• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh RESDA WATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

Oleh RESDA WATI

Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses belajar dan hasil belajar IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe

jigsaw yang dilaksanakan di SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan.

Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. prosedur penelitian adalah 2 siklus dan masing-masing siklus berjumlah 2 pertemuan. Metode analisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Uji hipotesa tindakan menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson. Subjek yang diteliti siswa Kelas IV yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 Laki- Laki dan 12 Perempuan

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai keterampilan proses yang cukup signifikan dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yaitu 13.50% dan 34.6% meningkat pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2 sebesar 46.2% dan 63.5% dengan kriteria sedang. Penilaian hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari siklus 2 pertemuan 1 dan 2 siswa yang telah tuntas mencapai indikator keberhasilan penelitian > 80%. Kemudian korelasi antara variabel keterampilan proses belajar dengan variabel nilai hasil belajar IPA sebesar +0,34 memiliki hubungan yang rendah/lemah berdasarkan skala makna nilai korelasi product moment karl pearson yang menyatakan skala nilai 0,20 – 0,39 bermakna rendah/lemah namun memiliki hubungan yang positif

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

kasih dan sayangNya, sehingga skripsi ini yang berjudul, “Peningkatan

Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative

Learning Tipe Jigsaw di Kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan Tahun 2014” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung, atas izin, nasehat, motivasi dan bimbingannya.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak DR. M. Thoha B.S Jaya, M.S sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan saran, kritik yang membangun, nasehat dan motivasi serta

bimbingan yang diberikan.

5. Bapak Drs. A. Sudirman, M. H sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan

(8)

Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin

Bandar Lampung, Desember 2014

Penulis

(9)

MOTO

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk

merancang.

(10)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah ج وع , dan shalawat serta

salam kepada Nabi yang Mulia, Nabi Muhammad سلم لي للهاىلص

kupersembahkan

karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi:

1. Ayah bunda tercinta, Bustami (Alm) dan Raden Sinariyah (Alm) motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan

menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku

sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda padaku.

2. Suamiku tercinta Haras Jamil terima kasih atas dukungan dan cinta yang diberikan saat kita bersama, hal itu yang membuat aku mampu untuk

kuat dan sabar.

3. Anak-anak yang Ibunda sayang, Ivan Gani Kurniawan dan Resi Amelia.

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Resda Wati, dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1968 di Kota Menggala. Putri dari pasangan Bustami

(Almarhum) dan Raden Sinariyah (Almarhumah) ini

menamatkan pendidikan di SD Negeri 4 Menggala dan

lulus pada tahun 1983, kemudian melanjutkan ke SMP

Menggala lulus tahun 1986. Pada tahun 1989, penulis menyelesaikan

pendidikannya di SPG Kotabumi.

Penulis memulai karier sebagai guru PNS pada tahun 2008 di SD Negeri 2

Haduyang, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagai guru kelas.

Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan tugas di SDN 1 Natar. Pada

tahun 2010 penulis melanjutkan studi pada program S1 PGSD dalam Jabatan di

(12)

xii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 7

2.1.1 Teori-Teori Belajar ... 8

2.1.2 Model Cooperative Learning ...10

2.1.3 Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ...11

2.2 Keterampilan Proses ...14

2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses ...14

2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA ...15

2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA ...17

2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA ...18

2.3 Hasil Belajar ...19

2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar ...20

2.5 Penelitian yang Relevan ...21

2.6 Kerangka Pikir ...22

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 60

2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 61

3. Pemetaan ... 62

4. Silabus ... 65

5. RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 77

6. RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 81

7. RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 85

8. RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 88

9. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 ... 91

10. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 93

11. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 ... 95

12. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 2 ... 97

13. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ... 99

14. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 2 ... 100

15. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 1 ... 101

16. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 2 ... 102

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Tes Formatif IPA Semester Genap ... 2

4.1 Jadwal Penelitian ... 35

4.2 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 1... 37

4.3 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 ... 37

4.4 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2... 41

4.5 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 42

4.6 Nilai Keterampilan Proses Siklus 2 Pertemuan 1... 45

4.7 Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 ... 46

4.8 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2... 49

4.9 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ... 49

4.10 Nilai Keterampilan Proses Belajar IPA ... 52

4.11 Penilaian Hasil Belajar IPA ... 52

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru menyatakan, bahwa

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Salah satu nilai dari tujuan pendidikan adalah dapat memberikan pedoman

atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan model

pembelajaran atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Penentuan

model belajar yang tepat, berarti akan menjamin pencapaian hasil belajar

yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Bila guru mengajarkan suatu materi pelajaran, tujuan yang ingin dicapai

adalah keseluruhan anak didik dapat menguasai materi tersebut. Ada

kepuasan batin tersendiri, bila melihat kemampuan anak didik mencapai

target yang diharapkan oleh seorang guru. Dan guru dapat mengukur

keberhasilan dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikan dikuasai

sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang

diberikan angka–angka tertinggi. Bila kita dapat membimbing anak–anak

(18)

2

keuntungan dan dampak yang sangat besar bagi murid, orang tua maupun

negara.

Pencapaian hasil belajar yang memuaskan merupakan hasil dari keterampilan

proses dalam pembelajaran IPA yang maksimal. Berdasarkan pengamatan

awal di kelas IV SDN 1 Natar diketahui bahwa siswa dalam kegiatan

pembelajaran terlihat pasif, siswa tidak menggunakan indera-indera untuk

mengamati objek-objek pembelajaran IPA yang kemudian diidentifikasi,

diklasifikasikan dan hasil pengamatan tersebut dikaitkan dengan pengalaman

dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan

dari guru tanpa berusaha untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui

proses berpikir ilmiah. Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan

model belajar yang digunakan guru adalah model konvensional. Pembelajaran

jadi tidak menarik dan kinerja guru tidak maksimal sehingga hasil belajar

siswa rendah. Dan dari hasil tes formatif, siswa kelas IV SDN 1 Natar

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dalam mata pelajaran IPA

menghasilkan nilai belum maksimal sesuai standar KKM. Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

(19)

3

Berdasarkan tabel di atas, 17 siswa dalam persentase 65.4% memperoleh nilai

di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu < 65. .

Untuk mencapai keterampilan proses dalam pembelajaran IPA dan hasil

belajar yang maksimal dan memuaskan tersebut diperlukan adanya suatu

model yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, efektif

dan mendorong siswa mengembangkan potensi dan kemampuan yang

dimiliki serta mendorong kinerja guru secara maksimal. Model pembelajaran

yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model cooperative learning tipe

Jigsaw akan digunakan melalui Penelitian Tindakan Kelas.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa dalam kegiatan pembelajaran terlihat pasif, siswa tidak

menggunakan indera-indera untuk mengamati objek-objek pembelajaran

IPA yang kemudian diidentifikasi, diklasifikasikan dan hasil pengamatan

tersebut dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan dari guru tanpa berusaha

untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui proses berpikir ilmiah.

Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami pembelajaran IPA

melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan

(20)

4

2. Masih terdapat guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif

kreatif asyik dan menyenangkan sehingga aktivitas kinerja guru tidak

maksimal.

3. Aktivitas belajar siswa rendah.

4. Nilai hasil belajar IPA berdasarkan tabel diketahui 17 siswa dalam

persentase 65.4% memperoleh nilai di bawah standar kriteria ketuntasan

minimal yaitu 65.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Rendahnya hasil belajar IPA

siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2014”.

Atas dasar masalah tersebut permasalahan yang diajukan adalah:

1. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat

meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1

Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?

3. Bagaimana hubungan antara keterampilan proses belajar IPA dengan hasil

belajar siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten

(21)

5

Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Keterampilan

Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative Learning

Tipe Jigsaw di Kelas IV SD Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan Tahun 2014.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw

dalam meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN

1 Natar.

2. Untuk mengetahui/menganalisis penerapan model cooperative learning

tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1

Natar.

3. Untuk mengetahui hubungan antara peningkatan keterampilan proses

belajar IPA dengan hasil belajar siswa yang menerapkan model

cooperative learning tipe jigsaw di kelas IV SDN 1 Natar.

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan hasil penelitian antara lain:

1. Bagi Siswa

Siswa mengenal model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw

yang inovatif, kreatif, asyik dan menyenangkan sehingga meningkatkan

(22)

6

2. Bagi Guru

a. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar

mengenai model–model pembelajaran yang inovatif, kreatif, asyik dan

menyenangkan.

b. Meningkatkan kemampuan kinerja guru dan mengembangkan

kemampuan kompetensi guru secara professional dalam mencapai

tujuan pendidikan.

3. Sekolah

a. Meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 1 Natar.

b. Pencapaian tujuan pendidikan nasional ke arah yang lebih baik lagi di

SDN I Natar.

4. Bagi Peneliti

a. Meningkatkan kemampuan kompetensi profesional sebagai guru di

bidang teori-teori pembelajaran.

b. Dapat memperluas pengetahuan dan wawasan serta kemampuan dalam

penulisan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat memperoleh

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu.

Namun jika ditanyakan kepada diri sendiri, maka kita akan berpikir sejenak

untuk mengutarakan jawaban sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.

Besar kemungkinan akan terdapat bermacam-macam jawaban seperti halnya

demikian menurut pendapat beberapa ahli.

Cukup banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menurut Skinner (dalam Walgito, 2010:184), „learning is a process of

progressive behavior adaptation’. Dari definisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku

yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar

adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna

atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.

2. Sardiman (dalam Gunawan, 2012:105) menyatakan, “… belajar

(24)

8

serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru

dan lain sebagainya”.

3. Djamarah (2008:13) menyatakan bahwa, “belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.

Melihat beberapa pengertian belajar yang disampaikan oleh para ahli di atas

maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi dari

perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna dari sebelumnya

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan pengalaman

individu ketika melakukan serangkaian kegiatan belajar.

2.1.1 Teori-Teori Belajar

Teori–teori belajar yang telah dikemukakan para ahli dalam Djamarah

(2008:17-27) yaitu sebagai berikut:

1. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya

Ahli–ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya–daya. Daya–daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya–daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir dan sebagainya.

2. Teori tanggapan

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herbart. Teori tanggapan adalah teori memasukkan tanggapan sebanyak–banyaknya, berulang– ulang dan sejelas–jelasnya. Banyak tanggapan berarti pandai, sedikit tanggapan berarti kurang pandai. Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan– kesan ke dalam otak dan menjadikan orang pandai. Kesan yang dimaksud di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.

3. Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt

(25)

9

penting dari bagian–bagian. Sebab keberadaan bagian–bagian itu didahului oleh keseluruhan. Teori belajar ini adalah belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan (belajar dengan insight/pengertian).

Prinsip–prinsip belajar menurut teori Gestalt: a. Belajar berdasarkan keseluruhan

b. Belajar adalah suatu proses perkembangan c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan d. Terjadi transfer

e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman f. Belajar harus dengan insight

g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.

h. Belajar berlangsung terus menerus. 4. Teori belajar dari R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi (a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, (b) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut domains of learning, yaitu sebagai berikut :

a. Keterampilan motoris b. Informasi verbal

c. Kemampuan intelektual d. Strategi kognitif

e. Sikap

5. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond, singkatan dari stimulus, respons dan bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P. Pavlov.

a. Teori Konektionisme

Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons antara aksi dan reaksi.

b. Teori Conditioning

(26)

10

diciptakan maka akan terjadi pembiasaan. Kondisi yang diciptakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran perlu memahami kelemahan dan

kelebihan dari teori-teori pembelajaran yang ada agar dapat

mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Dengan demikian penelitian ini cenderung dan

berorientasi ke teori dari R. Gagne.

2.1.2 Model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan–aturan tertentu. Prinsip dasar

pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan

saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang

pandai tanpa merasa dirugikan, siswa kurang pandai dapat belajar

dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang

membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa

bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan

terpaksa bersikap aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Nurhadi dan Senduk dalam Wena (2009:189) mengatakan,

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa

(27)

11

Menurut Solihatin (2008:5) “Model belajar cooperative learning

merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam

mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan

nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di

antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,

produktivitas dan perolehan belajar”.

Pembelajaran cooperative learning memandang bahwa keberhasilan

dalam belajar bukan semata–mata harus diperoleh dari guru, melainkan

bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu

teman sebaya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan

menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri

siswa terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersama-

sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat

baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya

kognitif, afektif maupun psikomotor.

2.1.3 Model cooperative learning tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson

dari Universitas Texas USA (lihat Wena, 2009:193). Secara umum

penerapan tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut:

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

2. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5–6 orang yang bersifat heterogen,

(28)

12

3. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas–tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan.

4. Dari masing–masing kelompok diambil seorang anggota untuk

membentuk kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas

tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara

anggota kelompok pakar.

5. Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok

semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini

diadakan diskusi antar anggota kelompok.

6. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator.

7. Guru melaksanakan evaluasi baik secara individu maupun kelompok

untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

8. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar

yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua

kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib

diberi penghargaan.

Sedangkan menurut Priyanto dalam Wena (2009:194), langkah–

langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok asal

Setiap kelompok terdiri dari 5–6 orang yang memiliki kemampuan yang heterogen.

2. Pembelajaran pada kelompok asal

(29)

13

3. Pembentukan kelompok ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing–masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing–masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4. Diskusi kelompok ahli

Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah–masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Diskusi kelompok asal

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing–masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.

6. Diskusi kelas

Dengan dipandu guru, diskusi kelas membicarakan konsep–konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7. Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing– masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8. Pemberian penghargaan kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa bonus nilai dan lain–lain.

Menurut Lie dalam Emildadiany (2008:1), siswa saling tergantung satu

dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang ditugaskan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, jigsaw didesain untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan

(30)

14

2.2 Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA 2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang

terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk

melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikasi

(Indrawati dalam Trianto, 2012:144). Dengan kata lain keterampilan ini

dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan

konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan

memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.

Menurut Wahyana dalam Trianto (2012:144) lebih lanjut menjelaskan

bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari

latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.

Keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan di samping

pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep.

Keterampilan proses yang digunakan dalam pembelajaran IPA,

didasarkan pada langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh para

siswa untuk mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat

berupa konsep atau teori.

Carin dalam Sutarno, Dkk (2008:9.3) menyampaikan beberapa alasan

tentang pentingnya keterampilan proses, yaitu: 1) dalam praktiknya apa

(31)

15

metode penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekadar mengetahui

materi ke-IPA-an saja tetapi terkait pula dengan mengetahui bagaimana

caranya mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta-fakta untuk

membuat suatu penafsiran atau kesimpulan; 2) keterampilan proses

merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan

bukan saja untuk mempelajari berbagai macam ilmu tetapi juga dapat

digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sutarno (2008:9.1) membagi keterampilan proses itu sendiri menjadi

dua, yaitu: 1) keterampilan proses IPA dasar (mengobservasi,

mengukur, membandingkan, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,

menginferensi, memprediksi dan sebagainya) sedangkan keterampilan

proses IPA terintegrasi (memformulasi hipotesis, menamai variable,

membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasi

data dan melakukan penyelidikan).

Berdasarkan uraian di atas, maka keterampilan proses yang digunakan

dalam pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas adalah

serangkaian langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh siswa untuk

mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat berupa

konsep atau prinsip.

2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA

Keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan IPA memberi

penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat

berkembang pada anak-anak. Dengan keterampilan ini siswa dapat

(32)

16

mengetahuinya. Penggunaan keterampilan proses ini merupakan suatu

proses yang berlangsung selama hidup.

Menurut Trianto (2012:148) keterampilan proses perlu

dilatihkan/dikembangkan dalam pembelajaran IPA karena keterampilan

proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:

1. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.

3. Meningkatkan daya ingat.

4. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan

sesuatu.

5. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Dengan mengembangkan keterampilan proses akhirnya akan terjadi

interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau

dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri.

Di sekolah, keterampilan proses kebanyakan digunakan untuk menguji

konsep yang telah ada atau diverifikasi saja. Dengan adanya interaksi

tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan

ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang

rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka dan

berdisiplin.

Dengan mengembangkan keterampilan proses IPA, siswa akan mampu

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

menumbuhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut. Dengan

(33)

17

penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan

pengembangan sikap dan nilai.

2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA

Melatihkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran IPA

dapat membuat siswa mampu mengemukakan idenya bahwa memahami

IPA bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan

alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuwan. IPA merupakan

alat yang sangat potensial untuk membantu mengembangkan

kepribadian siswa.

Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-

ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan

masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan

pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada

peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus-

menerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya,

antara lain waktu yang terbatas, dan banyaknya materi yang harus

dipelajari.

Melatihkan keterampilan proses dalam pelaksanaannya diawali oleh

permodelan guru, kemudian barulah siswa dimintakan bekerja dan

berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Apabila keterampilan

proses yang dilatihkan secara terpadu merupakan hal yang sulit atau

kompleks bagi siswa, maka guru dapat menguraikan secara lebih

sederhana ke dalam komponen-komponennya sampai siswa benar-benar

(34)

18

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan

mengerjakannya secara benar, maka guru diharuskan untuk mengecek

pemahaman dan memberikan umpan balik. Apabila kenyataannya

masih ada siswa yang belum memahami dan mengerjakannya secara

benar, maka siswa tersebut harus diberikan latihan lanjutan sampai

benar-benar memahami dan menemukan sendiri melalui pengamatan

atau percobaan. Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat

memahami sains secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu

yang relatif lama.

2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Melatihkan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang

penting untuk keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran

akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam

waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman

langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau

eksperimen. Selain itu, menurut Muhammad (2003:40) tujuan

melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan

sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam

melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi aktif dan efisien

dalam belajar.

2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan

(35)

19

3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat

mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya

miskonsepsi.

4. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta yang

dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa

sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.

5. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan

dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup

di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan

berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam

kehidupan.

2.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah

melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri

seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan

tingkah laku yang relatif menetap (Nashar, 2004:77).

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai

akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata

pelajaran atau bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk

pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran atau bidang studi

(36)

20

2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar

Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester ganjil adalah

sebagai berikut:

1. Alat gerak pada manusia dengan sub materi yaitu: rangka tubuh manusia,

sendi, kelainan tulang akibat sikap duduk yang salah dan kesehatan

tulang.

2. Panca indera dengan sub materi yaitu: indera peraba, indera pembau,

indera penglihatan, indera pendengar dan indera pengecap.

3. Bagian-bagian tumbuhan dengan sub materi yaitu: akar, batang, daun,

bunga, buah dan biji.

4. Pengelompokan hewan dengan sub materi yaitu: jenis makanan hewan,

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, daur hidup hewan

dan cara memelihara serta merawat hewan peliharaan.

5. Hubungan mahluk hidup dengan sub materi yaitu: hubungan antar mahluk

hidup dan hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.

6. Benda dan sifatnya dengan sub materi yaitu: wujud benda, perubahan

wujud benda dan sifat bahan serta kegunaanya.

Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester genap adalah

sebagai berikut:

1. Gaya dan gerak benda dengan sub materi yaitu: pengertian gaya, gaya

mempengaruhi gerak dan bentuk benda.

2. Energi dan kegunaannya dengan sub materi yaitu: energi panas, energi

bunyi, perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik, energi

(37)

21

3. Kenampakan permukaan bumi dan benda langit dengan sub materi yaitu:

perubahan kenampakan permukaan bumi dan perubahan kenampakan

benda langit.

4. Perubahan lingkungan dengan sub materi yaitu: penyebab perubahan

lingkungan fisik, pengaruh perubahan lingkungan fisik dan cara

pencegahan kerusakan lingkungan.

5. Sumber daya alam dengan sub materi yaitu: hubungan sumber daya alam

dengan lingkungan, pengolahan sumber daya alam dan dampak

pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

2.5 Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam

pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Hernawati (2010),

dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan

Alam melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa Kelas VI A

SDN I Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP.

2009/2010”.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan

(38)

22

hasil belajar IPA siswa kelas VI di SDN 1 Tanjungsari melalui aktivitas

belajar yang maksimal.

2. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Jumanto (2011), dengan

judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri

Gentan 03 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPS siswa kelas

V setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hasil-hasil penelitian relevan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa

model cooperative learning tipe jigsaw meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar melalui kegiatan belajar mengajar secara maksimal.

2.6 Kerangka Pikir

Keterampilan proses dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk

ditingkatkan karena keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan

yang menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep pembelajaran

IPA melalui keterampilan latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial

sehingga mencapai keberhasilan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

Siswa kelas IV di SDN 1 Natar memiliki tingkat keterampilan proses belajar

IPA yang rendah sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang

tidak maksimal. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Berikut dapat dilihat skema

(39)

23 Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian.

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian di atas diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai

berikut:

1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.

2. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.

3. Ada hubungan antara penerapan model cooperative learning tipe jigsaw

dengan peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan diadakan di SD Negeri 1 Natar yang terletak di

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Peneliti melakukan

penelitian di sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah tempat

dimana peneliti melakukan tugas mengajar, sehingga peneliti

beranggapan bahwa hal itu sangat menguntungkan dan memudahkan

pelaksanaan penelitian.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014

sampai dengan bulan Oktober 2014.

3. 2Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat

dijabarkan secara jelas pada beberapa siklus, yaitu:

1. Siklus Pertama

Siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan dengan langkah-langkah

(41)

25

a. Pertemuan 1

1) Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan antara lain adalah:

a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul

b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada.

c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas

d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam

penelitian.

e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:

(1) Menentukan SK dan KD

(2) Menentukan materi

(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran

(5) Membuat soal-soal tes formatif

(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar

siswa dan kinerja guru.

(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.

(8) Menyiapkan dokumentasi

2) Tindakan (acting)

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus

(42)

26

wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian

yang akurat dan objektif.

3) Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang

bertindak sebagai observer. Pengamatan dilakukan saat

pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data

dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses

belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti

“pemantulan”. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap

ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan

tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu

dilakukan pada pertemuan kedua.

b. Pertemuan 2

Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis

besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun

pada pertemuan kedua terdapat beberapa perbaikan-perbaikan

(43)

27

2. Siklus Kedua

Siklus kedua memiliki tahapan-tahapan yang sama seperti siklus pertama,

terdiri dari dua pertemuan. Namun siklus kedua dilakukan apabila hasil

refleksi menunjukkan pencapaian hasil keterampilan proses dan hasil

belajar IPA yang tidak maksimal pada siklus pertama. Siklus kedua

dilakukan berdasarkan keputusan peneliti dari hasil refleksi yang

memandang perlunya dilakukan siklus selanjutnya untuk mendapatkan

hasil penelitian yang benar-benar akurat, dan mencapai indikator

keberhasilan penelitian sesuai dengan hipotesa peneliti yang dipaparkan

sebagai berikut:

a. Pertemuan 1

1) Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan antara lain adalah:

a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul pada

siklus kesatu

b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada

pada siklus kesatu.

c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas

d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam

penelitian.

e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:

(1) Menentukan SK dan KD

(44)

28

(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran

(5) Membuat soal-soal tes formatif

(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar

siswa dan kinerja guru.

(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.

(8) Menyiapkan dokumentasi

2) Tindakan (acting)

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus

menaati apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan, berlaku

wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian

yang akurat dan objektif.

3) Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang

bertindak sebagai observer. Pengamatan dilakukan saat

pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data

dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses

belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti

(45)

29

guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap

ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan

tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu

dilakukan pada pertemuan kedua.

b. Pertemuan 2

Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis

besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun

pada pertemuan kedua terdapat beberapa perbaikan-perbaikan

berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama.

Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai

berikut:

(46)

30

3. 3Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa

Kelas IV SDN 1 Natar yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 Laki-Laki dan

12 Perempuan.

3. 4Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki 2 sumber data yang

diperoleh berdasarkan siswa sebagai subjek penelitian dalam bentuk hasil

observasi keterampilan proses belajar dan hasil belajar siswa.

3. 5Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Tes

Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang

berbentuk soal pilihan ganda dan uraian singkat.

3.5.2 Non Tes

Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil

keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Adapun indikator

keterampilan proses belajar IPA adalah sebagai berikut:

(1)Merumuskan masalah

(2)Mengajukan pertanyaan

(3)Melakukan percobaan/pengukuran

(4)Mengolah data

(47)

31

3. 6Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan

analisis deskripsi kualitatif yaitu, suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan proses belajar

siswa setiap siklus dan diperoleh dari pengamatan siswa pada lembar

observasi dan hasil belajar siswa yang dicapai dalam setiap siklus

(Khotimah, 2009:40).

3.6.2 Analisis Data Kuantitatif

Pada analisis data kuantitatif dilakukan melalui penggunaan statistik

sederhana berupa nilai–nilai yang diperoleh dari hasil keterampilan

proses belajar IPA setiap siswa per siklus dan tes hasil belajar pada

setiap akhir siklus menggunakan rumus sebagai berikut:

(1) Keterampilan Proses Belajar Siswa

Menentukan tingkat keterampilan proses belajar siswa di setiap

siklus menggunakan rumus yang dikemukakan Wurianingrum

(2007:47).

Keterangan:

K = Keterampilan Proses

T = Tingkat Keterampilan Proses Tinggi

(48)

32

R = Tingkat Keterampilan Proses Rendah

= Jumlah Siswa

Kategori:

T = Tinggi (jika memenuhi skor 0-33%)

S = Sedang (Jika memenuhi skor 34%-67%)

R = rendah (jika memenuhi skor 68%-100%)

(2) Penilaian Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan

pembelajaran kooperatif diambil dari rata–rata nilai tes yang

diperoleh setiap akhir siklus (Khotimah, 2009:40)

Keterangan:

= Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

= Jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus

sebagai berikut:

3.6.3 Uji Hipotesis Tindakan

Analisis uji hubungan keterampilan proses belajar IPA dengan hasil

(49)

33

keterampilan proses belajar IPA dengan hasil belajar IPA yang

menggunakan rumus korelasi “r” product moment Karl Pearson dengan

cara mencari (menghitung) dan memberikan interpretasi terhadap angka

indeks korelasi “r’ product moment untuk data tunggal dimana N

kurang dari 30.

Rumus:

r = Nilai koefisien korelasi

∑X = Jumlah pengamatan variabel X

∑Y = Jumlah pengamatan variabel Y

N = Jumlah pasangan X dan Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X ∑Y2

= Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y ∑XY = Jumlah perkalian variabel X dan Y

(Sudijono, 2009:209)

3. 7Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan yang

signifikan atas keterampilan proses belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas

IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015

sebagai berikut:

1. Keterampilan proses belajar siswa mengalami peningkatan persentase

maksimal pada kriteria keterampilan proses tinggi, sedang dan rendah

(50)

34

melakukan percobaan/pengukuran, mengolah data dan menarik

kesimpulan.

2. Hasil belajar meningkat yaitu 80% dari 26 siswa tuntas belajar sesuai

(51)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV di SDN 1 Natar hal ini

dapat dilihat dari peningkatan nilai keterampilan proses yang cukup

signifikan dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yaitu 13.50% dan 34.6%

meningkat pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2 sebesar 46.2% dan 63.5%

dengan kriteria sedang.

2. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

penilaian hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari siklus 2 pertemuan 1

dan 2 siswa yang telah tuntas mencapai indikator keberhasilan

penelitian > 80%.

3. Antara variabel keterampilan proses belajar dengan variabel nilai hasil

belajar IPA sebesar +0,34 memiliki hubungan yang rendah/lemah

berdasarkan skala makna nilai korelasi product moment karl pearson

yang menyatakan skala nilai 0,20 – 0,39 bermakna rendah/lemah

(52)

57

5. 2 Saran

Mengacu kepada hasil penelitian terdapat beberapa rekomendasi yang perlu

dipertimbangkan baik oleh pendidik maupun kalangan tenaga kependidikan:

1. Untuk Sekolah

Beberapa hal yang bisa direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah

untuk Kepala SDN 1 Natar perlu memberikan dukungan penuh kepada

guru untuk meningkatkan pencapaian kompetensi melalui pengadaan

berbagai pelatihan, workshop dan sebagainya khususnya pengetahuan

guru mengenai strategi pembelajaran dan pengadaan sarana dan

prasarana yang maksimal.

2. Untuk Guru

Guru sebagai tenaga pendidik harus mau melakukan evaluasi diri dan

belajar sepanjang hayat dalam menguasai segala aspek penunjang

keberhasilan pembelajaran.

3. Penelitian ini dapat dijadikan wacana sebagai tambahan ilmu/informasi

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional, Pustaka Candra, Jakarta

Djamarah, Syaiful. B. 2008, Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta

Emildadiany, Novi. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/

Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Alfabeta, Bandung

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta

Hernawati. 2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa Kelas VI A SDN I Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP. 2009/2010 (Skripsi). Unila, Lampung

Jumanto. 2011. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Gentan 03 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 (Skripsi). (http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=20230) diunduh 10 Oktober 2014

Khotimah, Khusnul. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya, Bandung

Muhammad, Nur. 2003. Teori-Teori Perkembangan. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Nashar, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta

(54)

59

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Rineka Cipta, Jakarta

Solihatin, Etin & Raharjo, 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara, Jakarta

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sutarno, Nono. Dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka, Jakarta

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam KTSP. Bumi Aksara, Jakarta

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. ANDI, Yogyakarta

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara, Jakarta

Gambar

Tabel Hasil Tes Formatif IPA Semester Genap Siswa Kelas IV
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian.
Gambar 2. Prosedur PTK menurut Kemmis dan Taggart (dalam Pargito, 2011:37)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

6 Tahun 2003 Tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis di Kota Medan dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dan untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi

Universitas

Skills Needed at Different Managerial Levels Human Skills Conceptu al Skills Technical Skills Top Managers Middle Managers Low-Level Managers. *Dark color = necessary to

10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

(5) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.. Dalam latar belakang pendidikan seumur hidup,

Abstract  The main purpose of this article is to do approximations graphically and mathematically the four-parameter generalized log-logistic distribution, denoted