• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PEMCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PEMCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Theodora Agatha Annisa Amwa

ii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN

MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

Oleh

THEODORA AGATHA ANNISA AMWA

Hasil observasi dan wawancara pada guru biologi SMA Gajah Mada Bandar

lampung, bahwa guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran

berlangsung, hal ini mengakibatkan siswa kurang mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah. Untuk itu diperlukan alternatif model pembelajaran yang

membuat siswa aktif berfikir untuk memecahkan suatu masalah yaitu model

pembelajaran generatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan memecahkan

masalah oleh siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pelestarian

lingkungan pada siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung dengan

menggunakan model pembelajaran generatif.

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian adalah

pretes-postes tak equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X1

(2)

Theodora Agatha Annisa Amwa

iii

dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari tes (pretest

dan postest) dan lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data menggunakan uji-t

dengan program SPSS 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan

memecahkan masalah oleh siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain

56,40 lebih tinggi daripada rata-rata N-gain pada kelas kontrol yaitu 39,24.

Indikator keterampilan memecahkan masalah dengan kriteria tinggi sekali yang

dicapai siswa melalui model pembelajaran generatifyakni indikator merumuskan

masalah, merumuskan hipotesa, dan mencocokan hipotesa. Aktivitas belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran generatif juga mengalami peningkatan

dari pertemuan I ke pertemuan II, dengan rata-rata peningkatan 12,12%, aspek

kemampuan berdiskusi dan membuat kesimpulan merupakan aktivitas dengan

kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran generatif.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran generatif dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah

siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pencemaran

lingkungan dan pelestarian lingkungan.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN

MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

(skripsi)

Oleh

THEODORA AGATHA ANNISA AMWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

iv

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE

LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN

MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

Oleh

THEODORA AGATHA ANNISA AMWA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

v

Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING)

TERHADAP KETERAMPILAN

MEMECAHKAN MASALAH OLEH SISWA PADA MATERI PEMCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Theodora Agatha Annisa Amwa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024048

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si Drs. Arwin Achmad, M.Si

NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19570803 198603 1 004

2. Ketua Jurusan Pendidikan

Dr. Caswita, M.Si

(6)

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si

Sekretaris : Drs. Arwin Achmad, M.Si

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si

NIP 19600315 198503 1 003

(7)

vii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Theodora Agatha Annisa Amwa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024048

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau

ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Juni 2012 Yang menyatakan

(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 09 Desember

1989, anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak M. Syahril Amwa, SE dan Ibu Nila Sari,

AM.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Kotabumi tahun 1993. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 4 Tanjung Aman

Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima

SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi

Pendidikan Biologi.

Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu sebagai: anggota Brigda BEM (Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa) FKIP

Unila. Pada tahun 2011, penulis mengikuti Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian pendidikan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana

(9)

ix

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, kelancaran, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan

selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda M. Syahril Amwa, S.E dan ibunda Nila Sari, Am.Pd

Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku dengan

penuh cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas, Orang tua yang selalu

berjuang untuk membesarkanku, dan mencukupkan segala kebutuhanku dalam

menyelesaikan pendidikanku. Takkan mungkin ananda dapat membalasnya

walau sampai akhir hayat, hanya Allah yang bisa membalas semua pengorbanan

ayah dan ibu. Mudah-mudahan kelak ananda dapat membahagiakan dan

membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.

I Love U..

Citra Annisa Amwa, M. Carl A.N. Amwa, dan Brilliantina A. Amwa

Terimakasih atas bantuan, doa, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju

dan bertahan sampai akhirnya terselesaikan skripsi ini.

Keluarga besarku, atas doa dan kasih sayangnya

Para pendidik dan dosen yang terhormat

Sahabat-sahabatku yang selalu ada baik dalam keadaan suka maupun duka.

(10)

x

MOTTO

“... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika

kamu tidak mengetahui”

(An- Nahl : 43)

“Sukses adalah keberhasilan yang kamu capai di dalam menggunakan

talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada kamu”

(Rick Devos)

“ Perubahan akan terjadi bila kita yang merubahnya, maka gerakan kaki,

tangan, dan otak untuk menuju kesuksesan “

(Penulis)

(11)

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Generatif (Generative Learning) Terhadap Keterampilan Memecahkan

Masalah Oleh Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian

Lingkungan (Studi Eksperimen Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah

Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu

Dekan yang telah memberi izin penelitian.

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi.

4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

II atas kesabaran, arahan, dan telah memberikan saran-saran berharga.

5. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar membimbing

dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembahas yang telah

(12)

xii

7. Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha PMIPA.

8. Drs. Tugiman Elfian, selaku kepala sekolah SMA Gajah Mada Bandar

Lampung , yang telah memberi izin atas kepentingan penelitian.

9. Imam Budi Setiawan, S.P., selaku guru mitra yang telah memberi masukan

dan arahan selama penelitian.

10. Siswa-siswi kelas X.1 dan X.5 SMA Gajah Mada Bandar lampung atas

kerjasama, keceriaan, dan perhatiannya selama penelitian, serta terima kasih

pada semua pihak yang ada di SMA Gajah Mada Bandar lampung.

11. Kembali ucapan terimakasih teristimewa untuk keluargaku, ayah, ibu dan

adik-adikku.

12. Sahabat-sahabatku Nesia Premurdia, Fitria Sandi, S. Pd., Anggi Lianasari, S.

Pd., Eka Marma Azizah, Weni Arisma, dan Tri Wahyuni, terimakasih atas

persahabatan yang indah ini, semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga

akhir hayat dan tak terlupakan 

13. Teman-teman seperjuanganku Biologi 2007, khususnya Bio 2007 NR

terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.

14. Kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 dan adik tingkatku angkatan 2008,

2009, 2010, dan 2011 untuk motivasinya.

15. Semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati yang tidak dapat di

tuliskan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Keterampilan Memecahkan Masalah ... 17

C. Aktivitas siswa ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Rancangan Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Jenis Data dan Tekhnik Pengambilan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Mendeskripsikan Keterampilan Memecahkan Masalah ... 34

H. Pengolahan Data Aktivitas ... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 43

(14)

xiv

A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 55

2. Data Hasil Penelitian ... 128

3. Analisis data………. 146

4. Foto Penelitian ... 167

(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Langkah-langkah pembelajaran generatif... 15

2. Indikator kemampuan berpikir kritis ... 23

3. Variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data ... 31

4. Persentase keterampilan memecahkan masalah ... 35

5. Lembar observasi aktivitas siswa... ... 36

6. Klasifikasi indeks aktivitas siswa ... 37

7. Hasil keterampilan memecahkan masalah oleh siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... ... 39

8. Hasil analisis rata-rata N-gain tiap indikator KMM siswapada kelas eksperimen dan kelas kontrol... 41

9. Hasil pencapaian per indikator KMM siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol... 42

10. Aktivitas siswa kelas eksperimen ... 43

11. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen... ... 128

12. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... ... 129

13. Daftar nilai pretes KMM siswa per indikator kelas eksperimen ... 130

14. Daftar nilai postes KMM siswa per indikator kelas eksperimen ... 132

15. Daftar nilai pretes KMM siswa per indikator kelas kontrol ... 134

(16)

xvii

17. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator KMM kelas

eksperimen ... 138

18. Daftar nilai pretes, postes, dan N-gain per indikator KMM kelas

kontrol ... 140

19. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 1 ... 142

20. Data hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen pada

pertemuan 2 ... 144

21. Analisis statistik data hasil penelitian ... 146

(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10

2. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 24

3. Grafik rata-rata pretes, postes dan N-gain pada kelas eksperimen dan

kontro... ... 44

4. Perbedaan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada kelas

eksperimen dari pertemuan pertama dan kedua ... 45

5. Contoh jawaban siswa tiap indikator merumuskan masalah pada soal

LKK... 47

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya. Undang-undang

No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan

pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dengan aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara. Pendidikan ialah

segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan

sepanjang hidup (Depdiknas, 2003:1-2)

Pendidikan di indonesia sekarang sangat memprihatinkan. Nampak jelas

bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik

pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya

manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan dalam ilmu

pengetahuan. Salah satu masalah yang besar dalam dunia pendidikan adalah

(19)

2

dari buku merupakan cara belajar yang salah, karena dengan cara ini

keterampilan memecahkan masalah siswa tidak akan tergali. Masalah seperti

ini bukanlah masalah yang baru lagi bagi siswa. Karena setiap siswa akan

mengalami suatu masalah belajar jika masalah tersebut belum bisa mereka

pecahkan.

Kurangnya keterampilan memecahkan masalah oleh siswa dalam belajar

mengakibatkan timbulnya suatu masalah bagi siswa, sehingga cara berpikir

dalam keterampilan memecahkan masalah siswa harus ditingkatkan.

Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang

lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang

pandai atau cerdas. Oleh karena itu, guru sebaiknya menggunakan metode

belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir dalam memecahkan

masalah oleh siswa. Apabila penggunaan metode yang kurang tepat maka

dapat berdampak negatif pada keterampilan memecahkan masalah oleh siswa.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi SMA Gajah Mada

Bandar lampung, diketahui bahwa pembelajaran biologi yang berlangsung di

kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung menggunakan metode ceramah.

Metode ini kurang tepat untuk mengembangkan keterampilan memecahkan

masalah siswa secara luas dan kreatif. Karena metode ceramah hanya

berpusat pada guru yang memberikan penjelasan langsung dengan penuturan

secara lisan. Khususnya pada mata pelajaran biologi pada materi

kerusakan/pencemran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Siswa

(20)

3

rendah. Siswa kurang mampu menjelaskan lebih lanjut apa yang menjadi

penyebab dan dampak adanya permasalahan pada materi tersebut.

Karena pada materi ini banyak sekali masalah-masalah yang harus

dipecahkan oleh siswa yang berkaitan pada kehidupan sehari-hari.

Kurangnya keterampilan memecahkan masalah oleh siswa mengakibatkan

kurang aktifnya siswa untuk berpikir agar dapat memecahkan masalah yang

terdapat pada materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Pada

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan, siswa dapat memahami materi

tersebut dengan memahami keterkaitan dan peran manusia terhadap

pencemaran dan kerusakan lingkungan serta upaya untuk mengelola

lingkungan. Siswa dapat melakukan pengamatan secara langsung ke

lingkungan dengan mengumpulkan data dan mencari informasi tentang

permasalahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan manusia yang

membahayakan lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan manusia

kadang menimbulkan masalah baru. Siswa dapat mencari informasi tentang

dampak pengelolaan lingkungan yang dilakukan manusia melalui

permasalahan yang banyak terjadi di lingkungan sekitar seperti masalah

sampah limbah rumah tangga yang mengganggu kesehatan. Siswa akan lebih

mudah memahami pelajaran tersebut dengan mengaitkan permasalahan

dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran, pada materi pencemaran lingkungan dan

pelestarian lingkungan, siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan hasil

(21)

4

di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada saat pembelajaran di kelas,

gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar sehingga membuat keterlibatan

siswa kurang optimal, yang menyebabkan kurang berkembangnya

keterampilan memecahkan masalah yang dimilki siswa. Fakta tersebut terlihat

dari nilai rata-rata siswa pada materi ini yang masih di bawah kriteria

ketuntasan minimum (KKM) siswa. Dari data yang ada, nilai yang diperoleh

oleh siswa pada materi ini < 68 dan siswa yang tuntas pada materi ini < 60%,

sehingga perlu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal di atas diperlukan alternatif model pembelajaran yang

membuat siswa aktif, menemukan sendiri pengetahuannya, terlibat langsung

sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menjadikan pengalaman

yang berkesan. Dalam menghadapi masalah dalam proses pembelajaran

biasanya guru memilih model pembelajaran yang mendukung siswanya untuk

berfikir agar siswa dapat memahami dan memecahkan masalah pada materi

yang diajarkan dengan baik dan lebih mudah untuk dipahami dengan

pemikirannya sendiri.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam

menerapkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa dalam

pembelajaran adalah model pembelajaran generatif (Generative learning).

Menurut Osborne dan Wittrock (Kholil, 2008:1), pembelajaran generatif

merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian

secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah

(22)

5

menggunakan dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Dengan

demikian, diharapkan melalui penerapan model pembelajaran generatif ini

siswa dapat ikut berperan aktif dengan bimbingan guru, agar dapat

meningkatkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa sehingga terarah

lebih baik. Beberapa penelitian yang menguji efektivitas model pembelajaran

generatif adalah Sumarna (2009:48) dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa penggunaan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan hasil

belajar siswa, penelitian Wulandari (2004:39) terdapat pengaruh yang

signifikan antara model pembelajaran generatif dibandingkan dengan model

konvensional dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta

penelitian Redhana (2003:9), aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dapat

ditingkatkan dengan pembelajaran generatif menggunakan strategi pemecahan

masalah.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Generatif (Generative

Learning) Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Pada Materi

Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan (Studi Eksperimen Pada

Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar lampung Tahun Pelajaran

2011/2012) .”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

(23)

6

1. Apakah penerapan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan

keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran

dan pelestarian lingkungan?

2. Apakah penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan

aktivitas siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan?

C. Tujuan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Penerapan model pembelajaran generatif terhadap peningkatan

keterampilan memecahkan masalah siswa pada materi pencemaran

lingkungan dan pelestarian lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran generatif terhadap peningkatan aktivitas

siswa pada sub materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Untuk memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran biologi.

2. Bagi Siswa

a. Memberi pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi

(24)

7

b. Mendorong siswa untuk berperan aktif mengasah keterampilan

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi yang

berhubungan dengan dunia pendidikan sebagai persiapan untuk

menjadi guru.

b. Memberikan wawasan dan pengalaman belajar sebagai calon guru

dengan menggunakan model pembelajaran generatif.

4. Bagi Sekolah

Model pembelajaran generatif yang digunakan diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah siswa pada

proses pembelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan

dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian

Siswa kelas X, yang terdiri dari kelas X1, dan X5 SMA Gajah Mada

Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Objek penelitian

Model pembelajaran generatif dengan langkah-langkah pembelajaran

(25)

8

3. Keterampilan memecahkan masalah diperoleh dari hasil pretes dan

postes pada materi pemcemaran lingkungan dan pelestarian

lingkungan.

4. Materi dalam penelitian ini adalah pencemaran lingkungan dan

pelestarian lingkungan. Pada KD 4.2 menjelaskan keterkaitan antara

kegiatan manusia dengan masalak perusakan/pencemaran lingkungan

dan pelestarian lingkungan.

5. Aktivitas siswa yang diamati meliputi: kemampuan bertanya,

menjawab pertanyaan, berpendapat, berdiskusi, dan membuat

kesimpulan.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi bukanlah proses pemindahan pengetahuan secara

langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata

pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan pemahaman suatu konsep. Pada

proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan

baik. Pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem khususnya materi

pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan di SMA Gajah Mada

Bandar Lampung masih rendah. Selama ini pelajaran biologi pada materi ini

merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap cukup sulit oleh

siswa SMA Gajah Mada karena mereka menganggap bahwa pelajaran biologi

(26)

9

Keterampilan memecahkan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa.

Namun, di SMA Gajah Mada Bandar Lampung menunjukkan bahwa

keterampilan memecahkan masalah oleh siswa masih tergolong rendah.

Kemungkinan hal ini terjadi karena selama ini guru menggunakan metode atau

model pembelajaran yang kurang menggali keterampilan memecahkan

masalah siswa. Karena dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus

mengutamakan siswa terlibat aktif secara langsung dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang

dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya

dalam memecahkan masalah.

Salah satu model yang diduga dapat mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah siswa adalah model pembelajaran generatif. Model

pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang menekankan pada

pengintegrasian secara aktif antara materi atau pengetahuan baru dengan

menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumya. Pada model

pembelajaran ini siswa akan melakukan diskusi dan dituntut untuk lebih aktif

berpikir untuk memecahkan suatu masalah pada materi yang diberikan oleh

guru. Karena kurang efektifnya siswa dalam aktivitas yang dilakukan dalam

proses belajar mengakibatkan kurang aktifnya berpikir siswa dalam

memecahkan suatu masalah.yang dihadapi dalam proses belajar siswa.

Dengan demikian, melalui penerapan model pembelajaran generatif ini

(27)

10

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas yang digunakan yaitu

kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan Variabel Y. Variabel X

adalah variabel bebas yaitu menggunakan model pembelajaran generatif dan

variabel Y yaitu variabel terikat berupa keterampilan memecahkan masalah

siswa. Hubungan antar variabel tersebut digambarkan dalam diagram di

bawah ini :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

H1= Penerapan model pembelajaran generatifdapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada sub materi pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.

X Y

Keterangan : X : Variabel bebas yang menggunakan model pembelajaran generatif.

(28)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning)

Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme yang

dikemukakan oleh Wittrock yang dikutip oleh Pannen (dalam Wulandari,

2004:8) mengasumsi bahwa siswa bukan penerima informasi yang pasif,

melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam

mengkontruksi makna dari informasi yang ada di sekitarnya. Ini berarti bahwa

pengetahuan dibangun di dalam pikiran siswa dan tidak dapat dipindahkan

dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jika pengetahuan baru itu berhasil

menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan

disimpan dalam memori jangka panjang. Penerapan model pembelajaran

generatif merupakan suatu cara yang baik untuk mengetahui pola pikir siswa

serta bagaimana siswa memahami dan memecahkan masalah dengan baik

supaya dalam pembelajaran nanti guru dapat menyusun strategi

pembelajarannya.

Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi

dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruk suatu interpretasi

dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Seperti yang

(29)

12

otak bukanlah suatu blank slate yang dengan pasif belajar dan mencatat

informasi yang datang.

Osborne dan Wittrock (dalam Yulviana, 2008:10) menjelaskan proses

pengolahan input indera dalam otak yaitu ide yang ada di pikiran siswa

mempengaruhi dalam mengarahkan indera yang dimiliki oleh siswa. Ide yang

ada di pikiran siswa akan menentukan masukan dari indera mana yang akan

diperhatikan atau yang tidak diperhatikan oleh otak. Tetapi, ide yang masuk

belum mempunyai arti sebelum siswa membangun hubungan-hubungan yang

diperhatikan dengan yang ada dalam pikirannya. Siswa menggunakan

hubungan tersebut dan akan mempelajari arti setelah apa yang telah

diperhatikan oleh siswa. Terkadang siswa menguji arti yang dibangun dalam

pikiran dengan keterangan lain yang di simpan dalam otak, sehingga siswa

menyimpan apa yang diperoleh oleh otaknya dalam ingatan. Karena otak

siswa begitu berperan dalam menyerap dan memaknai informasi, maka siswa

sendiri adalah penanggung jawab utama dalam belajar.

Pembelajaran generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada

teori-teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir

penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis ini menurut Nur

dan Katu (dalam Kholil, 2008:1) diantaranya adalah:

1. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika

konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses

(30)

13

2. Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat,

yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat

ini.

3. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap

demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah.

4. Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up.

Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh,

dan autentik untuk dipecahkan.

5. Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita

menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan

operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat

informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.

6. Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki

kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

7. Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif

dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas

terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan mereka

adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat disampaikan

semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di

benak mereka sendiri. Menurut Nur dan Katu (dalam Kholil, 2008:2) esensi

dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan

(31)

14

itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan

‘menerima’ pengetahuan.

Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita kontruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Piaget

(dalam Sumarna, 2009:24) menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk

berdasarkan keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan,

bahan, atau lingkungan baru. Sedangkan proses terbentuknya pengetahuan

baru menurut Piaget adalah melalui mekanisme asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah suatu proses dimana informasi atau pengalaman yang

diperoleh seseorang masuk ke dalam struktur mentalnya, sedangkan

akomodasi adalah terjadinya restrukturisasi dalam otak sebagai akibat adanya

informasi atau pengalaman baru. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi

merupakan dua aspek penting dari proses yang sama yaitu pembentukan

pengetahuan.

Pembelajaran generatif, menurut Weda (2009:177) terdiri atas empat tahap,

yaitu: (1) Pendahuluan atau disebut dengan eksplorasi, (2) Pemfokusan, (3)

Tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan (4) Penerapan konsep. Secara

operasional menurut Weda (2009:180-183) kegiatan guru dan siswa selama

(32)

15

Tabel 1. Langkah – langkah pembelajaran generatif

No Pembelajaran Tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa

1. Eksplorasi

Memberikan aktivitas melalui demonstrasi/contoh – contoh yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.

Mengeksplorasikan pengetahuan, idea atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari – hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tigkat kelas sebelumnya. Mendorong dan merangsang

siswa untuk mengemukakan ide/pendapat serta merumuskan pendapat hipotesis.

Mengutarakan ide – ide dan merumuskan hipotesis.

Membimbing siswa untuk

mengklasifikasikan pendapat Melakukan klasifikasi pendapat/ide – ide yang telah ada.

2. Pemfokusan

Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang

kemudian dilakukan pengujian.

Menetapkan konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan yang digunakan untuk

mengeksplorasi konsep. Membimbing siswa melakukan

proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.

Melakukan pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep. Memutuskan dan

menggambarkan apa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide ke dalam konsep .

Menginterprestasi respon siswa. Menginterprestasi dan

menguraikan ide siswa.

Mempresentasikan ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.

3. Tantangan

Mengarahkan dan memfasilatasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa. Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan.

Membuka diskusi. Mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.

Memberikan pertimbangan ide kepada (a)siswa yang lain (b)semua siswa dalam kelas.

Menunjukan bukti ide ilmuan

(scientist view) Menguji validitas ide/pendapat dengan mencari

bukti. Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas. (class’s view)

Membimbing siswa

merumuskan permasalahan yang sangat sederhama. Membawa

(33)

16

4. Aplikasi

siswa mengklarifikasi ide baru. baru. Menerapkan konsep yang baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.

Membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal menyelesaikan problem. Ikut terlibat dalam merangsang dan berkontribusi ke dalam diskusi untuk menyelesaikan

permasalahan.

Mempresentasikan penyelesaian masalah di hadapan teman. Diskusi dan debat tentang penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelesaian masalah. Menarik kesimpulan akhir.

Dengan tahap–tahap pembelajaran di atas, siswa diharapkan memiliki

pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan untuk

mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara mandiri..

Berdasarkan tahapan – tahapan yang dilakukan dalam model pembelajaran

generatif maka karakteristik model pembelajaran generatif menurut Sumarna

(2009:21) adalah sebagai berikut:

1) Dilandasi oleh pandangan kontruktivisme, memperhatikan pengalaman

dan konsep awal siswa.

2) Pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa sendiri yang akif

membangun pengetahuannya.

3) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatannya sendiri dan melatih

berpikir.

4) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk

menemukan sesuatu yang baru (belajar) bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu

(34)

17

Model pembelajaran generatif ini juga mempunyai kelebihan dan

kekurangannya. Menurut Sutarman (2004:100) kelebihan pembelajaran

generatif adalah:

1. Memberi peluang kepada siswa untuk belajar secara kooperatif.

2. Merangsang rasa ingin tahu siswa.

3. Cocok untuk meningkatkan keterampilan proses.

4. Meningkatkan aktivitas siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan

siswa lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk

mempersentasikan hipotesisnya.

5. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang.

Kekurangan model pembelajaran generatif adalah:

1. Membutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Dikawatirkan akan terjadi misconception atau salah konsep. Agar tidak

terjadi salah konsep, maka guru harus membimbing siswa dalam

mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki siswa.

B. Keterampilan Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah adalah suatu proses menerapkan pengetahuan,

keterampilan, dan pemahaman sebelumnya pada situasi yang baru dan asing.

Proses yang dimulai dengan masalah yang telah dibuat dan diakhiri dengan

penyelesaian dengan menggunakan informasi yang diberikan (Susanta dan

Rusdi, 2006:15). Menurut Swee (dalam Susanta dan Rusdi, 2006:15)

kemampuan melakukan pemecahan masalah tergantung pada 5 komponen

(35)

18

dan metakodnitif. Tujuan dari digunakannya keterampilan memecahkan

masalah dalam pembelajaran menurut Sriyono (dalam Zulaiha, 2008:11)

adalah untuk memberi kemampuan dan kecakapan praktis kepada siswa

sehingga tidak takut menghadapi hidup yang penuh problem serta mempunyai

rasa optimis yang tinggi.

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya menurut Syah (2002:99) adalah

belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis,

teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan

kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan

tuntas. Untuk itu kemampuan siswa menguasai konsep – konsep, prinsip–

prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan. Soedjana

menjelaskan (dalam Zulaiha, 2008:12) suatu persoalan akan menjadi masalah

bagi seseorang siswa, jika ia :

1. Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tinjauan dari pengetahuan

yang telah dikuasai.

2. Belum mempunyai prosedur untuk menyelesaikannya,

3. Berkeinginan untuk menyelesaikan.

Belajar memecahkan masalah menurut Sardiman (2003:31) diperlukan juga

suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Untuk menentukan seseorang

itu dapat memecahkan masalah, menurut Dewey (dalam Sardiman, 2003:32)

(36)

19

1. Merumuskan masalah, merupakan keterampilan siswa dalam mengetahui

dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dalam memecahkan masalah

tersebut.

2. Merumuskan hipotesa, merupakan keterampilan siswa dalam merumuskan

dugaan sementara dalam melakukan percobaan, dan merumuskan hipotesis

sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.

3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber – sumber

lain.

4. Menilai atau mencocokan usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan –

keterangan yang diperoleh.

5. Merumuskan kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan

hasil pemecahan masalah.

Menurut Lawson (dalam Syah, 2002:99) hampir semua bidang studi dapat

dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk itu guru (khususnya yang

mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan

menggunakan strategi mengajar yang berorientasi pemecahan masalah.

Kebaikan dengan diterapkan pemecahan masalah yaitu :

1. Siswa dapat berfikir secara sistematis dalam kegiatan belajar, sebab ia

berfikir dan menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapi.

2. Siswa mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu masalah yang

dihadapi, sebab ia mengalami sedikit proses pemecahan masalah.

(37)

20

4. Pemecahan masalah ini akan melatih siswa untuk lebih banyak belajar

mandiri (Sriyono dalam Zulaiha, 2008:12)

C. Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sardiman (1994:94)

mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah

tingkah laku dan melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada

aktivitas. Tania (2010:14) mengemukakan bahwa kegiatan belajar segala

pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman

sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan

sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukan setiap orang yang

belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak

mungkin terjadi.

Menurut Sanjaya (2008:179-180), keaktifan siswa itu ada yang secara

langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,

mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi juga ada yang tidak

bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan atau menyimak. Oleh sebab itu,

sebenarnya aktif–tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa tersebut

yang mengetahuinya secara pasti. Kita tidak dapat memastikan bahwa siswa

yang diam mendengarkan penjelasan berarti tidak beraktivitas aktif,

sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktivitas

mental yang tinggi pula. Kriteria yang menggambarkan sejauh mana

(38)

21

pembelajaran, proses, maupun mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin

siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut maka kadar aktivitas siswa makin

tinggi.

Aktivitas belajar menurut Sardiman (1994:99) meliputi aktivitas yang

bersifat fisik (jasmani) dan aktivitas mental (rohani). Sejalan dengan pendapat

Ngulwiyah (2005:7) aktivitas belajar siswa, baik aktivitas jasmani maupun

rohani, dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penting yang ikut

menentukan keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Oleh karena itu,

perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa. Menurut Slameto (dalam Ngulwiyah, 2005:7) diantara prasyarat yang

harus diupayakan pada prinsip – prinsip dalam belajar yaitu: siswa harus

berpartisipasi aktif, meningkatkan minat untuk mencapai tujuan. Dalam

proses belajar mengajar, guru perlu menumbuhkan aktivitas siswa dalam

berfikir maupun berbuat. Apabila siswa dapat berpartisipasi secara aktif,

maka siswa akan menerima pengetahuan itu dengan baik. Aktivitas fisik

banyak macamnya, menurut Hamalik (2001:21) aktivitas adalah sebagai

berikut:

1. Kegiatan visual, seperti: membaca, mengamati, demonstrasi, mengamati

orang bekerja, memperhatikan gambar, dll.

2. Kegiatan lisan (oral) seperti: mengemukakan pendapat, mengajukan

pertanyaan, memberi saran, mengadakan wawancara, diskusi, dll.

3. Kegiatan mendengar, seperti: mendengarkan diskusi, penyajian bahan, dll.

4. Kegiatan menulis, seperti: mengerjkan tes, mengisi angket, membuat

(39)

22

5. Kegiatan menggambar.

6. Kegiatan metric, seperti melakukan percobaan, memilih alat, membuat

model, dll.

7. Kegiatan mental, seperti: mengingat, memecahkan masalah, menganalisa,

mengambil keputusan, dll.

Seseorang dikatakan aktif belajar, jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu

yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu

peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam

proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan

pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan

mengaplikasi materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas

(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada

bulan April 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap

SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X1 dengan jumlah

siswa 33 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 dengan jumlah

siswa 34 orang sebagai kelas kontrol dengan teknik pengambilan sampel

yang digunakan, yaitu cluster random sampling.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan mengunakan

desain kelompok kontrol tak ekuivalen. Kelas eksperimen (X1) diberi

perlakuan dengan model pembelajaran generatif sedangkan kelas kontrol

(X5) menggunakan model ceramah. Hasil pretes dan postes pada kedua

(41)

24

Struktur desainnya adalah sebagai berikut :

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakanya

penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas

yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

d. Menyusun rencana pembelajaran dengan model pembelajaran

generatif untuk materi yang diteliti. Gambar 2. Desain pretes postes tak ekuivalen

Keterangan : I = Kelompok eksperimen, II = Kelompok

kontrol, O1 = Pretes, O2 = Postes, X =

Perlakuan eksperimen, C = Perlakuan kontrol (Purwanto, 2007: 90).

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

(42)

25

e. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok

(LKK), silabus, dan soal tes formatif yaitu soal pretest/postest.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran generatif untuk kelas eksperimen dan tanpa model

pembelajaran generatif yaitu dengan menggunakan metode ceramah

yang digunakan oleh guru biologi di SMA Gajah Mada Bandar

Lampung untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak

dua kali pertemuan.Pertemuan pertama membahas materi keterkaitan

kegiatan manusia dengan perusakan/pencemaran lingkungan, dan

pertemuan kedua membahas materi keterkaitan kegiatan manusia

dengan pelestarian lingkungan.

A. Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran Generatif)

a. Pendahuluan

1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan pertama

berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran

lingkungan dan pelestarian lingkungan.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan

pembelajaran.

3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan

(43)

26

Pertemuan 1: Menayangkan gambar kerusakan hutan dan

memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.

Pertemuan 2: Menayangkan gambar upaya pelestarian

lingkungan dan memberi pertanyaan yang berkaitan dengan

gambar.

4. Siswa memperoleh motivasi dari guru.

Pertemuan 1: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan

guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pohon bagi

manusia dan lingkungan.

Pertemuan 2: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan

guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pelestarian

lingkungan bagi manusia dan lingkungan.

5. Siswa membentuk kelompok secara heterogen, masing

masing kelompok berjumlah 5-6 orang. Masing-masing

kelompok memiliki satu ketua kelompok.

B. Kegiatan inti

1. Siswa mengkondisikan diri duduk dalam kelompoknya

masing-masing.

2. Siswa mendengar penjelasan dari guru dan menerima LKK

pada masing-masing kelompok.

3. Eksplorasi

Berkeliling kelas, membimbing dan mengawasi setiap

(44)

27

4. Pemfokusan/Tantangan

a. Membimbing siswa selama melakukan diskusi.

b. Siswa mulai mengerjakan, berdiskusi dan bertukar ide

dengan teman kelompoknya.

5. Penerapan

a. Setelah siswa selesai mengerjakan LKK, siswa

membuat ringkasan yang akan dipersentasikan ke

depan kelas.

b. Seluruh kelompok di dalam kelas mempersentasikan

topik-topik yang telah diselidiki.

c. Siswa dibimbing oleh guru dalam mempresentasikan

kerja kelompoknya.

d. Memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk

bertanya kepada kelompok yang sedang persentasi.

C. Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru membuat

kesimpulan/rangkuman dari kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

2. Siswa mengerjakan postest pada peremuan kedua

berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran

(45)

28

3. Siswa mendengarkan penyampaian guru untuk

pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam.

D. Kelas Kontrol (Metode Ceramah)

a. Pendahuluan

1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan pertama

berupa soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran

lingkungan dan pelestarian lingkungan.

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan

pembelajaran.

3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan

penjelasan guru.

Pertemuan 1: Menayangkan gambar kerusakan hutan dan

memberi pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.

Pertemuan 2: Menayangkan gambar upaya pelestarian

lingkungan dan memberi pertanyaan yang berkaitan

dengan gambar.

4. Siswa memperoleh motivasi dari guru.

Pertemuan 1: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan

guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pohon bagi

(46)

29

Pertemuan 2: Setelah mempelajari tayangan yang diberikan

guru siswa mengetahui fungsi dan manfaat pelestarian

lingkungan bagi manusia dan lingkungan.

b. Kegiatan Inti

1.Siswa mendengarkan penjelasan awal tentang materi yang

harus dipelajari pada tiap pertemuannya.

2. Siswa mulai membuka dan membaca buku untuk

mempersiapkan penjelasan dari guru tentang materi yang

akan disampaikan.

3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan tahap

penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.

4. Terdapat sesi tanya jawab antar siswa dan guru.

c. Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru membuat

kesimpulan/rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan.

2. Siswa mengerjakan postest pada peremuan kedua berupa

soal essay dengan materi kerusakan/pencemaran

lingkungan dan pelestarian lingkungan.

3. Siswa mendengarkan penyampaian guru untuk

pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran dengan

(47)

30

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini ialah:

1. Jenis Data

Data pada penelitian ini, berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kualitatif berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Sedangkan data kuantitatif berupa keterampilan memecahkan masalah

siswa yang diperoleh dari nilai pretest/postest. Keterampilan

memecahkan masalah ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain

yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Aktivitas yang diamati

berupa: kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,

berdiskusi, dan membuat kesimpulan. Setiap siswa diamati point

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada

lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Rubrik variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data serta analisis

(48)

31

Tabel 3. Variabel, instrumen, jenis data dan analisis data

b) Pretest/postest

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan postest.

Pretest dilakukan di awal pertemuan I, dan postest dilakukan di

akhir pertemuan II. Pretest dan postest dilakukan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang

sama. Bentuk soal adalah soal essay. Pretest yang diberikan pada

awal pertemuan I mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan

postest yang diberikan di akhir pertemuan II. Teknik penskoran nilai

pretest/postest yaitu:

S = R x 100 N

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(dikutip dari Purwanto, 2007 : 112)

No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur Analisis Data

1 Keterampilan memecahkan masalah siswa

Tes: Keterampilan memecahkan masalah siswa

Nominal dan tes

tertulis Uji t

2 Aktifitas siswa selama proses pembelajaran

Lembar observasi

(49)

32

F. Teknik Analisis Data

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan

menggunakan software SPSS versi 17. Untuk Menapatkan N-gain

yakni denga menggunakan rumus sebagai berikut:

X – Y

Skor Maksimum –Y

Keterangan : X = Nilai rata-rata postest

Y= Nilai rata-rata pretest

(dikutip dari Loranz, 2008:3)

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05 tolak Ho, untuk

harga yang lainnya (Sudjana, 2002:466).

2) Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas data yang dihitung melalui uji Barlett dengan

menggunakan program SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama.

H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda.

(50)

33

b. Kriteria Uji

- Jika χ2

hit < χ 2 tab sehingga Ho diterima

- Jika χ2

hit > χ 2 tab sehingga Ho ditolak

(Pratisto, 2009 : 71).

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji

perbedaan 2 rata-rata yang dihitung dengan menggunakan Software

SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama

H1 : rata-rata nilai kedua sampel berbeda

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2009:18).

b. Uji Perbedaan Dua rata-rata

1) Hipotesis

H0 = rata-rata nilaipada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol

2) Kriteria Uji :

(51)

34

eksperimen II sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II tidak sama.

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)

G. Mendeskripsikan Keterampilan Memecahkan Masalah

Untuk mendeskripsikan keterampilan memecahkan masalahsiswa dalam

pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh siswa

2) Menentukan persentase tiap indikator keterampilan memecahkan

masalah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P= N

f 100%

Keterangan : P = angka Persentase, f = frekuensi keterampilan

proses/Jumlah point keterampilan memecahkan masalahsiswa yang

(52)

35

N = Jumlah total point keterampilan memecahkan masalahtiap

indikator (Sudijono, 2004: 40)

3) Menghitung skor rata-rata tiap item

4) Setelah data diolah dan diperoleh, maka keterampilan memecahkan

masalah siswa tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka keterampilan

memecahkan masalah siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria

sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase Keterampilan Memecahkan Masalah

Nilai (%) Katagori kemampuan

81 – 100% (Arikunto, 2007:214)

H. Pengolahan data aktivitas siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan

data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan

(53)

36

Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan :

A.Kemampuan Bertanya:

1. Tidak membuat pertanyaan.

2. Membuat pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang

dipelajari.

3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari.

B.Menjawab pertanyaan:

1.Tidak menjawab pertanyaan.

2.Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan

yang diberikan oleh teman/guru.

3.Menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang

diberikan oleh teman/guru.

C.Berpendapat:

1.Tidak mengungkapkan pendapat.

2.Mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan materi

yang dipelajari.

3.Mengungkapkan pendapat sesuai dengan materi yang

dipelajari.

D.Berdiskusi:

1. Tidak melakukan diskusi.

2. Berdiskusi tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.

3. Berdiskusi sesuai dengan materi yang dipelajari.

E. Membuat Kesimpulan:

1. Tidak membuat kesimpulan.

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak sesuai dengan materi yang

dipelajari.

No Nama

Aspek yang diamati

(54)

37

3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari.

Menghitung rata–rata indeks aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100

x n

xi

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa

xi = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (dalam carolina, 2010:29)

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai

klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 6 . Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

(55)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan

keterampilan memecahkan masalah oleh siswa pada materi pencemaran

dan pelestarian lingkungan pada kelas X semester genap SMA Gajah

Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 .

2. Penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan aktivitas

siswa pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan pada siswa

kelas X semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2011/2012.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Kepada guru maupun peneliti lain yang akan menggunakan model

pembelajaran generatif, hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain

dengan menggunakan model pembelajaran generatif sehingga siswa

terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif pada materi

(56)

51

sebagai salah satu sumber belajar alternatif dalam meningkatkan

keterampilan memecahkan masalah siswa karena model pembelajaran

generatif dapat membantu melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan

suatu masalah.

3. Membagi pembagian waktu yang tepat dalam kegiatan inti khususnya pada

kegiatan diskusi kelompok, agar pembelajaran dengan menggunakan

(57)

Gambar

Gambar 2.   Desain pretes postes tak ekuivalen
Tabel 3. Variabel, instrumen, jenis data dan analisis  data
Tabel 4. Persentase Keterampilan Memecahkan Masalah
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal ini, maka peneliti telah melaksanakan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Pada Siswa Sekolah Dasar Materi Bangun Ruang Sederhana.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI yaitu model pembelajaran yang

Bagaimana keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang diajarkan di kelas eksperimen dengan menggunakan model Problem Based Learning pada materi pokok Hukum Newton

dengan mengambil judul : ’’ Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Cahaya di Kelas VIII Semester

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Generatif Terhadap Keterampilan Generik Sains Fisika Peserta Didik Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X TKJ SMK Negeri 4 Gowa

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII pada materi pencemaran lingkungan dengan menerapkan model pembelajaran Local Wisdom

Hipotesisnya adalah H a: Terdapat pengaruh yang signifikan dan linear antara penerapan model pembelajaran generatif (X) terhadap prestasi belajar siswa dalam mata