ANALISIS PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP TINGKAT
KECELAKAAN KERJA KARYAWAN PADA PTPN IV (Persero) Unit Kebun
Bah Jambi Sumatera Utara
OLEH :
JULIO CESAR B. YUDHA 080502212
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Analisis pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja Karyawan pada PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi Sumatera Utara.
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Reguler Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 22 april 2014 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Bapa yang maha pengasih karena kasihMu yang besar yang nyata dalam hidupku. Kunaikkan syukurku buat setiap hari yang Kau beri, tak habis-habisnya kasih dan rahmatMu, Selalu baru dan tak pernah terlambat pertolonganMu, besar setiaMu dispanjang hidupku.
Adapun skripsi ini berjudul Analsis Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja Karyawan Pada PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi Sumatera Utara, dan disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dari penelitian yang ideal, namun karena dorongan, usaha, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karenanya, penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. Azhar Maksum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, Se Me. Dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Komariah Pandia, MS., selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus dan ikhlas meluangkan waktu, memberi saran dan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Yulinda, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai dan Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, Se, M.Si., selaku Dosen Ketua Penguji yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik Penulis.
7. Para pegawai Departemen Manajemen, pak Oka, kak Taty, kak Pina, dan Bang Chairil yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di Departemen Manajemen.
8. Skripsi ini saya persembahkan buat orang tua yang sangat aku kasihi, buat bapakku Drs. P. Gultom dan mamaku tersayang R. Pangaribuan, dukungan yang luar biasa, nasehat serta doa yang membuatku tetap semangat dalam menjalani perkuliahan.
9. Buat kakakku tersayang, kak Ika dan kak Kristy, makasih untuk dukungan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Keberhasilan kita adalah hadiah terindah buat bapak dan mama. Semangat!
10. Dony, Edo, leoni, terima kasih untuk kesediaan waktu yang sudah capek menemani penulis kesana kemari, yang telah memberikan motivasi, dorongan, semangat, bantuan dan arahan-arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalani bersama
Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, 14 Mei 2014 Penulis,
ABSTRAK
Kegiatan Produksi di suatu perusahaan tidak terlepas dari resiko kecelakaan yang dialami oleh komponen perusahaan mulai dari tenaga kerja sampai resiko kerusakan yang di alami mesin operasional. Kecelakaan selalu diartikan sebagai
kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tingkat kecelakaan kerja karyawan pada PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer (Kuesioner) dan data sekunder (data perusahaan). Penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak 69 orang yang terdiri dari 35 orang di bagian pabrik dan 34 orang di bagian tanaman.
Kecelakaan sering terjadi pada bagian pabrik dan tanaman dikarenakan pada bagian ini banyak sekali menggunakan tenaga kerja dan tingkat terjadinya kecelakaan kerja sangat tinggi dibanding bagian yang lain. Penyebab kecelakaan kebanyakan karena pekerja itu sendiri yang tidak mentaati Standard Operating Prosedure (SOP).
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada para karyawan yang bekerja di bagian pabrik dan tanaman. Untuk pemilihan sampel dilakukan dengan metode proporsional random sampling. Teknik analisis data menggunakan pengujian melalui statistik deskriptif, uji validitas dan reliabilitas data, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas), uji hipotesis regresi linear berganda.
ABSTRACT
Production activities in a company can not be separated from the risk of accidents experienced by the component companies ranging from labor to natural risk of damage in machine operations. Accidents are always interpreted as unpredictable events. Workplace accidents may occur due to conditions that do not bring safety, or actions that did not survive.
This research aims to determine the effect of occupational safety and health programs to the level of employee accidents on PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi, North Sumatra. Data used in this study is primary data (questionnaires) and secondary data (corporate data). This study uses a number of respondents as many as 69 people consisting of 35 people at the mill and 34 people at the plant.
Accidents often occur in plants and plant parts in this section because a lot of use of labor and the rate of accidents is very high compared to other parts. The cause of the accident mostly because the workers themselves who do not obey Standard Operating Prosedure (SOP).
Data was collected by survey method. Data obtained using a questionnaire distributed to the employees who work in the factories and plants. For the selection of samples was conducted using proportional random sampling. Analysis using descriptive statistics through testing, validity and reliability of data, the classical assumption test (test for normality, multicollinearity, heterocedastity), multiple linear regression hypothesis test.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Tingkat Kecelakaan Kerja pada PTPN IV unit Kebun Bah Jambi ... 5
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel ... 29
Tabel 3.2. Instrumen Skala Likert ... 30
Tabel 3.3. Jumlah Sampel ... 31
Tabel 3.4. Uji Validitas Variabel Keselamatan Kerja ... 34
Tabel 3.5. Uji Validitas Variabel Kesehatan Kerja ... 35
Tabel 3.6. Uji Validitas Variabel Tingkat Kecelakaan Kerja ... 36
Tabel 3.7. Reliability Statistics Variabel Keselamatan Kerja ... 37
Tabel 3.8. Reliability Statistics Variabel Kesehatan Kerja ... 38
Tabel 3.9. Reliability Statistics Variabel Tingkat Kecelakaan Kerja ... 38
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 56
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian atau Dinas ... 57
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 57
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58
Tabel 4.5. Distribusi jawaban responden mengenai Keselamatan Kerja ... 59
Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesehatan Kerja ... 60
Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Tingkat Kecelakaan Kerja ... 62
Tabel 4.8. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 66
Tabel 4.9. Uji Multikolinieritas ... 67
Tabel 4.10. Hasil Uji Gleijser ... 68
Tabel 4.11. Variables Entered/Removed ... 69
Tabel 4.12. Hasil Regresi Linier Berganda ... 69
Tabel 4.13. Hasil Uji F ... 72
Tabel 4.14. Hasil Uji t ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1. Struktur Organisasi ... 47
Gambar 4.2. Grafik Histogram ... 64
Gambar 4.3. Grafik PP Plots ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Kegiatan Produksi di suatu perusahaan tidak terlepas dari resiko kecelakaan yang dialami oleh komponen perusahaan mulai dari tenaga kerja sampai resiko kerusakan yang di alami mesin operasional. Kecelakaan selalu diartikan sebagai
kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tingkat kecelakaan kerja karyawan pada PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer (Kuesioner) dan data sekunder (data perusahaan). Penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak 69 orang yang terdiri dari 35 orang di bagian pabrik dan 34 orang di bagian tanaman.
Kecelakaan sering terjadi pada bagian pabrik dan tanaman dikarenakan pada bagian ini banyak sekali menggunakan tenaga kerja dan tingkat terjadinya kecelakaan kerja sangat tinggi dibanding bagian yang lain. Penyebab kecelakaan kebanyakan karena pekerja itu sendiri yang tidak mentaati Standard Operating Prosedure (SOP).
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada para karyawan yang bekerja di bagian pabrik dan tanaman. Untuk pemilihan sampel dilakukan dengan metode proporsional random sampling. Teknik analisis data menggunakan pengujian melalui statistik deskriptif, uji validitas dan reliabilitas data, uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas), uji hipotesis regresi linear berganda.
ABSTRACT
Production activities in a company can not be separated from the risk of accidents experienced by the component companies ranging from labor to natural risk of damage in machine operations. Accidents are always interpreted as unpredictable events. Workplace accidents may occur due to conditions that do not bring safety, or actions that did not survive.
This research aims to determine the effect of occupational safety and health programs to the level of employee accidents on PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi, North Sumatra. Data used in this study is primary data (questionnaires) and secondary data (corporate data). This study uses a number of respondents as many as 69 people consisting of 35 people at the mill and 34 people at the plant.
Accidents often occur in plants and plant parts in this section because a lot of use of labor and the rate of accidents is very high compared to other parts. The cause of the accident mostly because the workers themselves who do not obey Standard Operating Prosedure (SOP).
Data was collected by survey method. Data obtained using a questionnaire distributed to the employees who work in the factories and plants. For the selection of samples was conducted using proportional random sampling. Analysis using descriptive statistics through testing, validity and reliability of data, the classical assumption test (test for normality, multicollinearity, heterocedastity), multiple linear regression hypothesis test.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan Produksi di suatu perusahaan tidak terlepas dari resiko kecelakaan yang dialami oleh komponen perusahaan mulai dari tenaga kerja sampai resiko
kerusakan yang di alami mesin operasional. Kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi
yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.
Menurut Sunyoto (2012:243) suatu kecelakaan adalah apa saja yang tidak direncanakan atau tidak diadakan untuk perubahan atau penyimpangan dari apa
yang diharapkan. Oleh karena itu kecelakaan dapat diminimalisir, kalau ada kemauan untuk mencegahnya. Penyebab kecelakaan harus diselidiki dan
diantisipasi, agar selanjutnya kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang lagi. Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang
meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Kecelakaan kerja akan
menimbulkan hal-hal yang sangat negatif antara lain, kerugian ekonomis serta dapat pula mengakibatkan penderitaan manusia atau tenaga kerja yang bersangkutan. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang sehat juga
dapat mengganggu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari fenomena tersebut, maka perlu sekali adanya usaha-usaha perlindungan terhadap
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata-mata tanggung
jawab pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Berdasarkan PEMNAKER
05/MEN/1996, Perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Menurut pasal 1 ayat 1 UU No. 50 tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) adalah bagian dari sistem manajemen Perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dari dibuatnya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama dalam suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua
perusahaan memahami akan arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar diantaranya
karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan
keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan.
Dalam konteks diatas kiranya tidak berlebihan jika K3 ditempatkan sebagai
salah satu modal utama kesejahteraan tenaga kerja secara keseluruhan dan kestabilan perusahaan. Karena itu setiap pekerja berhak atas keselamatan dan kesehatan kerja sebagai modal yang asasi untuk dapat menjalankan aktivitas yang
produktif (Pasal 86 ayat 1 UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan), dan perusahaan wajib menjalankan K3 secara konsisten sesuai dengan standar yang
berlaku sebab para pekerja, baik di sektor swasta maupun pemerintah, sektor formal maupun informal pada hakekatnya merupakan jantungnya organisasi dan motornya produktivitas (Pasal 87 ayat 1 UU N0.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan).
Sebagai salah satu sumber daya terpenting dalam perusahaan wajar apabila
pekerja dijamin aksesnya untuk berpartisipasi dalam program K3 yang memfasilitasi pencapaian derajat kesehatan dan kapasitas kerja yang setinggi-tingginya sambil juga melindungi pekerja dari kemungkinan pengaruh yang
merugikan kesehatan karena resiko oleh bahaya potensial terhadap kesehatan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu, dengan penerapan K3 yang
baik dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya tentu sumber daya manusia yang berkualitas (Konradus, 2006)
Salah satu perusahaan yang telah menerapkan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). PT. Perkebunan Nusantara IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PT.
salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) yang berada di
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang agroindustri, PTPN IV
(Persero) merupakan salah satu lingkungan kerja yang beresiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, misalnya di lapangan mulai dari pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengambilan hasil (panen) dan pengangkutan
buah (TBS) ke pabrik, kemudian dalam proses produksi di pabrik resiko kecelakaan dapat meliputi ledakan berskala besar (Major Explosion) seperti
meledaknya tangki, ketel uap, kebakaran berskala besar (Major Fire), kebocoran bahan berbahaya (Hazardous Explosive).
Beberapa bentuk kecelakaan kerja yang telah disebutkan sebelumnya setiap
saat dapat mengancam keselamatan tenaga kerja dan masyarakat sekitarnya. Untuk mencegah kecelakaan dan penanggulangan bencana industri maka setiap
elemen perusahaan yang ada perlu meningkatkan kesiagaan, kemampuan dan keterampilan dalam mengantisipasi kejadian bahaya atau kejadian darurat. Pemerintah telah mengatur pedoman kerja untuk menjamin K3 di lingkungan
kerja industri sebagaimana tertera dalam Peraturan Menteri /Dirjen BATAN No.1/MD/BATAN/1996.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kebun Bah Jambi dilaksanakan sesuai UU tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) yang berlaku, serta berdasarkan PEMNAKER 05/MEN/1996. Namun, kecelakaan kerja tetap terjadi diakibatkan kelalaian para pekerja dan lingkungan kerja dalam melaksanakan kegiatannya. Berikut ini merupakan tingkat kecelakaan
Tabel 1.1
Data Tingkat Kecelakaan Kerja pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) unit Kebun Bah Jambi
Tahun Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja dari tahun 2008 – 2012 merupakan karyawan golongan IA S/D IID yang disebut sebagai karyawan
pelaksana terdiri dari laki-laki dan perempuan yang bekerja di bagian tanaman, admin/umum, dan pabrik (pengolahan).
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2008 sebanyak 12 orang, dimana kecelakaan sebagian besar terjadi di bagian tanaman.
a. Luka Ringan : 11 orang b. Luka Berat : -
c. Cacat : 1 orang
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 3 orang, dimana kecelakaan terjadi di bagian pabrik (pengolahan).
a. Luka Ringan : 3 orang b. Luka Berat : -
c. Cacat : -
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2010 sebanyak 3 orang, dimana kecelakaan sebagian besar terjadi di bagian pabrik (pengolahan).
b. Luka Berat : -
c. Cacat : -
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2011 sebanyak 10 orang,
dimana kecelakaan sebagian besar terjadi di bagian tanaman. a. Luka Ringan : 10 orang
b. Luka Berat : -
c. Cacat : -
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2012 sebanyak 5 orang, dimana kecelakaan sebagian besar terjadi di bagian pabrik (pengolahan).
a. Luka Ringan : 4 orang
b. Luka Berat : - c. Cacat : 1 orang
Dari tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2008 – 2012, masih terjadi kecelakaan kerja baik yang menimbulkan luka ringan sampai cacat di
bagian operasional yaitu di bagian tanaman dan pabrik (pengolahan). Tingkat kecelakaan kerja yang terjadi tentunya sangat tidak diharapkan oleh perusahaan,
karena perusahaan sudah menerapkan dan melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan harus mengambil tindakan atau kebijakan untuk meninjau kembali dan
menyempurnakan pelaksanaan Program K3, agar dapat diminimalisir kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Kesehatan Kerja terhadap tingkat kecelakaan kerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi ”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah penelitian adalah:
Apakah Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh terhadap tingkat kecelakaan kerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terhadap kecelakaan kerja di PT.
Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang sistem dan program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada para pekerja, serta lokasi kerja yang selalu terjadi kecelakaan di lingkungan PTPN IV Unit Kebun Bah Jambi.
2. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan maupun pertimbangan di dalam menanggulangi tingkat kecelakaan kerja pada karyawan melalui
3. Bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur.
Menurut Siti Al Fajar dan Tri Heru (2013:204) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menunjuk pada kondisi fisiologis – fisik dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja perusahaan.
2.1.1.2 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 pada Bab I pasal 2, mengatakan bahwa Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
2.1.1.3 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto (2012:242) ada 3 Alasan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu :
1. Alasan Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama – tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak – banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akbiat
kecelakaan.
2. Alasan Berdasarkan Undang – Undang
Ada juga alasan mengadakan program keselamatan kerja berdasarkan undang – undang. Pada waktu sekarang di Amerika Serikat terdapat undang – undang federal, undang – undang negara bagian dan undang –
undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.
3. Alasan Ekonomis
2.1.2 Keselamatan Kerja
2.1.2.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Wilson Bangun (2012:377) keselamatan kerja adalah
perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaannya.
Megginson dalam Mangkunegara (2004:61) keselamatan kerja
didefenisikan sebagai berikut “Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keselamatan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yand didapat dari lingkungan dan berpengaruh pada kualitas bekerja. Perasaan
nyaman mulai dari dalam diri tenaga kerja, apakah dia nyaman dengan peralatan keselamatan kerja, peralatan yang dipergunakan, tata letak ruang
kerja dan beban kerja yang didapat dalam bekerja.
Menurut dasar hukum peraturan perundang-undangan yang diatur dalam undang-undang tentang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pasal dua, ini
memberikan perlindungan keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dari segala tempat kerja, baik di darat, didalam tanah,
dipermukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2.1.2.2 Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan pada pasal 3
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan kejadian-kejadian lain berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan angin cuaca, sinar dan radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. 9. Memperoleh penerapan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban yang baik. 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik. 12. Memelihara kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan penyimpangan barang.
18. Menyesuaikan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang
berbahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi.
Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa sasaran dari syarat-syarat
keselamatan kerja yang harus dipenuhi perusahaan adalah keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang merupakan suatu kegiatan untuk mencegah kecelakaan, cacat, kematian dan kerugian sebagai
akibat dari kecelakaan kerja.
2.1.2.3 Program-program untuk meningkatkan keselamatan Kerja
Menurut Siti Al Fajar dan Tri Heru (2013:206) program-program yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Program Promosi
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mempromosikan keselamatan kerja:
a. Diusahakan agar pekerjaan memiliki daya tarik. Ketidakmenarikan pekerjaan akan membuat karyawan cenderung bosan, lelah, dan stres. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan. Sering perubahaan-perubahaan sederhana dapat dilakukan sehingga pekerjaan dapat lebih berarti. Upaya-upaya yang dapat dilakukan agar pekerjaan lebih menarik biasanya, apabila tanggungjawab bertambah, ada tantangan, dan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepuasan kerja.
c. Perlu diadakan kontes keselamatan karyawan. Berikan hadiah kepada kelompok kerja atau pekerja yang memiliki catatan keselamatan terbaik untuk periode waktu tertentu. Perlombaan dapat juga dilaksanakan dengan cara menguji pengetahuan karyawan tentang keselamatan. Hadiah dapat diberikan secara periodik kepada karyawan yang mengajukan ide yang berkaitan dengan program pencegahan kecelakaan yang bagus.
d. Catatan keselamatan perlu dipublikasikan. Laporan kecelakaan bulanan perlu diinformasikan. Sebaiknya meminta pada karyawan ide-ide seperti, bagaimana kecelakaan dapat dihindari.
e. Gunakan majalah dinding untuk setiap departemen di organisasi. Gambar, sketsa, dan kartun dapat efektif jika disajikan. Satu hal untuk dingat, bila menggunakan majalah dinding, hail itu dapat mengubah mereka dengan cepat.
f. Memberikan dorongan kepada karyawan, termasuk supervisor dan manajer untuk memiliki harapan yang tinggi atas keselamatan. Mengakui tindakan keselamatan yang positif, dan mengakui siapa saja yang berkontribusi terhadap peningkatan keselamatan.
g. Mengadakan program pelatihan keamanan dan pertemuan secara periodik. Karyawan diharapkan hadir dan berpartisipasi dalam pertemuan dan bertindak sebagai pemain peran atau instruktur.
2. Menetapkan Program Pelatihan Keselamatan Kerja
Berikut ini ada beberapa tahap dasar bila menetapkan program pelatihan keselamatan kerja:
a. Melakukan penilaian atas kebutuhan-kebutuhan pelatihan dengan cara memeriksa catatan kecelakaan dan membicarakan kepada kepala departemen tentang kebutuhan-kebutuhan yang mereka persepsikan. Dengan mengabaikan kegawatan, mencoba dan menemukan dimana problem ditempatkan, apa penyebab utamanya, dan apa yang telah dilakukan pada masa lalu untuk mengatasi hal itu.
c. Merancang suatu program untuk menyelesaikan masalah. Sumberdaya yang berada di luar organisasi seperti konsultan dan pemasok peralatan dapat dimintai bantuan. Untuk hasil terbaik, gunakan metode pengajaran yang bervariasi dan libatkan karyawan sebanyak mungkin.
d. Sekali manajemen puncak telah menerima filosofi keselamatan, para manajer lini diberitahukan tentang masalah-masalah keselamatan melalui organisasi.
e. Evaluasi keefektivan program. Mencoba dan menjawab dua pertanyaan dasar: adakah program yang telah dilaksanakan mengubah perilaku karyawan? Apakah program yang telah diterapkan yang berkaitan dengan bisnis menghasilkan sikap yang positif?
f. Perlu meninjau kembali program pelatihan secara periodik dan membuat penyesuaian untuk dicocokan dengan standar keselamatan yan baru.
2.1.3 Kesehatan Kerja
2.1.3.1 Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut R. Wayne Mondy (2008:82) “Kesehatan kerja adalah bebasnya karyawan dari penyakit fisik atau emosional.
Suma’mur (dalam Oktorita dkk, 2001) Kesehatan kerja adalah
merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
2.1.3.2 Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya
Sebagian besar perusahaan telah membentuk unit kesehatan, baik yang
pertimbangan ekonomi, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengurus kesehatan karyawan relatif besar. Disamping itu, jumlah hari kerja yang hilang relatif tinggi karena alasan penyakit yang diderita karyawan
sehingga mereka tidak dapat bekerja. Sebagai akibat dari masalah kesehatan, tingginya tingkat absensi dan perputaran kerja, dan produktivitas yang rendah menyebabkan kerugian yang dialami perusahaan.
Menurut bangun (2012:397) Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya:
1. Kesehatan Fisik
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan besar memiliki suatu bagian khusus yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini berkaitan
dengan kompleksnya permasalahan tentang penanganan keselematan dan kesehatan kerja, mulai dari penyelidikan penyebab timbulnya kecelakaan kerja
sampai pada masalah itu dapat diatasi. Tetapi, diperusahaan kecil biasanya masalah kecelakaan dan kesehatan kerja ditangani oleh bagian sumber daya manusia. Masalah kesehatan yang paling banyak ditangani perusahaan adalah
kesehatan jasmani atau fisik akibat kecelakaan kerja. Perusahaan menyediakan tenaga medis dan obat-obatan untuk keperluan penyembuhan penyakit yang
dialami karyawan. Kebanyakan perusahaan menyediakan klinik bagi karyawan untuk menyembuhkan penyakit ringan yang diderita karyawan. Namun untuk jenis penyakit yang lebih berat, diberikan rujukan kerumah sakit besar yang
2. Kesehatan Mental
Belakangan ini, kesehatan mental karyawan menjadi suatu perhatian khusus karena semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi suatu
organisasi. Tekanan mental atau stres kerja (work stress) bukan suatu hal yang sedikit terjadi karena perkembangan teknologi yang menimbulkan tuntutan berbagai perubahan yang harus dilakukan dalam suatu organisasi.
Perkembangan perusahaan akan menuntut karyawan untuk menyetarakan pengetahuan dan kemampuannya dalam mencapai tujuan perusahaan.
Program ini sama halnya seperti penanganan pada pemeliharaan kesehatan fisik. Kebanyakan perusahaan sudah menaruh perhatian pada penanganan ketegangan dan tekanan kehidupan modern, yang pada gilirinnya
berakibat pada gangguan-gangguan mental yang dihadapi banyak karyawan. Penyebab-penyebab lain, mendesaknya pekerjaan yang harus melampaui batas
kemampuan karyawan. Sebagian karyawan menggunakan alkohol dan obat-obat melebihi dosis untuk mengatasi masalah yang dialami, namun akan muncul masalah lain yaitu timbulnya kecelakaan kerja yang lebih besar.
Sebagai rekomendasi atas tindakan yang demikian, pimpinan perusahaan melakukan pengembangan agar pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan karyawan dapat diatasi.
2.1.3.3 Undang-undang dan Peraturan Tentang Kesehatan Kerja
Berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kesehatan
kerja menekankan bahwa setiap pemberi kerja wajib memberikan perlindungan atas kesehatan karyawannya. Terdapat pada undang-undang Nomor 14 Tahun
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama. Sebagai tujuan dari undang-undang ini, menaruh perhatian atas kesehatan karyawan membuat mereka merasa dihargai sebagai
manusia sehingga akan menumbuhkan semangat kerja yang lebih tinggi.
Tujuan pelayanan kesehatan kerja, tertera pada peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/Men/1979, adalah sebagai berikut:
1) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan pekerjaannya.
2) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik tenaga kerja.
4) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.
Untuk menjaga kondisi kesehatan kerja karyawan, perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin, sebelum kerja, dan khusus
yang tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/Men/1979 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. Sebetulnya,
pemeriksaan kesehatan secara berkala sangat penting dilakukan untuk mengurangi penyakit yang secara kumulatif menjadi parah yang dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar. Pemeriksaan kesehatan secara
2.1.4 Tingkat Kecelakaan Kerja
2.1.4.1 Pengertian Tingkat Kecelakaan Kerja
Menurut Danang Sunyoto (2012:243) Tingkat kecelakaan kerja adalah
jumlah dari banyaknya kecelakaan yang terjadi di dalam melakukan aktivitas kerja
2.1.4.2 Penyebab Utama Timbulnya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang selalu mempunyai sebab dan
selalu berakibat kerugian. Menurut Dessler (dalam Dewi Hanggraeni, 2012:173) ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan :
1) Kondisi yang tidak aman
Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang mengakibatkan kecelakaan. Yang termasuk dalam kondisi ini antara lain
meliputi:
a) Peralatan yang tidak diamankan dengan baik.
b) Peralatan yang rusak.
c) Pengaturan atau prosedur yang berbahaya, atau disekitar mesin-mesin atau peralatan.
2) Tindakan yang tidak aman
Tindakan yang tidak aman merupakan sebab utama kecelakaan dan
manusialah yang menimbulkan tindakan tidak aman tersebut. Yang termasuk dalam kategori tindakan yang tidak aman ini antara lain ;
a) Tidak mengamankan peralatan.
c) Membuang benda sembarangan.
d) Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat.
e) Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan, menyesuaikan atau memutuskan.
f) Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat,
menempatkan, mencampur atau mengkombinasi.
g) Mengambil (posisi yang tidak aman dibawah beban yang
tergantung).
h) Mengangkat barang dengan ceroboh.
i) Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain dan sebagainya.
Kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman tersebut akan mengakibatkan kecelakaan kerja dan bilamana sering terjadi akan mengancam
operasi perusahaan. Kecelakaan kerja ini dapat langsung mengakibatkan : 1. Penderitaan fisik tenaga kerja, misalnya kematian, cacat tubuh dan
sebagainya.
2. Kehilangan waktu kerja, kerusakan harta benda dan lain sebagainya.
2.1.4.3 Cara Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Dewi Hanggraeni (2012:175) ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di
tempat kerja, diantaranya :
1) Mengurangi kondisi yang tidak aman. Hal ini dilakukan dengan cara
2) Mengurangi perilaku kerja yang tidak aman. Ini bisa dilakukan dengan
cara memberikan kesadaran bagi para pekerja bahwa mematuhi standar-standar keamanan kerja adalah hal yang sangat penting.
3) Memiliki pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik. Proses seleksi juga berperan dalam hal manajemen. Perusahaan harus bisa memastikan bahwa pekerja yang dipilih memiliki sikap kerja yang baik. Artinya,
pekerja tidak ceroboh, tidak lalai, bertanggung jawab, dan tidak memiliki intensi untuk tidak mematuhi peraturan.
4) Melakukan pelatihan K3. Pelatihan mengenai K3 penting untuk diadakan guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja akan sumber-sumber bahaya dan cara penanganannya sehingga bisa meminimalkan
potensi terjadinya kecelakaan kerja.
5) Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus-menerus. Inspeksi harus
selalu dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja mematuhi dan melaksanakan standar keamanan yang ada. Apabila ditemukan pelanggaran, maka perusahaan bisa langsung melakukan koreksi dan
hukuman kepada pekerja tersebut. Selain itu, motivasi untuk terus patuh terhadap standar keamanan juga harus selalu dilakukan, caranya bisa
dengan menempelkan spanduk, poster, atau ajakan untuk selalu berperilaku kerja yang mengikuti standar keamanan.
6) Melakukan audit K3. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
dan manajemen K3 sudah direncanakan dan diimplementasikan dengan benar. Audit ini berguna untuk menemukan apakah ada ketidaksesuaian antara standar yang telah ditetapkan dengen implementasi nyata di
Sebagaimana yang kita ketahui keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena dampak terjadinya suatu kecelakaan kerja tidak hanya merugikan karyawan tetapi juga perusahaan
secara langsung. Oleh karena itu, penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan harus secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terorganisir dengan baik tentunya akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.
Yang dimaksud terorganisir dengan baik disini adalah terpenuhinya semua aspek syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan pasal 3 UU nomor 1 tahun 1970, terpenuhinya lingkungan kerja yang sehat dengan terbebas dari
penyakit akibat kerja baik dari golongan fisik, golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis, dan golongan psikologi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian Zamaan Tarigan (2008) yang berjudul “Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau. Yang menyatakan bahwa program-program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang ditetapkan oleh Tanjung
Medan PTPN V Provinsi Riau sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari pengurangan jumlah kecelakaan kerja karena penerapan Program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
2.3 Kerangka Konseptual
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diciptakan berdasarkan
menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. Undang-undang tersebut
mewajibkan para pemberi kerja untuk memberi tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan dan tanggung jawab ini berlanjut hingga menciptakan karyawan
yang aman dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Yang dijadikan Variabel Independen dalam penelitian ini adalah keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2), serta yang menjadi Variabel Dependen adalah Tingkat Kecelakaan
Kerja (Y).
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. menggambarkan bahwa tingkat kecelakaan kerja dipengaruhi oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Menurut Sunyoto (2012:243) Kecelakaan kerja adalah apa saja yang tidak direncanakan atau tidak diadakan untuk
perubahan atau penyimpangan dari apa yang diharapkan. Yang merupakan variabel dependen. Tingkat kecelakaan terdiri dari 3 bagian, yaitu tingkat
kecelakaan yang tinggi, sedang, dan kecil (rendah).
Keselamatan kerja didefenisikan oleh Bangun (2012:377) “perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun mental dalam
lingkungan pekerjaannya”. Lebih lanjut Megginson dalam Mangkunegara (2004:61) keselamatan kerja didefenisikan sebagai berikut “Keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja”.
Keselamatan Kerja (X1)
Tingkat Kecelakaan Kerja (Y)
Variabel independen selanjutnya Suma’mur (dalam Oktorita dkk, 2001)
Kesehatan kerja adalah merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit
umum. Dari pengertian diatas diketahui bahwa diperlukan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam meminimalisir tingkat kecelakaan kerja.
2.4 Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2004 : 51) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel
dengan variabel yang lainya (Umar , 2003 : 30). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan
yang menjadi variabel dependen adalah tingkat kecelakaan kerja.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi. Penelitian ini dilakukan dari bulan Febuari 2013 hingga Juni 2013
3.3. Batasan Operasional Variabel
Agar pembahasan lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan dalam pengertian
dan untuk memperjelas dalam memecahkan permasalahan, maka batasan-batasan operasional pada penelitian ini adalah:
a. Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kecelakaan kerja karyawan pada PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi.
b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan tingkat kecelakaan kerja.
3.4. Definisi Operasional Variabel
a. Keselamatan Kerja (X1)
Keselamatan Kerja adalah program perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun mental dalam lingkungan
pekerjaannya.
b. Kesehatan Kerja (X2)
Kesehatan Kerja adalah program perlindungan karyawan terhadap
penyakit fisik atau emosional dalam lingkungan pekerjaannya. c. Tingkat Kecelakaan Kerja (Y)
Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala Ukur
Keselamatan Kerja
1. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat
2. Kondisi fisik pegawai
a. Lingkungan kerja yang bersih
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006:86). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian maka peneliti memberikan empat alternatif jawaban kepada responden dengan
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
4. Sangat Tidak Setuju 1
3.6. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2006:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka, populasi dalam penelitian ini adalah karyawan operasional yang berupa
karyawan tetap yang bekerja di bagian tanaman dan pabrik (pengolahan) di PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi, yaitu sebanyak 223 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus Slovin,
sebagai patokan untuk menentukan sampel minimal yang harus diambil (Umar, 2005:149) yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Dari rumus tersebut diatas, maka jumlah sampel penelitian adalah:
= 69,04
Dalam penelitian ini sampel dibulatkan menjadi 69 orang karyawan
operasional yang terdiri dari bagian tanaman dan pabrik (pengolahan) di PTPN IV Unit Kebun Bah Jambi. Kemudian untuk menarik sampel dari populasi digunakan teknik Proporsional Random Sampling, yaitu membagi populasi ke dalam
kelompok-kelompok yang homogen dan kemudian diambil acak dari setiap bagian (Sugiyono, 2006:75), sehingga dapat diketahui berapa orang yang akan diambil
sebagai responden di masing-masing bagian yang ada di PTPN IV Unit Kebun Bah Jambi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Sampel
BAGIAN POPULASI SAMPEL JUMLAH
Pabrik 112 112/223x69=34,6 35
Tanaman 111 111/223x69=34,3 34
Total 223 69
3.7. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
Sedangkan, data sekunder adalah data yang sudah tersedia, yaitu berupa informasi
yang tersedia dari sumber utama dan diolah sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data diperoleh langsung dari kantor PTPN IV Unit Kebun Bah Jambi
berbentuk Laporan Manajemen Bulanan dan Laporan Peristiwa Masalah Umum (LPMU) periode 2008 – 2012 yang didalamnya terdapat daftar induk prosedur sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan data Time Series, yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang dilakukan secara berulang – ulang dalam jangka
waktu tertentu.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu: a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab langsung kepada karyawan bagian SDM, tanaman, pabrik (pengolahan) dan pengurus SMK3 PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah
Jambi yang bertanggung jawab dalam memberikan data yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Kuesioner
Kuesioner (daftar pernyataan) yang akan diberikan kepada responden penelitian, yaitu karyawan dibagian tanaman dan pabrik (pengolahan) di
c. Teknik Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yakni
Laporan Manajemen Umum periode 2008-2012.
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang diukur itu valid. Valid itu berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang
teliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama/konsisten.
Menurut Umar (2003), untuk melakukan uji validitas instrumen dengan melakukan uji coba pengukur pada sejumlah responden, responden untuk uji coba disarankan minimal 30 orang, agar distribusi skor (nilai) akan lebih
mendekati kurva normal. Untuk mengetahui apakah instrumen angket yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan pengukurannya maka dilakukan uji validitas. Menurut Ghozali (2005) bahwa untuk mengukur validitas yaitu melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan skor konstruk atau variabel.
Untuk menguji ketepatan kuesioner, dilakukan uji validitas instrumen terhadap 30 orang karyawan pabrik di PTPN IV (Persero) Unit Kebun Bah
Jambi diluar sampel penelitian.
sudah valid”. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 17.0, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika rhitung > rtabel maka butir pernyataan tersebut valid
b. Jika rhitung < rtabel maka butir pernyataan tersebut tidak valid
Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan
kepada 30 orang respondden diluar dari responden penelitian.
1. Uji validitas instrumen variabel Keselamatan Kerja
Tabel 3.4
Validitas Instrumen Variabel Penelitian Uji Validitas Variabel Keselamatan Kerja
No. Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
1 P1 0,659 0,361 Valid
2 P2 0,667 0,361 Valid
3 P3 0,864 0,361 Valid
4 P4 0,713 0,361 Valid
5 P5 0,572 0,361 Valid
6 P6 0,796 0,361 Valid
7 P7 0,810 0,361 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Pada Tabel 3.4 diatas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrument pernyataan dari variabel Keselamatan Kerja (X) P1-P7 valid karena rhitung>rtabel
yang dapat dilihat dari rhitung yang pada keseluruhan butir lebih besar dari rtabel (0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh istrumen pernyataan variabel keselamatan kerja valid dan dapat digunakan dalam
2. Uji validitas instrumen variabel Kesehatan Kerja
Tabel 3.5
Uji Validitas Variabel Kesehatan Kerja
No. Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
Pada Tabel 3.5 diatas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen
pernyataan dari variabel Kesehatan Kerja (X) P1-P5 valid karena rhitung>rtabel yang dapat dilihat dari rhitung yang pada keseluruhan butir lebih besar dari rtabel (0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh istrumen
pernyataan variabel kesehatan kerja valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
3. Uji Validitas instrumen variabel Tingkat Kecelakaan Kerja
Tabel 3.6
Uji Validitas Variabel Tingkat Kecelakaan Kerja
No0, Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
Pada Tabel 3.6 diatas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen
pernyataan dari variabel Tingkat Kecelakaan Kerja (Y) P1-P10 valid karena rhitung>rtabel yang dapat dilihat dari rhitung yang pada keseluruhan butir lebih
besar dari rtabel (0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh istrumen pernyataan variabel Tingkat Kecelakaan Kerja valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
3.9.2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji keandalan atau kepercayaan pengungkapan data. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil yang dipercaya
(reliable).
Menurut Ghozali (2003), pengujian ini dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja atau one shot, kemudian data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik hasil uji yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Pengujuan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, butir pernyataan yang sudah
dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika ralpha>rtabel maka pernyataan reliabel
b. Jika ralpha<rtabel maka pernyataan tidak reliabel
Menurut Ghozali dan Kuncoro (dalam Situmorang, 2008:179), butir
a. Menurut Ghozali nilai Cronbach’s Alpha > 0,60
b. Menurut Kuncoro nilai Cronbach’s Alpha > 0,80
1. Uji Reliabilitas Variabel Keselamatan Kerja (X1)
Tabel 3.7
Reliability Statistiscs Variabel Keselamatan Kerja
Cronbach’s Alpha N of Items
0,908 7
Sumber : Data Primer diolah, (2013)
Pada Tabel 3.7 terlihat bahwa nilai Cronbach’s alpha 0,908>0,60 dan 0,908>0,80 maka ke 7 pernyataan dinyatakan reliabel dengan kriteria tersebut.
2. Uji reliabilitas variabel Kesehatan Kerja (X2)
Tabel 3.8
Reliability Statistiscs Variabel Kesehatan Kerja
Cronbach’s Alpha N of Items
0,879 5
Sumber : Data Primer diolah, (2013)
Pada Tabel 3.8 terlihat bahwa nilai Cronbach’s alpha 0,879>0,60 dan
0,848>0,80 maka ke 5 pernyataan dinyatakan reliabel dengan kriteria tersebut.
3. Uji Reliabilitas variabel Tingkat Kecelakaan Kerja (Y) Tabel 3.9
Reliability Statistiscs Variabel Tingkat Kecelakaan Kerja Cronbach’s Alpha N of Items
0,958 10
Sumber : Data Primer diolah, (2013)
Pada Tabel 3.9 terlihat bahwa nilai Cronbach’s alpha 0,958>0,60 dan
3.10.Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
analisis statistik untuk memperoleh kesimpulan dari objek penelitian.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menyajikan secara ringkas informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif,
data mentah diubah ke dalam suatu bentuk yang dapat menyediakan informasi untuk menggambarkan serangkaian faktor dalam suatu keadaan (Sularso, 2003 : 77).
Erlina dan Mulyani (2007 : 82) menyatakan bahwa statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam tabulasi, sehingga mudah
dipahami dan diinterprestasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel penelitian yang utama.
2. Analisis Regresi
Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda,
karena menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen. Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau
diturunkan nilainya (Sugiyono, 2004). Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut:
Di mana:
Y = Tingkat Kecelakaan Kerja a = Konstanta apabila X = 0
b1,b2 = Koefisien regresi X1 = Keselamatan Kerja X2 = Kesehatan Kerja
e = Error (Tingkat Kesalahan)
3.11. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi
sederhana yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas,
heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi normalitas data yang digunakan dalam pengujian hipotesis kelak. Tujuan dari uji normalitas adalah
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina , 2007:103). Uji Normalitas dapat ditempuh dengan menggunakan kurva persebaran data atau menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan kriteria jika p-value < 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel - variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut
variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara
sesamanya sama dengan nol.
Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 2, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independen. Di
samping itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0.9 (Ghozali, 2005:91).
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, demikian jika sebaliknya. Model regresi yang
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Grafik
Scatter Plot, deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2005 : 105).
3.12. Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel pengaruh variabel independen (iklim kerja) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan. Model hipotesis yang digunakan dalam Uji F ini adalah sebagai
berikut:
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan dari variabel bebas pengaruh keselamatan kerja dan kerja esehatan (X) tingkat kecelakaan (Y).
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas yaitu bebas pengaruh keselamatan kerja dan kerja kesehatan (X) terhadap tingkat kecelakaan (Y).
2. Uji Signifikansi secara Parsial (Uji-t)
Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji
signifikansi parsial (Uji – t). Menurut Ghozali (2005 : 84), “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
terhadap variabel dependen, dilakukan uji t (Nugroho:2005). Bentuk
pengujiannya adalah sebagai berikut :
Ho : b1 = 0, artinya Program Keselamatan dan Kesehatan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja.
Ha : b1 ≠ 0, artinya Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Ho diterima jika thitung<ttabel pada α = 5%
b. Ha diterima jika thitung>ttabel pada α = 5%
3. Koefisien Determinan ( R2 )
Koefisien Determinan ( R2 ) atau koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas dalam
menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien Determinasi berkisar
antara nol sampai dengan satu (0≤R2≤1), jika R2 semakin besar
(mendekati satu) berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PTPN IV (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agrobisnis perkebunan. Dibidang perkebunan kelapa sawit, teh, kakao
kering dan produk turunannya. Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang berada di kabupaten
simalungun sumatera utara. Pada awal berdirinya merupakan perusahaan milik swasta asing N.V.H.V.A (Handels Verenering Amsterdam) Negeri Belanda), kemudian PTPN IV dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah No.9 tahun
1996 tanggal 14 Febuari 1996, tentang penggabungan kebun-kebun yang ada di wilayah sumatera utara dari PTP VI, VII, dan VIII. Didirikan berdasarkan Akte
Notaris Harum Kamil, SH No.37 tertanggal 11 maret 1996 dan surat Keputusan menteri kehakiman No. C28332 HT.01.01 th 96, tanggal 8 agustus 1996 serta dicantumkan dalam berita Negeri RI No.8 oktober 1996.
Lokasi Kebun Bah Jambi Berada di kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan kecamatan tanah jawa kabupaten simalungun. Jarak dengan kota Medan
sebagai ibu kota propinsi sumatera utara berkisar 147 km, dan dari kota pematang siantar 19 km. Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat
4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
4.1.2.1 Visi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) “Menjadi Pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agro industri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan”.
4.1.2.2 Misi Perusahaan
a. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.
b. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
c. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
d. Mengelola usaha secara profesional untuk peningkatan nilai perusahaan
yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik. e. Meningkatkan tanggung jawab sosial lingkungan.
f.Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah
pusat/daerah.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi pada intinya menggambarkan batasan-batasan, wewenang, dan tanggung jawab dan memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana
hubungan kerja baik secara horisontal maupun vertikal serta menunjukkan hubungan suatu kerja sama.
dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada
tingkat bawahannya berdasarkan tugas masing-masing. Kebun Bah Jambi merupakan salah satu unit kebun milik PTPN IV (Persero). Kendali operasi
STRUKTUR ORGANISASI PTP. NUSANTARA IV (PERSERO) 4.1.4 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi memiliki pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
yaitu :
AFDELING V GUDANG ASISTEN
1. Manajer Unit
a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan kebun bah jambi kepada direksi
b. Menerapkan kebijakan Direksi atas pendelegasian wewenang.
c. Memutuskan pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan, pemberhentian bawahannya sesuai peraturan yang berlaku.
d. Melakukan pengawasan melekat (WASKAT) sesuai dengan peraturan, system dan prosedur yang berlaku.
e. Meminta pertanggung jawaban kepada kepala dinas tanaman a,b kepala dinas teknik, kepala dinas pengolahan PKS dan kepala Dinas Tata Usaha, Asisten SDM dan Umum terhadap pelaksanaan pekerjaan di
bidang masing-masing.
f. Membina, menasehati, menegur serta membuat penilaian staff
bawahannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Mengajukan permintaan pengadaan barang dan jasa non lokal dan lokal dalam batas wewenang yang ditentukan.
2. Ka. Dinas TU
a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan
dalam rangka pengelolaan Dinas Tata Usaha Kebun Bah Jambi kepada Manajer Unit Kebun Bah Jambi
b. Merencanakan serta melaksanakan transaksi pembayaran yang
c. Melaksanakan Stock Opname Kas setiap hari dan melaporkan keadaan
kas kepada manajer Unit sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan saldo Kas sesuai dengan ketentuan kepada Direksi.
d. Mengatur / menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tangung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas-tugas yang diberikan.
e. Mengusulkan kepada Manajer Unit Kebun Bah Jambi tentang kepegawaian di Dinas Tata Usaha, antara lain :
penerimaan/pengangkatan, pemindahan. Kenaikan pangkat / jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
f. Meminta pertanggung jawaban kepada Asisten Tata Usaha dalam hal pengelolaan pergudangan sesuai dengan norma ketentuan yang berlaku.
g. Memberikan masukan saran / usulan kepada Manajer Unit mengenai kegiatan kinerja serta pemakaian biaya baik diminta maupun tidak diminta untuk efisiensi dan efektifitas pengelolaan kebun.
3. Ka. Dinas. Teknik
a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan
dalam rangka pengelolaan Bidang Teknik di Kebun Bah Jambi kepada Manajer Unit Kebun Bah Jambi.
b. Mengusulkan kepada Manajer Unit tentang kepegawaian di Dinas
c. Meminta pertanggung jawaban kepada Asisten-Asisten Bidang Teknik,
terutama pemakaian tenaga kerja, biaya, barang / bahan Dinas Teknik dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
d. Mengangkat dan menghentikan kegiatan Dinas Teknik dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari Manajer Unit.
4. Ka. Din. Tanaman Rayon A
a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan bidang tanaman di Afdeling I,II,VII,IX, Pembibitan Kebun Bah Jambi kepada Manajer Unit Kebun Bah Jambi.
b. Mengusulkan kepada Manajer Unit tentang kepegawaian di Dinas Tanaman : penerimaan / pengangkatan karyawan, pemindahan,
kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan pedoman pada ketentuan yang berlaku.
c. Meminta pertanggung jawaban kepada Asisten-Asisten Afd I,II,VII,IX,
Pembibitan, terutama pemakaian tenaga kerja, biaya, barang/bahan di Afd I,II,VII,IX, Pembibitan dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku.
d. Mengangkat dan menghentikan kegiatan di Afd I,II,VII,IX, Pembibitan dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari Manajer
Unit.
5. Ka. Din. Tanaman Rayon B
a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka penelolaan Bidang Tanaman di Afdeling III, IV, V, VI,