HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA-SISWI SMP DHARMA
WANITA 9 TAMAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Warda Norma Ayuni B07211032
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa-siswi SMP Dharma Wanita 9 Taman. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Dharma Wanita 9 Taman yang berjumlah 80 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala Kepercayaan Diri dan skala Kecemasan Komunikasi. Instrumen pengumpul data dengan menggunakan Skala Likert. Tekhnik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik menggunakan program SPSS 16.00. hasil uji korelasi product moment dari kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal adalah rhitung = -0,620 < rtabel = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada siswa SMP. Hal ini juga berarti semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan komunikasi, dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi kecemasan komunikasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
B. Kecemasan Komunikasi Interpersonal ... 20
C. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal ... 30
D. Kerangka Teoritis/Landasan Teoritis ... 33
E. Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional ... 35
B. Populasi, Sample dan Teknik Sampling... 38
C. Teknik Pengumpulan Data ... 40
D. Validitas dan Reliabilitas ... 44
E. Analisis Data ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 42
Tabel 1.2. Blue Print Skala Kecemasan Komunikasi ... 43
Tabel 1.3. Hasil Uji Validitas Aitem Skala Kepercayaan Diri ... 44
Tabel 1.4. Hasil Uji Validitas Aitem Skala Kecemasan Komunikasi ... 46
Tabel 2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 2.2. Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi ... 52
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa percaya diri memang mutlak dibutuhkan agar kita bisa merasa
bahagia dalam menjalani kehidupan. Tanpa rasa percaya diri, kita akan
kesulitan memperoleh teman atau pekerjaan yang bagus. Gejala kurang
percaya diri tersebut muncul ketika berbicara atau memulai pembicaraan
dengan orang yang baru di kenal, mudah cemas dan sering salah ucap ketika
berbicara. Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian
yang penting dalam kehidupan manusia.
Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan
kepribadiannya. Karena itulah rasa kepercayaan diri sangat dibutuhkan
manusia dalam menjalani hidupnya. Inferioritas merupakan kebalikan dari
superioritas (rasa percaya diri yang terlalu tinggi). Inferioritas itu adalah
minder atau rasa rendah diri. Inferioritas adalah perasaan yang relatif tetap
(persistent) tentang ketidakmampuan diri atau munculnya kecenderungan
untuk merasa kurang atau menjadi kurang sehingga tidak bisa menunjukkan
kebolehannya secara optimal.
Kenyataannya tidak setiap orang bias memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dengan mudah, sebagian besar orang justru mengalami gejala-gejala
tidak percaya diri dengan intensitas yang beragam. Gejala rasa tidak percaya
2
aspek kepribadian seseorang dimana kelemahan tersebut akan mempengaruhi
kepercayaan diri yang nantinya dapat menghambat seseorang dalam
mencapai tujuan dalam hidupnya.
Menurut Peale(dalam Aaron, 2005), seseorang pastilah tidak mungkin
menjadi sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa memiliki tingkat rasa
percaya diri yang mendasar. Rasa percaya diri memang mutlak dibutuhkan
agar kita bisa merasa bahagia dalam menjalani kehidupan.Individu yang
memiliki rasa kepercayaan diri tinggi akan terlihat lebih tenang, tidak
memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya setiap
saat.Kepercayaan diri adalah yakin dengan kemampuan sendiri pada setiap
tindakan atas segala perbuatan yang dilakukan dalam berinteraksi dengan
orang lain, dan orang yang memiliki kepercayaan diri positif memilik ciri
percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil
keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, dan berani
mengungkapkan pendapat.
Anxiety (kecemasan) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang
ditandani oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan
kekhawatiran tentang masa depan.Sedangkan kecemasan merupakan
pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau
ketegangan beupa persaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh
seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxietay), yaitu
menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
3
Tokoh psikoanalisis berpendapat bahwa kecemasan-kecemasan dan
ketakutan pada masa kecil, seperti yang terjadi pada orang dewasa,
melambangkan konflik-konflik yang tidak di sadari. Tokoh kognitif
memfokuskan pada peran bias-bias kognitif yang mendasari reaksi
kecemasan. Sebagai dukungan terhadap model kognitif, para peneliti
menemukan bahwa anak-anak yang sangat cemas menunjukkan bias-bias
kognitif dalam mengolah informasi, seperti menginterpretasi situasi-situasi
yang ambigu sebagai mengancam, mengharapkan hasil yang negatif,
meragukan kemampuan mereka dalam berhadapan dengan situasi
bermasalah, melakukan self-talk yang negatif. Mengharap yang terburuk, digabung dengan rasa self-confidence yang rendah, mendoronng penolakan terhadap aktifitas-aktifitas yang di takuti dengan teman-teman, di sekolah,
dan di mana pun. Harapan negatif juga meningkatkan kecemasan sampai pada
titik yang dapat menghambat performa di kelas atau di bidang atletik.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communicatiion berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau ada orang terlibat dalam komunikasi, dalam bentuk percakapan, maka komunikasi
akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa
yang dipercakapkan.Seperti yang dinyatakan Pace (dalam Cangara 1998)
komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara
4
Menurut Devito (1997) menyatakan bahwa komunikasi Interpersonal
merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau
sekelompok kecil orang secara spontan dan informal. Devito juga
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
komunikasi interpersonal adalah kepercayaan diri, kebersatuan (immediacy), manajement interaksi, daya ekspresi, orientasi kepada orang lain.
Sedangkan kecemasan komunikasi interpersonal adalah hambatan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau sekelompok kecil
orang secara spontan dan informal dengan menganggap sesuatu yang buruk
akan terjadi, yang ditunjukkan dengan gejala fisik, gejala perilaku, gejala
kognitif.
Peneliti mengambil penelitian ini berdasarkan dengan pengalaman
pribadinya ketika masih SMP. Peneliti merasa bahwa kepercayaan diri yang
rendah dapat memicu kecemasan. Seperti kecemasan komunikasi antar
pribadi, yang membuat antar individu merasa gemetar, berkeringat dingin,
ketika tidak bisa berkomunikasi dengan baik antar pribadi. Dalam penelitian
ini subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP swasta.
Terkit dengan kepercayaan diri siswa-siswi SMP Dharma Wanita 9
Taman, diketahui bahwa ketika mereka berkomunikasi dengan teman maupun
dengan guru, mereka terlihat tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Hal ini
dapat dilihat ketika siswa bertanya atau mengobrol kepada guru maupun
5
mengobrol atau bertanya dengan teman tentang mata pelajaran yang kurang
dimengerti, siswa takut dipojokkan atau diejek oleh temannya. Sekali pun
siswa berkomunikasi dengan guru atau staf sekolah, siswa terlihat gugup,
bingung, dalam memulai berkomunikasi. Hal tersebut merupakan salah satu
ciri dari kecemasan komunikasi interpersonal yakni merasa gugup, takut,
gemetar, dll.
Menurut Rakhmat (1998) orang yang kurang percaya diri akan
cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang
lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi ia akan banyak
diam. Dalam pidato, ia berbicara terbata-bata. Ketakukan untuk melakukan
komunikasi dikenal sebagai communicatio apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik dirinya dari pergaulan, berusaha
sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak
saja. Tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan karena kurangnya
percaya diri, tetapi diantara berbagai faktor yang paling menentukan adalah
percaya diri.
Berdasarkanpenelitian Andrianto, 2008, tentangkecemasan presentasi
ditinjau dari ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri pada
mahasiswa,
menunjukkan bahwa
ketrampilan komunikasi dan kepercayaandiri dengan kecemasan presentasi memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
lebih lanjut tentang “Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan
6
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas permasalahan dirumuskan sebagai “apakah ada hubungan
antara kepercayaa diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal
padasiswa-siswiSMPDharmaWanita 9 Taman?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri
dengan kecemasan komunikasi interpersonalpadasiswa-siswiSMP Dharma
Wanita 9 Taman.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini di harapkan akan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontrribusi dalam
pengembangan disiplin ilmu psikologi, serta menambah informasi di
bidang psikologi sekaligus telaah bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Memberikankontribusi yang
positivbagipembacadanmenambahwawasanbagimasyarakatluaspadaumu
mnya.
E. KeaslianPenelitian
Wahyuni, 2014,
7
DepanUmumPadaMahasiswaPsikologi”.
Hasilpenelitianmenunjukkanterdapathubungan yang
negatifantarakepercayaandiridengankecemasanberbicaradi depanumum. Hal
iniberartisemakintinggikepercayaandirimenandakansemakinrendahkecemasan
berbicaradi depanumum. Begitu pula sebaliknya,
semakinrendahkepercayaandirimenandakansemakintinggikecemasanberbicara
di depanumumpadamahasiswa Program studiPsikologiangkatan 2009 dan
2010 UniversitasMulawarman.
Winarni, 2013, “KepercayaanDiriDenganKecemasanKomunikasi Di
DepanUmumPadaMahasiswa”.
Hasilpenelitianmenunjukkanterdapathubungannegatifdansangatsignifikananta
rakepercayaandiridengankecemasankomunikasidi
depanumumpadamahasiswa. Nilaikorelasi yang
diperolehdaripenelitianinisebesar -0,642 dengannilai p sebesar 0,000
menandakanadanyahubungankearahnegatif yang
sangatsignifikanantarakepercayaandiridengankecemasankomunikasididepanu
mumpadamahasiswa. Mahasiswaakanmemilikikecemasankomunikasi yang
rendahketikamerekamemilikikepercayaandiri yang tinggi,
begitujugasebaliknya.
Al-Hebaish 2012, “The Correlation between General Self-Confidence and Academic Achievement in the Oral Presentation Course”.Hasilya mengungkapkan korelasi yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri
8
GSCQ juga memiliki skor tinggi dalam tes lisan. Para instruktur bahasa
direkomendasikan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa mereka dalam
mengembangkan pencapaian kinerja lisan mereka.
Rupang, 2013, “Hubungan Tingkat
KepercayaanDiriDenganObesitasPadaSiswaSma Rex Mundi
Manado”.Hasilanalisis data diperolehhasil r = -0,676 dan p = 0,000. Hal
inimenunjukkanbahwaterdapathubungannegatifantarakepercayaandiridengano
besitaspadatarafsignifikansi 0,05. Hubungannegatifberarti, jikavariabel X
meningkatmakavariabel Y
menurun.Jadisemakintinggitingkatobesitassiswamakasemakinrendahkepercay
aandirinya.
Sovitriana, 2012, “StudiKasusKepercayaanDiridanHargaDiriPadaWanita
Tuna Susila Di Jakarta”, hasilpenelitian yang
didapatmenunjukkanmantanwtspadasaatbekerjamenjadiwtskarena factor
ekonomi, sosiologis, danpsikologis.Dengan status
merekasebagaimantanwtsmerekadapatmembangunkembalikepercayaandirida
nhargadirikarenadukungandari orang-orang terdekatnya.
Pada penelitian sebelumnya juga yang dilakukan oleh Winarni,
(2013),tentang kepercayaandiridengankecemasankomunikasi di
depanumumpadamahasiswa, menunjukkanadanya
hubungannegatifdansangatsignifikanantarakepercayaandiridengankecemasan
9
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bhimo Andrianto, tentang
“Kecemasan Presentasi Ditinjau Dari Ketrampilan Komunikasi Dan
Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa”,
menunjukkan bahwa
ketrampilankomunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan presentasi memiliki
hubungan yang signifikan.
Penelitian Febiyanti dan Rahmawati (2007), “Hubungan Antara
Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Komunikasi Pada Penyalahguna Napza
Selama Masa Rehabilitasi”, menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada
penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi.
Perbedaan antara penelitian terdahulu diatas dengan penelitian ini adalah
pada variabel dan subjek penelitian. Dimana dalam penelitian ini
variabelyang membedakan adalah kecemasan komunikasi interpersonal dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Peale(dalam Aaron, 2005), seseorang pastilah tidak
mungkin menjadi sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa
memiliki tingkat rasa percaya diri yang mendasar. Rasa percaya diri
dibutuhkan agar kita bisa merasa bahagia dalam menjalani kehidupan.
Menurut Aaron (2005) kepercayaan diri merupakan suatu konsep
yang menarik. Rasa percaya diri yang sejati berarti kita memiliki
beberapahal yang meliputi integritas diri, wawasan pengetahuan,
keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang positif.
Walaupun seseorang mungkin tampill perccaya diri, hal itu belum berarti
ia juga berpengaruh atau disukai oleh orang lain.
Menurut Willis (1985) (dalam Ghufron & Rini 2010) kepercayaan
diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu
masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sessuatu yang
menyenangkan bagi orang lain. Kepercayaan diri merupakan sikap mental
seseorang dalam menilai diri maupun objek yang ada disekitarnya,
sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya
untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
Lauster (1992) (dalam Ghufron & Rini 2010) mendefinisikan
11
merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan
kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan
dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan
bertanggung jawab. Lauster juga menambahkan bahwa kepercayaan diri
berhubungan dengan kemapuan melakukan sesuatu yang baik. Anggapan
seperti ini membuat individu tidak pernah menjadi orang yang
mempunyai kepercayaan diri yang sejati. Lauster (1992) berpendapat
bahwa kepercayaan diri yang sangat berlebihan, bukanlah sifat yang
positif. Pada umumnya akan menjadikan orang tersebut kurang
berhati-hati dan akan berbuat seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah tingkah
laku yang menyebabkan konflik dengan orang lain.
Menurut Adler, individu yang memiliki kepercayaan diri yang sangat
berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif. Ini umumnya dapat
menjurus pada usaha tak kenal lelah. Dimana orang yang terlalu percaya
pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku
mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang
bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering
memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan dari pada teman
(dalam Nuraeni, 2010).
Menurut Lauster (dalam Alsa, 2006) menyatakan kepercayaan diri
merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri
sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap
tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung
12
berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang
lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri.
Antony (1992) (dalam Ghufron & Rini 2010) berpendapat bahwa
kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat
menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesdaran diri, berpikir
positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk
memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
Kumara (1988) (dalam Ghufron & Rini 2010) menyatakan bahwa
kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti
keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan
pendapat Afiatin dan Andayani (1998) (dalam buku Ghufron & Rini
2010) yang menyatakan bahwa kepeprcayaan diri merupkan aspek
kepribadian yang berisi keyakinan tebntang kekuatan, kemampuan, dan
keterampilan yang dimilikinya.
Menurut Ghufron dan Rini (2005) kepercayaan diri merupakan sikap
mental seseorang dalam menilai maupun objek sekitarnya sehingga orang
tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Fatimah (2006) kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
13
individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu
seorang diri, alias ”sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut
bahwa ia merasa memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa
dia bisa karena didukung dengan pengalaman, potensi aktual, prestasi
serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Dari beberapa teori diatas, penulis mengambil salah satu teori dari
Lauster, dan menyimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah yakin dengan
kemampuan sendiri pada setiap tindakan atas segala perbuatan yang
dilakukan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan orang yang memiliki
kepercayaan diri positif memilik ciri percaya pada kemampuan sendiri,
bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif
terhadap diri sendiri, dan berani mengungkapkan pendapat.
2. Karakteristik individu yang percaya diri
Menurut Fatimah (2006) ciri atau karakteristik individu yang
memiliki rasa percaya diri yang proposional, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, sehingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat
orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi
14
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani
menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya
stabil).
e. Memiliki intermal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak
bergantung/mengharapkan bantuan orang lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,
orang lain, dan situasi di luar dirinya.
g. Memiliiki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi
positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Adapun karakteristik individu yang kurang percaya diri,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
b. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri
dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain
pihak, memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri
sendiri).
15
e. Takut gagal, sehingga menghindari segala risiko dan tidak
berani memasang target untuk berhasil.
f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena
undervalue diri sendiri).
g. Selalu menempatkan/memosisikan diri sebagai yang terakhir,
karena menilai dirinya tidak mampu.
h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada
nasib, sangat bergantung pada keadaan dan
pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Individu yang memiliki rasa kepercayaan diri tinggi akan terlihat
lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan
kepercayaan dirinya setiap saat.
Teori Lauster (dalam Alsa, 2006) tentang kepercayaan diri
mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu:
a. Percaya pada kemampuan sendiri
Yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena
yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
16
Yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri
yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang
lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari
pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan
rasa positif terhadap diri dan masa depannya.
d. Berani mengungkapkan Pendapat
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri
yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan
atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.
Menurut Guilford (dalam Nuraeni 2010) ciri-ciri orang yang
mempunyai kepercayaan diri adalah:
a. Merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan
b. Merasa dapat diterima oleh kelompoknya
c. Percaya sekala pada dirinya sendiri serta memilikki ketenangan
sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara
tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu
salah)
Menurut Lauster (1992) (dalam Gufron 2010), orang yang
memiliki kepercayaan diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah
ini :
17
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukan.
b. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuaai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau
menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan Realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu maslah,
sesuatu hal, dan sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran
yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Sedangkan Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (dalam
Nuraeni, 2010) adalah:
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
18
c. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta
dapat berkomunikasi di berbagai situasi.
d. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul di dalam berbagai
situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
f. Mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang
cukup.
g. Mempunyai keahlian atau ketermapilan yang menunjang
kehidupannya, sosialnya misalnya ketrampilan berbahasa asing.
h. Memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan.
i. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan
hidup.
j. Memiliki latar belakang yang baik.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
adalah faktor-faktor tersebut :
a. Konsep Diri
Menurut Anthony(dalam Ghufron & Rini 2010) terbentuknya
kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan
19
kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep
diri.
b. Harga Diri
Menurut Ghufron (2010), konsep diri yang positif akan terbentuk
harga diri yang positif pula. Harga diri adalah penilaian yang
dilakukan terhadap diri sendiri. Santoso berpendapat bahwa tingkat
harga diri seseorang akan memengaruhi tingkat kepercayaan diri
seseorang.
c. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Menurut Anthony (dalam Ghufron & Rini2010) mengemukakan
bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk
mengembangkan kepribadian sehat.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
Jika tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut
tergantung dan berada pada kekuasaan orang lain yang lebih pandai
darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan
memiliiki tingkat kepercyaan diri yang lebih dibandingkan yang
20
B. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian kecemasan
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak
menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan beupa persaan
cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Kecemasan
adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam
menghadapi objek tersebut. Hal tersebut berupa emosi yang kurang
menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai
sifat yang melekat pada kepribadian.
Kecemasan dikatakan sebagai suatu perasaan yang sifatnya umum,
dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang
tidak jelas asal maupun wujudnya. Berbagai fakta literatur yang terpapar
memperkuat asumsi peneliti bahwa salah satu hal yang berpengaruh di dalam
kecemasan adalah kepercayaan diri (dalam Andrianto, 2008).
Menurut Lazarus kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi
yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami
tekanan perasaan yang tidak jelas obyeknya, tekanan-tekanan batin
ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan
kemampuan penyesuaian diri.
Atkinson menyatakan kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi
ancaman impuls yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu
21
individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh
ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri.
Menurut Freud (dalam Nuraeni, 2010) salah satu pokok pertama
yang memfokuskan diri padamakna penting kecemasan, membedakan
kecemasan obyektif dankecemasan neurotis. Freud memandang
kecemasan obyektif sebagai responyang realistis terhadap bahaya
eksternal yang maknanya sama dengan rasatakut. Dia yakin bahwa
kecemasan neorotis timbul dari konflik tak sadardalam diri individu.
Karena konflik tidak disadari individu tidak mengetahuialasan
kecemasannya.
Menurut Nietzal (dalam Ghufron & Rini2010) berpendapat bahwa
kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis.
Durand (2006) mengatakan bahwa anxiety (kecemasan) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandani oleh gejala-gejala
jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan.
Muchlas (1976) (dalam Ghufron & Rini2010) mendefinisikan istilah
kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.
Sementara Lazarus (1976) (dalam Ghufron & Rini2010)
22
a. State Anxiety
State Anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirsakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes,
menjalani operasi, atau lainnya. Keadaan ini di tentukan oleh
perasaan tegang yang subjektif.
b. Trait Anxiety
Trait Anxiety adalah disposisi untuk mejadi cemas dalam menghadapi berbagai macam situasi (gambaran kepribadian)
merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan
seseorang atau manginterpretasikan suatu keadaan menetap pada
individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian
demikian.
MenurutSigmund Freud mengemukakan ada tiga macam kecemasan,
yaitu:
a. Kecemasan Realitas
Dari ketiga macam kecemasan itu yang paling pokok adalah
kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan
bahaya-bahayadi dunia luar, kedua kecemasan yang lain ini diasalkan dari
kecemasan yang realistis ini.
b. Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah kecemasan kalau-kalau instink-instik
tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatau
23
dalam realitas, karena dunia sebagaimana diawali oleh orang tua dan
lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum anak
yang melakukan tindakan impulsif.
c. Kecemasan Moral adalah kecemasan kata hati
Kecemasan ini akan dirasakan ketika ancaman datang dari luar, dari
dunia fisik,tetapi dari dunia sosial super ego yang telah
terinternalisasikan ke dalam diri kita. kecemasan moral ini adalah
kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat
sanksi.
Menurut Bucklew (dalam Nelawati, 2010) mengatakan para ahli
membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan psikologis, kecemasan yang berwujud sebagai
gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar
berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
b. Tingkat fisiologis, kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf,
seperti tidak dapat tidur, jantung berddebar-debar, gemetar, sakit
perut, mual dan sebagainya.
Menurut Nevid (2003:164) membagi ciri-ciri kecemasan menjadi
tiga diantaranya:
a. Ciri-ciri Fisik
Tangan atau anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, sulit
24
berdetak kencang, panas dingin, wajah memerah, merasa lemas atau
matii rasa, pusing, sering buang air kecil, pening atau pingsan,
jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
b. Ciri-ciri Behavioral
Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dipenden, perilaku
terguncang.
c. Ciri-ciri Kognitif
Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu atau ketakutan atau
aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi, khawatir terhadap
hal-hal sepele, berfikir harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti
akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk, khawatir akan
ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan fikiran,
berfikir tentang hal yang menggagngu yang sama secara
berulang-ulang, khawatir akan ditinggal sendirian, berfikir semuanya tidak
bisa lagi dikendalikan.
Adapun simtom kecemasan sangat bervariasi dan berbeda untuk
setiap individu. Simtom kecemasan dapat mengganggu kualitas hidup
seseorang karena dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menjalankan berbagai aktivitas (Greenberg & Padesky dalam Nuraeni,
2010). Seseorang yang mengalami kecemasan akan mengalami
25
a. Simtom Fisik
Gemetar, keluar banyak keringat, jantung berdetak kencang, sulit
bernafas, pusing, tangan dingin, mual, panas dingin, kegugupan,
pingsan atau merasa lemas, sering buang air kecil dan diare.
b. Simtom Perilaku
Perilaku menghindar, perilaku ketergantungan atau melekat, perilaku
terguncang dan meninggalkan situasi yang menimbulkan kecemasan.
c. Simtom Kognitif
Khawatir tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas,
merasa terancam oleh orang atau peristiwa, kebingungan atau
kekhawatiran akan ditinggal sendiri.
Dapat disimpulkan bahwasanya gejala kecemasan bisa ditandai
dengan adanya tiga simtom yaitu simtom fisik, simtom perilaku, dan
simtom kognitif.
2. Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Wiryanto (2004) menjelaskan bahwa komunikasi mengandung
makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication
26
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communicatiion
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi,
kalau ada orang terlibat dalam komunikasi, dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Menurut Cherry (dalam Cangara, 1998), istilah komunikasi
berpangkal pada perkataan latin yakni communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico
yang artinya membagi.
Barnlund (dalam Wiryawan, 2004) mengemukakan bahwa model
komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
komunikasi intrapribadi. Menurut Barnlund, komunikasi antarpribadi
diartikan sebagai pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang,
yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.
Seperti yang dinyatakan Pace (1979) (dalam Cangara 1998)
komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang atau lebih secara tatap muka.Komunikasi Interpersonal
27
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap peserta mengangkap reaksi yang lain secara langsung, baik secara
verbal maupun nonverbal (dalam Enjang, 2009).
Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communication) disebut juga dengan komunikasi antarpribadi. Diambil dari terjemahan kata
Interpersonal, yang terbagi menjadi dua kata inter berarti antara atau antar, dan personal berarti pribadi. Sedangkan definisi umum komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap peserta mengangkap reaksi yang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (dalam Enjang, 2009).
Menurut R. Wayne Pace (dalam Cangara,1998). Komunikasi
antarpribadi (Interpersonal Communication) dapat dibedakan atas dua
macam menurut sifatnya, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic
Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication). Komunikasi Diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Sedangkan
komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Joseph A. Devito seorang profesor komunikasi di City University of
New York (dalam Uchjana, 2005), membagi komunikasi atas empat
macam, yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil,
28
menyatakan bahwa komunikasi Interpersonal merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau sekelompok kecil
orang secara spontan dan informal.
DeVito (1997) menjelaskan model ancangan pragmatis untuk
efektivitas komunikasi interpersonal. Ada lima kualitas efektivitas
komunikasi interpersonal, yaitu:
a. Kepercayaan diri
Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri sosial, merasa
nyaman bersama orang lain dan dalam situasi komunikasi pada
umumnya. Dengan memiliki kepercayaan diri pula komunikator
dapat bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak
tubuh, tidak terpaku pada nada suara dan gerak tubuh tertentu,
terkendali, tidak gugup dan canggung.
b. Kebersatuan (immediacy)
Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan
pendengar. Bahasa yang menunjukkan kebersatuan umumnya
ditanggapi lebih positif dari pada yang tidak menunjukkan
kebersatuan. Secara nonverbal misalnya dengan memelihara kontak
mata yang patut, kedekatan fisik yang menggemakan kedekatan
psikologis, sosok tubuh terbuka, tersenyum dan perikalu lain yang
29
c. Manajemen interaksi
Komunikator yang efektif menggendalikan interaksi untuk kepuasan
duabelah pihak, sehingga tidak ada yang merasa terabaikan,
masing-masing pihak berkontribusi dalam komunikasi.
d. Daya ekspresi
Daya ekspresi mengacu pada ketrampilan mengkomunikasikan
keterlibatan tulus dalam interaksi komunikasi interpersonal.
e. Orientasi kepada orang lain
Orientasi kepada orang lain mengacu pada kemampuan, perhatian
dan minat kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara.
Menurut Kumar (dalam Wiryanto, 2004:36) Efektifitas komunikasi
interpersonal mempunyai lima ciri sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openess) Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan
antarpribadi.
b. Empati (empathy) Merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Dukungan (Supportiveness) situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positiveness) seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi,
dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang
30
e. Kesetaraan (equality) Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan.Sebagai sarana untuk mencapai suatu
kesepakatan atau kesetaraan pandangan atau pendapat.
Berdasarkan pendapat Devito mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal adalah kepercayaan
diri, kebersatuan (immediacy), manajement interaksi, daya ekspresi, orientasi kepada orang lain.
Dari beberapa teori diatas, peneliti mengambil pengertian tentang
kecemasan yang diambil dari teori Greenberg & Padesky dan komunikasi
Interpersonal menurut Devito dan menyimpulkan bahwa adanya
hambatan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau
sekelompok kecil orang secara spontan dan informal dengan menganggap
sesuatu yang buruk akan terjadi, yang ditunjukkan dengan gejala fisik,
gejala perilaku, gejala kognitif.
C. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi
Para ahli telah mendefinisikan konsep hambatan komunikasi dalam
berbagai istilah, seperti perasaan malu dalam menjalin komunikasi,
ketidakmampuan untuk berkomunikasi, demam panggung, serta berdiam diri
saat menjalin komunikasi. Istilah-istilah ini akhirnya mengarah pada
pengertian cemas atau takut untuk berkomunikasi (DeVito,
31
terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara sosial yang diperoleh
melalui aktifitas kegiatan sebagai hasil interaksi kepribadian seseorang
dengan aktifitasnya.
Penelitian lain menerangkan bahwa orang-orang yang yang aprehensif
dalam komunikasi, cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain, kurang
kredibel, dan sangat jarang menduduki jabatan pemimpi. Pada pekerjaan
mereka cenderung tidak puas; di sekolah mereka cenderung malas, karena itu
cenderung gagal secara akademik (dalam Rakhmat, 1988:123)
Permasalahan utama dalam kecemasan komunikasi interpersonal adalah
adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap
dirinya (apa yang disampaikannya dan bagaimana ia menyampaikannya)
akibat dari rendahnya kepercayaan diri yang dimiliki. Jika seseorang
memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi maka itu akan menjadi dasar
yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri. Menghargai pembicaraan
orang lain, berani berbicara di depan umum, tahu kapan akan berganti topik
pembicaraan dan mahir dalam berdiskusi adalah bagian dari ketrampilan
komunikasi yang bisa dilakukan jika individu tersebut memiliki rasa percaya
diri.
Jika kepercayaan diri dikaitkan dengan hubungan individu dengan
individu yang lain maka idealnya kepercayaan diri juga dikembangkan sejak
massa kanak-kanak awal melalui interaksi anak dengan lingkungan sehingga
terjadi hubungan timbal balik. Individu yang mempunyai kepercayaan diri
akan lebih optimis dalam hidup, mempunyai banyak teman, tidak takut untuk
32
dan perasaan rendah diri. Hal ini dapat di asumsikan bahwa individu tidak
kesulitan dalam berinteraksi dengan individu lain.
Bandura menggunakan istilah keyakinan diri (Self efficacy) dalam menjelasakan tentang rasa percaya diri individu. Menurutnya keyakinan diri
(Self efficacy) mengarah pada keyakinan individu bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam batasan tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam
hal pemikiran keyakinan diri dapat mempengaruhi proses kognitif seseorang
termasuk di dalamnya adalah kemampuan pengambilan keputusan yang tepat
serta pencapaian prestasi.
Menurut Martani dan Adiyati (dalam Nuraeni, 2010) kepercayaan diri
bukanmerupakan sesuatu yang bersifat bawaan, akan tetapi merupakan
sesuatu yangterbentuk dari interaksi dan berkembang melalui proses belajar
secaraindividual maupun sosial. Seseorang belajar mengenal diri sendiri
melaluiinteraksi langsung dan komparasi sosial. Dari interaksi langsung akan
memperolehinformasi tentang diri sendiri, melalui komparasi sosial individu
dapatmengevaluasi diri dan membandingkan dengan orang lain. Evaluasi diri
iniakan membuat seseorang paham dan tahu siapa dirinya, yang
kemudianberkembang menjadi kepercayaan diri.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas
atau pekerjaan sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa
berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan
prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan
33
seseorang yang memiliki kepercayaan diri ia juga akan terhindar dari
kecemasan dalam berkomunikasi interpersonal.
D. Kerangka Teoritis/Landasan Teori
Kerangka teoritis adalah suatu model yang digunakan untuk
menerangkan hubungan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah. Kerangka teoritis digunakan sebagai petunjuk,
pedoman dalam membedah dan menganalisis fenomena dalam melakukan
penelitian selanjutnya (Kasiran, 2010).
Dalam berkomunikasi tidak jarang para siswa merasa takut ataupun
cemas, ketika ingin berkomunikasi dengan guru. Karena dalam hal ini siswa
yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengalami kecemasan
komunikasi, tidak hanya pada teman sekitarnya tetapi juga pada guru.
hambatan komunikasi biasanya ditandai dengan rasa takut dimarai ketika
bertannya, gemetar, berkeringat dingin, dan lain sebagainya.
Gambar 1.1. Kerangka Teori
34
E. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis yang diajukan dan
akan diuji kebenarannya dalam analisis uji statistik adalah ada
hubunganantara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada siswa
di SMP Dharma Wanita 9 Taman. Semakin rendah kepercayaan diri maka
akan semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonal. Sebaliknya
semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Dengan kata lain, variabel penelitian adalah setiap hal
dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Dinamka variabel
karena nilai dari data tersebut beragam (Noor, 2011).
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Variabel bebas : kepercayaan diri
b. Variabel terikat : kecemasankomunikasi interpersonal
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional menurut Suryabrata (dalam Nuraeni, 2010)
adalah yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang didefinisikan dan dapat
diamati. Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan pengertian
operasional dari variabel- variabel penelitian dan menyamakan persepsi
agar terhindar dari kesalahfahaman dalam menafsirkan variabel.
a. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah yakin dengan kemampuan sendiri pada
setiap tindakan atas segala perbuatan yang dilakukan dalam
36
diri positif memilik ciri percaya pada kemampuan sendiri, bertindak
mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap
diri sendiri, dan berani mengungkapkan pendapat.
Berdasarkan definisi oprasional maka penulis menyusun dimensi
dan indikator untuk mempermudah penyusunan aitem dan aspek yang
akan diukur antara lain:
1. Percaya pada kemampuan sendiri
1.1.Keyakinan atas diri sendiri dalam mengevaluasi dan
mengatasi masalah
1.2.Mampu meyakini tindakan yang diambil
2. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan
2.1.Dapat bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, tanpa
bantuan orang lain
2.2.Memiliki dorongan berprestasi
3. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
3.1.Memiliki penilaian yang baik dari dalam diri sendiri
3.2.Memiliki dorongan berprestasi
4. Berani mengungkapkan pendapat
4.1.Mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin
diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan
b. Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Kecemasan komunikasi interpersonal adalah hambatan proses
37
kecil orang secara spontan dan informal dengan menganggap sesuatu
yang buruk akan terjadi, yang ditunjukkan dengan gejala fisik, gejala
perilaku, gejala kognitif.
Berdasarkan definisi oprasional maka penulis menyusun dimensi
dan indikator untuk mempermudah penyusunan aitem dan aspek yang
akan diukur antara lain:
1. Simtom Fisik
1.1. Gemetar, keluar banyak keringat, jantung berdetak kencang,
sulit bernafas, pusing, tangan dingin, mual, panas dingin,
kegugupan, pingsan atau merasa lemas, sering buang air kecil
dan diare.
2. Simtom Pikiran
2.1. Perilaku menghindar, perilaku ketergantungan atau melekat,
perilaku terguncang dan meninggalkan situasi yang
menimbulkan kecemasan.
3. Simtom Kognitif
3.1. Khawatir tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang
mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang
jelas, merasa terancam oleh orang atau peristiwa,
38
B. Populasi, Sample Dan Teknik Sampling 1. Populasi
Dalam penelitian, populasi yang digunakan untuk menyebutkan
seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran
penelitian atau merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Noor,
2011).
Setiap penelitian memerlukan populasi sebagai sumber data yang
diperlukan untuk kepentingan itu sendiri. Populasi adalah keseluruhan
individu atau subjek yang diteliti yang mempunyai beberapa karakteristik
yang sama seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, wilayah tempat
tinggal dan lainnya (Latipun, 2006).
Dalam hal ini, populasi yang di tentukan adalah seluruh siswa SMP
Dharma Wanita 9 Taman, yang berjumlah 165 dengan kriteria populasi
sebagai berikut :
a. Siswa-siswi SMP Dharma Wanita 9 Taman
b. Usia 12 – 15 tahun
2. Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara non
random, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
Sampel adalah sebagian dari populasi atau perwakilan dari populasi,
39
waktu, biaya, tenaga dan faktor ekonomi. Apabila subjeknya kurang dari
100% lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi,
jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau
lebih (Arikunto, 1997).
Dalam penelitian ini jumlah subjek keseluruhan adalah 165 siswa,
karena sampel lebih dari 100 subjek, makapeneliti mengambil sampel
48% yakni 80 siswa.
3. Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Tehnik sampling merupakan tehnnik pengambilan
sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai tehnik sampling yang digunakan. Dalam hal
ini peneliti memakai teknik samplinng acak atau juga disebut dengan
tehnik sampel random.
Teknik sampling ini diberi nama sampel acak karena didalam
pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek didalam
populasi sehingga semua subyek-subyek di dalam dianggap sama
(Arikunto, 1997).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Random Sampling. Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acakyaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih
40
Peneliti mengambil teknik sampling random sampling dengan tujuan
sample yang dikehendaki dapat diambil secara acak serta peneliti
memberikan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk tampil
menjadi anggota sampel.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan
menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2012).
Peneliti menggunakan metode angket (kuesioner) karena beberapa
pertimbangan, diantaranya:
1. Metode angket membutuhkan biaya yang relatif lebih murah
2. Terutama pada responden yang terpencar-pencar, metode ini dapat
mempermudah pengumpulan data
3. Walaupun penggunaan metode ini pada sampel yang relatif besar, namun
penggunaannya dapat berlangsung serempak
4. Metode ini relatif membutuhkan waktu yang sedikit
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner tentang skala kecemasan diri
dan skala kecemasan komunikasi.
Kuesioner keperecayaan diri terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu
“sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.
41
yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak
setuju”. Dalam kuesioner terdapat arahan mengenai cara menjawab
kuesioner, responden diwajibkan untuk memilih salah satu alternatif jawaban
42
a. Angket Kepercayaan Diri
Tabel1.1. Blue Print Skala Kepercayaan Diri
43
b. Angket Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Tabel1.2. Blue Print Kecemasan Komunikasi Interpersonal
44
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur
tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. (Azwar, 2000)
Menurut kamus lengkap psikologi validity merupakan sifat khusus
suatu propinsi atau dalil, alan logis dan seterusnya, yang didasarkan atas
kebenaran atau yang konsekuen dengan fakta. Pengertian kedua yaitu,
validity merupakan sifat suatu alat pengukur, bahwa alat-alat tersebut bisa
mengukur menurut kenyataan seperti yang dikehendaki untuk diukur.
(Caplin, 2006)
Menurut Saifuddin Azwar (1986), validitas ini menunjukkan
seberapa besar derajat skor alat tes berkorelasi dengan skor yang
diperoleh dari tes lain yang sudah mantab, bila disajikan pada saat yang
sama, atau dibandingkan dengan criteria lain yang valid yang diperoleh
pada saat yang sama.
Berikut adalah hasil validitas dari uji coba skala pada masing-masing
variabel yang diteliti :
Tabel 1.3. Hasil Uji Validitas Aitem Skala Kepercayaan Diri
Nomor Aitem Valid/Gugur
1 Gugur
2 Valid
46
46 Valid
47 Gugur
48 Valid
Tabel 1.4. Hasil Uji Validitas Aitem Skala Kecemasan Komunikasi
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas yang tinggi maksudnya adalah pengukuran yang
dapat menghsilkan data yang reliable. hasil pengukuran dengan alat
tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran Menurut Brennan (2001)
reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun
48
sejauh mana harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas atau keterandalan adalah indeks-indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
diandalkan. hal ini berarti menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat
dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau leih
terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa penghitungan atau uji
reliabilitas harus dilakukan pada pertanyaan yang telah dimiliki atau
memenuhi uji validitas, jika tidak memenuhi syarat uji validitas, maka
tidak perlu diteruskan. (Noor, 2011) .
Suatu ciri instrumen yang berkualitas baik adalah reliabel, yaitu
mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran kecil.
Pengertian reliabilitas mengacu pada keterpecayaan atau koifisiensi hasil
alat ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan
pengukuran. (Azwar, 2013).
Pengukuran reliabilitas sebuah instrument dapat dihitung melalui
dua cara yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Fieldt
& Brennan, 1989). Kedua statistic di atas memiliki keterbatasannya
masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman
inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien
reliabilitas merupakan kuantitfikasi reliabilitas dengan merangkum
49
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Uji
Reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r tabel maka
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan reliabel, demikian
sebaliknya bila r hitung < r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut
dinyatakan tidak reliabel. Adapun r tabel adalah 0.361.
E. Analisis Data
Menganalisis data merupakan langkah kritis dalam suatu penelitian, dari
hasil penarikan sampel dan pengumpulan data akan diperoleh data kasar agar
data kasar dapat dibaca dan diinterpretasikam, maka dibutuhkan adanya
metode anaalisis data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi product
moment. Hal tersebut dikarenakan data yang digunakan adalah data
parametrik. Teknik penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
diantara dua variabel yaitu variabel kepercayaan diri sebagai variabel bebas dan variabel kecemasan berinteraksi sosial sebagai variabel terikat.
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis
data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP
Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak di Jl.
Kalijaten Taman. Siswa Siswi adalah salah satu bagian dari civitas
akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali
memberikan konsekuensi psikologis bagi seseorang, apalagi pada
siswa-siswi yang kurang percaya diri ketika berkomunikasi dengan teman
maupun orang lain.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner untuk
mengetahui kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi
interpersonal pada siswa-siswi di SMP. Kuesioner yang telah diberikan
terdiri dari,108 aitem yaitu dari kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi. Yang mana variabel kepercayaan diri terdiri dari 48 aitem,
sedangkan variable kecemasan komunikasi terdiri dari 60 aitem, yang
disusun berdasarkan indicator aspek dari kepercayaan diri dan kecemasn
komunikasi. Aspek kepercayaan diri yaitu percaya akan kemampuan
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa
positif pada diri sendiri, dan berani mengungkapkan pendapat.
Sedangkan aspek kecemasan komunikasi adalah gejala fisik, gejala
51
jumlah populasi yang ada, yang berjumlah 80 siswa-siswi. Laki-laki
berjumlah 33 siswa dan perempuan berjumlah 47 siswa.
Tabel 2.1. Rarakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Prosentase
Laki-laki 33 41.25 %
Perempuan 47 58.75 %
Jumlah 80 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden laki-laki
berjumlah 33 orang sedangkan responden perempuan berjumlah 47 orang
dengan presentase 41.25% berbanding 58.75%.
Gambar 2.1. Rarakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Reliabilitas Data
Dari uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 16.0 ,
diperoleh hasil yaitu 0.892 pada skala kepercayaan diri. Sedangkan dari
skala kecemasan komunikasi interpersonal diperoleh hasil 0,900. berikut
rangkuman uji reliabilitas dalam bentuk tabel seperti berikut. Laki-laki
41% Perempuan
59%
52
Tabel 2.2. Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi
Suatu konstruk atau variable dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari skala kepercayaan diri sebesar 0.892 lebih
besar dari 0,60. hal ini berarti ke 30 pertanyaan tersebut dapat dinyatakan
memiliki nilai reliabilitas yang baik dan layak untuk digunakan dalam
penelitian. Sedangkan Cronbach’s Alpha dari skala kecemasan
komunikasi sebesar 0.900 lebih besar dari 0,60. hal ini berarti ke 29
pertanyaan tersebut dapat dinyatakan memiliki nilai reliabilitas yang baik
dan layak untuk digunakan dalam penelitian.
Uji Normalitas
Tabel 2.3. Uji Normalitas Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi
53
Dari hasil tes uji normality penelitian hubungan antara kepercayaan
diri dengan kecemasan komunikasi telah diketahui bahwa pada kolom
kolmogorov-Smirnova terdapat signifikan kepercayaan diri = 0.200 dan kecemasan komunikasi = 0.124 itu tandanya bahwa tes uji normality
dinyatakan normal, karena > 0.05.
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi
interpersonal, seperti pada tabel dibawah ini :
Correlations
PD Cemas
PD Pearson Correlation 1 -.620**
Sig. (2-tailed) .000
N 80 80
Cemas Pearson Correlation -.620** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel korelasi diatas, diperoleh harga koefisien -0.620 dengan
harga signifikan 0.000 . Hasil analisis uji hipotesis pada penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
dengan kecemasan komunikasi interpesonal. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan diterima.
Untuk mengetahui hasil penelitian, hipotesis dari penelitian ini
54
Terdapat dua uji prasyaratan yaitu uji normalitas dan uji validitas. Uji
prasyaratan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat diketahui analisa data
menggunakan analisa parametrik atau non parametrik. Secara umum uji
validitas bertujuan untuk mengetahui aitem-aitem yang valid (benar) dan
aitem tidak valid (gugur/salah).
Uji Validitas
Hasil analisis validitas kepercayaan diri :
Standar pengukuran yang digunakan untuk menentukan
validitas aitem berdasarkan pendapat Saifudin Azwar (2007) bahwa
suatu aitem dikatakan valid apabila > 0.30. Namun, apabila jumlah
aitem yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang
diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30
menjadi 0,25 atau 0,20. Adapun standar yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah 0.30 .
Berdasarkan analisis validitas kepercayaan diri. Aitem dengan
menggunakan teknik uji daya beda, maka terdapat 30 aitem yang
valid (diterima), yaitu aitem nomor 2, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 16, 18,
19, 20, 25, 26, 28, 29, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 45, 46,
48, sedangkan yang tidak valid (gugur) yaitu aitem nomor 1, 3, 7, 9,
13, 14, 15, 17, 21, 22, 23, 24, 27, 30, 31, 33, 42, 47.
Aitem yang valid di uji dengan menggunakan teknik uji daya