• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG

2012/2013

Oleh

Amilia Ratih Dewanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas lampung

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM

BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR

LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh

Amilia Ratih Dewanti

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal. Permasalahan penelitian

“apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal. Metode penelitian adalah korelasional dengan rumus product Moment Pearson. Sampel penelitian yaitu 47 siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data adalah skala komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal, ditunjukkan dari hasil perhitungan diperoleh data r hitung=0.979 dan r tabel=0.288. r hitung > r tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal.

Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal di sekolah pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun 2012/2013. Saran yang diberikan adalah (1) Kepada siswa diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan yakin terhadap diri sendiri. (2) Kepada konselor sekolah diharapkan untuk memahami permasalahan siswa mengenai kepercayaan diri dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. (3) Kepada peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan yang lebih luas dengan mengambil variabel-variabel lain yang mempengaruhi komunikasi interpersonal siswa diantaranya persepsi interpersonal, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

A. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi ... 11

1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 11

2. Pengertian Kepercayaan Diri ... 12

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri ... 13

4. Ciri-ciri Kepercayaan Diri... 14

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu ... 15

6. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi pada Remaja ... 17

B. Komunikasi Interpersonal Siswa ... 19

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 19

2. Komponen Komunikasi Interpersonal ... 22

3. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 22

4. Fungsi Komunikasi Interpersonal ... 23

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 26

(7)

D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi dengan

Komunikasi Interpersonal ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian... 33

C. Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 43

G. Reliabilitas Instrumen ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 49

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(8)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Seseorang ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, rasa

ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi dengan orang-orang

disekitarnya.

Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa kita belajar menjadi manusia

melalui komunikasi. Menurut Harnack dan Fest (dalam Rakhmat, 2004)

menganggap komunikasi sebagai proses interaksi diantara dua orang untuk

tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal.

Komunikasi menurut Cangara (1998) adalah suatu proses dimana dua

orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama

lainnya, pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi

interpersonal, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan

komunikasi massa (dalam Uchjana, 2005).

Dari keempat tipe komunikasi tersebut yang akan dibicarakan dalam

(9)

interpersonal dapat dibedakan atas dua macam menurut sifatnya, yakni

komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik

ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi

tatap muka. Sedangkan komunikasi kelompok kecil ialah proses

komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap

muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya

(Cangara, 1998).

Komunikasi interpersonal berlangsung diantara individu, bersifat pribadi.

Maka komunikasi interpersonal dianggap mampu memanusiawikan

manusia sebagai pribadi yang pantas dan selayaknya dihormati, dihargai

dan diberdayakan. Barus (2005) menjelaskan karena sifatnya yang

interpersonal inilah, maka komunikasi interpersonal mampu menjadi unsur

paling penting dalam membentuk pribadi, menggerakkan partisipasi,

memodifikasi sikap-perilakui individu, meningkatkan relasi, menyehatkan

jiwa, memberdayakan individu, dan bahkan ampuh dalam mengatasi

konflik-konflik kepentingan.

Oleh karena pentingnya proses komunikasi interpersonal untuk

perkembangan anak yang optimal, anak dituntut untuk mampu melakukan

komunikasi interpersonal dengan baik. Rakhmat (2004) mengungkapkan

bahwa selain konsep diri yang negatif, kepercayaan diri juga

mempengaruhi komunikasi interpersonal seseorang. Dalam hal tersebut,

kepercayaan diri termasuk dalam konsep diri individu yang mempengaruhi

(10)

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak kemasa

dewasa, oleh karena itu juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh

dengan gejolak dan pemberontakan. Sarwono (1988) mengungkapkan

remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya

hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Hubungan antara badan

dan jiwa sangat lah erat. Keduanya saling mempengaruhi dan berkembang

bersama-sama. Hal ini sangat erat hubungannya dengan remaja, dimana

pada masa remaja terjadi proses perubahan fisik yang sangat terlihat.

Oleh karena masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak,

siswa sangat membutuhkan rasa kepercayaan diri yang tinggi agar mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Siswa yang memiliki

rasa percaya diri yang rendah tentu saja akan menghambat perkembangan

kepribadiannya sampai nanti dia menjadi dewasa.

Kepercayaan diri menurut Willis (dalam Ghufron dan Risnawati : 2010)

adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi masalah

dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan

bagi orang lain. Alfiatin dan Andayani (1996) menyatakan bahwa

kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan

tentang kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya.

Bila siswa merasa rendah diri, dia akan mengalami kesulitan untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasannya kepada teman-teman dan juga

gurunya, tidak mampu berbicara dihadapan umum, atau ragu-ragu

(11)

menutup diri timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan diri

sendiri. Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak

akan mampu mengatasi persoalan dan tidak mampu berkomunikasi dengan

baik. Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa orang yang kurang percaya

diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia

takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam

berdiskusi, ia akan lebih banyak diam.

Siswa yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari

pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan akan berbicara

bila hanya terdesak saja. Bila kemudian dia terpaksa berkomunikasi, sering

pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara relevan tentu akan

mengundang reaksi orang lain, dan dia akan dituntut untuk berbicara lagi

(Rakhmat, 2004). Tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan

kurangnya percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor, percaya diri adalah

faktor yang paling menentukan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi

yang dilakukan oleh penulis di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung,

penulis menemukan permasalahan pada siswa yaitu diantaranya, siswa

cenderung berdiam diri saat berkumpul dengan teman-temannya, berusaha

menghindar saat diajak berbicara dengan teman ataupun guru, dan sulit

(12)

Hal tersebut menunjukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami

masalah dalam komunikasi interpersonalnya, dan salah satu faktor

penyebabnya adalah kepercayaan diri siswa yang rendah. Jika siswa

memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka dia akan mampu melakukan

komunikasi interpersonal dengan baik. Sedangkan, siswa yang kurang

memiliki kepercayaan diri, maka dia akan sulit untuk melakukan

komunikasi interpersonal di sekolah. Bimbingan Konseling adalah proses

pemberian bantuan terhadap individu agar bisa menerima dan memahami

diri dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peran guru Bimbingan

dan Konseling sangat penting bagi perkembangan siswa di sekolah agar

siswa mampu memahami dirinya sendiri dan mengembangkan dirinya

secara optimal.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi

dengan komunikasi interpersonal disekolah pada siswa kelas VII SMP

Tunas Harapan Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang

ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa ragu-ragu dan sulit untuk mengungkapkan pendapat saat

berdiskusi.

2. Siswa berusaha menghindar dari teman-temannya yang sedang

(13)

3. Siswa lebih memilih diam saat diajak berbicara oleh teman ataupun

guru.

4. Siswa lebih memilih menyendiri didalam kelas daripada berkumpul dan

berbaur dengan teman-teman.

3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Hubungan antara kepercayaan diri dalam

berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal disekolah pada siswa

kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah komunikasi

interpersonal siswa yang rendah. Adapun permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan yang

signifikan antara kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan

komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan

Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013”.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan

diri dalam berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal pada siswa

(14)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dunia

pendidikan, yaitu diharapkan dapat menambah dan memperkaya

khasanah teori tentang komunikasi interpersonal siswa dan faktor yang

mempengaruhinya.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi konselor sekolah, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan

salah satu rujukan dalam pengembangan program bimbingan dan

konseling disekolah khususnya dalam pengembangan layanan

pribadi sosial.

2. Memberi masukan kepada siswa untuk selalu berusaha

menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar mampu melakukan

komunikasi interpersonal dengan baik.

C. Kerangka Pikir

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan komunikasi untuk berhubungan

dengan orang disekitarnya. Melalui komunikasi, manusia dapat

menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain sehingga dapat

berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan melakukan

komunikasi tersebut (Cangara, 1998).

Colin (dalam Rakhmat, 2004) mendefinisikan komunikasi merupakan usaha

untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau

(15)

yang cukup penting dalam kehidupan, dan kehidupan seseorang tidak pernah

bisa lepas dari komunikasi. Begitu juga dengan siswa di sekolah, untuk

mendapatkan perkembangan diri yang optimal, siswa dituntut untuk

melakukan komunikasi dengan orang disekitarnya. Hal ini di dukung dengan

pendapat Neuman (dalam Rakhmat, 2004) yang mendefinisikan komunikasi

sebagai proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang

lebih berfungsi. Johnson (dalam Fajar, 2009) mengungkapkan bahwa hakikat

komunikasi adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya.

Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam

komunikasi interpersonal. Rakhmat (2004, 108) mengungkapkan bahwa

keinginan seseorang untuk menutup diri, selain dari faktor konsep diri yang

negatif, dapat timbul akibat dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan

sendiri. Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak

akan mampu mengatasi persoalan. Siswa yang kurang percaya diri akan

cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Misalnya siswa

selalu memilih duduk dibaris belakang saat proses belajar mengajar karena

menghindari komunikasi langsung dengan guru.

Menurut Willis (dalam Rakhmat, 2004) mengungkapkan kepercayaan diri

adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah

dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan

bagi orang lain. Kepercayaan diri merupakan cirri kepribadian yang

(16)

dengan pendapat Afiatin dan Andayani (1996) yang menyatakan pendapat

bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan

tentang kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya.

Siswa yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari

situasi komunikasi. Ia takut oranglain akan mengejeknya atau

menyalahkannya. Didalam berdiskusi, ia akan lebih banyak diam dan sulit

mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya

diri, akan lebih mampu berkomunikasi dengan orang disekitar, akan mampu

berbicara didepan banyak orang, serta berusaha untuk menyampaikan

pendapatnya dalam berdiskusi dengan teman-teman ataupun guru.

Berdasarkan uraian tersebut, maka muncul kerangka pikir bahwa kepercayaan

diri yang dimiliki siswa akan mempengaruhi komunikasi interpersonal siswa.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian (Arikunto, 2006).

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kepercayaan Diri Siswa dalam Berkomunikasi (X)

(17)

Ha : ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa dalam

berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal siswa di sekolah pada

siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran

2012/2013.

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri siswa dalam

berkomunikasi dengan komunikasi interpersonal siswa di sekolah pada

siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Ajaran

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri dalam Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial

Nurihsan (2003) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu

upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan

dengan keadaan psikologis dan sosial, sehingga individu memantapkan

kepribadian dan mengembangkan kemampuannya dalam menangani

masalah-masalah dalam dirinya. Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai

upaya pengembangan kemampuan siswa untuk menghadapi dan mengatasi

masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan

interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman

diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan

pribadi-sosial.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan

pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa agar

mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik

yang bersifat pribadi maupun sosial, sehingga siswa mampu membina

hubungan sosial yang harmonis dilingkungan sekolahnya. Bimbingan

(19)

interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahan diri,

dan sikap-sikap yang positif.

2. Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Willis (dalam Ghufron dan Risnawati,2010) kepercayaan diri

adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah

dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan

bagi orang lain. Seseorang merasa bahwa dirinya mampu menghadapi

berbagai masalah dengan baik dan mampu membuat orang lain merasa

nyaman dengan dirinya.

Menurut Martini dan Adiyati (dalam Alsa, 2006) kepercayaan diri

diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku

sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Apabila seseorang tidak

memiliki kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul karena

kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang

berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Lauster (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) mendefinisikan

kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri

merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan

kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan

dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran dan

(20)

Ghufron dan Risnawati (2010) menyatakan bahwa kepercayaan diri

merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap

kemampuan diri sendiri. Hal ini didukung oleh Alfiatin dan Andayani

(1966) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek

kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan dan

ketrampilan yang dimilikinya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri

adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai

karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat keyakinan akan

kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan

realistis. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas

kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu

cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai

dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Lauster (Ghufron dan Risnawati, 2010) mengungkapkan bahwa orang

yang memiliki kepercayaan diri yang positif, adalah sebagai berikut :

1. Yakin pada kemampuan sendiri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang

dirinya, suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena

yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk

(21)

2. Optimis

Optimis merupakan sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu

berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan

kemampuannya.

3. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu dengan kebenaran

yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut

dirinya sendiri.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu masalah, sesuatu

hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat

diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

4. Ciri-ciri Kepercayaan Diri

Menurut Guilford (dalam Afiatin & Andayani, 1996) ciri-ciri orang yang

mempunyai kepercayaan diri adalah:

1. Merasa yakin terhadap apa yang dia lakukan.

2. Merasa dapat diterima oleh kelompoknya.

3. Percaya pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap (tidak

gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara tidak sengaja

(22)

Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Lie (dalam Alsa, 2006) adalah:

1. Yakin kepada diri sendiri.

2. Tidak bergantung kepada orang lain.

3. Tidak ragu-ragu.

4. Merasa dirinya berharga.

5. Tidak menyombongkan diri.

6. Memiliki keberanian untuk bertindak.

Sedangkan ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (dalam Alsa, 2006)

adalah:

1. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.

2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

3. Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

serta dapat berkomunikasi di berbagai situasi.

4. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul di dalam berbagai

situasi.

5. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya.

6. Mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang

cukup.

7. Mempunyai keahlian atau ketermapilan yang menunjang

kehidupannya, sosialnya misalnya ketrampilan berbahasa asing.

8. Memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan.

9. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya

(23)

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan

diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang memiliki aspek-aspek

keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu

Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini

faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang menurut Ghufron

dan Risnawati (2010), diantaranya adalah :

1. Konsep diri

Ghufron dan Risnawati (2010) terbentuknya kepercayaan diri pada diri

seseorang diawali dengan konsep diri yang diperoleh dalam

pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan

menghasilkan konsep diri.

2. Harga diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula.

Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.

Menurut Santoso (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010)

mengungkapkan bahwa tingkat harga diri seseorang akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.

3. Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya

diri.Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya

percaya diri seseorang.Ghufron dan Risnawati (2010) berpendapat

bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk

(24)

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat

kpercayaan diri seseorang.tingkat pendidikan yang rendah akan

menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah kekuasaan

orang lain yang lebih pandai dari nya. Sebaliknya , orang yang

mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri

yang lebih di banding kan yang berpendidikan rendah.

Menurut Loekmono (dalam Alsa, 2006) perkembangan kepercayaan diri

dipengaruhi oleh:

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. 2. Norma dan pengalaman keluarga.

3. Tradisi, kebiasaaan dan lingkungan atau kelompok dimana keluarga ituberasal.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kepercayaan diri

seseorang terbentuk berdasarkan faktor fisik, mental, sosial, dalam hal ini

keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama

dalam membentuk kepercayaan diri. Selain itu, dapat disimpulkan pula

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang

diantaranya konsep diri, harga diri, pengalaman dan pendidikan. Jika

konsep diri yang dimiliki positif, makan seseorang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi.Sebaliknya, jika konsep diri yang dimiliki seseorang

negatif, maka orang tersebut memiliki kepercayaan diri yang rendah.

6. Kepercayaan Diri dalam Berkomunikasi pada Remaja

Kepercayaan diri adalah salah satu aspek yang cukup penting pada

(25)

kepercayaan diri merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu

menanggulanggi masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan

sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Kaitannya dengan remaja,

menurut Gunawan (2005:190) bahwa para remaja umumnya sulit

membuka dirinya terhadap orang lain dan sukar mengetahui diri sendiri

dalam proses perubahannya. Apabila kepercayaan diri pada remaja kurang,

maka komunikasi dengan orang lain akan terganggu.

Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa keinginan seseorang untuk

menutup diri, selain dari faktor konsep diri yang negatif, dapat timbul

akibat dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang

yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu

mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung

sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan

mengejeknya dan menyalahkannya. Dalam berdiskusi dengan

teman-temannya, ia akan lebih memilih diam.

Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan peristiwa

sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia

yang lain. Oleh karena itu pendekatan psikologi komunikasi juga

merupakan pendekatan sosial. Kaufman (dalam Rahkmat, 2004)

mengungkapkan bahwa psikologi sosial dalah usaha untuk memahami,

menjelaskan dan meramalkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan

individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran,

(26)

Dalam hal ini dapat dijelaskan bila individu-individu berinteraksi dan

saling mempengaruhi, maka terjadilah proses : belajar yang meliputi aspek

kognitif dan afektif (aspek berpikir dan aspek merasa), proses

penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi), dan

mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisai, permainan peranan,

identifikasi, proyeksi, agresi, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri

dalam berkomunikasi pada remaja adalah keyakinan untuk melakukan

sesuatu pada diri remaja sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya

terdapat keyakinan akan kemampuan diri untuk melakukan interaksi dan

menjalin hubungan dengan orang lain diantaranya dengan berkomunikasi

dengan oranglain. Keyakinan akan kemampuan untuk melakukan interaksi

dengan orang lain diantaranya dalam mengeluarkan pendapat, dan mampu

berbagi informasi dengan orang lain tanpa ada perasaan gugup, malu dan

ragu-ragu.

B. Komunikasi Interpersonal Siswa

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Devito membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi

interpersonal, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, dan

komunikasi massa (dalam Uchjana, 2005).

Komunikasi Interpersonal (interpersonal communication) disebut juga

dengan komunikasi interpersonal. Diambil dari terjemahan kata

(27)

dan personal berarti pribadi. Sedangkan definisi umum komunikasi

interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap peserta mengangkap reaksi yang lain secara

langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (dalam Enjang, 2009).

Johnson (dalam Fajar, 2009) mengungkapkan bahwa hakikat komunikasi

adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya. Menurut Pace (dalam

Cangara, 1998) komunikasi interpersonal (interpersonal communication) dapat dibedakan atas dua macam menurut sifatnya, yakni komunikasi

diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua

orang dalam situasi tatap muka. Sedangkan komunikasi kelompok kecil

ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih

secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu

sama lainnya.

Menurut Devito (dalam Suseno, 2009) menyatakan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara

dua orang atau sekelompok kecil orang secara spontan dan informal.

Seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain, dan sebaliknya

menerima informasi yang diberikan oleh orang lain juga. Hardjana (dalam

Suseno, 2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah interaksi

(28)

menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan

menanggapi secara langsung pula.

Wiryanto (2004) mengartikan bahwa komunikasi interpersonal merupakan

komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka

antara beberapa pribadi. Komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan

proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling

mempengaruhi.Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling

efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.

Rakhmat (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal bersifat

dialogis, artinya arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat

mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui

secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak.Jika

tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada

komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan komunikasi antara beberapa pribadi secara tatap

muka atau proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau

sekelompok kecil orang secara spontan dan informal. Pengirim pesan

mengirimkan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima

dan menanggapi pesan secara langsung. Komunikasi interpersonal juga

(29)

2. Komponen Komunikasi Interpersonal

Menurut Djamarah (2004) komponen komunikasi interpersonal yang

menjadi unsur-usur utama untuk terjadinya proses komunikasi adalah :

a. Komunikator yaitu orang yang mengirimkan pesan.

b. Pesan yang dikirimkan,

c. Komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim.

Dalam kegiatan komunikasi interpersonal, ketiga komponen itulah yang

berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan

perantaraan media kepada komunikan, maka komunikator

memformulasikan pesan yang disampaikannya dalam bentuk kode

tertentu, yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan

baik.

Dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya komunikasi interpersonal

tergantung pada ketiga komponen itu. Komunikator harus mampu

menyampaikan pesan kepada komunikan dengan baik, agar pesan yang

disampaikan dapat dimengerti oleh komunikan dan dapat terjalin

komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan.

3. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Menurut Wiryanto (2004) efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai

lima ciri sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan interpersonal.

(30)

c. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung

komunikasi berlangsung efektif.

d. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan

menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif,

e. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua

belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang

penting untuk disumbangkan.Sebagai sarana untuk mencapai suatu

kesepakatan atau kesetaraan pandangan atau pendapat.

Ciri-ciri komunikasi interpersonal yang efektif dapat disimpulkan antara

lain keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan. Dengan

beberapa unsur yang telah disebutkan diatas, dapat dinilai bagaimana

komunikasi interpersonal yang efektif ataupun tidak efektif. Bila memiliki

ciri-ciri yang telah disebutkan, maka dapat diakatakan komunikasi

interpersonal yang terjalin efektif.

4. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Menurut Uchjana (2009) komunikasi interpersonal memiliki enam fungsi

diantaranya:

a. Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis

Dengan komunikasi interpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan

sosial atau psikologis.Para psikolog pun menyarankan bahwa pada

(31)

orang lain, sebagaimana halnya manusia membutuhkan makanan,

minuman, perlindungan dan sebagainya. Apabila kehilangan kontak

dengan orang lain, kebanyakan orang akan berhalusinasi, kehilangan

koordinasi motorik, dan secara umum tidak bisa menyesuaikan diri

dengan diri dan lingkungan sekitar.

b. Mengembangkan kesadaran diri

Melalui komunikasi interpersonal akan terbiasa mengembangkan

kesadaran diri mengkonfirmasikan tentang siapa dan apa diri kita. Apa

yang kita pikirkan tentang diri kita. Namun ada yang sebagian

merupakan refleksi dari apa yang orang lain sebut tentang diri kita.

c. Matang dalam konvensi sosial

Melalui komunikasi interpersonal kita tunduk atau menentang

konvensi sosial. Kita berkomunikasi beramah-tamah dengan orang lain

dalam rangka memenuhi konvensi sosial. Mengabaikan orang lain dan

tidak berbicara berarti menentang konvensi sosial dan menimbulkan

kesan melalaikan orang lain.

d. Konsistensi hubungan dengan orang lain

Melalui komunikasi interpersonal kita menetapkan hubungan kita.kita

berhubungan dengan orang lain, melalui pengalaman yang kita lalui

bersama dengan mereka, dan melalui percakapan–percakapan bersama

mereka. Ketika kita bertemu dengan seseorang secara terus menerus,

sifat dasar komunikasinya akan menetapkan tipe dan kualitas

(32)

e. Mendapatkan informasi yang lebih banyak.

Melalui komunikasi interpersonal, kita juga akan memperoleh

informasi yang lebih. Informasi yang akurat dan tepat waktu

merupakan kunci untuk membuat keputusan yang efektif. Jika kita bisa

memperoleh sebagian informasi melalui observasi langsung, membaca,

mendengarkan dari berbagai media, kita bisa memperoleh banyak

informasi yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan selama

berbicara dengan orang lain.

f. Bisa memperngaruhi atau dipengaruhi orang lain

Melalui komunikasi interpersonal kita mempengaruhi dan atau

dipengaruhi oleh orang lain. Kita bisa menggunakan bentuk

komunikasi ini untuk mempengaruhi orang lain, dan demikian pula

sebaliknya. Seperti dinyatakan para ahli komunikasi bahwa tujuan

utama usaha komunikasi adalah untuk mempengaruh igagasan dari

perilaku orang lain.

Berdasarkan pemaparan tentang fungsi komunikasi interpersonal dapat

disimpulkan bahwa keberadaan komunikasi interpersonal sangat berperan

aktif dalam kehidupan. Komunikasi interpersonal memiliki fungsi yang

luas dalam kehidupan kita terutama dalam kehidupan sosial kita ini,

diantaranya adalah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial dan

psikologis, mengembangkan kesadaran diri, matang dalam konvensi

sosial, konsistensi hubungan dengan orang lain, mendapatkan informasi

(33)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Rakhmat (2004) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi

oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan

hubungan interpersonal.

1. Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau

menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan

makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan),

yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi

interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi,

seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan

akan mengakibat kegagalan komunikasi.

2. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep

diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

b. Merasa setara dengan orang lain

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan

(34)

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

interpersonal, yaitu:

a. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep

dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang

yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat

catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,

sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan

komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain

meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,

konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai

dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima

pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai

communication apprehension.Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.Untuk menumbuhkan

percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita

karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia

membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan

(persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu

konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian

(35)

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan

daya tarik seseorang. Komunikasi interpersonal dipengaruhi atraksi

interpersonal dalam hal:

a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap

orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita

juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,

kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara

positif.Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat

karakteristiknya secara negatif.

b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif

bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi

komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki

kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul

dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,

resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari

komunikasi.

4. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara

seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan

menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan

dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi

dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara

(36)

tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan

hubungan interpersonal yang baik, yaitu: percaya diri, sikap suportif

dan sikap terbuka.

C. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak kemasa dewasa,

oleh karena itu juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh dengan

gejolak dan pemberontakan (Munandar, 1996). Sarwono (1988)

mengungkapkan remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer

dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis

muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik tersebut.

Aristoteles (dalam Sarwono, 1988) mengatakan bahwa hubungan badan dan

jiwa sangatlah erat.Keduanya saling mempengaruhi dan berkembang secara

bersamaan. Hal ini sangat berhubungan dengan remaja, dimana pada masa

remaja terjadi proses perubahan fisik yang sangat terlihat.

Pendapat tersebut didukung oleh Hall (dalam Sarwono, 1988) yang

mengatakan bahwa pada remaja merupakan masa topan badai dan

mencerminkan kebugayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan

nilai-nilai. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang sangat terlihat. Hal

ini menyebabkan individu menjadi sangat sensitif dan sangat tidak stabil.

Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal

(37)

fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik

dilihat dari aspek kognittif, emosi, maupun fisik. Oleh karena itu, sangat

diperlukan bimbingan bagi remaja agar mampu mengoptimalkan

kemampuannya dan dapat berkembang dengan baik.

D. Hubungan Kepercayaan Diri denganKomunikasi Interpersonal pada Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai belajar bergaul dengan

kelompok. Remaja merupakan individu yang seringkali dipenuhi dengan

keinginan menjadi orang terkenal, dikagumi, dan disukai oleh

teman-temannya. Harapan-harapan tersebut bisa saja terwujud bagi mereka yang

memiliki kemampuan lebih dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di

sekitarnya. Kemampuan tersebut beberapa diantaranya adalah seperti

kepercayaan diri yang tinggi dan kemampuan membangun komunikasi dua

arah (interpersonal comunication).

Mulyana (dalam Djamarah, 2004) mengungkapkan bahwa tanpa melibatkan

diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,

berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab.

Siswa yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan

tersesat, karena ia tidak berkesempatan untuk menata dirinya dalam suatu

lingkungan sosial.

Hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan

sehari-sehari khususnya bagi remaja. Komunikasi interpersonal sebenarnya

(38)

mempengaruhi. Menurut Hardjana mendefinisikan komunikasi interpersonal

adalah interaksi tatap muka antara dua orang atau beberapa orang dimana

pengirim dapat menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara langsung pula (Suseno,2009).

Disini terjadi proses interaksi dan timbal balik antara seseorang dengan orang

lain. Proses tersebut akan mempengaruhi satu sama lain, karna terjalin

hubungan komunikasi dan bertukar pikiran antara satu dengan yang lainnya.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa.Sarwono

(1988) mengungkapkan masa remaja adalah masa peralihan baik psikologis

maupun fisik individu.Siswa merupakan remaja, dimana terjadi

perubahan-perubahan fisik yang amat terlihat.

Hall (dalam Sarwono, 1988) mengatakan bahwa pada masa remaja merupakan

masa topan-badai dan mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak

akibat pertentangan nilai-nilai. Hal ini yang menyebabkan siswa sebagai

remaja menjadi orang yang sensitif dan sangat tidak stabil. Oleh karena itu,

kepercayaan diri sangat diperlukan bagi siswa agar dapat berinteraksi dengan

baik dan berkembang secara optimal.

Rahmat (2004) mengatakan bahwa “bila orang merasa rendah diri, maka akan

mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasan kepada orang-orang

yang dihormatinya dan tidak mampu berbicara di depan umum, atau ragu-ragu

menuliskan pemikirannya dalam media massa. Orang yang kurang percaya

(39)

orang lain akan mengejeknya dan menyalahkannya, dalam diskusi akan lebih

banyak diam, dalam berpidato akan berbicara terpatah-patah.

Rahmat (2004) Jika ditelaah lebih lanjut, rang mengalami kecemasan

komunikasi akan sangat terganggu dan peka dengan penilaian orang lain

terhadap dirinya. Perasaan terancam bahwa dirinya akan dinilai atau

ditanggapi dengan negative, membuat komunikasinya menjadi terhambat.

Siswa yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak mampu

mengatasi masalah. Dan siswa yang kurang percaya diri cenderung sedapat

mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejek

atau menyalahkannya. Rakhmat (2004) juga mengungkapkan bahwa ketakutan

untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension.

Orang yang aprehensif dalam komunikasi akan menarik diri dari pergaulan,

berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila

terdesak saja. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan oleh

kurangnya percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor, percaya diri adalah

(40)

III . METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, waktu

penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode ilmiah

yang analisisnya dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran data dan hasilnya (Arikunto, 2006).Dalam penelitian ini digunakan

pendekatan kuantitatif, karena hasil yang diperoleh melalui penelitian berupa

data kuantitatif seberapa besar hubungan komunikasi interpersonal dengan

kepercayaan diri siswa.Data penelitian berupa skor (angka-angka) dan

diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk

mendapatkan gambaran mengenai variabel komunikasi interpersonal dan

variabel kepercayaan diri siswa.

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara variabel bebas

yaitu kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi dengan variabel terikat

yaitu komunikasi interpersonal. Adapun teknik analisis data yang digunakan

(41)

dalaminteraksi sosial dan komunikasi interpersonal menggunakan teknik

analisis Product Moment Pearson dengan rumus:

}

r = koefisien korelasi Pearson ∑XY = jumlah hasil skor X dan Y

∑X = jumlah skor X

∑Y = jumlah skor Y

∑X2

= jumlah kuadrat skor X ∑Y2

metode yang digunakan adalah Sampel Random Berkelompok (Cluster

Sampling) yaitu dengan membagi populasi sebagai cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih secara random.

Sampel yang ditentukanadalah siswa kelas VIISMP Tunas Harapan Bandar

Lampung.Berdasarkan data, jumlah siswa kelas VII berjumlah 47 orang.

(42)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya. Penelitian ini akan dilaksanakan pada dua variabel yaitu:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiyono, 2010).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2010).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah komunikasi

interpersonal.

2. Definisi Operasi Variabel

a. Kepercayaan Diri Siswa dalam Berkomunikasi

Kepercayaan diri dalam berkomunikasi adalah keyakinan akan

kemampuan, dan kekuatan pada diri siswa dalam melakukan hubungan

timbal balik dengan teman-teman sebayanya dan dapat memberikan

sesuatu yang menyenangkan bagi teman-temannya disekolah.

Kemampuan untuk mampu mengeluarkan pendapat, memberi

(43)

b. Komunikasi interpersonal

Komunikasi Interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan

pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara spontan

dan informal. Komunikasi interpersonal terjadi dalam interaksi tatap

muka antara beberapa pribadi. Komunikasi interpersonalmerupakan

interaksi tatap muka antara dua orang atau beberapa orang dimana

pengirim dapat menyampaikan secara langsung, dan penerima pesan

dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Skala

Dalam penelitian ini skala yang digunakan ialah skala model Likert.

Menurut Sukardi (2005: 146), skala model Likert menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden.Skala model

Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar , 2003).

Dengan skala model Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

(44)

Prosedur dalam membuat skala model Likert adalah sebagai berikut

a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevan dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas

disukai dan tidak disukai

b. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti

c. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Responsi tersebut

dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi

diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan skor 4

untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya.

Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan.

Demikian juga, apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut

yang disenangi, tergantung isi dari item-item yang disusun

d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor

masing-masing item dari individu tersebut

e. Respons dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.

Misalnya, respons responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukan beda yang nyata, apakah

masuk ke dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk

(45)

Tabel 3.2 Skor Skala Likert

Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak sesuai 2 4

Sangat tidak sesuai 1 5

Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai

(S), ragu-ragu (RG), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Penilaian

item favorabel bergerak dari skor 5 menunjukkan sangat sesuai (SS), 4 sesuai

(S), 3 ragu-ragu (RG), 2 tidak sesuai (TS), 1 menunjukkan sangat tidak sesuai

(STS). Sedang item unfavorable bergerak dari 1 sangat sesuai (SS), 2 sesuai

(S), 3 ragu-ragu (RG) , 4 tidak sesuai (TS), 5 sangat tidak sesuai (STS).Skala

yangakan digunakan yaitu skala kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan

skala komunikasi interpersonal.

a. Skala Komunikasi Interpersonal Tabel 3.3

Kisi-kisi Skala Komunikasi Interpersonal

Variabel Indikator Deskriptor

Komunikasi Interpersonal

a. Keterbukaan 1. Saling bertukar pendapat 2. Mudah akrab dengan teman

3. Cenderung diam ketika sedang diajak berbicara dengan teman

4. Hanya mau berbicara pada teman-teman tertentu

(46)

Variabel Indikator Deskriptor

6. Mengungkapkan masalah yang

sedang dihadapi kepada teman

b. Empati

1. Peka terhadap apa yang sedang teman rasakan

2. Mendengarkan teman dengan baik, ketika teman bicara

3. Bijaksana dalam menanggapi

pembicaraan teman

4. Peduli terhadap pembicaraan yang sedang dilakukan teman

5. Kurang mmperhatikan inti

pembicaraan

6. Menunjukan ekspresi wajah yang tepat sebagai bentuk respon kepada lawan bicara

7. Bersikap cuek terhadap teman

8. Menyadari bahwa teman saya memiliki perasaan dan keinginan yang berbeda

9. Menanggapi pembicaraan teman

seperlunya saja

10.Enggan memberikan pujian ketika teman mengutarakan pendapat yang baik

c. Dukungan 1. Enggan menanggapi teman yang sedang berbicara

2. Teman harus sependapat dengan saya 3. Menyapa teman terlebih dahulu

4. Suka memotong pembicaraan orang lain

(47)

Variabel Indikator Deskriptor

6. Menyambut dengan baik ketika teman ingin mengajak berbicara

7. Suka memberi pujian kepada lawan bicara

8. Suka menentang pendapat teman 9. Mengambil kesimpulan dari setiap

pembicaraan teman

10.Kurang lancar dalam berkomunikasi dengan teman

d. Rasa Positif

1. Merasa mudah beradaptasi dengan teman dilingkungan baru

2. Merasa mudah untuk disukai orang lain

3. Merasa orang yang fleksibel 4. Merasa kaku dalam berbicara

5. Merasa bahwa teman-teman nyaman untuk berbicara pada saya

6. Menilai negative terhadap apa yang akan dibicarakan oleh teman

7. Kurang berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat saat belajar kelompok

e. Kesetaraan

1. Berani berbicara kepada orang yang lebih tua dari saya

2. Tidak menggurui teman yang sedang berbicara pada kita

3. Sulit mengutarakan pendapat saat berada didepan kelas

(48)

b. Skala Rasa Percaya Diri

Skala kepercayaan diri disusun dari ciri-ciri individu, menurut Lauster

(dalam Ghufron dan Risnawati, 2010)ciri-ciri rasa percaya diri yaitu yakin

pada kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan

realistis.Jumlah skala rasa percaya diri terdiri dari item favorabel dan

unfavorabel.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri

Variabel Indikator Deskriptor

Kepercayaan Diri

1. Yakin pada kemampuan diri

1. Merasa mampu berbicara didepan kelas dengan baik

2. Yakin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dengan baik 3. Kurang berani untuk mengeluarkan

pendapat saat presentaasi didepan kelas 4. Takut salah dalam mengeluarkan

pendapat saat berdiskusi dengan teman 5. Merasa yakin bisa menjadi teman untuk

bertukar pendapat dikelas

6. Tidak akan menghindar jika teman memanggil untuk berbincang-bincang 2. Optimis 1. Memiliki cita-cita untuk menjadi

pembicara dalam sebuah acara

2. Berkeinginan untuk menjadi presenter atau pembawa acara dalam acara TV 3. Merasa kurang berminat bila diminta

untuk berbicara didepan umum

4. Mudah menyerah bila diminta untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi

(49)

Variabel Indikator

3. Objektif

Deskriptor

1. Hanya mau berbicara pada orang yang sudah dikenal dengan baik

2. Bisa menjadi teman untuk berbagi cerita pada semua orang

3. Tidak memilih-milih teman untuk berdiskusi

4. Hanya bisa bertukar pendapat pada teman yang menurut saya pandai

5. Kurang yakin bisa menjawab

pertanyaan yang diberikan orang yang menurut saya lebih pandai daripada saya

6. Lebih memilih diam jika diajak

berbicara dengan teman yang

berprestasi dikelas

7. Hanya berani berbicara dan

mengungkapkan pendapat pada teman yang kurang pandai

4. Bertanggung jawab

1. Berani mempertanggung jawabkan perkataan yang telah saya ungkapkan dalam berdiskusi kelompok

2. Kurang berani mengambil resiko dalam mengungkapkan pendapat saat diskusi kelompok

3. Takut bila diperintah guru untuk menjelaskan kembali alasan atas jawaban yang telah saya berikan

(50)

Variabel Indikator 5. Rasional dan

realistis

Deskriptor

1.Merasa takut akan dihina bila mengeluarkan pendapat saat sedang berkumpul bersama teman-teman

2.Merasa guru akan mendukung setiap pendapat yang saya ungkapkan

3.Merasa bahwa teman akan mengucilkan saya, jika saya salah dalam berbicara 4.Lebih merasa tenang bila menghindar

saat teman mengajak untuk berbincang-bincang

5.Merasa takut guru akan membenci saya, jika saya salah berbicara didepan kelas 6.Merasa bahwa setiap perkataan yang

saya katakana tidak ada gunanya untuk teman-teman saya

7.Merasa teman-teman saya senang untuk berbagi cerita dengan saya

8.Merasa bahwa saya bisa memberikan solusi yang baik, bila teman meminta pendapat dan saran kepada saya

9. Senang berkumpul dengan teman-teman karena bisa berbagi cerita dengan mereka

F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

(51)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini, validitas yang akan digunakan adalah validitas

konstruk (construct validity) karena instrumen pengumpulan data yang

digunakan merupakan instrumen pengumpulan data non tes.Uji coba

dilakukan pada tanggal 7 januari 2013 kepada 31 siswa di SMP Negeri 8

Bandar Lampung.Dengan diperolehnya indeks validitas tiap item dapat

diketahui secara pasti item mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari

validitasnya (Arikunto, 2006).

Standar pengukuran yang digunakan untuk menentukan validitas item

berdasarkan pendapat Azwar (2004) bahwa suatu item dikatakanvalid

apabila nilai> 0,36. Namun, apabila jumlah item yang valid ternyata

masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat

menurunkansedikit kriteria dari 0,36 menjadi 0,25 atau 0,20. Adapun

standar yangdigunakan peneliti dalam penelitian ini adalah 0,36. Dalam

penelitian ini, ujivaliditas menggunakan bantuan SPSS 16, nilai koefisienterendah dalam uji validitas pada skala kepercayaan diri dalam

berkomunikasi adalah 0,411 pada butir soal no 22 dan nilaitertinggi adalah

0,868 pada butir soal no 30.Dapat dilihat pada lampiran halaman 65.Nilai

koefisien terendah dalam uji validitas pada skalakomunikasi interpersonal

adalah 0,373pada butir soal no 7dan nilai tertinggi adalah0,777 pada butir

(52)

Dari hasil analisis uji validitas skala kepercayaan diri dalam

berkomunikasi dari 31 item, yang diujikan kepada 31 responden,

menunjukan item yang berkontribusi sebanyak 30butir soal dan 1butir

soal yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Sedangkan skalakomunikasi

interpersonal dari 37 item, yang diujikan kepada 31responden terdapat 33

item yang dinyatakan valid dan 4 item yangdinyatakan gugur atau tidak

valid.

G. Realibilitas Instrumen

Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,2006). Reliabilitas merujuk pada

tingkat keterandalan suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakanrumusAlpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas

instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya soal bentuk uraian

(Arikunto, 2006).

Rumus Alpha :

Keterangan :

= koefisien reliabilitas alpha

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir

(53)

Tolak ukur klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari Riduwan (2006)sebagai berikut :

Tabel 3.5

Rentang Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Kategori

0,80-1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi

0,60-0,799 Derajat keterandalan tinggi

0,40-0,599 Derajat keterandalan cukup

0,20-0,399 Derajat keterandalan rendah

0,00-0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh indeks reliabilitas instrumen

kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasisebesar 0,956. Dapat dilihat

pada pada lampiran halaman 67. Indeks tersebut setelah dikonfirmasi dengan

tabel 3.5 termasuk dalam rentang koefisien realibilitas yang sangat tinggi dan

dapat digunakan dalam penelitian ini.Sedangkan indeks reliabilitas instrumen

komunikasi interpersonal siswa sebesar 0,937. Dapat dilihat pada halaman 76.

Indeks tersebut memiliki rentang koefisien realibitas yang sangat tinggi dan

dapat digunakan dalam penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

korelasiProduct Moment.Sebelumhipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji

(54)

a. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya penelitian

dianalisisdengan menggunakan metode penelitian.Uji asumsi yang

dilakukan adalah uji normalitas, uji linearitas.Uji normalitas sebaran

dilakukan untuk mengetahuiapakah data yang diperoleh dari setiap variabel

penelitian bervariasi atau berdistribusisecara normal.

1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan dengan

menggunakan bantuan SPSS 16, dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dimana jika nilai Asym.Sig (2-tailed) > 0.05

maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas adalah sebagai berikut :

a. Hasil Uji Normalitas Variabel Kepercayaan Diri dalam

Berkomunikasi

Dari hasil perhitungan Asymp. Sig (2-tailed) dengan menggunakan uji One-Sample Komogorov-Smirnov test diperoleh hasil sebesar

0,234. Oleh karena itu, nilai 0,234>0,05 maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa variabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi

berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran

halaman 82.

b. Hasil Uji Normalitas Variabel Komunikasi Interpersonal

Dari hasil perhitungan Asymp. Sig (2-tailed) dengan menggunakan uji One-Sample Komogorov-Smirnov test diperoleh hasil sebesar

(55)

kesimpulan bahwa variabel komunikasi interpersonal berdistribusi

normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran halaman 83.

c. Kesimpulan

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, kedua varibel penelitian

tersebut yaitu variabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan

komunikasi interpersonal berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 16, diperoleh hasil 0,775.Oleh karena itu, 0,775 > 0,05 yang berarti model regresi

bersifat linear. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran85.

Selanjutnya untuk mengukur tingkat hubungan antara dua variabel yaitu

varabel kepercayaan diri dalam berkomunikasi (X) dan variabel

komunikasi interpersonal (Y) digunakan uji korelasi Product Moment Pearson.Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan korelasi

Product Moment Pearson.Diketahui bahwa koefisien korelasi diperoleh

nilai 0,979 dan r tabel untuk n = 47 dengan taraf signifikansi 5% maka

rtabel = 0,288 (r table dapat dilihat pada halaman 90). Ketentuannya bila r

hitung lebih besar dari r tabel maka Hoditolak dan Ha diterima.Dengan

demikian diperoleh hasil r hitung = 0,979>r tabel = 0,288 maka Ho ditolak

Gambar

Tabel 3.1 Sampel Penelitian
 Tabel 3.2 Skor Skala Likert
Tabel 3.4  Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri
Tabel 3.5 Rentang Koefisien Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG..

Jika pada akhirnya terbukti bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal, maka bagi lembaga pendidikan hasil penelitian ini dapat

Bagi sekolah, jika pada akhirnya terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas VII SMP Kristen

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara konsep diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja, peran konsep diri terhadap kecemasan

Terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan kepercayaan diri siswa kelas X di SMAN 1 Garum Kabupaten Blitar.. Hal ini membuktikan bahwa

Dalam artian bahwa jika seseorang tidak nyaman atau kurang memiliki rasa kepercayaan diri dalam berkomunikasi maka orang tersebut akan dinilai negatife dan akan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap komunikasi interpersonal siswa kelas XI jurusan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai “hubungan antara persepsi komunikasi interpersonal remaja dalam keluarga dengan kepercayaan