• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK

EPOXY

Efri Mahmuda

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknk Universitas Lampung E-mail : efrimahmuda@gmail.com

ABSTRAK

Serat ijuk merupakan serat alami yang diperoleh dari pohon aren (Arenga Pinnata Merr), dan dapat terdegradasi secara alami serta harganya lebih murah dibanding serat sintetis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh panjang serat terhadap kekuatan tarik komposit berpenguat serat ijuk dengan matrik epoxy.

Pada penelitian ini, pengekstrakan serat ijuk menggunakan sisir kawat yang berfungsi memisahkan serat ijuk dari pelepahnya. Lalu dilakukan pemilihan serat berdiameter 3 mm menggunakan micrometer sekrup. kemudian serat ijuk direndam dalam larutan NaOH 5% selama 2 jam dan dikeringkan selama 15 menit. Selanjutnya dipotong dengan panjang 30 mm, 60 mm, dan 90 mm. Lebih lanjut, pembuatan komposit menggunakan metode hand lay up dengan pencampuran resin epoxy dan hardener dengan perbandingan campuran 1 : 1 mengacu pada ASTM D638. Selanjutnya dilakukan pencampuran matrik dan serat dengan fraksi massa 80% : 20% menggunakan variasi panjang serat. Selanjutnya spesimen uji dipanaskan dalam oven dengan suhu 70oC selama 10 menit. Kemudian dilakukan pengujian tarik untuk resin epoxy murni dan untuk komposit dengan variasi panjang serat 30 mm, 60 mm, dan 90 mm. Fhoto daerah patahan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) digunakan untuk melihat mekanisme perpatahan komposit.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan regangan tertinggi dicapai pada komposit dengan panjang serat 90 mm. Kekuatan tarik yang didapat sebesar 36,37 MPa dan regangan sebesar 9,34 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit ialah daya ikat serat dengan matrik, pendistribusian serat yang merata, dan panjang kritis serat. Hasil foto SEM pada patahan komposit serat ijuk menunjukkan terjadinya fiber breaking. Hal ini menunjukan bahwa daya ikat antara matrik dan serat yang cukup baik, tetapi sebaran serat pada matrik tidak merata yang mengakibatkan kekuatan tarik komposit yang optimal tidak bisa dicapai.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF FIBER LENGTH OF MECHANICAL AND PHYSICAL PROPERTIES OF COMPOSITE FIBERS WITH EPOXY MATRIX

By

EFRI MAHMUDA

Palm fiber is a natural fiber derived from sugar palm (Arenga Pinnata Merr), and can be degraded naturally and cheaper than synthetic fibers. The purpose of this study to determine the effect of fiber length on the tensile strength of the composite of Fibers with epoxy matrix.

In this study, fiber extraction using a wire comb serves to separate the fibers from the fiber sheath. Then the selection of fiber diameter of 3 mm using a micrometer screw. Fibers soaked in 5% NaOH solution for 2 hours and dried for 15 minutes. Further cut to a length of 30 mm, 60 mm, and 90 mm. Furthermore, composite manufacturing using hand lay-up by mixing epoxy resin and hardener mixture with a ratio of 1: 1 refers to ASTM D638. Mixing matrix and fibers with a mass fraction of 80%: 20% used a variation of the fiber length. The test specimen is heated in an oven with a temperature of 70°C for 10 minutes. Tensile testing for pure epoxy resins for composites and a variety of fiber length of 30 mm, 60 mm, and 90 mm. Photo fracture area with Scanning Electron Microscope (SEM) was used to view the composite fracture mechanisms.

The test results showed that the tensile strength and ultimate strain achieved in composites with fiber length of 90 mm. Tensile strength obtained at 36.37 MPa and strain of 9.34%. Factors that affect the strength of the composite was holding capacity of fiber to matrix, a uniform fiber distribution and fiber critical length. SEM image results in the fracture of fiber composite showed the fiber breaking. This shows that the holding capacity between the matrix and the fibers are quite good but the uneven distribution of fibers in the matrix, resulting optimal composite tensile strength can not be achieved.

(3)

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

SKRIPSI

Oleh

EFRI MAHMUDA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK

EPOXY

Oleh

EFRI MAHMUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

JurusanTeknikMesin

FakultasTeknikUniversitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PANJANG SERAT

TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

Nama Mahasiswa : Efri Mahmuda

Nomor Pokok Mahasiswa : 0715021043

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing I

Dr. Eng Shirley Savetlana.T.,M.Met NIP. 197402021999102001

Pimbimbing II

Drs. Sugiyanto, M.T. NIP. 195704111986101001

2. Ketua Jurusan Teknik Mesin

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua Penguji : Dr. Eng Shirley Savetlana S.T.,M.Met ...

Penguji Utama : Nafrizal, S.T., M.T. ...

Anggota Penguji : Harnowo Supriadi, S.T., M.T. ...

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

Dr.Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. NIP. 196505101993032008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungai Dareh pada tanggal 17

Januari 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara,

dari pasangan Supriyatno S.P dan Sri Heri Sukiyati

S.Pd.

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Pulung Kencana

Tulang Bawang Barat diselesaikan pada tahun 2001,

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat

diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tumijajar

diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai

Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknik Mesin (HIMATEM) sebagai Sekretaris Bidang Minat dan Bakat

(2009/2010). Penulis juga pernah melakukan kerja praktek di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP) Lampung Tengah pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat

Mekanik dan Fisik Komposit Berpenguat Serat Ijuk Dengan Matrik Epoxy” di

(8)

MOTTO

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”

(QS. An Nahl : 78)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

urusan yang lain dan hanya kepada allah hendaknya kamu

berharap”

(QS. Al insyirah : 6-8)

“Hai orang

-orang yang beriman bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga

(diperbatasan negerimu) dan bertawakalah kepada Allah

supaya kamu beruntung.” (QS Al Imran 200)

“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah ya

ng

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,

hanya kepada-

Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman 31:14)

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan

dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan

(9)

ix

Apa yang tidak pernah MATI hanyalah HARAPAN

(Penulis)

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan kamu dengan

mereka. Karena seorang sahabat bisa lebih dekat dari pada

(10)

PERSEMBAHAN

ِميِحهرلا ِنَم ْحهرلا ِ هَ ِمْسِب

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya

kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :

Ayah bunda tercinta

motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan

dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran

mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah

bunda padaku.

Kakandaku dan adikku

Sumber inspirasi, Kebersamaan, dukungan, doa, kasih sayang, dan

perhatianmu padaku dalam hidupku

My Heart

Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabarannya yang

telah diberikan semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa

depanku

Sahabat Mesin 07’

satu senyum mengawali persahabatan satu canda mengawali

keakrapan, satu tawa menghapus kesedihan satu sapaan menghapus

kerinduan..Yang turut memberikan dukungan moril untuk terus ada

disampingku ketika harapan mulai redup

salam ku tuk sahabatku semua...

(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan lafas hamdalah penulis panjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Shalawat

serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan nabi besar Muhammad

SAW yang telah membimbing dan mengantarkan kita menuju zaman yang lebih

baik seperti sekarang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Mekanik Dan Fisik Komposit

Berpenguat Serat Ijuk Dengan Matrik Epoxy”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Harmen Burhanuddin, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

(12)

xii

3. Ibu Dr. Eng Shirley Savetlana, S.T.,M.Met selaku Pembimbing Utama Tugas

Akhir atas kesediaan dan keikhlasannya untuk memberikan dukungan,

bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sugiyanto, M.T. selaku Pembimbing Pendamping atas kesediaan

dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran untuk

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Nafrizal, S.T., M.T. selaku dosen Pembahas yang telah memberikan

masukan dalam penulisan laporan ini.

6. Bapak Harnowo Supriadi, S.T.,M.T. selaku anggota penguji yang telah

memberikan masukan dalam menulis laporan ini.

7. Bapak Drs. Sugiyanto, M.T. selaku dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen Pengajar Jurusan Teknik Mesin yang banyak memberikan ilmu

selama penulis melaksanakan studi, baik berupa materi perkuliahan maupun

tauladan dan motivasi sehingga dapat kami jadikan bekal untuk terjun ke

tengah-tengah masyarakat.

9. Kepada Papa, Mama, dan Kakakku serta adikku yang imut, yang selalu

memberikan semangat, rasa percaya diri, dan juga doa-doanya buat saya.

Terima kasih telah menguatkan saya untuk tetap berdiri tegak menghadapi

semua permasalahan yang ada.

10. Tiara Luthfi Misfafu Soleha Calon S.Sc terima kasih untuk semangatnya

yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan semangat. Nasihat dan

saran yang ia berikan adalah hal yang menolong dan membuat saya untuk

(13)

xiii

11.Teman seperjuangan Imam Munandar (Kance) yang telah bersama-sama

jatuh bangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Rekan-rekan Teknik Mesin angkatan 2007 : Ragil Kurniawan, Bakung Kuntowijayandanu, Akhmad Isnain Pulungan, Rahmat Ramadhan, Reza

Adhan, Jeffry A Hutauruk, Kak Chend, Meylia Rodiawati, Yahya Premana,

Asep Komti, Lamsihar, Desi Yanto Utomo, Acep (Ipul), Agus Kurniawan,

Joni Yanto, Indra Irawan, I Gede M, Kristopher, Bagus Rachmad Akbar,

Zanuardi, Ganjar dan Apridona, serta angkatan 2007 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas persahabatannya dan juga

bantuannya salam “SOLIDARITY FOREVER”.

13.Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu,

yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan laporan Tugas Akhir

ini untuk mencapai suatu kelengkapan dan kesempurnaan. Penulis juga

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap laporan ini memberi

manfaat, baik kepada penulis khususnya maupun kepada pembaca pada

umumnya.

Bandar Lampung, Februari 2013

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xx

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 4

II.KAJIAN PUSTAKA A. Serat Ijuk Aren ... 5

B. Komposit ... 7

C. Klasifikasi Komposit ... 15

a. Komposit serat (Fibrous Composites Material) ... 15

b. Komposit lapis (Laminated Composite Materials) ... 16

(15)

xv

d. Komposit partikel (Particulate Composites Materials) ... 17

D. Polimer Sebagai Matrik ... 21

E. Resin Epoxy ... 22

F. Katalis MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida) ... 23

G. Resin Polyester ... 24

H. Antarmuka/interface Matrik dan Penguat ... 26

I. Mekanisme Adhesi Pada Komposit ... 27

a. Adsorpsi dan Pembasahan ... 27

b. Mechanical Bonding ... 28

c. Ikatan Kimia ... 28

d. Interdifusi ... 29

J. Karakteristik Material Komposit ... 29

K. Pengujian Tarik ... 30

L. Kurva Tegangan – Regangan ... 31

M. Keuletan ... 33

N. Tegangan dan Regangan Sebenarnya ... 34

O. Pengamatan Dengan Scanning Electron Microscope (SEM) ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 36

B. Bahan Yang Digunakan ... 36

C. Alat Yang Digunakan ... 37

D. Prosedur Percobaan ... 37

a. Survey Lapangan dan Study Literature ... 37

(16)

xvi

c. Proses Pencetakan Komposit ... 38

d. Proses Pembuatan Spesimen SEM ... 40

e. Pengujian Komposit ... 40

E. Alur Proses Pengujian ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik Serat Ijuk ... 44

B.Hasil Uji Tarik ... 45

C.Hasil Uji SEM ... 60

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 63

B.Saran ... 64

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sifat resin polyester ... 26

Tabel 2. Jumlah spesimen yang akan di uji ... 42

Tabel 3. Komposisi kimia serat ijuk ... 44

Tabel 4. Kekuatan tarik serat ijuk ... 44

Tabel 5. Data hasil uji tarik untuk resin epoxy murni ... 46

Tabel 6. Hasil uji tarik untuk komposit dengan panjang serat ijuk 30 mm ... 47

Tabel 7. Hasil uji tarik untuk komposit dengan panjang serat ijuk 60 mm ... 48

Tabel 8. Hasil uji tarik untuk komposit dengan panjang serat ijuk 90 mm ... 49

Tabel 9. Pengaruh panjang serat terhadap sifat mekanis komposit berpenguat serat ijuk dengan matriks epoxy ... 49

Tabel 10. Perbandingan sifat mekanik epoxy dan poletilena densitas rendah (LDPE) ... 58

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Serat ijuk ... 5

Gambar 2. Pohon Aren ... 6

Gambar 3. Komposit dengan unsur-unsur penyusun yang berbeda-beda ... 15

Gambar 4. Komposit serat ... 15

Gambar 5. Komposit lapis ... 16

Gambar 6. Komposit partikel ... 17

Gambar 7. Resin jenis YUKALAC 157 BQTN-EX ... 26

Gambar 8. Skematik Interface matrik – penguat ... 27

Gambar 9. Mekanisme mechanical bonding ... 28

Gambar 10. Mekanisme Ikatan kimia ... 28

Gambar 11. Mekanisme interdifusi ... 29

Gambar 12. Kurva tegangan-regangan tarik ... 32

Gambar 13. Spesimen untuk pengamatan dengan SEM ... 35

Gambar 14. Cetakan spesimen uji tarik ... 38

Gambar 15. Geometri dan Dimensi Spesimen Uji Tarik Statik ASTM D 638 ... 39

Gambar 16. Skema alat pengujian tarik dengan UTM ... 40

Gambar 17. Kurva tegangan dan regangan untuk epoxy murni ... 45

Gambar 18. Kurva tegangan dan regangan komposit dengan panjang serat 30 mm ... 46

(19)

xviii

Gambar 20. Kurva tegangan dan regangan komposit dengan panjang serat 90 mm ... 48

Gambar 21. Tegangan tarik terhadap komposit panjang serat ... 50

Gambar 22. Nilai tegangan tarik bahan komposit ... 51

Gambar 23. Regangan tarik terhadap komposit panjang serat ... 52

Gambar 24. Nilai regangan tarik bahan komposit ... 52

Gambar 25. Modulus elastisitas terhadap komposit panjang serat ... 53

Gambar 26. Nilai modulus elastisitas bahan komposit ... 54

Gambar 27. Aspect Ratio pada serat ijuk ... 56

Gambar 28. Mekanisme chemical bonding ... 58

Gambar 29. Permukaan patahan komposit panjang serat ijuk 30 mm ... 60

Gambar 30. Permukaan patahan komposit panjang serat ijuk 60 mm ... 60

Gambar 31. Permukaan patahan komposit panjang serat ijuk 90 mm ... 61

Gambar 32. Serat ijuk dengan panjang 30 mm, 60 mm, dan 90 mm ... Lamp. B

Gambar 33. Serat ijuk dengan panjang 30 mm ... Lamp. B

Gambar 34. Serat ijuk dengan panjang 60 mm ... Lamp. B

Gambar 35. Serat ijuk dengan panjang 90 mm ... Lamp. B

Gambar 36. Jangka sorong untuk mengukur komposit ... Lamp. B

Gambar 37. Cetakan untuk pembuatan komposit ... Lamp. B

Gambar 38. Resin epoxy dan hardener ... Lamp. B

Gambar 39. Gelas ukur ... Lamp. B

Gambar 39. Pengaduk untuk mengaduk resin epoxy dan hardener

hingga menyatu ... Lamp. B

Gambar 40. Timbangan digital ... Lamp. B

(20)

xix

Gambar 42. Stopwacth untuk menghitung lamanya proses curing

selama pengovenan ... Lamp. B

Gambar 43. Universal Testing Machine (UTM) untuk pengujian tarik ... Lamp. B

Gambar 44. Hasil uji tarik untuk epoxy murni ... Lamp. B

Gambar 45. Hasil uji tarik untuk komposit dengan panjang serat ijuk 30 mm ... Lamp. B

Gambar 46. Hasil uji tarik untuk komposit dengan panjang serat ijuk 60 mm ... Lamp. B

(21)

I.

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi beberapa dekade ini membuat berbagai industri

konstruksi pada suatu negara semakin maju pesat. Seiring dengan itu maka

kebutuhan akan material atau bahan semakin meningkat pula. Dengan semakin

mahalnya harga material logam dikarenakan tingginya biaya proses pembuatan

logam, maka para konsumen mulai beralih kepada material non-logam seperti

komposit. Jika ditinjau dari harga bahan baku dan biaya proses produksinya,

maka material komposit relatif lebih murah dibanding material logam.

Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

yang sulit didapat seperti logam. Komposit merupakan material alternative yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Material komposit adalah

gabungan dari penguat (reinforment) dan matriks. Kelebihan material komposit

jika dibandingkan dengan logam adalah memiliki sifat mekanik yang baik, tidak

mudah korosi, bahan baku yang mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah,

(22)

2

Komposit serat alam memiliki keunggulan lain bila dibandingkan dengan serat

gelas, komposit serat alam lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi

secara alami dan harganya pun lebih murah dibandingkan serat gelas. Sedangkan

serat kaca sukar terdegradasi secara alami. Selain itu kaca juga menghasilkan gas

dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika gelas didaur ulang, sehingga perlu

adanya bahan alternatif pengganti serat gelas tersebut.

Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui

kalau serat ini sangatlah istimewa dibandingkan serat alam lainnya. Serat ijuk

diperoleh dari pohon aren (Arenga pinmata Merr), serat ini banyak digunakan

dalam industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga karena mudah didapat

dan murah.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka peneltian ini dilakukan

untuk mendapatkan data tentang sifat mekanis dan mekanisme kegagalan

komposit berpenguat serat ijuk dengan melakukan uji tarik.

B.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui kekuatan tarik komposit serat ijuk dengan panjang serat 30

mm, 60 mm, dan 90 mm.

2. Mengetahui struktur ikatan komposit yang berpenguat serat ijuk dan analisa

(23)

3

C.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang material komposit.

2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengembangkan aspek

ilmu pengetahuan tentang material teknik.

3. Bagi akademik, penelitian ini berguna sebagai referensi tentang komposit

serat alam.

4. Dengan hasil yang dicapai maka akan bisa digunakan untuk memberikan

sumbangsih khususnya komposit dengan penguat serat ijuk.

D.Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal

sebagai berikut :

a. Spesimen berasal dari bahan alami yang berupa serat ijuk dari pohon aren

b. Pembuatan komposit menggunakan serat ijuk dengan panjang 30 mm, 60

mm, dan 90 mm secara acak.

c. Pengujian sifat mekanik berupa uji tarik (tension test) dan pengamatan

struktur ikatan dengan scanning electron microscope (SEM).

d. Penggunaan serat ijuk dengan berdiameter 3 mm.

(24)

4

E.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan tugas akhir

ini adalah sebagai berikut : I Pendahuluan, pada bab ini menguraikan tentang latar

belakang, tujuan dan manfaat, batasan masalah serta sistematika. II Teori Dasar,

berisikan landasan teori dari beberapa literatur yang mendukung pembahasan

tentang studi kasus yang diambil, yaitu pengaruh panjang serat terhadap sifat

mekanik dan fisik komposit berpenguat serat ijuk dengan matrik epoxy. III

Metodologi, pada bab ini menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam

pelaksanaan penelitian. IV Hasil Dan Analisis, pada bab ini berisikan data-data

yang diperlukan dan pembahasan tentang studi kasus yang diteliti. V Simpulan

Dan Saran, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk hasil yang lebih

baik pada penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka, berisikan literatur-literatur atau

referensi-referensi yang diperoleh penulis untuk menunjang penyusunan laporan

(25)

II. KAJIAN PUSTAKA

A.Serat Ijuk Aren

Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui

kalau serat ini sangatlah istimewa dibandingkan serat alam lainnya. Serat

berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memilki banyak keistimewaan

diantaranya : (a). Tahan lama, Bahwa serat ijuk aren mampu tahan lama dan tidak

mudah terurai. (b). Tahan terhadap asam dan garam air laut, Serat ijuk

merupakan salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah

satu bentuk pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk yang telah digunakan oleh

nenek moyang kita untuk mengikat berbagai peralatan nelayan laut. (c).

Mencegah penembusan rayap tanah. Serat ijuk aren sering digunakan sebagai

bahan pembungkus pangkal kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah

untuk memperlambat pelapukan kayu dan mencegah serangan rayap.[1]

(26)

6

Keunggulan komposit serat ijuk dibandingkan dengan serat gelas adalah komposit

serat ijuk lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami dan

harganya pun lebih murah bila dibandingkan serat lain seperti serat gelas.

Sedangkan serat gelas sukar terdegradasi secara alami. Selain itu serat gelas juga

menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika serat gelas

didaur ulang, sehingga perlu adanya bahan alternatif pengganti serat gelas

tersebut. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki

sifat-sifat yang khusus dan khas yang sulit didapat dari material lain seperti logam.

Gambar 2. Pohon Aren

Serat ijuk adalah serat alam yang berasal dari pohon aren. Dilihat dari bentuk,

pada umumnya bentuk serat alam tidaklah homogen. Hal ini disebabkan oleh

(27)

7

dan musim tempat serat tersebut tumbuh. Aplikasi serat ijuk masih dilakukan

secara tradisional, diantaranya digunakan sebagai bahan tali menali, pembungkus

pangkal kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan

rayap, penahan getaran pada rumah adat karo, dan saringan air. Kegunaan

tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna

oleh organisme perusak.[5]

B.Komposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih

material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat

mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran

tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan

karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Material komposit

mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari proses

pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen[1].

Bahan penguat komposit menggunakan serat, maka serat inilah yang akan

menentukan karakteristik material komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta

sifat-sifat mekanik lainnya. Seratlah yang menahan sebagian besar gaya-gaya

yang bekerja pada material komposit, sedangkan matriks bertugas melindungi dan

mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik. Salah satu keuntungan material

komposit adalah kemampuan material yang dapat diatur kekuatannya sesuai

dengan kehendak kita. Hal ini dinamakan tailoring properties dan ini adalah

(28)

8

lainnya. Selain itu komposit tahan terhadap korosi yang tinggi serta memiliki

ketahanan yang tinggi pula terhadap beban. Oleh karena itu, untuk bahan serat

digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matriks dipilih

bahan-bahan yang liat dan lunak.[22]

Material komposit adalah kombinasi antara dua atau lebih material atau serat

pembentuknya dan mempunyai sejumlah sifat yang tidak dimiliki oleh

masing-masing komponen. Serat yang diberikan dapat berupa serat sintesis atau serat

alam sebagai bahan penguat, hal ini untuk meningkatkan kekuatan mekanik pada

komposit. Penguat yang digunakan pada polimer, baik yang termoplastik maupun

termoseting pada umumnya dalam bentuk serat (fibre), benang (filament) dan

butiran/serbuk. Sifat mekanik dari komposit banyak ditentukan oleh penguatan

serta posisi. Dilain pihak, resin memiliki ketahanan terhadap bahan kimia dan

cuaca dan untuk menambah kekuatannya maka perlu diberi bahan penguat.

Perbandingan antara resin dan penguat merupakan faktor yang sangat penting

untuk menentukan sifat struktur komposit.[2]

Dalam penelitan yang dilakukan oleh Kuncoro Diharjo, Komposit alam adalah

material yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.

Mechanical bonding komposit yang diperkuat serat alam dapat ditingkatkan

dengan perlakuan kimia serat atau mengunakan coupling agent. Perlakuan kimia,

seperti perlakuan alkali, sering digunakan karena lebih ekonomis. Tujuan

penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat tarik

(29)

9

visual dilakukan untuk menyelidiki mekanisme perpatahan. Serat rami direndam

di dalam larutan alkali (5% NaOH) selama 0, 2, 4, dan 6 jam. Selanjutnya, serat

tersebut dicuci menggunakan air bersih dan dikeringkan secara alami.

Matrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin unsaturated polyester

157 BQTN dengan hardner MEKPO 1%. Komposit dibuat dengan metode cetak

tekan pada Vf = 35%. Semua spesimen dilakukan post cure pada suhu 62oC

selama 4 jam. Spesimen uji tarik dibuat mengacu pada standar ASTM D-638.

Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik dan perpanjangan diukur dengan

menggunakan extensometer. Penampang patahan diselidiki untuk

mengidentifikasi mekanisme perpatahannya. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa kekuatan dan regangan tarik komposit memiliki harga

optimum untuk perlakuan serat 2 jam, yaitu 190.27 Mpa dan 0.44%. Komposit

yang diperkuat serat yang dikenai perlakuan 6 jam memiliki kekuatan terendah.

Penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan selama 0 jam, 2

jam, dan 4 jam diklasifikasikan sebagai jenis patah slitting in multiple area.

Sebaliknya, penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan 6 jam

memiliki jenis patah tunggal.

Kuncoro Diharjo menyimpulkan bahwa komposit yang diperkuat serat rami

dengan perlakuan 5% NaOH selama 2 jam memiliki kekuatan tarik dan regangan

terbesar, yaitu σ = 190.27 MPa dan ε = 0.44%. Semakin lama perlakuan serat

rami, maka modulus elastisitas kompositnya pun meningkat. Patahan komposit

(30)

10

selama 2 jam dapat dikalsifikasikan sebagai jenis patah banyak (splitting in

multiple area). Penampang patahan komposit yang diperkuat serat rami tanpa

perlakuan didominasi perilaku kegagalan fiber pull out. Namun pada komposit

yang diperkuat serat dengan perlakuan 5% NaOH, penampang patahannya

mengindikasikan tanpa adanya fiber pull out.[23]

Penelitian yang berjudul Karakteristik Mekanik Komposit Lamina Serat Rami

Epoxy Sebagai Bahan Alternatif Soket Prostesis ini bertujuan untuk mendapatkan

karakteristik mekanik komposit serat alam khususnya serat rami dengan matriks

epoxy yang akan diaplikasikan sebagai bahan alternatif pada desain soket

prostesis. Pengujian komposit lamina serat rami epoxy mengacu standar

American Society for Testing Material (ASTM) D 3039/D 3039M untuk

pengujian tarik dan ASTM D 4255/D 4255M-83 untuk pengujian geser.

Serat rami yang digunakan adalah serat kontinyu dengan kode produksi 100% Ne

14’S, menggunakan matriks berupa Epoxy Resin Bakelite EPR 174 dan Epoxy

Hardener V-140. Metode pembuatan sampel uji komposit lamina dengan cara

hand lay up terhadap serat rami kontinyu pada suhu kamar. Hasil pengujian

karakteristik mekanik komposit serat rami epoxy akan dibandingkan dengan

standard ISO untuk bahan plastik/polymer yang diaplikasikan pada bidang

kesehatan, khususnya untuk Prosthetics dan Orthotics. Analisis dilengkapi dengan

hasil pengamatan berbantuan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk

(31)

11

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

komposit lamina serat rami epoxy berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut

sebagai material alternatif dalam pembuatan soket prostesis atas lutut pada fraksi

volume serat 40-50%. Karakteristik mekanik komposit lamina serat rami epoxy

longitudinal pada fraksi volume serat 40% yaitu tegangan tarik 232 MPa dan

modulus elastisitas 9,7 GPa, sedangkan pada fraksi volume serat 50% tegangan

tarik 260 MPa dan modulus elastisitas 11,23 GPa. Harga ini masih lebih besar

dibandingkan dengan harga referensi pada penelitian ini, yaitu bahan polimer

yang diaplikasikan di bidang kesehatan dengan harga minimal kekuatan tarik 80

MPa dan modulus elastisitas 3 GPa. Modus kegagalan yang terjadi pada komposit

lamina rami epoxy meliputi brittle failure (getas) untuk fraksi volume serat

10-30%, bonding dan deleminasi fraksi volume serat 40-50%. Karakteristik mekanik

komposit lamina rami epoxy memenuhi persyaratan sebagai bahan soket prostesis,

mengacu pada Standard ISO: plastic/polymer for health application.[24]

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi

ITS berjudul Analisa Pengaruh Fraksi Volume Serat Aren (Arenga Pinata)

Dengan Matrik Polyester Terhadap Kekuatan Bending Dan Tarik. Pada tanaman

Aren tumbuh hampir disetiap daerah pesisir di Indonesia. Jumlahnya yang

melimpah dan tidak mengenal musim adalah beberapa keunggulan jika

dibandingkan dengan tanaman lain. Akan tetapi sangat disayangkan selama ini

tanama aren memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah hanya niranya saja yang

memiliki nilai ekonomis, sedangkan bagaian tanaman yang lainnya terbuang

(32)

12

adalah memanfaatkan ijuk tanaman aren dan mencari kekuatan tarik dan bending

yang maksimal.

Ijuk tersebut akan dijadikan material komposit dengan menggunakan matriks

polyester, dimana ijuk akan berfungsi sebagai reinforcement. Ijuk tersebut

dipotong dengan ukuran panjang 1 cm dan kemudian dicampur dengan polyester,

kemudian dicetak menjadi lembaran komposit. Setelah itu , lembaran akan

dibentuk specimen uji tarik dan bending. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variasi volume serat aren. Fraksi volume yang akan

digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa kekuatan tarik maksimal dimiliki oleh

komposit dengan fraksi volume 40% yang besarnya 13,72 GPa. Sedangkan

flexural modulus dan flexural strength tertinggi terjadi pada komposit dengan

fraksi volume 40 %, yang besarnya adalah 1268,98 GPa dan 62,76 GPa. Semakin

kecil fraksi volume serat aren, maka kekuatan tarik dan bending akan semakin

kecil.[25]

Kekuatan komposit serat rami dengan epoxy dengan variasi fraksi volume serat

(10%, 20%, 30%, 40%, 50%), menunjukkan perbandingan kekuatan pada fraksi

volume serat 40% dan 50%. Kekuatan tarik untuk komposit lamina serat rami

epoxy longitudinal pada fraksi volume serat 40% yaitu tegangan tarik 232 MPa

dan modulus elastisitas 9,7 GPa, sedangkan pada fraksi volume serat 50%

(33)

13

penelitian terhadap kekuatan tarik komposit dengan matriks polyester dengan

fraksi volume serat aren (10%, 20%, 30%, 40%), mempunyai kekuatan tarik

maksimal pada fraksi volume 40% yang besarnya 13,72 GPa. Semakin

kecil/sedikit fraksi volume serat aren, maka kekuatan tarik akan semakin kecil.[25]

Perbedaan hasil kedua penelitian ini tidak begitu jauh, dikarenakan jenis serat

yang digunakan berbeda dan matriks yang digunakan berbeda pula.

Ratni Kartini melakukan penelitan yang berjudul Pembuatan dan Karakterisasi

Komposit Polimer Berpenguat serat Alam. Polimer merupakan bahan yang

sangat bermanfaat dalam dunia teknik, khususnya dalam industri kontruksi.

Polimer sebgai bahan kontruksi bangunan dapat digunakan baik berdiri sendiri,

misalnya sebagai perekat, pelapis, cat, dan segai glazur; maupun merupakan

gabungan dengna bahan lain membentuk komposit. Untuk aplikasi struktur yang

memerlukan kekuatan dan ketegaran, mengharuskan perbaikan sifat mekanik

polimer. Untuk kebutuhan tersebut, berkembanglah komposit polimer yang

disertai penguat oleh berbagai filler diantaranya serat alam. Penggunaan serat

alam antara lain serat ijuk dan serat pisang sebagai pengganti serat buatan dapat

menurunkan biaya produksi. Hal tersebut dapat dicapai karena serat alam murah

dan sumber dayanya dapat terus diperbaharui.

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit antara matriks polmer yaitu

epoxy dan polyester dengan bahan penguat (filler) serat alam yaitu serat ijuk dan

serat pisang, serta mempelajari sifat mekanik, struktur mikro dan sifat ternal

(34)

14

serat alam sebagai bajan penguat (filler) pada matriks polimer diharapkan dapat

meningkatkan sifat mekanik terutama kekuatan tarik (tensile strength) komposit

bila dibandingkan dengan matriks polimer.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum penambahan serat pada

matriks polimer menurunkan nilai kekuatan tarik bahan komposit, kecuali untuk

komposit bermatriks epoxy dengan penguat serat ijuk. Penambahan serat ijuk

pada komposit matriks epoxy dapat meningkatkan kekuatan tarik bahan yaitu

dengan pengisian serat ijuk tiga lapis menghasilkan kekuatan tarik tertinggi 45,44

MPa, lebih besar daripada komposit matriks epoxy yaitu 37,28 MPa. Sedangkan

penambahan serat pada matriks epoxy dengan penguat serat pisang tiga lapis

kekuatan tariknya terendah yaitu 30,47 MPa. Kekuatan tarik komposit matriks

polyester 56,74 MPa, sedangkan jika ditambahkan serat pisang dan serat ijuk

kekuatannya menjadi jauh lebih kecil. Kekuatan tarik yang terkecil jika ditambah

serat pisang tiga lapis yaitu 15,26 MPa, sedangkan jika ditambah serat ijuk tiga

lapis yaitu 22,18 MPa. Secara umum penambahan serat pada matriks polimer

menurunkan nilai kekerasan bahan komposit. Dari pengamatan strukturmikro

ternyata kurangnya ikatan antara serat dengan matriks polimer dan distribusi serat

pada matriks polimer mempengaruhi nilai kekuatan tarik dan nilai kekerasan

bahan komposit. Adanya pengisian serat pada matriks polimer mempengaruhi

(35)

15

C.Klasifikasi Komposit

Sesuai dengan definisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur

penyusun. Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik

[image:35.595.156.469.193.401.2]

dalam bentuk serat, serpihan, partikel dan lapisan.

Gambar 3. Komposit dengan unsur-unsur penyusun yang berbeda-beda

Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka komposit

dapat dibedakan atas beberapa bagian antara lain :

a. Komposit serat (Fibrous Composites Material)

Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan

dasar) yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin

sabagai bahan perekat.

[image:35.595.210.454.657.713.2]
(36)

16

Komposit serat Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu

lamina atau lapisan yang menggunakan penguat berupa serat (fiber). Fiber

yang digunakan bisa berupa glass fiber, carbon fibers, armid fibers (poly

aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak (chopped

strand mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam

bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

b. Komposit lapis (Laminated Composite Materials)

Komposit laminat, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis

atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki

[image:36.595.159.484.385.571.2]

karakterstik sifat sendiri.

Gambar 5. Komposit lapis[8]

Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang

diperkuat oleh resin sebagai contoh plywood, laminated glass yang sering

(37)

17

manipulasi makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat

dan tahan terhadap temperatur.

c. Komposit serpihan

Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan

sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi

serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas

serpihan-serpihan yang saling menahan dengan mengikat permukaan atau

dimasukkan kedalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari

serpihan adalah bentuknya besar dan data sehingga dapat disusun dengan

rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas

penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling tumpang

tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida

ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi

atau perembesan.

d. Komposit partikel (Particulate Composites Materials)

Komposit partikel, komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu

butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton,

[image:37.595.217.458.657.729.2]

senyawa komplek ke dalam senyawa komplek.

(38)

18

Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan

partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama

dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban,

dan katalisator. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga

bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren

diantara fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik.[18]

Pada umumnya komposit dibagi dalam tiga kelompok adalah : (a). Komposit

Matrik Polimer (Polymer Matrix composite – PMC) bahan ini merupakan bahan

komposit yang sering digunakan yang biasa disebut dengan Polimer Berpenguat

Serat (FRP – Fiber Reinforced Polymers or Plastis), bahan ini menggunakan

suatu polimer berdasar resin sebagai matriknya, seperti kaca, karbon dan aramid

(Kevlar) yang digunakan sebgai penguatnya. (b). Komposit Matrik Logam

(Metal Matrix Composite – MMC) ditemukan berkembang pada industri otomotif,

bahan ini menggunakan suatu logam seperti alumnium sebagai matrik dan

penguatnya dengan serat seperti silikon karbida. (c). Komposit Matrik Keramik

(Ceramic Matrix Composite – CMC) digunakan pada lingkungan bertemperatur

sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat

dengan serat pendek, atau serabut-serabut (Whiskers) dimana terbuat dari silikon

karbida.

Pada umumnya komposit mengandung serat, baik serat pendek maupun serat

panjang yang dibungkus dengan matriks. Fungsi dari pada serat adalah menahan

(39)

19

melindunginya dari kerusakan baik mekanis maupun kimia. Selain daripada itu

matriks mendistribusikan beban kepada serat.[22]

Jenis-jenis serat dan contoh bahannya yang dapat digunakan sebagai penguat pada

material komposit secara umum yaitu : (a). Serat organik yaitu serat yang berasal

dari mahluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, serta dapat didaur ulang secara alami,

contoh : sabut kelapa, ijuk, dan sabut kelapa sawit. (b). Serat anorganik yaitu

serat yang sukar untuk terdegradasi (didaur ulang) secara alami, contoh : asbes,

gelas, metal, dan keramik.

Serat-serat organik dan anorganik umumnya digunakan untuk memperoleh bahan

komposit serat. Serat organik seperti selulosa, propylene, dan serat grafit pada

umumnya dikarakteristik sebagai bahan yang ringan, lentur, elastik dan peka

terhadap panas, sedangkan serat anorganik seperti gelas dan keramik merupakan

serat yang paling tinggi kekuatannya serta tahan terhadap panas.

Aplikasi dan pemakaian bahwa komposit yang diperkuat dengan serat secara luas

dipakai industri otomotif, industri kapal terbang, industri kapal laut, peralatan

militer, dan industri perabotan rumah tangga. Hal ini menunjukkan

perkembangan pesat dari material komposit, karena mempunyai sifat unggul,

yaitu sebagai isolator yang baik. Ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia.

Dengan demikian bahan komposit tidak dapat berkarat, anti rayap dan tahan

lembab. Bahan komposit alam umumnya berharga murah. Bahan komposit

(40)

20

Serat merupakan salah satu material rancang-bangun paling tua. Jute, flax dan

hemp telah digunakan untuk menghasilkan produk seperti tali tambang, cordage,

jaring, water hose dan container sejak dahulu kala. Serat tumbuhan dan binatang

masih digunakan untuk felts, kertas, sikat atau kain tebal. Industri serat dibagi

menjadi dua yaitu serat alam (dari tanaman, hewan dan sumber mineral) dan serat

sintetis. Banyak serat sintetis telah dikembangkan secara khusus untuk

menggantikan serat alam, karena serat sintetis sangat mudah diprediksi dan

ukurannya yang lebih seragam. Untuk tujuan di bidang teknik, serat gelas, serat

logam dan serat sintetis turunan bahan organik adalah yang paling banyak

digunakan. Nilon digunakan untuk belting, nets, pipa karet, tali, parasut, webbing,

kain balistik dan penguat dalam ban.

Serat sebagai penguat dalam struktur komposit mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut: (a). Kekuatan (Strength), merupakan kemampuan material untuk

menahan beban tanpa mengalami kepatahan. (b). Kekakuan (Stiffness) yaitu

sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari suatu materi. Banyak material yang kaku

memiliki kepadatan yang rendah untuk menahan deformasi dari pemasangan,

gravitasi, dan vibrasi pada saat pengoperasiannya. (c). Ketahanan korosi

(Corrosion Resistance) yaitu tidak cepat berkarat sehingga mempunyai massa

umur pakai yang panjang. (d). Ketahanan gesek/ aus (Wear Resistance). (e).

Berat (Weight) yaitu berat material yang berat dapat diubah menjadi ringan tanpa

mengurangi unsur-unsurnya. (f). Ketahanan lelah (Fatigue Life) merupakan

fenomena terjadinya kerusakan material karena pembebanan yang berulang-ulang.

(41)

21

tegangan yang jauh lebih rendah dibandingkan tegangan yang dibutuhkan untuk

menimbulkan perpatahan pada beban statik. (g). Meningkatkan konduktivitas

panas yaitu menambah laju perambatan panas pada padatan dengan aliran panas

yang mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.[5]

D.Polimer Sebagai Matrik

Matriks adalah bahan/material yang dipergunakan sebagai bahan pengikat bahan

pengisi namun tidak mengalami reaksi kimia dengan bahan pengisi. Secara

umum, matriks berfungsi sebagai : (a). Pelindung komposit dari

kerusakan-kerusakan, baik kerusakan secara mekanis maupun kimia. (b). Untuk

mentransfer beban dari luar ke bahan pengisi. (c). Untuk mengikat bahan pengisi

Secara umum, matriks dapat diklasifikasikan atas 4 jenis yaitu : (a). Termoplastik

yaitu suatu matriks dikatakan termoplastik apabila matriks tersebut dapat menjadi

lunak kembali apabila dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan. Hal ini

disebabkan karena molekul matriks tidak mengalami ikat silang sehingga bahan

tersebut dapat didaur ulang kembali. (b). Termoset, Suatu matriks dikatakan

termoset apabila matriks tersebut tidak dapat didaur ulang kembali bila

dipanaskan. Hal ini disebabakan molekul matrks mengalami ikat silang, sehingga

bila matriks telah mengeras tidak dapat lagi dilunakan. (c). Elastomer

merupakan jenis polimer dengan elastisitas tinggi (d). Polimer Natural seperti

(42)

22

Resin adalah polimer dalam komposit sebagai matrik, yang mempunyai fungsi

sebagai pengikat, sebagai pelindung struktur komposit, memberi kekuatan pada

komposit dan bertindak sebagai media transfer tegangan yang diterima oleh

komposit serta melindungi serat dari abrasi dan korosi. Resin thermoset adalah

tipe system matrik yang paling umum dipakai sebagai material komposit. Mereka

menjadi popular penggunaanya dalam komposit dengan sejumlah alasan,

mempunyai kekuatan leleh yang cukup rendah, kemampuan interaksi dengan serat

yang bagus dan membutuhkan suhu kerja yang relatif rendah. Selain itu juga

mempunyai harga yang lebih rendah daripada resin thermoplastis.[27]

E.Resin Epoxy

Resin epoxy termasuk ke dalam golongan thermosetting, sehingga dalam

pencetakan perlu diperhatikan hal sebagai berikut : (a). Mempunyai penyusutan

yang kecil pada pengawetan. (b). Dapat diukur dalam temperatur kamar dalam

waktu yang optimal. (c). Memiliki viskositas yang rendah disesuaikan dengan

material penyangga. (d). Memiliki kelengketan yang baik dengan material

penyangga. Karakter dari produksi rantai epoxy adalah kemampuan proses dan

derajat garis melintang. Pembuatan dari jaringan epoxy yang sangat bagus dengan

cara menambahkan katalis yang akan bereaksi dengan baik dengan struktur

jaringan, maka kemampuan mekanik dari epoxy tergantung dari tipe katalis yang

digunakan. Resin epoxy mengandung struktur epoxy atau oxirene. Resin ini

berbentuk cairan kental atau hampir padat, yang digunakan untuk material ketika

hendak dikeraskan. resin epoxy jika direaksikan dengan hardner yang akan

(43)

23

ruan dengan resin epoxy pada umumnya adalah senyawa poliamid yang terdiri

dari dua atau lebih rup amina. Curing time sistem epoxy bergantung pada

kereaktian atom hidrogen dalam senyawa amina.

Reaksi curing pada sistem resin epoxy secara eksotermis, berarti dilepaskan

sejumlah kalor pada proses curing berlangsung. Laju kecepatan proses curing

bergantung pada temperatur ruang. Untuk kenaikan temperatur 10oC, maka laju

kecepatan curing akan menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk penurunan

temperaturnya dengan besar yang sama, maka laju kecepatan curing akan turun

menjadi setengah dari laju kecepatan curing sebelumnya. Epoxy memiliki

ketahanan korosi yang lebih baik dari pada polyester pada keadaan basah, namun

tidak tahan terhadap asam. Epoxy mempunyai sifat ulet, elastis, tidak bereaksi

dengan sebagian besar bahan kimia dan mempunyai dimensi yang lebih stabil.

Epoxy bila diberi bahan penguat komposit epoxy mempunyai kekuatan lebih baik

dari dibandng resin lain.[27]

F. Katalis MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida)

Katalis adalah bahan yang digunakan untuk memulai dan mempersingkat reaksi

curing pada temperatur ruang. Katalis dapat menimbulkan panas saat curing

dalam hal ini dapat merusak produk yang dibuat. Katalis yang digunakan sebagai

proses curing dalam pembuatan papan yang berasal dari organic proxide seperti

methyl ethyl, ketone proxide dan acetyl acetone proxide. Dalam pembuatan bahan

komposit, campuran katalis sedikit maka papan serat yang dihasilkan akan lebih

(44)

24

Pada proses pencampuran resin polyester tersebut harus ditambahkan dengan

suatu katalis, pada penelitian ini katalis digunakan adalah katalis komersial atau

pesaran berupa MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida) yang fungsinya sebagai

zat curing yakni untuk mempersingkat waktu pengerasan dari resin polyester

tersebut. Jumlah katalis MEKPO juga berpengaruh terhadap sifat mekanik

komposit yang dihasilkan.[28]

G.Resin Polyester

Jenis perekat sintetis yang digunakan dalam industri papan serat maupun papan

partikel ada dua macam yaitu: Urea formaldehida dan Phenol formaldehida.

Perekat resin urea formaldehida biasanya digunakan untuk membuat jenis papan

yang pada aplikasinya digunakan didalam ruangan (interior) dan tidak

memerlukan ketahanan yang kuat terhadap cuaca. Keuntungan dari urea

formaldehida adalah harganya yang relatif murah, mudah dalam penuangan dan

proses pemotongan cepat dan tidak meninggalkan bekas warna pada papan yang

dihasilkan. Untuk papan yang memerlukan ketahanan terhadap cuaca atau

digunakan pada luar ruangan biasanya perekat yang digunakan adalah resin

phenol formaldehyde.[28]

Resin polyester tak jenuh merupakan salah satu jenis polimer termoset. Resin

polyester merupakan pilihan yang banyak digunakan dalam komposit modern.

Bahan ini memiliki ketahanan sifat mekanik yang baik ketika beroperasi pada

kondisi lingkungan yang panas maupun basah, ketahanan kimia yang baik,

(45)

25

dan memiliki pelekatan yang baik pada berbagai penguat. Keunggulan resin

polyester bila dibandingkan dengan resin lainnya adalah : (a). Matriks resin

polyester lebih keras. (b). Harganya yang lebih murah. (c). Mempunyai daya

tahan terhadap air, cuaca, dan pengaruh zat-zat kimia. Sifat-sifat fisik dari bahan

resin polyester yaitu : (a). Retakan baik. (b). Tahan terhadap bahan kimia. (c).

Pengerutan sedikit (saat curing)

Sifat-sifat mekanik resin polyester adalah sebagai berikut : (a). Temperatur

optimal 110oC-140oC. (b). Ketahanan dingin adalah baik secara relatif. (c). Bila

dimasukkan air mendidih untuk waktu yang lama, bahan akan retak atau pecah.

(d). Kemampuan terhadap cuaca baik. (e). Tahan terhadap kelembaban dan sinar

ultra violet.

Resin polyester merupakan resin yang sangat banyak dipergunakan pada

pembuatan komposit karena keunggulan resin tersebut jika dibandingkan dengan

resin yang lain. Keunggulan resin polyester dengan resin yang lain bla

dibandingkan adalah : (a). Matriks resin polyester lebih keras. (b).

Menghasilkan bahan yang transparan. (c). Bersifat kuat. (d). Mempunyai daya

tahan yang bak terhadap air, cuaca dan pengaruh zat-zat kimia. (e). Dapat

dilombinasi dengan semua tipe serat gelas. (f). Harganya yang lebih murah.

Resin jenis YUKALAC 157 BQTN-EX secara khusus cocok untuk proses

(46)

26

digunakan dalam pembuatan kapal nelayan, bak mandi, material bangunan, dan

[image:46.595.220.413.138.332.2]

produk FRP lainnya.

Gambar 7. Resin jenis YUKALAC 157 BQTN-EX[14]

Tabel 1. Sifat resin polyester

Item Satuan Nilai tipikal Catatan Massa jenis gr/cm 1,23 0 – 90oC

Kekerasan Hv 40 Barcol/GYZJ 934-1

Suhu distorsi panas oC 70

Penyerapan air % 0,1888 24 jam

Suhu ruang % 0,466 7 hari

Kekuatan flexural Kgf/mm 9,4 Modulus flexural Kgf/mm 300 Daya rentang Kgf/mm 5,5 Modulus rentang Kgf/mm 300

Elongasi % 1,6

Kekuatan tarik maksimum (yield strengh)

Mpa 65

H. Antarmuka/interface Matrik dan Penguat

Interface merupakan batas pencampuran antara serat dan matrik. Interface matrik

[image:46.595.110.513.420.636.2]
(47)

27

permukaan yang terbentuk diantara matriks dan penguat dan mengalami kontak

dengan keduanya dengan membuat ikatan antara keduanya untuk perpindahan

[image:47.595.139.482.193.315.2]

beban.

Gambar 8. Skematik Interface matrik - penguat

Interface dari komposit sangat mempengaruhi karakteristik komposit, karena

Interface berpengaruh terhadap proses transfer beban antara matrik dan penguat.

Interface yang kuat memberikan kekuatan yang tinggi begitu juga sebaliknya.

I. Mekanisme Adhesi Pada Komposit

Interface atau antarmuka mempunya sifat fisik dan mekanik yang unik dan tidak

merupakan sifat masing-masing matriks maupun penguatnya, antarmuka

mempunyai ikatan yang bagus. Interface dapat dikontrol untuk mendapatkan sifat

mekanis yang bagus. secara umum terdapat beberapa teori tentang mekanisme

adhesi yaitu adsorpsi dan pembasahan, interdifusi, ikatan kima dan ikatan

mekanik, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Adsorpsi dan Pembasahan

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu cairan berkumpul

diatas permukaan suatu benda padat atau suatu caiaran. Adsorpsi terjadi

Bonding Agent Matrik

(48)

28

apabila matrik membasahi permukaan serat sehingga terjadi suatu ikatan.

terjadinya pembasahan akibat adsorpsi apabila matrik memiliki energi

permukaan lebih rendah dibanding penguat serat.

b. Mechanical Bonding

Mekanisme penguncian (interlocking) terjadi antara 2 (dua) permukaan,

yaitu penguat dan matrik. Kondisi permukaan yang kasar dapat

menyebabkan interlocking yang terjadi semakin banyak dan mechanical

bonding menjadi semakin efektif. Ikatan menjadi efektif jika beban yang

diberikan paralel terhadap interface. Mekanisme mechanical bonding

[image:48.595.245.419.388.455.2]

dapat diilustrasikan seperti pada gambar 9

Gambar 9. Mekanisme mechanical bonding

c. Ikatan Kimia

Ikatan kimia dibentuk oleh grup-grup yang bersifat kimia pada permukaan

penguat dan matrik. Kekuatan ikatan ditentukan oleh jumlah kimiawi

menurut luas dan tipe ikatan kimia itu sendiri. Ikatan kimia ini terbentuk

karena ada wetting agent.

[image:48.595.243.423.666.727.2]
(49)

29

d. Interdifusi

Ikatan ini terbentuk antara dua permukaan polimer karena molekul

polimer dari satu permukaan berdifusi ke jaringan molekul pada

permukaan lain, seperti pada gambar 11. Kekuatan ikatan tergantung pada

jumlah molekul yang terlibat dan kekuatan ikatan antara molekul-molekul

tersebut.

Gambar 11. Mekanisme interdifusi

Interdifusi dapat terjadi apabila penguat dilapisi dengan polimer yang

bertindak sebagai bahan perangakai, karena danya interdifusi melalui

bahan perangkai tersebut, terbentuk daerah antara muka dengan ketebalan

tertentu yang memiliki sifat fisik, kimiawi dan sifat mekanis yang berbeda

dari sifat-sifat serat maupun resin.

J. Karakteristik Material Komposit

Salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan karakteristik material

komposit adalah perbandingan antara matriks dan serat. Sebelum melakukan

proses pencetakan komposit, terlebih dahulu dilakukan perhitungan perbandingan

(50)

30

Fraksi volume dapat dihitung dengan persamaan berikut [9]:

a. Massa komposit

Massa komposit dihitung dengan persamaan

Mc = mf + mm ... (1)

b. Massa jenis komposit

Massa jenis dihitung dengan persamaan

... (2)

c. Fraksi serat

... (3)

... (4)

Dimana mc = massa komposit (gr), mf = massa serat (gr), mm = massa matriks

(gr), = massa jenis komposit (gr/cm3), vc = volume komposit (cm3), Wf = fraksi

massa serat (%), Vf = fraksi volume serat (%), = massa jenis matriks (gr/cm3).

K.Pengujian Tarik

Kekuatan tarik (ultimate tensile strength) merupakan salah satu sifat penting suatu

material. Tujuan uji tarik dilakukan adalah mengetahui material tersebut liat atau

tidak dengan cara mengukur perpanjangnya. Kekuatan tarik adalah kemampuan

suatu material untuk menahan beban tarik. Hal ni diukur dari beban/gaya

maksmum berbanding terbalik dengan luas penampang bahan uji, dan memiliki

(51)

31

Uji tarik dilakukan dengan jalan memberikan beban pada kedua ujung spesimen

uji secara perlahan-lahan ditingkatkan hingga spesimen uji tersebut putus.

Dengan pengujian ini dapat diketahui : kekuatan tarik, beban luluh dan modulus

elastisitas (modulus young) tegangan, pengurangn luas penampang dan

pertambahan panjang.

Pengujian bertujuan untuk mengetahui regangan dan tegangan dari papan partikel

yang telah dibuat. Hasil dari pengujian ini adalah grafik beban terhadap

perpanjangan (elongasi).

Tegangan

... (5)

Regangan

... (6)

Modulus elastisitas

... (7)

Dimana : F = beban yang diberikan (N), A0 = luas penampang mula-mula (m2), L0

= panjang mula-mula, ΔL = pertambahan panjang (mm), σ = tegangan (Mpa), ε =

regangan (%), E = modulus elastisitas (Gpa).[16]

L.Kurva Tegangan – Regangan

Sebuah perubahan bentuk pada spesimen uji tarik ditunjukkan pada gambar 7.

(52)

32

beban. Efek ini disebut elastis linier. Jika beban ditiadakan, spesimen kembali ke

bentuk dan panjangnya semula.

Ketika beban mulai meningkat pada level tegangan tertentu, spesimen mengalami

perubahan bentuk permanen (plastis). Pada tingkatan itu, tegangan dan regangan

tidak lagi sebanding seperti pada daerah elastis. Tegangan di mana peristiwa ini

terjadi dikenal sebagai tegangan yield. Istilah tegangan yield juga digunakan

[image:52.595.198.429.306.504.2]

untuk menetapkan tititk di mana tegangan dan regangan tidak lagi sebanding.

Gambar 12. Kurva tegangan-regangan tarik[18]

Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum

yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya pepatahan (fracture).

Nilai kekuatan tarik maksimum ditentukan dari beban maksimum dibagi luas

penampang lintang awal.[20]

(53)

33

Keterangan rumus :

σmax : Tegangan tarik maksimum (N/mm2)

Pmax : Beban tarik maksimum (N)

Ao : Luas penampang awal (mm2)

Jika spesimen dibebani di luar kekuatan tarik maksimumnya, maka necking akan

terjadi. Sepanjang daerah necking luas penampang spesimen tidak lagi seragam

panjangnya dan lebih kecil di daerah necking itu. Ketika pengujian diteruskan,

tegangan teknik turun lebih lanjut dan spesimen akhirnya patah di daerah necking

itu. Tegangan teknik saat patah disebut sebagai tegangan patah atau putus.[18]

M. Keuletan

Keuletan adalah perilaku yang penting diamati selama uji tarik, ini adalah tingkat

deformasi plastis yang terjadi pada material sebelum patah. Ada dua ukuran

keuletan yang umum dipakai. Yang pertama total perpanjangan dari spesimen.[18]

... (9)

Keterangan rumus :

ε : Total perpanjangan spesimen (%)

L : Panjang setelah patah (mm)

Lo : Panjang mula-mula (mm)

Sedangkan ukuran keuletan/keliatan yang kedua adalah pengurangan luas

(54)

34

... (10)

Keterangan rumus :

q : Pengurangan luas penampang (%)

A : Luas penampang terkecil patahan (mm2)

Ao : Luas penampang mula-mula (mm2)

N.Tegangan dan Regangan Sebenarnya

Setelah titik tegangan maksimum, deformasi plastis menjadi terlokalisir (necking)

dan tegangan teknik (enginering stress) turun akibat reduks yang terlokalisir pada

luas penampang. Namun tegangan sesungguhnya (true stress) membesar karena

luas penampang mengecil. Kurva tegangan-regangan sesungguhnya didapat dari

konversi tegangan dan regangaan tarik dalam nilai yang sesungguhnya, dapat

diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

σt = (1 + ε)σ ... (11)

εt= ln(1 + ε) ... (12)

Keterangan rumus :

σt : Tegangan sesungguhnya (N/mm2)

εt : Regangan sesungguhnya

σ : Tegangan teknik (N/mm2)

(55)

35

O.Pengamatan Dengan Scanning Electron Microscope (SEM)

Pengamatan dengan scanning electron microscope (SEM) digunakan untuk

mengamati serat didalam matriks bersama dengan beberapa sifat ikatan antara

matriks dengan serat penguatnya. Cara untuk mendapatkan struktur mikro dengan

membaca berkas elektron, didalam SEM berkas elektron berupa noda kecil yang

umumnya 1µm pada permukaan spesimen diteliti berulang kali. Permukaan

spesimen diambil gambarnya dan dari gambar ini dianalisa keadaan atau

kerusakan spesimen. Pentingnya SEM adalah memberikan gambaran nyata dari

bagian kecil spesimen, yang artinya kita bisa menganalisa besar serat, kekasaran

[image:55.595.230.393.371.495.2]

serat dan arah serat serta ikatan terhadap komponen matriksnya.[21]

Gambar 13. Spesimen untuk pengamatan dengan SEM

Keterangan gambar :

P : Panjang spesimen uji (mm)

t : Tinggi spesimen uji (mm)

l : Lebar Spesimen uji (mm)

p

(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

a. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut

Teknologi Bandung (ITB), Bandung.

b. Pengujian kekuatan tarik di Sentra Teknologi Polimer (STP), PUSPITEK,

Serpong, Tangerang, Banten.

B.Bahan Yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Air biasa.

b. Air aquades

c. Resin epoxy, yang berfungsi sebagai matrik dalam komposit.

d. Hardener, yang berfungsi sebagai untuk mempercepat proses pengerasan

pada komposit.

e. Serat ijuk sebagai bahan penguat komposit.

f. Mirror glaze digunakan untuk melapisi antara cetakan dengan komposit,

(57)

37

C.Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Cetakan dari pelat besi, dibuat sesuai dengan spesimen uji

b. Timbangan digital untuk mengukur massa pada resin dan serat ijuk

c. Alat bantu lain yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah

jangka sorong, gunting, gelas ukur, oven, gerinda, gergaji besi, mika tahan

panas, stopwatch, pengaduk dan amplas.

D.Prosedur Percobaan

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan,

yaitu :

a. Survey Lapangan dan Study Literature

Pada penelitian ini, proses yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan

Gambar

Gambar 1.  Serat ijuk
Gambar 2.  Pohon Aren
Gambar 4.  Komposit serat
Gambar 5.  Komposit lapis[8]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian adalah kadar IFN- γ pada penderita tuberkulosis paru lebih rendah dibandingkan kadar IFN- γ pada bukan penderita tuberkulosis dan perbedaan tersebut

program informasi menjadi sajian yang memiliki daya tarik yang luar biasa.. Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang

22 Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2011, rasio jenis kelamin pada pasien anak dengan autisme adalah 7 : 1, akan tetapi dalam penelitian tersebut disebutkan

20 Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan

Melalui pendekatan ilmu desain dan kriya penulis akan membuat busana wanita yang terinspirasi dari karakter dewi-dewi pada zaman Mesir Kuno dengan menggunakan teknik surface

Kepada teman semasa sekolah di Tangerang Selatan, Dita, Indah, Nidya, Uyyun, Astria, Recil, Maya, Tia, Irfan, Bayu, Ole, dan lain sebagainya karena terlalu

Dalam melakukan penelitian atau seminar desain, ada hal mendasar yang harus dilakukan, yaitu menyusun kerangkan berfikir penelitian....

Pada parameter lama kesegaran bunga tidak menunjukkan adanya interaksi antara dua perlakuan yang diberikan.Pada parameter hasil lama kesegaran bunga menunjukkan