• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Pada Serum Darah Marmot (Cavia Cobaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Efektivitas Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Pada Serum Darah Marmot (Cavia Cobaya)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIVITAS NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

Ruiz & Pav.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL PADA SERUM DARAH

MARMOT (

Cavia cobaya

)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SARU NOLIQO RANGKUTI

NIM 091501081

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI EFEKTIVITAS NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

Ruiz & Pav.) SEBAGAI PENURUN KADAR

KOLESTEROL PADA SERUM DARAH

MARMOT (

Cavia cobaya

)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

SARU NOLIQO RANGKUTI

NIM 091501081

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

UJI EFEKTIVITAS NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH

(

Piper crocatum

Ruiz & Pav.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL PADA SERUM DARAH

MARMOT (

Cavia cobaya

)

OLEH:

SARU NOLIQO RANGKUTI NIM 091501081

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 21 November 2014

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195504241983031003

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Pembimbing II, NIP 195404121987012001

Prof. Dr. Karsono., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195409091982011001 NIP 195306251986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Medan, Desember 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul Uji Efektivitas Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &

Pav.) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Pada Serum Darah Marmot (Cavia

cobaya). Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan

Bapak Prof. Dr. Karsono., Apt., yang membimbing penulis dengan penuh

kesabaran memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga

selesainya skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.,

selaku ketua penguji juga kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah

memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada keluarga tercinta, Ayahanda Ruli Rangkuti dan Ibunda Qomariyah Lubis

(5)

Saru Lini Rangkuti serta teman-teman Farmasi Klinis dan Komunitas angkatan

2009 yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, November 2014

Penulis,

(6)

UJI EFEKTIVITAS NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL PADA SERUM DARAH MARMOT (Cavia cobaya)

Abstrak

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan faktor penyebab terjadinya aterosklerosis. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol darah adalah daun sirih merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nanopartikel daun sirih merah terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dan membandingkan efek nanopartikel daun sirih merah sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin. Marmot dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) serta otak kambing 15 g/100 g jumlah pakan yang diberikan setiap hari selama 14 hari.

Pada penelitian Pembuatan nanopartikel menggunakan alat HEM E3D (High Energy Milling – Ellipse 3D Motion).Karakterisasi nanopartikel daun sirih merah ditentukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Ukuran nanopartikel daun sirih merah yang di hasilkan 900 nm. Nanopartikel daun sirih merah diberikan dalam bentuk suspensi secara oral dengan dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb, dengan suspensi simvastatin dosis 0,80 mg/kg bb sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif selama 7 hari pada marmot dengan kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia).

Dari hasil diperoleh nanoparticles daun sirih merah dosis 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb dapat memberikan efek penurun kadar kolesterol yang tidak berbeda nyata (α ≤ 0,05) dengan pemberian suspensi simvastatin. Ini dapat di lihat dari hasil statistik rata-rata kadar kolesterol setelah pemberian dosis 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb pada hari ke-21 mengalami penurunan dan kadar kolesterolnya berada pada kadar kolesterol normal. Disimpulkan bahwa pemberian nanopartikel daun sirih merah dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb dapat memberikan efek penurunan kadar kolesterol pada serum darah marmot.

(7)

THE EFFECTIVITY OF NANOPARTICLES RED BETEL LEAVES (Piper crocatum Ruiz & Pav.) IN LOWERING

CHOLESTEROL LEVEL IN BLOOD SERUM GUINEA PIG (Cavia cobaya)

Abstract

High cholesterol levels in the blood is a factor of atherosclerosis. One of the plants used as traditional medicine which is used to lower blood cholesterol levels is red betel leaves. Ther purpose of this research was to determine the effect of nanoparticles red betel leaves in blood cholesterol levels guinea pig made hypercholesterolemia and compared the effect of red betel leaves nanoparticles as lowering cholesterol with simvastatin drug. Marmot made hypercholesterolemia by providing induction foods such as egg yolks (dose 1% bw) and goat brain 15 g/100 g amount of feed given daily for 14 days.

In this research, The nanoparticles were prepared using HEM E3D (High Energy Milling – Ellipse 3D Motion). Characterization of nanoparticles red betel leaves is determined by using Scanning Electron Microscopy (SEM). The size of nanoparticles red betel leaves that produced 900 nm. Nanoparticles of red betel leaves is given in the form of a suspension oral at a dose of 50 mg/ kg bw, 100 mg/ kg bw, 200 mg/kg bw, with simvastatin oral suspension dose of 0.80 mg/kg bw as a positive control, and the suspension of Na-CMC 0.5% as negative comparison for 7 days in guinea pigs with high cholesterol levels (hypercholesterolemia)

The result showed dose of 100 mg/kg bw and 200 mg/ kg bw can give the effect of lowering cholesterol levels is not significantly different ((α ≤ 0.05) from simvastatin suspension. It can be seen from the results of statistical average cholesterol levels after administration of a dose of 100 mg/kg bw and 200 mg/kg bw on day 21 decreased and cholesterol levels are in the normal cholesterol levels. It could be concluded administration of red betel leaves nanoparticles dose 50mg/ kg bw, 100 mg/kg bw and 200 mg/kg bw give decrease of cholesterol levels.

(8)
(9)

2.1.3 Morfologi tumbuhan ... 6

2.1.4 Kandungan senyawa kimia ... 7

2.1.5 Khasiat dan penggunaan ... 7

2.2 Nanopartikel ... 7

2.2.1 Metode pembuatan nanopartikel... 8

2.2.2 Pemeriksaan karakteristik nanopartikel daun sirih merah ... 11

2.3 Kolesterol ... 12

2.3.1 Jenis kolesterol ... 13

2.3.2 Kolesterol dan hubungannya pada beberapa penyakit ... 14

(10)

3.4 Pembuatan Nanopartikel Daun Sirih Merah ... 20

3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM) ... 20

3.6 Penyiapan Bahan ... 21

3.6.1 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% b/v ... 21

3.6.2 Pembuatan suspensi simvastatin 0,08 mg/ml ... 21

3.6.3 Pembuatan suspensi nanopartikel daun sirih merah ... 21

3.7 Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia 22

3.2.1 Pemberian suspensi Na-CMC, suspensi simvastatin, dan Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM) pada marmot hiperkolesterolemia ... 22

3.2.2 Pengujian efek penurunan kadar kolesterol dari Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM) ... 22

4.2 Hasil Karakterisasi Nanopartikel Daun Sirih Merah ... 24

4.3 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah (KKD) ... 25

4.3.1 Pengaruh pemberian induksi terhadap kadar kolesterol marmot ... 26

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah marmot hari ke-0 (kadar awal) ... 26

Tabel 4.2 Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah marmot hari ke-14 ... 27

Tabel 4.3 Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah

marmot hari ke-17 (3 hari setelah pemberian obat) ... 28

Tabel 4.4 Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian ... 5

Gambar 2.1 Struktur kolesterol ... 13

Gambar 2.2 Proses terjadinya aterosklerosis ... 15

Gambar 4.1 Hasil karakterisasi SEM nanopartikel daun sirih merah ... 24

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 35

Lampiran 2 Gambar alat dan objek yang digunakan ... 36

Lampiran 3 Bagan alur pengujian efek penurunan kolesterol ... 38

Lampiran 4 Kadar kolesterol darah marmot selama penelitian (mg/dl) 39

Lampiran 5 Contoh perhitungan dosis ... 40

Lampiran 6 Tabel Hasil SPSS 19 ... 42

Lampiran 7 Pengoperasian alat microlab 300 ... 48

Lampiran 8 Reagensia kolesterol ... 49

(15)

UJI EFEKTIVITAS NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL PADA SERUM DARAH MARMOT (Cavia cobaya)

Abstrak

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah merupakan faktor penyebab terjadinya aterosklerosis. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol darah adalah daun sirih merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian nanopartikel daun sirih merah terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dan membandingkan efek nanopartikel daun sirih merah sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin. Marmot dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) serta otak kambing 15 g/100 g jumlah pakan yang diberikan setiap hari selama 14 hari.

Pada penelitian Pembuatan nanopartikel menggunakan alat HEM E3D (High Energy Milling – Ellipse 3D Motion).Karakterisasi nanopartikel daun sirih merah ditentukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Ukuran nanopartikel daun sirih merah yang di hasilkan 900 nm. Nanopartikel daun sirih merah diberikan dalam bentuk suspensi secara oral dengan dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb, dengan suspensi simvastatin dosis 0,80 mg/kg bb sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif selama 7 hari pada marmot dengan kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia).

Dari hasil diperoleh nanoparticles daun sirih merah dosis 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb dapat memberikan efek penurun kadar kolesterol yang tidak berbeda nyata (α ≤ 0,05) dengan pemberian suspensi simvastatin. Ini dapat di lihat dari hasil statistik rata-rata kadar kolesterol setelah pemberian dosis 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb pada hari ke-21 mengalami penurunan dan kadar kolesterolnya berada pada kadar kolesterol normal. Disimpulkan bahwa pemberian nanopartikel daun sirih merah dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb dapat memberikan efek penurunan kadar kolesterol pada serum darah marmot.

(16)

THE EFFECTIVITY OF NANOPARTICLES RED BETEL LEAVES (Piper crocatum Ruiz & Pav.) IN LOWERING

CHOLESTEROL LEVEL IN BLOOD SERUM GUINEA PIG (Cavia cobaya)

Abstract

High cholesterol levels in the blood is a factor of atherosclerosis. One of the plants used as traditional medicine which is used to lower blood cholesterol levels is red betel leaves. Ther purpose of this research was to determine the effect of nanoparticles red betel leaves in blood cholesterol levels guinea pig made hypercholesterolemia and compared the effect of red betel leaves nanoparticles as lowering cholesterol with simvastatin drug. Marmot made hypercholesterolemia by providing induction foods such as egg yolks (dose 1% bw) and goat brain 15 g/100 g amount of feed given daily for 14 days.

In this research, The nanoparticles were prepared using HEM E3D (High Energy Milling – Ellipse 3D Motion). Characterization of nanoparticles red betel leaves is determined by using Scanning Electron Microscopy (SEM). The size of nanoparticles red betel leaves that produced 900 nm. Nanoparticles of red betel leaves is given in the form of a suspension oral at a dose of 50 mg/ kg bw, 100 mg/ kg bw, 200 mg/kg bw, with simvastatin oral suspension dose of 0.80 mg/kg bw as a positive control, and the suspension of Na-CMC 0.5% as negative comparison for 7 days in guinea pigs with high cholesterol levels (hypercholesterolemia)

The result showed dose of 100 mg/kg bw and 200 mg/ kg bw can give the effect of lowering cholesterol levels is not significantly different ((α ≤ 0.05) from simvastatin suspension. It can be seen from the results of statistical average cholesterol levels after administration of a dose of 100 mg/kg bw and 200 mg/kg bw on day 21 decreased and cholesterol levels are in the normal cholesterol levels. It could be concluded administration of red betel leaves nanoparticles dose 50mg/ kg bw, 100 mg/kg bw and 200 mg/kg bw give decrease of cholesterol levels.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam

tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol

disintetis di dalam tubuh dari asetil-KoA membentuk mevalonat melalui sebuah

jalur yang kompleks. Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan,

oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning

telur, daging, hati dan otak (Murray, 2003).

Kelebihan kolesterol menjadi hal yang sangat ditakuti karena sebagai salah

satu penyebab penyempitan pembuluh darah yang dinamakan aterosklerosis, yaitu

suatu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di

jantung, otak, mata, dan ginjal. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke,

sedangkan pada jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (Dalimartha,

2000).

Melalui kebijakan obat tradisional nasional (KOTRANAS), sumber daya

alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus

digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemamfaatannya. Indonesia

merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya

kedua di dunia setelah Brazilia. Terdapat 30.000 spesies tumbuhan berkhasiat

sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat

(18)

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang

berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol darah adalah daun sirih merah

(Sudewo, 2005). Hasil penelitian sebelumnya yaitu oleh Lili Nur Indah Sari

(2014), menunjukkan bahwa daun sirih merah mengandung golongan senyawa

yang dapat menurunkan kolesterol yaitu flavonoid. Meskipun demikian

pemanfaatan daun sirih merah sebagai penurun kolesterol belum dikenal luas oleh

masyarakat.

Nanoteknologi adalah teknologi yang mampu menyiapkan bahan aktif obat

dalam partikel dengan ukuran nano. Bentuk dan ukuran partikel merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi efektifitas obat, karena ukuran partikel sangat

berpengaruh dalam proses kelarutan, absorbsi dan distribusi obat (Prasetyorini,

dkk.,2011).

Penelitian tentang pengubahan bentuk mikropartikel menjadi nanopartikel

saat ini sedang berkembang yang memiliki ukuran 10-1000 nm. Nanopartikel

memiliki luas permukaan yang besar sehingga memiliki energi dan tegangan

permukaan yang rendah yang memudahkan partikel menembus ke lapisan

membran biologis (Greco, 2002).

Nanopartikel memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat

menghantarkan obat dengan lebih baik ke unit yang kecil dalam tubuh, mengatasi

resistensi yang disebabkan oleh barier fisiologi dalam tubuh yang disebabkan

sistem penghantaran obat yang langsung dipengaruhi oleh ukuran partikel,

meningkatkan efisiensi penghantaran obat dengan meningkatkan kelarutan dalam

air obat-obat yang susah larut dalam air sehingga meningkatkan bioavailabilitas,

(19)

efisiensi distribusi obat, memungkinkan penghantaran obat hasil rekayasa

bioteknologi melalui berbagai anatomi tubuh yang ekstrim misalnya sawar otak,

dan memungkinkan penetrasi yang lebih baik pada tumor yang memiliki pori-pori

berdiameter 100-1000 nm (Rawat dkk., 2006).

Berdasarkan latar belakang diatas, nanopartikel memiliki banyak

kelebihan dan di Indonesia teknologi pembuatan nanopartikel untuk herbal dalam

tahap pengembangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian uji

efektivitas nanopartikel daun sirih merah sebagai penurun kadar kolesterol pada

serum darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah:

a. Apakah nanopartikel daun sirih merah dapat menurunkan kadar kolesterol

darah marmot yang hiperkolesterolemia

b. Apakah ada perbedaan antara efek penurun kadar kolesterol dari nanopartikel

daun sirih merah dibandingkan simvastatin.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Nanopartikel daun sirih merah dapat menurunkan kadar kolesterol darah

marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

b. Pemberian nanopartikel daun sirih merah memberikan efek penurun

(20)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian nanopartikel daun sirih merah

terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

b. Untuk membandingkan efek nanopartikel daun sirih merah sebagai penurun

kadar kolesterol dengan obat simvastatin.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektivitas nanopartikel

daun sirih merah sebagai penurun kolesterol.

b. Memberikan inovasi teknologi berupa nanopartikel daun sirih merah sebagai

penurun kolesterol.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap marmot jantan sebagai hewan uji. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu nanopartikel daun sirih merah dan

simvastatin sebagai variabel bebas dan kadar kolesterol darah marmot (mg/dl)

(21)

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Skema Kerangka pikir penelitian Simplisia daun

sirih merah

Simvastatin

Suspensi Na CMC 0,5 % Nanopartikel

daun sirih merah

Nanopartikel daun sirih merah dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mgmg/kg bb

Karakteristik nanopartikel

1. Ukuran partikel 2. Bentuk

partikel

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi

tumbuhan, kandungan kimia, khasiat dan penggunaan.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Nama daerah sedah (Jawa), seureuh (Sunda), ranub (Aceh), cambai

(Lampung) (Anonim, 2009).

2.1.3 Morfologi tumbuhan

Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh menjalar. Batangnya bulat

berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai berbentuk

(23)

atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian

atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah

cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit dan beraroma wangi khas sirih.

Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku

tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).

2.1.4 Kandungan senyawa kimia

Telah dilakukan penelitian terhadap tumbuhan yang sama menunjukkan

adanya kandungan senyawa steroid/triterpenoid, flavonoid, glikosida, saponin dan

tanin (Sari, 2014).

2.1.5 Khasiat dan penggunaan

Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun

simplisia. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis

penyakit seperti diabetes millitus, hepatitis, batu ginjal, kolesterol, hipertensi,

asam urat, keputihan, obat kumur, maag, radang mata, nyeri sendi dan

memperhalus kulit (Anonim, 2009).

2.2 Nanopartikel

Nanopartikel merupakan partikel bentuk padat dengan ukuran sekitar

10-1000 nm (Mohanraj dan Chen, 2006). Nanoteknologi merupakan ilmu yang

mempelajari partikel dalam rentang ukuran 1-1000 nm (Buzea, dkk., 2007).

Berdasarkan sifatnya yaitu mudah terdispersi, nanopartikel dapat tersebar seperti

aerosol, suspensi/koloid, atau dalam keadaan menggumpal (Buzea, dkk., 2007).

Nanoteknologi mulai memungkinkan para ilmuwan, ahli kimia, dan dokter

(24)

di bidang ilmu pengetahuan dan kesehatan. Nanoteknologi memiliki keuntungan

yaitu meningkatkankan kelarutan dan luas permukaan, dosis yang dibutuhkan

lebih sedikit, dan dapat digunakan untuk obat bertarget (Jain, dkk, 2006).

2.2.1 Metode pembuatan nanopartikel

Pembuatan atau sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode pada

fase padat, cair, maupun gas. Proses sintesis dapat dilakukan secara fisika atau

kimia. Proses sintesis secara fisika tidak melibatkan reaksi kimia, hanya

pemecahan material besar menjadi material berukuran nanometer, atau

penggabungan material berukuran sangat kecil, seperti kluster menjadi partikel

berukuran nanometer tanpa mengubah sifat bahan. Proses sintesis secara kimia

melibatkan reaksi kimia dari sejumlah material awal (prekusor) sehingga

dihasilkan material lain yang berukuran nanometer. Secara umum, sintesis

nanopartikel akan masuk dalam dua kelompok besar, yaitu bottom-up dan

top-down (Abdullah, dkk., 2008).

- Top-down

Metode top-down (pengecilan ukuran) adalah memecah partikel berukuran

besar menjadi partikel berukuran nanometer. Metode yang digunakan pada proses

top-down antara lain Pearl/Ball Milling dan High-pressure homogenization.

Pearl/Ball Milling, merupakan metode mekanis untuk pengecilan ukuran

partikel yang tertua. Dalam metode ini material menjadi obyek tekanan dan

gesekan yang menghasilkan pecahnya partikel. Alat milling ini terdiri atas milling

container yang berisi milling pearls atau bolabola dengan ukuran besar. Container

(25)

didalamnya juga bergerak sehingga dapat memecah serbuk partikel dalam

container.

High pressure homogenization yang sering digunakan adalah piston gap

homogenization dan jet-stream homogenization. Piston gap homogenization

bekerja dengan cara memompa suspensi agar melewati celah kecil dengan ukuran

5-20μm sehingga terjadi pengecilan partikel terdispersi, metode dengan jet stream

homogenization bekerja melalui mekanisme tabrakan suspensi yang disemprotkan

dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi pemecahan partikel.

- Bottom-up

Metode bottom-up (penyusunan atom) adalah memulai dari

atom-atom atau molekulmolekul atau kluster-kluster yang disassembly membentuk

partikel berukuran nanometer yang dikehendaki. Yang termasuk metode ini

adalah :

1. Supercritical fluid

Supercritical fluid terjadi pada temperature di atas temperature kritisnya

dan tekanan di atas tekanan kritisnya. Supercritical fluid merupakan media yang

unik karena memiliki difusifitas lebih tinggi dari cairan solvent pada umumnya,

memiliki viskositas lebih rendah dari gas, dan densitas yang dapat diatur

berdasarkan tekanan. Spercritical CO2 paling banyak digunakan karena

nontoksik, noninflamabel, murah dan digunakan sebagai solvent dalam RESS

(rapid expansion of supercritical solution) dan SAS (supercritical antisolvent).

Dalam RESS supercritical CO2 digunakan sebagai solvent obat-obat yang

dapat larut di dalamnya. Larutan obat dalam supercritical CO2 disemprotkan

(26)

berubah menjadi gas dan dikeluarkan dari container untuk memperoleh partikel

dalam ukuran nano.

SAS (Supercritical antisolvent) Supercritical CO2 dalam SAS berfungsi

sebagai antisolvent dimana bahan obat tidak larut didalamnya. Obat dalam pelarut

organik disemprotkan melalui fine nozzle ke dalam container berisi supercritical

CO2 sehingga kelarutannya menurun (presipitasi), selanjutnya dilakukan

penurunan tekanan sehingga gas CO2 dapat dikeluarkan melalui vessel dan serbuk

nanopartikel yang dihasilkan kemudian dikumpulkan.

2. Emulsifikasi polimer

Emulsi dapat digunakan untuk memproduksi nanopartikel melalui

pelarutan obat dan polimer dalam solvent yang tidak campur dengan air,

kemudian air dan surfaktan sebagai penstabil diteteskan pada campuran

obat-polimer. Pengerasan droplet dilakukan dengan penguapan solvent kemudian fase

air dipisahkan melalui liofilisasi.

3. Produksi nanokristal menggunakan spray drying

Semprot kering atau spray drying adalah suatu proses perubahan dari

bentuk cair (larutan, dispersi atau pasta) menjadi bentuk partikel-partikel kering

oleh suatu proses penyemprotan

bahan ke dalam medium pengering yang panas. Sesuai dengan gambar di atas

nanosuspensi dihasilkan melalui high pressure homogenization kemudian

nanosuspensi disemprotkan dalam udara panas pada kamar pengering sehingga

(27)

4. Produksi dalam hot melted matrice

Produksi nanopartikel dengan hot melted matrice dilakukan pada obat-obat

yang tahan panas. Bahan obat dan solid matrix dilelehkan sehingga diperoleh

makroosuspensi dalam melted matrice, selanjutnya dengan high pressure

homogenization dihasilkan nanokristal dalam melted matrice dan didinginkan.

Padatan yang dihasilkan kemudian diserbukkan (Abdullah, 2008).

2.2.2 Pemeriksaan karakteristik nanopartikel daun sirih merah

Scanning electron microscope (SEM) terdiri dari sebuah senapan elektron

yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 – 30 kV.

Berkas elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk

menghasilkan gambar berukuran kecil dari 10 nm pada sampel yang ditampilkan

dalam bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar (Anggraeni, 2008).

Particles size analyzer (PSA) merupakan pengujian ukuran partikel

dengan range 2-7000 nm menggunakan prinsip dynamic ligh scattering dan gerak

brown. Ukuran partikel dihitung berdasarkan fungsi korelasi Stokes-Einstein dan

gerak Brown ditetapkan sebagai koefisien difusi translasi. Kecepatan gerak Brown

dipengaruhi oleh size, viscosity dan temperature. Keluaran yang dihasilkan

merupakan sistem dari statistical, commulant dan laplace methods, dimana

masing-masing sistem menghasilkan size distribution dalam intensity, number dan

volume (Anonim, 2013).

Spektroskopi infra merah (FTIR) digunakan untuk mengidentifikasi gugus

kompleks dalam senyawa tetapi tidak dapat menentukan unsur-unsur

penyusunnya. Pada FTIR, radiasi infra merah dilewatkan pada sampel. Sebagian

(28)

Jika frekuensi dari suatu vibrasi spesifik sama dengan frekuensi radiasi infra

merah yang langsung menuju molekul, molekul akan menyerap radiasi tersebut.

Spektrum yang dihasilkan menggambarkan penyerapan dan transmisi molekuler.

Transmisi ini akan membentuk suatu sidik jari molekuler suatu sampel. Karena

bersifat sidik jari, tidak ada dua struktur molekuler unik yang menghasilkan

spektrum infra merah yang sama (Kencana 2009).

2.3 Kolesterol

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa

dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang

sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA

dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol

atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di

dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D

(Murray, 2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut :

1. Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,

disintesis dari asetil-KoA.

2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.

3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen.

4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,

yaitu lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih

(29)

Gambar 2.1. Struktur kolesterol.

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh.

Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus

jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol

pada anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak (Wiryowidagdo,

2002). Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu

terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati

dan otak (Murray, 2003).

2.3.1 Jenis kolesterol

Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam

lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut

dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu

dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Lipoprotein ini bertugas

mengangkut lipid dari tempat sintetisnya menuju tempat penggunaannya

(Suyatna, 1995). Lipoprotein dbagi menjadi 5 bagian yakni kilomikron, very low

density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density

lipoprotein ( LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya, yang

(30)

1. Low density lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang mengangkut

kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan

pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang

arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga

dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah

(arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak

jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang masuk, semakin

menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh

yang tidak mudah larut

2. High density lipoprotein (HDL) mengandung protein yang tinggi dan

rendah kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang

mengandung Apo A, yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga

disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol

bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer,

lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol

di perifer menjadi berkurang (Guyton, 2006).

2.3.2 Kolesterol dan hubungannya pada beberapa penyakit

Kadar kolesterol normal pada manusia kurang dari 200 mg/dl. Kenaikan

kadar kolesterol di dalam darah merupakan faktor resiko dalam pembentukan

penyakit jantung koroner. Gambar 2.2 menjelaskan bagaimana terjadinya

(31)

Gambar 2.2. Proses terjadinya aterosklerosis (Silalahi, 2006).

Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam

darah, menurunkan pula resiko pembentukan aterosklerosis penyebab penyakit

jantung koroner (Silalahi, 2006).

Ateriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan

hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis

yang paling umum ditemukan (Suyatna. 1995). Aterosklerosis disebabkan oleh

penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh

darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa Yunani) berarti bubur

encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah

penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah.

Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas

kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006).

Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain

(32)

2.4 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat.

Dapat dibedakan dua jenis, yakni: Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar

LDL dan kolesterol total dan hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar

trigliserida (Tjay dan Rahardja, 2002).

Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia ialah mengatur diet yang

mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma

(Suyatna, 1995). Langkah pengaturan diet selalu dimulai dahulu dan tindakan

tersebut mungkin dapat menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).

2.4.1 Obat penurun kolesterol secara sintetis

Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum

yaitu bile acid sequestrans, HMG-CoA reductase inhibitor, derivat asam fibrat,

asam nikotinik, azatimibe, dan asam lemak omega-3.

2.4.1.1 Bile acid aequestrans

Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaitu cholestyramin, colestipol,

dan colesevelem. Obat ini tidak diserap di usus, dan bekerja mengikat asam

empedu di usus halus dan akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian asam

empedu yang kembali ke hati menurun, hal ini memecahkan kolesterol lebih

banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya

kolesterol darah akan lebih banyak ditarik kehati sehingga kolesterol serum

menurun. Obat golongan resin ini dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL

sebesar 15-20 %. Obat ini digunakan untuk pasien dengan hiperkolesterolemia

(33)

2.4.1.2 HMG CoA reductase inhibitors

Obat golongan ini ada enam jenis yaitu lovastatin, simvastatin, fluvastatin,

atorvastatin, rosuvastatin,dan pravastatin. Obat ini bekerja mencegah kerjanya

enzim HMG CoA reduktase yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada sintesis

kolesterol. Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan menurunkan

sintesis Apoprotein B100, juga meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati.

Dengan demikian kolesterol-LDL darah akan ditarik ke hati, sehingga akan

menurunkan kolesterol-LDL dan juga VLDL.

Efek samping yang terjadi adalah adanya miositis yang ditandai dengan

nyeri otot dan meningkatnya kadar creatinin phophokinase. Efek samping lainnya

ialah terjadinya gangguan fungsi hati. Maka penting untuk memantau fungsi hati.

Dampaknya ada kolerasi antara efek samping dengan dosis obat, makin tinggi

dosis makin besar kemungkinan terjadinya efek samping obat (Sudoyo, 2007).

Simvastatin memiliki duration of action yang panjang. Kelebihannya

meskipun menghambat HMG CoA reduktase, kolesterol hati tidak langsung drop,

karena hepatosit mengkompensasi setiap penurunan kolesterol dengan

meningkatkan sintesis reseptor Kolesterol-LDL. Karena pada saat reduktase

dihambat, hepatosit juga harus memenuhi permintaan kolesterol dengan

penyerapan dari darah. Sehingga konsentrasi Kolesterol-LDL darah menurun dan

pembersihan hati dari plasma meningkat (Sudoyo, 2007).

2.4.1.3 Derivat asam fibrat

Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, dan ciprofibrat. Obat

ini menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis trigliserida di hati.

(34)

memecahkan trogliserida. Selain menurunkan kladar trigliserida, obat ini juga

meningkatkan kadar Kolesterol-HDL yang diduga melalui peningkatan

Apoprotein A-I, dan A-II (Sudoyo, 2007).

2.4.1.4 Asam nikotinak

Asam nikotinak sebagai sediaan lepas lambat sehingga absorpsinya di usus

berjalan lambat agar efek sampingnya berkurang. Obat ini diduga menghambat

enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan

mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas ada

dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber

pembentukan VLDL. Dengan menurunnya sintesis dalam hati, akan

mengakibatkan penurunan kadar trigliserida, dan juga Kolesterol-LDL di plasma.

Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar Kolesterol-HDL.

Obat ini sering disebut spectrum lipid lowering agent (Sudoyo, 2007).

2.4.1.5 Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai

penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan

maupun dari asam empedu di usus halus. Pada umumnya obat ini tidak secara

tunggal (Sudoyo, 2007).

2.4.1.6 Lemak Omega-3

Minyak ikan kaya akan omega-3 yaitu asam eicosapentanoic (EPA) dan asam

decosahexanoic (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL. Dengan

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, meliputi

pembuatan dan karakteristisasi nanopartikel daun sirih merah, penyiapan hewan

percobaan, pengujian efek nanopartikel daun sirih merah terhadap penurunan

kadar kolesterol darah marmot menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS versi 19.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lemari pengering,

blender (Philip), oven (Memmert), High Energy Milling – Ellipse 3D Motion

HEM‐E3D, scanning electron microscope, neraca listrik (Mettler Toledo), neraca

hewan (GW-1500), Swing type centrifuge, Microlab 300 (Merck) mikropipet

(Clinicon), microtube, pemotong kuku, oral sonde, mortir dan stamfer, alat-alat

gelas lainnya.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirih merah

dalam bentuk nanopartikel yang diperoleh dari LIPI Bogor, kuning telur,

Na-CMC (Natrium-Carboxy Methyl Cellulose), otak kambing, pakan BR-2, reagensia

kolesterol DIALAB, simvastatin.

3.2 Hewan Uji

Hewan yang digunakan pada penelitian ini marmot jantan (350-450 g) dan

(36)

3.3 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan

Penelitian ini menggunakan simplisia daun sirih merah yang telah

dilakukan identifikasi sebelumnya, melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh

Sari (2014).

3.4 Pembuatan Nanopartikel Daun Sirih Merah

Pembuatan nanopartikel daun Sirih Merah di lakukan di Pusat Penelitian

Fisika-LIPI PUSPITEK Serpong. Prosedur pembuatan nanopartikel daun Sirih

Merah sebagai berikut:

1. Masukkan bola‐bola yang akan digunakan sebagai media penghancur ke

dalam jar/vial HEM.

2. Bola‐bola dengan ukuran diameter lebih besar dimasukkan terlebih dahulu,

kemudian bola‐bola dengan ukuran diameter lebih kecil, dan terakhir simplisia

daun sirih merah dimasukkan.

3. Volume total dari Bola‐bola dan simplisia daun sirih merah yang bisa

dimasukkan dalam jar/vial tidak boleh melebihi 2/3 volume jar/vial.

4. Tutup jar/vial yang telah berisi bola dan simplisia dengan rapat.

5. Pasangkan jar/vial pada dudukan jar/vial yang terdapat dalam HEM. Nyalakan

HEM dengan mengoperasikan tombol‐tombol elektronik.

3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM)

Pemeriksaan karakteristik nanopartikel daun sirih merah menggunakan

(37)

Plat platinum disiapkan terlebih dahulu lalu diambil beberapa sampel

nanopartikel daun sirih merah dan diletakkan pada carbon tape yang ditempelkan

pada permukaan plat. Sampel lalu diamati dengan SEM dan ditembakkan dengan

elektron untuk penggambaran hingga perbesaran diatas 500000 kali.

Pemeriksaan karakterisasi nanopartikel daun Sirih Merah dengan alat SEM

dilakukan di Universitas Negeri Padang Air Tawar Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar

Padang.

3.6Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC, bahan uji

nanopartikel daun sirih merah, dan suspensi simvastatin.

3.6.1 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5 % b/v

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling

panas sebanyak 20 ml, dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang

transparan (Anief, M. 1995), digerus lalu diencerkan dengan air suling sedikit

demi sedikit, dan volume dicukupkan hingga 100 ml (Gohel, 2009).

3.6.2 Pembuatan suspensi simvastatin 0,08 mg/ml

Sebanyak 50 mg simvastatin digerus dalam lumpang, dan ditambahkan

suspensi Na-CMC 0,5% b/v sedikit demi sedikit digerus sampai homogen, volume

dicukupkan dengan Na-CMC 0,5% hingga 625 ml.

3.6.3 Pembuatan suspensi Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM)

Nanopartikel daun sirih merah masing-masing sebanyak 50 mg, 100 mg,

dan 200 mg dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC

0,5% b/v sedikit demi sedikit digerus sampai homogen, volume dicukupkan

(38)

3.7Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmot jantan sebanyak

30 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama satu minggu untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Kemudian diukur kadar kolesterol awalnya lalu dibuat

hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi kuning telur (1%

bb) serta diberikan pakan biasa yang dicampur otak kambing 15 g/100 g jumlah

pakan yang diberikan selama 14 hari berturut-turut secara oral. Diukur kadar

kolesterolnya (hasil pada Tabel 4.2 halaman 29)

3.7.1 Pemberian suspensi Na-CMC, suspensi Simvastatin, dan suspensi Nanopartikel Daun Sirih Merah (NDSM) pada marmot yang hiperkolesterolemia.

Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6

hewan uji yaitu:

Kelompok 1 diberikan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai kontrol negatif

Kelompok 2 diberikan suspensi simvastatin sebagai kontrol positif

Kelompok 3 diberikan suspensi NDSM dosis 50 mg/kg bb

Kelompok 4 diberikan suspensi NDSM dosis 100 mg/kg bb

Kelompok 5 diberikan NDSM dosis 200 mg/kg bb

Lalu setiap kelompok marmot dilihat kolesterol darahnya pada hari ke-17

dan ke-21. Contoh perhitungan dosis dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 45.

3.7.2 Pengujian efek penurunan kadar kolesterol dari NDSM

Pengujian efek penurunan kadar kolesterol menggunakan tiga dosis yang

berbeda 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mg/kg bb dengan pembanding

simvastatin dosis 0,8 mg/kg bb marmot dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai

(39)

diambil darahnya dan marmot yang berada pada kondisi hiperkolesterolemia

diberikan obat pada hari ke-15 dan hari ke-16, kemudian di ambil lagi darahnya

pada hari ke-17 sebelum pemberian obat, marmot masih diberikan obat pada hari

ke-17, 18, 19, 20 hingga pengambilan darah pada hari ke-21. Selama pemberian

obat marmot diberikan makanan biasa (pakan). Bagan alur pengujian efek

penurunan kolesterol dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 42.

3.7.3 Pengambilan darah marmot

Cara pengambilan darah marmot yaitu marmot dipuasakan terlebih dahulu

selama 10 - 14 jam. Lalu bulu kaki marmot dicukur, kemudian kuku kaki marmot

dibersihkan dengan alkohol. Setelah itu kuku marmot dipotong dengan pemotong

kuku sampai berdarah, kemudian darah ± 0,5 ml ditampung dalam microtube.

Bagan pengambilan darah dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 43.

3.7.4 Pengambilan serum darah marmot

Darah yang terdapat pada microtube disentrifugasi selama 15 menit

dengan kecepatan 3000 rpm. Akan terbentuk 2 lapisan yaitu bagian serum dan

padatan. Dipipet bagian serum sebanyak 0,01 ml kemudian dimasukan ke dalam

tabung yang telah berisi reagensia kolesterol sebanyak 1ml, dihomogenkan dan

diinkubasi pada suhu 25°C selama 10 menit. Diukur pada alat mikrolab dengan

panjang gelombang 546 nm.

3.8 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode Anova

secara manual dengan taraf signifikansi 95%. Analisis statistik ini menggunakan

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang telah diidentifikasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (Indonesian Institute of Science) Pusat Penelitian Biologi (Research

Center for Biology), Bogor hasilnya adalah Piper crocatum Ruiz & Pav, suku

Piperaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman

33.

4.2 Hasil Karakterisasi Nanopartikel Daun Sirih Merah

Karakterisasi Nanopartikel Daun Sirih Merah menggunakan alat Scanning

Electron Microscopy (SEM).

Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Gambar 4.1

(41)

Nanopartikel daun sirih merah mempunyai ukuran 900 nm. Morfologi

nanopartikel daun sirih merah berbebntuk persegi dengan permukaan yang halus.

Ukuran partikel dan distribusi ukuran karakteristik sangat penting dalam

sistem nanopartikel. Ukuran partikel dan distribusi ukuran ditentukan dengan

distribusi in vivo, toksisitas, dan kemampuan penargetan dalam sistem

nanopartikel. Selain itu, ukuran partikel dan distribusi ukuran juga dapat

memperngaruhi dalam pengantaran obat, pelepasan obat, dan stabilitas

nanopartikel (Mohanraj dan Chen, 2006).

4.3. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah (KKD)

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Riwandi Yusuf

(2011) untuk membuat hewan yang hiperkolesterolemia diberikan sebagai bahan

penginduksi kuning telur (1% bb) dan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu

digunakan otak kambing 15 g/100 g jumlah pakan yang diberikan selama 14 hari.

Keadaan hiperkolesterolemia tercapai apabila kadar kolesterol darah (KKD) dari

marmot diatas 43 mg/dl (Soesanto, 1988).

Hasil orientasi penurunan KKD dengan pemberian NDSM dosis 100

mg/kg BB menunjukkan bahwa NDSM dapat menurunkan KKD marmot.

Berdasarkan hasil orientasi ini, maka untuk penelitian selanjutnya digunakan

NDSM dengan variasi dosis 50, 100, dan 200 mg/kg bb. Hasil pengukuran KKD

marmot setelah dipuasakan selama 10 - 14 jam, sebelum marmot diinduksi

(42)

Tabel 4.1. Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah marmot hari ke- 0 (kadar awal)

Keterangan:

NDSM : Nanopartikel Daun Sirih Merah

Hasil analisis statistik yang tercantum pada Tabel 4.1 diperoleh α = 0,05

ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok, karena berada pada

1 subset. Hal ini menunjukkan bahwa marmot jantan yang digunakan berada

dalam kondisi fisiologis yang homogen, sehingga dapat digunakan sebagai hewan

uji.

Pengambilan darah dilakukan dengan memotong kuku kaki marmot

sampai berdarah (Kusumawati, 2004), kemudian darah ± 0,5 ml ditampung dalam

microtube. Darah yang terdapat pada microtube disentrifugasi selama 15 menit

dengan kecepatan 3000 rpm. Akan terbentuk 2 lapisan yaitu bagian serum dan

padatan. Lalu serum diukur dengan alat Microlab300. Pengukuran KKD marmot

dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

4.3.1 Pengaruh pemberian induksi terhadap kadar kolesterol marmot

Pada pemberian induksi makanan, ternyata dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah marmot. Disebut hiperkolesterolemia karena kadarnya di atas

normal (>43 mg/dl). Kondisi ini ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Kelompok Subset for alpha = 0,05 1

Na-CMC (kontrol negatif) 40,50 Simvastatin (kontrol positif) 41,17 NDSM dosis 50 mg/kg bb 37,50 NDSM dosis 100 mg/kg bb 35,67 NDSM dosis 200 mg/kg bb 37,00

(43)

Tabel 4.2. Hasil statistik pengukuran rata-rata kadar kolesterol darah marmot hari ke-14

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

NDSM : Nanopartikel Daun Sirih Merah

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemberian induksi

hiperkolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot. Jadi seluruh

marmot dapat digunakan sebagai hewan uji pada pengujian penurunan kadar

kolesterol menggunakan NDSM. Dalam 100 g kuning terlur mengandung 1480

mg kolesterol dan lemak kambing 375 kolesterol (Adriani, 2005). Asam lemak

jenuh banyak terdapat pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang

dikonsumsi dapat diubah dalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan

kenaikan kadar kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat

bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi

bersama lemak jenuh (Silalahi, 2006).

4.3.2 Hasil pengukuran KKD setelah pemberian obat

Pada hari ke-17 (hari ke-3 setelah pemberian obat), ternyata telah terjadi

penurunan KKD. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

(44)

Tabel 4.3 Hasil statistik pengukuran rata-rata Kadar Kolesterol Darah marmot hari ke-17 (3 hari setelah pemberian obat)

Kelompok

Kadar Kolesterol (mg/dl) ± SD Hari ke-17 Na-CMC (kontrol negatif) 90,83 ± 23,379 90,17 ± 21,674 Simvastatin (kontrol positif) 69,00 ± 9,121 42,00 ± 5,657 NDSM dosis 50 mg/kg bb 72,17 ± 12,057 59,17 ± 10,685 NDSM dosis 100 mg/kg bb 56,83 ± 9,239 35,50 ± 7,092 NDSM dosis 200 mg/kg bb 53,50 ± 5,357 39,83 ± 11,268 Keterangan:

SD : Standar Deviasi

NDSM : Nanopartikel Daun Sirih Merah

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-17 diperoleh

masing-masing kelompok perlakuan masih mengalami hiperkolesterolemia.

Hari ke-17 telah mengalami penurunan tetapi penurunan yang terjadi

belum pada batas kolesterol normal. Berbeda dengan kelompok kontrol Na-CMC

yang masih berada dalam kondisi tetap hiperkolesterolemia dan lebih tinggi

dibandingkan dengan pemberian NDSM dan simvastatin. Hal ini terjadi karena

laju pembersihan oleh tubuh dan oleh asam lemak, kolesterol dan trigliserida

dalam jaringan lemak diperbaharui setiap 2-3 minggu, jadi lemak yang disimpan

hari ini akan berbeda dengan kadar lemak periode berikutnya (Guyton, 2006).

Berarti pada saat pemberian obat selama 3 hari setelah hiperkolesterolemia belum

terjadi pembersihan oleh tubuh, karena laju pembersihan oleh tubuh akan terjadi

setelah 2 - 3 minggu kondisi hiperkolesterolemia. Dapat disimpulkan bahwa

pemberian obat terhadap penurunan kolesterol tidak menurun secara signifikan

karena laju pembersihan yang cukup lama.

Pemberian suspensi NDSM yang dilakukan sampai hari ke-21 dapat

(45)

menunjukkan bahwa penurunan kadar kolesterol rata-rata pada marmot yang

diberi NDSM dan simvastatin lebih besar dibandingkan kontrol Na-CMC. Ini

menunjukkan bahwa Nanopartikel Daun Sirih Merah mempunyai aktivitas

penurunan kadar kolesterol darah marmot. Hasil ini ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil statistik pengukuran rata-rata Kadar Kolesterol Darah marmot hari ke-21 (7 hari setelah pemberia obat)

Jenis Perlakuan Subset for α = 0,05

NDSM : Nanopartikel Daun Sirih Merah

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-21 diperoleh bahwa

pemberian NDSM dosis 50, 100, dan 200 mg/kg bb dan pemberian simvastatin

dibandingkan dengan pemberian Na-CMC mempunyai aktivitas menurunkan

kadar kolesterol darah. Kadar akhir sudah normal, tetapi pada dosis 50 mg/kg bb

masih dalam keadaaan hiperkolesterolemia (59,17 mg/dl).

(46)

Kadar kolesterol darah marmot normal, hiperkolesterolemia, dan setelah

pemberian obat ditunjukkan pada Gambar 4.2. Setelah hari ke-14 terjadi

penurunan setelah pemberian NDSM, berbeda dengan Na-CMC yang masih

berada dalam kondisi tetap hiperkolesterolemia. Artinya NDSM mampu

menurunkan kolesterol darah marmot.

Grafik di atas menunjukkan NDSM dosis 100 mg/kg bb dan NDSM dosis

200 mg/kg bb efektif menurunkan kadar kolesterol dan tidak berbeda nyata

dengan simvastatin sedangkan NDSM dosis 50 mg/kg bb juga mempunyai efek

menurunkan kadar kolesterol tetapi tidak lebih baik dibandingkan simvastatin,

NDSM dosis 100 mg/kg bb dan dosis 200 mg/kg bb. Sehingga dapat disimpulkan

NDSM dosis 100 mg/kg bb dan NDSM dosis 200 mg/kg bb dapat memberikan

efek penurun kadar kolesterol yang tidak berbeda nyata dengan pemberian

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Ukuran nanopartikel daun sirih merah yang di hasilkan 900 nm. Morfologi

nanopartikel daun sirih merah berbentuk persegi dengan permukaan yang

halus.

b. Pemberian nanopartikel daun Sirih Merah dengan dosis 100 mg/kg bb dan

200 mg/kg bb dapat memberikan efek penurun kadar kolesterol yang tidak

berbeda nyata dengan pemberian suspensi simvastatin. Ini dapat di lihat

dari hasil statistik rata-rata kadar kolesterol setelah pemberian dosis 100

mg/kg bb dan 200 mg/kg bb pada hari ke-21 mengalami penurunan dan

kadar kolesterolnya berada dibawah 43 mg/dl atau batas normal.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, disarankan kepada peneliti selanjutnya

untuk menguji pengaruh Nanopartikel daun Sirih Merah terhadap kadar kolesterol

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., Hadiyawarman, Agus, R., dan Wahid, N. (2008). Fabrikasi Mterial Nanokomposit Super Kuat dan Transparan menggunakan Metode Simple Mixing, Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, 2(2):1-5.

Anonim. (2009). Fitofarmaka. Diakses 25 Juli

Anonim. (2009). Sirih Merah Tanaman Multi Fungsi. Diakses 1 Agustus 2014.

Anonim. (2013). Lab Analisis Bahan. Diakses tanggal 15 Maret 2014.

Andriani, Y. (2005). Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci Yang Diberi Pakan Berlemak.

Bengkulu. Jurusan Kimia FMIPA. 13(02):1-2.

Anggraeni, N., D. (2008). Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy) dalam Pemantauan Proses Oksidasi Magnetite Menjadi Hematite. Seminar Nasional ke-VII, 11(2):52

Anief, M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 107.

Buzea, C., Blandino, I.I.P., dan Robbie, K. (2007). Nanomaterials And Nanoparticles: Sources and Toxicity. Biointerphases. 2(4): 17-172.

Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 73-76.

Depkes RI. (2009). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 163-164.

Gohel, M., Parikh, R., dan Popat, A. (2009). Pharmaceutical Suspension: A Review. India. Diakses pada tanggal 05 Maret 2014. Dalam http://www.pharmainfo.net.

Greco, R.S. (2002). Nanoscale Technology in Biological System. Florida: CRC Pr. Halaman 146.

(49)

Jain, P.K., Lee, K.S., dan Sayed, E. (2006). Calculated absorption and scattering properties of gold nanoparticles of different size, shape, and composition: applications in biological imaging and biomedicine. Journal of Physical Chemistry B. 110(3): 7238–7248.

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Kusumawati, D. (2004). Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Mohanraj V.J., dan Chen Y. (2006). Nanoparticles-A review. J Pharmaceut. Res

5(1): 561-573.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Radwell, V.W. (2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 270.

Prasetyorini., Zainal, A.E., dan Rofiqoh, S. (2011). Penerapan Teknologi Nanopartikel Propolis Trigona Spp Asal Bogor Sebagai Antibakteri

Escherichia coli Secara In-Vitro. Jurnal Ekologia. 11(1): 36-43.

Rawat, M., Singh, D., dan Saraf, S. (2006). Nanocarriers: Promising Vehicle for bioactive drugs. Biological and Pharmaceutical Bulletin.

Sari, A. (2014). Perbandingan Jumlah Komponen Pada Ukuran Partikel Yang Berbeda dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang Diuji dengan GC - MS. Skripsi. Medan: Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah.

Sari, L. N. (2014). Perbandingan Jumlah Komponen Pada Ukuran Partikel Yang Berbeda dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang Diuji dengan FTIR. Skripsi. Medan: Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakara: Penerbit Kanisius. Halaman 85–89.

Soesanto, M. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. Jakarta:UI Press. Halaman 60.

Sudewo, B. (2005). Basmi Penyakit Dengan Sirih Merah. Jakarta: Agro Media Pustaka. Halaman 35-37, 72.

(50)

Suhardjono, D. (1995). Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada. University Press. Halaman 207.

Suyatna, F., dan Tony H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 365, 374-375.

Tjay, H. T., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 537, 540–541, 545.

Vijaykumar, N., Venkateswarlu, V., dan Raviraj, P. (2010). Development of oral tablet dosage form incorporating drug nanoparticles. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 1(4): 952-955.

Winaryo, F.G., dan Fernandes, I.E. (2010). Nanoteknologi bagi Industri Pangan dan Kemasan. Bogor: M-Brio Press. Halaman16.

Wiryowidagdo, S. (2002). Tanaman Obatr untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi dan Kolesterol. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Halaman 35–38.

Yusuf, R.S. (2011). Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan Dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk). Skripsi. Medan. Fakultas Farmasi USU.

Zastrow, V.M., dan Bourne, R.H. (2001). Reseptor dan Farmakodinamika Obat.

(51)
(52)

Lampiran 2. Gambar alat dan objek yang digunakan

Microlab 300 (E-Merck)

(53)

Lampiran 2. (Lanjutan)

(54)

Lampiran 3. Bagan alur pengujian efek penurunan kolesterol

Dipuasakan selama 10-14 jam

Dipangkas bulu kakinya

Digunting kuku marmot hingga berdarah

Diukur kadar kolesterol

Diberikan induksi hiperkolesterolemia setiap hari selama 14 hari.

(kuning telur 1% BB dan otak kambing 15g/100g jumlah makanan)

Diukur kadar kolesterol

Diberikan perlakuan dengan pemberian suspensi nanopartikel daun sirih merah dan suspensi simvastatin selama 7 hari.

(55)
(56)

Lampiran 5. Contoh perhitungan dosis Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan

Mencit

Contoh perhitungan dosis simvastatin 0,01%

Dosis manusia (berat 70 kg) = 10 mg

Dosis marmot (berat 400 g) = 0,031 x 10 mg = 0,31 mg

= 1000/400 x 0,31 mg

= 0,775 mg/kg BB

= 0,8mg/kg BB

Suspensi simvastatin sebanyak 0,8 mg/kg BB dibuat dalam sediaan 10 ml,

dengan penimbangan 50 mg maka dibuat dalam sediaan 50 mg x 10 ml

0,80mg

kgBB

= 625 ml.

Dosis untuk marmot (Berat 415 g) = 415 g x 0,8 mg/1000 g = 0,332 mg

Jadi volume suspensi yang diberikan 0,332 mg

(57)

Lampiran 5. (Lanjutan)

- Dosis suspensi nanopartikel daun Sirih Merah yang akan dibuat adalah 50

mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mg/kg bb.

a. Cara pembuatan suspensi nanopartikel daun Sirih Merah :

Timbang 50 mg, 100 mg dan 200 mg nanopartikel daun Sirih Merah.

Masing – masing dilarutkan dalam 10 ml suspensi CMC.

b. Berapa volume suspensi nanopartikel daun sirih merah yang akan diberikan

pada marmot hiperkolesterol?

(58)
(59)
(60)
(61)

NDSM 200 2,167 7,272 ,998 -19,19 23,52

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

ANOVA

Within Groups 6224,667 25 248,987

Total 6558,667 29

hari ke17 Between Groups 5241,467 4 1310,367 7,368 ,000

Within Groups 4446,000 25 177,840

Total 9687,467 29

hari ke 21 Between Groups 12116,667 4 3029,167 19,095 ,000

Within Groups 3966,000 25 158,640

(62)

Lampiran 6. (Lanjutan)

Homogeneous Subsets

hari 0

Tukey HSDa

jenis perlakuan N

Subset for

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

hari ke 14

Tukey HSDa

jenis perlakuan N

Subset for

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(63)

Lampiran 6. (Lanjutan)

hari ke17

Tukey HSDa

jenis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

hari ke 21

Tukey HSDa

jenis perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(64)

Lampiran 7. Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300

Pengoperasian alat microlab 300 sebagai berikut :

1. Tekan tombol OK/Off

2. Bila alat sudah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

o Tekan skip o Tekan measure

o Tekan tombol naik turun o Tekan enter

o Tekan tombol penghisap untuk mencuci

o Masukkan reagensia yangn diminta ke dalam tombol penghisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor

o Bila hasil sudah keluar, tekan skip, begitu seterusnya sampai selesai o Untuk menggantikan pada posisi semula tekan back

Catatan :

• Bila layar tidak terang, tekan tanda (+)

• Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru ke dalam microlab 300 : 1 Cari program dan tekan enter

2 Buka PIN dengan kata kunci Labkes 3 Tekan new

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

Gambar

Gambar 1.1 Skema Kerangka pikir penelitian
Gambar 2.1. Struktur kolesterol.
Gambar 2.2. Proses terjadinya aterosklerosis (Silalahi, 2006).
Gambar 4.1 Hasil karakterisasi SEM nanopartikel daun sirih merah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Secara empiris sirih merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav) digunakan sebagai antiseptik alami dan telah diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih merah

Senyawa kode Pc-2 dari esktrak metanolik daun sirih merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav.) pada dosis 10 mg/kgbb mampu meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatun Ruiz & Pav) dengan dosis 10 mg/200gBB, 20 mg/200gBB

Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian infus daun seledri 10 % dosis 800 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata

Dari penelitian yang telah dilakukan, Air rebusan daun sirih merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav) berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah mencit putih jantan.. Hal ini

Jenis Sirih merah atau dalam bahasa ilmiahnya Piper crocatum merupakan salah satu jenis dari tanaman sirih piper betle yang merupakan tanaman merambat dengan bentuk daun

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan ekstrak etanol daun sirih merah Piper crocatum 2% dosis 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb dapat meningkatkan berat badan tikus putih Rattus norvegicus

ABSTRAK PENGARUH KONDISI EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT KOLIN KLORIDA-ASAM SITRAT TERHADAP RENDEMEN DAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH Piper crocatum RUIZ & PAV..