• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN IKAT (BONDING) ANTARA SERAT IJUK DENGAN EPOXY PADA KOMPOSIT IJUK/ EPOXY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEKUATAN IKAT (BONDING) ANTARA SERAT IJUK DENGAN EPOXY PADA KOMPOSIT IJUK/ EPOXY"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEKUATAN IKAT (BONDING) ANTARA SERAT IJUK DENGAN

EPOXY PADA KOMPOSIT IJUK/ EPOXY

Oleh

Sugiyanto

Penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun

teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun

sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti rumah tangga dan

industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan ikat

(bonding) antara serat ijuk dengan epoxy, dimana ketika ikatan yang terjadi antara

serat ijuk dengan epoxy bagus maka kemampuan bahan material untuk menahan beban yang ditahan semakin besar.

Pada penelitian ini, pengekstrakan serat ijuk menggunakan sisir kawat yang

berfungsi memisahkan serat ijuk dari pelepahnya. Lalu dilakukan pemilihan serat

yang berdiameter 0,25 – 0,35 mm, 0,36 – 0,45 mm, 0,46 – 0,55 mm dengan menggunakan mikrometer sekrup. Kemudian serat ijuk direndam dalam larutan

NaOH 5% selama 2 jam, setelah itu serat ijuk dipanaskan menggunakan

microwave selama 15 menit dengan suhu sebesar 800C.

Dari hasil pengujian dan analisa menunjukkan bahwa beban yang dapat ditahan

oleh komposit dengan beban tertinggi pada komposit yang memiliki serat

berdiameter 0,25 – 0,35 mm dan beban terendah yang dapat ditahan oleh komposit terdapat pada komposit dengan serat berdiameter 0,46 – 0,55 mm. Hal tersebut terjadi karena dengan semakin besar diameter serat, pori-pori pada serat

juga semakin besar, sehingga kekuatan mekanik dari serat akan semakin kecil.

Mekanisme kegagalan pada komposit diawali dengan adanya retak pada matriks,

kemudian akan terjadi lepasnyanya ikatan antara matriks dengan serat atau yang

disebut dengan debonding, setelah itu komposit akan mengalami fiber pull out dan

serat patah menyebabkan gagalnya komposit. Kegagalan komposit dipengaruhi

oleh Debonding yang terjadi, dimana Semakin banyak debonding yang terjadi maka semakin rendah kekuatan kompositnya.

(2)

ABSTRACT

BONDING PROPERTY BETWEEN SUGAR PALM FIBER (ARENGA

PINNATA MERR) AND EPOXY OF EPOXY COMPOSITE

By

Sugiyanto

Composites development is amanded in usage and technological aspect, not only

in otomotive but also to other aspect like property in household and industrial

needs. The purpose of this research is to find out the bonding between sugar palm

fiber and epoxy, if the bonding is good, so the ability of the material to resist the

load bigger.

In this study, fiber extraction using a wire comb serves to separate the fibers the

fiber sheath. Then the selection of fiber diameter 0,25 - 0,35 mm, 0,36 – 0,45

mm, and 0,46 – 0,55 mm using a micrometer screw. Fibers soaked in 5% NaOH

solution for 2 hours and dried for 15 minutes with a temperatur of 800C using

microwave.

Based on the test and analyze showed resist the load highest of diameter’s

specimen 0,25–0,35 mm and resist the load lowestof diameter’scomposit 0,46 –

0,55 mm. The first faillur specimen is showed matrix cracking after that

debonding and pull out, the finally is faillur composit. if many debonding

happened, the strength a composite low. Debonding have urgent position to

failluer composite.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Raman Fajar, Lampung Timur tanggal

05 Februari 1988, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara,

buah hati dari pasangan Ngadiono dan Marpuah.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 03 Rukti Sedyo diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri 1 Way Serdang Mesuji diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah

Menengah Kejuruan Islam Al-Iman 2 Banjar Agung Tulang Bawang diselesaikan

pada tahun 2007 dan pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknik Mesin ( HIMATEM ) sebagai anggota bidang kerohanian, kemudian

Kepala Departemen KSI di FOSSI FT, dan Pengurus UKM U BIROHMAH serta

aktif diorganisasi kepemudaan IKAMM TUBA (Ikatan Mahasiswa Muslim Tulang

Bawang) sebagai Ketua Umum.

Kemudian pada bidang akademik, penulis melakukan Kerja Praktek di PT. PTPN

VII Unit Usaha Bekri pada tahun 2011 dengan mengambil studi kasus mengenai

(8)

Selain itu Penulis pernah menjadi Asisten praktikum di Laboratorium Metrologi

Industri pada tahun 2011 s/d 2013. Dan pada tahun 2013 s/d 2014 penulis

melakukan penelitian kekuatan ikat (bonding) antara serat ijuk dengan matriks

epoxy. Dimana penulis membuat spesimen uji, kemudian menguji kekuatan

mekaniknya serta mengamati patahan menggunakan SEM, dibawah bimbingan Ibu

Dr.Eng. Shirley Savetlana, S.T., M.Met. selaku pembimbing utama dan Bapak

Nafrizal, S.T., M.T. sebagai pembimbing pendamping.

Pada tahun 2011 s/d Sekarang Penulis telah bekerja sebagai supervisor di

Konsultan LOGIS, yaitu konsultan yang bergerak dibidang Pemilihan Kepala

Daerah (Pilkada). Ditahun 2012 s/d sekarang Penulis juga bekerja sebagai

Fasilitator Kecamatan (FK) pada KMP (Konsultan Manajemen Pendamping) pada

Program Unggulan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bentuk programnya adalah

pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan serta pengembangan ekonomi

(9)

SEGALA PUJI SYUKUR TERCURAH KEHADIRAT ALLOH

SUBHANAHUWATA ALA DENGAN RAHMAT DAN KARUNIA-NYA SERTA

RASA SYUKUR DAN TERIMA KASIH, KUPERSEMBAHKAN KARYAKU INI

KEPADA :

BAPAK & MAMAK TERSAYANG

ISTRIKU DAN ANAKKU

SERTA

ALMAMATERKU TERCINTA

TEKNIK MESIN

(10)

i

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan

nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjung

agungkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi yang berjudul “Kekuatan ikat (Bonding) antara

serat ijuk denganepoxypada komposit ijuk/epoxy“,dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak motivasi dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung

2. Dr.Eng. Shirley Savetlana, S.T., M.Met., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung dan dosen pembimbing utama tugas akhir, terima kasih

atas semua arahan, kesabaran, bimbingan dan ilmu yang telah diberikan

selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak Nafrizal, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing pendamping tugas

akhir terima kasih atas semua arahan, motivasi, bimbingan dan ilmu yang

(11)

4. Bapak Harnowo Supriadi, S.T., M.T., selaku dosen pembahas dalam seminar

tugas akhir dan penguji dalam sidang sarjana, terima kasih atas semua

saran-saran, bimbingan agar tugas akhir ini semakin lebih baik.

5. Ibu Novri Tanti, S.T., M.T., selaku koordinator tugas akhir dan Pembimbing

Akademik (PA) penulis, terima kasih telah memberikan motivasi kepada

penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dikampus hijau Universitas

Lampung.

6. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah banyak memberikan

ilmu kepada penulis, dan staf administrasi Bang Martha, Mas Dadang, Mas

Nanang yang telah banyak membantu penulis disaat mau seminar dan

lain-lain.

7. Seluruh Teknisi Laboratorium Teknik Mesin, Mas Wanto, Mas Joko, Mas

Agus, Mas Agus Produksi, Mas Fluida, mas Komputer, terima kasih atas

keakrabannya selama ini.

8. Bapak dan Mamak tersayang, yang telah memberikan cinta dan do’a tulus,

sabar menunggu dan mendoakan hingga penulis mencapai cita-cita nya.

Kupersembahkan gelar sarjana ini hanya untuk Bapak dan Mamak sayang.

9. Istri tercinta Dwi Astiti Nugraheni, S.Pd. yang selalu setia, tulus, dan

mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih atas cinta san

sayang yang telah diberikan ke Mamas.

10. Jagoan Ayah yang sholeh, Azzam Setianegara selalu menemani ayah

(12)

11. Yayukku terkasih, terima kasih atas semua dukungan dan kasih sayang selama

14. Ibu Rika Rahayu, S.Si., ibu angkat penulis yang telah membuka mata hati dan

mata fikiran selama ini. Terima kasih atas bantuannya selama ini.

15. Mamas Iparku, Mas Slamet dan dua bidadari kecilnya Mbak Puspita Dewi

dan Mbak Qaila Tsabita, terima kasih atas doa yang telah diberikan.

16. Mamas iparku, Mas Eep dan Mbak iparku Mbak Nopi serta bidadari kecilnya

Mbak Ayla, dan adik iparku Muhammad hanif terima kasih atas doa yang

telah diberikan.

17. Rekan-rekan yang telah banyak membantu untuk menyelesaikan skripsi ini,

Mathias, Mas Juni ITB, Pak Abdurahman Puspitek, Mas Yono SMKN 2

Bandar Lampung, Jaya Sukamana, S.T.,

18. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin 2007 yang telah lebih dulu

menyelesaikan studinya, Wahyu Eko Saputro, S.T., Maindra, S.T, Desiyanti

Utami, S.T., Andriansyah, S.T., Haris Darmawan, S.T., Reza Adhan, S.T.,

Jasiron, S.T., Joniyanto, S.T., Akhmad Isnain P., S.T., RCP, S.T., Candra

Aditia, S.T., Leonard Sinambela, S.T., Meylia Rodiawati, S.T., Imam

(13)

Dodi Wibowo, S.T., Hendi, S.T., Harsono, S.T., Ragil Kurniawan, S.T.,

Bakung Kunto W., S.T.,

19. Temen-temen 07 yang sedang cuci gudang, Indra irawan, M. Zanuardi,

Ganjar, Agus Kurniawan, Rian Atmoko, Desiyanto Utomo, Ridho

Qodratulloh, Sutrisno, Kristoper, Samuel Igor, Jefri Hutahuruk, Baharudin

Marpaung, semangat untuk semuanya.

20. Partner kerja P.T. Pesona Karya Semesta Bang Rio, S.IP., Bang Ade, S.E.,

Bang Evan M.Si., Kak Aep, S.Si., Kak Hai , Mas Larto M.P., Kak Furqon,

M.H., Kak Fitrah, S.Pd., Kak Dedi, S.H., Kak Fikri S.H., Kak Bukhori, S.H.,

Kak Jefri, S.Si. Mas Prawoto, S.Si. Mas Alif, S.Pd. Mas Mumu S.T., Kholid,

S.E., Umam, S.T., Nalfa, S.Kom., Budi, S.P., Wira, S.P., Danang, S.P., Ferdi,

S.T., Harry, S.Pd., Huda, S.P., Lilik, M.Kom., Janwar, S.Pd., Afandi, S.Pi.,

Yogi, S.T. terima kasih atas kebersamaannya selama ini, semoga

proyek-proyek kita akan semakin bertambah.

21. Partner kerja Konsultan Managemen Pendamping Kab. Tuba Barat Prof.

Erwan, Ir. Santo, Ir. Kamijan, Asisten Teknik Sururi, S.T., FK Gunung Agung

Teguh, S.Pd., FK Gunung Terang A.Yani, S.P., FK Lambu Kibang

Miftahudin, S.T., FK Pagar Dewa Joni, A.Md., FK Tuba Tengah Frans,

A.Md.Kep., FK Tuba Udik Desi, S.Pd., FK Tumi Jajar Fitri, S.P. semoga

(14)

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih penulis

ucapkan atas bantuan yang diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 22 Desember 2014

Penulis,

(15)

ii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Hipotesa... 4

E. Batasan Masalah... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposit ... 6

(16)

iii

C. Komposit Serat ... 13

D. Serat Ijuk Aren ... 14

E. Polimer sebagai Matriks ... 23

F. Katalis MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida) ... 26

G. Resin Epoxy ... 26

H. Pengujian Bonding. ... 29

I. Kurva Tegangan Regangan ... 30

J. Pengamatan Dengan SEM... 31

III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian... 32

B. Bahan yang digunakan ... 32

C. Alat-alat yang digunakan ... 33

D. Prosedur Percobaan ... 34

E. Alur Proses Pengujian ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Serat Ijuk ... 42

B. Hasil Uji Bonding ... 43

C. Pembahasan ... 56

(17)

iv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 58

B. Saran ... 59

(18)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi matriksepoxy... 27

2. Kelebihan dan kekurangan resinepoxy... 28

3. Perbandingan resinepoxydengan resinpolyester... 28

4. Jumlah Spesimen uji ... 39

5. Jumlah spesimen pengamatan SEM... 40

6. Kekuatan tarik rata-rata serat ijuk ... 42

7. Hasil uji tarik komposit/epoxydengan diameter 0,25–0,35 mm... 44

8. Hasil uji tarik komposit/epoxydengan diameter 0,36–0,45 mm... 48

(19)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komposit dengan unsur-unsur penyusun yang berbeda-beda... 7

2. Komposit serat ... 7

3. Komposit lapis... 8

4. Komposit partikel... 9

5. Jenis–jenis orientasi serat pada komposit berpenguat serat ... 14

6. Serat ijuk ... 15

7. Pohon Aren... 16

8. Kurvafibrevsmatrix... 30

9. Spesimen untuk pengamatan dengan SEM ... 31

10. Spesimen sampel ujiBonding... 35

11. Skema alat pengujianBondingdengan UTM ... 37

12. Pengambilan gambar dengan SEM ... 39

13. Alur Penelitian ... 41

14. Grafik tegangan vs regangan spesimen serat berdiameter 0,25–0,35 mm ... 43

15. Hasil pengamatan SEM pada spesimen A2 dengan serat yang berdiameter (0,25 mm–0,35 mm)... 45

(20)

vi berdiameter (0,25 mm–0,35 mm)... 46

17. Grafik tegangan vs regangan spesimen serat

berdiameter 0,36–0,45 mm ... 47

18. Hasil pengamatan SEM pada spesimen B1 dengan serat yang

berdiameter (0,36 mm–0,45 mm)... 49

19. Hasil pengamatan SEM pada spesimen B2 dengan serat yang

berdiameter (0,36 mm–0,45 mm)... 50

20. Grafik tegangan vs regangan spesimen serat

berdiameter 0,46–0,55 mm ... 51

21. Hasil pengamatan SEM pada spesimen C1 dengan serat yang

berdiameter (0,46 mm–0,55 mm)... 53

22. Hasil pengamatan SEM pada spesimen C2 dengan serat yang

berdiameter (0,46 mm–0,55 mm)... 54

(21)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini, menuntut pihak

produsen sektor industri konstruksi untuk semakin inovatif dalam pembuatan

suatu material yang tepat guna, tepat waktu, dan tepat harga. Mengingat betapa

besarnya kebutuhan material dalam perancangan suatu konstruksi. Kita ketahui,

harga material logam semakin tinggi dikarenakan tingginya biaya proses

pembuatan logam, yang mengakibatkan konsumen mulai beralih mencari material

yang bersifat non-logam seperti komposit. Hal itu dikarenakan harga bahan baku

dan biaya proses pembuatan material komposit lebih murah dan bahan baku lebih

mudah didapat dibandingkan dengan material logam.

Suatu material komposit harus memiliki sifat-sifat baik yang sulit diperoleh

seperti pada logam, material ini lebih ringan, memiliki kekuatan yang baik,

ketahanan fatik tinggi, tahan terhadap korosi, harga relatif lebih murah dari

material logam, serta mudah dibentuk dan difabrikasi. Material komposit adalah

gabungan dari penguat (reinforment) dan matriks. Sebagai contoh di industri

(22)

2 pembuatan badan kapal pada industri perkapalan serta untuk pembuatan pesawat

terbang dan bejana tekan.

Dalam proses pembuatan komposit, ada dua jenis serat yang telah umum

digunakan oleh peneliti. Yaitu, serat alam dan serat gelas. Serat alam memiliki

keunggulan lain jika dibandingkan dengan serat gelas, komposit serat alam lebih

ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami dan harganya pun

lebih murah dibandingkan serat gelas. Sedangkan serat gelas sukar terdegradasi

secara alami. Selain itu serat gelas juga menghasilkan gas dan debu yang

berbahaya bagi kesehatan jika serat tersebut didaur ulang.

Serat ijuk merupakan salah satu contoh serat alam, yang mungkin sebagian orang

sudah mengetahui kalau serat ini sangatlah istimewa dibandingkan serat alam

lainnya. Serat ijuk diperoleh dari pohon aren (Arenga pinmata Merr), serat ini

banyak digunakan dalam industri-industri meubel dan kerajinan rumah tangga

karena mudah didapat dan murah.

Kekuatan ikat antara serat dan matrik perlu untuk diketahui, karena dari kekuatan

ikat inilah akan diketahui seberapa besar kekuatan ikat antara serat dan

matriksnya. Beberapa penelitian tentang komposit masih jarang yang membahas

kekuatan ikatnya, masih banyak yang melihat hasil pengujian dengan melihat

(23)

3 Fenny T. Kurniawati, Hiroomi Homma, Motoharu Yamauchi dan Fergyanto E.

Gunawan telah melakukan studi tentang kekuatan ikat antara serat gelas dan

matrik. Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan kekuatan serat lebih besar

dibandingkan dengan kekuatan matriknya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui kekuatan ikat antara serat dengan matrik pada semua spesimen

uji.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui kekuatan ikat (bonding) antara matrik dan serat.

2. Mengetahui struktur ikatan komposit yang berpenguat serat ijuk dan analisa

kerusakan komposit.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang material komposit.

2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengembangkan aspek

ilmu pengetahuan tentang material teknik.

3. Bagi akademik, penelitian ini berguna sebagai referensi tentang komposit

(24)

4 4. Dengan hasil yang dicapai maka akan bisa digunakan untuk memberikan

sumbangsih khususnya komposit dengan penguat serat ijuk.

D. Hipotesa

Hipotesa untuk penelitian ini adalah ketika diameter serat ijuk yang digunakan

semakin besar, maka kekuatanbondingnyasemakin kecil.

E. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini, yaitu :

1. Spesimen berasal dari bahan alami yang berupa serat ijuk dari pohon aren.

2. Menggunakan matrikepoxy.

3. Pembuatan komposit menggunakan serat ijuk dengan diameter (0,25–0,35

mm), (0,36–0,45 mm) dan (0,46–0,55 mm).

4. Pengujian sifat mekanik berupa uji bonding (bond test) dan pengamatan struktur ikatan denganScanning Electron Microscope(SEM).

5. Perendaman serat ijuk dengan larutan alkali selama 2 jam.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan tugas akhir

(25)

5

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang, tujuan dan manfaat , batasan masalah,

dan sistematika penulisan dari penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan landasan teori dari beberapa literatur yang mendukung

pembahasan tentang studi kasus yang diambil, yaitu pengaruh

panjang serat terhadap sifat mekanik dan fisik komposit

berpenguat serat ijuk dengan matrikepoxy BAB III : METODE PENELITIAN

Terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian, bahan penelitian, peralatan penelitian, prosedur

pengujian dan diagram alir pelaksanaan penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data yang

diperoleh setelah pengujian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-saran yang

ingin disampaikan dari penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan referensi-referensi yang digunakan dalam penulisan

tugas akhir ini.

LAMPIRAN

Terdiri dari data-data gambar yang mendukung atau hal-hal lain

(26)

6 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komposit

Kata “komposit” dapat diartikan sebagai dua atau lebih bahan atau material yang

dikombinasikan menjadi satu, dalam skala makroskopik, sehingga menjadi satu

kesatuan. Dengan kata lain, secara mikro, material komposit dapat dikatakan

sebagai material yang heterogen. Sedangkan dalam skala makro, material tersebut

dianggap homogen.

Gurdal (1999) mengatakan bahwa komposit adalah bahan heterogen yang terdiri

dari bahan pengikat (matrik) dan bahan penguat (reinforcement). Komposit terdiri

dari dua bahan penyusun, yaitu bahan utama sebagai bahan pengikat dan bahan

pendukung sebagai penguat. Bahan utama membentuk matrik dimana bahan

penguat ditanamkan di dalamnya. Bahan penguat dapat berbentuk serat, partikel,

serpihan atau juga dapat berbentuk yang lain.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komposit adalah bahan yang

dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih kaku serta lebih kuat.

(27)

7 B. Klasifikasi Komposit

Sesuai dengan definisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur

penyusun. Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik

dalam bentuk serat, serpihan, partikel dan lapisan.

Gambar 1. Komposit dengan unsur-unsur penyusun yang berbeda-beda

Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka komposit

dapat dibedakan atas beberapa bagian antara lain :

a. Komposit serat (Fibrous Composites Material)

Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan

dasar) yang dproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin

sabagai bahan perekat.

(28)

8 Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu

laminat atau lapisan yang menggunakan penguat berupa serat (fiber).

Fiber yang digunakan bisa berupa glass fiber,carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak (chopped strand mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga

dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

b. Komposit lapis (Laminated CompositeMaterials)

Komposit laminat, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki

karakterstik sifat sendiri.

Gambar 3. Komposit lapis

Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang

diperkuat oleh resin sebagai contoh plywood, laminated glassyang sering digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada umumnya

manipulasi makroskopis yang dilakukan yang tahan terhadap korosi, kuat

(29)

9 c. Komposit serpihan

Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan

sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi

serat sejajar permukaannya. Suatu komposit serpihan terdiri atas

serpihan-serpihan yang saling menahan dengan mengikat permukaan atau

dimasukkan kedalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari

serpihan adalah bentuknya besar dan data sehingga dapat disusun dengan

rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas

penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpihan-serpihan saling

tumpang tindih pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan

fluida ataupun uap yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena

penetrasi atau perembesan.

d. Komposit partikel (Particulate Composites Materials)

Komposit partikel, komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu

butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton,

senyawa komplek ke dalam senyawa komplek.

Gambar 4. Komposit partikel

Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan

partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama

dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban,

(30)

10 bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren

diantara fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik.

Pada umumnya komposit dibagi dalam tiga kelompok adalah: (a). Komposit

Matrik Polimer (Polymer Matrix composite PMC) bahan ini merupakan bahan

komposit yang sering digunakan yang biasa disebut dengan Polimer Berpenguat

Serat (FRP – Fiber Reinforced Polymers or Plastis), bahan ini menggunakan suatu polimer berdasar resin sebagai matriknya, seperti kaca, karbon dan aramid

(Kevlar) yang digunakan sebgai penguatnya. (b). Komposit Matrik Logam

(Metal Matrix CompositeMMC) ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti alumnium sebagai matrik dan

penguatnya dengan serat seperti silikon karbida. (c). Komposit Matrik Keramik

(Ceramic Matrix Composite CMC) digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat

dengan serat pendek, atau serabut-serabut (Whiskers) dimana terbuat dari silikon

karbida.

Pada umumnya komposit mengandung serat, baik serat pendek maupun serat

panjang yang dibungkus dengan matriks. Fungsi dari pada serat adalah menahan

bahan yang diberikan sedang fungsi matriks adalah membungkus serat sekaligus

melindunginya dari kerusakan baik mekanis maupun kimia. Selain daripada itu

matriks mendistribusikan beban kepada serat.

Jenis-jenis serat dan contoh bahannya yang dapat digunakan sebagai penguat pada

(31)

11 dari mahluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, serta dapat didaur ulang secara alami,

contoh : sabut kelapa, ijuk, dan sabut kelapa sawit. (b). Serat anorganik yaitu

serat yang sukar untuk terdegradasi (didaur ulang) secara alami, contoh: asbes,

gelas, metal, dan keramik.

Serat-serat organik dan anorganik umumnya digunakan untuk memperoleh bahan

komposit serat. Serat organik seperti selulosa, propylene, dan serat grafit pada

umumnya dikarakteristik sebagai bahan yang ringan, lentur, elastik dan peka

terhadap panas, sedangkan serat anorganik seperti gelas dan keramik merupakan

serat yang paling tinggi kekuatannya serta tahan terhadap panas.

Aplikasi dan pemakaian bahwa komposit yang diperkuat dengan serat secara luas

dipakai industri otomotif, industri kapal terbang, industri kapal laut, peralatan

militer, dan industri perabotan rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan

pesat dari material komposit, karena mempunyai sifat unggul, yaitu sebagai

isolator yang baik. Ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia. Dengan

demikian bahan komposit tidak dapat berkarat, anti rayap dan tahan lembab.

Bahan komposit alam umumnya berharga murah. Bahan komposit termasuk

bahan yang ringan dan kuat.

(32)

12 menjadi dua yaitu serat alam (dari tanaman, hewan dan sumber mineral) dan serat

sintetis. Banyak serat sintetis telah dikembangkan secara khusus untuk

menggantikan serat alam, karena serat sintetis sangat mudah diprediksi dan

ukurannya yang lebih seragam. Untuk tujuan di bidang teknik, serat gelas, serat

logam dan serat sintetis turunan bahan organik adalah yang paling banyak

digunakan. Nilon digunakan untuk belting,nets, pipa karet, tali, parasut, webbing, kain balistik dan penguat dalam ban.

Serat sebagai penguat dalam struktur komposit mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut: (a). Kekuatan (Strength), merupakan kemampuan material untuk menahan beban tanpa mengalami kepatahan. (b). Kekakuan (Stiffness) yaitu sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari suatu materi. Banyak material yang kaku

memiliki kepadatan yang rendah untuk menahan deformasi dari pemasangan,

gravitasi, dan vibrasi pada saat pengoperasiannya. (c). Ketahanan korosi

(Corrosion Resistance) yaitu tidak cepat berkarat sehingga mempunyai massa

umur pakai yang panjang. (d). Ketahanan gesek/ aus (Wear Resistance). (e).

Berat (Weight) yaitu berat material yang berat dapat diubah menjadi ringan tanpa

mengurangi unsur-unsurnya. (f). Ketahanan lelah (Fatigue Life) merupakan fenomena terjadinya kerusakan material karena pembebanan yang berulang-ulang.

Apabila suatu logam dikenakan tegangan berulang, maka akan patah pada

tegangan yang jauh lebih rendah dibandingkan tegangan yang dibutuhkan untuk

menimbulkan perpatahan pada beban statik. (g). Meningkatkan konduktivitas

panas yaitu menambah laju perambatan panas pada padatan dengan aliran panas

(33)

13 C. Komposit Serat

Komposit ini mengunakan serat sebagai penguatnya. Serat yang digunakan bisa

berupaglass fibers, carbon fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Serat ini bisa disusun secara acak,lurus maupun dengan orientasi tertentu bahkan

bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Perbandingan

antara panjang dengan diameter serat disebut sebagai rasio aspek. Semakin besar

rasio aspeknya maka kekuatan dan kekakuan komposit akan semakin besar atau

baik.

Fungsi utama serat penguat dalam matrik adalah sebagai penahan dari beban yang

diberikan pada komposit, selain itu serat penguat ini berfungsi untuk menjaga

kekakuan dari komposit. Karena alasan inilah serat penguat yang digunakan untuk

membuat komposit harus mempunyai kekuatan tarik dan modulus elastisitas yang

tinggi.

Serat merupakan unsur yang sangat penting pada komposit berpenguat serat yang

fungsinya adalah sebagai pembawa beban. Komposit berpenguat serat banyak

dipakai untuk produk yang memerlukan kekuatan tinggi dengan bobot yang

rendah, sebagai bahan pengganti logam.

Dengan menggabungkan serat penguat yang mempunyai kekuatan tarik dan

modulus elastisitas yang tinggi dengan matrik yang ulet. Maka diharapkan kita

nantinya akan mendapatkan komposit kuat yang dilindungi oleh matrik yang ulet

sebagai pelindung dari serat dan sebagai penjaga arah serat. Sehingga komposit

mempunyai sifat mekanik yang lebih baik apabila dibandingkan dengan komposit

(34)

14 Arah serat juga menentukan kekuatan dari komposit yang diperkuat dengan serat.

Secara umum arah serat pada komposit berpenguat serat dapat dibagi menjadi 3,

yaitu:

- Serat panjang dengan arah yang sama, gambar 8 (a)

- Serat pendek dengan arah yang sama, gambar 8 (b)

- Serat pendek dengan arah acak, gambar 8 (c)

(a) (b) (c)

Gambar 5. Jenis–jenis orientasi serat pada komposit berpenguat serat Matrik yang baik untuk digunakan pada komposit serat harus mempunyai sifat–

sifat yaitu:

1. Matrik melekat dengan baik pada permukaan serat sehingga beban yang

diberikan pada komposit akan didistribusikan dengan baik kepada serat,

karena serat inilah yang memegang peranan penting untuk menahan beban

yang diberikan kepada komposit.

2. Melindungi permukaan serat dari kerusakan.

3. Melindungi serat dari perambatan keretakan.

D. Serat Ijuk Aren

Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui

(35)

15 berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memilki banyak keistimewaan

diantaranya : (a). Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih dan tidak

mudah terurai. (b). Tahan terhadap asam dan garam air laut, Serat ijuk merupakan

salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah satu bentuk

pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk yang telah digunakan oleh nenek

moyang kita untuk mengikat berbagai peralatan nelayan laut. (c). Mencegah

penembusan rayap tanah. Serat ijuk aren sering digunakan sebagai bahan

pembungkus pangkal kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk

memperlambat pelapukan kayu dan mencegah serangan rayap.

Gambar 6. Serat ijuk

Keunggulan komposit serat ijuk dibandingkan dengan serat gelas adalah komposit

serat ijuk lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara alami dan

harganya pun lebih murah bila dibandingkan serat lain seperti serat gelas.

Sedangkan serat gelas sukar terdegradasi secara alami. Selain itu serat gelas juga

menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya bagi kesehatan jika serat gelas

didaur ulang, sehingga perlu adanya bahan alternatif pengganti serat gelas

tersebut. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki

(36)

16 Gambar 7. Pohon Aren

Serat ijuk adalah serat alam yang berasal dari pohon aren. Dilihat dari bentuk,

pada umumnya bentuk serat alam tidaklah homogen. Hal ini disebabkan oleh

pertumbuhan dan pembentukan serat tersebut tergantung pada lingkungan alam

dan musim tempat serat tersebut tumbuh. Aplikasi serat ijuk masih dilakukan

secara tradisional, diantaranya digunakan sebagai bahan tali menali, pembungkus

pangkal kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan

rayap, penahan getaran pada rumah adat karo, dan saringan air. Kegunaan tersebut

didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna oleh

organisme perusak.

Dalam penelitan yang dilakukan oleh Kuncoro Diharjo, Komposit alam adalah

material yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.

(37)

17 seperti perlakuan alkali, sering digunakan karena lebih ekonomis. Tujuan

penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat tarik

komposit berpenguat serat rami kontinyu dengan matrik polyester. Pengamatan visual dilakukan untuk menyelidiki mekanisme perpatahan. Serat rami direndam

di dalam larutan alkali (5% NaOH) selama 0, 2, 4, dan 6 jam. Selanjutnya, serat

tersebut dicuci menggunakan air bersih dan dikeringkan secara alami.

Matrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin unsaturated polyester 157 BQTN dengan hardner MEKPO 1%. Komposit dibuat dengan metode cetak tekan pada Vf = 35%. Semua spesimen dilakukan post cure pada suhu 62oC selama 4 jam. Spesimen uji tarik dibuat mengacu pada standar ASTM D-638.

Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik dan perpanjangan diukur dengan

menggunakan extensometer. Penampang patahan diselidiki untuk mengidentifikasi mekanisme perpatahannya. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa kekuatan dan regangan tarik komposit memiliki harga

optimum untuk perlakuan serat 2 jam, yaitu 190.27 Mpa dan 0.44%. Komposit

yang diperkuat serat yang dikenai perlakuan 6 jam memiliki kekuatan terendah.

Penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan selama 0 jam, 2

jam, dan 4 jam diklasifikasikan sebagai jenis patah slitting in multiple area. Sebaliknya, penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan 6 jam

memiliki jenis patah tunggal.

Kuncoro Diharjo menyimpulkan bahwa komposit yang diperkuat serat rami

(38)

18 terbesar, yaitu σ = 190.27 MPa dan ε = 0.44%. Semakin lama perlakuan serat

rami, maka modulus elastisitas kompositnya pun meningkat. Patahan komposit

yang diperkuat serat rami tanpa perlakuan dan dengan perlakuan 5% NaOH

selama 2 jam dapat dikalsifikasikan sebagai jenis patah banyak (splitting in

multiple area). Penampang patahan komposit yang diperkuat serat rami tanpa perlakuan didominasi perilaku kegagalan fiber pull out. Namun pada komposit yang diperkuat serat dengan perlakuan 5% NaOH, penampang patahannya

mengindikasikan tanpa adanyafiber pull out.

Penelitian yang berjudul Karakteristik Mekanik Komposit Lamina Serat Rami

EpoxySebagai Bahan Alternatif Soket Prostesis ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik mekanik komposit serat alam khususnya serat rami dengan matriks

epoxy yang akan diaplikasikan sebagai bahan alternatif pada desain soket prostesis. Pengujian komposit lamina serat rami epoxy mengacu standar American Society for Testing Material (ASTM) D 3039/D 3039M untuk pengujian tarik dan ASTM D 4255/D 4255M-83 untuk pengujian geser.

Serat rami yang digunakan adalah serat kontinyu dengan kode produksi 100% Ne

14’S, menggunakan matriks berupa Epoxy Resin Bakelite EPR 174 dan Epoxy

Hardener V-140. Metode pembuatan sampel uji komposit lamina dengan cara

hand lay up terhadap serat rami kontinyu pada suhu kamar. Hasil pengujian karakteristik mekanik komposit serat rami epoxy akan dibandingkan dengan standard ISO untuk bahan plastik/polymer yang diaplikasikan pada bidang

(39)

19 hasil pengamatan berbantuan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui modus kegagalan dan kriteria kegagalan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

komposit lamina serat rami epoxy berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai material alternatif dalam pembuatan soket prostesis atas lutut pada fraksi

volume serat 40-50%. Karakteristik mekanik komposit lamina serat rami epoxy longitudinal pada fraksi volume serat 40% yaitu tegangan tarik 232 MPa dan

modulus elastisitas 9,7 GPa, sedangkan pada fraksi volume serat 50% tegangan

tarik 260 MPa dan modulus elastisitas 11,23 GPa. Harga ini masih lebih besar

dibandingkan dengan harga referensi pada penelitian ini, yaitu bahan polimer

yang diaplikasikan di bidang kesehatan dengan harga minimal kekuatan tarik 80

MPa dan modulus elastisitas 3 GPa. Modus kegagalan yang terjadi pada komposit

lamina rami epoxy meliputi brittle failure (getas) untuk fraksi volume serat 10-30%, bondingdan deleminasifraksi volume serat 40-50%. Karakteristik mekanik komposit lamina rami epoxymemenuhi persyaratan sebagai bahan soket prostesis, mengacu pada Standard ISO:plastic/polymer for health application.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi

ITS berjudul Analisa Pengaruh Fraksi Volume Serat Aren (Arenga Pinata) Dengan Matrik Polyester Terhadap Kekuatan Bending Dan Tarik. Pada tanaman Aren tumbuh hampir disetiap daerah pesisir di Indonesia. Jumlahnya yang

melimpah dan tidak mengenal musim adalah beberapa keunggulan jika

(40)

20 tanama aren memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah hanya niranya saja yang

memiliki nilai ekonomis, sedangkan bagaian tanaman yang lainnya terbuang

percuma atau bernilai sangat rendah. Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini

adalah memanfaatkan ijuk tanaman aren dan mencari kekuatan tarik dan bending

yang maksimal.

Ijuk tersebut akan dijadikan material komposit dengan menggunakan matriks

polyester, dimana ijuk akan berfungsi sebagai reinforcement. Ijuk tersebut dipotong dengan ukuran panjang 1 cm dan kemudian dicampur dengan polyester, kemudian dicetak menjadi lembaran komposit. Setelah itu , lembaran akan

dibentuk specimen uji tarik dan bending. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variasi volume serat aren. Fraksi volume yang akan

digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa kekuatan tarik maksimal dimiliki oleh

komposit dengan fraksi volume 40% yang besarnya 13,72 GPa. Sedangkan

flexural modulus dan flexural strength tertinggi terjadi pada komposit dengan

fraksi volume 40 %, yang besarnya adalah 1268,98 GPa dan 62,76 GPa. Semakin

kecil fraksi volume serat aren, maka kekuatan tarik dan bending akan semakin

kecil.

Kekuatan komposit serat rami dengan epoxy dengan variasi fraksi volume serat (10%, 20%, 30%, 40%, 50%), menunjukkan perbandingan kekuatan pada fraksi

(41)

21 epoxy longitudinal pada fraksi volume serat 40% yaitu tegangan tarik 232 MPa dan modulus elastisitas 9,7 GPa, sedangkan pada fraksi volume serat 50%

tegangan tarik 260 MPa dan modulus elastisitas 11,23 GPa.[24] Sedangkan

penelitian terhadap kekuatan tarik komposit dengan matriks polyester dengan fraksi volume serat aren (10%, 20%, 30%, 40%), mempunyai kekuatan tarik

maksimal pada fraksi volume 40% yang besarnya 13,72 GPa. Semakin

kecil/sedikit fraksi volume serat aren, maka kekuatan tarik akan semakin kecil.[25]

Perbedaan hasil kedua penelitian ini tidak begitu jauh, dikarenakan jenis serat

yang digunakan berbeda dan matriks yang digunakan berbeda pula.

Ratni Kartini melakukan penelitan yang berjudul Pembuatan dan Karakterisasi

Komposit Polimer Berpenguat serat Alam. Polimer merupakan bahan yang

sangat bermanfaat dalam dunia teknik, khususnya dalam industri kontruksi.

Polimer sebgai bahan kontruksi bangunan dapat digunakan baik berdiri sendiri,

misalnya sebagai perekat, pelapis, cat, dan segai glazur; maupun merupakan

gabungan dengna bahan lain membentuk komposit. Untuk aplikasi struktur yang

memerlukan kekuatan dan ketegaran, mengharuskan perbaikan sifat mekanik

polimer. Untuk kebutuhan tersebut, berkembanglah komposit polimer yang

disertai penguat oleh berbagai filler diantaranya serat alam. Penggunaan serat alam antara lain serat ijuk dan serat pisang sebagai pengganti serat buatan dapat

menurunkan biaya produksi. Hal tersebut dapat dicapai karena serat alam murah

(42)

22 Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit antara matriks polmer yaitu

epoxy danpolyester dengan bahan penguat (filler) serat alam yaitu serat ijuk dan serat pisang, serta mempelajari sifat mekanik, struktur mikro dan sifat ternal

komposit yang telah dbuat. Hipotesis penelitian ini adalah dengan penambahan

serat alam sebagai bajan penguat (filler) pada matriks polimer diharapkan dapat

meningkatkan sifat mekanik terutama kekuatan tarik (tensile strength) komposit

bila dibandingkan dengan matriks polimer.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum penambahan serat pada

matriks polimer menurunkan nilai kekuatan tarik bahan komposit, kecuali untuk

komposit ber-matriks epoxy dengan penguat serat ijuk. Penambahan serat ijuk pada komposit matriks epoxy dapat meningkatkan kekuatan tarik bahan yaitu dengan pengisian serat ijuk tiga lapis menghasilkan kekuatan tarik tertinggi 45,44

MPa, lebih besar daripada komposit matriks epoxy yaitu 37,28 MPa. Sedangkan penambahan serat pada matriks epoxy dengan penguat serat pisang tiga lapis kekuatan tariknya terendah yaitu 30,47 MPa. Kekuatan tarik komposit matriks

polyester 56,74 MPa, sedangkan jika ditambahkan serat pisang dan serat ijuk kekuatannya menjadi jauh lebih kecil. Kekuatan tarik yang terkecil jika ditambah

serat pisang tiga lapis yaitu 15,26 MPa, sedangkan jika ditambah serat ijuk tiga

lapis yaitu 22,18 MPa. Secara umum penambahan serat pada matriks polimer

menurunkan nilai kekerasan bahan komposit. Dari pengamatan strukturmikro

ternyata kurangnya ikatan antara serat dengan matriks polimer dan distribusi serat

(43)

23 bahan komposit. Adanya pengisian serat pada matriks polimer mempengaruhi

sifat termal bahan, hal ini ditunjukkan dengan perbedaan pola termogram DTA.

E. Polimer Sebagai Matriks 1. Sifat Polimer

Sifat-sifat khas dari bahan polimer pada umumnya, yaitu:

a. Polimer memiliki sifat mudah dibentuk. Pada temperatur relatif rendah

bahan dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi dan

seterusnya, yang menyebabkan biaya pembuatan lebih rendah dari pada

bahan material lain.

b. Sebagian besar produk bahan polimer ringan tetapi kuat. Berat jenis

polimer rendah bila dibandingkan dengan logam dan keramik, yaitu

1,0-1,7 kg/m3.

c. Sebagian besar polimer mempunyai sifat isolasi listrik yang baik,

disamping itu bahan polimer dapat dibuat menjadi konduktor dengan jalan

mencampurnya dengan serbuk logam, butiran karbon dan sebagainya.

2. Jenis-Jenis Polimer

Pada umumnya bentuk penguat komposit dengan matrik polimer (PMC)

memiliki beberapa jenis polimer yang dapat digunakan sebagai bahan matrik,

yaitu :

a. Termoplastik

Termoplastik merupakan polimer yang memiliki struktur berupa rantai

(44)

24 mengeras lagi jika didinginkan. Beberapa jenis termoplastik yaitu

polyethylene,polyprophylene,nylondan lain-lain. b. Termoset

Dalam bentuk padat, termoset membentuk ikatan silang (cross linked)

antar benang-benang polimer dalam bentuk tiga dimensi yang tidak

mencair pada temperatur tinggi. Jenis-jenis termoset yaitu phenol formaldehyde, melamine formaldehyde, urea formaldehyde, resin Polyester, dan lain-lain.

c. Elastomer

Elastomer merupakan jenis polimer dengan elastisitas tinggi.

d. Polimer Natural

Polimer natural seperti selulosa dan protein, dimana bahan dasar terbuat

dari tumbuhan dan hewan.

3. ResinPolyesterTak Jenuh

Resin polyester tak jenuh merupakan salah satu jenis polimer termoset. Resin polyester merupakan pilihan yang banyak digunakan dalam pasaran komposit modern. Bahan ini memiliki ketahanan sifat mekanik yang baik ketika

beroperasi pada kondisi lingkungan yang panas maupun basah, ketahanan

kimia yang baik, kestabilan bentuk, harga yang relatif rendah (dibandingkan

dengan jenis epoxy) dan memiliki pelekatan yang baik pada berbagai jenis penguat.

Sifat-sifat fisik dari bahan Resin Polyester, yaitu:

a. Retakan baik.

(45)

25 c. Pengerutan sedikit (saatpost curing).

Sifat-sifat mekanik resinpolyesteradalah sebagai berikut: a. Temperatur optimal 1100C–1400C.

b. Ketahanan dingin adalah baik secara relatif.

c. Bila dimasukkan air mendidih untuk waktu yang lama, bahan akan retak

atau pecah.

d. Kemampuan terhadap cuaca baik.

e. Tahan terhadap kelembaban dan sinarUltra Violet. f. Memiliki titik leleh (Tm) sebesar 250-2600c

Pada proses pencampurannya resin poliester tersebut harus ditambahkan dengan

suatu katalis, pada penelitian ini katalis yang digunakan adalah katalis

komersil/pasaran berupa MEKPO (Metil Etil Keton Peroksida) yang fungsinya

sebagai zat curing yakni untuk mempersingkat waktu pengerasan dari resin polyestertersebut.

Jumlah katalis MEKPO dalam proses pembuatan komposit juga berpengaruh

terhadap sifat mekanik komposit yang dihasilkan. Penelitian Jamasri (2005)

menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit serat kenaf tertinggi adalah pada

kandungan katalis 1%. Kekuatan dan modulus elastisitas serat kenaf adalah

324,99 MPa dan 37,42 GPa, sedangkan hasil pengujian tarik matrik polyester memiliki kekuatan tarik 50,70 MPa dan modulus elastisitas 4,23 GPa.

Peningkatan kekuatan tarik sangat besar terjadi pada komposit berpenguat serat

(46)

26 F. Katalis MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida)

Katalis adalah bahan yang digunakan untuk memulai dan mempersingkat reaksi

curing pada temperatur ruang. Katalis dapat menimbulkan panas saat curing dalam hal ini dapat merusak produk yang dibuat. Katalis yang digunakan sebagai

proses curing dalam pembuatan papan yang berasal dari organic proxide seperti methyl ethyl, ketone proxidedanacetyl acetone proxide. Dalam pembuatan bahan komposit, campuran katalis sedikit maka papan serat yang dihasilkan akan lebih

kuat bila dibandingkan pada campuran katalisnya banyak.

Pada proses pencampuran resin polyester tersebut harus ditambahkan dengan suatu katalis, pada penelitian ini katalis digunakan adalah katalis komersial atau

pesaran berupa MEKPO (mehtyl ehtyl keton peroksida) yang fungsinya sebagai

zat curing yakni untuk mempersingkat waktu pengerasan dari resin polyester tersebut. Jumlah katalis MEKPO juga berpengaruh terhadap sifat mekanik

komposit yang dihasilkan.

G. ResinEpoxy

Resin epoxy umumnya dikenal dengan sebutan bahan epoksi. Bahan epoksi

adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok termoset. Bahan

epoksi mempunyai sifat tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali, dan

atomnya berikatan kuat sekali. Epoksi sangan baik sebagai bahan matriks pada

pembuatan bahan komposit. Secara umum epoksi mempunyai karakteristik

(47)

27 a. Mempunyai kemampuan mengikat paduan metalik yang baik. Kemampuan

ini disebabkan oleh adanya gugus hidroksil yang memiliki kemampuan

membentuk ikatan hidrogen. Gugus hidroksil ini juga dimiliki oleh oksida

metal, dimana pada kondisi normal menyebar pada permukaan logam.

b. Ketangguhan.

Kegunaan epoxy sebagai bahan matriks dibatasi oleh ketangguhan yang rendah dan cenderung rapuh.

Proses pengerasan terjadi jika polimer epoxy resin dicampurkan dengan hardenernya. Resin epoxy mengeras lebih cepat pada selang temperatur 5°C sampai 150°C. Namun, hal ini bergantung pula pada jenis hardener yang

digunakan. Jika dilihat dari segi waktu yang dibutuhkan untuk proses pengerasan,

maka epoxy ini lebih lambat. Dalam industri biasanya bahan epoxy dipakai sebagai perekat logam.

Di bawah ini ditunjukkan spesifikasi matriksepoxy, sebagai berikut :

Tabel 1. Spesifikasi matriksepoxy

Sifat–sifat Satuan Nilai Tipikal

Massa Jenis Gram/cm³ 1,17

Penyerapan air (suhu ruang) °C 0,2

Kekuatan tarik Kgf/mm² 5,95

Kekuatan tekan Kgf/mm² 14

Kekuatan lentur Kgf/mm² 12

(48)

28 Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan resin jenisepoxy:

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan resinepoxy

Kelebihan Kekurangan Tahan polusi Proses pembuatan lebih mahal

dibandingkan dengan isolator keramik dan gelas

Bersifat hidrofobik Memiliki kekuatan mekanik yang kurang baik

Membutuhkan waktu yang singkat dalam proses pembuatan

Memiliki kekuatan dielektrik yang baik.

Beberapa keunggulan resin epoxy dibandingkan dengan resin polyester dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3. Perbandingan Resinepoxydengan resinpolyester

Karakteristik Resinepoxy Resinpolyester

Flexural Strength Good Best

Tensile Strength Good Best

Elongation Good Lowest

Water Absorption Good Lowest / Excelent

(49)

29 H. Pengujian Bonding

Kekuatan bonding diukur dari beban/ gaya maksmum berbanding terbalik dengan

luas penampang bahan uji, dan memiliki satuan Mega Pascal (MPa) atau N/mm2

atau Kgf/mm2atau Psi.

Uji bonding dilakukan dengan jalan memberikan beban pada kedua ujung

spesimen uji secara perlahan-lahan ditingkatkan hingga spesimen uji tersebut

putus. Dengan pengujian ini dapat diketahui : kekuatan ikat, beban luluh dan

modulus elastisitas (modulus young) tegangan, pengurangan luas penampang dan

pertambahan panjang.

Pengujian bertujuan untuk mengetahui regangan dan tegangan dari papan partikel

yang telah dibuat. Hasil dari pengujian ini adalah grafik beban terhadap

perpanjangan (elongasi).

Tegangan

=

...(1)

Regangan

=

...(2)

Modulus elastisitas

(50)

30 Dimana : F = beban yang diberikan (N), A0= luas penampang mula-mula (m2), L0

= panjang mula-mula, Δ L = pertambahan panjang (mm), σ = tegangan (Mpa), ε =

regangan (%), E = modulus elastisitas (Gpa).

I. Kurva Tegangan–Regangan

Sebuah perubahan bentuk pada spesimen uji bonding terlihat pada kurva tegangan

regangan komposit gambar 8. Gambar 8.a menunjukkan fiber lebih kuat namun

getas, fiber tersebut lebih kuat dari matriksnya. Dimana matrik lebih dulu patah

setelah diberikan regangan dibandingkan dengan fiber. Gambar 8.b menunjukkan

matriks lebih ulet. Dimana setelah matriks mengalami peregangan, namun matriks

tersebut masih elastis. Setelah itu matriks mulai mengalami deformasi plastis.

(a) (b)

(51)

31 J. Pengamatan DenganScanning Electron Microscope(SEM)

Pengamatan dengan scanning electron microscope (SEM) digunakan untuk mengamati serat didalam matriks bersama dengan beberapa sifat ikatan antara

matriks dengan serat penguatnya. Cara untuk mendapatkan struktur mikro dengan

membaca berkas elektron, didalam SEM berkas elektron berupa noda kecil yang

umumnya 1µm pada permukaan spesimen diteliti berulang kali. Permukaan

spesimen diambil gambarnya dan dari gambar ini dianalisa keadaan atau

kerusakan spesimen. Pentingnya SEM adalah memberikan gambaran nyata dari

bagian kecil spesimen, yang artinya kita bisa menganalisa besar serat, kekasaran

serat dan arah serat serta ikatan terhadap komponen matriksnya.

Gambar 9. Spesimen untuk pengamatan dengan SEM Keterangan gambar :

P : Panjang spesimen uji (mm)

t : Tinggi spesimen uji (mm)

l : Lebar Spesimen uji (mm)

p

(52)

III.METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut :

1. Pengujian diameter dan panjang serat ijuk serta pembuatan spesimen uji di

Laboratorium Material Universitas Lampung.

2. Pembentukan spesimen uji di Laboratorim produksi SMK Negeri 2 Bandar

Lampung.

3. Pengujian kekuatan Bonding di Laboratorium Material Teknik Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (ITB).

4. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di

Sentra Teknologi Polimer, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

(STP-BPPT), Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

B. Bahan Yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Serat ijuk sebagai bahan penguat komposit.

2. Resin Epoxydanhardenernya 3. Ethanol

(53)

5. Akrilik,sebagai bahan cetakan komposit.

6. Mirror glaze digunakan untuk melapisi antara cetakan dengan komposit, sehingga komposit mudah untuk dilepaskan dari cetakan.

C.Alat-alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Cetakan dari bahan akrilik.

2. Mesin Vakum¸untuk menghisapresin epoxydanhardener.

3. Kotak Inkubator, untuk mengurangi adanya void pada cetakan. Dengan cara memberi pemanasan.

4. Termometer, untuk mengetahui suhu pada inkubator.

5. Microwave, digunakan untuk memanaskan serat sesuai dengan prosedur

percobaan.

6. Mesin bubut, untuk membentuk spesimen sesuai dengan standar uji.

7. Gelas ukur, untuk mengukur jumlah resin epoxy dan hardener yang dicampur.

8. Alat bantu lain yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu,

mikrometer sekrup mengukur panjang dan diameter serat, selang,

pengaduk, lilin mainan, jarum, lem korea, gergaji besi, ragum, gunting,

(54)

✁✂ D. Prosedur Percobaan

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan,

yaitu :

1. Survey Lapangan danStudy Literature

Pada penelitian ini, proses yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan

data awal sebagai study literature. Study literature bertujuan untuk mengenal masalah yang dihadapi, serta untuk menyusun rencana kerja

yang akan dilakukan. Pada study awal dilakukan langkah-langkah seperti

survey lapangan yang berhubungan dengan penelitian yang ingin

dilakukan serta mengambil data-data penelitian yang sudah ada sebagai

pembanding terhadap hasil pengujian yang akan dianalisa.

2. Melakukan Persiapan Serat Ijuk

Serat yang digunakan pada penelitian ini yaitu serat ijuk dari pohon aren.

Langkah-langkah dalam persiapan serat ijuk ini adalah :

a. Dipilih serat ijuk yang akan digunakan.

b. Serat ijuk dipotong dengan diameter A (0,25 – 0,35 mm), B (0,36 –

0,45 mm), dan C (0,46–0,55 mm).

c. Serat ijuk dibersihkan dengan menggunakan air untuk menghilangkan

kotoran/ debu yang menempel pada ijuk.

d. Serat yang sudah bersih, direndam didalam larutan alkali (5% NaOH)

selama 2 jam.

e. Serat dicuci kembali dengan air bersih.

(55)

✄☎ g. Serat ijuk yang telah kering dipotong-potong dengan ukuran panjang

75 mm.

3. Proses Pencetakan Komposit

Proses pembuatan komposit dilakukan dengan matrik epoxy. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a. Penyiapan serat aren yang telah dikeringkan kemudian dilakukan

proses pembuatan serat lurus memanjang sesuai cetakan.

b. Dalam pembuatan cetakan, menggunakan bahan akrilik.

c. Pemotongan bahan akrilik yang terdiri dari alas bawah, samping,

dengan geometri seperti pada gambar 10.

(56)

✆✝ d. Pengolesan mirror glaze pada cetakan untuk memudahkan pengambilan spesimen uji dari cetakan setelah mengalami proses

pengeringan.

e. Pemasangan serat pada cetakan, agar bisa terbentuk lurus.

f. Resin epoxy dicampur dengan hardener untuk membantu proses pengeringan. Katalis yang digunakan sebanyak 1:1 dari banyaknya

resinepoxy. Proses pencampuran ini menggunakan mesin vakum. g. Penuangan campuran resin sebagian ke dalam cetakan, kemudian

penempatan serat ijuk yang telah disusun secara lurus, dan diberi

penekanan menggunakan pengaduk.

h. Proses pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering

menggunakan microwave dengan suhu 800C.

i. Proses pengambilan komposit dari cetakan yaitu menggunakan pisau

ataucutter.

j. Spesimen uji komposit siap untuk dipotong menjadi spesimen benda

uji.

k. Proses pembentukan spesimen dengan cara pembubutan menggunakan

mesin bubut.

4. Proses Pencetakan Spesimen SEM

a. Dipilih spesimen yang akan dilakukan uji SEM

b. Dipotong dengan ukuran kecil, agar memudahkan masuk kedalam

(57)

✞✟ c. Pada permukaan yang mau diuji diberi emas untuk memudahkan

elektron bergerak. Karena spesimen tergolong isolator.

5. Pengujian Komposit

Setelah spesimen uji selesai dibuat, dilakukan pengujian. Pengujian yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu :

a. Uji Bonding

Pengujian bonding dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan bonding dari

bahan komposit. Pengujian ini dilakukan dengan mesin ujibonding test.

Gambar 11.Skema alat pengujian Bonding dengan UTM

Langkah-langkah pengujian bonding dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengukur spesimen uji meliputi panjang daerah cekam, panjang daerah

uji, dan diameter daerah uji.

2. Menghidupkan mesin uji bonding yang digunakan

3. Memastikan tekanan udara (pneumatic) untuk beban maksimum yang

(58)

✠✡ 4. Memasang pencekam (gripp holder) sesuai dengan jenis pengujan dan

spesimen.

5. Memastikan data spesimen uji yang telah diukur pada komputer dan

menetapkan kecepatan pengujian.

6. Memastikan jarak pencekam sesuai dengan panjang minimal daerah

cekaman (gripped length).

7. Memasang spesimen uji, dan memastikan tercekam dengan sempurna

(kuat).

8. Menjalankan mesin uji bonding

9. Setelah patah, menghentikan proses penarikan secepatnya.

10. Mencatat gaya tarik maksimum dan pertambahan panjangnya

11. Pengolahan data-data hasil uji kekuatan bonding.

6. Pengamatan dengan SEM Awal

Prosedur pengujian scanning electrone microscope (SEM) awal untuk melihat kerusakan setelah uji tarik. Langkah untuk pengamatan SEM yang dilakukan

adalah :

1. Pemasangan spesimen pada cawan SEM dengan menggunakan pita karbon

(carbon tape).

2. Pelapisan sisi-sisi spesimen uji dengan carbon ink untuk membantu konduktifitas spesimen uji.

3. Proses pelapisan permukaan spesimen uji dengan platina

(59)

☛☞ 5. Penempatan spesimen pada tabung SEM dan dilanjutkan dengan

pengambilan gambar SEM.

6. Pencetakan hasil atau gambar SEM yang telah diambil.

Gambar 12. Pengambilan gambar dengan SEM

7. Pengamatan dengan SEM Patahan

Prosedur pengamatan dengan SEM untuk patahan uji kekuatan bonding sama

seperti pada pengamatan dengan SEM awal, perbedaanya hanya spesimen untuk

pengamatan ini dibuatkan dari daerah patahan uji kekuatan bonding.

8. Jumlah Spesimen Uji

Spesimen uji untuk serat ijuk ini sebanyak 12 sampel, dan berjumlah 4 sampel

untuk setiap perbandingan diameter serat.

Jumlah spesimen dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini

Tabel 4.Jumlah Spesimen uji

Nama Pengujian Diameter (mm)

(0,25 - 0,35) (0,36 - 0,45) (0,46 - 0,55)

Pengujian Bonding 4 4 4

Jumlah 12

(60)

40 Untuk pengujian SEM, diambil dua sampel untuk setiap perbandingan diameter.

satu sampel adalah spesimen uji yang memiliki tegangan terendah dan satu

sampel lagi adalah spesimen uji yang memiliki tegangan tertinggi.

Seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5.Jumlah Spesimen Pengamatan SEM

Nama Pengujian Diameter (mm)

(0,25–0,35) (0,36-0,45) (0,46–0,55)

SEM 2 2 2

(61)

41 E. Alur proses pengujian

Gambar 13.Alur Penelitian Tahap Persiapan

Pengamatan Spesimen Dengan SEM

Resin epoxydan

Hardener

Serat Ijuk :

1. Diameter 0,25-0,35mm 2. Diameter 0,36-0,45mm 3. Diameter 0,46-0,55mm

Pembuatan Cetakan

Pembuatan Spesimen Uji Bonding dan Pengamatan SEM

Persiapan Spesimen Uji

Pengujian Uji Bonding

Pengambilan Data dan Analisa

Simpulan

(62)

✌ ✍

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian

ini, maka didapatkan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Spesimen uji yang memiliki diameter serat 0,25 – 0,35 mm memiliki

tegangan tarik yang paling besar yaitu 93,78 MPa, dan spesimen uji yang

memiliki diameter serat 0,46 – 0,55 mm memiliki tegangan tarik paling

kecil yaitu 44,47 MPa.

2. Serat yang memiliki diameter lebih besar akan memiliki pori-pori lebih

besar juga, dengan semakin besar pori-pori maka kekuatan mekaniknya

akan semakin kecil.

3. Mekanisme kegagalan pada komposit diawali dengan adanya retak pada

matriks, kemudian akan terjadi lepasnya ikatan antara matriks dengan serat

atau disebut dengandebonding, setelah itu komposit akan mengalamifiber pull outdan serat patah menyebabkan gagalnya komposit.

(63)

✎ ✏ B. SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, masih terdapat spesimen yang kurang

maksimal. Sehingga perlu dilakukan pembuatan dengan teknik yang lebih baik.

Sehingga, beberapa saran yang bisa disampaikan yaitu:

1. Menggunakan diameterfiberyang sebenarnya, tidak menggunakanrange. 2. Pengukuran diameter fiber sebaiknya menggunakan Scanning Electron

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Handiko.G.W.2000.” Aplikasi Komposit GFRP Untuk Komponen Gerbong Kereta Api,INKA.Madiun

Diharjo, Kuncoro. 2006. Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Tarik Bahan Komposit Serat Rami-Polyester. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta

Diharjo, K., dan Triyono, t.,2003. Buku Pegangan Kuliah Material Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Elkurdi, Adel dkk.2003.Evalution of new-old concrete bonding agentsystem by

slant shear testI.Alexandria University.

Gibson, 1994.Principle Of Composite Material Mechanics.New York: Mc Graw Hill,Inc.

Kalpakijan, Serope. Schmid, Steven R. 2001. Manufacturing Engineering and Technology 4th Edition.Prentice Hall. Inc. New Jersey

Kartini, Ratni. 2002. Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kurniawati, Fenny T dkk. De-bonding Strength of fiber glass and matrix part I-Static loading. Toyohashi University of Technology

Maloney, T.M., 1997, “ Modern Particle Board And Dry Process Fiber Board Manufacturing”, Miller Freeman, Inc San Fransisco

Michael, H.W., 1998, Stress and Analysis of Fiber Rein Forced Composite Material, Mc Graw Hill International Edition.

(65)

Schwardz M.M . 1984.Composite Material Handbook, Mc Graw hill.Singapore. Soemardi, Tresna P. Kusumaningsih, Widjajalaksmi. Irawan, Agustinus Purna.

2009. Karakteristik Mekanik Komposit Lamina Serat Rami Epoksi Sebagai Bahan Alternatif Soket Prostesis. Universitas Indonesia. Depok.

Surdia,Tata dkk, S.1992. Pengetahuan Bahan Teknik Cet.2. Pradnya Paramitha. Jakarta .

Widodo, B., 2007.Analisis Sifat Mekanik Komposit Epoksi Dengan Penguat Serat Pohon Aren (Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak (Random). Institut Teknologi Nasional. Malang.

www.evercoat.com/imgs/pis/epoxyresin.pdf

Gambar

Gambar 2.  Komposit serat
Gambar 3.  Komposit lapis
Gambar 4. Komposit partikel
Gambar 5. Jenis–jenis orientasi serat pada komposit berpenguat serat
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Daya serap papan komposit serat ijuk pendek tidak dipengaruhi oleh panjang serat ijuk tetapi fraksi berat serat ijuk pada papan

Dari hasil pengujian didapat harga kekuatan tarik tertinggi dimiliki oleh komposit dengan panjang serat 100 mm yaitu 25,330 MPa, dengan modulus elastisitas 25330.74 MPa,harga impact

Serat yang mempunyai kekuatan tarik yang besar adalah kelompok serat ijuk yang berdiameter 0.25-0.35 mm. Gambar 14 menunjukkan salah satu morphologi kelompok serat ijuk

Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis efek perbandingan komposisi komposit dari resin epoxy, serat pelepah batang pisang, dan serbuk sabut kelapa pada kekuatan tarik dan

Dari ketiga bahan serat yang digunakan sebagai penguat serat komposit dapat disimpulkan bahwa serat ijuk dengan waktu perendaman alkali (NaOH) 2 jam memiliki kekuatan

- Bentuk penampang patahan pada bahan komposit polyester berpenguat serat pohon aren (ijuk) setelah dilakukan pengujian destruktif dengan melakukan uji tarik dengan

Kekuatan tarik tertinggi pada komposit serat bambu dengan anyaman plain disebabkan oleh ikatan antara serat yang lebih kuat karena adanya.. interface serat-matriks yang

1. Fraksi volume serat mempengaruhi kekuatan tarik dan kekuatan impak komposit epoksi berpenguat serat pelepah gebang dimana kekuatan tarik tertinggi diperoleh