i ABSTRAK
EFEKTIVITAS PELATIHAN OUTWARD BOUND TERHADAP PENINGKATAN TEAMWORK KELAS V SDN
SE-KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2015 Oleh Binar Sumirat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelatihan outward bound terhadap peningkatan teamwork kelas V SD negeri se-kecamatan Gadingrejo. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Populasi berjumlah 200 siswa dan sampel yang digunakan sebanyak 30 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrument kegiatan outward bound yang telah dibuat, yang terdiri atas aspek kepemimpinan, iklim, komunikasi, kebutuhan, pembuatan keputusan, dan aspek kreativitas. Setelah tes awal siswa dibeikan pelatihan outbond sesuai dengan program latihan yang telah dibuat kemudian dilakukan tes akhir. Data tes awaldan tes akhir dianalisis menggunakan teknik analisis data uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan outward bound efektif dalam meningkatkan teamwork siswa. Diketahui bahwa hasil nilai rata-rata tes awal mengalami peningkatan pada saat tes akhir setelah diberikan pelatihan outward bound, dengan nilai rata-rata teamwork pada permainan hulahop adalah 42,80
meningkat menjadi 71,87. Nilai rata-rata permainan pipa bocor yaitu 43,07 meningkat menjadi 72,13. Nilai rata-rata permainan zigzag yaitu 44,93 meningkat menjadi 71,47. Nilai rata-rata permainan bola dunia yaitu 44,00 meningkat menjadi 71,33. Nilai rata-rata permainan laba-laba beracun yaitu 43,47 meningkat menjadi 74,27. Nilai rata-rata tanaman beracun yaitu 47,20 meningkat menjadi 71,07.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelatihan outward bound efektiv dalam meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo. Implikasi bagi para pengajar khusunya guru SD agar menggunakan metode outward bound untuk melatih teamwork dan membentuk kepribadian siswa.
ii
EFEKTIVITAS PELATIHAN OUTWARD BOUND TERHADAP PENINGKATAN TEAMWORK KELAS V SDN
SE-KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2015
Oleh
BINAR SUMIRAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Binar Sumirat dilahirkan di Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung pada tanggal 14 September 1993. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Rambat dan Ibu Sumiyati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Gadingrejo pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 1 Gadingrejo pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Undangan. Pada Juli 2014, Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN LAAY Karya Penggawa , Pesisir Barat.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
Ku persembahkan karya ku ini Kepada :
Ayahanda Rambat dan Ibunda Sumiyati tercinta yang telah memberikan kasih
sayangnya hingga saat ini dan semoga hingga akhir kelak dan dukungan serta do’a yang kau lantunkan dalam setiap sujudmu demi keberhasilanku.
Terimakasih atas semua cinta, jerih payah dan pengorbananmu dari setiap tetes
kerja keras keringatmu yang telah kau berikan kepadaku. Semoga apa yang telah
kau berikan itu membawa manfaat pahala didunia dan akhirat.
Kakak Herman Sumirat, Desita dan adikku Dian Apriansyah yang telah
memberikan motivasi dan semangat,serta dukungannya
Terimakasih untuk Defriyana Eka Susanti yang selama ini selalu memberi
semangat dan dukungan buatku.
Terimakasih untuk Pradita RH, mas Andre, selama ini memberi
ix
Sahabat-sahabatku tercinta Sofyan Wicaksono, Ahmad Herwanto,Reza
Pahlevi,Imam Mustofa,Aal Ardiasyah, Thomas Wahyu,Restiana Annisa yang
selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan, serta mendoakan
keberhasilanku.
Teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu
terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat
aku semakin dewasa dan mengerti arti sebuah persahabata, perjuangan,
dan pengorbanan sejati.
vii
MOTO
“Kejujuran adalah bagaikan mata uang yang berlaku
dimana-mana”
(Binar Sumirat)
“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang
boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri”
(Ibu Kartini)
“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah
berbuat baik terhadap diri sendiri”
x
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di Yaumul akhir nanti.
Skripsi dengan judul “ Efektivitas Pelatihan Outward Bound Terhadap
Peningkatan Teamwork Kelas V SDN Se-Kecamatan Gadingrejo ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dalam Penulisan skripsi ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
xi
3. Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi sebagai dosen Pembimbing Pertama atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd sebagai dosen Pembimbing Kedua atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan, saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd sebagai dosen Pembahas atas
kesediaanya untuk memberikan bimbingan dan pembahasan , kesabaran, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini .
6. Kepala UPTD Pendidikan Gadingrejo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Bapak Darmain, S.Pd Kepala Sekolah SDN 1 Wonosari yang telah memberikan izin tempat penelitian.
7. Bapak Rambat dan Ibu Sumiyati sebagai orang tua yang selalu
menyayangi, mencintai, dan mendo’akan penulis tanpa rasa lelah agar
terselesaikannya skripsi ini.Kakak (Herman Sumirat, Desita) dan Adikku (Dian Apriansyah) yang selalu menyemangati, memberikan masukan kritik dan saran kepada peneliti.
xii
9. Adinda Defryana Eka Susanti yang selalu medukung dan memberi semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman KKN-PPL Sofyan, Puput, Adzani, Annisa Ayu, Dedi, Diah, Heni, Elda, Fitri, Friesa, Melin yang selalu memberi semangat.
11. Bapak dan ibu staf tata usaha FKIP Unila yang telah bekerja sama dengan
pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini.
12. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi , Jurusan Ilmu Pendidikan , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ,
Universitas Lampung , terimakasih atas Ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin..
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Bandar Lampung, 4 Mei 2015 Penyusun
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 13
2. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran ... 14
3. Belajar Motorik ... 16
4. Tahap Belajar gerak ... 17
5. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ... 18
C. Latihan ... 18
3. Metode Pembelajaran Outward Bound ... 21
4. Jenis-jenis Latihan Outward Bound ... 24
xiv
1. Pengertian Teamwork ... 28
2. Konsep Atau Skenario Teamwork ... 29
F. Kerangka Berpikir ... 29
G. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 43
1. Validitas Instrumen ... 43
2. Reliabilitas Instrumen ... 44
I. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
1. Deskripsi Data ... 48
2. Hasil Analisis Data ... 55
3. Pengujian Hipotesis ... 55
B. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Desain Eksperimen Subjek Tunggal ... 34
3.2 Jumlah Populasi ... 35
3.3 Instrumen Penelitian... 38
3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45
3.5 Uji Normalitas Tes Awal ... 46
3.6 Uji Normalitas Tes Akhir ... 46
4.1 Deskripsi Data Tes Awal ... 48
4.2 Deskripsi Data Tes Akhir ... 49
4.3 Persentase Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Hulahop ... 50
4.4 Persentase Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Pipa Bocor……… 51
4.5 Persentase Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Zigzag…….…… .. 52
4.6 Persentase Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Bola Dunia ... 52
4.7 Persentase Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Laba-laba Beracun ... 53
4.8 Persentase Hasil tes Awal dan Tes Akhir Tanaman Beracun ... 54
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Hulahop ... 64
4.2 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Pipa Bocor ... 61
4.3 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Zigzag ... 62
4.4 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Bola Dunia ... 63
4.5 Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Teamwork Laba-laba Beracun .... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini tentunya menjadi dilema tersendiri dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, karena peningkatan mutu pendidikan tidak hanya diarahkan untuk
2
terpisahkan agar manusia Indonesia memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Outward Bound merupakan suatu media pendidikan di alam terbuka yang diawali dari sebuah kekurangan kemudian mengubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan. Dari kurang berani diubah menjadi lebih berani, kurang solid diubah menjadi lebih solid, kurang gigih diubah menjadi lebih gigih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Outward Bound Internasional, Kurt Hahn:”Kekurangan kita
merupakan sebuah kesempatan,dengan cara mengubah
kekurangberuntungan itu menjadai sebuah tujuan yang baik”.”Sedangkan
Bapak Outward Bound Indonesia memiliki kata kata yang dapat kita simak
pula.”outward bound membimbing orang yang tidak dapat meninggalkan
sebuah kebiasaan,untuk mencoba dan mencobanya lagi,hingga mencapai batas yang tidak diketahui”.(Outwar Bound Indonesia).
Sistem pendidikan yang kurang memberikan ruang yang lebih luas bagi pengembangan kerjasama tim akan membuat peserta didik hanya dapat menemukan pengetahuan dari cara yang konvensional dan kurang menciptakan kondisi di mana mereka sendirilah yang berupaya untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam pengukuran kerjasama tim, biasanya dilakukan tes pengukuran untuk melihat kemampuan kerjasama tim. Kemampuan berpikir kompak dibutuhkan pengembangan kemampuan berpikir untuk pengembangan motorik dan psikologi.
3
pendidikan telah banyak mengalami perubahan. Pendidikan tidak lagi
terbatas oleh kurikulum formal melainkan telah mengalami perluasan melalui rekayasa teknologi untuk mewujudkan pendidikan luar sekolah yang
interaktif. Selain itu, waktu bermain anak-anak di luar jam sekolah dapat dimanfaatkan sebagai waktu belajar melalui kegiatan rekreasi. Sehingga, rekreasi dapat menjadi salah satu media untuk mewujudkan tujuan
pendidikan saat ini. Dalam pelaksanaannya, kegiatan rekreasi dimanfaatkan sebagai wahana untuk belajar anak melalui pengalamannya di luar sekolah. Pendidikan yang dilaksanakan selama waktu luang yang dimiliki oleh anak dapat disebut juga sebagai pendidikan rekreasi. Pendidikan rekreasi memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu
meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak.
Pendidikan rekreasi sangat representatif bagi perkembangan anak di sekolah, karena pendidikan rekreasi memiliki fungsi sebagai berikut:
a. memperkaya wawasan dan pengetahuan anak;
b. meningkatkan kemampuan teknis (skill) dan bakat individualnya; c. menambah gairah belajar;
d. menumbuhkan sikap hidup yang kreatif dan sosial; e. membentuk kepribadian;
f. mensyukuri kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; dan g. menumbuhkan rasa cinta Tanah Air;
4
saja diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pelakasanaan. Kegiatan di alam terbuka (outdoor education) telah menjadi salah satu ciri dari pendidikan rekreasi. Siswa dapat menjadikan alam sebagai wahana untuk memperkaya wawasannya, karena alam menyimpan jutaan misteri, maka siswa dapat menemukan berbagai macam keunikan baru dan berbagai pengetahuan melalui pembelajaran baik secara audio visual maupun ekperimental di alam terbuka. Berdasarkan hasil observasi di SD-SD lainnya (SDN 2 Wonosari, SDN 4 Gadingrejo, dan SDN 6 Gadingrejo) mengenai peningkatan kerjasama tim dalam sebuah permainan outward bound disana maka penulis menyimpulkan bahwa kerjasama tim dalam sebuah permainan outward bound di SDN Se-Kecamatan Gadingrejo masih terasa sangat kurang sekali bahkan pada siswanya masih cenderung pada egonya sendiri tanpa mempunyai rasa kerjasama dalam kelompoknya.
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut, antara lain:
1. Sikap kerjasama yang masih rendah bagi anak dalam rangka penyesuaian dirinya secara nyata di lingkungan sosialnya;
2. Pendidikan rekreasi kurang diperhatikan menjadi salah satu metode pengembangan dalam kerjasama tim melalui latihan outward bound; 3. Pengembangan kerjasama tim masih kurang diperhatikan dalam program
outward bound Sekolah Dasar.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kebiasan dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji. Masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada:
1. Penilaian kerjasama tim siswa diukur melalui perlakuan latihan outward bound;
2. Pengukuran efektivitas latihan outward bound diperoleh melalui tingkat signifikasi peningkatan kerjasama siswa Sekolah Dasar yang didapatkan dari perlakuan latihan outward bound;
6
4. latihan outward bound yang dilaksanakan adalah berupa permainan hulahop, permainan pipa bocor, permainan zigzag, permainan bola dunia, permainan laba-laba beracun, dan permainan tanaman beracun.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu antara lain: 1. Apakah pelatihan outward bound permainan hulahop efektif dalam
meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo?
2. Apakah pelatihan outward bound permainan pipa bocor efektif dalam meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo?
3. Apakah pelatihan outward bound permainan zigzag efektif dalam meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo?
4. Apakah pelatihan outward bound permainan bola dunia efektif dalam meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo?
7
6. Apakah pelatihan outward bound permainan tanaman beracun efektif dalam meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut, antara lain:
1. Untuk mengetahui efektivitas permainan hulahop dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
2. Untuk mengetahui efektivitas permainan pipa bocor dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
3. Untuk mengetahui efektivitas permainan zigzag dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
4. Untuk mengetahui efektivitas permainan bola dunia dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
5. Untuk mengetahui efektivitas permainan laba-laba beracun dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
6. Untuk mengetahui efektivitas permainan tanaman dalam meningkatkan kemampuan teamwork siswa.
F. Manfaat Penelitian
8
1. Bagi Guru
Penyelenggara Sekolah Dasar sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan dalam peningkatan kerjasama siswa melalui kegiatan olahraga ( latihan outward bound) di luar bidang Iptek sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini.
2. Bagi Prodi Penjaskesrek
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengajar penjaskes di tingkat SD khususnya materi pembelajaran yang berkaitan dengan outward bound.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti
lainnya sebagai bahan masukan dan pembelajaran dalam penelitian sejenis yang akan atau sedang dilakukan.
4. Bagi Mapala
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran sebagai bahan pembelajaran untuk kegiatan diluar yang berkaitan dengan outward bound.
5. Bagi Pramuka
9
G. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Tempat penelitian dilaksanakan di Lapangan Sekolah Dasar Negeri 1 Wonosari;
2. Objek penelitian yang diamati adalah latihan outward bound; dan 3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Se-Kecamatan Gadingrejo.
H. Penjelasan Judul
1. Pengertian Efektivitas menurut Abdurahmat (2003 : 92) adalah daya pesan untuk memengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mememngaruhi, bisa juga diartikan sebagai pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah dorencanakan sebelumnya secara matang.
2. Pengertian Latihan adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya Menurut Harsono (2007:101)
mengemukakan bahwa “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaaannya.
10
oleh pendiri Outward Bound Internasional, Kurt Hahn(dalam buku Esnoe Sanoesi 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik neuromuskoler, perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka pendidikan nasional. (Depdiknas, 2003). Lebih lanjut Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga
12
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.
Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan
dalam „pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
13
afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan
sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.”
Artinya, dalam tubuh yang baik „diharapkan‟ pula terdapat jiwa yang sehat,
sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
B. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Pendidikan di Indonesia baik di sekolah maupun di luar sekolah selalu mengarah kepada tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi : "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab ".
14
Menurut Burton (2002) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
2. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran
Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaan. Menurut Mudjiono (1999) membagi Prinsip-prinsip belajar dalam 7 kategori, antara lain :
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Keaktifan Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga
dilimpahkan oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
b. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
c. Pengulangan
pengulangan--15
pengulangan agar terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan-latihan atau pengulangan- pengulangan.
d. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
e. Balikan atau penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan pada stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi).
f. Perbedaan individu
16
3. Belajar Motorik
Pendidikan Jasmani di seluruh dunia saat ini adalah salah satu dari bidang kurikulum yang berkembang dengan sangat pesat dalam jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Kebutuhan untuk melengkapi anak-anak dengan pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani telah diakui secara universal dan telah mengalami perubahan secara
meyakinkan dalam isi dan strategi mengajarnya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah aku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pangalaman yang dilakukan ecara berulang-ulang. Hilgard, (1998).
Perubahan-perubahan perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu. Belajar menurut pendapat para ahli lain adalah perubahan tingkat laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.
17
jasmani di sekolah, maka komponen gerak dasar yang perlu diajarkan oleh guru dapat dikelompokkan.
4. Tahap Belajar Gerak
Kata gerak banyak digunakan diberbagai disiplin ilmu pengetahuan misalnya, dalam ilmu – ilmu social dan eksakta. Namun kata gerak diberbagai disiplin ilmu tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, minsalnya adalah gerak dalam kalimat. Dalam ilmu fisika, gerak
diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi keposisi lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Pengertian dapat diamati secara objektif adalah bahwa perpindahan benda tersebut dapat diukur dalam suatu satuan waktu dan ruang. Gerak adalah perpindahan suatu benda dari seuatu tempat atau posisi ketempat yang lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu ( fisika ). Gerak adalah perubahan tempat posisi dan kecepatan tubuh atau bagian manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif ( belajar motorik ).
Segala tindakan untuk mencapai tujuan selalu memerlukan proses. Proses belajar gerak juga berlangsung dalam rangkaian kejadian dari waktu ke waktu. Proses belajar gerak yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan berlangsung dalam 3 tahapan atau fase.
18
b. Fase Asosiatif c. Fase Otonom
5. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga proses belajar yang mengaktualisasi (nyata) ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar. Menurut Sardiman (1994: 27) secara umum tujuan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan, dan c. Pembentukan sikap.
C. Latihan
1. Pengertian Latihan
Latihan adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya Menurut Harsono (2007:5) mengemukakan bahwa
“latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian menambah
19
aktivitas harus disesuaikan dengan kemampuan masing masing orang dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang rumit.
2. Tujuan Latihan
Ada lima tujuan dari latihan yaitu
1. Mencapai dan Memperluas Perkembangan fisik secara menyeluruh.
2. Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek
olahraga.
3. Mempertahankan keadaan kesehatan 4. Mencegah cidera
5. Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar dasar fisiologis dan psikologis latihan.
D. Outward Bound
1. Pengertian Outward Bound
Aktivitas fisik merupakan sarana yang digunakan dalam memberi kesempatan untuk belajar. Walau demikian outward bound tidak mengutamakan keterampilan fisik seseorang di alam terbuka, karena tujuan kegiatan tersebut adalah perbaikan konsep seseorang,
pengertian yang lebih baik terhadap diri sendiri dan sesama,
20
Dengan kata lain, semua ini mencerminkan seseorang yang tidak pernah menyerah, selalu berani mencoba dan mencoba lagi, dan meraih batas maksimal seseorang yang belum pernah disadari sebelumnya. (Outward Bound Indonesia, 1991).
2. Sejarah Outward Bound
Dalam ruang lingkup pendidikan jasmani , pembelajaran “outdoor”
dilaksanakan diluar jam pelajaran dan mengambil tempat diluar lingkungan sekolah. Pembelajaran outdoor sudah menjadi program kegiatan sekolah dinegara luar, seperti di Canada, USA, Germani, Japan, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan program tersebut
dinamakan “Outward Bound”. Outward Bound masuk ke Indonesia
tahun 1990, dan dinamakan Outward Bound Indonesia, yang memulai latihannya tahun 1991. Pusat pelatihan outward bound ini adalah di Jatiluhur, Purwarkarta, Jawa Barat.
Kusumaatmadja (1991) mengatakan bahwa outward bound adalah suatu pelatihan pengembangan pribadi yang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang. Program pelatihan ini merupakan pengalaman berharga yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang yang mendapat kesempatan untuk
21
dengan alam dan lingkungan,sehingga peserta dapat lebih menghargai dan mencintainya.
Kusumowidagdo dalam kusumaatmadja (1991) mengatakan bahwa pelatihan outward bound tidak hanya mendekatkan peserta dengan alam dan lingkungan tetapi juga dengan sesama , terutama rekan rekan sebayanya. Peserta akan dihadapkan pada keputusan yang akan diambil, tantangan dan resiko yang telah di program secara tepat sehingga menyenangkan untuk dilakukan. Peserta akan belajar dan merasakan bagaimana dekat dengan alam dang lingkungan.
Kurt Hand dalam Kusumaatmadja (1991) berpendapat bahwa pada wakti meninggalkan kenyamanan lingkungan rumah , tempat kerja yang sudah dikenal, untuk tidak mempertaruhkan diri ketempat yang
tidak dikenal peserta akan dianggap ber”Outward Bound”.
Putnam (1993) menegaskan karakter yang utama dalam kegiatan outdoor education adalah sebagai berikut: 1. Aktif dalam lingkungan yang berbeda untuk lowongan pekerjaan dalam bidang pelajaran. 2. Kegiatan luar yang penuh tantangan dan petualangan. 3. Pengalaman yang dilengkapi fasilitas alam akan mengembangkan panca indra. 4. Meningkatkan kemampuan jasmani dan intelektual.
3. Metode Pembelajaran Outward Bound
Outward Bound merupakan suatu media pendidikan di alam terbuka yang diawali dari sebuah kekurangan kemudian mengubah
22
menjadi lebih berani;kurang solid diubah menjadi lebih solid;kurang gigih diubah menjadi lebih gigih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Outward Bound Internasional,Kurt
Hahn:”Kekurangan kita merupakan sebuah kesempatan,dengan cara
mengubah kekurangberuntungan itu menjadai sebuah tujuan yang baik”.
Sedangkan Bapak Outward Bound Indonesia memiliki kata kata yang
dapat kita simak pula.” outward bound membimbing orang yang tidak dapat meninggalkan sebuah kebiasaan,untuk mencoba dan
mencobanya lagi,hingga mencapai batas yang tidak
diketahui”.(Outwar Bound Indonesia). Kisah outward bound itulah yang menjadikan sebuah pilihan dari banyak orang,baik untuk pelatihan manajemen, pelatihan kepemimpinan,kegiatan siswa
TK/SD,rekreasi,maupun sebagai mata kuliah formal dan ujian skripsi.
Pendidikan luar kelas bukan merupakan mata ajaran tapi suatu pendekatan terhadap pendidikan yang berkaitan dengan
pengembangan remaja secara menyeluruh. Hal tersebut merupakan pendekatan yang dirancang terhadap proses belajar, di mana
23
Putnam (1993) mengatakan outward bound mengacu pada kegiatan-kegiatan yang peduli akan kehidupan, gerakan dan pembelajaran di luar. Hal ini mencakup bertahan hidup, pengalaman setempat dan berbagai kegiatan, semuanya bersifat fisik dan peduli terhadap observasi lingkungan. Outward Bound dilaksanakan dalam situasi-situasi yang menuntut kepercayaan diri. Putnam (1993), mengatakan: Dasar pemikiran program outward bound bahwa kegiatan ini
membawa keuntungan bagi remaja, yaitu: mengambil bagian dalam pekerjaan sosial dengan memberi sumbangan dan segala resiko, mendorong keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan rekreasi di sekolah dan organisasi remaja. Selanjutnya Putnam menyimpulkan tujuan outward bound secara khusus adalah:
a. Membantu anak-anak atau remaja dengan kegiatan yang bermanfaat.
b. Membuka inisiatif dan kemampuan membuat keputusan.
c. Memberi kesempatan untuk latihan kepemimpinan dengan aman dan menguasai lingkungan.
d. Membantu remaja untuk mengerti dan hubungan yang baik dengan teman sebaya.
e. Memudahkan pertumbuhan dan kemajuan sosial dan sikap pribadi.
24
Banyak tujuan diadakan kegiatan outward bound bergantung kepada lembaga atau instansi yang menyelenggarakannya. Beberapa tujuan outward bound antara lain yaitu Pre test(Test Case). Outward Bound bertujuan sebagai sebuah tes awal bagi sekelompok orang yang akan ditempatkan disebuah lembaga baru atau lembaga yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam kegiatan ini tidak jarang para psikolog ikut dilibatkan dalam menentukan hasil akhir dari pre test tersebut.
4. Jenis-jenis Latihan Outward Bound
Outward Bound adalah suatu pelatihan pengembangan pribadi yang sangat dibutuhkan negara kita yang sedang berkembang. Program pelatihan ini merupakan pengalaman berharga yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang yang mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Salah satu hal penting yang dilakukan pada pelatihan ini adalah kesempatan untuk dekat dengan alam dan lingkungan, sehingga kita menghargai dan mencintai apa yang kita miliki.
25
Dalam penelitian ini bentuk kegiatan atau permainan yang diajukan sebagai berikut:
a. Permainan Hulahop b. Permainan Pipa bocor c. Permainan Zigzag d. Permainan Bola Dunia e. Permainan laba-laba beracun f. Permainan Tanaman Beracun
Semua permainan yang diajukan dalam penelitian ini mempunyai tujuan masing-masing, dan semua kegiatan dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam satu hari. Adapun maksud dan tujuan kegiatan atau permainan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Menumbuh kembangkan rasa percaya diri
Kegiatan di alam bebas dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengenal potensi dan kelemahan diri sendiri secara lebih baik, sehingga membentuk pemahaman yang lebih baik terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan di alam bebas menghadapkan pelakunya langsung kepada tantangan yang nyata dan harus dihadapi serta menuntut potensi baik fisik, mental, maupun emosi pelakunya.
26
kegiatan. Kemampuan fisik dan mental peserta yang terbentuk dalam suasana kebersamaan, akan dapat menimbulkan rasa percaya diri pada peserta. Latihan ini juga dimaksudkan untuk memberikan suatu tantangan baru bagi para peserta, agar lebih berani berinovasi dengan perhitungan yang lebih matang.
b. Menumbuhkembangkan kerjasama kelompok
Tantangan-tantangan di alam bebas yang harus diselesaikan bersama dengan tuntutan yang lebih optimum dari setiap individu pelakunya sehingga merupakan kinerja kelompok sebagaimana dituntut oleh tantangan yang dihadapi. Hal ini memberi peluang pada peserta untuk memahami urgensi dari pada kepemimpinan, dimana setiap peserta harus mampu memimpin atau dipimpin sehingga dapat memahami bagaimana arti dari kebersamaan yang harmonis.
Dalam beberapa kasus, keberhasilan dan kegagalan kelompok akan sangat tergantung pada keinginan anggotanya untuk mencoba. Pola pelatihan ini pada dasarnya diasumsikan bahwa setiap orang yang telah berupaya secara sungguh-sungguh untuk mencoba, layak mendapatkan penghargaan (respect). Keinginan untuk mencoba akan jauh lebih berarti dari pada nilai
27
dapat diminimalisasi agar keberhasilan dan keutuhan kelompok dapat diraih
c. Menumbuhkan kegembiraan individual maupun kelompok Pada kegiatan di alam bebas beberapa resiko yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan sampai ekstremnya yaitu berbentuk kecelakaan fatal yang dapat dialami bila dilakukan tanpa perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang matang. Dengan membuat kerangka kerja keselamatan yang tepat, kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu simulasi dari resiko-resiko pengambil keputusan
Pelaksanaan pelatihan ini tidak dimaksudkan untuk membentuk karakter baru dengan merubah karakter peserta. Tetapi
sepenuhnya bertujuan memperlihatkan pada peserta, bahwa karakter pribadinya yang selama ini tidak disadarinya, dapat dimunculkan. Oleh karena itu, para fasilitator akan mengarahkan peserta agar menikmati kegiatan ini tanpa merasa tertekan, bahkan akan membuat para peserta tidak kehilangan kegembiraannya dalam mengikuti kegiatan ini.
d. Rekreasi petualangan di alam bebas
tekanan-28
tekanan yang berupa ketegangan, frustasi maupun konflik. Kegiatan di alam bebas ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta agar dapat terbebas dari rutinitasnya, baik sebagai pengambil keputusan di perusahaan maupun secara bersama-sama di dalam masyarakat.
E. Teamwork
1. Pengertian Teamwork
Menurut Hassan Sadily Teamwork (2006) adalah kerjasama sekelompok .Teamwork adalah gotong royong, kerjasama.
Pada esensinya teamwork adalah suatu kerjasama sekelompok orang dalam menunaikan responsibilitasnya membuat keputusan bagi
kepentingan organisasi. Demikian dapatlah dirumuskan,sebuah “team” adalah sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tujuan yang sama dan mau mengesampingkan otonomi individualnya sejauh dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Sesungguhnya teamwork merupakan suatu konsep yang kompleks mengandung berbagai interprestasi di dalamnya.
29
tersebut bukanlah tujuan pribadi,bukan tujuan ketua tim,bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandengan tangan menyelesaikan permainan atau game.
2. Konsep Atau Skenario Teamwork
Behavior scientist telah merekomendasi beberapa konsep dan prinsip yang bila diadaptasikan sangat membanti dalam menciptakan kondisi-kondisi yang dapat melancarkan operasi team seperti kepemimpinan, iklim, komunikasi, kebutuhan-kebutuhan, pembuatan keputusan, dan kreativitas.
F. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan kerjasama tim dapat dicapai dengan diadakan latihan outward bound guna mempererat kerjasama kelompok. Teamwork adalah suatu bentuk kerjasama dalam beberapa sumber daya manusia,berasal dari latar belakang yang berbeda,kedudukannya sama,untuk meraih tujuan yang sama. Menurut Hassan Sadily (2006) teamwork adalah kerjasama
sekelompok. Pada esensinya teamwork adalah suatu kerjasama orang dalam mencapai tujuan yang sama.
30
solid diubah menjadi lebih solid, kurang gigih diubah menjadi lebih gigih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Outward Bound Internasional,Kurt Hahn: ”Kekurangan kita merupakan sebuah
kesempatan,dengan cara mengubah kekurangberuntungan itu menjadai sebuah tujuan yang baik”. Beberapa permainan outward bound yang
digunakan yaitu permainan hulahop, permainan pipa bocor, permainan zigzag, permainan bola dunia, permainan laba-laba beracun, dan permainan tanaman beracun.
Berdasarkan pertimbangan diatas ,maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Latihan Outward Bound (X)
Gambar 1.Bagan kerangka pikir Efektivitas pelatihan outward bound terhadap peningkatan teamwork siswa kelas V SDN Se-Kecamatan
Gadingrejo Pringsewu. Dalam permainan outward bound siswa akan diajak untuk melatih kerjasaman, konsentrasi, dan membangun komuniksi dengan
Permainan Hulahop
Permainan Pipa bocor
Permaianan Bola Dunia
Permainan Zig Zag
Permaianan Laba-Laba beracun
Permainan Tanaman Beracun
Sumber:A.Esnoe Sanoesi(2010;14)
31
kelompoknya untuk memecahkan masalah ataupun menyelesaikan
permainan yang diberikan, sehingga kemampuan teamwork masing-masing siswa akan meningkat secara keseluruhan.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah karena dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya.
Menurut Arikunto (2010:110) Hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna
mengetahuai apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukan kebenarannya atau tidak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho1 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan hulahop terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
H1 : Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan hulahop terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho2 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan pipa bocor terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
32
Ho3 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan zigzag terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
H3 : Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan zigzag terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho4 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan bola dunia terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
H4 : Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan bola dunia terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho5 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan laba-laba beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
H5 : Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan laba-laba beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho6 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan tanaman beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuia dengan yang
diharapkan. Metode penelitian ini sangat diperlukan untuk menetukan data dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen adalah metode percobaan dan observasi sistematis dalam satu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu
34
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah eksperimen subjek tunggal (Arikunto, 2010) yaitu dilakukan dengan memberikan perlakuan X terhadap subjek. Sebelum diberikan perlakuan subjek diberikan suatu pengukuran teamwork (TE1), dan setelah diberi perlakuan dites kembali kemampuan teamwork (TE2). Hasil kedua pengukuran tersebut dibandingkan untuk menguji apakan perlakuan ayng diberikan dapat meningkatkan teamwok pada siswa.
Tabel 3.1 Desain Eksperimen Subyek Tunggal
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen T E1 Six Game
Outbound
T E2 Keterangan:
Sampel : 30 siswa
T E1 : Tes Afektif Awal Perlakuan : Enam Permainan T E2 : Tes Afektif Akhir
35
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, Arikunto (2010:173). Sedangkan menurut Riduwan (2002 : 3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Se-Kecamatan Gadingrejo. Populasi tersebut tersebar dalam enam sekolah dasar,yaitu:
Tabel 3.2 Jumlah Populasi kelas V SDN Se-Kecamatan Gadingrejo
No NAMA SEKOLAH DASAR Jumlah siswa kelas V
1. SDN 1 WONOSARI 33
2. SDN 2 WONOSARI 35
3. SDN 4 GADINGREJO 35
4. SDN 6 GADINREJO 33
5. SDN 9 GADINGREJO 33
6. SDN 7 GADINGREJO 31
JUMLAH 200
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini penulis berpedoman kepada pendapat Arikunto yang mengemukakan: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
36
Berdasarkan pendapat di atas penulis mengambil sampel sebesar 15 % dari 200 populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Arikunto (2010:159) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : (1) variabel bebas, dan (2) variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu latihan outward bound .Permainan hulahop (X1), permainan pipa bocor (X2), permainan zigzag (X3), permainan bola dunia (X4), permainan laba-laba beracun (X5), dan permainan tanaman beracun (X6).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dan dilambangkan dengan (Y). Dan disini yang merupakan variabel
37
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel berguna untuk membatasi dan mengarahkan ruang lingkup variabel yang diamati dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan. Untuk menghindari pembiasan dalam penafsiran judul penelitian, maka peneliti memberikan definisi operasional mengenai kata kunci yang terdapat dalam judul penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Outward Bound adalah suatu pelatihan pengembangan pribadi yang sangat dibutuhkan negara kita yang sedang berkembang. Program pelatihan ini merupakan pengalaman berharga yang seharusnya
dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang yang mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Salah satu hal penting yang dilakukan pada pelatihan ini adalah kesempatan untuk dekat dengan alam dan lingkungan, sehingga kita menghargai dan mencintai apa yang kita miliki. 2. Teamwork adalah suatu kerjasama sekelompok orang dalam menunaikan
responsibilitasnya membuat keputusan bagi kepentingan organisasi.
Demikian dapatlah dirumuskan,sebuah “team” adalah sekelompok orang
yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tujuan yang sama dan mau mengesampingkan otonomi individualnya sejauh dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
38
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.Menurut Fathoni (2011:37) data primer didapatkan melalui tes dan pengukuran langsung variabel yang diamati, sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi terkait seperti sekolah dan sejenisnya serta studi literatur.Tes dan pengukuran variabel pada saat penelitian berlangsung dilakukan dengan standar tes yang dilakukan untuk mengukur/menilai peningkatan kerjasama seseorang. Tes dan pengukuran peningkatan kerjasama dengan menggunakan kegiatan latihan outward bound yang telah dibuat.
G. Instrumen Penelitian
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teknik dan alat dalam pengumpulan data, maka untuk mengumpulkan data dalam pelaksanaan penelitian ini langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Teamwork Siswa
NO ASPEK DISKRIPSI BOBOT XN NILAI
1 Kepemimpinan Anak sangat mampu menggerakan
anggotanya
Anak mampu
5
39
Anak kurang mampu menggerakkan anggotanya
Anak sangat kurang menggerakkan pada permainan ini
Anak tertarik pada permainan ini
Anak cukup tertarik pada permainan ini
Anak kurang tertarik pada permainan ini
Anak tidak tertarik pada permainan ini
40
Anak sesekali
menyampaikan solusi kepada anggotanya
Anak tidak pernah menyampaikan solusi
41
Anak sesekali memaksimalkan
Anak sangat mampu memberi masukan kepada kelompoknya
42
memberi masukan kepada kelompoknya
Anak sesekali memberi masukan kepada kelompoknya
Anak tidak pernah memberi masukan kepada kelompoknya
2
1
6 Kreativitas Anak sangat mampu mengeluarkan ide ide baru untuk
43
Anak tidak pernah memberi masukan kepada kelompoknya
SKALA NILAI 81-100 = Baik Sekali 61
-80 = Baik 41-60 = Cukup 21-40 = Kurang
0 -20 = Sangat Kurang
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen
Suatu alat ukur yang baik harus memenuhi persyaratan validitas.
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto 2010:211). Untuk menentukan tingkat validitas item, nilai koefisien korelasinya akan dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel dengan tingkat signifikasi 5 %.
Menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
44
untuk uji validitas adalah bila rhitung > rtabel maka instrumen valid dan apabila sebaliknya tidak valid. Uji validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan software SPSS statistics 17 for windows. Validitas instrument dalam penelitian diketahui sebesar 0,628 sedangkan reliabilitasnya adalah sebesar 0,569.
2. Reliabilitas Instrumen
Koefisien reliabilita digunakan rumus KR 21 (Sugiyono,2013) sebagai berikut:
r11 = �−�
1 1−
�(�−�) � � 2
Keterangan:
K = Jumlah item dalam instrumen � = Mean skor total
2� = Varians Total
Tabel 3.4 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.628 .569 7
45
Kepemimpinan 0,374 0.410 Valid 0.668 Reliabel
Iklim 0,374 0.455 Valid 0.594 Reliabel
Komunikasii 0,374 0.442 Valid 0.577 Reliabel
Kebutuhan 0,374 0.370 Tidak
Kreativitas 0,374 0.450 Valid 0.590 Reliabel
I. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). dibantu menggunakan program SPSS 17.0 for
windows. Uji ini dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kreteria sebagai berikut:
1) Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel , atau angka
signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05; maka distribusi data
46
2) Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel , atau angka
signifikansi < taraf signifikansi (α) 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
Tabel 3.5. Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal Kemampuan Teamwork Siswa
No Variabel Z Hitung Asymp.Sig Tabel dia atas menunjukan ringkasan hasil uji normalitas
menggunakan uji kolmogorov – smirnov. dipeoleh nilai signifikan (Asymp. Sig(2 tailed)) lebih besar dari 0,05 yang berarti data berdistrbusi normal.
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Data Tes Akhir Kemampuan Teamwork Siswa
No Variabel Z Hitung Asymp.Sig
Tabel dia atas menunjukan ringkasan hasil uji normalitas
47
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (paired sample t-test)
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk menguji hiptotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan satu cara, yaitu menggunakan uji satistik nonparametrik paired sample t- test dengan Program SPSS statistics 17.0 for windows, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Kriteria pengujian
a) Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
b) Ho ditolak jika – t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel c) Ho diterima jika P value > 0,005
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Pelatihan outward bound melalui permainan hulahop efektif untuk meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
2. Pelatihan outward bound melalui permainan pipa bocor efektif untuk meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
3. Pelatihan outward bound melalui permainan zigzag efektif untuk meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
4. Pelatihan outward bound melalui permainan bola dunia efektif untuk meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
69
6. Pelatihan outward bound melalui permainan tanaman beracun efektif untuk meningkatkan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.
B. Saran
1. Kepada guru pendidikan jasmani diharapkan mencoba untuk memberikan bentuk-bentuk latihan permainan outward bound untuk meningkatkan kemampuan teamwork siswa dari berbagai aspek, meliputi
kepemimpinan, iklim, kebutuhan-kebutuhan, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
2. Bagi program studi penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pendidikan maupun calon tenaga pendidik, khususnya di bidang olahraga rekreasi.
3. Dinas Pendidikan diharapkan dapat menjadi acuan untuk memotivasi kerjasama khususnya bidang olahraga.
4. Bagi Mapala
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran sebagai bahan pembelajaran untuk kegiatan diluar yang berkaitan dengan outward bound.
5. Bagi Pramuka
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat, 2003. Pengertian Efektivitas. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2003. Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Burton. 2002. Strategi Belajar Mengajar. FIP Unimed
Departemen Pendidikan Nasional . 2003. Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fiits and Ponser. 1993. Teaching Education and Sport In a Changing St . Louis. Mourby
Harsono. 2007. Latihan Kondisi Fisik. Bandung: UPI.
Hilgard. 1998. Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : CV Andira. Husnam. A. 2009. 100 Permainan Tradisional Indonesia. Yogjakarta: Andi . Kusumaatmadja. 1991. Outward Bound Indonesia (OBI). Jatiluhur, Jawa Barat. Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Putnam. 1993. Personal Growth Through Adventures. London. David Pultan Publisher.
71
Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali Press.
Sugiyono. 2013 . Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Susanta, Agustinus. 2008. Merancang Outbound Training Profesional.
Yogjakarta: Andi.
Tarigan, Herman. 1999. Program “Outdoor Education” Sebagai Model
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Sikap Kreatif di SLTP. Tesis PPS IKIP Bandung.