SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG
2012/2013
Oleh
Amilia Ratih Dewanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas lampung
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM
BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh
Amilia Ratih Dewanti
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal. Permasalahan penelitian
“apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal. Metode penelitian adalah korelasional dengan rumus product Moment Pearson. Sampel penelitian yaitu 47 siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data adalah skala komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal, ditunjukkan dari hasil perhitungan diperoleh data r hitung=0.979 dan r tabel=0.288. r hitung > r tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal.
Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal di sekolah pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun 2012/2013. Saran yang diberikan adalah (1) Kepada siswa diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan yakin terhadap diri sendiri. (2) Kepada konselor sekolah diharapkan untuk memahami permasalahan siswa mengenai kepercayaan diri dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. (3) Kepada peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan yang lebih luas dengan mengambil variabel-variabel lain yang mempengaruhi komunikasi interpersonal siswa diantaranya persepsi interpersonal, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal.
DAFTAR ISI
A. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi ... 11
1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 11
2. Pengertian Kepercayaan Diri ... 12
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri ... 13
4. Ciri-ciri Kepercayaan Diri... 14
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu ... 15
6. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi pada Remaja ... 17
B. Komunikasi Interpersonal Siswa ... 19
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 19
2. Komponen Komunikasi Interpersonal ... 22
3. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 22
4. Fungsi Komunikasi Interpersonal ... 23
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 26
D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi dengan
Komunikasi Interpersonal ... 30
III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian... 33
C. Sampel ... 34
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 43
G. Reliabilitas Instrumen ... 45
H. Teknik Analisis Data ... 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Seseorang ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, rasa
ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi dengan orang-orang
disekitarnya.
Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa kita belajar menjadi manusia
melalui komunikasi. Menurut Harnack dan Fest (dalam Rakhmat, 2004)
menganggap komunikasi sebagai proses interaksi diantara dua orang untuk
tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal.
Komunikasi menurut Cangara (1998) adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan
komunikasi massa (dalam Uchjana, 2005).
Dari keempat tipe komunikasi tersebut yang akan dibicarakan dalam
interpersonal dapat dibedakan atas dua macam menurut sifatnya, yakni
komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik
ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi
tatap muka. Sedangkan komunikasi kelompok kecil ialah proses
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap
muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya
(Cangara, 1998).
Komunikasi interpersonal berlangsung diantara individu, bersifat pribadi.
Maka komunikasi interpersonal dianggap mampu memanusiawikan
manusia sebagai pribadi yang pantas dan selayaknya dihormati, dihargai
dan diberdayakan. Barus (2005) menjelaskan karena sifatnya yang
interpersonal inilah, maka komunikasi interpersonal mampu menjadi unsur
paling penting dalam membentuk pribadi, menggerakkan partisipasi,
memodifikasi sikap-perilakui individu, meningkatkan relasi, menyehatkan
jiwa, memberdayakan individu, dan bahkan ampuh dalam mengatasi
konflik-konflik kepentingan.
Oleh karena pentingnya proses komunikasi interpersonal untuk
perkembangan anak yang optimal, anak dituntut untuk mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik. Rakhmat (2004) mengungkapkan
bahwa selain konsep diri yang negatif, kepercayaan diri juga
mempengaruhi komunikasi interpersonal seseorang. Dalam hal tersebut,
kepercayaan diri termasuk dalam konsep diri individu yang mempengaruhi
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak kemasa
dewasa, oleh karena itu juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh
dengan gejolak dan pemberontakan. Sarwono (1988) mengungkapkan
remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya
hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Hubungan antara badan
dan jiwa sangat lah erat. Keduanya saling mempengaruhi dan berkembang
bersama-sama. Hal ini sangat erat hubungannya dengan remaja, dimana
pada masa remaja terjadi proses perubahan fisik yang sangat terlihat.
Oleh karena masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak,
siswa sangat membutuhkan rasa kepercayaan diri yang tinggi agar mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Siswa yang memiliki
rasa percaya diri yang rendah tentu saja akan menghambat perkembangan
kepribadiannya sampai nanti dia menjadi dewasa.
Kepercayaan diri menurut Willis (dalam Ghufron dan Risnawati : 2010)
adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi masalah
dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan
bagi orang lain. Alfiatin dan Andayani (1996) menyatakan bahwa
kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan
tentang kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Bila siswa merasa rendah diri, dia akan mengalami kesulitan untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasannya kepada teman-teman dan juga
gurunya, tidak mampu berbicara dihadapan umum, atau ragu-ragu
menutup diri timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan diri
sendiri. Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak
akan mampu mengatasi persoalan dan tidak mampu berkomunikasi dengan
baik. Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa orang yang kurang percaya
diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia
takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam
berdiskusi, ia akan lebih banyak diam.
Siswa yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari
pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan akan berbicara
bila hanya terdesak saja. Bila kemudian dia terpaksa berkomunikasi, sering
pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara relevan tentu akan
mengundang reaksi orang lain, dan dia akan dituntut untuk berbicara lagi
(Rakhmat, 2004). Tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan
kurangnya percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor, percaya diri adalah
faktor yang paling menentukan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi
yang dilakukan oleh penulis di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung,
penulis menemukan permasalahan pada siswa yaitu diantaranya, siswa
cenderung berdiam diri saat berkumpul dengan teman-temannya, berusaha
menghindar saat diajak berbicara dengan teman ataupun guru, dan sulit
Hal tersebut menunjukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami
masalah dalam komunikasi interpersonalnya, dan salah satu faktor
penyebabnya adalah kepercayaan diri siswa yang rendah. Jika siswa
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka dia akan mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik. Sedangkan, siswa yang kurang
memiliki kepercayaan diri, maka dia akan sulit untuk melakukan
komunikasi interpersonal di sekolah. Bimbingan Konseling adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar bisa menerima dan memahami
diri dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peran guru Bimbingan
dan Konseling sangat penting bagi perkembangan siswa di sekolah agar
siswa mampu memahami dirinya sendiri dan mengembangkan dirinya
secara optimal.
Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi
dengan komunikasi interpersonal disekolah pada siswa kelas VII SMP
Tunas Harapan Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang
ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa ragu-ragu dan sulit untuk mengungkapkan pendapat saat
berdiskusi.
2. Siswa berusaha menghindar dari teman-temannya yang sedang
3. Siswa lebih memilih diam saat diajak berbicara oleh teman ataupun
guru.
4. Siswa lebih memilih menyendiri didalam kelas daripada berkumpul dan
berbaur dengan teman-teman.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Hubungan antara kepercayaan diri dalam
berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal disekolah pada siswa
kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal siswa yang rendah. Adapun permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan
komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan
Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan
diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal pada siswa
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dunia
pendidikan, yaitu diharapkan dapat menambah dan memperkaya
khasanah teori tentang komunikasi interpersonal siswa dan faktor yang
mempengaruhinya.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi konselor sekolah, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan
salah satu rujukan dalam pengembangan program bimbingan dan
konseling disekolah khususnya dalam pengembangan layanan
pribadi sosial.
2. Memberi masukan kepada siswa untuk selalu berusaha
menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik.
C. Kerangka Pikir
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan komunikasi untuk berhubungan
dengan orang disekitarnya. Melalui komunikasi, manusia dapat
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain sehingga dapat
berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan melakukan
komunikasi tersebut (Cangara, 1998).
Colin (dalam Rakhmat, 2004) mendefinisikan komunikasi merupakan usaha
untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau
yang cukup penting dalam kehidupan, dan kehidupan seseorang tidak pernah
bisa lepas dari komunikasi. Begitu juga dengan siswa di sekolah, untuk
mendapatkan perkembangan diri yang optimal, siswa dituntut untuk
melakukan komunikasi dengan orang disekitarnya. Hal ini di dukung dengan
pendapat Neuman (dalam Rakhmat, 2004) yang mendefinisikan komunikasi
sebagai proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang
lebih berfungsi. Johnson (dalam Fajar, 2009) mengungkapkan bahwa hakikat
komunikasi adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
komunikasi interpersonal. Rakhmat (2004, 108) mengungkapkan bahwa
keinginan seseorang untuk menutup diri, selain dari faktor konsep diri yang
negatif, dapat timbul akibat dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan
sendiri. Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak
akan mampu mengatasi persoalan. Siswa yang kurang percaya diri akan
cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Misalnya siswa
selalu memilih duduk dibaris belakang saat proses belajar mengajar karena
menghindari komunikasi langsung dengan guru.
Menurut Willis (dalam Rakhmat, 2004) mengungkapkan kepercayaan diri
adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah
dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan
bagi orang lain. Kepercayaan diri merupakan cirri kepribadian yang
dengan pendapat Afiatin dan Andayani (1996) yang menyatakan pendapat
bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan
tentang kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Siswa yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari
situasi komunikasi. Ia takut oranglain akan mengejeknya atau
menyalahkannya. Didalam berdiskusi, ia akan lebih banyak diam dan sulit
mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya
diri, akan lebih mampu berkomunikasi dengan orang disekitar, akan mampu
berbicara didepan banyak orang, serta berusaha untuk menyampaikan
pendapatnya dalam berdiskusi dengan teman-teman ataupun guru.
Berdasarkan uraian tersebut, maka muncul kerangka pikir bahwa kepercayaan
diri yang dimiliki siswa akan mempengaruhi komunikasi interpersonal siswa.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian (Arikunto, 2006).
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kepercayaan Diri Siswa dalam Berkomunikasi (X)
Ha : ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa dalam
berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal siswa di sekolah pada
siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran
2012/2013.
Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa dalam
berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal siswa di sekolah pada
siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepercayaan Diri dalam Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial
Nurihsan (2003) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu
upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan keadaan psikologis dan sosial, sehingga individu memantapkan
kepribadian dan mengembangkan kemampuannya dalam menangani
masalah-masalah dalam dirinya. Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai
upaya pengembangan kemampuan siswa untuk menghadapi dan mengatasi
masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan
interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman
diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan
pribadi-sosial.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa agar
mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik
yang bersifat pribadi maupun sosial, sehingga siswa mampu membina
hubungan sosial yang harmonis dilingkungan sekolahnya. Bimbingan
interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahan diri,
dan sikap-sikap yang positif.
2. Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Willis (dalam Ghufron dan Risnawati,2010) kepercayaan diri
adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah
dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan
bagi orang lain. Seseorang merasa bahwa dirinya mampu menghadapi
berbagai masalah dengan baik dan mampu membuat orang lain merasa
nyaman dengan dirinya.
Menurut Martini dan Adiyati (dalam Alsa, 2006) kepercayaan diri
diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Apabila seseorang tidak
memiliki kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul karena
kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang
berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Lauster (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) mendefinisikan
kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri
merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan
kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan
dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran dan
Ghufron dan Risnawati (2010) menyatakan bahwa kepercayaan diri
merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri. Hal ini didukung oleh Alfiatin dan Andayani
(1966) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek
kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan dan
ketrampilan yang dimilikinya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai
karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat keyakinan akan
kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan
realistis. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu
cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai
dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Lauster (Ghufron dan Risnawati, 2010) mengungkapkan bahwa orang
yang memiliki kepercayaan diri yang positif, adalah sebagai berikut :
1. Yakin pada kemampuan sendiri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya, suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena
yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
2. Optimis
Optimis merupakan sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
3. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu dengan kebenaran
yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut
dirinya sendiri.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu
hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
4. Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Menurut Guilford (dalam Afiatin & Andayani, 1996) ciri-ciri orang yang
mempunyai kepercayaan diri adalah:
1. Merasa yakin terhadap apa yang dia lakukan.
2. Merasa dapat diterima oleh kelompoknya.
3. Percaya pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap (tidak
gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara tidak sengaja
Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Lie (dalam Alsa, 2006) adalah:
1. Yakin kepada diri sendiri.
2. Tidak bergantung kepada orang lain.
3. Tidak ragu-ragu.
4. Merasa dirinya berharga.
5. Tidak menyombongkan diri.
6. Memiliki keberanian untuk bertindak.
Sedangkan ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (dalam Alsa, 2006)
adalah:
1. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
3. Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya
serta dapat berkomunikasi di berbagai situasi.
4. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul di dalam berbagai
situasi.
5. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
6. Mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang
cukup.
7. Mempunyai keahlian atau ketermapilan yang menunjang
kehidupannya, sosialnya misalnya ketrampilan berbahasa asing.
8. Memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan.
9. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan
diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang memiliki aspek-aspek
keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.
5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang menurut Ghufron
dan Risnawati (2010), diantaranya adalah :
1. Konsep diri
Ghufron dan Risnawati (2010) terbentuknya kepercayaan diri pada diri
seseorang diawali dengan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan
menghasilkan konsep diri.
2. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula.
Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.
Menurut Santoso (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010)
mengungkapkan bahwa tingkat harga diri seseorang akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
3. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya
diri.Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya
percaya diri seseorang.Ghufron dan Risnawati (2010) berpendapat
bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
kpercayaan diri seseorang.tingkat pendidikan yang rendah akan
menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah kekuasaan
orang lain yang lebih pandai dari nya. Sebaliknya , orang yang
mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri
yang lebih di banding kan yang berpendidikan rendah.
Menurut Loekmono (dalam Alsa, 2006) perkembangan kepercayaan diri
dipengaruhi oleh:
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. 2. Norma dan pengalaman keluarga.
3. Tradisi, kebiasaaan dan lingkungan atau kelompok dimana keluarga ituberasal.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kepercayaan diri
seseorang terbentuk berdasarkan faktor fisik, mental, sosial, dalam hal ini
keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama
dalam membentuk kepercayaan diri. Selain itu, dapat disimpulkan pula
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
diantaranya konsep diri, harga diri, pengalaman dan pendidikan. Jika
konsep diri yang dimiliki positif, makan seseorang memiliki kepercayaan
diri yang tinggi.Sebaliknya, jika konsep diri yang dimiliki seseorang
negatif, maka orang tersebut memiliki kepercayaan diri yang rendah.
6. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi pada Remaja
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek yang cukup penting pada
kepercayaan diri merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu
menanggulanggi masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan
sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Kaitannya dengan remaja,
menurut Gunawan (2005:190) bahwa para remaja umumnya sulit
membuka dirinya terhadap orang lain dan sukar mengetahui diri sendiri
dalam proses perubahannya. Apabila kepercayaan diri pada remaja kurang,
maka komunikasi dengan orang lain akan terganggu.
Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa keinginan seseorang untuk
menutup diri, selain dari faktor konsep diri yang negatif, dapat timbul
akibat dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang
yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu
mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung
sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan
mengejeknya dan menyalahkannya. Dalam berdiskusi dengan
teman-temannya, ia akan lebih memilih diam.
Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan peristiwa
sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia
yang lain. Oleh karena itu pendekatan psikologi komunikasi juga
merupakan pendekatan sosial. Kaufman (dalam Rahkmat, 2004)
mengungkapkan bahwa psikologi sosial dalah usaha untuk memahami,
menjelaskan dan meramalkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan
individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran,
Dalam hal ini dapat dijelaskan bila individu-individu berinteraksi dan
saling mempengaruhi, maka terjadilah proses : belajar yang meliputi aspek
kognitif dan afektif (aspek berpikir dan aspek merasa), proses
penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi), dan
mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisai, permainan peranan,
identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
dalam berkomunikasi pada remaja adalah keyakinan untuk melakukan
sesuatu pada diri remaja sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya
terdapat keyakinan akan kemampuan diri untuk melakukan interaksi dan
menjalin hubungan dengan orang lain diantaranya dengan berkomunikasi
dengan oranglain. Keyakinan akan kemampuan untuk melakukan interaksi
dengan orang lain diantaranya dalam mengeluarkan pendapat, dan mampu
berbagi informasi dengan orang lain tanpa ada perasaan gugup, malu dan
ragu-ragu.
B. Komunikasi Interpersonal Siswa
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, dan
komunikasi massa (dalam Uchjana, 2005).
Komunikasi Interpersonal (interpersonal communication) disebut juga
dengan komunikasi interpersonal. Diambil dari terjemahan kata
dan personal berarti pribadi. Sedangkan definisi umum komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap peserta mengangkap reaksi yang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (dalam Enjang, 2009).
Johnson (dalam Fajar, 2009) mengungkapkan bahwa hakikat komunikasi
adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya. Menurut Pace (dalam
Cangara, 1998) komunikasi interpersonal (interpersonal communication) dapat dibedakan atas dua macam menurut sifatnya, yakni komunikasi
diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi tatap muka. Sedangkan komunikasi kelompok kecil
ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih
secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu
sama lainnya.
Menurut Devito (dalam Suseno, 2009) menyatakan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua orang atau sekelompok kecil orang secara spontan dan informal.
Seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain, dan sebaliknya
menerima informasi yang diberikan oleh orang lain juga. Hardjana (dalam
Suseno, 2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah interaksi
menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung pula.
Wiryanto (2004) mengartikan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka
antara beberapa pribadi. Komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan
proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling
mempengaruhi.Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling
efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal bersifat
dialogis, artinya arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat
mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui
secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak.Jika
tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi antara beberapa pribadi secara tatap
muka atau proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau
sekelompok kecil orang secara spontan dan informal. Pengirim pesan
mengirimkan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima
dan menanggapi pesan secara langsung. Komunikasi interpersonal juga
2. Komponen Komunikasi Interpersonal
Menurut Djamarah (2004) komponen komunikasi interpersonal yang
menjadi unsur-usur utama untuk terjadinya proses komunikasi adalah :
a. Komunikator yaitu orang yang mengirimkan pesan.
b. Pesan yang dikirimkan,
c. Komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim.
Dalam kegiatan komunikasi interpersonal, ketiga komponen itulah yang
berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan
perantaraan media kepada komunikan, maka komunikator
memformulasikan pesan yang disampaikannya dalam bentuk kode
tertentu, yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan
baik.
Dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya komunikasi interpersonal
tergantung pada ketiga komponen itu. Komunikator harus mampu
menyampaikan pesan kepada komunikan dengan baik, agar pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh komunikan dan dapat terjalin
komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan.
3. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Menurut Wiryanto (2004) efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai
lima ciri sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan interpersonal.
c. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif,
e. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan.Sebagai sarana untuk mencapai suatu
kesepakatan atau kesetaraan pandangan atau pendapat.
Ciri-ciri komunikasi interpersonal yang efektif dapat disimpulkan antara
lain keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan. Dengan
beberapa unsur yang telah disebutkan diatas, dapat dinilai bagaimana
komunikasi interpersonal yang efektif ataupun tidak efektif. Bila memiliki
ciri-ciri yang telah disebutkan, maka dapat diakatakan komunikasi
interpersonal yang terjalin efektif.
4. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Menurut Uchjana (2009) komunikasi interpersonal memiliki enam fungsi
diantaranya:
a. Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis
Dengan komunikasi interpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan
sosial atau psikologis.Para psikolog pun menyarankan bahwa pada
orang lain, sebagaimana halnya manusia membutuhkan makanan,
minuman, perlindungan dan sebagainya. Apabila kehilangan kontak
dengan orang lain, kebanyakan orang akan berhalusinasi, kehilangan
koordinasi motorik, dan secara umum tidak bisa menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungan sekitar.
b. Mengembangkan kesadaran diri
Melalui komunikasi interpersonal akan terbiasa mengembangkan
kesadaran diri mengkonfirmasikan tentang siapa dan apa diri kita. Apa
yang kita pikirkan tentang diri kita. Namun ada yang sebagian
merupakan refleksi dari apa yang orang lain sebut tentang diri kita.
c. Matang dalam konvensi sosial
Melalui komunikasi interpersonal kita tunduk atau menentang
konvensi sosial. Kita berkomunikasi beramah-tamah dengan orang lain
dalam rangka memenuhi konvensi sosial. Mengabaikan orang lain dan
tidak berbicara berarti menentang konvensi sosial dan menimbulkan
kesan melalaikan orang lain.
d. Konsistensi hubungan dengan orang lain
Melalui komunikasi interpersonal kita menetapkan hubungan kita.kita
berhubungan dengan orang lain, melalui pengalaman yang kita lalui
bersama dengan mereka, dan melalui percakapan–percakapan bersama
mereka. Ketika kita bertemu dengan seseorang secara terus menerus,
sifat dasar komunikasinya akan menetapkan tipe dan kualitas
e. Mendapatkan informasi yang lebih banyak.
Melalui komunikasi interpersonal, kita juga akan memperoleh
informasi yang lebih. Informasi yang akurat dan tepat waktu
merupakan kunci untuk membuat keputusan yang efektif. Jika kita bisa
memperoleh sebagian informasi melalui observasi langsung, membaca,
mendengarkan dari berbagai media, kita bisa memperoleh banyak
informasi yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan selama
berbicara dengan orang lain.
f. Bisa memperngaruhi atau dipengaruhi orang lain
Melalui komunikasi interpersonal kita mempengaruhi dan atau
dipengaruhi oleh orang lain. Kita bisa menggunakan bentuk
komunikasi ini untuk mempengaruhi orang lain, dan demikian pula
sebaliknya. Seperti dinyatakan para ahli komunikasi bahwa tujuan
utama usaha komunikasi adalah untuk mempengaruh igagasan dari
perilaku orang lain.
Berdasarkan pemaparan tentang fungsi komunikasi interpersonal dapat
disimpulkan bahwa keberadaan komunikasi interpersonal sangat berperan
aktif dalam kehidupan. Komunikasi interpersonal memiliki fungsi yang
luas dalam kehidupan kita terutama dalam kehidupan sosial kita ini,
diantaranya adalah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial dan
psikologis, mengembangkan kesadaran diri, matang dalam konvensi
sosial, konsistensi hubungan dengan orang lain, mendapatkan informasi
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (2004) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi
oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan
hubungan interpersonal.
1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan),
yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi,
seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan
akan mengakibat kegagalan komunikasi.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal, yaitu:
a. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang
yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,
sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprehension.Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia
membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan
(persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu
konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunikasi interpersonal dipengaruhi atraksi
interpersonal dalam hal:
a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap
orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita
juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif.Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif
bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
4. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara
tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik, yaitu: percaya diri, sikap suportif
dan sikap terbuka.
C. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak kemasa dewasa,
oleh karena itu juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh dengan
gejolak dan pemberontakan (Munandar, 1996). Sarwono (1988)
mengungkapkan remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,
bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis
muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik tersebut.
Aristoteles (dalam Sarwono, 1988) mengatakan bahwa hubungan badan dan
jiwa sangatlah erat.Keduanya saling mempengaruhi dan berkembang secara
bersamaan. Hal ini sangat berhubungan dengan remaja, dimana pada masa
remaja terjadi proses perubahan fisik yang sangat terlihat.
Pendapat tersebut didukung oleh Hall (dalam Sarwono, 1988) yang
mengatakan bahwa pada remaja merupakan masa topan badai dan
mencerminkan kebugayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan
nilai-nilai. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang sangat terlihat. Hal
ini menyebabkan individu menjadi sangat sensitif dan sangat tidak stabil.
Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik
dilihat dari aspek kognittif, emosi, maupun fisik. Oleh karena itu, sangat
diperlukan bimbingan bagi remaja agar mampu mengoptimalkan
kemampuannya dan dapat berkembang dengan baik.
D. Hubungan Kepercayaan Diri denganKomunikasi Interpersonal pada Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai belajar bergaul dengan
kelompok. Remaja merupakan individu yang seringkali dipenuhi dengan
keinginan menjadi orang terkenal, dikagumi, dan disukai oleh
teman-temannya. Harapan-harapan tersebut bisa saja terwujud bagi mereka yang
memiliki kemampuan lebih dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di
sekitarnya. Kemampuan tersebut beberapa diantaranya adalah seperti
kepercayaan diri yang tinggi dan kemampuan membangun komunikasi dua
arah (interpersonal comunication).
Mulyana (dalam Djamarah, 2004) mengungkapkan bahwa tanpa melibatkan
diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,
berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab.
Siswa yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan
tersesat, karena ia tidak berkesempatan untuk menata dirinya dalam suatu
lingkungan sosial.
Hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan
sehari-sehari khususnya bagi remaja. Komunikasi interpersonal sebenarnya
mempengaruhi. Menurut Hardjana mendefinisikan komunikasi interpersonal
adalah interaksi tatap muka antara dua orang atau beberapa orang dimana
pengirim dapat menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung pula (Suseno,2009).
Disini terjadi proses interaksi dan timbal balik antara seseorang dengan orang
lain. Proses tersebut akan mempengaruhi satu sama lain, karna terjalin
hubungan komunikasi dan bertukar pikiran antara satu dengan yang lainnya.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa.Sarwono
(1988) mengungkapkan masa remaja adalah masa peralihan baik psikologis
maupun fisik individu.Siswa merupakan remaja, dimana terjadi
perubahan-perubahan fisik yang amat terlihat.
Hall (dalam Sarwono, 1988) mengatakan bahwa pada masa remaja merupakan
masa topan-badai dan mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak
akibat pertentangan nilai-nilai. Hal ini yang menyebabkan siswa sebagai
remaja menjadi orang yang sensitif dan sangat tidak stabil. Oleh karena itu,
kepercayaan diri sangat diperlukan bagi siswa agar dapat berinteraksi dengan
baik dan berkembang secara optimal.
Rahmat (2004) mengatakan bahwa “bila orang merasa rendah diri, maka akan
mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasan kepada orang-orang
yang dihormatinya dan tidak mampu berbicara di depan umum, atau ragu-ragu
menuliskan pemikirannya dalam media massa. Orang yang kurang percaya
orang lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, dalam diskusi akan lebih
banyak diam, dalam berpidato akan berbicara terpatah-patah.
Rahmat (2004) Jika ditelaah lebih lanjut, rang mengalami kecemasan
komunikasi akan sangat terganggu dan peka dengan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Perasaan terancam bahwa dirinya akan dinilai atau
ditanggapi dengan negative, membuat komunikasinya menjadi terhambat.
Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak mampu
mengatasi masalah. Dan siswa yang kurang percaya diri cenderung sedapat
mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejek
atau menyalahkannya. Rakhmat (2004) juga mengungkapkan bahwa ketakutan
untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension.
Orang yang aprehensif dalam komunikasi akan menarik diri dari pergaulan,
berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila
terdesak saja. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan oleh
kurangnya percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor, percaya diri adalah
III . METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, waktu
penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode ilmiah
yang analisisnya dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran data dan hasilnya (Arikunto, 2006).Dalam penelitian ini digunakan
pendekatan kuantitatif, karena hasil yang diperoleh melalui penelitian berupa
data kuantitatif seberapa besar hubungan komunikasi interpersonal dengan
kepercayaan diri siswa.Data penelitian berupa skor (angka-angka) dan
diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk
mendapatkan gambaran mengenai variabel komunikasi interpersonal dan
variabel kepercayaan diri siswa.
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara variabel bebas
yaitu kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi dengan variabel terikat
yaitu komunikasi interpersonal. Adapun teknik analisis data yang digunakan
dalaminteraksi sosial dan komunikasi interpersonal menggunakan teknik
analisis Product Moment Pearson dengan rumus:
}
r = koefisien korelasi Pearson ∑XY = jumlah hasil skor X dan Y
∑X = jumlah skor X
∑Y = jumlah skor Y
∑X2
= jumlah kuadrat skor X ∑Y2
metode yang digunakan adalah Sampel Random Berkelompok (Cluster
Sampling) yaitu dengan membagi populasi sebagai cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih secara random.
Sampel yang ditentukanadalah siswa kelas VIISMP Tunas Harapan Bandar
Lampung.Berdasarkan data, jumlah siswa kelas VII berjumlah 47 orang.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya. Penelitian ini akan dilaksanakan pada dua variabel yaitu:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(Sugiyono, 2010).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2010).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal.
2. Definisi Operasi Variabel
a. Kepercayaan Diri Siswa dalam Berkomunikasi
Kepercayaan diri dalam berkomunikasi adalah keyakinan akan
kemampuan, dan kekuatan pada diri siswa dalam melakukan hubungan
timbal balik dengan teman-teman sebayanya dan dapat memberikan
sesuatu yang menyenangkan bagi teman-temannya disekolah.
Kemampuan untuk mampu mengeluarkan pendapat, memberi
b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara spontan
dan informal. Komunikasi interpersonal terjadi dalam interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi. Komunikasi interpersonalmerupakan
interaksi tatap muka antara dua orang atau beberapa orang dimana
pengirim dapat menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan
dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Skala
Dalam penelitian ini skala yang digunakan ialah skala model Likert.
Menurut Sukardi (2005: 146), skala model Likert menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden.Skala model
Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar , 2003).
Dengan skala model Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
Prosedur dalam membuat skala model Likert adalah sebagai berikut
a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevan dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas
disukai dan tidak disukai
b. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti
c. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Responsi tersebut
dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi
diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan skor 4
untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya.
Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan.
Demikian juga, apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut
yang disenangi, tergantung isi dari item-item yang disusun
d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor
masing-masing item dari individu tersebut
e. Respons dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.
Misalnya, respons responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukan beda yang nyata, apakah
masuk ke dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk
Tabel 3.2 Skor Skala Likert
Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
Sangat Sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak sesuai 2 4
Sangat tidak sesuai 1 5
Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai
(S), ragu-ragu (RG), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Penilaian
item favorabel bergerak dari skor 5 menunjukkan sangat sesuai (SS), 4 sesuai
(S), 3 ragu-ragu (RG), 2 tidak sesuai (TS), 1 menunjukkan sangat tidak sesuai
(STS). Sedang item unfavorable bergerak dari 1 sangat sesuai (SS), 2 sesuai
(S), 3 ragu-ragu (RG) , 4 tidak sesuai (TS), 5 sangat tidak sesuai (STS).Skala
yangakan digunakan yaitu skala kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan
skala komunikasi interpersonal.
a. Skala Komunikasi Interpersonal Tabel 3.3
Kisi-kisi Skala Komunikasi Interpersonal
Variabel Indikator Deskriptor
Komunikasi Interpersonal
a. Keterbukaan 1. Saling bertukar pendapat 2. Mudah akrab dengan teman
3. Cenderung diam ketika sedang diajak berbicara dengan teman
4. Hanya mau berbicara pada teman-teman tertentu
Variabel Indikator Deskriptor
6. Mengungkapkan masalah yang
sedang dihadapi kepada teman
b. Empati
1. Peka terhadap apa yang sedang teman rasakan
2. Mendengarkan teman dengan baik, ketika teman bicara
3. Bijaksana dalam menanggapi
pembicaraan teman
4. Peduli terhadap pembicaraan yang sedang dilakukan teman
5. Kurang mmperhatikan inti
pembicaraan
6. Menunjukan ekspresi wajah yang tepat sebagai bentuk respon kepada lawan bicara
7. Bersikap cuek terhadap teman
8. Menyadari bahwa teman saya memiliki perasaan dan keinginan yang berbeda
9. Menanggapi pembicaraan teman
seperlunya saja
10.Enggan memberikan pujian ketika teman mengutarakan pendapat yang baik
c. Dukungan 1. Enggan menanggapi teman yang sedang berbicara
2. Teman harus sependapat dengan saya 3. Menyapa teman terlebih dahulu
4. Suka memotong pembicaraan orang lain
Variabel Indikator Deskriptor
6. Menyambut dengan baik ketika teman ingin mengajak berbicara
7. Suka memberi pujian kepada lawan bicara
8. Suka menentang pendapat teman 9. Mengambil kesimpulan dari setiap
pembicaraan teman
10.Kurang lancar dalam berkomunikasi dengan teman
d. Rasa Positif
1. Merasa mudah beradaptasi dengan teman dilingkungan baru
2. Merasa mudah untuk disukai orang lain
3. Merasa orang yang fleksibel 4. Merasa kaku dalam berbicara
5. Merasa bahwa teman-teman nyaman untuk berbicara pada saya
6. Menilai negative terhadap apa yang akan dibicarakan oleh teman
7. Kurang berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat saat belajar kelompok
e. Kesetaraan
1. Berani berbicara kepada orang yang lebih tua dari saya
2. Tidak menggurui teman yang sedang berbicara pada kita
3. Sulit mengutarakan pendapat saat berada didepan kelas
b. Skala Rasa Percaya Diri
Skala kepercayaan diri disusun dari ciri-ciri individu, menurut Lauster
(dalam Ghufron dan Risnawati, 2010)ciri-ciri rasa percaya diri yaitu yakin
pada kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan
realistis.Jumlah skala rasa percaya diri terdiri dari item favorabel dan
unfavorabel.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri
Variabel Indikator Deskriptor
Kepercayaan Diri
1. Yakin pada kemampuan diri
1. Merasa mampu berbicara didepan kelas dengan baik
2. Yakin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dengan baik 3. Kurang berani untuk mengeluarkan
pendapat saat presentaasi didepan kelas 4. Takut salah dalam mengeluarkan
pendapat saat berdiskusi dengan teman 5. Merasa yakin bisa menjadi teman untuk
bertukar pendapat dikelas
6. Tidak akan menghindar jika teman memanggil untuk berbincang-bincang 2. Optimis 1. Memiliki cita-cita untuk menjadi
pembicara dalam sebuah acara
2. Berkeinginan untuk menjadi presenter atau pembawa acara dalam acara TV 3. Merasa kurang berminat bila diminta
untuk berbicara didepan umum
4. Mudah menyerah bila diminta untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi
Variabel Indikator
3. Objektif
Deskriptor
1. Hanya mau berbicara pada orang yang sudah dikenal dengan baik
2. Bisa menjadi teman untuk berbagi cerita pada semua orang
3. Tidak memilih-milih teman untuk berdiskusi
4. Hanya bisa bertukar pendapat pada teman yang menurut saya pandai
5. Kurang yakin bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan orang yang menurut saya lebih pandai daripada saya
6. Lebih memilih diam jika diajak
berbicara dengan teman yang
berprestasi dikelas
7. Hanya berani berbicara dan
mengungkapkan pendapat pada teman yang kurang pandai
4. Bertanggung jawab
1. Berani mempertanggung jawabkan perkataan yang telah saya ungkapkan dalam berdiskusi kelompok
2. Kurang berani mengambil resiko dalam mengungkapkan pendapat saat diskusi kelompok
3. Takut bila diperintah guru untuk menjelaskan kembali alasan atas jawaban yang telah saya berikan
Variabel Indikator 5. Rasional dan
realistis
Deskriptor
1.Merasa takut akan dihina bila mengeluarkan pendapat saat sedang berkumpul bersama teman-teman
2.Merasa guru akan mendukung setiap pendapat yang saya ungkapkan
3.Merasa bahwa teman akan mengucilkan saya, jika saya salah dalam berbicara 4.Lebih merasa tenang bila menghindar
saat teman mengajak untuk berbincang-bincang
5.Merasa takut guru akan membenci saya, jika saya salah berbicara didepan kelas 6.Merasa bahwa setiap perkataan yang
saya katakana tidak ada gunanya untuk teman-teman saya
7.Merasa teman-teman saya senang untuk berbagi cerita dengan saya
8.Merasa bahwa saya bisa memberikan solusi yang baik, bila teman meminta pendapat dan saran kepada saya
9. Senang berkumpul dengan teman-teman karena bisa berbagi cerita dengan mereka
F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Validitas instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Dalam penelitian ini, validitas yang akan digunakan adalah validitas
konstruk (construct validity) karena instrumen pengumpulan data yang
digunakan merupakan instrumen pengumpulan data non tes.Uji coba
dilakukan pada tanggal 7 januari 2013 kepada 31 siswa di SMP Negeri 8
Bandar Lampung.Dengan diperolehnya indeks validitas tiap item dapat
diketahui secara pasti item mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari
validitasnya (Arikunto, 2006).
Standar pengukuran yang digunakan untuk menentukan validitas item
berdasarkan pendapat Azwar (2004) bahwa suatu item dikatakanvalid
apabila nilai> 0,36. Namun, apabila jumlah item yang valid ternyata
masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat
menurunkansedikit kriteria dari 0,36 menjadi 0,25 atau 0,20. Adapun
standar yangdigunakan peneliti dalam penelitian ini adalah 0,36. Dalam
penelitian ini, ujivaliditas menggunakan bantuan SPSS 16, nilai koefisienterendah dalam uji validitas pada skala kepercayaan diri dalam
berkomunikasi adalah 0,411 pada butir soal no 22 dan nilaitertinggi adalah
0,868 pada butir soal no 30.Dapat dilihat pada lampiran halaman 65.Nilai
koefisien terendah dalam uji validitas pada skalakomunikasi interpersonal
adalah 0,373pada butir soal no 7dan nilai tertinggi adalah0,777 pada butir
Dari hasil analisis uji validitas skala kepercayaan diri dalam
berkomunikasi dari 31 item, yang diujikan kepada 31 responden,
menunjukan item yang berkontribusi sebanyak 30butir soal dan 1butir
soal yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Sedangkan skalakomunikasi
interpersonal dari 37 item, yang diujikan kepada 31responden terdapat 33
item yang dinyatakan valid dan 4 item yangdinyatakan gugur atau tidak
valid.
G. Realibilitas Instrumen
Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,2006). Reliabilitas merujuk pada
tingkat keterandalan suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakanrumusAlpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya soal bentuk uraian
(Arikunto, 2006).
Rumus Alpha :
Keterangan :
= koefisien reliabilitas alpha
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir
Tolak ukur klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari Riduwan (2006)sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rentang Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Kategori
0,80-1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi
0,60-0,799 Derajat keterandalan tinggi
0,40-0,599 Derajat keterandalan cukup
0,20-0,399 Derajat keterandalan rendah
0,00-0,199 Derajat keterandalan sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh indeks reliabilitas instrumen
kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasisebesar 0,956. Dapat dilihat
pada pada lampiran halaman 67. Indeks tersebut setelah dikonfirmasi dengan
tabel 3.5 termasuk dalam rentang koefisien realibilitas yang sangat tinggi dan
dapat digunakan dalam penelitian ini.Sedangkan indeks reliabilitas instrumen
komunikasi interpersonal siswa sebesar 0,937. Dapat dilihat pada halaman 76.
Indeks tersebut memiliki rentang koefisien realibitas yang sangat tinggi dan
dapat digunakan dalam penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
korelasiProduct Moment.Sebelumhipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji
a. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya penelitian
dianalisisdengan menggunakan metode penelitian.Uji asumsi yang
dilakukan adalah uji normalitas, uji linearitas.Uji normalitas sebaran
dilakukan untuk mengetahuiapakah data yang diperoleh dari setiap variabel
penelitian bervariasi atau berdistribusisecara normal.
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan dengan
menggunakan bantuan SPSS 16, dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana jika nilai Asym.Sig (2-tailed) > 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas adalah sebagai berikut :
a. Hasil Uji Normalitas Variabel Kepercayaan Diri dalam
Berkomunikasi
Dari hasil perhitungan Asymp. Sig (2-tailed) dengan menggunakan uji One-Sample Komogorov-Smirnov test diperoleh hasil sebesar
0,234. Oleh karena itu, nilai 0,234>0,05 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa variabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi
berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran
halaman 82.
b. Hasil Uji Normalitas Variabel Komunikasi Interpersonal
Dari hasil perhitungan Asymp. Sig (2-tailed) dengan menggunakan uji One-Sample Komogorov-Smirnov test diperoleh hasil sebesar
kesimpulan bahwa variabel komunikasi interpersonal berdistribusi
normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran halaman 83.
c. Kesimpulan
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, kedua varibel penelitian
tersebut yaitu variabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan
komunikasi interpersonal berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16, diperoleh hasil 0,775.Oleh karena itu, 0,775 > 0,05 yang berarti model regresi
bersifat linear. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran85.
Selanjutnya untuk mengukur tingkat hubungan antara dua variabel yaitu
varabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi (X) dan variabel
komunikasi interpersonal (Y) digunakan uji korelasi Product Moment Pearson.Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan korelasi
Product Moment Pearson.Diketahui bahwa koefisien korelasi diperoleh
nilai 0,979 dan r tabel untuk n = 47 dengan taraf signifikansi 5% maka
rtabel = 0,288 (r table dapat dilihat pada halaman 90). Ketentuannya bila r
hitung lebih besar dari r tabel maka Hoditolak dan Ha diterima.Dengan
demikian diperoleh hasil r hitung = 0,979>r tabel = 0,288 maka Ho ditolak