• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INTERACTION OF POLITICAL CONSULTATIVE AGENCY VILLAGE (BPD) AND VILLAGE CHIEF IN IMPLEMENTATION OF RURAL

GOVERNMENT OF THE VILLAGE

(Studies in the village of North Alai District of Lembak Muara Enim South Sumatra Province)

By

HAZI KURNIA

Chief and Village Consultative Council (BPD) is a synergistic partner for the smooth implementation of the village administration. The purpose of this study was to determine the political interaction Village Consultative Council (BPD) and village chief in the implementation of rural government in the village of North Alai District of Lembak Muara Enim South Sumatra Province. Interaction is measured through indicators of cooperation, accommodation, assimilation, competition, contravention, conflict, or contention. This study used a qualitative descriptive method through interviews and observations.

Research results indicate that political interaction Village Consultative Council (BPD) and village chief badly in the implementation of the village administration. Cooperation Village Consultative Council (BPD) and village chief are less deals or form of thinking in policy formulation so that the Village Consultative Council (BPD) to participate less. Accommodation does not occur in the Village Consultative Council (BPD) and village heads because of both parties do not attempt to provide a solution. While in the assimilation a decline in the activity of the Village Consultative Council (BPD). It is seen from the lack of participation of the Village Consultative Council (BPD) in giving ideas to the village chief. Later in the competition, of contravention, conflict or dispute is not a serious conflict between the Village Consultative Council (BPD) and village heads. However, there competition between Village Consultative Council (BPD) and village chief. For example, the Village Chief dominate in the form of activities in the village and not transparent Village Consultative Council (BPD) with the Chief Village in troubleshooting. So that the impacts that occur from poor interaction of Village Consultative Council (BPD) and village chief are bad governance assessment is seen from the performance of the current village government.

(2)

ABSTRAK

INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

(Studi di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan)

Oleh HAZI KURNIA

Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan mitra kerja yang bersinergi untuk kelancaran pelaksanaan pemerintahan desa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Interaksi diukur melalui indikator-indikator kerjasama, akomodasi, asimilasi, persaingan, kontravensi, pertentangan, atau pertikaian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dilakukan melalui wawancara dan observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa buruk dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Kerjasama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa kurang memberikan tawaran atau bentuk pemikiran dalam perumusan kebijakan sehingga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) kurang berpartisipasi. Akomodasi tidak terjadi pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa karena dari kedua belah pihak tidak berupaya memberikan solusi. Sedangkan pada asimilasi terjadi penurunan keaktifan dari pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Hal ini dilihat dari minimnya partisipasi Badan Permusyaratan Desa (BPD) dalam memberikan ide-ide kepada Kepala Desa. Selanjutnya pada persaingan, kontravensi, pertentangan atau pertikaian tidak terjadi konflik yang serius antara BPD dan Kepala Desa. Namun, terjadi pesaingan antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa. Misalnya Kepala Desa mendominasi dalam bentuk kegiatan yang ada di desa dan tidak terbukanya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Kepala Desa dalam mengatasi masalah. Sehingga dampak yang terjadi dari buruknya interaksi BPD dan Kepala Desa adalah pemerintahan yang buruk penilaian ini dilihat dari kinerja pemerintah desa saat ini.

(3)

INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

(Sudi di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan)

Oleh Hazi Kurnia

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

INTERAKSI POLITIK BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

(STUDI DI DESA ALAI UTARA KECAMATAN LEMBAK KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN)

(SKRIPSI)

Oleh HAZI KURNIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Interaksi Politik... 12

1. Pengertian Interaksi Politik ... 12

2. Karakteristik Interaksi BPD dan Kepala Desa... 16

B. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 25

1. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 25

2. Hak Badan Permusyawaratan Desa (BPD)... 27

3. Fungsi dan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 27

C. Kepala Desa ... 28

1. Pengertian Kepala Desa... 28

2. Tugas dan Wewenang Kepala Desa ... 31

D. Pemerintahan Desa ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Teknik Pengolahan Data... 46

(7)

ii

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Desa Alai Utara ... 50

B. Kondisi Umum Desa Alai Utara... 50

C. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa ... 54

D. Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa ... 55

E. Daftar Pengurus Karang Taruna Desa Alai Utara ... 57

F. Daftar Anggota Kelompok Tani Desa Alai Utara ... 59

G. Identitas Informan... 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kerjasama Kepala Desa dan BPD ... 62

1. Tawar-menawar ... 68

2. Kooptasi ... 70

3. Koalisi ... 73

B. Analisis Akomodasi Kepala Desa dan BPD ... 76

1. Coeerci(Koersi) ... 77

2. Compromise(Kompromi)... 80

C. Analisis Asimilasi Kepala Desa dan BPD ... 82

D. Analisis Persaingan Kepala Desa dan BPD... 86

1. Persaingan untuk mencari kedudukan ... 88

2. Persaingan dalam segi peran aktif BPD dan Perangkat Desa ... 91

E. Analisis Kontravensi Kepala Desa dan BPD... 93

F. Analisis Pertentangan Kepala Desa dan BPD ... 98

1. Perbedaan kepentingan ... 99

2. Perbedaan antara individu-individu ... 104

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 108

B. Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data Absensi Rapat BPD dan Kepala Desa ... 8

Tabel 2 Informan Penelitian ... 44

Tabel 3 Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4 Penduduk Menurut Pendidikan Desa Alai Utara ... 53

Tabel 5 Penduduk Menurut Umur Pekerjaan/Mata Pencaharian... 54

Tabel 6 Pengurus Karang Taruna Desa Alai Utara ... 57

Tabel 7 Nama-nama Anggota Kelompok Tani Desa Alai Utara ... 59

Tabel 8 Nama-nama Anggota Kelompok Tani Desa Alai Utara ... 60

(9)
(10)
(11)

MOTO

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.

(QS Al-Ankabut [29]: 6)

Pekerjaan Hebat tidak dilakukan dengan Kekuatan, tapi dengan Ketekunan dan Kegigihan

(Samuel Jhonson)

Hargai Hidup ini Kendati Hidup Hanya Satu Kali

(12)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal dan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Ibunda tercinta

Yang telah mendidik, membesarkan, selalu memberikan do a terbaik dalam

sujudnya, memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi yang tiada henti

kepadaku hingga karya ini dapat terselesaikan.

Ayahanda tersayang

Yang telah mengajari bagaimana cara untuk berjuang, mengajari seberapa

pentingnya arti dari tanggung jawab, dan selalu menasihati agar dapat menjadi

seorang imam yang baik.

Kakak-Ayuk

Terima kasih atas do a serta semangat yang telah diberikan selama

menyelesaikan karya ini

Seluruh Keluarga Besarku

yang senantiasa memberikan do a dan

dukungan selama proses pendidikan berlangsung dan akhirnya menyelesaikan

karya sederhana ini.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Hazi Kurnia, dilahirkan di Desa Alai pada tanggal 11 September 1993, merupakan anak dari pasangan Bapak Suryadi dan Ibu Yunarni. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

(14)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirrobbil’alamin, Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya.

Penulisan skripsi berjudul “Interaksi Politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dan Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa Di Desa Alai Utara

Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan”, ini

merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

(15)

Skripsi ini dapat terselesaikan, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah membimbing penulis selama menempuh proses perkuliahan ;

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah meluangkan waktu, memberikan saran, arahan, dukungan, nasehat, solusi dan motivasi selama proses perkuliahan;

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan, yang telah memberikan motivasi melalui pengalaman lapangan selama proses perkuliahan;

4. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi terima kasih telah meluangkan waktu, memberikan memberikan saran, arahan, dukungan, nasehat, solusi dan motivasi selama proses bimbingan skripsi

5. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D selaku Dosen Pembahas dan Penguji terima kasih telah memberikan kritik, saran, masukan, solusi dan motivasi selama penyusunan skripsi ini;

(16)

7. Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan, Ibu Riyanti dan Pak Jumadi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian administrasi dan perlengkapan seminar serta ujian;

8. Staf akademik, kemahasiswaan, dan staf ruang baca Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, Mb Rodiyati, Bung Reza, yang telah membantu penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini; 9. Kepala Desa Alai Utara beserta seluruh jajaran staf Pemerintahan Desa Alai

Utara, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) beserta seluruh anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Alai Utara, Ketua Karang Taruna Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, dan seluruh masyarakat Desa Alai Utara, yang telah memberikan informasi dan membantu penulis dalam melakukan riset atau penelitian; 10. Ibunda Yunarni dan Ayahanda Suryadi yang tak henti dan selalu memberikan

kasih sayang yang tak bisa dihitung “Aku Sangat Menyayangi Kalian”. Kakak

laki-lakiku Apyudi Prawira, S.E., Kakak perempuanku Delly Septasi Sari, S.E., yang telah mendo’akan, membimbing dan mendukung penulis dalam

penyelesaian skripsi ini. Ku tahu bahwa apapun dan berapapun yang akan kuberikan nanti, tidak akan pernah bisa cukup, lebih, dan terbalaskan, jika dibandingkan dengan apa yang telah kalian berikan kepadaku dari dalam kandungan sampai kini dan nanti;

(17)

Leni Olandari, S.IP., Nur Diana, S.IP., “Thanks For Everythings”, tak akan pernah melupakan semua keceriaan kita selama ini;

12. Teman-teman seperjuanganku, Aan Lesmana, S.IP., Genta Rizkiansah S.IP., Dian Seputri, S.IP., Meyliza Indriyani Putri, S.IP., Nadia Annisa, S.IP., Febi Puspitasari, S.IP., Yuyun Diah Anggraini S.IP., Zakiyah Handayani, S.IP., Restia Permatasari, S.IP., Redo Putra Ramadhan, S.IP., Marendra Ramadhani, S.IP., Indra Rinaldi, S.IP., Dwiky Caprinara, Delsen Mandela, S.IP., Endi Aziz, S.IP., Faisal, S.IP., M. Afif, S.IP., Fitdia Nizilil Azki, S.IP., Yandi Darma, S.IP., Randi Mase Bustami, S.IP., Rinaldo Sinaga, S.IP., Leni Yuliani, S.IP., Riyadhi Adyansyah, S.IP., Rizki Tri Saputra, S.IP., M. Alderajad, S.IP., Nugraha Eka Prayudha, S.IP., Adelia Pramadhita, S.IP., Winda Septiana, S.IP., Santi Novitasari, S.IP., Bertha Nanda, S.IP., Balqis Annisa, S.IP., Eki Anes Wijaya, S.IP., Rizqi Khusniah, S.IP., Ulil Ilmiyati, S.IP., Nur Hasanah, S.IP., Septiana Wulandari, S.IP., Evi Suryani, S.IP., Rya Clara, S.IP., Leny Novelina, S.IP., Syalian Sepky, S.IP., Ifit Chytrine, S.IP., Christian Tuahta, S.IP., Intan Bariza, S.IP., Gita Aprilia, S.IP., Wiwik Zubaidah, S.IP., Siti Robi’ah, S.IP., , Rani Soraya, S.IP., Indah Permatasari, S.IP., Miranti Andini, S.IP., Kiki Syafdi, S.IP., Ekoman Suryadi, S.IP., Ade Septia, S.IP., Meta Arlando, S.IP., Kurnia Imam, S.IP., Rio Anggerdeni, S.IP., M.Rendra, S.IP., Natessya, S.IP., Endah Hapsari, S.IP., Siko Aggasi, S.IP., Merari Defri, S.IP., Meiza Fery Ferdian, S.IP., dan yang belum tertulis,

(18)

13. Abang-abang dan mbak-mbak Jurusan Ilmu Pemerintahan, Bang Habrianda Bukit, S.IP., Jang Lian Ifandri, S.IP., Jang Mandala Prabu, S.IP., Bang Esha, S.IP., Dongah Ricky, S.IP., Bang Opur, S.IP., Putra Ramadhan, S.IP., Tano Gupala, S.IP., Juru Motret Bang Kevin, S.IP., Juru Motret Bang Ade, S.IP., Mbak Siska Fitria, S.IP., Mbak Eta, S.IP., Mbak Dewi Astriya, S.IP.,

Terimakasih atas do’a, dukungan serta motivasinya;

14. Kakak yang telah menjadi saudara berbeda darah MasYayan Andryanto, Mas Adit, Bang Acep (Kedot), saudara satu atap Sindika Pratama, Hendra Afriyando, Reza Adi Wijaya, terimakasih telah memberikan banyak motivasi dan membangkitkan suasana hati serta mampu me-refreshpikiran penulis; 15. Adik-adik Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2012, Vico Bagja Lukito,

Nico Purwanto, Beler, Kirun, Nugraha, Erin, Beler, Juanda, Endrick, Miko, Nisa, Arum, Dita Winda,Terimakasih atas do’a, dukunganserta motivasinya; 16. Adik-adik Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2013, Ketum HMJ Pemerintahan Taufiq Suni Pratama, Kordum Tyas, Danang, Putri Aphrodite,

Terimakasih atas do’a, dukungan serta motivasinya;

17. Berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, demi terwujudnya kelulusan ini. Allah Maha Adil, semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan kalian, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bandar Lampung, 23 November 2015

Penulis,

(19)
(20)

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi antara aparatur desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan dalam sistem pemerintahan desa. Aparatur Desa diibaratkan sebagai lembaga eksekutif dan BPD diibaratkan sebagai lembaga legislatif. Kedua unsur tersebut merupakan mitra kerja yang bersinergi untuk kelancaran pelaksanaan pemerintahan desa. BPD juga berkewajiban untuk membantu memperlancar pelaksanaan tugas Kepala Desa, mengingat bahwa BPD dan Kepala Desa memunyai kedudukan yang sama. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa kedua unsur tersebut sama-sama memiliki tugas dan fungsi masing-masing.

(21)

2

terhadap kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Dadang Mansyur, 2010: 5) menjelaskan :

“Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Indonesia memang seringkali mengalami persoalan-persoalan yang timbul terkait dengan hubungan tersebut, seperti hubungan antara Kepala Desa dengan BPD. Beberapa issu yang terjadi dalam hubungan antara aparat desa (Kepala Desa) dengan BPD adalah sebagai berikut:

a. Adanya arogansi BPD yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari Kepala Desa, karena Kepala Desa bertanggung jawab kepada BPD; b. Dualisme kepemimpinan desa, yaitu kepala desa dengan

perangkatnya dan Badan Permusyawaratan Desa, yang cenderung saling mencurigai;

c. Sering terjadi mis-persepsi sehingga BPD sebagai unsur legislatif desa tetapi melakukan tugas dan fungsi eksekutif kepala desa; d. Anggota BPD sering belum bisa memilah antara fungsi

pemerintahan desa dengan pemerintah desa;

e. Kondisi sumberdaya manusia BPD yang masih belum memadai; f. Kinerja perangkat desa menjadi tidak efektif karena banyak mantan

calon Kepala Desa yang tidak jadi kepala Desa menjadi anggota BPD dan cenderung mencari-cari kesalahan perangkat desa bahkan ada kesan pula mereka berusaha untuk menjatuhkan Kepala Desa. Sumber : (http://repository.unri.ac.id/xlmlui/bitstream/handle/.pdf di akses pada tanggal 25 maret 2015)

Terkait dengan penelitian sebelumnya penulis mencantumkan skripsi terdahulu yang berjudul Relasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. penelitian ini dilakukan oleh Ayu Novita Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

(22)

3

Desa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menjelaskan dan mendeskripsikan kondisi yang sedang terjadi dilapangan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwasanya relasi antara kepala desa sebagai lembaga eksekutif dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislatif adalah berkedudukan setara sebagai mitra kerja tanpa ada subordinasi dibawahnya. Tetapi karena kurangnya pemahaman mengenai struktur pemerintahan mengakibatkan adanya kekuatan lembaga di salah satu pihak. Kepala Desa lebih mendominan dalam perumusan Peraturan Desa dari pada Badan permusyawaratan Desa (BPD) dikarenakan ternyata kelembagaan Kepala Desa Lebih kuat dibandingkan dengan BPD, dalam proses pembuatannya melalui 3 tahap yaitu input, proses dan output. Input terdiri dari tuntutan dan dukungan oleh masyarakat Desa melalui perwakilan- perwakilan yang dibahas dalam forum Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang kemudian disahkan oleh BPD menjadi sebuah output yaitu Peraturan Desa Plumbungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Sumber: (http://journal.unair.ac.id di akses pada tanggal 11 juni 2015, pukul 21:00 WIB.)

Berdasarkan penjelasan di atas yang menjadi fokus penelitian ini adalah relasi kedudukan Kepala Desa sebagai lembaga eksekutif di tingkat desa dan Badan Permusywaratan Desa (BPD) selaku lembaga legislatif. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa Kepala Desa lebih dominan dalam pembauatan pearturan desa sedangkan BPD merupkan mitra kerja pemerintah desa.

(23)

4

Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Proses Sinergisitas Dengan Kepala Desa Untuk Membangun Pemerintahan Yang Demokratis di Desa Matekan Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. (Siska Dewi Agustin, 2012: 8)

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui peran BPD dalam upaya membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan Kepala Desa dan BPD dalam proses sinergisitas untuk membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. Penelitin ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskripif. Tehnik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara, studi dokumen, dan observasi. Subyek penelitian ini adalah ketua BPD, Kepala Desa, tokoh masyarakat desa Matekan, Kabupaten Probolinggo.

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Selain itu BPD juga beperan mengawasi pelaksanaan roda pemerintahan desa apabila adanya penyelewengan atas kewenangan dan kekuasaan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dalam melakukan pengawasan terhadap suatu program pemerintah, fungsi pemerintahan,

2. Pola hubungan dalam membangun pemerintahan yang demokratis ini harus baik dan kompak dalam menjalankan sistem pemerintahan di desa karena demi kesejahteraan dan mencapai pemerintahan yang demokratis desa ini. Antara BPD dan Kepala desa pola hubungannya harus baik karena untuk kenyamanan dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang professional.

(24)

5

desa juga butuh partisipasi masyarakat desa agar pembangunan desa bisa berjalan dengan baik dan lancar, karena dalam menjalankan pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat penting demi kelancaran pembangunan desa. ketiga, dalam melaksanakan program desa tentang pembangunan desa masih terjadi beda persepsi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yaitu dalam menjalankan program pembangunan desa terjadi terjadi tarik menarik pembangunan yang akan segera di selesaikan. Tapi kendala tersebut masih bisa di selesaikan dengan cara musyawarah mufakkat. Karena jalan satu-satunya dalam mengatasi beda persepsi itu adalah musyawarah mufakat.

Sumber : (http://jurnalonline.um.ac.id/ di akses pada tanggal 12 juni 2015, pukul 10:00 WIB)

Berdasarkan penjelasan di atas yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini

adalahPeran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Proses Sinergisitas Dengan Kepala Desa Untuk Membangun Pemerintahan Yang Demokratis di Desa Matekan Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. Hal ini menunjukan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan di lakukan oleh penulis. Penelitian yang akan di lakukan oleh penulis berjudul interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

(25)

6

Berdasarkan wawancara dari salah satu masyarakat setempat, Apyudi Prawira yang menyatakan :

“Peran Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dalam pelaksanaan pemerintahan desa saat ini belum terlihat sebagaimana mestinya. Seperti tidak ada kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan pemerintah desa. Padahal kami mengharapkan adanya perhatian dari BPD, karena BPD adalah penampung aspirasi dari masyarakat seharusnya” . (Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 13.44 WIB)

Selaras dengan pendapat Apyudi Prawira, Sabilly Rahman sebagai masyarakat setempat pun memberikan komentarnya mengenai koordinasi BPD:

“Selama ini koordinasi Badan Permusyaratan Desa (BPD) tidak terlihat harmonis. Seperti dalam pengambilan keputusan hanya terlihat dari salah satu pihak saja. Sehingga cenderung kekuasaan yang di pegang hanya dikuasai oleh Kepala Desa dan ini sudah terjadi dari tahun-tahun sebelumnya, sampai saat ini belum ada perubahan koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa”. (Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada Hari Sabtu, 21 Maret 2015 pukul 16. 54 WIB).

Pernyataan Sabily Rahman diperkuat oleh pernyataan Kepala Desa Alai Utara menurutnya:

“Keaktifan Badan Permusyawaratan Desa saat ini memang kurang aktif. Selama kurang lebih dua tahun Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) baru melakukan rapat sebanyak tiga kali. Memang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Alai Utara kurang aktif karena masih perlu arahan mengenai tugas dan fungsi sebagai Badan Permusyawaratan Desa”. ( Berdasarkan wawancara yang dilakukan oeh peneliti Pada Minggu, 5 April 2015 pukul 16.21)

(26)

7

terhadap pelaksanaan pemerintahan desa. Kondisi ini sama halnya dengan kepemimpinan sebelumnya dimana Badan Permusyawaratan Desa (BPD) kurang memahami dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tentunya bisa menciptakan keharmonisan sehingga dapat menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat melalui aspirasi-aspirasi dari masyarakat.

Berdasarkan observasi di lapangan pada tanggal 3 April 2015 bahwa interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa memang kurang terlihat begitu baik. Hal ini terlihat pada aktivitas kegiatan pemerintah desa di Kantor Desa Alai Utara yang tidak aktif. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa semestinya memiliki kegiatan rutin agar interaksi politik dari dua lembaga ini bisa berjalan dengan baik. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa masing-masing kedua unsur pemerintah desa sudah memiliki tanggung jawab seperti tugas dan fungsi aparatur desa.

(27)

8

Permusyawaratan Desa merupakan salah bentuk kontribusi yang bisa dilakukan oleh BPD namun hal tersebut belum dilakukan oleh Badan Permusyawartaan Desa (BPD) Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai permasalahan ketidakaktifan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) penulis melihat dari absensi kehadiran rapat sebagai berikut:

Tabel 1. Absensi Rapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Perangkat Desa 25 Februari Tahun 2015 tentang Pembentukan Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) dalam Pelaksanaan Bantuan Stimulus Perumahan Swadaya di Desa Alai Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

NO Nama Jabatan Absensi Hadir Tidak

Hadir 1 Zulman Kepala Desa Alai Utara 

2 Indrawandi Sekretaris Desa 

3 Ebiet Fiaramon Kaur Pemerintahan 

4 Agusin, SE Kaur Ekobang 

5 Herwanto, S.PdI Kaur Kesra 

6 Rudi Ananto Kap. Kantibmas 

7 Sapli Kap. P. Tani 

8 Hedi Kadus I 

9 Hairon Kadus II 

10 Zulkipli Kadus III 

11 Yendi Herwan Kadus IV 

12 Abd. Aripin, S.PdI Ketua BPD 

13 Mat Darmali Wakil Ketua BPD 

14 Dedi Efrian Sekretaris BPD 

15 Kurnia Anggota 

(28)

9

menunjukan bahwa kehadiran rapat aparatur pemerintah desa belum maksimal. Terlihat dari jumlah kehadiran yang tidak mencapai 20 orang. Hal ini terlihat dari total jumlah pemerintah desa 20 orang, sedangkan yang hadir hanya 12 orang (60%) dan yang tidak hadir berjumlah 8 orang (40%).

Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah, karena pemerintahan desa yang berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat didukung dan ditentukan oleh aparat desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintah Daerah. Interaksi semestinya dilakukan dengan baik oleh pemerintahan desa sehingga dapat menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

(29)

10

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Permasalahan yang terjadi adalah kurangnya koordinasi dan solidaritas antara Kepala Desa dan BPD di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Praktik-praktik hubungan kerja yang kurang harmonis dan menunjukkan kecenderungan terjadinya dominasi oleh Kepala Desa dibadingkan Badan Permusyawaratn Desa (BPD). Disisi lain, kententuan Undang-Undang Nomor. 6 tahun 2014 tentang Desa yang mengatur mengenai fungsi dan kewenangan kepala desa juga telah melebihi batas kewenangan.

Sehubungan dengan itu, pelaksanaan fungsi pemerintahan desa yang efektif, mutlak diperlukan karena pemerintah desa merupakan lembaga yang memiliki peran dan potensi yang cukup besar dalam proses perumusan desa. Selain itu. Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang seyogianya merupakan unsur pemerintah desa yang harus bersama-sama dalam melaksanakan pemerintahan desa.

(30)

11

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. 2. Apa implikasi interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dengan Kepala Desa terhadap kinerja pemerintah desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaksan interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil yang akan dicapai pada penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan interaksi politik antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Aparatur Desa.

2. Secara Praktis

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Interaksi Politik

1. Pengertian Interaksi Politik

Aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari proses interaksi, baik sesama individu secara perseorangan, individu dan kelompok maupun kelompok dan kelompok. Selain faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang mencakup kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan intergratif, manusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain. Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi yang semestinya dilakaukan oleh seorang individu maupun kelompok bahkan didalam suatu lembaga harus melakukan komunikasi. Hal ini agar koordinasi dalam suatu lembaga bisa berjalan dengan baik.

(32)

13

Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua belah pihak.

Berdasarkan penjelasan di atas, maksud dari interaksi politik dalam penelitian ini adalah hubungan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok yang memiliki tujuan yang sama melalui jabatan-jabatan politik dan pemerintahan. Jabatan-jabatan politik dan pemerintahan tersebut dipilih secara demokrasi yang melibatkan masyarakat. Interaksi politik dalam penelitian ini melibatkan dua unsur pemerintahan desa yaitu BPD dan Kepala Desa sehingga dapat dilihat seperti apa proses interaksi politik yang terjadi dalam pelaksanaan pemerintahan desa di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

Penulis berpendapat dalam menjalankan roda pemerintahan perlu dilakukannya sebuah interaksi. Interaksi merupakan suatu hubungan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Sehubungan dengan penjelasan beberapa para ahi mengenai interaksi politik penulis menyimpulkan bahwa suatu hubungan yang dinamis yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Interaksi politik memiliki fungsi yang sangat penting baik dalam kehidupan maupun dalam sebuah lembaga pemerintahan.

(33)

14

pendapat Madani (2011:137), terdapat mekanisme interaksi Pemerintah Daerah dengan DPRD dalam pembahasan rancangan APBD, yaitu:

1. Akomodasi

Akomodasi diartikan sebgai suatu keadaan saling menguntungkan kedua kelompok aktor karena masing-masing sudah dipenuhi kepentinganny sehingga tidak terjadi perdebatan program yang serius. 2. Dominasi

Dominasi diartikan sebgai suatu keadaan yang menunjukkan adanya pertanyaan yang tidak terarah dan asala bertanya sehingga tidak substatif terhadap materi bahasan, sehingga pemerintah tidak mampu memberikan jawaban yang semestinya.

3. Kompromi

Kompromi diartikan sebagai suatu keadaaan dengan adanya tawar-menawar program yang ada akhirnya dapat berkibat pada pemberian

fee(biaya tambahan) pada DPRD.

(34)

15

Keadaan yang terjadi di Desa Alai Utara dalam pelaksanaan pemerintahan desa didominasi oleh Kepala Desa. Proses akomodasi yang terbentuk terlihat dalam proses kompromi atau paksaan yang digunakan pada pelaksanaan pemerintahan desa. Paksaan yang dimaksud lebih kepada keharusan BPD untuk ikut dengan perintah kepala desa sehingga BPD dilarang memberikan anggapan, tanggapan dan kritikan atau malah kritikan yang diberikan kepada kepala desa diabaikan saja tidak ada tindak lanjutnya.

Proses dominasi dalam konteks penelitian ini melihat tugas dan kewenangan dari kepala desa yang seharusnya dengan aktivitas yang terjadi dilapangan. Kepala desa seringkali ingin menjadi yang paling baik, pintar dan mengerti sehingga terkadang mengabaikan bahwa yang dikerjakan merupakan kepntingan publik sehingga akan sangat menggangu apabila hanya dirumuskan oleh satu orang atau satu lembaga saja. Kompromi yang dimaksud dalam penelitian ini melihat adanya suatu kesepakatan bersama antara kepala desa dengan BPD atau masyarakat terakait pelaksanaan pemerintahan agar semua yang akan dilakukan melalui proses yang sudah disepakati bersama.

(35)

16

dalam suatu kepentingan publik. Pola kompromi yang dibentuk berupa negosiasi dalm bentuk rancangan pelaksanaan pemerintahan desa.

2. Karakteristik Interaksi Badan Pemusyawaratan Desa dan Kepala Desa

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial, oleh karena itu interaksi sosisal merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Selanjutnya dalam hal ini pengertian interaksi difokuskan kepada hubungan timbal balik yang saling memiliki diantara orang atau institusi, oleh karena itu interksi akan hanya akan terjadi bila terdapat reaksi dari kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya.

Menurut Soekonto (Madani, 2011: 48), syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk yaitu antara orang-perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok, dan antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

(36)

17

1. Proses interaksiassosiatifdalam bentuk-bentuk : a. Kerjasama (corporation)

b. Akomodasi (accomadation) dan c. Asimilasi (assimilation)

2. Proses interaksidisosiatifdalam bentuk-bentuk : a. Persaingan (competition)

b. Kontravensi (kontravension) c. Pertentangan, pertikaian (conflict)

Menurut Poerwanti Hadi Pratiwi (2012: 1), dalam diskusi pengembangan bahan ajar, Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang mengacu kepada adanya kesamaan, keserasian dan keseimbangan pandangan atau tindakan dari orang-perorangan atau kelompok orang dalam melakukan interaksi sosial. (http://staf.uny.ac.id..kehidupan%20sosial%man... diakses pada tanggal 12 juni 2015 pukul 02:22 WIB). Proses sosial asosiatif dibentuk dalam kerjasama maupun persetujuan. Menurut Soekonto (Madani, 2011: 50), proses asosiatif diwujudkan dalam bentuk kerjasama maupun persetujuan. Soekonto menjelaskan bahwa proses asosiatif terbagai dalam dua bentuk interaksi yaitu kerjasama (cooperation) dan akomodasi (accomodation).

Bentuk proses interaksi asosiatif yang pertama adalah kerjasama (cooperation). Menurut cooley (Madani, 2011: 50), bentuk kerjasama diantara orang perorang atau antar kelompok dibangun berdasarkan konsep berikut, yaitu :

(37)

18

kerjasama tentu didasari orientasi masing-masing individu sebagai bagian dari sebuah kelompok (in-graup) dengan kelompok lainnya (out-group). menguat atau melemahnya kerjasama yang dibangun antara dua kelompok ditentukan oleh berbagai aktivitas eksternal yang berdampak pada kedua kelompok yang saling berkerjasama. jika aktivitas tersebut mengancam nilai, kepentingan dan eksistensi kelompok-kelompok yang menjalin kerjasama tersebut maka akan terjadi pengutan kerjasama yang dibangun.

Menurut Thompson dan McEwen (Madani, 2011: 51), ada lima bentuk indikator untuk mengidentifikasi kerjasama yaitu kerukunan, tawar-menawar (bargaining), kooptasi (co-optation), koalisi (coalition) dan joint venture. berdasarkan bentuk kerjasama di atas, interaksi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa dapat digolongkan kedalam tiga bentuk indicator yaitu tawar-menawar, kooptasi, koalisi.

Menurut Thompson dan McEwen (Madani, 2011: 51), ada tiga bentuk indikator untuk mengidentifikasi bentuk kerjasama adalah sebagai berikut :

1. Tawar-menawar mencermikan pertukaran kepentingan, barang dan jasa diantara dua kelompok atau lebih yang diikat melalui perjanjian.

2. Kooptasi adalah masuknya atau diterimanya unsur-unsur baru pada kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi melalui suatu proses seabagai upaya menjaga kestabilan.

3. Koalisi merupakan interaksi melalui kombinasi antara dua organisasi atau lebih karena memiliki tujuan bersama. Pada pelaksanaannya, koalisi yang dibentuk ini dapat menimbulkan ketidakstabilan karena tiap-tiap organisasi memiliki nilai dan struktur yang berbeda, namun adanya tujuan bersama yang ingin dicapai maka koalisi akan mengarah kepada kooperatif.

(38)

19

program kerja atau pembuatan peraturan desa. Kepentingan dari antara ketiga aktor tersebut berbeda, sehingga akan terlihat kerjasama yang seperti apa yang diterapkan dalam penelitian ini. Kerjasama dalam pelaksanaan pemerintahan desa dapat dilihat berdasarkan hasil tawar menawar antara satu aktor kepada aktor yang lain, menjaga stabilitas pelaksanaan pemerintahan desa serta menjalin interaksi yang baik dari kedua unsur tersebut.

Bentuk proses interaksi asosiatif yang kedua adalah akomodasi (accommodation). Menurut Soekonto (Madani, 2011: 51), konsep akomodasi adalah :

Upaya dalam mengatasi pertentangan atau konflik yang terjadi antara oragnisasi yang satu dengan yang lainnya tanpa menimbulkan kekalahan atau kerugian oragnisasi yang terlibat di dalamnya. ada dua tujuan yang terdapat dalam akomodasi yaitu mengurangi pertentangan yang terjadi dengan menghasilkan solusi baru yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dan mengatasi atau mencegah terjadonya konflik sebagai akumulasi pertentangan yang terjadi.

(39)

20

1. Coerciatau Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya unsur keterpaksaan, karena kelompok atau organisasi yang satu berada pada posisi yang lemah dibandingkan dengan oragnisasi atau kelompok lainnya. Bentuk paksaan ini dapat dilakukan secara fisik (langsung) misalnya dengan pengarahan masa atau simpatisan dari kelompok atau organisasi tertentu untuk meneken kelompok atau oragnisasi lawannya atau pun dilakukan secara psikologis (tidak langsung) yaitu dengan membentuk opini public yang bersifat menekan atau bahkan menyebar opini buruk (black propaganda). 2. Compromise atau Kompromi adalah bentuk akomodasi yang terjadi

jika organisasi atau kelompok yang saling berinteraksi mengurangi tuntutanya untuk mencapai kesepakatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, akomodasi dilakukan untuk upaya mengatasi pertentangan yang ada antara BPD dan Kepala Desa dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Terdapat dua bentuk akomodasi yaitu unsur paksaan dan saling berinteraksi mengurangi tuntutan untuk mencapai kesepakatan.

Bentuk proses assosiatif yang ketiga asimilasi. Menurut Madani (2011: 52) asimilasi adalah usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan

kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

Berdasarkan penjelasan di atas maksud dari asimilasi dalam penelitian ini

adalah penggabungan ide-ide dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dan Kepala Desa untuk mencapai kesepakatan bersama baik dalam

perumusan kebijakan maupun pembuatan peraturan desa sekaligus agar

(40)

21

Menurut Madani (2011: 52), proses disosiatif adalah oppotional proses yang secara mendasar dapat diartikan sebagai upaya orang perorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Proses disosiatif ini dapat didefenisikan dalam tiga bentuk yaitu persaingan (competition), kontravensi (contravention), dan pertentangan atau pertikaian (conflict). Menurut Gillin (Madani, 2011: 52) persaingan (competion) dapat diartikan sebagai berikut :

Suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok –kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang tela ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan

Persaingan memiliki dua tipe umum yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Bersifat pribadi, orang perseorangan atau individu secara langsung bersaing untuk memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu pelaksanaan pemilihan kepala desa. Tipe ini juga dinamakan rivary.

Persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terajadi antara dua calon kepala desa yang bersaing untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat di suatu desa tertentu.

(41)

22

1. Persaingan ekonomi. Persaingan di bidang ekonomi timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen. Dalam teori ekonomi klasik, persaingan bertujuan untuk mengatur produksi dan distribusi. Persaingan adalah salah satu cara untuk memilih produsen-produsen yang baik. Bagi masyarakat sebagai keseluruhan hal demikian dianggap menguntungkan, karena produsen yang terbaik akan memenangkan persaingannya dengan cara memproduksi barang dan jasa yang lebih baik dan dengan harga yang rendah.

2. Persaingan kebudayaan. Persaingan dalam bidang kebudayaan terjadi ketika para pedagang barat berdagang di pelabuhan-pelabuhan Jepang . hal yang sama juga terjadi sewaktu kebudayaan Barat, yang dibawa oleh orang-orang Belanda pada akhir abad ke-15 jadi berhadapan dengan kebudayaan Indonesia. Persaingan dalam bidang kebudayaan dapat pula menyangkut, misalnya persaingan di bidang keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan seterusnya.

3. Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.

4. Persaingan ras, sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniah lebih mudah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, persaingan digunakan untuk mencari keuntungan-keuntungan dalam pelaksanaan pemerintahan desa. persaingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pesaiangan kedudukan dan peranan. persaingan kedudukan terjadi karena merasa sama-sama dipilih, memiliki kekuasaan penuh dan segala keputusannya menyangkut masyarakat luas.

(42)

23

oleh sikap atau perilaku ketidaksukaan yang tersembunyi terhadap orang perorang atau kelompok namun tidak sampai mengarah kepada pertikaian ataupun jika terjadi cenderung tertutup.

Menurut Wiese dan Backer (Madani, 2011:53), ada lima bentuk kontravensi yaitu :

1. Umum, aktivitas yang tergolong dalam bentuk ini antara lain penolokan, protes dan perlawanan.

2. Sederhana, dalam bentuk ini aktivitas yang dilakukan anatara lain mengencam, menyangkal peryataan pihak laan dan memfitnah. 3. Intensif, bentuk kontavensi yang meliputi aktivtas penghasutan dan

menyabarkn desas-desus.

4. Rahasia, suatu bentuk kontravensi melalui memberikan rahasia kelompok kepada pihak lawan atau penghianatan.

5. Taktis, bentuk kontravensi melalui aktivitas untuk menggangu pihak lawan seperti yang terjadi pada kampanye pemilihan umum.

Berdasarkan penjelasan di atas, kontravensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya perilaku ketidaksukaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Desa, dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk protes terhadap kepala desa sehingga terjadi pro dan kontra antara BPD dan Kepala Desa.. Kontravensi yang terjadi biasanya berupa, penolakan terhadap kebijakan yang dibuat oleh kepala desa. Sehingga terjadi protes dari suatu lembaga seperti Badan Permusyawartan Desa (BPD).

(43)

24

menentang pihak pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Menurut Gillin (Madani, 2011: 53), terdapat sebab-sebab atau akar-akar dari pertentangan antara lain adalah :

1. Perbedaan antara individu-individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka.

2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari oran perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.

3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada kepentingan ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya, umpama mengenai reorganisasi sistem nilai. Sebagaimana diketahui perubahan sosial mengakibatkan terjadinya disorganisasi pada struktur.

(44)

25

kedua unsur pemerintahan desa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterbukaan antar lembaga dalam menyelesaikan masalah.

Menurut file UPI tentang edukasi akademi dalam website (http://file.upi.edu/Direktori/.../interaksi_sosial.pdf di akses pada tanggal 13 juni 2015 pukul 14:33 WIB), pertentangan mempunyai beberapa macam pertentangan khususnya, antara lain :

1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah saling tidak menyukai. Apabila permulaan yang buruk tadi dikembangkan, maka timbul rasa saling membenci. Masing-masing pihak berusaha memusnahkan pihak lawannya.

2. Pertentangan rasial. Dalam hal ini pun para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang seringkali menimbulkan pertentangan. Misalnya, pertentangan antara orang-orang negro dengan orang-orang-orang-orang kulit putih di Amerika Serikat.

3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya ia disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.

4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat.

5. Pertentangan yang bersifat internasional. Ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara.

Berdasarkan penjelasan diatas, pertentangan yang dimaksud dalam penelitian ini terdapat dua pertentangan. Pertama, pertentangan yang terjadi antara Kepala Desa dan Ketua BPD, atau Ketua BPD dan masyarakat, dan sebagainya.

B. Tinjauan Badan Pemusyawaratan Desa

1. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa

(45)

26

dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Badan Pemusyawaratan Desa sering diikutsertakan dan didengarkan apa yang menjadi aspirasi dan masukannya.

Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 55 menjelaskan bahwa Badan Pemusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Hal ini sejalan dengan ungkapan Soekanto (2004:219) sebagai berikut: Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kedudukan pokok manusia pada dasarnya memiliki berbagai fungsi yaitu: 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka

harus bertingkahlaku atau bersikap sesuai dengan kedudukannya menghadapi masalah dalam masyarakat yang menyangkut kebutuhan mesyarakat.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

3. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial. Artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.

(46)

27

Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala Desa, Sehingga hubungan dua lembaga ini bisa berjalan dengan baik. Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil rakyat yang memiliki masa jabatan selama 6 Tahun dan dipilih secara langsung.

2. Hak Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Secara yuridis hak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mengacu kepada Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang desa pasal 61, sebagai berikut :

1. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;

2. Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan

3. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Selanjutnya anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki hak yang sama sesuai dengan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang desa pasal 62, seabgai berikut :

a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan;

c. menyampaikan usul dan/atau pendapat; d. memilih dan dipilih; dan

e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

3. Fungsi dan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

(47)

28

semestinya mampu mawakili masing-masing daerah yang memilihnya. Aneka macam peranan yang melekat pada seseorang.

Menurut Soekanto (2004:372) merupakan peranan bagi individu dalam masyarakat dalam hal :

1. Bahwa peranan-peranan tersebut harus dilakukan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

2. Peranan tersebut seyogyanya dilakukan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.

3. Melaksanakannya memerlukan pengorbanan dari kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu Dalam masyarakat, kadang kala individu yang tidak mampu melaksanakan peranannya karena untuk banyak.

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang bahkan seringkali masyarakat terpaksa membatasi peluang peluang tersebut.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 55 fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu :

1. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

2. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan 3. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

C. Tinjauan Kepala Desa

1. Pengertian Kepala Desa

(48)

29

bersama-sama dengan pembantunya yang merupakan pamong desa. Ia merupakan pelaksana dan penyelenggara urusan rumah tangga desa dan di samping itu ia menyelenggarakan urusan pemerintah. Meskipun demikian ia di dalam melaksanakan tugasnya ia memiliki batasan-batasan tertentu, ia tidak dapat menuruti keinginannya sendiri

Berdasarkan penjelasan di atas, kepala desa merupakan kepala oraganisasi dan memiliki tugas dan fungsi dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Kepala Desa memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalakan pemerintahan desa. Meskipun demikian kepala desa tidak dapat menjalankan pemerintahan desa dengan sewenang-wenang kerena di bawah kepala desa masih ada jajaran yang bisa mengontrol kegiatan kepala desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Swadaya Masyarakat bahkan masyarakat desa bisa mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh kepala desa.

(49)

30

Menurut Widjaja A.W (1996:11) menjelaskan bahwa kepala desa tidak diperkenankan merangkap jabatan lain atau menjadi pegawai negeri sipil di instansi mana pun, hal ini di lakukan agar ia dapat mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk kelancaran pemerintah desa. Kepala Desa bukan saja berfungsi sebagai kepala, tetapi juga sebagai seorang pemimpin .

Kemudian dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Kepala desa merupakan pemimpin tunggal yang ada di pemerintahan desa yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengatur urusan rumah tangga desa baik itu pemberdayaan masyasrakat desa atau masalah pembangunan desa, termasuk di dalamnya masalah lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup desa. Meskipun kepala desa merupakan pemimpin tunggal dalam menjaslankan tugasnya kepala desa memiliki batasan-batasan sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang.

Selanjutnya dalam menjalankan tugasnya kepala desa tidak bisa berkerja sendiri sesuai dengan keinginan hatinya, dalam membuat peraturan desa misalnya, kepala desa harus meminta pendapat desa atau masyarakat dalam rapat desa, khususnya tentang urusan yang menyangkut tentang desa. Dan hal tersebuut di atas haruslah dengan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

(50)

31

pemerintahan yang ada di desa. Seorang Kepala Desa merupakan penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggung jawab atas jalannya roda pemerintahan dan pembangunan di dalam wilayahnya. Kepala Desa memiliki masa jabatan selama 6 Tahun dan dipilih secara langsung oleh rakyat.

2. Tugas dan Wewenang Kepala Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 26 ayat 1 tugas Kepala Desa seabagai berikut :

a. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa b. Melaksanakan Pembangunan Desa c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa d. Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 26 ayat 2 Kepala Desa memiliki wewenang dalam melaksanakan pemerintahan desa seabagai berikut :

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapaiperekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

(51)

32

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Tinjauan Pemerintahan Desa

1. Pengertian Pemerintahan Desa

Menurut Widjaja (2003:27) Pemerintahan desa diartikan sebagai kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kepala Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa. Susunan organisasi Pemerintahan Desa berdasarkan Kepmendagri No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa perangkat desa terdiri dari unsur-unsur staf yaitu unsur pelayanan seperti sekretariat desa dan tata usaha, unsur pelaksana, unsur teknis lapangan seperti urusan pamong tani desa urusan keamanan dan unsur pembatu kepala desa di wilayah desa seperti kepala dusun.

Sedangkan Menurut Syafiie (2007:4) secara etimologi, pemerintahan dapat diartikan sebagai berikut :

a. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh. Yang berarti di dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.

b. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah. Yang berarti badan

yang melakukan kekuasaan memerintah.

c. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan. Berarti

perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.

Pemerintah Desa menurut Saparin (2009:19) dalam bukunya “Tata

(52)

33

Pemerintah desa merupakan simbol formal daripada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa beserta para pembantunya (perangkat desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan di atas penyelenggaraan pemerintahan desa sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan otonomi daerah. Aparatur desa merupakan tonggak pergerakan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Upaya memperkuat aparatur desa dan lembaga desa merupakan langkah untuk mempercepat dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut Nurcholis (2011:138) pemerintah memiliki tugas pokok:

a. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat.

b. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.

(53)

34

E. Kerangka Pikir

Interaksi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang harus dilakukan oleh seorang individu maupun kelompok. Bahkan di dalam suatu lembaga semestinya melakukan komunikasi baik secara individu maupun kelompok. Kemudian antar lembaga juga harus melakukan komunikasi agar koordinasi dalam sebuah sistem berjalan dengan baik. Selaras pendapat Morrisan (2009: 13), teori interaksi merupakan proses sosial dan menunjukkan bagaimana tingkah laku orang dipengaruhi aturan atau norma-norma kelompok. Selanjutnya menurut Yulianti (2003: 91), Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia dan antar orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua belah pihak.

(54)

35

Selain itu permasalahan yang terjadi di lapangan bahwa adanya ketidak aktifan suatu lembaga di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim yaitu Badan Permusyawaratn Desa (BPD). Badan Permusyawaratn Desa (BPD) cenderung kurang aktif dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sehingga belum memberikan kontribusi yang lebih sebagai lembaga yang memiliki tugas dan fungsi sebagai mana mestinya.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan salah satu lembaga yang bisa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa. Berdasrkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Badan Permusyawaratn Desa (BPD) memiliki fungsi pengawasan kepada Kepala Desa. Permasalah dalam penelitian ini adalah kontribusi BPD dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa yang kurang aktif, kurangnya inisiatif BPD dalam menuangkan pemikiran untuk pelaksanaan pemerintahan, dan BPD cenderung tidak memiliki peran dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

(55)

36

serta Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakan suatu penunjang untuk keberlangsungan jalannya pemerintahan.

Kemudian dalam pelaksanaan roda pemerintahan perlu adanya kerjasama yang baik agar pelayanan terhadap masyarakat bisa terwujud. Kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa sehingga tugas yang diberikan bisa berjalan dengan semestinya.

Secara umum kerangka pikir yang hendak dibangun dalam penelitian ini dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir Komunikasi BPD dan Kepala

Desa

Pola Interaksi Asosiatif Pola Interaksi Disosiatif

a. Kerjasama (corporation) b. Akomodasi (accomadation) c. Asimilasi (assimilation)

a. Persaingan (competition) b. Kontravensi (kontravension) c. Pertentangan, pertikaian (conflict)

Pelaksanaan Pemerintahan Desa - Baik

(56)

III . METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Masyhuri dan Zainudin (2008 :12) penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan data empiris, sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang- orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Menurut Hadari dan Mimi (1996 :176) Obyek penelitian kualitatif adalah segala bidang aspek kehidupan manusia,yakni manusia dan segala aspek yang di pengaruhi manusia.

(57)

38

bisa mendapatkan informasi secara mendetail dan lebih dalam sehingga permasalahan yang terjadi di lapangan dapat difokuskan dan penelitian kualitatif membantu penulis untuk memapaparkan lebih banyak informasi karena metode yang digunakan berupa wawancara dan obesvasi langsung di lapangan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Menurut Nawawi dan Hadari (1995:208-217) menyatakan bahwa objek penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistic (natural setting). Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditentukan lokasi penelitian dengan tidak menentukan berapa jumlahnya pada satu lokasi. Usaha mengumpulkan data hanya berhenti setelah sampai taraf ketuntasan atau kejenuhan. Tahap ini berarti sudah tidak ada lagi sumber data yang dapat memberikan informasi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

(58)

39

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan membatasi masalah yang dibahas dengan penelitian. Menurut Creswell (Herdiansyah, 2012:86) fokus penelitian adalah suatu konsep atau suatu proses yang dieksplorasi secara mendalam dalam penelitian kualitatif.

Miles dan Huberman (1992:30), menjelaskan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dianggap sebagai bagian dari reduksi data yang sebelumnya sudah diantisipasi. Kemudian penelitian kualitatif, fokus penelitian sangat penting artinya. Penentuan fokus dalam penelitian setidaknya memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi, yang juga berarti bahwa adanya fokus, penentuan tempat penelitian juga menjadi layak. Kedua, penentuan fokus secara efektif dapat dijadikan sebagai alat untuk menyaring informasi yang masuk. Sebab harus diperhatikan bahwa dalam kondisi dilapangan akan ditemui banyak data-data menarik yang apabila dipandang tidak relevan, maka data itu tidak perlu dimasukkan.

(59)

40

Maka dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini adalah meneliti tentang bagaimana Interaksi Politik Badan Pemusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim sesuai dengan hak, kedudukan, kewajiban serta fungsi yang dimilikinya. Interaksi yang dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa meliputi :

1. Proses interaksiassosiatifdalam bentuk-bentuk : a. Kerjasama (corporation)

1. Tawar-menawar

Tawar-menawar dalam penelitian ini adalah tawar-menawar dalam memberikan masukan ataupun saran dari pihak BPD kepada Kepala Desa.

2. Kooptasi

Kooptasi yang dimaksud adalah adakah tindakan dari kepala desa yang mencoba mengkooptasi (mengusai) kegiatan yang berkaitan dengan pemrintahan desa

3. Koalisi

(60)

41

b. Akomodasi (accomadation) dan 1. Koersi (Coerci)

adakah unsur pemaksaan dari Kepala Desa kepada BPD agar tidak terlalu ikut campur dalam proses pelaksanaan pemerintahan desa.

2. Kompromi (Compromise)

Kompromi yang dimaksud adalah bagaimana proses kesepakatan antara kedua unsur pemerintahan desa misalkan dalam merancang program kerja desa.

c. Asimilasi (assimilation)

Bagaimana hubungan BPD dan Kepala Desa melihat perbedaan setiap individu.

2. Proses interaksidisosiatifdalam bentuk-bentuk : a. Persaingan (competition)

1. Persaingan kedudukan

Melihat adakah unsur persaingan kedudukan agar mendapatkan kedudukan yang lebih.

2. Persaingan peranan

Melihat adakah suatu persaingan peran antara BPD dan Kepala Desa misalnya peran yang lebi dari perangkat desa sehingga BPD kurang diikutsertakan

b. Kontravensi (kontravension)

(61)

42

misalnya adanya ketidaksukaan salah satu anggota BPD kepada Kepala Desa atau kepada Ketua BPD itu sendiri bahkan kepada perangkat desa lainnya.

c. Pertentangan, pertikaian (conflict) 1. Perbedaan Kepentingan

Apakah ada perbedaan kepentingan antara Kepala Desa dan BPD dalam rangka menjalakan roda pemerintahan. 2. Perbedaan Individu

Bagaimana BPD dan perangkat desa dalam menyikapi adanya perbedaan dari setiap individu.

(62)

43

D. Jenis Data

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama, data yang diperoleh dari:

a. Hasil observasi visual, dilakukan untuk mengetahui menjelaskan bagaimana interaksi politik Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam Pelakasanaan Pemerintahan Desa. Observasi bisa dilakukan di Desa Alai Utara Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim.

b. Hasil wawancara, dilakukan pada informan yaitu: tujuan akhir yang ingin dicapai adalah memeroleh, menganalisa, menjelaskan bagaimana Interaksi BPD dan Kepala Desa dalam Pelakasanaan Pemerintahan Desa. Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis diantaranya penulis mewawancarai beberapa narasumber seperti : Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Pembangunan, Kaur Kesra, Ketua BPD dan 5 anggota BPD, Ketua Karang Taruna, 1 orang masyarakat setempat.

(63)

44

E. Informan Penelitian

Informan adalah orang-orang yang betul-betul paham atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Menurut Bungin (2007: 76) Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yamg memahami objek penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 53), yang dimaksud dengan purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2. Informan Penelitian

No Nama Jabatan

1 Zulman Kepala Desa

2 Indrawadi Sekretaris Desa 3 Ebiet Fiaramon Kaur Pemerintahan

4 Herwanto, S.Pd.i Kaur Kesejahteraan Rakyat 5 Sapli Kapelnis Pamong Tani 6 Hedi Kepala Dusun II Alai Utara 7 A. Aripin S.Pd.i Ketua BPD Alai Utara 8 Dedi Efrian Skretaris BPD Alai Utara 9 Tono Wadi Anggota BPD Alai Utara 10 Kurnia Anggota BPD Alai Utara 11 Rudi Hartono Anggota BPD Alai Utara 12 Rizal Efendi Anggota BPD Alai Utara

13 Heri Ketua Karang Taruna

14 Dodo Nopianto, SE Masyarakat Desa Alai Utara Sumber : Data Dokumen Desa Alai Utara Tahun 2015

Gambar

Tabel 1. Absensi Rapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan PerangkatDesa 25 Februari Tahun 2015 tentang Pembentukan Unit PengelolaanKegiatan (UPK) dalam Pelaksanaan Bantuan Stimulus Perumahan Swadayadi Desa Alai Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim Provinsi SumateraSelatan
Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir
Tabel 2. Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pangsa pasar bibit Ate yang demikian luas, sementara belum ada usaha sejenis secara profesional khususnya yang menerapkan teknologi tersebut membawa

Dan selama 60 tahun terakhir, ada interes yang semakin besar pada konseling yang sensitif- diversity (Jones, 2005:429). Perbedaan-perbedaan yang ada tentunya akan memengaruhi cara

Gubernur Jenderal tidak dapat menguasai tanah yang telah dibuka oleh penduduk asli, atau tanah yang biasa digunakan untuk pengembalaan, atau tanah yang termasuk

Usaha tani tanaman tahunan merupakan suatu model pendayagunaan lahan secara permanen dengan meman- faatkan lahan secara optimal melalui kombinasi tanaman tahunan dengan

6.2 Pengaruh Jenis Operasi Terhadap Waktu Kesembuhan Pasien Katarak yang melakukan Operasi di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada Bulan Oktober- Desember 2015. 50

sebanyak 645 ekor yang berarti bahwa titik pulang pokok peternak tercapai pada jumlah produksi kambing sebanyak 645 per tahun sementara rata-rata produksi usaha

Berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem E-Learning Program Studi Teknik Telekomunikasi Berbasis

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN