• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA SIMPAN BENIH PADI VARIETAS CIHERANG, CIGEULIS, DAN CILAMAYA MUNCUL PADA DUA JENIS KEMASAN YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI DAYA SIMPAN BENIH PADI VARIETAS CIHERANG, CIGEULIS, DAN CILAMAYA MUNCUL PADA DUA JENIS KEMASAN YANG BERBEDA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Rizki Amelia Febrina

ABSTRACT

THE SEED STORABILITY TEST OF RICE THE VARIETIES OF CIHERANG, CIGEULIS, AND CILAMAYA MUNCUL

VARIETY IN TWO TYPES OF PACKAGES

By

Rizki Amelia Febrina

During the storage period, seeds will deteriorate. Seed deterioration is a process

that cannot be prevented and stopped so that the viability decrease. The

application of the appropriate technology is expected to control seed deterioration

and inhibit the influence of environmental factors. One way to do that is by using

appropriate types of packaging. Sacks are often used for seeds package because

they are easy to be found but they accelerate the decline in viability which

becomes their weakness. Therefore, it is required other alternatives by using

plastic as the packaging to maintain seed viability remain high during storage

period. This research aims to compare the type of package that is better in

maintaining seed viability, to know the declining seed viability during storage

period and to know how long the two types of packaging are able to maintain

(2)

Rizki Amelia Febrina

The research was conducted at the Laboratory of Seed and Plant Breeding

Department of Agronomy Faculty of Agriculture, University of Lampung, from

December 2009 to June 2010. The treatments were applied to experimental plots

in completely randomized block design with 3 replications. The treatment was

arranged in factorial design (2x7) with the first factor was the types of packaging

(K), plastic packaging (K1) and sack packaging (K2). The second factor was the

duration of seed storage (U), 0 (U0), 1 (U1), 2 (U2), 3 (U3), 4 (U4), 5 (U5), and 6

(U6) months. Uniformity mean value among the treatments was tested using

Barlett test and the aditivity data were tested with Tukey test. The separation of

mean value is being conducted with orthogonal polynomial test at 5% significance

level.

The results of this research showed that: (1) Up to 6 months of storage, plastic

packaging was able to maintain rice seeds viability better than sack packaging, (2)

Seeds viability keep decreasing through the increasing storage period, (3) The

viability of seeds stored in two types of storage containers began to decline at 2 to

6 months but plastic packaging was able to maintain the viability of rice seed

(3)

Rizki Amelia Febrina

ABSTRAK

UJI DAYA SIMPAN BENIH PADI VARIETAS CIHERANG, CIGEULIS, DAN CILAMAYA MUNCUL PADA

DUA JENIS KEMASAN YANG BERBEDA

Oleh

Rizki Amelia Febrina

Selama periode simpan benih pasti akan mengalami kemunduran. Kemunduran

benih ialah suatu proses yang tidak dapat dicegah dan dihentikan di dalam benih secara menyeluruh sehingga viabilitasnya menurun dan mati. Penerapan

teknologi yang tepat diharapkan kemunduran benih dapat dikendalikan dan dihambat terhadap pengaruh dari faktor lingkungan (enforced), salah satunya

dengan penggunaan jenis kemasan yang tepat. Karung sering digunakan sebagai kemasan benih karena mudah diperoleh tetapi memiliki kelemahan yaitu mudah

mempercepat penurunan viabilitas. Oleh karena itu, diupayakan alternatif lain

yaitu penggunaan kemasan plastik untuk mengemasi benih guna mempertahankan

viabilitas benih tetap tinggi selama periode simpan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis kemasan yang lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih, mengetahui menurunnya viabilitas benih selama periode simpan dan berapa

(4)

Rizki Amelia Febrina

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Juni 2010. Rancangan perlakuan faktorial (2x7)

dengan faktor pertama adalah jenis kemasan (K), yaitu kemasan plastik (K1) dan kemasan karung (K2). Faktor kedua adalah umur simpan benih (U), yaitu 0 (U0), 1 (U1), 2 (U2), 3 (U3), 4 (U4), 5 (U5), dan 6 (U6) bulan. Perlakuan diterapkan pada

petak percobaan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Keseragaman ragam

antarperlakuan diuji dengan menggunakan Uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Data dianalisis ragam, pemisahan nilai tengah dilakukan

dengan uji polinomial ortogonal pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Sampai penyimpanan 6 bulan kemasan plastik mampu mempertahankan viabilitas benih padi lebih baik dibandingkan dengan kemasan karung berdasarkan semua variabel yang diamati

yaitu daya berkecambah benih, kecepatan benih berkecambah, keserempakan benih, daya hantar listrik, berat kering kecambah normal, dan panjang kecambah; (2) Viabilitas benih semakin menurun dengan bertambahnya periode simpan

berdasarkan semua variabel pengamatan yaitu daya berkecambah benih, kecepatan benih berkecambah, keserempakan benih, daya hantar listrik, berat

kering kecambah normal, dan panjang kecambah; (3) Viabilitas benih yang disimpan pada kedua kemasan mulai menurun pada penyimpanan 2—6 bulan

(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1.Kemasan plastik mampu mempertahankan viabilitas benih padi varietas Ciherang, Cigeulis, dan Cilamaya Muncul lebih baik dibandingkan dengan

kemasan karung berdasarkan semua variabel yang diamati yaitu daya

berkecambah benih, kecepatan benih berkecambah, keserempakan benih, daya hantar listrik, berat kering kecambah normal, dan panjang kecambah.

2.Viabilitas benih padi varietas Ciherang, Cigeulis, dan Cilamaya Muncul semakin menurun dengan bertambahnya periode simpan berdasarkan semua

variabel pengamatan yaitu daya berkecambah benih, kecepatan benih

berkecambah, keserempakan benih, daya hantar listrik, berat kering kecambah

normal, dan panjang kecambah.

3.Viabilitas benih padi varietas benih Ciherang, Cigeulis, dan Cilamaya Muncul yang disimpan pada kedua kemasan mulai menurun dari penyimpanan 2 bulan

sampai dengan 6 bulan. Kemasan plastik mampu mempertahankan viabilitas benih padi dengan daya berkecambah 80% sampai akhir penyimpanan (6

bulan), sedangkan kemasan karung hanya mampu mempertahankan viabilitas benih sampai umur penyimpanan 4 bulan.

(6)
(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber karbohidrat sebesar 84,83 %, protein 9,78%, lemak 2,20%, mineral 2,09%, serat kasar

1,10% bagi mayoritas penduduk dunia, terutama bagi penduduk Indonesia (Saenong, 1988).

Indonesia sebagai negara produsen padi terkemuka ketiga di dunia setelah Republik

Rakyat Cina dan India telah mampu memproduksi padi sebesar 96.430.000 ton dari total

produksi dunia sebesar 431.309.000 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008/2009, Indonesia mampu memproduksi sebanyak 36.250.000 ton dari total produksi dunia

sebesar 434.586.000 ton (Departemen Pertanian, 2008).

Di Indonesia, tanaman padi mampu memberikan kesempatan kerja, meningkatan lebih dari 18 juta kesejahteraan petani seiring dengan meningkatnya produksi dan telah

dijadikan sebagai makanan pokok bagi berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, padi juga dijadikan sebagai komoditas ekspor sebagai suatu keberhasilan di sektor pertanian dan pangan yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pemilu guna melestarikan

kekuasaan penguasa. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006). Oleh karena itu, padi mampu dipandang sebagai komoditas yang strategis karena dapat

(8)

Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), produksi padi di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 54.199.000 ton dengan luas panen 11.041.000 ha dan produksinya meningkat

pada tahun 2008 sebanyak 4,76% menjadi 60.325.925 ton dengan luas 12.327.425 ha. Pada tahun 2009, produksi padi terus meningkatkan sebanyak 63.840.066 ton dengan luas 12.842.739 ha.

Meningkatkan produksi padi sangat penting dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan

nasional dan layak mendapat prioritas utama dalam program pembangunan sehingga

dibutuhkan salah satu komponen teknologi untuk meningkatkan produksi dan mutu

produksi melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Salah satu peningkatan produksi dan mutu melalui program intensifikasi ialah yaitu penggunaan

benih varietas unggul.

Penggunaan benih varietas unggul memiliki potensi genetik budidaya tanaman yang dapat mempengaruhi produktivitas yang tinggi, mutu tinggi, ekonomis dan mampu

mengabaikan faktor lingkungan sebaik apapun. Menurut Sadjad (1999), mutu benih yang tinggi mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses

penanganannya dari produksi sampai akhir periode simpan, sehingga penggunaan benih

varietas unggul harus mendapatkan perhatian lebih besar dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian kita.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, sebagian besar luas areal panen

(9)

untuk ditanam diantara yaitu varietas Ciherang, varietas Cigeulis dan varietas Cilamaya Muncul (Anonim, 2008).

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2005), padi varietas Ciherang dan Cigeulis merupakan salah satu varietas unggul legendaris yang sangat diminati untuk ditanam karena harga benihnya yang lebih ekonomis, produktivitas tinggi, mudah

dirawat, hemat pupuk, daya adaptasinya yang luas dan tahan terhadap beberapa hama penyakit seperti hama wereng coklat biotipe 2,3 serta bakteri hawar strain IV. Untuk

benih padi varietas Cilamaya Muncul juga memiliki banyak keunggulan seperti rasa

nasinya yang pulen dengan produksinya yang tinggi. Ketiga varietas ini sama-sama

memiliki potensi hasil sebesar ± 8 ton/ha sehingga menjadi varietas benih padi yang

cukup diminati oleh petani untuk ditanam di areal pertanaman padi.

Minat petani yang tinggi akan benih varietas unggul diiringi dengan kebutuhan benihnya

yang tinggi setiap musim tanamnya sehingga penyediaan benih harus mampu dipenuhi kebutuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan benih setiap musim tanamnya

yaitu melalui penyimpanan benih. Penyimpanan benih umumnya terjadi pada benih-benih tanaman pangan, terutama terjadi pada benih-benih-benih-benih yang tidak dapat langsung ditanam seperti benih yang terbawa ke musim selanjutnya (carry over).

Tujuan dari penyimpanan benih ialah untuk mempertahankan viabilitas dalam benih selama periode simpan yang panjang. Namun, selama dalam tahapan ini terdapat kendala dalam mempertahankan viabilitas benih yaitu adanya proses kemunduran benih (seed

(10)

menyeluruh yang membuat viabilitasnya menurun dan mati. Viabilitas benih berangsur-angsur menurun seiring dengan bertambahnya kemunduran benih. Menurut Sadjad

(1994), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan yaitu vigor awal dan faktor enforced. Vigor awal benih ditentukan oleh faktor innate (faktor genetik) dan faktor induced yang mencakup kondisi lapang tempat benih

disimpan yaitu kelembaban, suhu, dan kadar air benih.

Ditinjau dari faktor yang mempengaruhi viabilitas benih, maka terdapat dua cara yang

dapat dilakukakan untuk menjaga viabilitas benih selama penyimpanan yaitu dengan cara menurunkan suhu dan menurunkan kadar air benih sebelum disimpan. Namun,

menurunkan kadar air benih dinilai lebih efektif karena lebih ekonomis dibandingkan

harus menurunkan suhu ruang penyimpanan menggunakan pendingin ruangan. Menurunkan kadar air benih yang sesuai dan dengan penggunaan teknologi yang tepat

maka dapat menghambat kemunduran benih sehingga benih mampu melewati periode simpan dengan mempertahakan viabilitasnya tetap tinggi. Salah satu teknologi yang

dapat dilakukan ialah penggunaan kemasan (Rineka Cipta, 1992).

Terdapat berbagai macam jenis kemasan yang sering digunakan untuk mengemasi benih, seperti karung, aluminium foil, kantong, kaleng, botol, plastik, dll. Umumnya benih

sering disimpan dengan menggunakan penyimpanan sementara yaitu dengan

menggunakan kemasan karung karena mudah didapat tetapi kemasan ini memiliki

kekurangan yaitu dapat mempercepat penurunan viabilitas benih. Oleh karena itu,

(11)

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah kemasan plastik lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih padi dibandingkan dengan kemasan karung?

2. Apakah viabilitas benih semakin menurun dengan bertambahnya umur simpan?

3. Berapa lama kedua jenis kemasan mampu mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi dengan daya berkecambah di atas 80% selama periode simpan?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh kemasan plastik dalam mempertahankan viabilitas benih padi

dibandingkan dengan kemasan karung.

2. Mengetahui menurunnya viabilitas benih selama periode simpan.

Referensi

Dokumen terkait

Periode simpan benih suren yang semakin lama telah menurunkan viabilitas benih sehingga tidak dapat disimpan lebih dari 4 minggu agar viabilitasnya tetap tinggi karena

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar air benih optimal dan mengidentifikasi jenis kemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih kedelai

Pengaruh Interaksi antara Periode Simpan dengan Pematahan Dormansi terhadap Viabilitas Benih Kultivar Padi Gogo. Way Rarem

Jenis kemasan alumunium foil nyata lebih baik dibanding plastik poripropilen dalam mempertahankan kadar air benih, daya berkecambah maupun vigor benih kedelai yang

Media yang paling efektif dalam memperpanjang daya simpan benih jengkol adalah media arang sekam yang dapat mempertahankan viabilitas benih jengkol sampai dengan 6

Benih coating dan kontroldapat mempertahankan viabilitas benih padi hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15 minggu berdasarkan tolok

Kadar air benih koro pada kemasan plastik polietilen dan botol kaca di suhu ruang simpan AC dan kamar mengalami peningkatan selama enam bulan seharusnya kemasan

Benih coating dan kontroldapat mempertahankan viabilitas benih padi hibrida varietas DG-1, SL-8 dan INTANI-2 selama periode penyimpanan 15 minggu berdasarkan tolok