PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014
(Skripsi)
Oleh RESDA WATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014
Oleh RESDA WATI
Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses belajar dan hasil belajar IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe
jigsaw yang dilaksanakan di SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. prosedur penelitian adalah 2 siklus dan masing-masing siklus berjumlah 2 pertemuan. Metode analisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Uji hipotesa tindakan menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson. Subjek yang diteliti siswa Kelas IV yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 Laki- Laki dan 12 Perempuan
Hasil penelitian menunjukkan penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai keterampilan proses yang cukup signifikan dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yaitu 13.50% dan 34.6% meningkat pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2 sebesar 46.2% dan 63.5% dengan kriteria sedang. Penilaian hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari siklus 2 pertemuan 1 dan 2 siswa yang telah tuntas mencapai indikator keberhasilan penelitian > 80%. Kemudian korelasi antara variabel keterampilan proses belajar dengan variabel nilai hasil belajar IPA sebesar +0,34 memiliki hubungan yang rendah/lemah berdasarkan skala makna nilai korelasi product moment karl pearson yang menyatakan skala nilai 0,20 – 0,39 bermakna rendah/lemah namun memiliki hubungan yang positif
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih dan sayangNya, sehingga skripsi ini yang berjudul, “Peningkatan
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Jigsaw di Kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2014” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung, atas izin, nasehat, motivasi dan bimbingannya.
3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung.
4. Bapak DR. M. Thoha B.S Jaya, M.S sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran, kritik yang membangun, nasehat dan motivasi serta
bimbingan yang diberikan.
5. Bapak Drs. A. Sudirman, M. H sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin
Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis
MOTO
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk
merancang.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah ج وع , dan shalawat serta
salam kepada Nabi yang Mulia, Nabi Muhammad سلم لي للهاىلص
kupersembahkan
karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi:
1. Ayah bunda tercinta, Bustami (Alm) dan Raden Sinariyah (Alm) motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku
sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda padaku.
2. Suamiku tercinta Haras Jamil terima kasih atas dukungan dan cinta yang diberikan saat kita bersama, hal itu yang membuat aku mampu untuk
kuat dan sabar.
3. Anak-anak yang Ibunda sayang, Ivan Gani Kurniawan dan Resi Amelia.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Resda Wati, dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1968 di Kota Menggala. Putri dari pasangan Bustami
(Almarhum) dan Raden Sinariyah (Almarhumah) ini
menamatkan pendidikan di SD Negeri 4 Menggala dan
lulus pada tahun 1983, kemudian melanjutkan ke SMP
Menggala lulus tahun 1986. Pada tahun 1989, penulis menyelesaikan
pendidikannya di SPG Kotabumi.
Penulis memulai karier sebagai guru PNS pada tahun 2008 di SD Negeri 2
Haduyang, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagai guru kelas.
Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan tugas di SDN 1 Natar. Pada
tahun 2010 penulis melanjutkan studi pada program S1 PGSD dalam Jabatan di
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 7
2.1.1 Teori-Teori Belajar ... 8
2.1.2 Model Cooperative Learning ...10
2.1.3 Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ...11
2.2 Keterampilan Proses ...14
2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses ...14
2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA ...15
2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA ...17
2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA ...18
2.3 Hasil Belajar ...19
2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar ...20
2.5 Penelitian yang Relevan ...21
2.6 Kerangka Pikir ...22
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 60
2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 61
3. Pemetaan ... 62
4. Silabus ... 65
5. RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 77
6. RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 81
7. RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 85
8. RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 88
9. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 ... 91
10. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 93
11. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 ... 95
12. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 2 ... 97
13. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ... 99
14. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 2 ... 100
15. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 1 ... 101
16. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 2 ... 102
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Tes Formatif IPA Semester Genap ... 2
4.1 Jadwal Penelitian ... 35
4.2 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 1... 37
4.3 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 ... 37
4.4 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2... 41
4.5 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 42
4.6 Nilai Keterampilan Proses Siklus 2 Pertemuan 1... 45
4.7 Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 ... 46
4.8 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2... 49
4.9 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 49
4.10 Nilai Keterampilan Proses Belajar IPA ... 52
4.11 Penilaian Hasil Belajar IPA ... 52
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru menyatakan, bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Salah satu nilai dari tujuan pendidikan adalah dapat memberikan pedoman
atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan model
pembelajaran atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Penentuan
model belajar yang tepat, berarti akan menjamin pencapaian hasil belajar
yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bila guru mengajarkan suatu materi pelajaran, tujuan yang ingin dicapai
adalah keseluruhan anak didik dapat menguasai materi tersebut. Ada
kepuasan batin tersendiri, bila melihat kemampuan anak didik mencapai
target yang diharapkan oleh seorang guru. Dan guru dapat mengukur
keberhasilan dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang
diberikan angka–angka tertinggi. Bila kita dapat membimbing anak–anak
2
keuntungan dan dampak yang sangat besar bagi murid, orang tua maupun
negara.
Pencapaian hasil belajar yang memuaskan merupakan hasil dari keterampilan
proses dalam pembelajaran IPA yang maksimal. Berdasarkan pengamatan
awal di kelas IV SDN 1 Natar diketahui bahwa siswa dalam kegiatan
pembelajaran terlihat pasif, siswa tidak menggunakan indera-indera untuk
mengamati objek-objek pembelajaran IPA yang kemudian diidentifikasi,
diklasifikasikan dan hasil pengamatan tersebut dikaitkan dengan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan
dari guru tanpa berusaha untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui
proses berpikir ilmiah. Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan
model belajar yang digunakan guru adalah model konvensional. Pembelajaran
jadi tidak menarik dan kinerja guru tidak maksimal sehingga hasil belajar
siswa rendah. Dan dari hasil tes formatif, siswa kelas IV SDN 1 Natar
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dalam mata pelajaran IPA
menghasilkan nilai belum maksimal sesuai standar KKM. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
3
Berdasarkan tabel di atas, 17 siswa dalam persentase 65.4% memperoleh nilai
di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu < 65. .
Untuk mencapai keterampilan proses dalam pembelajaran IPA dan hasil
belajar yang maksimal dan memuaskan tersebut diperlukan adanya suatu
model yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, efektif
dan mendorong siswa mengembangkan potensi dan kemampuan yang
dimiliki serta mendorong kinerja guru secara maksimal. Model pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model cooperative learning tipe
Jigsaw akan digunakan melalui Penelitian Tindakan Kelas.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa dalam kegiatan pembelajaran terlihat pasif, siswa tidak
menggunakan indera-indera untuk mengamati objek-objek pembelajaran
IPA yang kemudian diidentifikasi, diklasifikasikan dan hasil pengamatan
tersebut dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan dari guru tanpa berusaha
untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui proses berpikir ilmiah.
Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami pembelajaran IPA
melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
4
2. Masih terdapat guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif
kreatif asyik dan menyenangkan sehingga aktivitas kinerja guru tidak
maksimal.
3. Aktivitas belajar siswa rendah.
4. Nilai hasil belajar IPA berdasarkan tabel diketahui 17 siswa dalam
persentase 65.4% memperoleh nilai di bawah standar kriteria ketuntasan
minimal yaitu 65.
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Rendahnya hasil belajar IPA
siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2014”.
Atas dasar masalah tersebut permasalahan yang diajukan adalah:
1. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat
meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1
Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?
2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?
3. Bagaimana hubungan antara keterampilan proses belajar IPA dengan hasil
belajar siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
5
Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Keterampilan
Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Jigsaw di Kelas IV SD Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2014.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw
dalam meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN
1 Natar.
2. Untuk mengetahui/menganalisis penerapan model cooperative learning
tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1
Natar.
3. Untuk mengetahui hubungan antara peningkatan keterampilan proses
belajar IPA dengan hasil belajar siswa yang menerapkan model
cooperative learning tipe jigsaw di kelas IV SDN 1 Natar.
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan hasil penelitian antara lain:
1. Bagi Siswa
Siswa mengenal model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw
yang inovatif, kreatif, asyik dan menyenangkan sehingga meningkatkan
6
2. Bagi Guru
a. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar
mengenai model–model pembelajaran yang inovatif, kreatif, asyik dan
menyenangkan.
b. Meningkatkan kemampuan kinerja guru dan mengembangkan
kemampuan kompetensi guru secara professional dalam mencapai
tujuan pendidikan.
3. Sekolah
a. Meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 1 Natar.
b. Pencapaian tujuan pendidikan nasional ke arah yang lebih baik lagi di
SDN I Natar.
4. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan kemampuan kompetensi profesional sebagai guru di
bidang teori-teori pembelajaran.
b. Dapat memperluas pengetahuan dan wawasan serta kemampuan dalam
penulisan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat memperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah
mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu.
Namun jika ditanyakan kepada diri sendiri, maka kita akan berpikir sejenak
untuk mengutarakan jawaban sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.
Besar kemungkinan akan terdapat bermacam-macam jawaban seperti halnya
demikian menurut pendapat beberapa ahli.
Cukup banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut Skinner (dalam Walgito, 2010:184), „learning is a process of
progressive behavior adaptation’. Dari definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar
adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna
atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2. Sardiman (dalam Gunawan, 2012:105) menyatakan, “… belajar
8
serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya”.
3. Djamarah (2008:13) menyatakan bahwa, “belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.
Melihat beberapa pengertian belajar yang disampaikan oleh para ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi dari
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna dari sebelumnya
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan pengalaman
individu ketika melakukan serangkaian kegiatan belajar.
2.1.1 Teori-Teori Belajar
Teori–teori belajar yang telah dikemukakan para ahli dalam Djamarah
(2008:17-27) yaitu sebagai berikut:
1. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Ahli–ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya–daya. Daya–daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya–daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir dan sebagainya.
2. Teori tanggapan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herbart. Teori tanggapan adalah teori memasukkan tanggapan sebanyak–banyaknya, berulang– ulang dan sejelas–jelasnya. Banyak tanggapan berarti pandai, sedikit tanggapan berarti kurang pandai. Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan– kesan ke dalam otak dan menjadikan orang pandai. Kesan yang dimaksud di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.
3. Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
9
penting dari bagian–bagian. Sebab keberadaan bagian–bagian itu didahului oleh keseluruhan. Teori belajar ini adalah belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan (belajar dengan insight/pengertian).
Prinsip–prinsip belajar menurut teori Gestalt: a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan d. Terjadi transfer
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman f. Belajar harus dengan insight
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
h. Belajar berlangsung terus menerus. 4. Teori belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi (a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, (b) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut domains of learning, yaitu sebagai berikut :
a. Keterampilan motoris b. Informasi verbal
c. Kemampuan intelektual d. Strategi kognitif
e. Sikap
5. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond, singkatan dari stimulus, respons dan bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons antara aksi dan reaksi.
b. Teori Conditioning
10
diciptakan maka akan terjadi pembiasaan. Kondisi yang diciptakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran perlu memahami kelemahan dan
kelebihan dari teori-teori pembelajaran yang ada agar dapat
mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan demikian penelitian ini cenderung dan
berorientasi ke teori dari R. Gagne.
2.1.2 Model Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan–aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang
pandai tanpa merasa dirugikan, siswa kurang pandai dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang
membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa
bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan
terpaksa bersikap aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Nurhadi dan Senduk dalam Wena (2009:189) mengatakan,
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
11
Menurut Solihatin (2008:5) “Model belajar cooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan
nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar”.
Pembelajaran cooperative learning memandang bahwa keberhasilan
dalam belajar bukan semata–mata harus diperoleh dari guru, melainkan
bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu
teman sebaya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri
siswa terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama-
sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat
baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya
kognitif, afektif maupun psikomotor.
2.1.3 Model cooperative learning tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson
dari Universitas Texas USA (lihat Wena, 2009:193). Secara umum
penerapan tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut:
1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
2. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5–6 orang yang bersifat heterogen,
12
3. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas–tugas pembelajaran yang
harus dikerjakan.
4. Dari masing–masing kelompok diambil seorang anggota untuk
membentuk kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas
tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara
anggota kelompok pakar.
5. Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok
semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini
diadakan diskusi antar anggota kelompok.
6. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator.
7. Guru melaksanakan evaluasi baik secara individu maupun kelompok
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
8. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar
yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua
kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib
diberi penghargaan.
Sedangkan menurut Priyanto dalam Wena (2009:194), langkah–
langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok asal
Setiap kelompok terdiri dari 5–6 orang yang memiliki kemampuan yang heterogen.
2. Pembelajaran pada kelompok asal
13
3. Pembentukan kelompok ahli
Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing–masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing–masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
4. Diskusi kelompok ahli
Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah–masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Diskusi kelompok asal
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing–masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.
6. Diskusi kelas
Dengan dipandu guru, diskusi kelas membicarakan konsep–konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
7. Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing– masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
8. Pemberian penghargaan kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa bonus nilai dan lain–lain.
Menurut Lie dalam Emildadiany (2008:1), siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, jigsaw didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
14
2.2 Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA 2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikasi
(Indrawati dalam Trianto, 2012:144). Dengan kata lain keterampilan ini
dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan
konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan
memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.
Menurut Wahyana dalam Trianto (2012:144) lebih lanjut menjelaskan
bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari
latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
Keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan di samping
pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep.
Keterampilan proses yang digunakan dalam pembelajaran IPA,
didasarkan pada langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh para
siswa untuk mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat
berupa konsep atau teori.
Carin dalam Sutarno, Dkk (2008:9.3) menyampaikan beberapa alasan
tentang pentingnya keterampilan proses, yaitu: 1) dalam praktiknya apa
15
metode penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekadar mengetahui
materi ke-IPA-an saja tetapi terkait pula dengan mengetahui bagaimana
caranya mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta-fakta untuk
membuat suatu penafsiran atau kesimpulan; 2) keterampilan proses
merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan
bukan saja untuk mempelajari berbagai macam ilmu tetapi juga dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sutarno (2008:9.1) membagi keterampilan proses itu sendiri menjadi
dua, yaitu: 1) keterampilan proses IPA dasar (mengobservasi,
mengukur, membandingkan, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
menginferensi, memprediksi dan sebagainya) sedangkan keterampilan
proses IPA terintegrasi (memformulasi hipotesis, menamai variable,
membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasi
data dan melakukan penyelidikan).
Berdasarkan uraian di atas, maka keterampilan proses yang digunakan
dalam pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas adalah
serangkaian langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh siswa untuk
mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat berupa
konsep atau prinsip.
2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA
Keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan IPA memberi
penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat
berkembang pada anak-anak. Dengan keterampilan ini siswa dapat
16
mengetahuinya. Penggunaan keterampilan proses ini merupakan suatu
proses yang berlangsung selama hidup.
Menurut Trianto (2012:148) keterampilan proses perlu
dilatihkan/dikembangkan dalam pembelajaran IPA karena keterampilan
proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:
1. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
3. Meningkatkan daya ingat.
4. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan
sesuatu.
5. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
Dengan mengembangkan keterampilan proses akhirnya akan terjadi
interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau
dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri.
Di sekolah, keterampilan proses kebanyakan digunakan untuk menguji
konsep yang telah ada atau diverifikasi saja. Dengan adanya interaksi
tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan
ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang
rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka dan
berdisiplin.
Dengan mengembangkan keterampilan proses IPA, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut. Dengan
17
penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai.
2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA
Melatihkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran IPA
dapat membuat siswa mampu mengemukakan idenya bahwa memahami
IPA bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan
alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuwan. IPA merupakan
alat yang sangat potensial untuk membantu mengembangkan
kepribadian siswa.
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-
ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan
masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan
pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada
peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus-
menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya,
antara lain waktu yang terbatas, dan banyaknya materi yang harus
dipelajari.
Melatihkan keterampilan proses dalam pelaksanaannya diawali oleh
permodelan guru, kemudian barulah siswa dimintakan bekerja dan
berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Apabila keterampilan
proses yang dilatihkan secara terpadu merupakan hal yang sulit atau
kompleks bagi siswa, maka guru dapat menguraikan secara lebih
sederhana ke dalam komponen-komponennya sampai siswa benar-benar
18
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan
mengerjakannya secara benar, maka guru diharuskan untuk mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik. Apabila kenyataannya
masih ada siswa yang belum memahami dan mengerjakannya secara
benar, maka siswa tersebut harus diberikan latihan lanjutan sampai
benar-benar memahami dan menemukan sendiri melalui pengamatan
atau percobaan. Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat
memahami sains secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu
yang relatif lama.
2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Melatihkan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang
penting untuk keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran
akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam
waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman
langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau
eksperimen. Selain itu, menurut Muhammad (2003:40) tujuan
melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam
melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi aktif dan efisien
dalam belajar.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan
19
3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat
mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya
miskonsepsi.
4. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta yang
dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa
sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.
5. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan
dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup
di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan
berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri
seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan
tingkah laku yang relatif menetap (Nashar, 2004:77).
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata
pelajaran atau bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk
pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran atau bidang studi
20
2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar
Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester ganjil adalah
sebagai berikut:
1. Alat gerak pada manusia dengan sub materi yaitu: rangka tubuh manusia,
sendi, kelainan tulang akibat sikap duduk yang salah dan kesehatan
tulang.
2. Panca indera dengan sub materi yaitu: indera peraba, indera pembau,
indera penglihatan, indera pendengar dan indera pengecap.
3. Bagian-bagian tumbuhan dengan sub materi yaitu: akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji.
4. Pengelompokan hewan dengan sub materi yaitu: jenis makanan hewan,
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, daur hidup hewan
dan cara memelihara serta merawat hewan peliharaan.
5. Hubungan mahluk hidup dengan sub materi yaitu: hubungan antar mahluk
hidup dan hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
6. Benda dan sifatnya dengan sub materi yaitu: wujud benda, perubahan
wujud benda dan sifat bahan serta kegunaanya.
Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester genap adalah
sebagai berikut:
1. Gaya dan gerak benda dengan sub materi yaitu: pengertian gaya, gaya
mempengaruhi gerak dan bentuk benda.
2. Energi dan kegunaannya dengan sub materi yaitu: energi panas, energi
bunyi, perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik, energi
21
3. Kenampakan permukaan bumi dan benda langit dengan sub materi yaitu:
perubahan kenampakan permukaan bumi dan perubahan kenampakan
benda langit.
4. Perubahan lingkungan dengan sub materi yaitu: penyebab perubahan
lingkungan fisik, pengaruh perubahan lingkungan fisik dan cara
pencegahan kerusakan lingkungan.
5. Sumber daya alam dengan sub materi yaitu: hubungan sumber daya alam
dengan lingkungan, pengolahan sumber daya alam dan dampak
pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
2.5 Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam
pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Hernawati (2010),
dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Alam melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa Kelas VI A
SDN I Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP.
2009/2010”.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan
22
hasil belajar IPA siswa kelas VI di SDN 1 Tanjungsari melalui aktivitas
belajar yang maksimal.
2. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Jumanto (2011), dengan
judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri
Gentan 03 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPS siswa kelas
V setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hasil-hasil penelitian relevan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa
model cooperative learning tipe jigsaw meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar melalui kegiatan belajar mengajar secara maksimal.
2.6 Kerangka Pikir
Keterampilan proses dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk
ditingkatkan karena keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan
yang menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep pembelajaran
IPA melalui keterampilan latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial
sehingga mencapai keberhasilan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Siswa kelas IV di SDN 1 Natar memiliki tingkat keterampilan proses belajar
IPA yang rendah sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang
tidak maksimal. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Berikut dapat dilihat skema
23 Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian.
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian di atas diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.
2. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.
3. Ada hubungan antara penerapan model cooperative learning tipe jigsaw
dengan peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan diadakan di SD Negeri 1 Natar yang terletak di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Peneliti melakukan
penelitian di sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah tempat
dimana peneliti melakukan tugas mengajar, sehingga peneliti
beranggapan bahwa hal itu sangat menguntungkan dan memudahkan
pelaksanaan penelitian.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014
sampai dengan bulan Oktober 2014.
3. 2Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat
dijabarkan secara jelas pada beberapa siklus, yaitu:
1. Siklus Pertama
Siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan dengan langkah-langkah
25
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan antara lain adalah:
a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul
b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada.
c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas
d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam
penelitian.
e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:
(1) Menentukan SK dan KD
(2) Menentukan materi
(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran
(5) Membuat soal-soal tes formatif
(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar
siswa dan kinerja guru.
(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.
(8) Menyiapkan dokumentasi
2) Tindakan (acting)
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus
26
wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian
yang akurat dan objektif.
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang
bertindak sebagai observer. Pengamatan dilakukan saat
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data
dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses
belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti
“pemantulan”. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika
guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap
ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan
tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu
dilakukan pada pertemuan kedua.
b. Pertemuan 2
Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis
besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun
pada pertemuan kedua terdapat beberapa perbaikan-perbaikan
27
2. Siklus Kedua
Siklus kedua memiliki tahapan-tahapan yang sama seperti siklus pertama,
terdiri dari dua pertemuan. Namun siklus kedua dilakukan apabila hasil
refleksi menunjukkan pencapaian hasil keterampilan proses dan hasil
belajar IPA yang tidak maksimal pada siklus pertama. Siklus kedua
dilakukan berdasarkan keputusan peneliti dari hasil refleksi yang
memandang perlunya dilakukan siklus selanjutnya untuk mendapatkan
hasil penelitian yang benar-benar akurat, dan mencapai indikator
keberhasilan penelitian sesuai dengan hipotesa peneliti yang dipaparkan
sebagai berikut:
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan antara lain adalah:
a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul pada
siklus kesatu
b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada
pada siklus kesatu.
c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas
d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam
penelitian.
e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:
(1) Menentukan SK dan KD
28
(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran
(5) Membuat soal-soal tes formatif
(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar
siswa dan kinerja guru.
(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.
(8) Menyiapkan dokumentasi
2) Tindakan (acting)
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus
menaati apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan, berlaku
wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian
yang akurat dan objektif.
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang
bertindak sebagai observer. Pengamatan dilakukan saat
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data
dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses
belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti
29
guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap
ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan
tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu
dilakukan pada pertemuan kedua.
b. Pertemuan 2
Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis
besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun
pada pertemuan kedua terdapat beberapa perbaikan-perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama.
Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai
berikut:
30
3. 3Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa
Kelas IV SDN 1 Natar yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 Laki-Laki dan
12 Perempuan.
3. 4Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki 2 sumber data yang
diperoleh berdasarkan siswa sebagai subjek penelitian dalam bentuk hasil
observasi keterampilan proses belajar dan hasil belajar siswa.
3. 5Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Tes
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang
berbentuk soal pilihan ganda dan uraian singkat.
3.5.2 Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Adapun indikator
keterampilan proses belajar IPA adalah sebagai berikut:
(1)Merumuskan masalah
(2)Mengajukan pertanyaan
(3)Melakukan percobaan/pengukuran
(4)Mengolah data
31
3. 6Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan
analisis deskripsi kualitatif yaitu, suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan proses belajar
siswa setiap siklus dan diperoleh dari pengamatan siswa pada lembar
observasi dan hasil belajar siswa yang dicapai dalam setiap siklus
(Khotimah, 2009:40).
3.6.2 Analisis Data Kuantitatif
Pada analisis data kuantitatif dilakukan melalui penggunaan statistik
sederhana berupa nilai–nilai yang diperoleh dari hasil keterampilan
proses belajar IPA setiap siswa per siklus dan tes hasil belajar pada
setiap akhir siklus menggunakan rumus sebagai berikut:
(1) Keterampilan Proses Belajar Siswa
Menentukan tingkat keterampilan proses belajar siswa di setiap
siklus menggunakan rumus yang dikemukakan Wurianingrum
(2007:47).
Keterangan:
K = Keterampilan Proses
T = Tingkat Keterampilan Proses Tinggi
32
R = Tingkat Keterampilan Proses Rendah
= Jumlah Siswa
Kategori:
T = Tinggi (jika memenuhi skor 0-33%)
S = Sedang (Jika memenuhi skor 34%-67%)
R = rendah (jika memenuhi skor 68%-100%)
(2) Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran kooperatif diambil dari rata–rata nilai tes yang
diperoleh setiap akhir siklus (Khotimah, 2009:40)
Keterangan:
= Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus
sebagai berikut:
3.6.3 Uji Hipotesis Tindakan
Analisis uji hubungan keterampilan proses belajar IPA dengan hasil
33
keterampilan proses belajar IPA dengan hasil belajar IPA yang
menggunakan rumus korelasi “r” product moment Karl Pearson dengan
cara mencari (menghitung) dan memberikan interpretasi terhadap angka
indeks korelasi “r’ product moment untuk data tunggal dimana N
kurang dari 30.
Rumus:
r = Nilai koefisien korelasi
∑X = Jumlah pengamatan variabel X
∑Y = Jumlah pengamatan variabel Y
N = Jumlah pasangan X dan Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X ∑Y2
= Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y ∑XY = Jumlah perkalian variabel X dan Y
(Sudijono, 2009:209)
3. 7Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan yang
signifikan atas keterampilan proses belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015
sebagai berikut:
1. Keterampilan proses belajar siswa mengalami peningkatan persentase
maksimal pada kriteria keterampilan proses tinggi, sedang dan rendah
34
melakukan percobaan/pengukuran, mengolah data dan menarik
kesimpulan.
2. Hasil belajar meningkat yaitu 80% dari 26 siswa tuntas belajar sesuai
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV di SDN 1 Natar hal ini
dapat dilihat dari peningkatan nilai keterampilan proses yang cukup
signifikan dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yaitu 13.50% dan 34.6%
meningkat pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2 sebesar 46.2% dan 63.5%
dengan kriteria sedang.
2. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
penilaian hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari siklus 2 pertemuan 1
dan 2 siswa yang telah tuntas mencapai indikator keberhasilan
penelitian > 80%.
3. Antara variabel keterampilan proses belajar dengan variabel nilai hasil
belajar IPA sebesar +0,34 memiliki hubungan yang rendah/lemah
berdasarkan skala makna nilai korelasi product moment karl pearson
yang menyatakan skala nilai 0,20 – 0,39 bermakna rendah/lemah
57
5. 2 Saran
Mengacu kepada hasil penelitian terdapat beberapa rekomendasi yang perlu
dipertimbangkan baik oleh pendidik maupun kalangan tenaga kependidikan:
1. Untuk Sekolah
Beberapa hal yang bisa direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah
untuk Kepala SDN 1 Natar perlu memberikan dukungan penuh kepada
guru untuk meningkatkan pencapaian kompetensi melalui pengadaan
berbagai pelatihan, workshop dan sebagainya khususnya pengetahuan
guru mengenai strategi pembelajaran dan pengadaan sarana dan
prasarana yang maksimal.
2. Untuk Guru
Guru sebagai tenaga pendidik harus mau melakukan evaluasi diri dan
belajar sepanjang hayat dalam menguasai segala aspek penunjang
keberhasilan pembelajaran.
3. Penelitian ini dapat dijadikan wacana sebagai tambahan ilmu/informasi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional, Pustaka Candra, Jakarta
Djamarah, Syaiful. B. 2008, Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta
Emildadiany, Novi. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/
Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Alfabeta, Bandung
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta
Hernawati. 2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa Kelas VI A SDN I Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP. 2009/2010 (Skripsi). Unila, Lampung
Jumanto. 2011. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Gentan 03 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 (Skripsi). (http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=20230) diunduh 10 Oktober 2014
Khotimah, Khusnul. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya, Bandung
Muhammad, Nur. 2003. Teori-Teori Perkembangan. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Nashar, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta
59
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Rineka Cipta, Jakarta
Solihatin, Etin & Raharjo, 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara, Jakarta
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sutarno, Nono. Dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka, Jakarta
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam KTSP. Bumi Aksara, Jakarta
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. ANDI, Yogyakarta
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara, Jakarta