glukosa 1% memberikan pengaruh positif dalam menurunkan
kadar BOD, COD pada limbah pabrik kertas.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jamur multiseluler untuk
menurunkan kadar BOD, COD dengan melakukan optimalisasi konsentrasi effluen
pabrik kertas dan kosubstrat selain glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, C. 1997. Introduction to Soil Microbiology. Second edition John Wiley and Sons, New York.
Anonim. M. L. 1995. Waste Water Treatment. The Tide is Turning. 169: 457-459.
Barr, P. D. & S.D. Aust. 1994. Mechanisms white Rot Fungi Use to Degrade Pollutants. Environ. Sci. Technol. Utah. 28: 78-87.
Buser, H.R., L.O. Kjeller, S.E. Swanson & C. Rappe. 1984. Methil-Polimethyl. Indentified in Pulp Mill Sludge and effluents. Env. Sci. Tech. 23 : 1130-1137.
Brower, J. E. H. Z. Jerrold & Car. I. N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory
Methods for General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher.
USA, New York.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam, Jakarta. UI- Press.
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
24
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
Field, J. A. de Jong, E. Feijoo-Costa, G & Bont, J.A.M.1993. Screening For Lignolytic Fungi Applicable To The Biodegradation of Cenobioties, Trens in
Biotechnol. 11. 44. 45.
Gadd, M. G. 2001. Fungi in Bioremediation. Cambridge University Press. Cambridge. pp. 242-252.
Gandjar, I., R.A. Samsons, K. T. Vermeulen, A. Oetari & I. Santoso. 1999.
Pengenalan Kapang Tropik Umum. University Indonesia Press. Jakarta. Hal :
18-28.
Gilman, J. C. 1956. A Manual of Soil Fungi. Second Edition. Iowa. The Iowa State University Press. 235: 26-27.
Glover, T. & K. Mitchell. 2002. An Introduction to Biostatistics. New york. Mcgraw-Hill Companies. Inc.
Griffin, D. H. 1981. Fungal Physiology. John Wiley and Sons, New York.
Harrow. H. S. 1954. Text Book of Biochemistry. 6 th Edition. Philadelphia and London: W.B. Saunders Company. Hlm : 107.
Hynes, H. B. N. 1976. The Ecology With of Running Water. England : Liverpool University Press.
James, A. & L. Evison. 1979. Biological Indications of Water Quality. Chrichester: New York. John Wiley & Sons, inc.
Johnston, P.A., R.L. Stringer, D . Santillo, A.D. Stephenson, I. P. labounskaia, & H.M.A. McCartney. 1996. Towards Zero-Effluent Pulp And Paper Production: The Povital Role of Totally Chlorine Free Bleaching, Green Peace Research Laboratory. Earth Resources Centre University of Exeter. Amsterdam. 25: 1-30.
Kerski, A. 1995. Pulp, Paper and Power: How an Industry Reshapes Its Social
Environment. Ecologist. 25: 142-148.
Koesbiono, 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bogor. Bagian IV ( Ekologi Perairan) Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Lingkungan. IPB.
Loon, W. M. G. N. V., A.D. Powels, P. Veenendaal & J.J. Boon. 1990. Ultrafiltration and Pyrolysis Gas Chromatography mass Spectrometry of Chlorolignins in Pulp Mill Effluent. International Journal Enviromental Analytical
Michael. P. 1984. Metoda Ekologi Untuk penyelidikan Ladang Laboratorium. Jakarta: UI –Press.
Mulyadi. A. 2002. Kemampuan Jamur Busuk Putih Dalam Menurunkan Kadar BOD, COD, TSS. Skripsi S-1. Padang. Universitas Andalas.
Myreen, B. 1994. Pulp And Paper Manufacture in Transition. Water Sci. Technol. 29: 1-9
Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ruzene, D. S & A.R. Goncalves. 2002. Ethanol/ Water Pulp of Sugarcane Bagasse Bleached With Xylanase and Classified by FTIR-PCA. CIADICYP
Journal. 40:1-8.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rhineka Cipta.
Seki, H. 1982. Organic Materials in Aquatic Ecosystem. Florida: CRC Press, Inc.
Silva, E.S. da., J. V. B. de Souza, & T.C. B. de Paiva. 2002. Evaluation of Lentinus
edodes UEC 2019 Eficiency in The Bioremediation of an ECP Effluent. CIADICYP Journal. 34: 1-6.
Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang : Universitas Andalas.
Suntio, L. R.,W. Y. Shiu & D. Mackay. 1998. A Review of The Nature Properties of Chemical Presents In Pulp Mill Effluent. 25:114-116.
Swanson, S.E., C. Rappe, J. Malmstrom, & K. P. Kringstad.1998. Emission of PCDDs and PCDFs from The Pulp Industry. Chemosphere. 17: 688-691.
Stoker, H.S. & Seaber S. L. 1992. Enviromental Chemistry. Air and Water Pollution. Scott- Foresman and CO. London.
Wardhana, A. W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Yogyakarta.
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
26
LAMPIRAN
LAMPIRAN A: Alur Kerja Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Sampel Effluen dari Inlet
Sampel Effluen
Diambil sebanyak 10 Liter
Dimasukkan Ke dalam Jerigen Steril
LAMPIRAN B: Alur Kerja Isolasi Jamur Multiseluler Dari Effluen Pulp
5 ml Effluen
Erlenmeyer + Media GMRN + Supernatan Effluen 50 %
Inokulum
Media GMRN Effluen 50 % ( vol / vol ) Agar
Koloni Jamur
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 50 ml GMRN Effluen 50 % ( vol / vol )
Diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang
Digoncang dengan shaker 120 rpm
Dibuat Pengenceran 10 - 4 dan
diinokulasikan 100 mikron ke dalam cawan berisi GMRN Effluen 50 % ( vol / vol ) Agar
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
28
LAMPIRAN C: Alur Kerja Pembuatan Stok Isolat
Koloni Jamur
Isolat Jamur Multiselluler
Isolat Stok
Dimurnikan pada media potato dextrose agar ( PDA )
Diinkubasi pada suhu ruang selama
7 7 hari
LAMPIRN D: Alur Kerja Pengamatan Morfologi Jamur dan Identifikasi
Koloni Jamur
Koloni Jamur muri yang telah Diidentifikasi
Diamati dan dicatat sifat morfologi
Dimurnikan pada media GMRN berulang-ulang hingga diperoleh koloni yang murni
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
30
LAMPIRAN E: Alur Kerja Pengukuran Kadar COD ( Chemical Oxygen Demand)
10 ml Sampel Effluen
Hasil Merah Kecoklatan
Dimasukkan Dalam Erlenmeyer
Ditambah 5 ml K 2 CrO 7
Ditambah 0 , 2 g HgSO 4
Dimasukkan 2 Batu Didih
Ditambah 5 ml H 2 SO 4
Didiamkan
Ditambah 30 ml aquadest
Ditambah Indikator feroin
Dititrasi menggu nakan feroamonium sulfat
LAMPITAN F: Alur Kerja Pengukuran Kadar BOD ( Biochemical Oxygen Demand)
Sampel Effluen pulp
Sampel Effluen II Sampel Effluen I
Diinkubasi Selama 5 hari pada
temperatur 20 0 C
Dihitung Nilai DO akhir
DO akhir DO awal
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009
32
LAMPIRAN H : Pertumbuhan Diameter Isolat Jamur Pada Media GMRN Pada Hari ke Tujuh dengan Konsentrasi 50% dan Konsentrasi 75% dengan Penambahan Glukosa 1%.
Pertumbuhan isolat jamur pada hari ketujuh konsentrasi effluen 50% dengan penambahan glukosa 1%.
Isolat Ulangan Rata- rata
I (mm) II (mm)
SP S1 44,4 43,2 43,8
SP S2 28,5 28,75 28,62
SP S3 118,2 116,2 117,2
SP S4 78,2 76,4 77,3
SP E1 26,35 26,4 26, 37
SP E2 49,2 49,25 49,22
Pertumbuhan isolat jamur pada hari ketujuh konsentrasi effluen 75% dengan penambahan glukosa 1%.
Isolat Ulangan Rata- rata
I (mm) II (mm)
SP S1 40,2 41,4 40,8
SP S2 26,4 25,3 25,35
SP S3 112,6 112,4 112,5
SP S4 75,3 73,6 74,45
SP E1 22,1 21,6 21,35
LAMPIRAN J :Komposisi Media
Komposisi Media Garam Mineral Rendah Nitrogen Effluen Pulp (GMRN EP) Agar
Komposisi media GMRN Agar per liter : 0,2 gKH2PO4, 0,05 g MgSO4.7H2O,
0,01 g CaCl22, 0,23 g NH4H2PO4 dan 7 ml larutan mineral (yang mengandung per
liter: 0,1 g FeSO4.7H2O, 0,1 g CoSO4, 0,082 g CaCl2.2H2O, 0,1 g ZnSO4.7H2O, 0,01 g
Alk (SO4)2 dan 12H2O, 0,01 g H3BO3, 0,01 g NaMO4, 0,05 g CuSO4.5H2O, 5H2O, 0,5
g ZnSO4 dan 0,01 g NaCl) ditambahkan per liter diamonium sulfat 2,4 mM atau 0,27
g, 1% glukosa (berat/vol), effluen pulp dengan konsentrasi tertentu yaitu 50% dan
75% vol/vol dan agar 2%. Diautoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Komposisi Media Cair Garam Mineral Rendah Nitrogen Effluen Pulp (GMRN EP)
Komposisi media GMRN per liter : 0,2 gKH2PO4, 0,05 g MgSO4.7H2O, 0,01 g
CaCl22, 0,23 g NH4H2PO4 dan 7 ml larutan mineral (yang mengandung per liter: 0,1 g
FeSO4.7H2O, 0,1 g CoSO4, 0,082 g CaCl2.2H2O, 0,1 g ZnSO4.7H2O, 0,01 g Alk (SO4)2
dan 12H2O, 0,01 g H3BO3, 0,01 g NaMO4, 0,05 g CuSO4.5H2O, 5H2O, 0,5 g ZnSO4
dan 0,01 g NaCl) ditambahkan per liter diamonium sulfat 2,4 mM atau 0,27 g, 1%
glukosa (berat/vol), effluen pulp dengan konsentrasi tertentu yaitu 50% dan 75%
Elenti Novita : Pemanfaatan Jamur Isolat Lokal Untuk Menurunkan Kadar BOD, COD Pada Limbah Cair Pabrik Kertas, 2008.
USU Repository © 2009